rs1 2020 1 702 2001568000 bab2 - library.binus.ac.id

28
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Theory of Planned Behavior Teori tindakan beralasan (Theory of Reasond Action) diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980), dan diperbaharui oleh Ajzen pada tahun 1991 menjadi teori perilaku direncanakan (Theory of Planned Behavior), teori ini telah digunakan selama dua dekade untuk meneliti keinginan dan perilaku berbagi. Teori Tindakan Ajzen dan Fishbein, (1980), mengasumsikan perilaku ditentukan oleh keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu atau sebaliknya. Keinginan ditentukan oleh dua variabel independent termasuk sikap dan norma subyektif. Teori perilaku direncanakan ini dikembangkan dari teori Tindakan beralasan dengan memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku control yang disarankan. Teori ajzen tentang sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana seseorang memiliki penilaian evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku dalam sebuah pertanyaan, (Ajzen, 1991). Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Icek Ajzen adalah seorang professor psikologi di University of Massachusetts. Ia menerima gelar Ph.D di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak menulis artikel, dan bersama Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan buku-buku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen dan Fishbein menulis buku Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang telah banyak dipakai di kalangan akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan pada tahun 1980. Martin Fishbein adalah

Upload: others

Post on 25-May-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Theory of Planned Behavior

Teori tindakan beralasan (Theory of Reasond Action) diusulkan oleh Ajzen dan

Fishbein (1980), dan diperbaharui oleh Ajzen pada tahun 1991 menjadi teori perilaku

direncanakan (Theory of Planned Behavior), teori ini telah digunakan selama dua

dekade untuk meneliti keinginan dan perilaku berbagi. Teori Tindakan Ajzen dan

Fishbein, (1980), mengasumsikan perilaku ditentukan oleh keinginan individu untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu atau sebaliknya. Keinginan

ditentukan oleh dua variabel independent termasuk sikap dan norma subyektif. Teori

perilaku direncanakan ini dikembangkan dari teori Tindakan beralasan dengan

memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku control yang disarankan. Teori ajzen

tentang sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana seseorang memiliki

penilaian evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku dalam

sebuah pertanyaan, (Ajzen, 1991).

Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan

Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan

Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku

manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada

Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut

dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangan

yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan

menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA). Icek Ajzen adalah seorang professor

psikologi di University of Massachusetts. Ia menerima gelar Ph.D di bidang psikologi

sosial dari University of Illinois dan selama beberapa tahun menjadi Visiting Professor

at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak menulis artikel, dan bersama Martin Fishbein

menulis berbagai paper, jurnal dan buku-buku mengenai Theory of Reasoned Action dan

Theory of Planned Behavior. Ajzen dan Fishbein menulis buku Understanding Attitude

and Predicting Social Behavior yang telah banyak dipakai di kalangan akademik dan di

wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan pada tahun 1980. Martin Fishbein adalah

Page 2: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

12

profesor pada Department of Psychology and the Institute of Communications Research

pada University of Illinois di Urbana. Ia seorang konsultan pada the International Atomic

Energy Agency, The Federal Trade Commission and Warner Communications, Inc.

Bersama dengan Ajzen, ia telah menulis buku Belief, Attitude, Intention and Behavior:

An Introduction to Theory and Research pada tahun 1975. Ia juga telah banyak menulis

buku - buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir mengenai peran sikap dalam

mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal 1970-an berkolaborasi dengan

Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.

Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) dirumuskan pada tahun

1967 dalam upaya untuk memberikan konsistensi dalam studi hubungan antara perilaku

dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang Direncanakan

(Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai perluasan dari teori

tindakan beralasan, (Werner 2004). Asumsi utama dari teori tindakan beralasan dan teori

perilaku yang direncanakan adalah individu rasional dalam mempertimbangkan tindakan

mereka dan implikasi dari tindakan mereka (pengambilan keputusan). Rasionalitas

pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa keputusan tersebut dibuat di bawah

ketidakpastian, (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional

menyiratkan bahwa diharapkan adanya hasil yang optimal atau unit pengambilan

keputusan menyadari semua dampak dan konsekuensi, (Basu 1996; Bazerman 2002;

Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional menyiratkan bahwa diharapkan

adanya hasil yang optimal atau unit pengambilan keputusan menyadari semua dampak

dan konsekuensi, (Basu, 1996).

Menurut Tussaniyah (2016) timbulnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga

faktor, yaitu :

1. Behavioral Beliefs adalah sebuah keyakinan individu akan hasil dari suatu

perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

2. Normaive Beliefs adalah sebuah keyakinan tentang harapan normatif orang

laik dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

3. Control Beliefs adalah sebuah keyakinan tentang keberadaan suatu hal yang

mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan

persepsinya tentang kekuatan suatu hal yang mendukung dan menghambat

Page 3: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

13

perilakunya tersebut (Perceived Power).

