rpjmd 2012-2017 diy
DESCRIPTION
Draft RPJMD DIY yang akan di jadikan RPJMD DIY tahun 2012-2017TRANSCRIPT
-
DRAFT RAPERDA
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
( R P J M D )
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2012 - 2017
29 April 2013
-
1
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
TAHUN 2012 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Menimbang : a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan
daerah sesuai dengan visi, misi Gubernur, perlu
disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
b. bahwa sesuai Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, diamanatkan bahwa Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012
2017;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogyakarta (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo.
Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827);
-
2
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5339);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10 dan 11
Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950 Nomor 58);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
-
3
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005
2025 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
dan
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
2012 - 2017.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Rencana Pembangunan Daerah adalah tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia yang dilaksanakan oleh semua komponen dalam rangka mencapai
visi, misi dan tujuan yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
-
4
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJPD adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memuat visi, misi dan arah pembangunan
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, terhitung mulai tahun 2005
sampai dengan tahun 2025.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
yang memuat penjabaran dari visi, misi, dan program Gubernur untuk
jangka waktu 5 (lima) tahunan dengan berpedoman pada RPJMD serta
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
4. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disebut (Renstra-SKPD) adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
5. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
6. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun.
7. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
8. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
9. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
10. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah
untuk mencapai tujuan.
11. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.
12. Program pembangunan daerah adalah program-program untuk mencapai
visi dan misi pembangunan jangka menengah yang telah dituangkan
dalam Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dengan Ketua DPRD
tentang Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Jangka
Menengah.
13. Daerah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.
14. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan.
15. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
-
5
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
Pasal 2
(1) RPJMD memuat Visi, Misi, dan Prioritas Program Pembangunan
Gubernur/Wakil Gubernur, berkedudukan dan sekaligus berfungsi
sebagai dokumen perencanaan Daerah untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun.
(2) Rincian Visi, Misi, dan Prioritas Program Pembangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Sistematika RPJMD Tahun 2012-2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan;
Bab II : Gambaran Umum Kondisi Daerah;
Bab III : Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka
Pendanaan;
Bab IV : Analisis Isu-Isu Strategis;
Bab V : Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran;
Bab VI : Strategi Dan Arah Kebijakan;
Bab VII : Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah;
Bab VIII : Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan
Pendanaan;
Bab IX : Penetapan Indikator Kinerja Daerah;
Bab X : Pedoman Transisi Dan Kaidah Pelaksanaan.
Pasal 4
RPJMD menjadi pedoman bagi :
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis dan
sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2012 2017.
b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
-
6
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ICHSANURI
LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013
NOMOR
-
7
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
TAHUN 2012 2017
I. UMUM
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah
dalam menyelenggarakan pemerintahannya diwajibkan menyusun
perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan daerah
sebagaimana dimaksud, disusun secara berjenjang meliputi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pasal 59 ayat (5) poin (k)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
mengamanatkan bahwa calon kepala daerah wajib menyampaikan naskah
visi, misi dan program secara tertulis. Visi dan misi dari kepala daerah dan
wakil kepala daerah terpilih tersebut akan menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah untuk
masa 5 (lima) tahun kepemimpinannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pada pasal 5 ayat (2),
dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah
yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RPJMD Tahun 2012 2017 adalah dokumen perencanaan daerah untuk
periode lima tahun setelah Gubernur dilantik pada tanggal 10 Oktober
2012, yang dimaksudkan untuk memberikan visi, misi, tujuan, sasaran,
dan strategi bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2012 2017 yang harus
dilaksanakan secara terpadu, sinergis, harmonis, dan berkesinambungan.
-
8
RPJMD Tahun 2012 2017 disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. menerjemahkan visi dan misi kepala daerah dalam tujuan dan sasaran
pembangunan periode tahun 2012 2017, yang disertai dengan
program prioritas untuk masing-masing SKPD dengan berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005
2025;
2. merumuskan rancangan kerangka perekonomian daerah serta
pembiayaan pembangunan untuk periode Tahun Anggaran 2012
2017; dan
3. menetapkan berbagai program prioritas yang disertai dengan indikasi
pagu anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaaksanakan
pada Tahun 2012 2017.
Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta bersama para pemangku kepentingan sesuai peran dan
kewenangan masing-masing menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2012 2017 yang merupakan dokumen
perencanaan lima tahunan daerah yang memuat strategi, arah kebijakan,
dan program pembangunan daerah berdasarkan kondisi dan potensi
daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan semangat keistimewaan di
dalamnya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
-
9
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH TAHUN 2012 - 2017
-
PEMERINTAH DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
( R P J M D )
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2012 - 2017
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
29 April 2013
-
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Daerah istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017 dapat diselesaikan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional , Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian tahapan pencapaian visi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025. RPJMD
merumuskan tantangan serta strategi kebijakan dan target yang akan diambil untuk
menjawab permasalahan dalam 5 tahun ke depan. Dengan demikian, RPJMD
merupakan pedoman bagi seluruh komponen baik itu pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha, dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan secara sinergis, koordinatif,
dan saling melengkapi.
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
mengamanatkan reformasi penganggaran dilakukan melalui penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja yang pada akhirnya menghendaki struktur program pembangunan
yang berbasiskan pada capaian hasil. Penerapannya dalam perencanaan jangka
menengah menghendaki adanya perumusan permasalahan, sasaran serta arah
kebijakan pembangunan yang sistematis dan terstruktur. RPJMD DIY Tahun 2012-
2017 dimaksudkan untuk memberikan petunjuk penyusunan dokumen rencana
tahunan, sehingga dapat dihasilkan suatu produk dokumen yang tersusun dengan
alur logika yang strategis, konsisten dan koheren. Dengan demikian, dokumen
perencanaan tersebut akan lebih mudah untuk dipahami serta siap untuk dapat
dievaluasi capaiannya. Arah kebijakan dan strategi pembangunan yang terukur
kinerjanya akan lebih menjamin keberhasilan pencapaiannya.
RPJMD DIY Tahun 2012-2017 merupakan penjabaran visi dan misi Gubernur
yang bersinergi dengan visi, misi Nasional serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan
RPJMD periode sebelumnya dengan tetap memperhatikan dinamika kondisi daerah.
Secara umum materi RPJMD berisi tentang visi, misi, tujuan, sasaran, dan program
kepala daerah. Adapun aspek pembangunan yang dijabarkan meliputi urusan wajib
dan urusan pilihan.
-
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada DPRD
dan semua pihak yang telah bersama-sama menyusun dokumen RPJMD dan
selanjutnya pemerintah daerah berharap seluruh masyarakat dapat membantu
dalam implementasi dan pengawasannya.
