sila ketuhanan yang maha esa

25
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Maksudnya adalah setiap warga Negara berhak untuk memeluk agama atau kepercayaan masing-masing, tanpa harus mengganggu agama lainnya. Karena pada dasarnya, agama atau kepercayaan mempunyai nilai penting untuk mengatur suatu tatanan sistem yang elah terbentuk. Dengan berpedoman kepada sila ini, sudah tidak ada pemaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksakan seseorang untuk berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga Negara untuk memeluk salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan masing masing. Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah : · 3 Gereja dibakar di Awal Ramadhan “Ritual” bakar gereja kembali terjadi Kabupaten Kuantan Singingi, provinsi Riau. Di hari pertama

Upload: septianayu

Post on 04-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Maksudnya adalah setiap warga Negara berhak untuk memeluk agama atau

kepercayaan masing-masing, tanpa harus mengganggu agama lainnya.

Karena pada dasarnya, agama atau kepercayaan mempunyai nilai penting

untuk mengatur suatu tatanan sistem yang elah terbentuk. Dengan

berpedoman kepada sila ini, sudah tidak ada pemaksakan suatu agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak

boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksakan

seseorang untuk berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Negara

memberikan jaminan kebebasan kepada warga Negara untuk memeluk

salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan masing masing.

Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :

· 3 Gereja dibakar di Awal Ramadhan

“Ritual” bakar gereja kembali terjadi Kabupaten Kuantan Singingi,

provinsi Riau. Di hari pertama umat Muslim menjalankan ibadah puasa,

tiga gereja di kabupaten tersebut di bakar. Yaitu, gereja Pentakosta di

Indonesia (GPdI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan Gereja

Methodist Indonesia (GMI). Motifnya relatif sama, ratusan massa

mendatangi gereja, menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.

Berdasarkan informasi, pembakaran yang dilakukan tersebut diduga karena

bangunan belum mengantongi izin, dan aktivitasnya menganggu ibadah

puasa.

Page 2: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Maksudnya adalah setiap warga Negara berhak untuk memeluk agama atau

kepercayaan masing-masing, tanpa harus mengganggu agama lainnya.

Karena pada dasarnya, agama atau kepercayaan mempunyai nilai penting

untuk mengatur suatu tatanan sistem yang elah terbentuk. Dengan

berpedoman kepada sila ini, sudah tidak ada pemaksakan suatu agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak

boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksakan

seseorang untuk berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Negara

memberikan jaminan kebebasan kepada warga Negara untuk memeluk

salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan masing masing.

Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :

· 3 Gereja dibakar di Awal Ramadhan

“Ritual” bakar gereja kembali terjadi Kabupaten Kuantan Singingi,

provinsi Riau. Di hari pertama umat Muslim menjalankan ibadah puasa,

tiga gereja di kabupaten tersebut di bakar. Yaitu, gereja Pentakosta di

Indonesia (GPdI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan Gereja

Methodist Indonesia (GMI). Motifnya relatif sama, ratusan massa

mendatangi gereja, menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.

Page 3: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Berdasarkan informasi, pembakaran yang dilakukan tersebut diduga karena

bangunan belum mengantongi izin, dan aktivitasnya menganggu ibadah

puasa. Pembakaran gerena mengatasnamakan rakyat bukan pertama

kalinya di kabupaten ini. Lagi-lagi perizinan menjadi alasan pembenar

mereka menghalangi orang untuk berbakti kepada Tuhannya. Surat

Keputusan Bersama Meneri Agama dan Menteri Dalam Negri yang

mengatur cara mendirian rumah ibadah lebih berperan sebagai alat

pemaksa disbanding memberi jalan untuk umat agama tersebut

mendekatkan diri kepada Tuhannya. Hal ini sangat ironis, mengingat

hubungan manusia dengan Tuhannya itu sangat penting, seperti dasar

Negara di awal sila yaitu, Ketuhan Yang Maha Esa. Seolah-olah, peraturan

yang dibuat manusia itu mempunyai kuasa yang lebih penting daripada

hubungan umat dengan Tuhannya. Bahkan seakan dipandang melebihi

kuasa dari Sang Khalik itu sendiri.Sangat amat menyedihkan sekali bangsa

ini, dimana bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai segala

perbedaan yang ada. Dan ini adalah sebuah renungan atau pukulan berat

bagi setiap insan yang ada di bumi Pertiwi ini. Jelas, hukum sangat

disalahgunakan dalam kasus ini. Pancasila dalam sila pertama tidak lagi

menjadi pedoman utuh bagi pengikutnya, yaitu warga Indonesia.