2.2. Pajak Secara Umum

Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari

kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-

sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan

nasional. Sesuai falsafah Undang-Undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya

merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut

berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan

nasional.

2.2.1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.

16 Tahun 2009 (Pasal 1 Ayat 1), Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Soemitro

(2019), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dengan tidak mendapatkan jasa

timbal balik secara langsung yang digunakan untuk pembayaran umum yang disebut

dengan pajak. Saraswati dkk (2018) menyebutkan bahwa pajak merupakan sumber

utama dari pendapatan negara yang berguna untuk pembangunan maupun perbaikan di

berbagai bidang. Pengertian lain dari pajak menurut Ratnawati (2016), pajak adalah

pungutan yang dilakukan oleh negara yang digunakan untuk pengeluaran umum

pemerintah tersebut berdasarkan kekuatan Undang-Undang dan aturan pelaksanaan

yang terlambat ditentukan dan tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah.

Page 4: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

14

2.2.2. Jenis Pajak

Menurut Siti Resmi (2016) terdapat berbagai jenis pajak yang telah

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung, yaitu Wajib Pajak yang harus menanggung sendiri

pajaknya dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang dapat dibebankan kepada orang lain

atau pihak ketiga.

2. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan

pribadi Wajib Pajak atau memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya tidak memperhatikan

keadaan subjeknya atau pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya.

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga negara pada

umumnya.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik

daerah tingkat I (Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak

Kabupaten/Kota) digunakan untuk kepentingan rumah tangga daerah

masing-masing.

2.2.3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016), Sistem Pemungutan Pajak ada tiga , yaitu :

1. Official Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak. Official Assesment System mempunyai ciri-ciri yaitu:

a. Mempunyai wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

Page 5: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

15

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Self

Assesment System mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Mempunyai sebuah wewenang untuk dapat menentukan besarnya pajak

yang terutang ada pada Wajib Pajak.

b. Wajib Pajak aktif (mulai dari menghitung pajak, menyetor pajak, dan

melaporkan pajak terutang dengan sendirinya).

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3. Withholding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

memotong atau memungut pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Withholding Tax System mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai sebuah

wewenang untuk memotong atau memungut pajak yang terutang ada pada

pihak ketiga yaitu pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.3. Wajib Pajak

2.3.1. Pengertian Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP) Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan. Wajib Pajak harus memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

merupakan nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam membayar pajak.

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) diberikan kepada Wajib Pajak yang telah

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagaimana telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan.

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tidak berubah meskipun Wajib Pajak pindah

Page 6: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

16

tempat tinggal/tempat kedudukan atau mengalami pemindahan tempat terdaftar.

Pengertian Wajib Pajak diatas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak berisi orang

pribadi maupun badan yang membayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai

hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-

undangan perpajakan dan Wajib Pajak harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) sebagai identitas dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam

membayar pajak.

2.3.2. Pengelompokkan Wajib Pajak

Pengelompokkan Wajib Pajak menurut Kementrian Keuangan Direktorat

Jenderal Pajak dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai kategori sebagai berikut :

a. Orang Pribadi (Induk) yaitu Wajib Pajak yang belum menikah dan suami

sebagai kepala keluarga.

b. Hidup Berpisah (HB) yaitu wanita yang sudah kawin dikenai pajak secara

terpisah karena hidup berpisah berdasarkan putusan hakim.

c. Pisah Harta (PH) yaitu suami-istri yang dikenai pajak secara terpisah

karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan

harta dan penghasilan secara tertulis.

d. Memilih Terpisah (MT) yaitu wanita yang sudah kawin, selain kategori

Hidup Berpisah dan Pisah Harta yang dikenai pajak secara terpisah

karena memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan

terpisah dari suaminya.

e. Warisan Belum Terbagi (WBT) yaitu sebagai satu kesatuan merupakan

subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli

waris.

2. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan mempunyai kategori sebagai berikut :

a. Badan yaitu sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha.

b. Joint Operation yaitu bentuk kerja sama operasi yang melakukan

Page 7: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

17

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak atas nama

bentuk kerja sama operasi.

c. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing yaitu Wajib Pajak perwakilan

dagang asing atau kantor perwakilan perusahaan asing (Representative

Office/Liaison Office) di Indonesia yang bukan Bentuk Usaha Tetap.

d. Bendahara yaitu bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dan diwajibkan melakukan

pemotongan atau pemungutan pajak.

e. Penyelenggara Kegiatan yaitu pihak selain Wajib Pajak Badan

sebelumnya yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

2.4. Pajak Daerah

2.4.1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 10 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah

kontribusi Wajib Pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan atau keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun definisi lain yang menyatakan Pajak

Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

kepentingan pemerintah daerah. Secara garis besar pendapatan yang dimiliki oleh

setiap daerah yang masuk ke kas daerah terutama adalah bagi daerah yang memiliki

hak otonomi daerah.