Yogyakarta, April 2013
Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta
Hamengku Buwono X
-
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN I - 1
1.1 Latar Belakang I - 1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan I - 6
1.3 Hubungan Antar Dokumen I - 8
1.4 Sistematika Penulisan I - 10
1.5 Maksud Dan Tujuan I - 11
1.5.1. Maksud I - 11
1.5.2. Tujuan I - 11
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DIY II - 1
2.1 Aspek Geografi Dan Demografi II - 14
2.1.1 Karakteristik lokasi dan wilayah II - 14
2.1.2 Penggunaan Lahan II - 22
2.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah II - 25
2.1.4 Wilayah Rawan Bencana II - 28
2.1.5 Demografi II - 29
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat II - 34
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II - 34
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial II - 48
2.2.3 Fokus Budaya, Pemuda dan Olahraga II - 63
2.3 Aspek Pelayanan Umum II - 75
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib II - 75
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan II - 146
2.4 Aspek Daya Saing Daerah II - 164
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu III - 1
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu III - 20
3.3 Kerangka Pendanaan III - 35
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV - 1
4.1 Permasalahan Pembangunan IV - 1
4.2 Isu Strategis IV - 9
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V - 1
5.1 Kebudayaan dan Filosofi Pembangunan V - 1
5.2 Visi V - 7
5.3 Misi V - 21
5.4 Tujuan Dan Sasaran V - 25
5.5 Keselarasan RPJMD 2012-2017 dengan RPJMN 2010-2014 V - 31
-
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VI - 1
6.1 Analisis Eksternal VI - 2
6.2 Analisis Internal VI - 5
6.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan VI - 30
6.3.1 Kota Yogyakarta VI - 36
6.3.2 Kabupaten Sleman VI - 45
6.3.3 Kabupaten Bantul VI - 52
6.3.4 Kabupaten Kulon Progo VI - 59
6.3.5 Kabupaten Gunungkidul VI - 69
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII - 1
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAN VIII - 1
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH IX - 1
9.1 Aspek Kesejahteraan Rakyat IX - 2
9.2 Aspek Pelayanan Umum IX - 10
9.3 Aspek Daya Saing Daerah IX - 18
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN X - 1
10.1 Pedoman Transisi X - 1
10.2 Kaidah Pelaksanaan X - 3
-
Daftar tabel
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah DIY menurut Kabupaten/Kota, 2011 II - 15
Tabel 2.2 Jumlah Desa menurut Kabupaten/Kota dan LetakGeografis DIY II - 16
Tabel 2.3 Pulau-Pulau di Wilayah Kabupaten Gunungkidul DIY II - 17
Tabel 2.4 Potensi Ketersediaan Air Tahun sampai Tahun 2011(dalam juta m3) II - 20
Tabel 2.5 Debit Rerata Sungai di DIY II - 20
Tabel 2.6 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur di DIY, 1971-2010 II - 30
Tabel 2.7
Estimasi Jumlah Penduduk, Sex Ratio, dan Laju Pertumbuhan
Pendudukmenurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011
II - 31
Tabel 2.8
Proyeksi Penduduk SP 2000 menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin di DIY,
Tahun 2012-2017
II - 33
Tabel 2.9 IPM DIY menurut Komponen, 2009-2011 II - 34
Tabel 2.10 IPM antar Kabupaten/Kota di DIY, 2008-2011 II - 34
Tabel 2.11
Nilai PDRB DIY Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menurut Lapangan
Usaha(Juta Rupiah), 2007-2011
II - 35
Tabel 2.12
Nilai PDRB DIY Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menurut Lapangan Usah
(Juta Rupiah), 2007-2011
II - 36
Tabel 2.13 Distribusi Persentase PDRB DIY ADHB menurut Lapangan Usaha, 2007-2011 II - 37
Tabel 2.14 PDRB DIY ADHB menurut Penggunaan, 2008-2011 II - 38
Tabel 2.15
Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta menurut Kelompok Pengeluaran2007-
2012
II - 41
Tabel 2.16 Indikator Ketimpangan Pendapatan Penduduk DIY, 20072011 II - 42
Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Miskin & Garis Kemiskinan, 2009-2012 II - 43
Tabel 2.18 Jumlah Kejahatan yang Terselesaikan Tahun 2009 - 2011 II - 46
Tabel 2.19
Angka Rata-Rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kotadi DIY
2008-2011
II - 49
Tabel 2.20 APM SD/MI/Paket A di DIY, 2008/2009-2012/2013 II - 50
Tabel 2.21 APM SD Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 50
Tabel 2.22 APK SD/MI/Paket A di DIY, 2008/2009-2012/2013 II - 50
Tabel 2.23 APK SD Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 51
Tabel 2.24 APM SMP/MTs/Paket B di DIY 2008/2009-2012/2013 II - 51
Tabel 2.25 APM SMP Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 52
Tabel 2.26 APK SMP/MTs/Paket B di DIY 2008/2009-2012/2013 II - 52
Tabel 2.27 APK SMP Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 52
Tabel 2.28 APM SMA/MA/SMK/Paket C di DIY,2008/2009 s/d 2012/2013 II - 53
Tabel 2.29 APM SMP Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 53
Tabel 2.30 APK SMA/MA/SMK/Paket C di DIY, 2008/2009 s/d 2012/2013 II - 53
Tabel 2.31 APK SMA Tahun 2009/2010 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin II - 54
Tabel 2.32 Angka Kelulusan menurut Jenjang Pendidikan di DIY, 2007-2012 II - 54
Tabel 2.33
Jumlah Kematian Bayi di bawah Usia 1 Tahun dan Jumlah Kelahiran Hidup di
DIY 20102011
II - 56
Tabel 2.34 Capaian Rencana Aksi Daerah MDGs tahun 2012 II - 59
Tabel 2.35 Penduduk Berdasarkan kepesertaan jaminan II - 61
Tabel 2.36 Data Kepesertaan CoB, Tahun 2012-2013 II - 61
Tabel 2.37 Perkembangan Pembangunan Kebudayaan di DIY, 2008-2012 II - 68
Tabel 2.38 Jumlah Peninggalan Sejarah Kepurbakalaan, 2008-2012 II - 69
Tabel 2.39 Penanganan Cagar Budaya II - 69
Tabel 2.40 Jumlah Organisasi Kesenian di DIY Tahun 2008-2012 II - 70
Tabel 2.41 Perkembangan Seni dan Budaya menurut kabupaten/kota di DIY, 2012 II - 70
Tabel 2.42 Jumlah Sarana dan Prasarana Budaya di DIY, 2008-2012 II - 71
Tabel 2.43 Perkembangan Sistem Budaya di DIY, 2008-2012 II - 72
Tabel 2.44 Pemuda dan Olah Raga di DIY, 2007-2012 II - 74
-
Tabel 2.45 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga di DIY, 2008-2012 II - 75
Tabel 2.46 Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Penduduk Usia Sekolah, 2007-2011 II - 76
Tabel 2.47 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah menurut Kabupaten/Kota
di DIY, 2011/2012
II - 77
Tabel 2.48 Rasio Guru terhadap Siswa II - 77
Tabel 2.49 Rasio Siswa terhadap Kelas II - 77
Tabel 2.50 Jumlah Posyandu, jumlah balita, dan rasio posyandu per balita
Menurut Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011
II - 78
Tabel 2.51
Rasio Puskesmas dan Puskesmas Pembantu per 100.0000 penduduk di
DIYMenurut Kabupaten/Kota, 20092011
II - 80
Tabel 2.52
Jumlah Rumah Sakit, Tempat Tidur, dan BOR
Berdasarkan kabupaten/kota di DIY tahun 2011
II - 81
Tabel 2.53
Jumlah dan Rasio Dokter Umum, Dokter Spesialis, dan Dokter Gigi
per 100.000 di DIY, 2009-2011
II - 82
Tabel 2.54 Jumlah dan rasio perawat, bidan, tenaga kefarmasian, dan tenaga gizi per
100.000 penduduk di DIY, 2009-2011
II - 82
Tabel 2.55
Jumlah dan Persentase Komplikasi Kebidanan yang ditangani
Menurut Kab/Kota di DIY, 20092011
II - 83
Tabel 2.56
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yangmemiliki
kompentensi kebidananMenurut Kabupaten/Kota di DIY, 2009-2011
II - 84
Tabel 2.57
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2009-2011
II - 85
Tabel 2.58 Jumlah Kasus, Jumlah Kematian, dan Case Fatality Rate (CFR) DBD di DIY,
20092011
II - 88
Tabel 2.59
Cakupan Pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Strata 1
Pasien Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin)Menurut Kabupaten/Kota di
DIY, 2011
II - 88
Tabel 2.60 Cakupan Kunjungan K1 dan K4Menurut kabupaten/kota di DIY tahun 2011 II - 89
Tabel 2.61 Cakupan PuskesmasMenurut Kab/Kota di DIY, 2011 II - 89
Tabel 2.62 Cakupan Puskesmas Pembantu Menurut Kab/Kota di DIY, 2010 II - 89
Tabel 2.63
Jumlah dan Prosentase Rumah Tangga Terlayani Air MinumPerkotaan Tahun
2012
II - 91
Tabel 2.64 Jumlah dan Prosentase Rumah Tangga Terlayani Air Minum PedesaanTahun
2012
II - 91
Tabel 2.65 Lahan Kritis DIY II - 101
Tabel 2.66 Capaian IPG DIY, 20082011 II - 103
Tabel 2.67 Capaian IPG DIY, 2010-2011 II - 103
Tabel 2.68 Capaian IDG DIY, 2010-2011 II - 104
Tabel 2.69
Anggota DPRD DIY dan Kabupaten/Kota di DIY berdasarkan jenis
kelamintahun 2011-2012
II - 105
Tabel 2.70 Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah di DIY II - 105
Tabel 2.71 Rasio Pejabat di Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lembaga Pemerintah, 2011
II - 106
Tabel 2.72 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah di DIY 2010-2011 II - 106
Tabel 2.73 Partsipasi Perempuan di Lembaga Swasta di DIY, 2010-2011 II - 106
Tabel 2.74 Rasio Pekerja Perempuan di Pemerintahan dan Swasta Terhadap
Pekerja Laki-laki di Pemerintahan dan Swasta di DIY, 2011
II - 107
Tabel 2.75 Rasio Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di DIY, 2009-2011 II - 107