Seharusnya, dalam Negara yang luas dan besar ini, harus memiliki hati

yang besar juga dalam menghargai segala jenis perbedaan. Setiap warga

berhak beribadah dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Toleransi beragama sangat diperlukan dlam jiwa masing-masing individu.

Tidak bergerak atas nama kelompok golongan, namun atas bangsa dan

Negara Indonesia.

Page 4: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui

situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan

Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus

memantau perkembangannya.

Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,

Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan

teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,

F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang

dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al

Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.

Page 5: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui

situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan

Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus

memantau perkembangannya.

Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,

Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan

teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,

F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang

dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al

Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.

Analisis : Menurut saya kasus ini merupakan penyimpangan terhadap sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab penistaan yang dilakukan

di media internet ini sangat tidak terpuji. Pasalnya setiap individu pasti

memiliki keyakinannya masing-masing, dan oleh sebab itu dibutuhkannya

sikap toleransi dalam beragama ataupun berkeyakinan. Meskipun berbeda

keyakinan tidak sepantasnya menghina atau mencaci agama lain. Atas

tindakan yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab

tersebut harus ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib, agar memberikan

efek jera pada si pelaku tersebut dan memblokir situs media yang

digunakan si pelaku.

Page 6: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Positif

Contoh kasus : Jakarta, CNN Indonesia - Gereja Katedral dan Masjid

Istiqlal, jadi dua simbol agama, Islam dan Katolik di Indonesia. Kedua

tempat tersebut terletak saling berseberangan, Gereja Katedral di Jalan

Katedral nomor 7B dan Masjid Isiqlal di Jalam Taman Wijaya Kusuma,

keduanya di pusat Jakarta,memiliki sejarah toleransi beragama yang

panjang. Salah satu bentuk kecil dari toleransi beragama yang muncul dari

kehadiran Katedral dan Istiqlal adalah soal berbagi lahan parkir. Seperti

diketahui, akhir pekan ini umat Katolik, dan Kristen tentunya, sedang

merayakan hari besar yang mereka namakan Paskah.

Sumber : http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150403153140-20-

44065/berbagi-parkir-sekelumit-cerita-toleransi-istiqlal-katedral/

Analisis : Menurut saya prilaku ini mencerminkan sikap seperti sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap individu pasti

memiliki kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Seperti yang

ditunjukan oleh contoh diatas, dimana Masjid Istiqlal dengan Gereja

Katedral merupakan dua tempat ibadah yang berebeda. Letak kedua tempat

ibadah ini saling berhadapan, meskipun demikian mereka memiliki sikap

toleransi dan peduli satu sama lain. Seperti saat hari raya Idul Fitri atau hari

besar lainnya, bila lahan parkir di daerah Masjid Istiqlal penuh mereka para

Page 7: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di Gereja Katedral, begitu pula

sebaliknya.

Negatif

Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui

situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan

Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus

memantau perkembangannya.

Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,

Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan

teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,

F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang

dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al

Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.

Analisis : Menurut saya kasus ini merupakan penyimpangan terhadap sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab penistaan yang dilakukan

di media internet ini sangat tidak terpuji. Pasalnya setiap individu pasti

memiliki keyakinannya masing-masing, dan oleh sebab itu dibutuhkannya

sikap toleransi dalam beragama ataupun berkeyakinan. Meskipun berbeda

keyakinan tidak sepantasnya menghina atau mencaci agama lain. Atas

tindakan yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab

tersebut harus ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib, agar memberikan

Page 8: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

efek jera pada si pelaku tersebut dan memblokir situs media yang

digunakan si pelaku.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab

Positif

Contoh kasus : Masyarakat di Kec. Serawai adalah kelompok orang Dayak

yang hidup dalam persahabatan dengan alam, budaya, sesama, dan Tuhan.