Menurut Mardiasmo (2016) berpendapat bahwa pengertian atau istilah yang

terkait dengan Pajak Daerah antara lain sebagai berikut :

1. Daerah Otonom , yang disebut juga daerah adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Page 8: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

18

2. Pajak Daerah, yang disebut juga pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi maupun badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan

dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi

lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasti kolektif

dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

4. Subjek Pajak merupakan orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Pajak.

5. Wajib Pajak merupakan orang pribadi maupun badan meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentutan dengan ketentutan peraturan perundang-

undangan perpajakan daerah.

2.4.2. Fungsi Pajak Daerah

Sebagaimana halnya dengan pajak pusat, pajak daerah mempunyai peran penting

dalam pelaksanaan ungsi negara atau pemerintah, baik dalam fungsi mengatur

(Regulerend), penerimaan (Budgetory), redistribusi (Redistributive), dan alokasi

sumber daya (Resource Allocation) maupun kombinasi antara keempat fungsi tersebut.

Pada umumnya fungsi pajak daerah lebih diarahkan untuk alokasi sumber daya dalam

rangka penyediaan pelayanan kepada masyarakat, fungsi reglasi untuk pengendalian.

Fungsi pajak daerah dapat dikelompokkan menjadi dua fungsi utama yaitu fungsi

Budgetory dan fungsi Regulerend tetapi pembedaan tersebut tidak dikotomis. Fungsi

Pajak Daerah menurut Resmi (2016: 3) yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi yang paling utama dari pajak daerah yaitu untuk mengisi kas daerah.

Fungsi yang dimaksud yaitu fungsi Budgerair yang secara sederhana dapat

Page 9: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

19

diartikan sebagai alat pemerintah daerah untuk menghimpun dana dari masyarakat

untuk berbagai kepentingan pembiayaan pembangunan daerah.

2. Fungsi Pengaturan (Regulerend)

Fungsi lain dari pajak daerah yaitu untuk mengatur atau Regulerend. Dalam hal ini

pajak daerah dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu.

2.4.3. Ciri-ciri Pajak Daerah

Menurut Menurut Kurnia (2017) Pajak daerah mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut yang dimaksud yaitu perbandingan

antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.

2. Relatif stabil yaitu pajak tidak bisa berfluktuasi terlalu besar, kadang-kadang

meningkat secara drastis dan ada kalanya menurun secara tajam.

3. Basis pajaknya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (Benefit)

dan kemampuan untuk membayar (Ability to Pay).

2.4.4. Prinsip-prinsip Pajak Daerah

Menurut Triswati, Febrina (2017), Pajak daerah memiliki prinsip yang telah

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Prinsip Keadilan (Equity)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya keseimbangan berdasarkan kemampuan

masing-masing subjek pajak daerah. Yang dimaksud dengan keseimbangan atas

kemampuan subjek pajak yaitu dalam pemungutan pajak tidak ada diskriminasi

diantara sesama Wajib Pajak yang memiliki kemampuan yang sama. Dalam

prinsip Equity ini setiap masyarakat yang mempunyai kemampuan sama dikenai

pajak yang sama dan masyarakat yang memiliki kemampuan yang berbeda

memberikan kontribusi yang berbeda sesuai dengan kemampuannya masing-

masing.

2. Prinsip Kepastian (Certainty)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian, baik bagi aparatur pemungut

maupun Wajib Pajak. Kepastian di bidang pajak daerah antara lain meliputi dasar

hukum yang mengaturnya; yaitu mengenai subjek, objek, tarif dan dasar

Page 10: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

20

pengenaannya; serta kepastian mengenai tata cara pemungutannya. Adanya

kepastian akan menjamin setiap orang untuk tidak ragu dalam menjalankan

kewajiban membayar pajak daerah, karena segala sesuatunya diatur secara jelas.

3. Prinsip Kemudahan (Convenience)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat bagi Wajib

Pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya. Pemungutan pajak daerah sebaiknya

dilakukan pada saat Wajib Pajak daerah menerima penghasilan. Dalam hal ini

negara tidak akan melaksanakan pemungutan pajak daerah apabila masyarakat

tidak mempunyai kekuatan untuk membayar. Bahkan daerah seharusnya

memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada masyarakat untuk memperoleh

peningkatan pendapatan, dan setelah itu mereka layak memberikan kontribusi

kepada daerah dalam bentuk pajak daerah.

4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya efisiensi pemungutan pajak, artinya yaitu

biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh lebih

besar dari jumlah pajak yang dipungut. Dalam prinsip ini terkandung pengertian

bahwa pemungutan pajak daerah sebaiknya memperhatikan mekanisme yang dapat

menimbulkan pemasukan pajak yang sebesar-besarnya dan biaya pengeluaran

dengan sekecil-kecilnya.

2.5. Pengetahuan Pajak

Pemahaman adalah kemampuan yang terkandung didalam diri seseorang untuk

memahami sesuatu atau mengetahui bagaimana hal tersebut dapat dilihat dari berbagai

pandangan. Seseorang dapat dikatakan memahami suatu hal apabila seseorang tersebut

dapat memberikan penjelasan dan serta dapat memperagakan hal tersebut dan

mengutarakannya dengan menggunakan bahasa sendiri (Ulfa, 2019). Pengetahuan

adalah sebuah informasi yang sudah dikelompokkan dengan pemahaman dan potensi

untuk dilakukan dan kemudian pengetahuan tersebut akan tertanam atau melekat pada

diri sendiri. Menurut Utama dan Wahyudi (2016) pengetahuan pajak adalah kemampuan

yang didapat oleh Wajib Pajak itu sendiri dalam mengetahui atau memahami

pengetahuan perpajakan baik dari sisi tarif maupun manfaat pajak.

Page 11: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

21

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017) Indikator pengetahuan pajak sebagai

berikut:

1. Pengetahuan tentang fungsi pajak.

2. Pengetahuan tentang ketentuan prosedur pembayaran.

3. Pengetahuan sanksi pajak.

4. Pengetahuan tempat lokasi pembayaran pajak.

2.6. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Tanilasari dan Gunarso (2017) Kesadaran Wajib Pajak merupakan suatu

kondisi dimana seorang Wajib Pajak mengetahui ketentuan umum dan tata cara

perpajakan yang berlaku serta memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk memenuhi

segala kewajiban perpajakannya. Kesadaran perpajakan adalah keadaan memahami

perihal pajak tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Penilaian positif masyarakat Wajib

Pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan membuat masyarakat

untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Ummah, 2015).

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017) indikator kesadaran Wajib Pajak sebagai

berikut :

1. Kesadaran adanya hak dan kewajiban pajak memenuhi kewajiban membayar

pajak.

2. Kepercayaan masyarakat dalam membayar pajak untuk pembiayaan negara dan

daerah.

3. Dorongan diri sendiri untuk membayar pajak secara sukarela.

2.7. Sanksi Pajak

Sanksi perpajakan adalah alat pencegah (Preventif) yang diciptakan pemerintah

agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2018). Sanksi berasal

dari bahasa Belanda yaitu Sanctie yang artinya ancaman hukuman, merupakan suatu alat

pemaksa guna ditaati suatu kaidah, Undang-Undang misalnya sanksi terhadap

pelanggaran suatu Undang-Undang (Rahayu, 2016). Menurut Resmi (2019) sanksi

perpajakan dapat dikatakan jaminan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma

perpajakan) yang akan ditaati atau dipatuhi oleh Wajib Pajak untuk tidak melakukan

Page 12: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

22

tindakan melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak bisa terjadi karena adanya suatu

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan khususnya dalam

Ketentuan Umum dan tata cara Perpajakan (KUP).

Menurut Rumiyatun (2017) indikator sanksi pajak sebagai berikut :

1. Wajib Pajak mengetahui mengenai tujuan sanksi pajak kendaraan bermotor.

2. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu untuk mendidik Wajib

Pajak.

3. Sanksi pajak harus dikenakan pada Wajib Pajak yang melanggar tanpa toleransi.

2.7.1. Jenis-Jenis Sanksi Pajak

Menurut Mardiasmo (2016) sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa ketentuan

peraturan Perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti, dipatuhi.

Jenis-jenis sanksi pajak yaitu :

1. Sanksi Administrasi

a. Sanksi administrasi berupa denda.

b. Sanksi administrasi berupa bunga.

c. Sanksi administrasi berupa kenaikan.

2. Sanksi Pidana

a. Denda pidana.

b. Pidana kurungan.

c. Pidana penjara.

2.7.2. Sanksi bagi keterlambatan pembayaran pajak kendaraan bermotor

1. Sanksi Administrasi

a. Keterlambatan mengisi dan menyampaikan SPPKB dikenakan administrasi

berupa kenaikan sebesar 2% dari pokok pajak setiap bulan. Keterlambatan

paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

b. Apabila kewajiban mengisi dan menyampaikan pengisian SPPKB tidak

dilakukan lebih dari 12 (dua belas) bulan dikenakan sanksi administrasi

berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak

terutang ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan dihitung dari pajak terutang untuk jangka waktu paling lama 24 (dua

puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak.

Page 13: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

23

c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain di bidang

perpajakan tidak atau kurang dibayar dikenakan sanksi administrasi berupa

kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak

tersebut.

d. Sanksi administrasi berupa kenaikan dimaksud di atas, tidak diberlakukan

apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan

pemeriksaan.

2. Sanksi Pidana

Sanksi pidana Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana terutag dalam Peraturan

Daerah Nomor 3 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

a. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPPKB atau

mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan

yang tidak benar atau tidak lengkap sehingga merugikan keuangan daerah

dapat dipidana kurungan paling lama satu tahun dan atau denda paling

banyak dua kali jumlah pajak terutang.

b. Wajib Pajak yang karena sengaja tidak menyampaikan SPPKB atau mengisi

dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang

tidak benar atau tidak lengkap sehingga merugikan keuangan daerah dapat

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda

paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang.

2.8. Kepatuhan Wajib Pajak

2.8.1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak yaitu dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban

perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakan dengan baik dan benar sesuai dengan

peraturan dan Undang-Undang pajak yang berlaku menurut Ilhamsyah dkk (2016).

Adapun definisi lain Kepatuhan Wajib Pajak menurut Istiqomah (2016) yaitu

mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang

biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang

tertentu.

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017) indikator kepatuhan Wajib Pajak

Page 14: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

24

kendaraan bermotor sebagai berikut:

1. Memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak.

3. Membayar pajaknya tepat pada waktunya.

4. Wajib Pajak memenuhi persyaratan dalam membayarkan pajaknya.

5. Wajib Pajak dapat mengetahui jatuh tempo pembayarannya.

6. Tidak pernah melanggar ketentuan peraturan.

2.8.2. Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak dengan peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 39/PMK.03/2018, sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

2. Tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

mempunyai izin menunda atau mengangsur pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan yang telah dilakukan audit oleh KAP atau badan pengawasan

keuangan dan pembangunan harus mendapatkan pendapat wajar tanpa

pengecualian selama tiga tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dijatuhi hukuman yang disebabkan tindak pidana dibidang

perpajakan dalam kurun waktu lima tahun.

5. Dalam tahun terakhir penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) masa

yang terlambat tidak lebih 3 hari dari masa pajak untuk setiap jenis pajak dan

tidak berturut-turut.

6. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) masa yang terlambat tidak boleh lewat dari

batas waktu penyampaian SPT masa pajak berikutnya.

2.8.3. Faktor Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Istiqomah (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib

Pajak sebagai berikut:

1. Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang akan dipatuhi.

2. Perlakuan terhadap Wajib Pajak yang adil , keadilan Wajib Pajak merupakan

sifat (perbuatan atau perlakuan) yang tidak sewenang-wenang atau tidak berat

sebelah atas sistem perpajakan yang berlaku.

Page 15: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

25

3. Penegakan hukum akan mendorong Wajib Pajak untuk berlaku patuh terhadap

pajaknya. Wajib Pajak patuh karena berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan

ilegal dalam usaha untuk penyelundupan pajak.

4. Besar Penghasilan Perorangan atau badan tidak sama antara satu dengan yang

lain. Penghasilan akan ditentukan dari pekerjaan atau usaha, pendidikan dan

lindungan. Semakin besar penghasilan yang diperoleh maka semakin besar pula

pajak yang dibayarkan.

2.9. Pajak Kendaraan Bermotor

2.9.1. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor. Objek Pajak Kendaraan Bermotor, yang menjadi

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

bermotor. Dikecualikan sebagai objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah

kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor sebagai berikut :

1. Kereta Api yaitu Kendaraan Bermotor yang digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara.

2. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsultan,

perwakilan negara asing dengan adanya timbal balik dan lembaga-lembaga

Internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah

3. Objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Subjek Pajak

Kendaraan Bermotor, Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang menjadi subjek pajak

kendaraan bermotor adalah Orang Pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau

menguasai kendaraan bermotor.

2.9.2. Sistem Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Sri Rahayu Syah (2018), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terutang

wajib dibayar lunas sekaligus dimuka untuk masa dua belas bulan. Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) dibayar lunas paling lambat selama 30 hari setelah diterbitkannya

Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pemberatan, dan Putusan Banding yang

Page 16: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

26

menyebabkan jumlah pajak yang dibayar bertambah. Pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor dilakukan melalui Kas Daerah, Bank, atau yang ditetapkan oleh Gubernur.

Wajib Pajak yang sudah melunasi pajak akan diberikan tanda bukti pembayaran

pajak. Prosedur dan syarat pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yaitu :

A. Wajib Pajak harus mengisi formulir permohonan STNK (Surat Tanda Naik

Kendaraan) data sesuai di STNK dan BPKB (Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor), formulir yang ingin diisi dapat diambil di loket pendaftaran.

Lengkapi formulir dengan lampiran berkas yang ditetapkan. Berkas yang harus

dilampirkan yaitu :

1. Perpanjangan Pajak STNK Tahunan.

• STNK asli dan fotokopi.

• Fotokopi BPKB.

• KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli, fotokopi sesuai dengan nama

yang tertera pada STNK dan BPKB

2. Perpanjangan Pajak STNK 5 Tahunan.

• Cek fisik kendaraan.

• STNK asli dan fotokopi.

• Fotokopi BPKB.

• KTP asli dan fotokopi sesuai dengan nama yang tertera pada STNK

dan BPKB.

• Setelah berkas sudah lengkap, Wajib Pajak menyerahkan berkas

Permohonan Pajak STNK tersebut ke loket penyerahan berkas.

• Wajib Pajak menunggu antrian sampai dipanggil nama yang sesuai

data yang tertera di STNK.

• Wajib Pajak menerima slip pembayaran pajak yang telah tercantum

jumlah pajak yang harus dibayar.

• Wajib Pajak menyerahkan slip pembayaran dan uang sebesar biaya

pajak ke loket kasir.

• Setelah melakukan pembayaran pajak, Wajib Pajak menerima bukti

pelunasan pembayaran pajak dan bukti tersebut diserahkan ke loket

tempat pengambilan STNK.

Page 17: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

27

• Wajib Pajak menunggu antrian hingga nama yang sesuai pada STNK

dipanggil dan STNK baru telah diperpanjang untuk satu tahun

kedepan.

2.9.3. Tarif Pajak SAMSAT BSD Serpong

Tabel 2. 1 Tarif Pajak Berdasarkan Peraturan Gubernur

No Peraturan Gubernur Tarif

Kendaraan Dinas

Tarif Kendaraan

Umum

Tarif Kendaraan

Pribadi 1 Peraturan Gubernur Banten

Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2015

1 % 1 % 1,50%

2 Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2016

1% 1% 1,50%

3 Peraturan Gubernur Banten Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2017

1% 1% 1,50%

4 Peraturan Gubernur Banten Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2018

1% 1% 1,50%

5 Peraturan Gubernur Banten Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan

1% 1% 1,75%

Page 18: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

28

No Peraturan Gubernur Tarif

Kendaraan Dinas

Tarif Kendaraan

Umum

Tarif Kendaraan

Pribadi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2019

6 Peraturan Gubernur Banten Nomor 61 Tahun 2020 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Banten Tahun 2020

1% 1% 1,75%

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Serpong Provinsi Banten

Secara umum perhitungan PKB adalah sesuai dengan rumus berikut ini :

Pajak Terutang = Tarif Pajak × Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB)

2.9.4. Dasar Peraturan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar hukum pemungutan pajak suatu provinsi adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

b. Peraturan Daerah Provinsi yang mengatur secara khusus tentang pajak

kendaraan bermotor atau gabungan dengan peraturan lain.

c. Keputusan Gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor.

2.9.5. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dihitung sebagai perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:

a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan; dan/ atau.

c. pencemaran lingkungan akibat Kendaraan Bermotor.

Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dinyatakan

dalam suatu tabel yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan

demikian, besarnya dasar pengenaan pajak dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai

dengan perkembangan harga pasaran. Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) yang meliputi NJKB dan bobot ditetapkan dengan keputusan gubernur

Page 19: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

29

berdasarkan tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Untuk kendaraan

bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar dasar pengenaan pajak adalah perkalian

tarif, klasifikasi kendaraan (umum dan bukan umum), dan nilai jual yang ditetapkan

oleh gubernur.

2.10. SAMSAT

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor

dimana disebutkan dalam BAB I Pasal 1 Ayat 1 bahwa defisini dari SAMSAT

merupakan sebuah singkatan dari Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah

serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan

Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dalam Kantor Bersama SAMSAT.

Menurut Rizki (2016), SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap)

adalah salah satu sarana dari pengawasan pajak kendaraan bermotor yang telah

memberikan kontribusi dalam penerimaan pajak Negara, secara umum SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) diberikan tugas untuk memberikan

pelayanan dan pengawasan terhadap pembayaran pajak kendaraan bermotor.

2.11. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi referensi dalam melakukan sebuah penelitian

untuk mengembangkan pola pikir. Sehingga, penulis dapat memperkaya bahan kajian

pada penelitian ini. Berikut penelitian terdahulu yang digunakan.

Page 20: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

30

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian Judul Artikel Hasil Penelitian

Septiani Ria Yunita, Putu

Sukma Kurniawan, I Putu

Gede Diatmika (2019)

Pengaruh Kesadaran

Wajib Pajak,

Pengetahuan Pajak,

Bea Balik Nama,

Sanksi Perpajakan

dan Akuntabilitas

Pelayanan Publik

Pada Kepatuhan

Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor

Di Kantor SAMSAT

Wilayah Kabupaten

Banyuwangi

Dari seluruh hasil penelitian

menghasilkan nilai signifikan

dan berpengaruh tinggi dalam

kesadaran Wajib Pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak,

pengetahuan pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak, bea

balik nama kendaraan bermotor

terhadap kepatuhan Wajib

Pajak, sanksi perpajakan

terhadap kepatuhan Wajib

Pajak, dan akuntabilitas

pelayanan publik terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

Nila Sari Agustin, Rizki

Eka Putra (2019)

Pengaruh Kesadaran

Masyarakat, Sanksi

Perpajakan Dan

Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak

Kendaraan Bermotor

Pada SAMSAT Kota

Batam

Hasil penelitian, variabel

kesadaran mempunyai tingkat

signifikansi sebesar 0,454 dan

thitung sebesar -0,752 maka, H01

yang dimaksud merupakan

kesadaran masyarakat tidak

berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayar pajak kendaraan

bermotor, variabel sanksi

sebesar 0,561 dan thitung sebesar

-0,583 maka H02 ditolak yang

dimaksud, merupakan sanksi

perpajakan tidak berpengaruh

Page 21: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

31

Nama Penelitian Judul Artikel Hasil Penelitian

signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor, dan

variabel kepatuhan tingkat

signifikan sebesar 0,048 dan

thitung sebesar 2,002 maka, H03

diterima yang dimaksud

merupakan kualitas pelayanan

sangat berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan Wajib Pajak

dalam membayar pajak

kendaraan bermotor.

Gandy Wahyu Maulana

Zulma (2020)

Pengaruh

Pengetahuan Wajib

Pajak, Administrasi

Pajak, Tarif Pajak dan

Sanksi Perpajakan

terhadap Kepatuhan

Pajak Pada Pelaku

Usaha UMKM di

Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan pajak,

administrasi pajak dan sanksi

pajak terbukti berpengaruh

positif terhadap kepatuhan pajak

di Indonesia. Dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa

semakin baik tingkat

pengetahuan pajak, administrasi

pajak, serta penegakan sanksi

yang adil dan transparan dapat

meningkatkan tingkat kepatuhan

pajak.

Page 22: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

32

Nama Penelitian Judul Artikel Hasil Penelitian

Adi Rahman, Siti Paujiah,

Anthonius J. Karsudjono,

Laila Najmi (2020)

Pengaruh Sistem

Perpajakan,

Pelayanan

Perpajakan, Sanksi

Pajak dan Kesadaran

Wajib Pajak

Terhadap Keptuhan

Dan Keputusan

Membayar Pajak

Kendaraan Bermotor

Pada SAMSAT

Banjarmasin I

Ada pengaruh signifikan secara

simultan dan parsial antara

sistem perpajakan, pelayanan

perpajakan, sanksi pajak dan

kesadaran Wajib Pajak terhadap

kepatuhan dan keputusan

membayar pajak kendaraan

bermotor pada SAMSAT

Banjarmasin I. Pelayanan

perpajakan merupakan variabel

yang memiliki pengaruh

dominan terhadap kepatuhan

membayar pajak kendaraan

bermotor pada SAMSAT

Banjarmasin I dan kepatuhan

merupakan variabel yang

memiliki pengaruh dominan

terhadap keputusan membayar

pajak kendaraan bermotor pada

SAMSAT Banjarmasin I.

Asrinanda, Yossi

Diantimala (2018)

The Effect of Tax

Knowledge, Self

Assessment System,

and Tax Awareness

on Taxpayer

Compliance

Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa Pengetahuan perpajakan,

self assesment system dan tax

awareness baik secara simultan

maupun parsial berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak di Kota Banda

Aceh. Variasi pengetahuan

perpajakan, self assesment

system dan tax awareness

Page 23: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

33

Nama Penelitian Judul Artikel Hasil Penelitian

berpengaruh terhadap variasi

kepatuhan Wajib Pajak sebesar

93,1 persen dan sisanya sebesar

6,9 persen dipengaruhi oleh

variabel lain di luar model

penelitian ini. Dalam

meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak di lingkungan Pemerintah

Kota Banda Aceh dituntut untuk

mensosialisasikan pentingnya

perpajakan bagi pembangunan

sehingga tercipta kesadaran

perpajakan dan pengetahuan

masyarakat dalam membayar

pajak.

Omondi Judith Adhiambo

(2019)

Effect Of Taxpayer

Awareness And

Compliance Costs On

Tax Compliance

Among Small Scale

Traders In Nakuru

Town, Kenya

Hasil Penelitian, menunjukkan

bahwa Kesadaran Wajib Pajak

dan Pendidikan Pajak

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan

pajak (β2 = 0,315), dan

kepatuhan biaya berpengaruh

signifikan terhadap tingkat

kepatuhan pajak (β1 = 0,146).

Page 24: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

34

Nama Penelitian Judul Artikel Hasil Penelitian

Adesina Olugoke

Oladipupo, Uyioghosa

Obazee (2016)

Tax Knowledge,

Penalties and Tax

Compliance in Small

and Medium Scale

Enterprises in

Nigeria

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan perpajakan

berpengaruh signifikan positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak

sedangkan sanksi pajak

berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap kepatuhan

pajak. Dengan demikian, studi

tersebut menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan

memiliki kecenderungan lebih

tinggi untuk mendorong

kepatuhan pajak dibandingkan

dengan sanksi pajak. Oleh

karena itu, pemerintah harus

melakukan segala yang

mungkin untuk meningkatkan

pengetahuan publik tentang

masalah perpajakan dan

pendidikan pajak harus

dimasukkan dalam kurikulum

sekolah setiap saat. Pemilik

usaha kecil dan menengah juga

harus berupaya meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran

perpajakan mereka untuk

keuntungan bersama antara

pemerintah dan Wajib Pajak.

Page 25: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

35

2.12. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Untuk

Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT BSD Serpong

Menurut Oladipupo dan Obazee (2016), menjelaskan bahwa pengetahuan pajak

yaitu mengandung sebuah informasi pajak yang dapat digunakan atau diterapkan oleh

Wajib Pajak sebagai dasar untuk bertindak atau berperilaku, membuat keputusan, dan

untuk mengambil arahan atau strategi tertentu sehubungan dengan pemenuhan hak

dan kewajiban perpajakan mereka. Apabila Wajib Pajak tidak memiliki kemampuan

yang baik maka kemungkinan besar Wajib Pajak tidak dapat menyadari pentingnya

pengetahuan pajak untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakan.

Pengetahuan Wajib Pajak merupakan faktor penting dalam meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak, apabila Wajib Pajak mengetahui secara baik mengenai

ketentuan perpajakan yang berlaku, maka Wajib Pajak dapat secara sukarela

memenuhi kewajiban pajaknya (Zuhdi et al., 2015). Beberapa penelitian sebelumnya

seperti Palil, M. R., et.al (2013) dan Zuhdi et.al. (2015) menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat pengetahuan Wajib Pajak mengenai peraturan perapajakan maka akan

semakin tinggi tingkat kepatuhan pajaknya.

Dengan demikian, tingkat pengetahuan Wajib Pajak terhadap hak dan kewajiban

perpajakannya dapat mempengaruhi keputusan Wajib Pajak untuk mematuhi

peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

H1 : Pengetahuan Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor

2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT BSD

Serpong

Menurut Tanilasari dan Gunarso (2017) Kesadaran Wajib Pajak adalah suatu

kondisi dimana Wajib Pajak harus mengetahui ketentuan umum dan tata cara

perpajakan yang berlaku, serta mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk

Page 26: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

36

memenuhi segala kewajiban perpajakannya.

Hasil penelitian dari Elfin et al. (2017) menyatakan bahwa kesadaran Wajib

Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Maka dari penjelasan

diatas, maka hipotesis yang dapat disimpulkan bahwa kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor.

H2 : Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor

3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Untuk

Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT BSD Serpong

Menurut Swistak (2016) menyatakan bahwa sanksi pajak dapat meningkatkan

kepatuhan pajak apabila sanksi yang diterapkan dianggap adil dan dapat diterima baik

oleh Wajib Pajak. Apabila sanksi dianggap sebagai penindas, maka akan

menimbulkan perlawanan dan dapat menurunkan kepatuhan pajak. Sanksi yang tegas

dapat meningkatkan kesadaran Wajib Pajak. Semakin tegas sanksi yang diberlakukan

maka akan semakin meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Rahayu, 2017).

Penelitian Husnurrosyidah dan Nuraini (2016) dan Wahyuningsih, et al., (2017)

menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib

Pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

H3 : Sanksi Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Untuk

Membayarkan Pajak Kendaraan Bermotor

Page 27: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

37

2.13. Kerangka Hipotesis

Gambar 2. 1 Kerangka Hipotesis Penelitian

Pengetahuan Pajak

(X1)

Kesadaran Wajib Pajak

(X2)

Sanksi Pajak

(X3)

Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayarkan

Pajak Kendaraan Bermotor

(Y)

Page 28: RS1 2020 1 702 2001568000 Bab2 - library.binus.ac.id

38