Tabel 2.76 Jumlah Kekerasan Terhadap Anak di DIY tahun 2010-2012 berdasarkan
kabupaten/kota di DIY
II - 107
Tabel 2.77 Jumlah dan Rasio Pekerja Anak di DIYmenurut Kabupaten/Kota, 2011 II - 108
Tabel 2.78 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di DIY, 2011-2012 II - 108
Tabel 2.79 Persentase Pengaduan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak II - 109
-
yang ditangani oleh Unit-unit pengaduan di DIY, 2010-2011
Tabel 2.80 Persentase Pengaduan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan
yang diselesaikan oleh Unit-unit pengaduan di DIY tahun 2010-2011
II - 109
Tabel 2.81 Persentase Pengaduan Tindak Kekerasan Terhadap Anak
yang terselesaikan oleh Unit-unit pengaduan di DIY tahun 2010-2011
II - 109
Tabel 2.82 Jumlah Pernikahan di Bawah UmurDi DIY II - 110
Tabel 2.83 Rasio Akseptor KB II - 111
Tabel 2.84 Jumlah Peserta KB Aktif, Pasangan Usia Subur, Wanita Usia Subur, dan
Unmet Need Menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2010-2011
II - 111
Tabel 2.85 PUS Usia Istri yang kurang dari 20 Tahun II - 112
Tabel 2.86 Tahapan Keluarga Sejahtera di DIY, 2009 - 2011 II - 112
Tabel 2.87 Bina Keluarga PercontohanMenurut Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011 II - 113
Tabel 2.88 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan DIY, 20102011 II - 114
Tabel 2.89 Sarana Sosial Panti Asuhan dan Panti Jompo di DIY tahun 2009 2011 II - 115
Tabel 2.90 Data PSKS di DIY, 2012 II - 117
Tabel 2.91 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Kegiatan di DIY, 2008-2012
(Agustus)
II - 117
Tabel 2.92
Penduduk yang Bekerja di DIY menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin,
2009-2011
II - 118
Tabel 2.93 Tenaga Kerja Perusahaan, 2005 - 2010 II - 121
Tabel 2.94 Data Keanggotaan, Pengurus dan Manager Koperasi Berdasarkan Jenis
Kelamin tahun 2012
II - 122
Tabel 2.95 Jumlah UMKM II - 122
Tabel 2.97 Komposisi Tenaga kerja laki-laki dan perempuan tahun 2012 di Sektor
UMKM
II - 123
Tabel 2.98 Realisasi dan Pertumbuhan Investasi PMA/PMDN DIY, 2008-2012 II - 124
Tabel 2.99 Jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan(LPMD/LPMK)
di Wilayah DIYMenurut Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011
II - 140
Tabel 2.100
Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat menurut Kabupaten/Kota di DIY,
2010
II - 140
Tabel 2.101 Jumlah Posyandu Menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011 II - 141
Tabel 2.102 Persentase Posyandu Aktif Menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2010-2011 II - 141
Tabel 2.103 Persentase PKK Aktif Menurut Kabupaten/Kota di DIY,2011 II - 142
Tabel 2.104 LSM Aktif DIYTahun2011 - 2012 II - 142
Tabel 2.105 LPM Berprestasi Menurut Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2011-2012 II - 142
Tabel 2.106 Perkembangan Potensi IKM, 2008-2011 II - 155
Pencapaian Pelaksanaan SPM II - 158
Tabel 2.107 Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan di DIY, 2008-2011 II - 164
Tabel 2.108 Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan menurut Golongan Pengeluarandi
DIY, 2008-2010
II - 164
Tabel 2.109 Nilai Tukar Petani dan sub sektor pendukungnya di DIY 2009-2012 (Januari) II - 165
Tabel 2.110 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kelompok Komoditas di
DIY, 2009-2011
II - 166
Tabel 2.111 Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan Menurut KelompokBukan
Makanan di DIY, 2009-2011
II - 166
Tabel 2.112 KondisiTingkat Layanan Jaringan Jalan di DIY, 2012 II - 167
Tabel 2.113 Cakupan pelayanan air minum di DIY, 2009-2012 II - 168
Tabel 2.114 Rasio Elektrifikasi di DIY, 2010-2012 II - 168
Tabel 2.115
Jumlah dan Persentase Rumah Tangga DIY Terlayani Sanitasi Layak, 2010-
2012
II - 169
Tabel 2.116 Persentase Lokasi Kumuh yang Telah Ditangani II - 169
Tabel 2.117 Load Faktor Angkutan Umum Perkotaan dan AKDP di DIY II - 170
Tabel 2.118 Jumlah Penumpang Pengguna Angklutan Umum di Simpul Utama DIY II - 170
-
Tabel 2.119 Jumlah Simpul Transportasi di DIY II - 171
Tabel 2.120 Jumlah Sambungan Telepon di DIY (%), 2007-2011 II - 171
Tabel 2.121 Jumlah Warnet di DIY, 2007-2010 II - 172
Tabel 2.122 Jumlah Media/Sarana Komunikasi di DIY, 2007-2010 II - 172
Tabel 2.123 Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY, 2007-2012 II - 173
Tabel 2.124 Perkembangan Lama Tinggal Wisatawan di DIY (hari), 2007-2012) II - 173
Tabel 2.125 Jumlah Hotel Berbintang & Non Bintang di DIY, 2008-2012 II - 173
Tabel 2.126 Ketersediaan Dokumen Perencanaan Tata Ruang di Kawasan Strategis DIY II - 175
Tabel 2.127 Jumlah Tindak Kejahatan menurut Jenis Kasusdi DIY, 2008-2011 II - 175
Tabel 2.128 Jumlah Demo di DIY, 20082012 II - 176
Tabel 2.129 Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha di DIY, 2011 II - 177
Tabel 2.130 Rasio Lulusan S1/S2/S3 di DIY, 2010 II - 178
Tabel 2.131 Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas menurut Wilayahdan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan di DIY, 2010
II - 178
Tabel 2.132 Rasio Ketergantungan di DIY, 2008-2012 II - 179
Tabel 3.1
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan DaerahDaerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2007-2011
III - 2
Tabel 3.2
Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Daerah Istimewa
Yogyakarta
III - 4
Tabel 3.3 Aset Pemerintah Daerah Daerah Istimewa YogyakartaPer 31 Desember 2007
s.d 31 Desember 2011
III - 8
Tabel 3.4
Kewajiban Pemerintah Daerah Istimewa YogyakartaPer 31 Desember 2008
s.d 31 Desember 2011
III - 11
Tabel 3.5
Ekuitas Dana Pemerintah Daerah Istimewa YogyakartaPer 31 Desember
2007 s.d 31 Desember 2011
III - 14
Tabel. 3.6
Rasio Likuiditas Neraca Pemerintah Daerah Derah IstimewaYogyakarta Tahun
2009 - 2011
III - 16
Tabel. 3.7
Rasio Solvabilitas Neraca Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2009 2011
III - 17
Tabel. 3.8 Rasio Aktivitas Neraca Pemerintah Daerah Daerah Istimewa YogyakartaTahun
2009 - 2011
III - 19
Tabel 3.9 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur DIY III - 20
Tabel 3.10 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama DIY III - 20
Tabel 3.11 Penutupan Defisit Riil AnggaranDIY III - 21
Tabel 3.12 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemda DIY III - 21
Tabel 3.13 Sisa Lebih Perhitungan AnggaranDIY III - 22
Tabel 3.14 Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun BerjalanPemda DIY III - 23
Tabel 3.15 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-DIY untuk Tahun
2009-2011
III - 24
Tabel 3.16
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai
Pembangunan DaerahDaerah Istimewa Yogyakarta
III - 44
Tabel 3.17 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan DaerahDaerah
Istimewa Yogyakarta
III - 45
Tabel 3.18 Kerangka PendanaanAlokasi Kapasitas Riil Keuangan Daerah III - 47
Tabel 3.19 Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Tahun 2013-2017 III - 49
Tabel 3.20 Proyeksi pengembangan PT. Bank BPD DIY (2013-2017 III - 53
Tabel 3.21 Proyeksi Pengambangan PT. Taru Martani Tahun 2013 - 2017 III - 55
Tabel 3.22 Proyeksi Pengembangan PT. AMI Tahun 2013-2017 III - 56
Tabel 3.23 Proyeksi Pengembangan PT. PPKD Tahun 2013-2017 III - 56
Tabel 3.24 Proyeksi Pengembangan BUKP Tahun 2013-2017 III - 57
Tabel 4.1
Rasio Puskesmas berdasarkan per 100.000 penduduk dan
rasio nasional per 30.000
IV - 12
Tabel 4.2 Rasio Jumlah Rumah Sakit dengan Jumlah Penduduk Tahun 2011 IV - 12
Tabel 5.1 Hasil Telaahan RPJPD V - 8
-
Tabel 5.2 Keterkaitan Visi dan Misi V - 25
Tabel 5.3 Keterkaitan Misi dan Tujuan V - 25
Tabel 5.4 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran V - 26
Tabel 5.5
Target pencapaian Sasaran Tahunan Rencana JangkaMenengahsebagai
Indikator Kinerja Utama
V - 29
Tabel 5.6
Hubungan antara RPJMD 2012-2017 dengan Misi, Agenda serta Prioritas
RPJMN 2010-2014
V - 38
Tabel 6.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman VI - 7 Tabel 6.2 Analisis SWOT (SWOT Analysis) VI - 10 Tabel 6.3 Strategi dan Arah Kebijakan VI - 15 Tabel 6.4 Target Pembangunan Kota Yogyakarta 2013-2017 VI - 41 Tabel 6.5 Target Pembangunan Kabupaten Sleman 2013-2017 VI - 50 Tabel 6.6 Target pembangunan Kabupaten Bantul 2013-2017 VI - 57 Tabel 6.7 Target pembangunan Kabupaten Kulon Progo 2013-2017 VI - 64 Tabel 6.8 Target pembangunan Kabupaten Gunungkidul 2013-2017 VI - 74 Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan VII - 6
Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan VIII - 2
Tabel 8.2 Indikasi Rencana Program Keistimewaan yang disertai Kebutuhan
Pendanaan
VIII - 58
Tabel 9.1
Penetapan Indikator Kinerja DaerahTerhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Berdasarkan AspekKesejahteraan
Masyarakat
IX - 2
Tabel 9.2
Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Berdasarkan Aspek Pelayanan Umum
IX - 11
Tabel 9.3
Penetapan Indikator Kinerja DaerahTerhadap Capaian
KinerjaPenyelenggaraan Urusan Pemerintahan Berdasarkan AspekDaya
Saing
IX -19
-
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Bagan Alir Tahapan Penyusunan RPJMD I - 4
Gambar 1.2 Kedudukan RPJMD tahun rencana dalam RPJPD I - 5
Gambar 1.3
Keterkaitan antara dokumen RPJMD dengan dokumen RKPD dan Renstra
SKPD
I - 5
Gambar 1.4 Keterkaitan antara dokumen RPJMD dengan Renstra SKPD I - 6
Gambar 1.5 Hubungan antara dokumen RPJMD dengan Renstra SKPD I - 9
Gambar 2.1 Peta Administrasi DIY II 15
Gambar 2.2 Komposisi Luas Wilayah DIY II -16
Gambar 2.3 Luas Wilayah menurut Jenis Tanah di DIY II -19
Gambar 2.4 Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian di DIY(hektar), 2009-2011 II -22
Gambar 2.5 Luas Hutan menurut Tata Guna Hutan di DIY(hektar), 2011 II -24
Gambar 2.6 Luas Hutan menurut Kabupaten/Kota di DIY(hektar), 2011 II -24
Gambar 2.7 Peta Rawan Bencana DIY II -29
Gambar 2.8
Perkembangan Jumlah Penduduk DIY menurut Sensus Penduduk 1971,
1980,1990, 2000, 2010 dan Sensus Penduduk antar Sensus (SUPAS) 1995
II -30
Gambar 2.9 Laju Pertumbuhan Penduduk DIY (%), 2011 II -32
Gambar 2.10 Peta Kepadatan Penduduk DIY, 2011 II -32
Gambar 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi DIY (%), 2007-2011 II -35
Gambar 2.12 Distribusi PDRB DIY menurut Penggunaan ADHB (%), 2007-2011 II -39
Gambar 2.13 Perkembangan Laju Inflasi Kota Yogyakarta (%), 2007-2012 II -40
Gambar 2.14 Nilai PDRB per Kapita DIY (rupiah), 2007-2011 II -41
Gambar 2.15 Rasio Gini dan KBD (40% Penduduk Berpendapatan Terendah)
di DIY(%), 20072011
II -42
Gambar 2.16 Indeks Williamson DIY, 2007-2011 II -43
Gambar 2.17 Jumlah Penduduk Miskin Desa di DIY, 2007-2011 II -44
Gambar 2.18 Jumlah Penduduk Miskin DIY, 2005-2012 II -45
Gambar 2.19
Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) & Indeks Keparahan (P2)
di DIY (%), 2009-2012
II -46
Gambar 2.20 Koridor Jawa MP3EI II -47
Gambar 2.21 Angka Melek Huruf DIY, 2009-2011 II -49
Gambar 2.22
Rekapitulasi Pendidikan yang ditamatkan dari SD s/d Diploma ke atas
menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011
II -55
Gambar 2.23 Angka Kematian Bayi di DIY Berdasarkan Sensus Penduduk II -56
Gambar 2.24 Angka Usia Harapan Hidup Berdasarkan Sensus Penduduk II -57
Gambar 2.25 Situasi Gizi Buruk di DIY tahun 2009-2011 II -86
Gambar 2.26 Perkembangan TFR DIY II -111
Gambar 2.27 Perkembangan TPAK di DIY II -119
Gambar 2.28 TPAK menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011-2012 (Agustus) II -119
Gambar 2.29 Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY dan Nasional,20092012(%) II -120
Gambar 2.30
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kotadi DIY(%), 2011-
2012
II -121
Gambar 2.31 Pertumbuhan Investasi PMDN/PMA DIY (%), 2008-2012 II -123
Gambar 2.32 Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk DIY2008-2012 (Kkal/kapita/hari) II -137
Gambar 2.33 Perkembangan Konsumsi Protein Penduduk DIY2008-2012
(gram/kapita/hari)
II -137
Gambar 2.34 Skor Pola Pangan Harapan DIY, 2009-2011 II -138
Gambar 2.35 Produktivitas Padi, Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu DIY, 2007-2011 II -146
Gambar 2.36 Tingkat Konsumsi Ikan DIY (kg/kapita/tahun), 2005-2011 II -154
Gambar 2.37 Nilai Tukar Petani DIY, 2007-2011 II -165
Gambar 2.38 Luas Wilayah Produktif di DIY (hektar), 2008-2010 II -174
Gambar 4.1 Skema Renaisans Yogyakarta IV - 10
Gambar 5.1 Pencapaian Tujuan dan Sasaran V - 17
Gambar 5.2 Keterkaitan Visi-Misi RPJPD dan Visi-Misi RPJMD V 24
Gambar 5.3 Skema Besar RPJMD 2012-2017 V - 30
Gambar 5.4 Keterkaitan Visi RPJP, RPJMN dan RPJMD V - 32
Gambar 5.5 Keterkaitan Misi RPJP, RPJMN dan RPJMD V - 32
Gambar 5.6 Keterkaitan Misi RPJP, RPJMN dan RPJMD V - 33
Gambar 6.1 Tahapan Utama RPJPD 2005-2025 VI - 1
-
Gambar 6.2 Tahapan Indikasi Tema Tahunan RPJMD 2012-2017 VI - 2 Gambar 6.3 Kawasan Strategis DIY VI - 18 Gambar 6.4 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Jalan dan Transportasi VI - 19 Gambar 6.5
PDRB Kabupaten-Kota dan DIY atas Harga Konstan 2000 (Tahun 2007-
2011) dalam juta Rupiah
VI - 31
Gambar 6.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten-Kota dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 32
Gambar 6.7 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten-Kota dan DIY Tahun 2007-2011 VI - 33 Gambar 6.8 Pengangguran Terbuka di DIY dan Kabupaten-Kota Tahun 2007 2011 VI - 34 Gambar.6.9
Realisasi Investasi DIY dan Kabupaten-Kota Tahun 2007-2011 (dalam Juta
rupiah)
VI - 35
Gambar 6.10 IPM Kota Yogyakarta, DIY dan Nasional Tahun 2008 - 2011 VI - 36 Gambar 6.11 Pertumbuhan PDRB Pertanian Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI 37 Gambar 6.12
Pertumbuhan PDRB Pertambangan Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 -
2011
VI - 37
Gambar 6.13 Pertumbuhan PDRB Industri Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI 38 Gambar 6.14 Pertumbuhan PDRB Konstruksi Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 -2011 VI - 38 Gambar 6.15 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 -
2011
VI 39
Gambar 6.16
Pertumbuhan PDRB Pengangkutan Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 -
2011
VI - 39
Gambar 6.17
Pertumbuhan PDRB Keuangan Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 40
Gambar 6.18
Pertumbuhan PDRB Jasa-Jasa Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI 40
Gambar.6.19
Proyeksi Realisasi Investasi Kota Yogyakarta dan DIY Tahun 2013-2017
dalam juta rupiah
VI - 41
Gambar 6.20 IPM Kabupaten Sleman, DIY dan Nasional Tahun 2008 2011 VI - 45 Gambar 6.21 Pertumbuhan PDRB Pertanian Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 46 Gambar 6.22 Pertumbuhan PDRB Pertambangan Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 46 Gambar 6.23 Pertumbuhan PDRB Industri Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 47 Gambar 6.24 Pertumbuhan PDRB Konstruksi Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 47 Gambar 6.25 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 48 Gambar 6.26 Pertumbuhan PDRB Pengangkutan Sleman dan DIY Tahun 2007 2011 VI - 48 Gambar 6.27 Pertumbuhan PDRB Keuangan Sleman dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 49 Gambar 6.28 Pertumbuhan PDRB Jasa-Jasa Sleman Dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 49 Gambar 6.29
Proyeksi Realisasi Investasi Sleman dan DIY Tahun 2013-2017 dalam juta
rupiah
VI - 40
Gambar 6.30 IPM Kabupaten Bantul, DIY dan Nasional Tahun 2008 2011 VI - 52 Gambar 6.31 Pertumbuhan PDRB Pertanian Bantul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 53 Gambar 6.32 Pertumbuhan PDRB Pertambangan Bantul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 53 Gambar 6.33 Pertumbuhan PDRB Industri Bantul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 53 Gambar 6.34 Pertumbuhan PDRB Konstruksi Bantul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 54 Gambar 6.35 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Bantul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 54 Gambar 6.36 Pertumbuhan PDRB Pengangkutan Bantul dan DIY Tahun 2007 2011 VI 55 Gambar 6.37 Pertumbuhan PDRB Keuangan Bantul dan DIY Tahun 2007 2011 VI - 55 Gambar 6.38 Pertumbuhan PDRB Jasa-Jasa Bantul dan DIY Tahun 2007 2011 VI 56 Gambar 6.39
Proyeksi Realisasi Investasi Bantul dan DIY Tahun 2013-2017 dalam juta
rupiah
VI - 56
Gambar 6.40 IPM Kabupaten Kulon Progo, DIY dan Nasional Tahun 2008 2011 VI - 59 Gambar 6.41 Pertumbuhan PDRB Pertanian Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 59 Gambar 6.42 Pertumbuhan PDRB Pertambangan Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 2011 VI - 60 Gambar 6.43 Pertumbuhan PDRB Industri Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 60 Gambar 6.44 Pertumbuhan PDRB Konstruksi Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 61 Gambar 6.45 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 61 Gambar 6.46 Pertumbuhan PDRB Pengangkutan Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 62 Gambar 6.47 Pertumbuhan PDRB Keuangan Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 62 Gambar 6.48 Pertumbuhan PDRB Jasa-jasa Kulon Progo dan DIY Tahun 2007 2011 VI - 63 Gambar 6.49 Proyeksi Realisasi Investasi Kulon Progo dan DIY Tahun 2013-2017
dalam juta rupiah
VI - 63
-
Gambar 6.50 IPM Kabupaten Gunungkidul, DIY dan Nasional Tahun 2008 2011 VI 69
Gambar 6.51 Pertumbuhan PDRB Pertanian Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 69 Gambar 6.52 Pertumbuhan PDRB Pertambangan Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 70 Gambar 6.53 Pertumbuhan PDRB Industri Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 70 Gambar 6.54 Pertumbuhan PDRB Konstruksi Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 71 Gambar 6.55 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 71 Gambar 6.56 Pertumbuhan PDRB Pengangkutan Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 72 Gambar 6.57 Pertumbuhan PDRB Keuangan Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 72 Gambar 6.58 Pertumbuhan PDRB Jasa-Jasa Gunungkidul dan DIY Tahun 2007 - 2011 VI - 73 Gambar 6.59 Proyeksi Realisasi Investasi Gunungkidul dan DIY Tahun 2013-2017
dalam juta rupiah
VI - 73
Gambar 6.60
Skema Arah Pembangunan Kewilayahan RPJMD 2013-2017 VI - 78
Gambar. 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas RPJMD VIII-1
-
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perjuangan untuk mendapatkan keistimewaan akhirnya tercapai dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dengan ditetapkannya Undang-Undang tersebut maka status
keistimewaan Yogyakarta diakui secara lebih jelas, lebih formal, dan lebih utuh.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 Pasal 7, DIY memiliki
kewenangan dalam urusan Keistimewaan yang mencakup: (a) tatacara pengisian
jabatan, kedudukan, tugas, dan kewenangan Gubernur dan Wakil Gubernur; (b)
kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; (c) kebudayaan; (d) pertanahan; dan (e) tata
ruang.
Undang-undang tersebut juga menegaskan adanya dua tugas besar yang harus
dipenuhi dengan segera, yakni tugas mengisi substansi keistimewaan DIY dan tugas
yuridis yang menyangkut pemenuhan tata cara, format dan prosedur formal. Secara
substansial, keistimewaan DIY harus dapat ditunjukkan dengan kekuatan-kekuatan
nilai masa lalu, masa kini dan masa datang DIY. Karena itu tantangan yang dihadapi
adalah membangun kapasitas yuridis agar mampu mengembalikan,
menguatkan, dan mengarahkan keistimewaan DIY.
Sedangkan semangat keistimewaan adalah:
1. Hamemayu Hayuning Bawana
2. Sangkan Paraning Dumadi, Manunggaling Kawula Gusti
3. Tahta Untuk Rakyat
4. Golong-Gilig, Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh
5. Catur Gatra Tunggal dengan sumbu imaginer dan filosofis
6. Pathok Negara
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan kepada daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Dokumen RPJMD merupakan penjabaran visi, misi, dan
program kepala daerah yang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) serta memperhatikan RPJM Nasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
bersama para pemangku kepentingan sesuai dengan peran dan kewenangan
masing-masing, menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Tahun 2012-2017 yang merupakan dokumen perencanaan lima tahunan
daerah yang memuat strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah
berdasarkan kondisi dan potensi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan semangat
keistimewaan di dalamnya. RPJMD 2012-2017 merupakan dokumen perencanaan
-
I - 2
pertama yang disusun dalam era UU No. 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dokumen RPJMD Tahun 2012-2017 merupakan penjabaran Visi dan Misi Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara resmi disampaikan pada saat Rapat
Paripurna DPRD DIY pada tanggal 21 September 2012.
Proses penyusunan RPJMD melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan RPJMD;
Persiapan penyusunan meliputi:
Penyusunan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun
RPJMD;
Orientasi mengenai RPJMD;
Penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJMD; dan
Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.
2. Penyusunan rancangan awal RPJMD;
Penyusunan rancangan awal meliputi:
Pengolahan data dan informasi
Analisis gambaran umum DIY
Analisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan.
Perumusan permasalahan pembangunan daerah
Perumusan isu strategis dan analisa SWOT.
Perumusan penjelasan Visi Misi, tujuan dan sasaran.
Perumusan strategi dan arah kebijakan selama lima tahun.
Perumusan rencana indikasi program prioritas yang disertai pendanaan.
Penetapan indikator kinerja daerah.
Pembahasan dengan SKPD DIY sebagai bahan penyusunan rancangan
Renstra SKPD.
Pelaksanaan forum konsultasi publik untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat.
Pembahasan dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan saran yang
diwujudkan dengan Nota Kesepakatan Kebijakan Umum dan Program
Prioritas.
3. Penyusunan rancangan RPJMD;
Penyusunan rancangan RPJMD meliputi:
Penyusunan surat edaran Gubernur tentang penyusunan rancangan Renstra
SKPD.
Verifikasi rancangan Renstra SKPD.
Rancangan Renstra SKPD digunakan sebagai bahan penyempurnaan
rancangan RPJMD.
Pelaksanaan musrenbang RPJMD; Musrenbang RPJMD dilaksanakan untuk
penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan
RPJMD. Hasil musrenbang RPJMD dirumuskan dalam berita acara
-
I - 3
kesepakatan dan ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku
kepentingan yang menghadiri musrenbang.
4. Perumusan rancangan akhir RPJMD;
Perumusan rancangan akhir meliputi:
Penyusunan rancangan akhir RPJMD dengan memperhatikan hasil
musrenbang RPJMD
Konsultasi rancangan akhir RPJMD ke Kementerian Dalam Negeri.
Penyempurnaan rancangan akhir RPJMD sesuai hasil konsultasi.
5. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD.
Penetapan Peraturan Daerah melalui:
Penyusunan raperda
Pembahasan pansus DPRD DIY
Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD.
Proses penyusunan RPJMD DIY tahun 2012-2017 dapat dilihat dalam bagan
dibawah ini:
-
I - 4
Sumber: Permendagri Nomor 54/Tahun 2010 diolah
Gambar 1.1
Bagan Alir Tahapan Penyusunan RPJMD
PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMD PENYUSUNAN RANCANGAN RPJMD MUSRENBANG
RPJMD
PERUMUSAN RANCANGAN AKHIR
RPJMD
PENETAPANRPJMD
Rancangan Perda ttg RPJMD beserta Rancangan
akhir RPJMD Provinsi
Perda tentang RPJMD
Persiapan Penyusunan
RPJMD Provinsi
Penelaahan RJPMN dan
RPJMD Provinsi lainnya
Perumusan Strategi dan
arah kebijakan
Telaahan terhadap RPJPD Provinsi
Perumusan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah Provinsi
Analisis isu-isu strategis
Pembangunan jangka menengah
provinsi
VISI, MISI dan Program KDH
Pengolahan data dan informasi
Perumusan Penjelasan
visi dan misi
Perumusan Tujuan dan
Sasaran
Perumusan Permasalahan Pembangunan
Daerah Provinsi
Hasil evaluasi capaian RPJMD
Pembahasan dengan SKPD
Provinsi
Pelaksanaan Forum Konsultasi
Publik
PerumusanIndikasi rencana
program prioritas yang
disertai kebutuhan pendanaan
Rancangan RPJMD Pendahuluan Gambaran umum kondisi daerah Gambaran pengelolan keuangan
daerah serta kerangka pendanaan
Analisis isu-isu srategis,visi, misi, tujuan dan sasaran
Strategi dan arah kebijakan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanan
Penetapan indikator kinerja Daerah
Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
Naskah Kesepakatan Musrenbang
RPJMD
Penyiapan data dan kegiatan
Perumusan hasil
Musrenbang
Pelaksanaan Musrenbang
RPJMD
Penyusunan SE KDH ttg
Penyusunan Rancangan
Renstra-SKPD
Penyajian Rancangan
RPJMD
Verifikasi Rancangan RENSTRA
SKPD
Persetujuan Rancangan akhir
RPJMD oleh Gubernur
Penetapan Perda tentang
RPJMD Provinsi
Konsultasi rancangan
akhir RPJMD Mendagri
Rancangan Awal Renstra
SKPD
RPJMD
Pendahuluan Gambaran umum kondisi daerah Gambaran pengelolan keuangan
daerah serta kerangka pendanaan Analisis isu-isu srategis, visi, misi, tujuan dan sasaran Strategi dan arah kebijakan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanan
Penetapan indikator kinerja Daerah
Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan
Rancangan Akhir RPJMD
Pendahuluan Gambaran umum kondisi daerah Gambaran pengelolan keuangan
daerah serta kerangka pendanaan
Analisis isu-isu srategis, visi, misi, tujuan dan sasaran Strategi dan arah kebijakan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanan
Penetapan indikator kinerja Daerah
Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan
Perumusan Rancangan
Akhir RPJMD
Penyampaian Rancangan
Akhir RPJMD
Pembahasan Rancangan
Akhir RPJMD
Konsultasi rancangan akhir
RPJMD
Penyempurnaan rancangan akhir
RPJMD
Penyelarasan Program Prioritas
dan Kebutuhan Pendanaan
Penelaahan RTRW Provinsi
& RTRW Provinsi lainnya
Analisis Gambaran
umum kondisi daerah provinsi
Analisis pengelolaan
keuangan daerah serta
kerangka pendanaan
Pembahasan dengan DPRD utk
memperoleh masukan dan saran
Rancangan Awal RPJMD Pendahuluan Gambaran umum kondisi daerah Gambaran pengelolan keuangan
daerah serta kerangka pendanaan
Analisis isu-isu srategis,visi, misi, tujuan dan sasaran
Strategi dan arah kebijakan Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanan
Penetapan indikator kinerja Daerah
Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
Penetapan Indikator Kinerja
Daerah
Nota Kesepakatan Kebijakan Umum dan Program
Prioritas Jangka Menengah
-
I - 5
RPJPD 2005-2025 terbagi menjadi 4 (empat) tahapan lima tahunan, yaitu Tahap
Lima Tahun I (20052009), Tahap Lima Tahun II (20102014), Tahap Lima Tahun III
(20152019), Tahap Lima Tahun IV (20202025).RPJMD Tahun 2012-2017
terletak di setengah perjalanan RPJPD Tahun 2005-2025. Kedudukan RPJMD tahun
rencana dalam RPJPD dapat digambarkan dalam gambar berikut ini.
RPJPD Lima Tahun Tahap I Lima Tahun Tahap II Lima Tahun Tahap III Lima Tahun Tahap IV
2005-2025 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
RPJMD
2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013
RPJMD
2012-2017
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 1.2
Kedudukan RPJMD tahun rencana dalam RPJPD
Keterkaitan antara dokumen RPJMD dengan dokumen RKPD dan Renstra SKPD
dapat digambarkan dalam dua gambar berikut ini.
Gambar 1.3
Keterkaitan antara dokumen RPJMD dengan dokumen RKPD dan Renstra SKPD
Kepala daerah memiliki visi, misi, tujuan, dan sasaran untuk perencanaan
pembangunan selama masa jabatannya. Visi, misi, tujuan dan sasaran kepala
daerah ditangkap oleh kepala SKPD yang kemudian dituangkan menjadi Visi, misi,
tujuan dan sasaran Renstra. Dengan demikian visi misi SKPD disusun untuk
mendukung atau mewujudkan visi misi Kepala Daerah. Keterkaitan antara RPJMD
dengan Renstra SKPD dapat digambarkan dalam gambar dibawah ini.
-
I - 6
Gambar 1.4
Keterkaitan antara dokumen RPJMD dengan Renstra SKPD
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Penyusunan RPJMD DIY tahun 2012-2017 mendasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
-
I - 7
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang berlakunya Undang-
Undang Nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 58) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 58);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 310);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
19. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun2005
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan
Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005 Nomor 3 Seri E),
-
I - 8
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan
Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 3);
20. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun2007
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 11);
21. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun2007
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2007 Nomor 7);
22. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor
2);
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Hirarki perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah.
Oleh karena itu RPJMD merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan
pembangunan nasional, yang bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan. RPJMD harus sinkron dan sinergi antar daerah, antarwaktu,
antarruang dan antarfungsi pemerintah, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
pembangunandaerah.
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta diterjemahkan dari visi dan misi kepala daerah
periode 2012-2017 yang dalam penyusunannya memperhatikan RPJM Nasional. Visi
Pembangunan Nasional Republik Indonesia pada periode tahun 20102014 adalah
Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 merupakan tahapan
kedua dengan penekanan prioritas pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia, termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi, serta penguatan
daya saing perekonomian. RPJMD DIY memperhatikan RPJMN dimana penekanan
RPJMD DIY untuk mencapai masyarakat mandiri telah selaras dengan visi RPJMN
untuk memberdayakan sumberdaya manusia yang bertujuan mewujudkan Indonesia
yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan dalam hal menciptakan pembangunan
ekonomi yang berlandaskan pemberdayaan sumber daya manusia ke arah
-
I - 9
Kesejahteraan Rakyat. Penyelarasan dilakukan dengan mensinkronkan tujuan dan
sasaran RPJMD.
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta berpedoman pada RPJP Daerah Istimewa
Yogyakarta. RPJP Daerah Istimewa Yogyakarta menjabarkan kehendak masyarakat
DIY yang dijadikan pedoman dasar bagi penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan selama 20 tahun. RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan pembangunan tahunan atau Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) dan menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
Sebagai dokumen perencanaan kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun kedepan,
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 -2017 juga mempedomani dokumen
RTRW DIY dan mengarah pada terwujudnya ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kebijakan pemanfaatan ruang, baik kebijakan struktur tata ruang maupun kebijakan
pola tataruang.
Gambar 1.5
Hubungan antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen Lainnya
Selain itu, proses penyusunan RPJMD DIY tahun 2012-2017 memperhatikan RPJMD
daerah sekitar yang terdekat. Keterkaitan terhadap RPJMD daerah lain dilakukan
pada Provinsi Jawa Tengah yang merupakan wilayah yang paling berdekatan dengan
DIY. Visi RPJMD Jawa tengah adalah Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang
Semakin Sejahtera. Misi yang dituangkan berkaitan dengan Visi tersebut adalah:
a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap responsif
aparatur sebagai pelayan masyarakat.
b. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM, dan
industri padat karya.
c. Memantapkan kondisi sosial budaya agraris yang berbasiskan kearifan lokal.
d. Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara
berkelanjutan.
e. Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur.
-
I - 10
f. Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat yang
berkeadilan dan terjamin kepastian hukum.
Berdasarkan pada misi tersebut dapat di tarik beberapa keyword utama, yaitu
pemerintahan yang bersih dan profesional (good governance); pembangunan
ekonomi; pemantapan sosial dan budaya; pengembangan SDM, peningkatan
infrastruktur dan terakhir adalah supremasi hukum. Kebijakan dasar misinya dimulai
dengan pelayanan dasar pemerintahan dan kepastian hukum, sedangkan pengisinya
adalah pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pengembangan SDM,
pemantapan kondisi sosial budaya serta dilengkapi dengan penciptaan infrastruktur
yang mencukupi.
1.4. Sistematika Penulisan
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017 disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
1.3. Hubungan Antar Dokumen
1.4. Sistematika Penulisan
1.5. Maksud dan Tujuan
BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.3. Kerangka Pendanaan
BAB IV Analisis Isu-Isu Strategis
4.1. Permasalahan Pembangunan
4.2. Isu Strategis
BAB V Penyajian Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran
5.1. Visi
5.2. Misi
5.3. Tujuan dan Sasaran
BAB VI Strategi Dan Arah Kebijakan
BAB VII Kebijakan Umum Dan Program Pembangunan Daerah
BAB VIII Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
BAB IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah
BAB X Pedoman Transisi Dan Kaidah Pelaksanaan
-
I - 11
1.5. Maksud dan Tujuan
1.5.1. Maksud
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017 adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode lima tahun yang dimaksudkan untuk memberikan visi, misi,
tujuan, sasaran dan strategi bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013-2017, yang harus dilaksanakan
secara terpadu, sinergis, harmonis dan berkesinambungan.
1.5.2. Tujuan
RPJM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017 disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Menerjemahkan visi dan misi kepala daerah ke dalam tujuan dan sasaran
pembangunan periode tahun 2012-2017, yang disertai dengan program prioritas
untuk masing-masing SKPD Daerah Istimewa Yogyakarta dengan berpedoman
pada RPJP Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005-2025;
b. Merumuskan rancangan kerangka perekonomian daerah serta pembiayaan
pembangunan untuk periode Tahun Anggaran 2013-2017;
c. Menetapkan berbagai program prioritas yang disertai dengan indikasi pagu
anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2013-
2017.
Mengacu pada maksud dan tujuan tersebut, maka RPJM Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2017 mempunyai fungsi pokok sebagai acuan dalam
penyusunan Rencana Strategis SKPD, merumuskan visi dan misi kepala daerah ke
dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai selama tahun 2013-2017, serta
perumusan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah
dalam bentuk program beserta kerangka pendanaannya selama tahun 2013-2017.
Adapun penjelasan bahwa RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai fungsi
pokok pokok sebagai:
a. Acuan penyusunan RKPD setiap tahun selama tahun 2013-2017;
b. Tolok ukur keberhasilan penyelenggaran pemerintahan daerah dibawah
kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur;
c. Tolok ukur penilaian keberhasilan kepala SKPD dalam melaksanakan
pembangunan sesuai dengan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggungjawab
masing-masing dalam upaya mewujudkan visi, misi dan program kepala daerah;
d. Pedoman seluruh pemangku kepentingan kepala SKPD dalam melaksanakan
pembangunan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta; dan
e. Instrumen pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam mengendalikan
penyelenggaran pembangunan daerah dan aspirasi mesyarakat sesuai dengan
prioritas dan sasaran program pembangunan yang ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang RPJMD.
-
II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta
Sejak zaman Prasejarah hingga kini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kekayaan
akan peristiwa-peristiwa penting, bahkan peristiwa-peristiwa dalam proses evolusi
geologis. Hal ini jarang terjadi di daerah lain sehingga dapat dikatakan sejarah DIY itu
sendiri merupakan salah satu keistimewaan DIY. Peninggalan-peninggalan cagar
budaya dan warisan budaya mewakili tahapan periodisasi sejarah yang terjadi di DIY,
yaitu masa prasejarah, masa Kerajaan Mataram Kuno, masa Kasultanan Mataram
Islam, masa Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman, masa
kolonial, masa kemerdekaan, dan masa kontemporer.
Menurut ahli geologi, DIY merupakan barometer sejarah bumi dan kegunungapian di
Indonesia, karena bukti geologi yang tersingkap di DIY mewakili 70% riwayat sejarah
kebumian di Pulau Jawa. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya singkapan batuan
dan fosil. Warisan geologi ini membentuk riwayat yang utuh sejak zaman pra-gunung
api (berlangsung lebih dari 36 juta tahun yang lalu), zaman gunung api purba/Old
Andesite Formation (berlangsung antara 16-36 juta tahun yang lalu), dan zaman
gunung api masa kini (zaman Merapi kira-kira 2 juta tahun yang lalu). Warisan
geologi yang utuh seperti ini langka dijumpai di daerah lain.
Apabila dipelajari dari bukti-bukti arkeologis yang ditemukan, menunjukkan bahwa
penghunian manusia purba di DIY telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.
Jejak-jejak kehidupan manusia prasejarah ditemukan di daerah Pegunungan Sewu
yang berada di bagian selatan DIY. Di kawasan karst ini terdapat ratusan guayang
dulu pernah menjadi tempat bermukim manusia, mungkin sejak sekitar 15.000
tahun yang lalu.
Penelitian yang telah dilakukan di daerah ini membuktikan manusia prasejarah yang
hidup di gua-gua itu telah memiliki budaya yang cukup maju. Mereka mengandalkan
kehidupannya dengan berburu dan mengeksploitasi tanaman. Ketika itu, mereka
belum tinggal secara menetap di gua-gua tersebut, tetapi kadang berpindah sesuai
dengan musim. Masa pengembaraan itu mereka hidup dengan berburu dan
meramu.
Adakalanya, mereka hidup agak di pedalaman dengan lebih banyak berburu hewan,
mengumpulkan buah-buahan dan umbi-umbian. Hewan yang banyak diburu adalah
monyet (macaca fasicularis), rusa, dan mungkin banteng. Di musim yang lain,
mereka akan pergi ke wilayah pantai dan lebih banyak hidup dari mengumpulkan
kerang dan mungkin menombak ikan. Cangkang kerang yang dikumpulkan seringkali
mereka pergunakan sebagai perhiasan atau alat dan masih mereka bawa ketika
mereka kembali masuk ke pedalaman.
-
II - 2
Mereka juga telah mengenal penguburan jenazah dengan cara terlipat, ditaburi zat
pewarna, dan ditindih dengan batu sebelum ditimbun dengan tanah. Hal ini
membuktikan budaya yang sudah cukup maju. Semua bukti kehidupan manusia gua
tersebut begitu banyak tersebar di Kabupaten Gunung Kidul. Namun, kini gua-gua
dengan bukti kehidupan prasejarah itu terancam oleh kegiatan manusia, khususnya
pertambangan gamping dan fosfat. Padahal, sumberdaya budaya itu mempunyai
nilai penting bagi data sejarah, arkeologi, dan ilmu lainnya.
Setelah kehidupan manusia prasejarah di gua-gua berakhir, wilayah DIY telah dihuni
oleh manusia prasejarah yang lebih maju. Mereka tinggal menetap di dalam
perkampungan dan mengandalkan pada kehidupan pertanian. Hasil yang diperoleh
lalu dipertukarkan, sehingga masyarakat saat itu dapat memperoleh benda-benda
dari luar, antara lain manik-manik dari kaca.Masyarakat pada saat itu meninggalkan
bukti-bukti keberadaannya terutama berupa benda-benda megalitik yang terutama
tersebar di desa-desa dalam wilayah Kecamatan Karangmojo dan Playen. Benda
megalitik yang ditemukan berupa kubur peti batu, patung menhir, dan batu tegak
lainnya. Ketika itu, mereka juga telah menggunakan alat-alat pertanian dari besi dan
memakai gerabah sebagai wadah.
Meskipun belum diketahui secara tepat sejak kapan kehidupan seperti ini dimulai,
namun data arkeologi memberikan petunjuk kehidupan seperti itu telah berlangsung
sejak 2.500 tahun lalu dan berkembang hingga beberapa abad Masehi. Bukti-bukti
kehidupan yang menunjukkan tradisi megalitik kurang banyak mendapat perhatian.
Sebagian di antara temuan itu telah rusak, bahkan terbongkar. Sebagian yang lain
dijadikan jembatan atau penguat pematang. Tentu saja, sejumlah upaya telah
dilakukan oleh pemerintan untuk menyelamatkan benda-benda ini dengan
mengumpulkan dan melindunginya di suatu tempat. Namun, tentu upaya itu masih
jauh dari cukup untuk menyelamatkan tinggalan purbakala yang amat penting
ini.Kehidupan prasejarah di kawasan pegunungan selatan Yogyakarta berangsur-
angsur berakhir dengan kedatangan dan semakin menguatnya pengaruh budaya
Hindu di wilayah DIY. Tidak dapat disangkal, pada masa pengaruh budaya Hindu pun,
wilayah Yogyakarta menjadi pusat perkembangannya. Sejak sekitar abad ke-7,
diduga telah ada komunitas-komunitas yang terpengaruh budaya Hindu di sekitar
wilayah Yogyakarta.
Keberadaan cagar budaya yang bercorak kuno seperti candi, situs, prasasti,
perhiasan, peralatan telah menunjukkan bahwa sebuah kerajaan besar bercorak
Hindu berkembang dan jaya sekitar abad ke-8. Wilayah DIY menjadi pusat dari
Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks Candi Prambanan dan Ratu Boko hanyalah
beberapa contoh peninggalan masa kejayaan kerajaan Mataram Kuno. Namun,
masih ada ratusan candi lainnya yang kini telah menjadi saksi sejarah peradaban
DIY, di antaranya Candi Kalasan, Sari, Sambisari, Kedulan, Banyunibo, Barong,
Morangan dan Kimpulan. Menurut Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M,
daerah Saliman (= Sleman, DIY bagian utara) adalah tempat berdirinya kerajaan
-
II - 3
Mataram Hindu yang diprakarsai oleh Sang Ratu Sanjaya. Pernyataan dalam prasasti
itu didukung dengan keberadaan sejumlah nama tempat atau toponim di daerah
Sleman yang menunjukkan adanya permukiman keluarga kerajaan, di antaranya
adalah Rejadani (= tempat raja), Poton (pattana = kota), Bantareja (= makam raja),
dan Dayakan (dayaka = keluarga raja).
Pada jaman kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, wilayah DIY juga berperan besar
dalam percaturan sejarah. Panembahan Senapati merintis pendirian Kerajaan
Mataram Islam di Kotagede, yang ada di bergelar "Senapati Ing Alaga Sayidin
Panatagama" artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
Pada masa Sultan Agung Hanyokrokusuma wilayah kekuasaan Mataram sangat luas,
meliputi seluruh Jawa Tengah, Jawa Barat sampai Karawang, Jawa Timur sampai
Jember dan Madura. Sultan Agung memilih DIY sebagai pusat kerajaannya, yaitu
daerah Kerta dan Pleret. Pada masa pemerintahan Sultan Agung di Pleret Kraton
Mataram mencapai puncak kejayaan. Tak hanya berpikir tentang keamanan dan
keberlangsungan kraton semata. Bukti dari semua itu bisa dilihat dari karya seperti
Sastra Gending, Kitab Ni Cruti, dan Niti Castra, Kaligrafi, Perhitungan Tahun Jawa
dan perayaan Sekaten. Hasil karya Sultan Agung yang sampai sekarang menjadi
"monumen" adalah makam Imogiri (makam raja-raja Mataram) yang sekarang telah
ditetapkan menjadi Kawasan cagar Budaya Kelas C yang di bawah kewenangan
provinsi.
Setelah Sultan Agung mangkat, Mataram mengalami masa-masa atau detik-detik
keruntuhan. Tanda-tanda dari keruntuhan Kesultanan Mataram antara lain
kebijakan-kebijakan para pengganti Sultan Agung yang menimbulkan ketidakstabilan
politik dalam menjalankan roda pemerintahannya. Selain itu, mereka lebih dekat
kepada VOC, hal demikian berbeda ketika masa pemerintahan Sultan Agung yang
memusuhi VOC. Kedekatan para pengganti Sultan Agung dengan VOC menyebabkan
terjadinya intervensi VOC terhadap politik Kesultanan Mataram. Puncak perpecahan
di Mataram ditandai dengan Perjanjian Giyanti atau perjanjian Palihan Nagaripada
tanggal 13 Februari 1755 M. Perjanjian ini terjadi karena VOC (Vereenigde Oost-
Indische Compagnie) yang sedang menguasai beberapa daerah di tanah Jawa
merasa kewalahan untuk menghadapi perlawanan Pangeran Mangkubumi yang
terus mendapat dukungan dari rakyat. Bahkan rakyat kemudian mengangkat dan
menobatkan Pangeran Mangkubumi sebagai raja yang dikenal dengan Sri
Susuhunan Kebanaran. Dukungan terhadap Susuhunan Kebanaran ini terus
menguat, sehingga perlawanan terhadap VOC pun semakin meluas.
Untuk meredakan perlawanan dan menghindari kerugian yang bertambah banyak,
maka VOC atas persetujuan Sunan Paku Buwono III, menawarkan perdamaian
kepada Pangeran Mangkubumi, dan Pangeran Mangkubumi tidak keberatan dengan
rumusan perjanjian damai itu yang dikenal dengan Perjanjian Giyanti. Isi perjanjian
Giyanti ini yang terpenting adalah pembagian Mataram menjadi dua. Separuh tetap
berada di bawah kekuasaan Sunan Paku Buwono III yang berpusat di Surakarta
sehingga disebut Kasunanan Surakarta, dan yang separuhnya lagi diberikan kepada
-
II - 4
Pangeran Mangkubumi dengan pusat pemerintahannya ada di Yogyakarta sehingga
terkenal dengan nama Kasultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat).
Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai sultan di Yogyakarta dengan gelar
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati
Ing Alaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping I (Sultan
Hamengku Buwono I).
Sultan Hamengku Buwono I (6 Agustus 1717 24 Maret 1792) terlahir dengan
nama Raden Mas Sujana yang merupakan adik Susuhunan Mataram II Surakarta.
Sultan Hamengkubuwana I dalam sejarah terkenal sebagai Pangeran Mangkubumi
pada waktu sebelum naik tahta kerajaan Ngayogyakarta, beliau adalah putra Sunan
Prabu dan saudara muda Susuhunan Pakubuwana II.
Dalam pembagian wilayah Kerajaan Mataram, Kasultanan Yogyakarta memperoleh
Wilayah Mataram, Kedu, dan Bagelen yang masuk dalam wilayah Negara Agung.
Daerah yang masuk dalam wilayah Mancanegara meliputi Madiun (Kota Madiun,
Magetan, Caruban, sebagian Pacitan); Kediri (Kertasana, Kalangbret, Ngrawa/Tulung
Agung); Surabaya (Japan/Majakerta); Rembang (Jipang, Teras Karas); Semarang
(Sela, Kuwu, sebagian Grobogan). Kasultanan Yogyakarta juga mendapat wilayah
dari Pantai Utara Jawa.
Sebelum dapat membangun istana yang tetap, untuk sementara waktu Sultan
Hamengku Buwono I bertahta di Pesanggrahan di Wilayah Gunung Gamping yang
dinamakan istana Ambar Ketawang mulai tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat ini,
Pangeran Mangkubumi mulai merencanakan desain kota pemerintahannya dengan
landasan filosofis yang sangat luar biasa, sehingga menjadi saujana asosiatif yang
bernilai tinggi. Yang dimaksud dengan saujana asosiatif (associative cultural
landscape) adalah paduan antara karya alam (bentang lahan dan lingkungan)
dengan karya bentukan manusia yang hanya dapat dipahami berdasarkan konsep
keagamaan atau kepercayaan, budaya, maupun seni tertentu yang melatarinya.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang
disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang
di sana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh
Susuhunan Paku Buwono II dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah
penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera
memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tersebut untuk didirikan Kraton.
Sultan Hamengku Buwono mulai menempati istana yang baru Ngajogjo Adiningrat
(Ngayogyakarta Hadiningrat) pada hari Kamis Pahing tanggal 7 Oktober 1756.
Disamping mendirikan istana baru, beliau yang berdarah seni mendirikan bangunan
tempat bercengkerama Taman Sari yang terletak di sebelah barat istananya.
Pangeran Mangkubumi berhasil membangun kratonnya di daerah bekas hutan
Beringan wilayah Mataram secara sempurna, yaitu baik dari segi fisik maupun non
fisik dan dilandasi dengan pemikiran filosofis religious, politis, sosial, ekonomis, dan
kultural yang mendalam. Makna-makna simbolis dan filosofis dapat dirunut dari segi
-
II - 5
penamaan kraton, ciri religius kraton, gaya seni budaya, semangat dan jiwa
patriotisme.
Pangeran Mangkubumi mendesain kerajaannya ini dengan nama Ngayogyakarta
Hadiningrat yang bermakna sebuah kerajaan yang sejahtera, indah dan terkemuka di
dunia. Beliau memperoleh nama ini dari nama Kerajaan Ayodyapura yang diperintah
oleh Rama penjelmaan Dewa Wisnu yang dikaguminya. Beliau berharap kerajaannya
ini akan menjadi indah, makmur, sejahtera, terkemuka seperti Ayodyapura, dan kini
menjadi cita-cita bersama Kraton dan DIY dalam Era Globalisasi. Sri Sultan
Hamengku Buwono I dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia pada
peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2006.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan
di dalam kontrak politik. Kontrak politik terakhir Kasultanan tercantum dalam
Staatsblad 1941, No. 47.
Sri Sultan Hamengku Buwono II (7 Maret 17502 Januari 1828) atau terkenal pula
dengan nama lainnya Sultan Sepuh Sultan adalah raja di Kesultanan Yogyakarta
yang memerintah antara tahun 1792 dan 1828. Hal ini ditandai dengan terjadinya
perubahan empat kali rezim kolonial dalam kurun waktu kurang dari setengah abad,
yaitu dari VOC, Prancis, Inggris dan Belanda. Perubahan rezim yang juga
menimbulkan pergantian kebijakan kolonial ini mengakibatkan terjadinya instabilitas
politik dari penguasa kolonial khususnya tindakan pemerintah kolonial terhadap raja-
raja pribumi. Kondisi ini meningkatkan eskalasi konflik yang cukup tajam antara
penguasa kolonial dan penguasa Jawa. Semasa hidupnya dikenal sebagai penentang
kekuasaan kolonial atau tidak pernah mau tunduk terhadap tuntutan-tuntutan
kolonial, antara lain menentang Gubernur Jendral Daendels dan Raffles. Sultan
menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendels mengenai alat kebesaran
Residen Belanda, pada saat menghadap sultan misalnya hanya menggunakan
payung dan tak perlu membuka topi. Perselisihan antara Hamengku Buwono II
dengan Susuhunan Surakarta tentang batas daerah kekuasaan juga mengakibatkan
Daendels memaksa Hamengku Buwono II turun takhta pada tahun 1810 dan untuk
selanjutnya bertahta secara terputus-putus hingga tahun 1828, yaitu akhir 1811
ketika Inggris menginjakkan kaki di Jawa (Indonesia) sampai pertengahan 1812
ketika tentara Inggris menyerbu keraton Yogyakarta dan 1826 untuk meredam
perlawanan Diponegoro sampai 1828. Hamengku Buwono III, Hamengku Buwono IV
dan Hamengku Buwono V sempat bertahta saat masa hidupnya Sri Sultan
Hamengku Buwono II.
Saat menjadi putra mahkota beliau mengusulkan untuk dibangun benteng kraton
untuk menahan seragan tentara Inggris. Tahun 1812 Raffles menyerbu Yogyakarta
dan menangkap Sultan Sepuh yang kemudian diasingkan di Pulau Pinang kemudian
dipindah ke Ambon. Pada tahun 1826 beliau dibujuk untuk menduduki Kesultanan
-
II - 6
kembali agar mau mempengaruhi para pangeran agar tidak mendukung perjuangan
Pangeran Diponegoro.
Selama masa pemerintahannya, sifatnya yang antikolonial semakin jelas. Sultan HB
II menyadari bahwa orang-orang Belanda merupakan ancaman utama terhadap
keutuhan wilayah dan kewibawaan raja-raja Jawa khususnya di Kesultanan
Yogyakarta. Sultan HB II tidak berpikir untuk mengembalikan wilayah K