Mereka hidup di pinggiran sungai di pedalaman Kalimantan Barat. Suku

mayoritas di sana adalah suku Uud Danum. Rasa kekeluargaan di antara

mereka tumbuh secara alamiah karena ikatan kesukuan dan alam mereka.

Mereka semakin merasa senasib dan sepenanggungan karena sedikit demi

sedikit komunitas ini mulai tersingkir oleh modernisasi dari kota. Karena

itu, pendekatan yang paling cocok untuk pengamalan sila kedua Pancasila

di tempat ini adalah pendekatan budaya. Nilai-nilai Pancasila akan lebih

tepat dan efektif jika masuk melalui budaya mereka, karena pada dasarnya

Pancasila pun berasal dari budaya. Di sinilah letak adaptasi nilai-nilai

Pancasila terhadap locus kontekstual masyarakat di Serawai.

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/29/pengamalan-sila-

kedua-pancasila-pada-masyarakat-di-kecamatan-serawai-kab-sintang-kal-

bar-512022.html

Page 9: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Anlisis : Menurut saya sikap masyarakat Serawai mecerminkan sila kedua,

sebab dalam kesehariannya mereka hidup saling berdampingan dan juga

saling membanbantu tanpa memandang suku, keturunan maupun

agamanya. Hal inilah yang patut untuk ditiru oleh masyarakat kita.

Negatif

Contoh kasus : Jakarta, CNN Indonesia - Kepala Satuan Reserse dan

Kriminal Polres Kota Tangerang Komisaris Aris Tri Yunarko mengatakan

bahwa Kota Tangerang Selatan adalah kawasan rawan pembegalan sepeda

motor. Kasus pembegalan yang berakhir dengan tewasnya salah satu

pelaku dengan cara dibakar warga adalah salah satu contoh kejadian

perampokan di daerah pemekaran Kabupaten Tangerang tersebut.

"Untuk pencurian kendaraan bermotor Tangsel masuk kategori rawan

karena berbatasan dengan Jakarta," kata Aris kepada CNN Indonesia,

Selasa (24/2).

Sumber: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150224155512-12-

34482/begal-dibakar-warga-polisi-tangsel-rawan-pembegalan/

Analisis : Menurut saya, prilaku ini merupakan penyimpangan dari sila

kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebab pembegalan yang

dilakukan oleh beberapa kelompok dibeberapa daerah tidak memiliki rasa

kemanusiaan. Hal ini ditunjukan dengan cara pelaku melakukan aksinya

Page 10: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

yang mana korban langsung dibunuh dengan cara sadis. Untuk itu perlunya

peran pemerintah dalam menindaklanjuti sikap para pembegal ini, dan

perlunya diberi sanksi yang tegas setara dengan apa yang mereka perbuat.

3. Sila Persatuan Indonesia

Positif

Contoh Kasus : Jurnal Patroli News Bitung – Ditahun 2015 PNS jajaran

Pemkot bakal diwajibkan untuk menggunakan pakaian batik selama dua

hari berturut-turut, yakni hari Rabu dan Kamis. Penggunaan batik itu sesuai

dengan peraturan Walikota Bitung Nomor 15 Tahun 2008 tentang pakaian

dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bitung.

“Serta guna meningkatkan disiplin dan motivasi kerja, telah diterbitkan

surat edaran Nomor 800/WK/01/I/2015 Tanggal 2 Januari 2015 tentang

penggunaan pakaiaan dan ketentuan jam kerja,” kata Kepala BKD-PP Kota

Bitung, Jossy Kawengian, Senin (5/1/2015).

Sumber : http://jurnalpatrolinews.com/2015/01/05/rabu-dan-kamis-pns-

diwajibkan-gunakan-batik/

Analisis : Menurut saya sikap yang diambil oleh Pemkot Bitung

mencerminkan sila ketiga, dimana busana batik merupakan budaya asli dari

Indonesia. Mengenakan pakaian batik pada hari Rabu dan Kamis di kota

Page 11: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Bitung menunjukkan sebagian kecil sikap positif persatuan untuk

melestarikan budaya Indonesia. Untuk itu sudah sepatutnya kita warga

negara Indonesia harus ikut melestarikan budaya bangsa.

Negatif

Contoh Kasus : Pengakuan atau klaim budaya indonesia oleh bangsa lain

bukan hanya terjadi satu kali. Tercatat ada lebih dari 20 budaya indonesia

yang di klaim oleh bangsa lain, angka yang menakjubkan bukan? Tidak

berhenti di situ, yang lebih fantastik adalah keanergaman budaya yang di

klaim. Tidak tanggung-tanggung pengeklamiannya yang terjadi, dari

naskah kuno sampai motif batik, dari alat musik angklung sampai tarian

pendet, yang notabene adalah tarian kebanggaan masyarakat pulau Bali.

Sumber : http://g341100009.blogspot.com/2012/06/klaim-budaya-

indonesia-oleh-bangsa-lain.html

Analisis : Menurut saya kurangnya perhatian serta rendahnya inisiatif

pemerintah dalam mempertahankan dan mematenkan budaya Indonesia

adalah salahsatu faktor penyebab pengklaiman budaya Indonesia oleh

bangsa lain. Keterlambatan pemerintah dalam menindaklanjuti ini akan

berdampak buruk yaitu kehilangan indetitas diri suatu bangsa. Tapi bukan

hanya pemerintah yang berperan dalam melestarikan budaya Indonesia,

tetapi semua warga negara khususnya remaja yang kini lebih menyukai

budaya asing daripada budaya lokal. Kita sebagai warga negara Indonesia

Page 12: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

sudah sepatutnya bangga akan budaya yang dimiliki negara ini, dan sudah

seharusnya juga kita menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

Positif

Contoh Kasus : JAKARTA-Calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo,

hari ini menyalurkan hak pilihnya di TPS 18 Taman Suropati, Menteng,

Jakarta Pusat. Jokowi yang didampingi sang istri, Iriana Widodo tiba di

lokasi TPS pukul 10 lelewat 15 menit. Usai melakukan pencoblosan,

Jokowi beserta istri meninggalkan lokasi pemungutan suara, untuk menuju

kediaman Megawati Soekarno putri, di Kebagusan, Jakarta. Sementara itu,

calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto menyalurkan hak

pilihnya di kediamanya di hambalang Bogor.

Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/warga-indonesia-antusias-

berikan-suara-dalam-pilpres-2014/1953919.html

Analisis : Menurut saya kasus pemilu ini mencerminkan sila keempat sebab

Indonesia membutuhkan pemimpin untuk memajukan kesejahteraan rakyat.

Antusias yang dimiliki masyarakat dalam memilih Presiden untuk periode

selanjutnya adalah bentuk cita-cita masyarakat Indonesia untuk hidup yang

lebih baik.

Page 13: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Negatif

Contoh Kasus : TEMPO.CO, Brebes - Baru dua bulan bekerja sebagai

pembantu rumah tangga di Singapura, Kunainah, 30 tahun, pulang dengan

luka di sekujur tubuhnya. Tragisnya, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal

Desa Cikuya, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, itu

telantar saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 3 Juni 2014.

"Dari bandara, Kunainah dipulangkan dengan bus. Dia diturunkan di Desa

Pejagan, Kecamatan Losari, Brebes," kata Ramuji, 48 tahun, sepupu

Kunainah, di Rumah Sakit Umum Daerah Brebes, Ahad siang, 8 Juni 2014.

Herman beserta sejumlah keluarganya mengantar Kunainah ke Instalasi

Gawat Darurat RSUD Brebes.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/06/08/063583399/TKI-

Asal-Brebes-Disiksa-Majikan-di-Singapura

Analisis : Menurut saya kasus ini tidak mencerminkan sila keempat, sebab

kurangnya keseriusan pemerintah Indonesia dalam menangani

permasalahan TKI diluar negeri. Akibatnya banyak TKI yang merasakan

penderitaan akibat penyiksaan oleh majikannya. Untuk itu perlunya

dilakukan pembenahan dan diberlakukannya kebijakan yang dapat

melindungi para TKI diluar negeri.

Page 14: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Positif

Contoh Kasus : Merdeka.com - Seorang guru honorer di Tegal, Siti

Saerullah, menyampaikan keluhannya kepada calon presiden Joko Widodo

(Jokowi). Dia mengatakan sudah menjadi guru selama sepuluh tahun,

namun belum juga menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dia mengungkapkan, dia belum menjadi PNS padahal kawan-kawannya

yang juga sebagai guru honorer sudah diangkat menjadi PNS. Siti pun

mengeluh lantaran penghasilannya hanya sekitar seratus ribu tiap bulannya.

"Saya sudah jadi honorer K2 sejak tahun 2004. Padahal kawan saya sudah

ada yang lolos, tapi saya ndak lolos. Penghasilan saya sekitar seratus ribu

per bulan. Kami dari honorer guru dan guru bantu minta diangkat," kata

Siti di kawasan Tegal, Jawa Tengah, Kamis (19/6).

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-janji-bantu-semua-

guru-honorer-agar-diangkat-jadi-pns.html

Page 15: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Analisis : Menurut saya contoh kasus ini mencerminkan sila kelima, sebab

guru honorer juga manusia yang memiliki banyak kebutuhan untuk

keluarganya. Hal ini ditunjukkan oleh sekelompok guru honorer yang

menceritakan keluh kesahnya langsung kepada Bapak Jokowi. Permohonan

keadilan yang dituntut oleh para guru honorer dikawasan Tegal inipun

segera ditindaklanjuti dengan mengangkat semua guru honorer menjadi

PNS meskipun akan ada prosedur dan proses yang harus dijalani.

Negatif

Contoh Kasus : KOMPAS.com - Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang

makan uang rakyat bermiliar-miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum.

Tapi nenek Minah dari Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan

Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini harus menghadapi masalah hukum

hanya karena tiga biji kakao yang nilainya Rp 2.000.

Memang, sampai saat ini Minah (55) tidak harus mendekam di ruang

tahanan. Sehari-hari ia masih bisa menghitung jejak kakinya sepanjang 3

km lebih dari rumahnya ke kebun untuk bekerja.

Ketika ditemui sepulang dari kebun, Rabu (18/11) kemarin, nenek tujuh

cucu itu seolah tak gelisah, meskipun ancaman hukuman enam bulan

penjara terus membayangi. "Tidak menyerah, tapi pasrah saja," katanya.

"Saya memang memetik buah kakao itu," tambahnya.

Page 16: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Terhitung sejak 19 Oktober lalu, kasus pencurian kakao yang membelit

nenek Minah itu telah ditangani pihak Kejaksaan Negeri Purwokerto. Dia

didakwa telah mengambil barang milik orang lain tanpa izin. Yakni

memetik tiga buah kakao seberat 3 kg dari kebun milik PT Rumpun Sari

Antan 4. Berapa kerugian atas pencurian itu? Rp 30.000 menurut jaksa,

atau Rp 2.000 di pasaran!

Sumber:

http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/07410723/duh....tiga.buah.kak

ao.menyeret.minah.ke.meja.hijau..

Analisis : Menurut saya hukuman yang diberikan kepada Nenek Minah

tidak menerminkan sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sebab nenek yang berusia 55 tahun ini dijerat pasal 362 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana dan terancam hukuman enam bulan

penjara. Hal ini terlalu berlebihan, bayangkan saja, hanya sebuah kasus

sepele yaitu memetik tiga buah kakao tetapi sudah terjerat hukum pidana,

bagaimana dengan koruptor yang memakan uang rakyat hingga bermilyar-

milyar banyaknya tetapi masih bisa lolos dari jeratan hukum dengan

mudahnya. Menurut saya ini sangat tidak adil dan hukum yang ada di

Indonesia masih harus dipertanyakan.

Page 17: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa