sinkronisasiasean regional guidelines on competition …digilib.unila.ac.id/31881/3/skripsi tanpa...

70
SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION POLICYDENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (Skripsi) Oleh: WAFERNANDA RM LUBIS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 25-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION

POLICYDENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI

DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

(Skripsi)

Oleh:

WAFERNANDA RM LUBIS

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

ABSTRAK

SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION

POLICYDENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI

DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Oleh

Wafernanda RM Lubis

Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan mengubah ASEAN menjadi satu

pasar dan basis produksi tunggal, wilayah ekonomi yang kompetitif, wilayah

pembangunan ekonomi yang merata, dan sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi

global. Salah satu tujuan Cetak Biru MEA adalah wilayah ekonomi yang kompetitif, oleh

karena itu dibutuhkan kebijakan persaingan usaha. Pada bulan Agustus tahun 2007 para

menteri ekonomi ASEAN membentuk AEGC (ASEAN Expert Group Competition)

sebagai forum regional untuk membahas dan bekerjasama dalam National Competition

Policy and Law dan membentuk ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

Tujuan terbentuknya ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy sebagai

kerangka umum untuk memandu negara anggota ASEAN, mengenalkan dan menerapkan

kebijakan persaingan usaha sesuai dengan konteks hukum dan ekonomi masing – masing

negara anggota guna menuju proses pembangunan integrasi kawasan ekonomi ASEAN.

Penelitian ini berfokus pada sinkronisasiASEAN Regional Guidelines On Competition

Policydengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai dasar hukum persaingan usaha dan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian hukum normatif yang bersumber pada bahan hukum primer, sekunder,

dan tersier yang pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik studi pustaka.

Hasil dari penelitian tentangsinkronisasiASEAN Regional Guidelines On Competition

Policy dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menunjukkan 2 hal: (1)Undang – Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat memiliki unsur yang sudah terdapat di dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun

1999 tetapi perlu penambahan substansi untuk menyesuaikan dengan ASEAN Regional

Guidelines On Competition Policyantara lain definisi dan interpretasi, sanksi, penanganan

perkara, dan penguatan kelembagaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. (2) Undang –

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat belum memiliki unsur yang terdapat dalam ASEAN Regional

Guidelines On Competition Policy dalam beberapa hal antara lain penerapan hukum

persaingan secara extrateritorial, badan banding, kerjasama badan pengawas

internasional, dan metode sunset clauses.

Kata Kunci : ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy, Undang – Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Page 3: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

ABSTRACT

SYNCHRONIZATION OFASEAN REGIONAL GUIDELINES ON

COMPETITION POLICYWITHCONSTITUTION NUMBER 5 YEAR

1999 CONCERNING PROHIBITION OF MONOPOLISTIC

PRACTICES AND UNFAIR BUSINESS COMPETITION

By

Wafernanda RM Lubis

The ASEAN Economic Community Blueprint aims to transform ASEAN into a single

market and production base, a competitive economic region, a region of equitable

economic development, and fully integrated into the global economy. One of MEA's

Blueprint objectives is a competitive economic region, therefore a competition policy is

required. In August 2007 ASEAN economic ministers established the AEGC (ASEAN

Expert Group Competition) as a regional forum to discuss and cooperate in the National

Competition Policy and Law and establish the ASEAN Regional Guidelines On

Competition Policy. The objective of the establishment of ASEAN Regional Guidelines

on Competition Policy as a general framework to guide ASEAN member countries,

introducing and implementing business competition policy in accordance with the legal

and economic context of each member country towards the process of developing

ASEAN economic region integration. This study focuses on the synchronization of the

ASEAN Regional Guidelines on Competition Policy with Constitution Number 5 Year

1999 Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition

as the basis of business competition law and the Business Competition Supervisory

Commission. The type of research used in this study is normative legal research sourced

from primary, secondary, and tertiary legal materials which data collection is done by

literature study techniques.

The results of research on synchronization of ASEAN Regional Guidelines on

Competition Policy with Constitution Number 5 Year 1999 Concerning Prohibition of

Monopolistic Practices and Unfair Business Competition show two things: (1)

Constitution Number 5 Year 1999 Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and

Unfair Business Competition has elements already contained in Constitution Number. 5

Year 1999 but needs to add substance to conform with ASEAN Regional Guidelines On

Competition Policy such as definition and interpretation, sanction, handling of case, and

institutional strengthening of Commission of Business Competition Supervisor. (2)

Consititution Number 5 Year 1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and

Unfair Business Competition does not yet have elements contained in the ASEAN

Regional Guidelines On Competition Policy in several cases, among others the

application of extraterritorial competition law, the appeals body, the cooperation of

international regulatory bodies, and sunset clauses method.

Key Words: ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy, Constitution

Number 5 Year 1999 Concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair

Business Competition, Business Competition Supervisory Commission.

Page 4: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

SINKRONISASI ASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION

POLICY DENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI

DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Oleh:

Wafernanda RM Lubis

1412011436

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES
Page 6: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES
Page 7: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

RIWAYAT HIDUP

Wafernanda RM Lubis lahir di Bekasi, pada tanggal 21

Februari 1995 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari

bapak Pontas Lubis, S.H. dan ibu Renatha Simanjuntak. Penulis

menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-kanak

Santa Lusia pada tahun 2001. Penulis mengemban pendidikan

Sekolah Dasar di SD Santa Lusia Bojong Menteng, Bekasi, dan selesai pada tahun

2007 selanjutnya penulis mengemban Sekolah Menengah Pertama di SMP

Mahanaim, Bekasi dan selesai pada tahun 2010 dan penulis mengemban Sekolah

Menengah Atas di SMA Mahanaim, Rawalumbu, Bekasi dan selesai pada tahun

2013.

Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam

beberapa organisasi anatara lain Anggota Divisi 3 Pelayanan dan Doa Unit

Kegiatan Mahasiswa Kristen Universitas Lampung periode 2015. Staf Kajian dan

Penelitian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

periode 2015 – 2016, menjadi Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen

Page 8: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

Universitas Lampung periode 2016 dan menjadi Kepala Bidang Kaderisasi

Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung

tahun 2017-2018. Penulis juga aktif di luar kegiatan kampus seperti di Every Nation

Campus Lampung.

Page 9: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan anugerah Nya,

maka dengan kerendahan hati serta perjuangan dan kerja keras yang telah

diberikan, penulis mempersembahkan karya ilmiah ini kepada :

Kedua orang tua, Bapak (Pontas Lubis, S.H.) Mama (Renatha Simanjuntak) dan

kedua adikku (Alfin Edo Kaisar Lubis dan Gidion Bernard Lubis) yang senantiasa

memberikan dukungan semangat, motivasi, finansial dan nasihat serta doa yang

menjadi kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Keluarga, keluarga rohani ku Every Nation Campus Lampung, sahabat dan teman

- teman yang senantiasa memberikan dukungan yang memotivasi penulis serta

almamater ku yang tercinta....

Universitas Lampung

Page 10: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

MOTTO

Change The Campus Change The World

(Every Nation Campus)

“kalau sampai saat ini aku ada, sebagaimana aku ada sekarang

itu semua hanya karena kasih karunia Yesus Kristus”

(Penulis)

Page 11: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah

berjudul “Sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

Dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi, bimbingan, kerja

sama dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Internasional dan

Ibu Rehulina, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Internasional;

3. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Utama, terima kasih

atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian karya

ilmiah ini sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sangat baik;

4. Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua, terima kasih atas

kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini serta

semangat dan motivasi sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan

sangat baik;

Page 12: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

5. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.Hum dan Ibu Rehulia, S.H., M.H.,

selaku Pembahas, terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga

dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian karya ilmiah ini;

6. Bapak Muhammad Farid, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf Administrasi Fakultas Hukum khususnya

bagian Hukum Internasional, terima kasih atas semangat dan bimbingannya

dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini dan memberikan banyak ilmu

pengetahuan selama menyelesaikan studi;

8. Bapaku dan mamaku yang menjadi orang tua yang luar biasa baik dan tak

tergantikan yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat serta

dukungan untuk kesuksesanku, semoga dapat selalu membuat kalian tersenyum

bangga;

9. Kedua adikku, Alfin Edo Kaisar Lubis dan Gidion Bernard Lubis, terima kasih

untuk perhatian, semangat serta dukungannya;

10. Seluruh keluarga besar ku Bapatua dan nangtua, namboru dan amangboru,

tulang dan nantulang, Julian Wilmartin, S.H., Anderson, S.H terima kasih selalu

memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian karya ilmiah ini;

11. Romanna Julia Duma Simanjuntak, S.ked (Calon dokter) terimakasih sudah

mendukung dan berdoa serta menemani dalam pengerjaan karya ilmiah ini;

12. Badan Pengurus Harian UKM Kristen periode 2016, Christofer Sitepu

(Sekertaris Umum) Febrina Saragih (Bendahara Umum), Bangkit Pandiangan,

Page 13: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

Dessy Angelina Purba, Lika Onirianti Sitorus, Fidel, Bobby K Barasa, Juliana

Marbun, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi dan semangatnya

selama ini, semoga kita semua sukses seperti yang telah kita impikan;

13. Anggota pengurus UKM Kristen periode 2016, Mestaria Simarmata, Christanty

Saragih, Tunggul Van Roy, Andre, Yosua Yoko San, Friscilia Sembiring, Anyta

Situmorang, Andrew, Sahel, Jonatan Manalu, Riris Silalahi, Agus Damanik,

sukses semua buat cita cita yang di impikan ya;

14. Teman - temen dari SMP yang sampai sekarang menjadi sahabat bahkan seperti

keluarga dan terlebih dahulu menjadi sarjana ( Andreas Roni Tua Tambunan,

Kevin Henry Lamtorang Tambunan, Andrian Nainggolan) dan pegawai pajak

Watampone ( Eduardo Manuel Hutabarat) terima kasih telah memberikan

dukungan dan keuangan, semoga kita selalu sukses;

15. Keluarga Besar Every Nation Campus Lampung, Pastor Jesi Karawan dan

keluarga, bang Paulce, bang Pius, bang Ian, Nova, kak Deborah, kak Dina, kak

Luki, kak Nely bang Nando, ito Lusy, Rusman dan bang Roberto Pandiangan

terimakasih sudah mendukung penulis;

16. Timothy ESP, Kevin Van Dame, dan keluar besar elvindo buat dukungan

mereka yang secara tidak langsung membantu dalam pengerjaan karya ilmiah

ini;

17. Terimakasih buat abang – abang angkatan 2011 Fakultas Hukum yang telah

lulus Daniel sitanggang, Daniel Simbolon, dan Dimas untuk semua bantuan nya

di waktu perkuliah dulu;

18. Terimakasih buat teman – teman ukm Kristen angkatan 2014 Universitas

lampung yang selalu mendukung dan menyemangati;

Page 14: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

19. Teman – Teman Formahkris Angkatan 2014 terimakasih sudah membantu dan

mendukung ku;

20. Teman-teman SWAGER dan adik-adik Pengurus HIMA HI 2017-2018, terima

kasih atas kebersamaan, bantuan dan motivasi dalam penyelesaian karya ilmiah

ini, semoga kita semua sukses;

21. Teman-teman KKN, Iswahyudi, Davina, Dita, Zelvi, Putri, dan Diva bapak

kepala kampung dan keluarga, serta seluruh aparatur perangkat Qurnia

Mataram, Kec. Seputih Mataram, Kab. Lampung Tengah;

22. Adik – adik di Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen yang selalu mendukung dan

membantu;

23. Teman-teman ku di Jabodetabek Komuniti, Ibnu, Jordy, Hadi, Fuad, Melky

terimakasih sudah banyak membantu;

24. Almamaterku tercinta serta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung Angkatan 2014;

25. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian karya ilmiah ini, terima kasih atas semuanya.;

Akhir kata, meskipun karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, semoga karya

ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 27 April 2018

Penulis

Wafernanda RM Lubis

Page 15: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK

SANWACANA

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 9

D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 11

E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13

A. Konsepsi Hukum Persaingan Usaha .......................................................... 13

B. Hubungan Antara Hukum Internasional dan Nasional .............................. 15

C. Masyarakat Ekonomi ASEAN ................................................................... 22

1. Piagam ASEAN ............................................................................... 22

2. Blueprint/Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN ...................... 26

3. ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy ..................... 28

D. Ketentuan Persaingan Usaha di Indonesia ................................................. 30

1. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat ...................................................................................... 30

2. Asas dan Tujuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat ...................................................................................... 34

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha ............................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 42

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 42

B. Pendekatan Masalah ................................................................................... 43

Page 16: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

ii

C. Sumber Data, Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ........................... 44

D. Analisis Data .............................................................................................. 47

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 48

A. Pengaturan ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy ............. 48

1. Dasar Hukum Penerapan ASEAN Regional Guidelines On

Competition policy di Indonesia ...................................................... 49

2. Struktur ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy ....... 52

a. Bab Kesatu: Tujuan Regional Guidelines ........................... 52

b. Bab Kedua: Tujuan dan Manfaat Competition Policy ......... 55

c. Bab Ketiga: Lingkup Hukum dan Kebijakan

Persaingan ............................................................................ 58

d. Bab Kempat: Tugas dan Kewajiban Badan Pengawas

Persaingan/Struktur Kelembagaan/Regulasi Sektor ............ 71

e. Bab Kelima: Perundang-undangan dan

Pedoman/Ketentuan Peralihan ............................................. 81

f. Bab Keenam: Penegakan Hukum ........................................ 86

g. Bab Ketujuh: Proses Hukum yang Adil .............................. 96

h. Bab Kedelapan: Bantuan Teknis dan Pengembangan

Kapasitas ............................................................................. . 103

i. Bab Kesembilan: Advokasi dan Penjangkauan ................... 106

j. Bab Kesepuluh: Kerja Sama Internasional/Ketentuan

Umum Terkait Free Trade Agreements .............................. 110

B. Sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat .............................. 115

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 140

A. Kesimpulan ................................................................................................ 140

B. Saran ........................................................................................................... 141

Daftar Pustaka ................................................................................................ 142

Page 17: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

iii

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Perbandingan Unsur ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat .................................... 116

Tabel.2 Perbandingan Peran dan Wewenang KPPU dengan Badan

Pengawas Persaingan dalam ASEAN Regional Guidelines On

Competition Policy ........................................................................................... 122

Page 18: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan internasional yang didasari pada prinsip perdagangan bebas selalu

menggunakan indikator-indikator ekonomi yang berorientasi pada efisiensi,

transparansi dan secara terbuka. Liberalisasi perdagangan1 merupakan konsep yang

dinilai menjadi sangat searah dengan globalisasi yang sedang terjadi saat ini.

Konsep liberalisasi perdagangan tersebut juga digunakan oleh Association of South

East Asian Nations/ASEAN. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 bertujuan sebagai

kerjasama regional untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial

dan pengembangan budaya. Sebagai langkah nyata mempercepat pertumbuhan

ekonomi, kepala negara dan pemerintahan yang menghadiri KTT (Konferensi

Tingkat Tinggi) ASEAN ke-4 pada tahun 1992 membentuk kesepakatan kawasan

perdagangan bebas2 yang bernama AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang

1 Liberalisasi perdagangan adalah suatu keadaan dimana perusahaan dan individu bebas

untuk menjual barang atau jasa melampaui batas wilayah negaranya. Ini berarti termasuk di

dalamnya adalah kebebasan untuk mendirikan perusahaan di negara lain dan bagi individu untuk

bekerja di negara lain. 2 G.T Suroso, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Perekonomian Indonesia, Artikel

Kemenkeu, 2015 diakses di http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-

keuangan-umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia

Page 19: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

2

sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN

Economic Cooperation.3 AFTA memiliki tujuan utama meningkatkan daya saing

ekonomi dan bisnis ASEAN di mata dunia. Harapan dari dibentukknya AFTA agar

ASEAN menjadi basis produksi dunia. Realisasi dari AFTA adalah dibentuknya

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).

MEA berawal dari kesepakatan para kepala negara dan pemerintahan pada

Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 pada tahun 1997 di Kuala Lumpur,

Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan awal untuk menyaingi Tiongkok dan India

dalam menarik investor asing untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan

kesejahteraan di kawasan ASEAN.4 Bersamaan dengan itu ASEAN meluncurkan

inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas Masyarakat

ASEAN melalui ASEAN Vision 2020. Inisiatif pembentukan ini disepakati pada

tahun 1998 yang diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama

Hanoi Plan of Action.

Komunitas Masyarakat Ekonomi dibentuk di KTT ASEAN pada tahun 2003 dan

Indonesia yang merupakan salah satu inisiator dalam Deklarasi ASEAN Concord II

di Bali pada tanggal 7 Oktober 2003. Kepala negara dan pemerintahan membentuk

komunitas ASEAN/ASEAN Community bertujuan mempererat integrasi ASEAN.

Komunitas ASEAN menghasilkan 3 pilar yaitu:5

3 Dilihat di pasal 2 ayat 1 4 Dilihat di http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-

umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia pada tanggal 1

September 2017 pada pukul 20.00 5 Warta Ekspor Kementrian Perdagangan Republik Indonesia No Ditjen

PEN/MJL/003/10/2012 Edisi Oktober 2012, hlm. 4-5.

Page 20: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

3

1. Pilar pertama adalah Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Pilar ini akan

menekankan pada pembentukan norma-norma politik bagi negara anggota

ASEAN.

2. Pilar kedua adalah Komunitas Ekonomi ASEAN, yang menekankan pada

pembentukan pasar tunggal di mana setiap warga negara anggota ASEAN

mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha di wilayah

ASEAN mana pun. Selain itu, sebuah barang bisa memiliki harga yang sama

di seluruh wilayah ASEAN.

3. Pilar ketiga adalah Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Komunitas ini

diharapkan akan membentuk hubungan tolong menolong antar anggota

ASEAN, terutama dalam hal lingkungan hidup, penanganan bencana,

kesehatan, IPTEK, tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Penandatangan Piagam ASEAN/ASEAN Charter dan Cetak Biru MEA/Blueprint

AEC di KTT ASEAN ke-13 pada bulan November tahun 2007 yang digelar di

Singapura oleh para pemimpin ASEAN merupakan langkah awal untuk

menguatkan setiap kesepakatan yang telah dibuat. Melalui Piagam ASEAN tersebut

negara di kawasan ASEAN memiliki dasar untuk mentaati dan melaksanakan setiap

kesepakatan, perjanjian, traktat, kebijakan yang telah dibuat. Pembuatan dan

penandatanganan Cetak Biru MEA sebagai wujud pelaksanaan MEA pada tahun

2015. Cetak Biru MEA menjelaskan mengenai karakteristik MEA yang terangkum

dalam 4 pilar Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, yaitu :6

1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi memiliki empat elemen utama:

6 Diakses di http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Masyarakat-Ekonomi-

ASEAN-(MEA).aspx pada tanggal 1 September 2017 pada pukul 21.30

Page 21: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

4

a. Aliran Bebas Barang

b. Aliran Bebas Sektor Jasa

c. Aliran Bebas Investasi

d. Aliran Modal yang Lebih Bebas

e. Arus Bebas Lalu Lintas Tenaga Kerja Terampil

2. Kawasan Ekonomi yang Kompetitif:

a. Kebijakan Persaingan Usaha

b. Perlindungan Konsumen

c. Hak Kekayaan Intelektual

d. Pembangunan Infrastruktur

e. Keuangan

3. Pembangunan Ekonomi Setara

a. Pengembangan UKM

b. Inisiatif Integrasi ASEAN

4. Integrasi dalam Ekonomi Global

a. Kerjasama Ekonomi ASEAN +1

b. RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership)

Cetak Biru MEA akan mengubah ASEAN menjadi satu pasar dan basis produksi

tunggal, wilayah ekonomi yang kompetitif, wilayah pembangunan ekonomi yang

merata, dan sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global. Salah satu tujuan

Cetak Biru MEA adalah wilayah ekonomi yang kompetitf, oleh karena itu

dibutuhkannya kebijakan persaingan usaha. Kebijakan persaingan usaha

dibutuhkan dalam upaya mengembangkan dan menguatkan budaya persaingan

Page 22: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

5

usaha yang sehat guna meningkatkan kinerja ekonomi regional dalam jangka

panjang.7 Pada bulan Agustus tahun 2007 para menteri ekonomi ASEAN

membentuk AEGC (ASEAN Expert Group Competiton) sebagai forum regional

untuk membahas dan bekerja sama dalam CPL (National Competition Policy and

Law).

AEGC memfokuskan pada penguatan kapabilitas kebijakan persaingan dan best

practices diantara negara-negara ASEAN. AEGC di tahun 2010 berhasil

mengembangkan ASEAN Regional Guidelines on Competition Policy dan

diluncurkan pada pertemuan ke-42 para menteri ekonomi ASEAN. ASEAN

Regional Guidelines on Competition Policy merupakan kebijakan persaingan usaha

yang di keluarkan oleh ASEAN sebagai pedoman bagi negara-negara anggota

ASEAN yang belum memiliki hukum persaingan usaha dan negara - negara yang

sudah memiliki hukum persaingan usaha. Pedoman ini dibuat untuk

menyeragamkan setiap hukum persaingan usaha di ASEAN dalam mencapai

persaingan yang sehat dalam menghadapi MEA.8

Kebijakan persaingan usaha dan hukum persaingan usaha yang memiliki perbedaan

terminologi antara kebijakan/policy dan hukum/law. Perbedaan terminologi ini

pada dasarnya terletak pada keluasan lingkup pengertian dan pembahasan dari

kedua terminologi tersebut. Pengertian kebijakan persaingan usaha/competition

7 Artikel Online, Masyrakat Ekonomi ASEAN, diakses di

http://scdc.binus.ac.id/imcb/2016/06/masyarakat-ekonomi-asean/ pada tanggal 24 Mei 2017 pukul

19.00 WIB. 8 Di akses di http://www.asean-competition.org/read-publication-asean-regional-

guidelines-on-competition-policy pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 18.30

Page 23: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

6

policy melingkupi pula pengertian dari hukum persaingan usaha/competition law

atau dengan kata lain hukum persaingan usaha merupakan salah satu cabang

pembahasan dalam kebijakan hukum persaingan usaha. Pengertian dan lingkup dari

hukum persaingan usaha tidak melingkupi seluruh pengertian dan bidang dalam

kebijakan persaingan usaha.9 Definisi kebijakan persaingan usaha disamping

melingkupi hukum persaingan usaha, juga melingkupi perihal deregulasi, foreign

direct investment, serta kebijakan lain yang ditujukan untuk mendukung persaingan

usaha seperti pengurangan pembatasan kuantifikasi impor dan juga melingkupi

aspek kepemilikan intelektual/intellectual property.10

Pengertian kebijakan persaingan usaha secara yuridis sering dikaitkan dengan

persaingan dalam ekonomi yang berbasis pada pasar, dimana pelaku usaha baik

perusahaan maupun penjual secara bebas berupaya untuk mendapatkan konsumen

guna mencapai tujuan usaha atau perusahaan tertentu yang didirikannya.11 Definisi

kebijakan persaingan usaha ini juga terdapat dalam ASEAN Regional Guidelines on

Competition Policy “Competition policy can be broadly defined as a governmental

policy that promotes or maintains the level of competition in markets, and includes

governmental measures that directly affect the behaviour of enterprises and the

structure of industry and markets.”

9 Vautier, Kerrin M. and Lloyd, Peter J., International Trade and Competition Policy:

CER, APEC and The WTO, Institute of Policy Studies Victoria University of Wellington, New

Zealand, 1997, hlm.3. 10 Syamsul Maarif dan B.C. Rikrik Rizkiyana, Posisi Hukum Persaingan Usaha Dalam

Sistem Hukum Nasional, Maret 2004, hlm 3. 11 Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha, Sidoarjo:laras, 2010, hlm.57.

Page 24: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

7

Persaingan usaha diharapkan membawa pertumbuhan dan pembangunan yang lebih

besar melalui peningkatan efisiensi ekonomi dan pengurangan kerugian dari

produksi barang dan jasa. Oleh karena itu, pasar diharapkan mampu lebih cepat

mengalokasikan kembali sumber daya, peningkatan produksi dan pencapaian

pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan cenderung mengarah pada peningkatan

kualitas hidup dan pembangunan ekonomi. Persaingan usaha dapat memberikan

kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan konsumen.

Perlindungan terhadap kesejahteraan konsumen diperlukan untuk memperbaiki

keseimbangan antara kekuatan konsumen dan produsen.

Kebijakan dan hukum persaingan usaha sangat bermanfaat untuk negara-negara

berkembang dikarenakan deregulasi,12 privatisasi dan liberalisasi di seluruh dunia,

negara-negara berkembang membutuhkan kebijakan dan hukum persaingan untuk

mengendalikan peran sektor swasta yang bertumbuh dalam perekonomian agar

menjamin tidak terjadinya monopoli. Selain itu persaingan dapat

mengakomodasikan baik ekonomi maupun sosial seperti integrasi pasar nasional

dan peningkatan integrasi regional, peningkatan atau perlindungan usaha kecil,

kemajuan teknologi, bertambah inovasi proses dan produk, kemajuan diversifikasi

industri, perlindungan lingkungan, mengurangi inflasi, penciptaan lapangan kerja,

perlakuan yang sama terhadap pekerja sesuai ras, gender dan kesejahteraan

kelompok konsumen.

12 Berdasarkan KBBI deregulasi kegiatan atau proses menghapuskan pembatasan dan

peraturan

Page 25: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

8

Berdasarkan manfaat yang dijelaskan sebelumnya, Indonesia yang merupakan

negara berkembang dengan penduduk terbesar ke empat di dunia merupakan target

utama dalam investasi ekonomi oleh para investor yang berada di ASEAN.

Indonesia yang merupakan target utama investor akan semakin membentuk iklim

persaingan usaha di dalamnya. Dalam mencapai tujuan MEA Indonesia harus

mempersiapkan hukum persaingan usaha yang sesuai dengan Cetak Biru MEA.

Indonesia memiliki ketentuan hukum persaingan usaha yang tertuang dalam

Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli13 dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.14 Undang - undang ini mengatur secara spesifik

mengenai persaingan usaha di Indonesia. Undang - undang ini sering disebut

undang-undang anti monopoli. Undang – undang anti monopoli15 mengatur juga

mengenai tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai badan

yang mengawasi persaingan usaha di Indonesia.

Undang – undang antimononopoli dinilai sudah cukup tua mengingat Indonesia

merupakan negara anggota ASEAN yang pertama kali memberlakukan hukum

persaingan usaha pada tahun 1999. Unsur – unsur yang terdapat di dalam undang –

undang anti monopoli harus disesuaikan dengan yang terdapat dalam ASEAN

Regional Guidelines On Competition Policy sebagai langkah mencapai tujuan

13 Pengertian dari praktek monopoli yang terdapat pada pasal 1 ayat 2 Undang – Undang

Nomor 5 Tahun 1999 adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga

menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. 14 Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur

atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. 15 Beberapa literatur menyebutkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sering di sebut dengan undang –

undang anti monopoli.

Page 26: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

9

Masyarakat Ekonomi ASEAN. ASEAN Regional Guidelines On Competition

Policy bertujuan juga untuk mengharmonisasikan peraturan persaingan usaha di

kawasan ASEAN.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis

ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy dan melakukan sinkronisasi

dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai dasar hukum persaingan

usaha dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Kajian analisis tersebut berjudul

“Sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy dengan

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah Sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On Competition

Policy dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan utama penelitian

ini adalah:

Page 27: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

10

Untuk menganalisis sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On

Competition Policy dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

dalam mencapai tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

2. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan pengetahuan serta wawasan bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya, khususnya mengenai bagaimanakah sinkronisasi

ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy dengan dengan

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada

umumnya dan bagi para akademisi pada khususnya, dalam hal

pengembangan ilmu hukum khususnya hukum internasional untuk

kemudian digunakan sebagai data sekunder dalam melakukan penelitian

lebih lanjut terkait dengan bagaimanakah sinkronisasi ASEAN Regional

Guidelines On Competition Policy dengan Undang – Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat.

Page 28: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

11

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian di bidang ilmu hukum internasional,

oleh karena itu penelitian ini akan meneliti ketentuan hukum internasional, yaitu

khususnya mengenai ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

Penelitian ini juga akan meneliti perundang - undangan nasional yang dijadikan

dasar hukum terkait dengan ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, dan pengembangan terhadap isi skripsi ini

maka diperlukan kerangka penulisan yang sistematis. Sistematika penulisan skripsi

ini terdiri dari 5 bab yang diorganisirkan ke dalam bab demi bab sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, ruang

lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini

merupakan gambaran umum dari isi skripsi untuk memudahkan pembaca dalam

mempelajari dan memahami isi skripsi ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang pengertian umum mengenai pokok-pokok pembahasan

skripsi, yang meliputi tinjauan umum Implementasi Hukum, Definisi Persaingan

Usaha, Masyrakat Ekonomi ASEAN, Hubungan antara Hukum Internasional dan

Hukum Nasional, Piagam ASEAN, Cetak Biru Masyrakat Ekonomi ASEAN,

ASEAN Regional Guidelines on Competition Policy, dan peraturan perundangan

mengenai hukum persaingan perusahaan di Indonesia. Bab ini merupakan landasan

Page 29: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

12

teoritis untuk memberikan dasar–dasar teori sehingga memudahkan dalam

pembahasan yang akan dibahas dalam bab IV.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini,

yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan masalah, data dan sumber data,

prosedur pengumpulan data, prosedur pengolahan data dan analisis data. Bab ini

dimaksudkan untuk membentuk gambaran secara jelas tentang bagaimana

penelitian ini akan dilakukan serta didukung dengan metode penelitian ilmiah.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini dimulai dengan pemaparan hasil penelitian dan uraian dari pembahasannya.

Diawali dengan pemaparan dan pengertian dari ASEAN Regional Guidelines On

Competition Policy, analisis pemecahan masalah yang menjadi pokok

permasalahan dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah Implementasi ASEAN Regional

Guidelines On Competition Policy di Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN.

V. PENUTUP

Bab ini menguraikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa kesimpulan merupakan inti dari keseluruhan

uraian yang dibuat setelah permasalahan selesai dibahas secara menyeluruh.

Terakhir, berdasarkan kesimpulan tersebut kemudian diberikan saran-saran yang

berguna sebagai masukan dari apa yang telah diteliti.

Page 30: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsepsi Hukum Persaingan Usaha

Hukum Persaingan Usaha terdiri dari kata hukum dan persaingan usaha. Bila

dikehendaki persaingan usaha dipecah lagi menjadi persaingan dan usaha. Hukum

merupakan pengatur petunjuk dalam kehidupan bermasyarakat sehingga hukum

selalu sesuai dengan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri.16 Menurut Borst

hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia

didalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan

mendapatkan tata atau keadilan.17 Utrecht dan Van Apeldoorn memiliki anggapan

bahwa untuk memberikan suatu definisi yang tepat tentang hukum adalah tidak

mungkin. Hukum mengatur hubungan di dalam masyarakat antara orang dengan

orang atau antara anggota masyarakat yang lain. Bentuk hubungannya dapat lebih

terinci lagi dalam bermacam - macam bentuk seperti perkawinan, tempat kediaman,

perjanjian-perjanjian, dan sebagainya.18 Persaingan merupakan suatu perjuangan

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang tertentu/kelompok sosial, agar

16 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. VIII, Jakarta:Sinar Grafika, 2006, hlm.23. 17 Ibid., hlm 27. 18 Ibid., hlm 24.

Page 31: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

14

memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan

ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya,19 memperlihatkan keunggulan

masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan (perusahaan atau negara) pada

bidang perdagangan, produksi, maupun persenjataan.20 Usaha dalam kehidupan

sehari - hari dapat diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan sesuatu guna

mencapai tujuan tertentu, usaha atau dapat juga disebut suatu perusahaan adalah

suatu bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan

tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan

maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan

hukum, yang didirikan dan berkedudukan di suatu daerah dalam suatu negara.21

Pengertian dari hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur tentang

interaksi, hubungan perusahaan atau pelaku usaha di pasar, dan tingkah laku

perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif - motif ekonomi.22 Pengertian

persaingan usaha secara yuridis selalu dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi

yang berbasis pada pasar, dimana pelaku usaha baik perusahaan maupun penjual

secara bebas berupaya untuk mendapatkan konsumen guna mencapai tujuan usaha

atau perusahaan tertentu yang didirikannya. Persaingan usaha adalah kondisi

19 Diakses di http://www.pengertiandefinisi.com/2011/10/pengertian-persaingan.html

pada tanggal 1 Agustus 2017 Pukul 14.00 20 Diakses di http://www.artikata.com/arti-376318-persaingan.html pada tanggal 1

Agustus 2017 Pukul 14.30 21 Diakses di http://carapedia.com/pengertian_definisi_usaha_info2644.html pada tanggal

2 Agustus 2017 Pukul 08.30 22 Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,

Jakarta:Deustche Gesseschaft Fur Technishe Zussammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009, hlm.21.

Page 32: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

15

dimana terdapat dua pihak atau lebih berusaha untuk saling mengungguli dalam

mencapai tujuan yang sama dalam suatu usaha tertentu.23

B. Hubungan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional

Hukum Internasional didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang sebagian

besar terdiri dari prinsip - prinsip dan kaidah - kaidah perilaku yang terhadapnya

negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, benar-benar ditaati secara

umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain.24 Selain itu hakim di

Mahkamah Agung Amerika Serikat yang berada di Pengadilan Negara yang

tertinggi telah berulang kali mengakui validitas konstitusional dari hukum

internasional. Dalam suatu perkara Marshall C.J. menyatakan bahwa sebuah

undang - undang seyogianya tidak ditafsirkan untuk melanggar hukum bangsa -

bangsa andai kata masih ada konstruksi lain. Dalam perkara lainnya Gray J.

mengemukakan bahwa hukum internasional merupakan bagian dari hukum kita,

dan harus diketahui serta dilaksanakan oleh Mahkamah Agung sesuai

yurisdiksinya, sesering persoalan-persoalan tentang hak yang bergantung

kepadanya yang diajukan secara layak untuk diputuskan.25

Kekuatan mengikat secara hukum dari hukum internasional berulang kali

ditegaskan oleh bangsa - bangsa di dunia dalam konferensi internasional. Satu

gambaran tentang hal ini adalah Charter/Piagam pembentukan organisasi

23 Rilda Murniati, Penyelesaian Perkara Pelanggaran Hukum Persaingan Usaha oleh

KPPU, Dalam buku Hukum Bangun Teori dan Telaah dalam Implementasi, Bandar Lampung:

Universitas Lampung, 2009, Hlm. 444. 24 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2010, hlm. 3. 25 Ibid., hlm. 21.

Page 33: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

16

Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dirumuskan di San Fransisco tahun 1945,

piagam ini baik secara tegas maupun implisit didasarkan atas legalitas yang

sebenarnya dari hukum internasional. Era globalisasi seperti saat ini eksistensi

hukum internasional tidak dapat terbantahkan kembali keberadaannya, bahkan

hukum internasional bukan hanya mengatur tentang hubungan antarbangsa, saat ini

hukum internasional telah berkembang pesat sedemikian rupa sehingga subjek -

subjek negara tidaklah terbatas pada negara - negara saja sebagaimana diawal

perkembangan hukum internasional. Berbagai organisasi internasional, individu,

perusahaan, Vatican, billigerency sekarang telah diakui sebagai bagian dari subjek

hukum internasional. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Mochtar Kusumaatmadja

yang menyatakan bahwa hukum internasional adalah keseluruhan kaidah - kaidah

dan asas - asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi

batas-batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.26

Beberapa teori yang akan memberikan penjelasan mengenai daya hukum

internasional adalah teori - teori hukum alam, positivisme dan sosiologis. Teori

hukum alam menganggap hukum internasional merupakan bagian dari hukum

alam, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Vattel dalam bukunya Droit des

Gens yang terbit pada tahun 1958 menyatakan kita perlu memakai istilah hukum

bangsa - bangsa karena hukum tersebut berasal dari penerapan hukum alam

terhadap bangsa - bangsa. Hal itu perlu, karena bangsa - bangsa mutlak terikat untuk

menaatinya. Hukum bangsa - bangsa berisi aturan - aturan yang diperintahkan

hukum alam kepada negara - negara, dan tidak kurang mengikatnya terhadap negara

26 Sefriani, Hukum Internasional, Jakarta: Rajawali Press, 2010, hlm. 2.

Page 34: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

17

sebagaimana terhadap individu-individu. Karena negara terdiri dari manusia,

kebijaksanaan - kebijaksanaannya ditentukan oleh manusia, dan manusia - manusia

tunduk pada hukum alam dalam kapasitas apapun mereka bertindak. Hukum ini

sama dengan Grotius dan pengikut – pengikutnya sebutkan sebagai hukum bangsa-

bangsa intern, karena mengikat hati nurani bangsa - bangsa. Beberapa penulis

menyebutnya sebagai hukum alam bangsa-bangsa.27

Jejak – jejak teori hukum alam masih bertahan hingga saat ini, walaupun dalam

bentuk yang kurang begitu dogmatis. Dikatakan oleh Hans Kelsen bahwa teori

hukum alam yang dominan pada abad ke-17 dan ke-18 setelah mengalami

kejenuhan pada abad ke-19, telah bangkit kembali dengan pemikiran keagaman dan

metafisika. Karena karakter rasional dan idealistiknya, konsepsi hukum alam telah

menanamkan pengaruh besar suatu pengaruh yang memberikan sumbangan

terhadap perkembangan hukum internasional.

Pada teori positivis, penganut - penganut teori positivis berpendapat bahwa kaidah

- kaidah hukum internasional pada analisis terakhir memiliki karakter yang sama

dengan hukum nasional sepanjang kaidah - kaidah hukum tersebut juga berasal dari

kehendak negara. Mereka yakin bahwa hukum internasional secara logis dapat

dikembalikan kepada suatu sistem kaidah yang untuk validitasnya akan bergantung

hanya pada fakta bahwa negara-negara telah menyatakan kesetujuannya.28 Positivis

terkenal adalah yuris Italia, Anzilotti (1867-1950), yang pernah menjabat sebagai

hakim pada Permanent Court of International Justice, menurutnya kekuatan

27 J.G. Starke, Op.cit., hlm. 24. 28 Ibid., hlm. 25.

Page 35: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

18

mengikat hukum internasional dapat ditelusuri ulang sampai suatu prinsip atau

norma tertinggi dan fundamental, prinsip yang lebih dikenal dengan pacta sunt

servanda.

Prinsip pacta sunt servanda ini merupakan dalil absolut dari sistem hukum

internasional, dan dengan cara apapun menjelmakan diri dalam semua kaidah

termasuk dalam hukum internasional. Konsisten dengan teori ini Anzilotti

berpendapat bahwa seperti halnya dalam traktat-traktat, kaidah-kaidah kebiasaan di

dasarkan atas persetujuan negara-negara, dan dalam hal ini terdapat suatu perjanjian

implisit. Anzilotti berpendapat bahwa setiap tata hukum terdiri dari suatu komplek

norma yang mendapat karakter mewajibkan dari suatu norma fundamental terhadap

norma-norma itu, baik langsung maupun tidak langsung, berhubungan. Norma

fundamental itu menetapkan sedikit banyak tentang norma-norma mana yang

membentuk suatu tata hukum dan membentuk kesatuan utuh. Tata hukum

internasional dibedakan dari fakta bahwa dalam tata hukum internasional ini,

prinsip pacta sunt saverda tidak bergantung, sebagaimana dalam hukum

internasional, pada suatu norma paling tinggi; pacta sunt saverda itu sendiri

merupakan norma tertinggi. Dalam kaidah ini negara-negara harus menghormati

perjanjian-perjanjian yang dibuat diantara mereka.

Dengan demikian merupakan kriteria formal yang membedakan norma-norma yang

kita bicarakan dari norma-norma lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh;

semua norma dan hanya norma-norma, yang bergantung pada prinsip ini sebagai

Page 36: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

19

seumber yang perlu dan eksklusif dari karakter mewajibkan norma-norma

tersebut.29

Aliran berikutnya akan menjawab dasar mengikatnya Hukum Internasional adalah

aliran yang menggunakan pendekatan sosiologis. Menurut aliran ini masyarakat

internasional yang dalam hal ini merupakan bangsa-bangsa merupakan mahluk

sosial yang selalu membutuhkan interaksi satu dengan yang lain untuk memenuhi

kebutuhannya. Betapa majunya suatu negara ia tidak akan dapat hidup sendiri, suatu

bangsa pastilah membutuhkan bangsa lain dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam

berinteraksi tersebut masyarakat internasional membutuhkan aturan hukum untuk

memberikan kepastian hukum pada apa yang mereka lakukan. Pada akhirnya dari

aturan tersebut masyarakat internasional akan merasakan ketertiban, keteraturan,

keadilan, dan kedamaian.

Terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul seperti hukum internasional

dan hukum negara merupakan satu kesatuan hukum atau terpisah satu sama lain dan

mana yang harus diutamakan bila antara keduanya mengandung konflik, terdapat

dua teori yang dapat menjawabnya. Pertama teori monisme dikemukakan oleh

aliran monisme. Menurut aliran ini hukum internasional dan hukum negara

merupakan dua kesatuan hukum dari satu sistem hukum yang lebih besar yaitu

hukum pada umumnya. Karena terletak dalam satu sistem hukum maka sangat

besar sekali kemungkinan terjadi konflik antar keduanya. Dalam perkembangannya

aliran monisme terpecah menjadi dua, yaitu aliran monisme primat HI dan monisme

29 Ibid., hlm. 26

Page 37: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

20

primat HN.30 Monisme primat HI berpendapat bahwa apabila terjadi suatu konflik

dalam tatanan sistem hukum antara hukum internasional dan hukum negara maka

hukum internasional haruslah lebih diutamakan dan diberlakukan dari pada hukum

negara. Sedangkan monisme primat HN memiliki pandangan yang terbalik yaitu

apabila terdapat suatu konflik dalam tatanan sistem hukum maka hukum negara

terlebih dahulu yang harus diutamakan dan diberlakukan. Hal ini berdasarkan

pendapat bahwa hukum internasional berasal dari hukum negara. Contohnya adalah

hukum kebiasaan yang tumbuh dari praktik negara-negara. Karena hukum

internasional berasal atau bersumber dari hukum negara maka hukum negara

kedudukannya lebih tinggi dari hukum internasional.

Teori kedua dikemukakan oleh aliran dualisme yang mengemukakan bahwa hukum

internasional dan hukum negara adalah dua sistem hukum yang sangat berbeda satu

dengan

yang lain. Perbedaan yang dimaksud antara lain:31

1. Subjek, subjek HI negara-negara sedangkan subjek individu adalah

individu.

2. Sumber hukum, HI bersumberkan pada kehendak bersama negara adapun

HN bersumberkan pada kehendak negara.

3. HN memiliki integritas yang lebih sempurna dibandingkan dengan HI.

Selain itu Anzilotti penganut aliran dualisme berpendapat perbedaan

Hukum Internasional dan hukum nasional dapat ditarik dari dua prinsip

yang fundamental. HN mendasarkan pada prinsip bahwa aturan negara

30 Sefriani, Op.cit., hlm. 86. 31 Ibid., hlm. 87.

Page 38: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

21

harus dipatuhi sedangkan HI mendasarkan pada prinsip bahwa perjanjian

internasional harus dihormati berdasarkan prinsip pacta sunt servanda.

Meski demikian hingga saat ini Indonesia belum pernah secara tegas menyatakan

aliran mana yang digunakan, hanya saja apabila menelaah apa yang telah

diamanahkan oleh konstitusi Indonesia mengatur suatu kaidah hukum internasional

dalam Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2000 mengenai perjanjian internasional

yang mewajibkan suatu kaidah hukum internasional apabila ingin menjadi suatu

kaidah hukum nasional maka harus melalui tahap ratifikasi.

Ratifikasi pada hakikatnya merupakan salah satu cara pengesahan sebuah perjanjian

internasional untuk dapat dijadikan salah satu produk hukum di negara-negara

peserta perjanjian tersebut. Istilah pengesahan yang dipergunakan dalam praktik

hukum perjanjian internasional di Indonesia khususnya Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional diambil dan diterjemahkan dari istilah

ratifikasi.32 Menurut Pasal 2 ayat (1) b Konvensi Wina 1969 tentang perjanjian

internasional, ratifikasi adalah “Ratification, accaptance, approval, and accession

mean in each case the international act so named whereby a State establishes on

the international plane its consent to be bound by a treary33”

Selanjutnya menurut Pasal 14 Konvensi Wina 1969 tentang perjanjian

internasional, ratifikasi adalah salah satu cara mengikatkan diri pada suatu

32 Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik

Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2010, hlm. 69. 33 Ibid., hlm. 69.

Page 39: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

22

perjanjian internasional dan lazimnya selalu dirumuskan untuk menggambarkan

persyaratan ratifikasi. Ratifikasi yang semata - mata dilakukan oleh badan eksekutif

kini jarang sekali kita dapati dan merupakan peninggalan zaman ini. Menelusuri

sejarah sistem ini pernah berlaku menurut konstitusi Jepang tertanggal 11 Februari

1829 (yang berlaku hingga terbentuknya konstitusi yang baru pada tanggal 3

November 1946) juga merupakan sistem yang diikuti oleh negara-negara yang

mempunyai pemerintahan otoriter, antara lain: Italia (1922-1943). Ratifikasi hanya

dapat dilakukan apabila suatu negara akan mengesahkan suatu perjanjian

internasional yang nantinya akan dijadikan sebagai suatu norma hukum seperti apa

yang diatur dalam konstitusi dengan memperhatikan kedaulatan konstitusi tersebut

C. Masyarakat Ekonomi ASEAN

1. Piagam ASEAN

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) merupakan puncak transformasi ASEAN

setelah 40 tahun pendiriannya menjadi “rules-based and peoples-oriented

organization”. Proses penyusunan Draft Piagam ASEAN sampai rekomendasi

memerlukan waktu pelaksanaan hampir 3 tahun. Konferensi Tingkat Tinggi

ASEAN ke-9 bulan Desember 2005 di Kuala Lumpur, disetujui pembentukan

ASEAN Eminent Persons Group yang diwakili anggota dari masing-masing negara

untuk membuat draft rekomendasi yang kemudian dipakai sebagai salah satu

sumber untuk proses penyusunan Piagam ASEAN oleh tokoh - tokoh terkemuka

negara ASEAN melalui High-Level Task Force On The ASEAN Charter. Konsep

Page 40: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

23

dan isi dari Piagam ASEAN merupakan hasil perundingan yang cukup panjang.34

dan konsultasi juga dilakukan guna memperoleh masukan dari berbagai pihak,

antara lain organisasi - organisasi civil society di ASEAN pada bulan Maret 2007,

ASEAN Inter Parliamentary Assembly pada bulan Mei 2007, komisi - komisi

Nasional HAM dari 4 negara anggota ASEAN pada bulan Juni 2007, serta badan-

badan sektoral ASEAN lainnya.

Naskah Piagam ASEAN disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-12

di Singapura tahun 2007, dan ditandatangani pada tanggal 20 November oleh semua

kepala pemerintahan dari negara - negara anggota. Proses ratifikasi Piagam ASEAN

berlangsung selama satu tahun, terdapat proses tarik ulur untuk mengakomodasikan

kepentingan seluruh negara - negara anggota ASEAN. Piagam ASEAN berlaku

mengikat setelah ke sepuluh negara anggota selesai meratifikasinya dan berlaku

efektif pada tanggal 15 Desember 2008.35

Ratifikasi Piagam ASEAN berarti melanjutkan proses transformasi dan

memperkuat proses integrasi ke arah pencapaian Komunitas ASEAN. Ratifikasi

Piagam ASEAN akan meningkatkan momentum implementasi berbagai inisiatif

yang telah dicanangkan guna mengubah bentuk kerjasama ASEAN dari asosiasi

yang longgar menjadi organisasi yang berdasarkan hukum dan berorientasikan

kepada komunitas masyarakat. Dengan adanya Piagam ASEAN ini diharapkan

34 Lihat, Summary Record High level Task Force (HLTF) on the Drafting of the The

ASEAN Charter. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri

Indonesia,2008. 35 Dilihat di http://asean.org/asean/asean-charter/charter-of-the-association-of-southeast-

asian-nations/ pada tanggal 05 Agustus 2017 pukul 18.20

Page 41: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

24

akan terbentuk suatu kawasan yang lebih erat dan memiliki kekuatan dalam bidang

ekonomi, sosial, politik, dan keamanan. Secara internal ASEAN akan lebih solid

lagi dan secara eksternal dapat meningkatkan kerjasamanya dengan pihak lain

karena telah memiliki suatu institusi yang berlandaskan hukum. Selain itu setelah

Piagam ASEAN diberlakukan kedudukan kerjasama ASEAN berubah di mata

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Piagam ASEAN adalah konstitusi bagi organisasi regional ASEAN, seperti halnya

Undang - Undang Dasar bagi sebuah negara. Piagam ini berisi prinsip dasar dan

tujuan organisasi, menentukan struktur dan moda - moda keanggotaannya dan tata

laksana organisasi.36 Piagam ASEAN adalah sebuah kesepakatan untuk menyusun

kerangka hukum dan kelembagaan. Piagam tersebut memberikan ASEAN posisi

legalnya, juga mengklasifikasi perjanjian - perjanjian dan deklarasi ASEAN

sebelumnya, memastikan kembali prinsip - prinsip jangka panjang masyarakat,

kerja sama, konsultasi dan konsensus, termasuk tujuan khusus dari tiga Masyarakat

ASEAN seperti telah dijelaskan dalam latar belakang37

Piagam ASEAN ini merumuskan pula pelaksanaan hubungan eksternal ASEAN

dan bagaimana ASEAN berhubungan dengan Perserikatan Bangsa - Bangsa serta

organisasi - organisasi internasional lainnya. Bagian terbesar dari Piagam ASEAN

diperuntukkan untuk menjelaskan pelaksanaan kegiatan - kegiatan ASEAN sendiri,

identifikasi tujuan - tujuan dan prinsipnya, serta hubungan di antara para

36 Kementrian Luar Negri, Piagam ASEAN, Jakarta:Kemenlu, hlm. 5. 37 Berita online “Piagam ASEAN” dilihat di http://www.kompasiana.com/prasito/asean-

charter-piagam-asean_550063d3a33311d07551075c pada tanggal 05 Agustus 2017 pukul 18.35

Page 42: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

25

anggotanya, menjelaskan soal - soal keanggotaan, dan fungsi - fungsi yang pasti

serta tanggung jawab setiap organ ASEAN. Piagam ini menciptakan birokrasi

formal ASEAN yang baru, termasuk hal-hal berikut ini:38

a. Dewan Koordinasi ASEAN yang terdiri atas pertemuan menteri - menteri

luar negeri ASEAN dua kali dalam setahun.

b. Dewan Masyarakat ASEAN: Dewan Politik Pertahanan ASEAN, Dewan

Ekonomi ASEAN, dan Dewan Sosial-Budaya ASEAN.

c. Komite Perwakilan Tetap ASEAN, terdiri dari perwakilan yang ditunjuk

oleh anggota - anggota ASEAN dengan peringkat duta besar, dan

berkedudukan di Sekretariat ASEAN di Jakarta.

d. Badan Hak Asasi Manusia ASEAN, kerangka acuannya akan ditentukan

oleh Pertemuan Menteri - Menteri Luar Negeri ASEAN.

Beberapa perubahan juga terjadi dalam beberapa organ ASEAN yang selama ini

ada, seperti:

a. Penyelenggaraan KTT ASEAN dua kali dalam setahun, dari yang sekarang

diselenggarakan hanya satu kali dalam setahun.

b. Akan ada kepemimpinan tunggal untuk badan - badan ASEAN tingkat

tinggi yang penting. Hal ini berarti negara yang menjadi ketua ASEAN

untuk tahun berjalan akan menjalankan kepemimpinan dari badan-badan

resmi ASEAN.

c. Definisi ulang dan penguatan peran - peran Sekretaris Jenderal dan

Sekretariat ASEAN.

38 Dapat dilihat di http://www.porosilmu.com/2015/09/tujuan-asean-yang-tertuang-

dalam-piagam.html pada tanggal 5 Agustus 2017 pukul 18.35

Page 43: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

26

2. Blueprint/Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pertemuan ASEAN Economic Ministers tahun 2007, disepakati mengenai naskah

ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint beserta Strategic Schedule, yang

mencakup inisiatif-inisiatif baru serta roadmap yang jelas untuk mencapai

pembentukan ASEAN Economic Community tahun 2015. ASEAN Economic

Community Blueprint tersebut kemudian disahkan pada rangkaian pertemuan KTT

ASEAN ke-12. AEC Blueprint bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih

stabil, sejahtera dan sangat kompetitif, memungkinkan bebasnya lalu lintas barang,

jasa, investasi dan aliran modal. Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan

pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosial

ekonomi pada tahun 2015.39

AEC Blueprint merupakan suatu master plan bagi ASEAN untuk membentuk

Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah -

langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi berbagai

komitmen yang rinci, dengan sasaran dan jangka waktu yang jelas. AEC Blueprint

merupakan pedoman bagi negara-negara Anggota untuk mencapai AEC 2015,

dimana masing - masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen

dalam blueprint tersebut. AEC Blueprint memuat empat kerangka utama yaitu:40

39 Berita online, Menyongsong Masyrakat Ekonomi ASEAN, diakses di

http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.com.sani267/menyongsong-masyarakat-ekonomi-

asean_56ab18232523bdcc132e3074 pada tanggal 6 Agustus 2017 pukul 02.30 40 Diakses di http://apindo.or.id/id/fta/asean-economic-community/latar-belakang pada

tanggal 6 Agustus 2017 pukul 02.35

Page 44: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

27

a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan

elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran

modal yang lebih bebas.

b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan

elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan

intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse.

c. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata

dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa

integrasi ASEAN untuk negara - negara CMLV (Cambodia, Myanmar,

Laos, dan Vietnam).

d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam

hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam

jejaring produksi global.

Menindak lanjuti mengenai Cetak Biru MEA pada tahun 2007, pada KTT ke-27

yang diadakan di Malaysia. Pengesahan dilakukan melalui penandatanganan The

2015 Kuala Lumpur Declaration on the Establishment of ASEAN Community dan

The Kuala Lumpur Declaration on ASEAN 2025: Forging Ahead Together yang

akan menjadi panduan ASEAN dalam meningkatkan kualitas integrasi ekonomi

dalam 10 tahun ke depan. ASEAN Community 2025 menjadi penting karena

merupakan kelanjutan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan 31

Page 45: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

28

Desember 2015.41 Selain itu, ASEAN Community 2025 merupakan visi ASEAN 10

tahun ke depan. Terdapat lima pilar dalam cetak biru MEA 2025. Pertama, Ekonomi

ASEAN terintegrasi dan kohesif. Kedua, ASEAN yang kompetitif dan dinamis.

Ketiga, peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral Keempat, ASEAN yang

tangguh, inklusif dan berorientasi pada masyarakat dan terakhir ASEAN global.42

3. ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN berkomitmen untuk mempercepat

pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015. Secara khusus para pemimpin

berkomitmen untuk menjalankan MEA melalui pergerakan bebas barang, jasa,

investasi, tenaga kerja terampil dan modal di dalam wilayah ASEAN. MEA

membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi sebagai hasilnya

kawasan ini lebih dinamis dan kompetitif. Salah satu landasan dari MEA adalah

penerapan kebijakan persaingan oleh masing - masing negara anggota pada tahun

2015. Untuk membantu proses ini, pada tahun 2010, ASEAN menerbitkan ASEAN

Regional Guidelines on Competition Policy.43 Peluncuran ASEAN Regional

Guidelines on Competition Policy di tahun 2010, menurut Surin Pitsuvan yang pada

saat tersebut menjabat menjadi sekretaris jenderal ASEAN, mengatakan bahwa ini

adalah suatu usaha pelopor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk

memastikan ASEAN sebagai daerah yang sangat kompetitif yang tercantum dalam

41 Berita online, Cetak Biru Masyrakat ASEAN 2025 disahkan di KTT, diakses di

http://www.beritasatu.com/makro/324126-cetak-biru-masyarakat-asean-2025-disahkan-di-ktt.html

pada tanggal 5 Agustus 2017 pukul 01.30 42 Berita online, Mentri ASEAN kawal penerapan Cetak Biru MEA, diakses di

http://www.antaranews.com/berita/582939/menteri-asean-kawal-penerapan-cetak-biru-mea pada

tanggal 4 Agustus 2017 pukul 02.30 43 Huong Ly Luu, Regional Harmonization of Competition Law and Policy: An ASEAN

Approach, Asian Journal of International Law 2, 2012, hlm. 291-321.

Page 46: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

29

Cetak Biru Ekonomi ASEAN, khususnya untuk pengenalan kebijakan dan hukum

persaingan usaha secara nasional pada tahun 2015.44

ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy dibuat berdasarkan

pengalaman negara - negara anggota dan praktik terbaik di dalam lingkungan

internasional dengan maksud untuk menciptakan lingkungan persaingan yang sehat

di ASEAN. Tujuan ini untuk meningkatkan dan mempercepat pengembangan

kebijakan persaingan usaha nasional di masing - masing negara anggota ASEAN.

Berdasarkan Cetak Biru MEA yang telah diikuti oleh setiap negara anggota

ASEAN pada tahun 2015.Tujuan MEA akan mengubah ASEAN menjadi satu pasar

dan basis produksi, wilayah ekonomi yang sangat kompetitif, wilayah

pembangunan ekonomi yang merata, dan wilayah yang sepenuhnya terintegrasi

ekonomi global. Untuk memenuhi tujuan kawasan ekonomi yang sangat kompetitif,

salah satu tugas tindakan yang diidentifikasi dalam Cetak Biru MEA adalah

mengembangkan ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy; dan

membuat badan resmi yang terdiri dari perwakilan dari otoritas persaingan dan

agensi yang bertanggung jawab atas kebijakan persaingan di negara-negara anggota

ASEAN. ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy berfungsi sebagai

panduan kerangka umum untuk negara - negara anggota untuk mengenalkan,

menerapkan dan mengembangkan kebijakan persaingan sesuai dengan konteks

hukum dan ekonomi yang spesifik di setiap negara.

44 Berita online, Asean–Competition policy, guidelines and law, diakses di

http://www.businessmirror.com.ph/asean-competition-policy-guidelines-and-law/ pada tanggal 6

Agustus 2017 pukul 13.00

Page 47: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

30

Pedoman tersebut berusaha membantu dalam proses membangun integrasi ekonomi

yang lebih kuat di kawasan ASEAN, dengan bertindak sebagai suatu refrensi

panduan bersama untuk kerja sama meningkatkan proses persaingan di negara-

negara anggota ASEAN. ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

tersebut hanya berfungsi sebagai referensi dan tidak mengikat negara anggota.

Panduan ini sebagai alat untuk memperhitungkan berbagai tahap perkembangan

dari kebijakan persaingan di negara - negara anggota. Definisi kebijakan persaingan

usaha secara luas adalah suatu kebijakan pemerintah yang mempromosikan atau

mempertahankan tingkat persaingan di pasar, dan termasuk tindakan pemerintah

yang secara langsung untuk mempengaruhi perilaku perusahaan, struktur industri

dan pasar.45

D. Ketentuan Persaingan Usaha di Indonesia

1. Sejarah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Sebelum reformasi, perekonomian didominasi oleh struktur yang terkonsentrasi.

Pelaku usaha yang memiliki akses terhadap kekuasaan dapat menguasai dengan

skala besar perekonomian Indonesia. Struktur monopoli dan oligopoli sangat

mendominasi sektor - sektor ekonomi saat itu. Perkembangannya, pelaku - pelaku

usaha yang dominan bahkan berkembang menjadi konglomerasi dan menguasai di

berbagai sektor. Disamping struktur yang terkonsentrasi, situasi perekonomian

Indonesia ketika itu banyak diwarnai pula oleh berbagai bentuk perilaku anti

persaingan, seperti perilaku yang berupaya memonopoli atau menguasai sektor

45 ASEAN Economic Community Blueprint , hlm.6.

Page 48: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

31

tertentu, melalui kartel, penyalahgunaan posisi dominan, merger/take over,

diskriminasi dan sebagainya. Akibatnya, kinerja ekonomi nasional cukup

memprihatinkan. Hal tersebut ditandai dengan pilihan bagi konsumen yang

terbatas, kelangkaan pasokan, harga yang tak terjangkau, lapangan kerja yang

terbatas, pertumbuhan industri yang lambat, daya saing produk melemah serta

kesenjangan ekonomi dalam berbagai bidang kehidupan rakyat. Kondisi ini

berujung pada runtuhnya bangunan ekonomi Indonesia, yang telah dibangun

selama puluhan tahun terhapus hanya dalam waktu singkat pada saat krisis 1997.

Kondisi tersebut pada akhirnya mendorong dilakukannya reformasi di sektor

ekonomi, sebagai bagian dari reformasi di berbagai bidang kehidupan bernegara

dan berbangsa.46

Indonesia yang mencapai kondisi yang sangat buruk akhirnya meminta bantuan

International Monetary Fund/IMF untuk membantu Indonesia keluar dari krisis

serta memulihkan kondisi perekonomian nasional Indonesia. IMF mengajukan

syarat untuk bantuan tersebut. Syaratnya adalah Indonesia harus membuat

kesepakatan dengan IMF dalam bentuk Letter of Intent yang menggambarkan

kebijakan yang akan diambil Pemerintah Indonesia untuk menstabilkan kembali

kondisi ekonomi Indonesia, yang kemudian dituangkan dalam Memorandum of

Economic and Financial Policies sebagai tindak lanjut dari Letter of Intent yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak.47

46 Andi Fahmi, op.cit, hlm 12-14. 47 Dwi Priyatno, “Kerja Sama Indonesia-UNCTAD dalam Implementasi Competition Law

and Policy di Indonesia Periode 2004-2007” Journal of International Relations, Volume 3, Nomor

1, Tahun 2017, hal. 115-122.

Page 49: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

32

Salah satu unsur dari rangkaian Letter of Intent dan Memorandum of Economic and

Financial Policies yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dan IMF

tersebut adalah bahwa Indonesia harus mengadopsi hukum persaingan usaha

sebagai salah satu upaya melaksanakan reformasi ekonomi di Indonesia terutama

untuk mengatur hukum persaingan usaha Indonesia. Hal ini menyebabkan adanya

undang - undang yang mengatur persaingan usaha di Indonesia. Namun

kesepakatan IMF tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor penyusunan

undang - undang yang ada pada saat ini. Karena sejak 1980, sudah mulai diadakan

diskusi intensif terkait perlunya perundang - undangan yang mengatur persaingan

usaha di Indonesia oleh kementerian - kementerian terkait.

Pengaturan Persaingan Usaha di Indonesia baru terwujud pada tahun 1999 saat

Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan. Kelahiran Undang - Undang Nomor 5

Tahun 1999 tersebut ditunjang pula dengan tuntutan masyarakat akan reformasi

total dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk penghapusan

kegiatan monopoli di segala sektor. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999

merupakan tonggak bagi diakuinya persaingan usaha yang sehat sebagai pilar

ekonomi dalam sistem ekonomi Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang -

Undang Dasar Tahun 1945. Kelahiran Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga

merupakan koreksi terhadap perkembangan ekonomi yang memprihatinkan, yang

terbukti tidak tahan terhadap goncangan/krisis pada tahun 1997. Krisis menjelaskan

kepada kita bahwa fondasi ekonomi Indonesia saat itu sangat lemah. Bahkan

banyak pendapat yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dibangun secara

Page 50: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

33

melenceng dari nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang - Undang Dasar

Tahun 1945.

Dibandingkan dengan proses pembentukan undang - undang pada umumnya,

proses pembentukan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 termasuk tidak lazim.

Perbedaan ini terlerak pada pihak yang mengajukan rancangan undang - undang.

Selama ini dalam praktik kenegaraan kita, rancangan undang - undang disiapkan

dan diajukan oleh pemerintah untuk kemudian dibahas bersama - sama DPR. Tetapi

tidak demikian dengan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999. Adapun yang

mempersiapkan rancangannya adalah DPR yang kemudian menggunakan hak

inisiatifnya mengajukan rancangan undang - undang.

Rancangan Undang - Undang ini dipersiapkan selama kurang lebih 4 bulan oleh

Kelompok Kerja Program Legislasi Nasional DPR Bidang Ekonomi Keuangan dan

Industri Pembangunan dengan judul Rancangan Undang - Undang tentang

Larangan Praktik Monopoli, tanpa ada kata - kata "Persaingan Tidak Sehat".

Sebenarnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Perindustrian dan Perdagangan,

telah mempersiapkan rancangan undang - undang yang mengatur masalah

persaingan dengan judul Rancangan Undang - Undang tentang Persaingan Usaha.

Kemudian Pemerintah dan DPR menyepakati Rancangan Undang - Undang yang

dipersiapkan oleh DPR itulah yang digunakan.48 Menurut Laporan Ketua Pansus

untuk mempersiapkan Rancangan Undang - Undang tersebut diperlukan waktu

lebih kurang 3,5 bulan dengan meminta pandangan dan masukan dari berbagai

48 Hikmahanto Juwana, Merger, Konsilidasi, dan Akuisisi dalam Perspektif Hukum

Persaingan dan UU No. 5/1999, Jakarta:Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, 1999, hlm. 4.

Page 51: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

34

pihak.49 Kemudian, dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Oktober 1998

Rancangan Undang - Undang ini secara resmi dijadikan Rancangan Undang -

Undang usul Inisiatif DPR. Pembahasan selanjutnya dilakukan oleh Panitia

Khusus.50

2. Asas dan Tujuan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Memahami makna suatu aturan perundang - undangan, perlu diperhatikan terlebih

dahulu asas dan tujuan dibuatnya suatu aturan. Asas dan tujuan akan memberi

refleksi bagi bentuk pengaturan dan norma - norma yang dikandung dalam aturan

tersebut. Pemahaman selanjutnya terhadap norma - norma aturan hukum tersebut

akan memberi arahan dan mempengaruhi pelaksanaan dan cara - cara penegakan

hukum yang akan dilakukan. Bab II Undang - Undang Nomor. 5 Tahun 1999, pada

pasal 2 memuat asas dari Hukum Persaingan di Indonesia, yakni pelaku usaha di

Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi

dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan

kepentingan umum.51 Dalam konteks ini, yang masih perlu dipertegas

sesungguhnya adalah apa yang dimaksud dengan keseimbangan antara kepentingan

pelaku usaha dan kepentingan umum. Tanpa ada penegasan lebih lanjut, bagian

kalimat tersebut terbuka bagi penafsiran yang sangat subjektif, yang selanjutnya

49 Abdul Hakim G, Nusantara dan Benny K. Harman, Analisa dan Perbandingan

UndangUndang Antimonopoli (Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat di Indonesia, Jakarta:PT. Elok Komputindo, 1999, hlm.19. lihat di Rachmadi

Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:PT Gramedia Pusaka Utama, 2004, hlm.

6. 50 Ibid, hlm. 7. 51 Lihat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Page 52: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

35

akan berakibat dikorbankannya kepentingan pelaku usaha atau kepentingan umum

dengan dalih memperhatikan keseimbangan.52

Pembentukan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memiliki tujuan yang sebagaimana

tercantum dalam Pasal 3, sesungguhnya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan

pembentukan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah :

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan

pelaku usaha kecil.

c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha.

d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha Dua hal yang

menjadi unsur penting bagi penentuan kebijakan (policy objectives) yang

ideal dalam pengaturan persaingan di negara-negara yang memiliki undang-

undang persaingan adalah kepentingan umum (public interest) dan efisiensi

ekonomi (economic efficiency).

e. Ternyata dua unsur penting tersebut Pasal 3 (a) juga merupakan bagian dari

tujuan diundangkannya Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam

52 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Bogor:Ghalia Indonesia, 2008, hlm.14-17.

Page 53: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

36

perkembangan terakhir, fokus peraturan perundangan/hukum persaingan

lebih mengarah pada conduct/perilaku pelaku usaha. Paradigma baru ini

lebih memandang conduct, yang selanjutnya disebut praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, sebagai penyebab performansi industri

rendah. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa hukum persaingan lahir

berawal dari dalil ekonomi. Dan hukum persaingan berkembang secara

dinamis seiring dengan perkembangan paradigma Structure Conduct

Performance serta riset ekonomi dan hukum. Dilihat dari konsiderans

menimbang Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999, dapat diketahui

falsafah yang melatardepani kelahirannya dan sekaligus memuat dasar

pikiran perlunya disusun undang - undang tersebut memuat tiga hal, yaitu:

1. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada

terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang -

Undang Dasar 1945.

2. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya

kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di

dalam proses produksi dan pemasaran barang dan/atau jasa, dalam iklim

usaha yang sehat, efektif, dan efisien, sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.

3. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam

situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan

adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu,

dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh

Negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian internasional.

Page 54: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

37

Penjelasan Umum Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga menyatakan antara

lain memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk

mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha

dapat tumbuh serta berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim

persaingan usaha yang sehat serta terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada

perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan

dengan cita-cita keadilan sosial. Oleh karena itu, perlu disusun undang - undang

tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang

dimaksudkan untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan

yang sama bagi setiap pelaku usaha di dalam upaya untuk meneiptakan persaingan

usaha yang sehat.

Undang - undang ini memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong

percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

umum, serta sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang - Undang Dasar

1945. Dengan demikian kelahiran Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini

dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan yang

sama kepada setiap pelaku usaha dalam berusaha, dengan cara mencegah timbulnya

praktik - praktik monopoli dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat lainnya

dengan harapan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif, dimana setiap

pelaku usaha dapat bersaingan seeara wajar dan sehat. Untuk itu diperlukan aturan

hukum yang pasti dan jelas yang mengatur larangan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat lainnya.

Page 55: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

38

Kehadiran Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai tool of social control

and a tool of social engineering sebagai alat kontrol sosial, Undang - Undang

Nomor 5 Tahun 1999 berusaha menjaga kepentingan umum dan mencegah praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya sebagai alat rekayasa

sosial, Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berusaha untuk meningkatkan

efisiensi ekonomi nasional, mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui

pengaturan persaingan usaha yang sehat, dan berusaha menciptakan efektivitas dan

efisiensi dalam kegiatan usaha.53 Apabila cita-cita ideal tersebut dapat

dioperasionalkan dalam kehidupan nyata, Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999

akan membawa nilai positif bagi perkembangan iklim usaha di Indonesia, yang

selama ini dapat dikatakan jauh dari kondisi ideal. Sekurang - kurangnya, Undang

- Undang Nomor 5 Tahun 1999 secara tidak langsung akan memaksa pelaku usaha

untuk lebih efisien dalam mengelola usahanya, karena Undang - Undang Nomor 5

Tahun 1999 juga menjamin dan memberi peluang yang besar kepada pelaku usaha

yang ingin berusaha (sebagai akibat dilarangnya praktik monopoli dalam bentuk

penciptaan barrier to entry).54 Hal ini berarti bahwa hanya pelaku usaha yang

efisien yang dapat bertahan di pasar.

Dampak positif lain dari Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah terciptanya

pasar yang tidak terdisrorsi, sehingga menciptakan peluang usaha yang semakin

besar bagi para pelaku usaha. Keadaan ini akan memaksa para pelaku usaha untuk

53 Ayudha D. Prayoga et al., Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di

Indonesia, Jakarta:Proyek ELIPS, 2000, hlm. 52-53. 54 Barrier to entry; Legal restrictions (e.g. Patents, licensing, requirements) on entering

the market.

Page 56: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

39

lebih inovatif dalam menciptakan dan memasarkan produk (barang dan jasa)

mereka. Jika hal ini tidak dilakukan, para konsumen akan beralih kepada produk

yang lebih baik dan kompetitif. Ini berarti bahwa secara tidak langsung Undang -

Undang Nomor 5 Tahun 1999 akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam

bentuk produk yang lebih berkualitas, harga yang bersaing, dan pelayanan yang

lebih baik.

Namun perlu diingat bahwa Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 bukan

merupakan ancaman bagi perusahaan - perusahaan besar yang telah berdiri sebelum

undang - undang ini diundangkan, selama perusahaan - perusahaan tersebut tidak

melakukan praktik - praktik yang dilarang oleh Undang - Undang Nomor 5 Tahun

1999.55 Di samping mengikat para pelaku usaha, Undang - Undang Nomor 5 Tahun

1999 mengikat pemerintah untuk tidak mengeluarkan peraturan - peraturan yang

bersifat memberikan kemudahan dan fasilitas istimewa kepada para pelaku usaha

tertentu yang bersifat monopolistik. Akibatnya, dunia usaha Indonesia menjadi

tidak terbiasa dengan iklim kompetisi yang sehat, yang pada akhirnya menimbulkan

kerugian yang harus ditanggung oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu,

kehadiran Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 diharapkan mampu mengikat

pemerintah untuk lebih objektif dan profesional dalam mengatur dunia usaha di

Indonesia. Di samping itu, Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia, sehingga

mereka akan terarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan

kepercayaan ini dikarenakan adanya jaminan untuk berkompetisi secara sehat56

55 Ayudha D. Prayoga, loc.cit. 56 Ibid., hlm. 24-25.

Page 57: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

40

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha/KPPU

Berdasarkan Pasal 30 - 37 Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan tegas

mengamanatkan berdirinya suatu komisi yang independen yang disebut dengan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha. KPUU berdiri berdasarkan Keputusan

Presiden RI Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

KPPU dalam menjalankan fungsinya, memiliki kewenangan sebagai investigato,

penyidik, pemeriksa, penuntut, pemutus dan juga fungsi konsultasi, atas

kewenangan tersebut, maka komisi memiliki beberapa tugas sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan tindakan pelaku usaha

yang dilarang.

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalah gunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

d. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

e. Menyusun pedoman dan publikasi yang berkaitan dengan UU No. 5 Tahun

1999

f. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden

dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Page 58: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

42

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

(Normative Legal Research) yaitu penelitian hukum kepustakaan yang mengacu

pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan internasional dan peraturan

perundang - undangan.57 Kemudian juga mendasar pada karakteristik yang berbeda

dengan penelitian ilmu sosial pada umumnya.58 Sedangkan fokus kajiannya adalah

hukum positif, hukum positif yang dimaksud adalah hukum yang berlaku suatu

waktu dan tempat tertentu, yaitu suatu aturan atau norma tertulis yang secara resmi

dibentuk dan diundangkan oleh penguasa, di samping hukum yang tertulis tersebut

terdapat norma di dalam masyarakat yang tidak tertulis yang secara efektif

mengatur perilaku anggota masyarakat.59 Penyusunan skripsi yang berjudul

“Sinkronisasi ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy Dengan Undang

– Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

57Soedjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, cet. 9, Jakarta: Rajawali Press, 2006, hlm. 23. 58Asri Wijayanti & Lilik Sofyan Achmad, Strategi Penulisan Hukum, Bandung: CV.

Lubuk Agung, 2011, hlm. 43 59Ibid

Page 59: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

43

Persaingan Usaha Tidak Sehat” agar dapat terarah dan sistematis, maka skripsi ini

dibuat berdasarkan metode - metode tertentu. Hal ini disebabkan, suatu penelitian

merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran

suatu pengetahuan.60

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih menjelaskan

dan mencapai maksud serta tujuan penelitian. Pendekatan tersebut dimaksudkan

agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju, sesuai dengan

ruang lingkup permasalahan yang dituju. Menurut Liang Gie, pendekatan adalah

keseluruhan unsur yang dipahami untuk mendekati suatu bidang ilmu dan

memahami pengetahuan yang teratur, bulat, mencari, sasaran, yang ditelaah oleh

ilmu tersebut.61 Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan ialah adanya perkembangan

ilmu hukum positif, sehingga terdapat pemisahan yang jelas antara ilmu hukum

positif dengan ilmu hukum yang teoritis.62 Karya tulis ilmiah ini menggunakan

pendekatan hukum normatif, atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.63

Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari dan mengkaji permasalahan yang

berlaku ditengah-tengah masyarakat internasional, sehingga memudahkan penulis

untuk menggambarkan dan memaparkan mengenai perlindungan konsumen dalam

60Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1982, hlm. 2. 61Liang Gie, Ilmu Politik: Suatu Pembahasan tentang Pengertian, Kedudukan, Lingkup

Metodologi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982, hlm. 47. 628Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2008,

hlm. 80. 63Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 13-14.

Page 60: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

44

kontrak elektronik menurut hukum internasional dan implementasinya di

Indonesia.

C. Sumber Data, Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Sumber Data

Karakteristik utama penelitian ilmu hukum normatif dalam melakukan pengkajian

hukum terletak pada sumber datanya.64 Sumber data adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh.65 Sumber utama penelitian ilmu hukum normatif adalah bahan

hukum, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum

yang berisi aturan - aturan yang bersifat normatif.66 Data yang diperoleh dan diolah

dalam penelitian hukum jenis data sekunder yang dalam penelitian ini dijadikan

sebagai bahan hukum primer. Bahan diperoleh dari sumber kepustakaan, yakni data

yang didapatkan melalui kegiatan studi dokumen berupa buku - buku, makalah,

peraturan internasional dan peraturan perundang - undangan yang berhubungan

dengan perlindungan konsumen dalam kontrak elektronik menurut hukum

internasional dan implementasinya di Indonesia. Bahan hukum yang hendak dikaji

atau menjadi acuan berkaitan dengan permasalahannya dalam penelitian yaitu :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan - bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat.67 Pada skripsi ini bahan hukum primernya

terdiri dari :

64Bahder Johan Nasution, Op.Cit, Hlm.86 65Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 1998, hlm.114. 66Ibid. 67Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI

Press), 2007, hlm. 52.

Page 61: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

45

1. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi

Pengawas Persaingan Usaha.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2010

Tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan

Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,

Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

5. Piagam ASEAN

6. ASEAN Economic Blueprint

7. ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu terdiri dari bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.68 Seperti buku - buku, skripsi -

skripsi, surat kabar, artikel internet, hasil - hasil penelitian, pendapat para

ahli atau sarjana hukum yang dapat mendukung pemecahan masalah yang

diteliti dalam penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan - bahan yang memberi petunjuk terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan

nama bahan acuan bidang hukum atau rujukan bidang hukum.69

68Ibid 69Soerjono Soekanto, Op.Cit, Hlm. 41.

Page 62: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

46

2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan berbagai

ketentuan perundang - undangan, dokumentasi, mengumpulkan literatur, serta

mengakses internet berkaitan dengan permasalahan dalam lingkup hukum

internasional.

3. Metode Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh telah terkumpul, maka berikutnya yang dilakukan

adalah data tersebut diolah agar dapat memberikan gambaran mengenai masalah

yang diajukan. Untuk mendapatkan suatu gambaran dari data yang diolah, perlu

adanya analisis sebagai akhir dari penyelidikan.70 Pengolahan data tersebut

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Seleksi data, yaitu pemeriksaan data untuk mengetahui apakah data

tersebut sudah lengkap sesuai dengan keperluan penelitian.

b. Klarifikasi data, yaitu menempatkan data sesuai dengan bidang atau pokok

bahasan agar mempermudah dalam menganalisisnya.

c. Sistematika data, yaitu penyusunan data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan dalam

menganalisisnya.

70Umu Hilmy, Metodologi Penelitian dari Konsep ke Metode: Sebuah Pedoman Praktis

Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian, Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

2000, hlm. 55.

Page 63: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

47

D. Analisis Data

Penulisan skripsi ini penulis menggunakan bahan - bahan yang diperoleh dari

tinjauan kepustakaan yang bersumber dari buku - buku dan literatur lain. Data yang

diperoleh penulis akan dianalisa secara normatif, yaitu membandingkan data yang

diperolah dengan aturan hukum. Setelah keseluruhan data yang diperoleh sesuai

dengan bahasannya masing - masing. Selanjutnya, tindakan yang dilakukan adalah

menganalisa data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah analisis

kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang

teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan

interpretasi data dan analisis.71

71Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

2004, hlm. 127.

Page 64: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

140

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan fakta dan uraian yang telah dijabarkan pada bab pembahasan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

(a) Empat unsur yang sudah terdapat dalam Undang - Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat substansinya belum semua sesuai dengan yang terdapat dalam ASEAN

Regional Guidelines On Competition Policy. Unsur – unsur tersebut antara

lain seperti definisi dan interpretasi, sanksi, dan penanganan perkara.

(b) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat belum memiliki unsur yang

terdapat di dalam ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy

antara lain penerapan hukum persaingan secara extrateritorial, badan

banding, kerjasama badan pengawas internasional, dan metode sunset

clauses. Tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha belum

semua sesuai dengan yang tercantum di bab keempat ASEAN Regional

Guidelines On Competition Policy.

Page 65: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

141

B. Saran

1. Diharapkan pemerintah Indonesia melakukan sinkronisasi dengan cara

merevisi Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sesuai dengan unsur-unsur

yang terdapat di dalam ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

2. Diharapkan pemerintah Indonesia melakukan penguatan kelembagaan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha terkait fungsi dan wewenang yang

sesuai dengan ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy sebagai

dasar hukum Komisi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di

kawasan ASEAN.

3. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai harmonisasi hukum

persaingan usaha di negara anggota ASEAN.

Page 66: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agusman, Damos Dumoli. 2010. Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori

dan Praktik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsmi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

D. Prayoga, Ayudha. 2000. Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di

Indonesia. Jakarta: Proyek ELIPS.

Gie, Liang. 1982. Ilmu Politik: Suatu Pembahasan tentang Pengertian. Kedudukan.

Lingkup Metodologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Goesniadhie, Kusnu. 2006. Harmonisasi Hukumm Dalam Prespektif Perundang-

undangan. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika Surabaya

Hilmy, Umu. 2000. Metodologi Penelitian dari Konsep ke Metode: Sebuah

Pedoman Praktis Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian. Malang:

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Hakim, Abdul G, Nusantara dan Beny K. Harman. 1999. Analisa dan

Perbandingan Undang-Undang Antimonopoli (Undang-Undang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta: PT. Elok

Komputindo.

Huong Ly Luu, Regional Harmonization of Competition Law and Policy: An

ASEAN Approach, Asian Journal of International Law 2, 2012

Juwana, Hikmahanto, Merger, Konsilidasi, dan Akuisisi dalam Perspektif Hukum

Persaingan dan UU No. 5/1999, Jakarta:Yayasan Pusat Pengkajian

Hukum, 1999.

Kagramanto, Budi, Mengenal Hukum Persaingan Usaha, sidoarjo:laras, 2010.

Lubis, Andi Fahmi, Dkk. 2009. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan

Konteks, Jakarta: Creative Media.

Long, Oliver. 1987. Law and Its Limitations in the GATT Multialteral Trade

System, Dordrecht: Martinus Nijhoff Publisher.

Page 67: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

Makarim, Edmon. 2003. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Margono, Suyud, 2009, Hukum Anti monopoli, Jakarta: Sinar Grafika.

Murniati, Rilda. 2009. Penyelesaian Perkara Pelanggaran Hukum Persaingan

Usaha oleh KPPU, Dalam buku Hukum Bangun Teori dan Telaah dalam

Implementasi, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung Mandar Maju.

Soeroso, R. 2006. Pengantar Ilmu Hukum, Cet. VIII, Jakarta:Sinar Grafika.

Soedjono dan Abdurahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka

Cipta.

Soekanto, Soedjono dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat. cet. 9. Jakarta: Rajawali Press

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1982. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Siswanto, Arie. 2008. Hukum Persaingan Usaha, Bogor:Ghalia Indonesia.

Wijayanti, Asri dan Lilik Sofyan Achmad. 2011. Strategi Penulisan Hukum.

Bandung: CV. Lubuk Agung.

B. Jurnal. Artikel. Makalah. Koran. Sumber Internet. dan Sumber Lainnya

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-

umum/20545-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia.

Warta Ekspor Kementrian Perdagangan Republik Indonesia No Ditjen

PEN/MJL/003/10/2012 Edisi Oktober 2012.

http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Masyarakat-Ekonomi-ASEAN-

(MEA).aspx.

Artikel Online, Masyrakat Ekonomi ASEAN, diakses di

http://scdc.binus.ac.id/imcb/2016/06/masyarakat-ekonomi-asean/

http://www.asean-competition.org/read-publication-asean-regional-guidelines-on-

competition-policy

Page 68: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

https://www.accc.gov.au/about-us/australian-competition-consumer-

commission/about-the-accc

https://bphn.go.id/news/2014122501280333/BELUM-WAKTUNYA-ADA-

SUNSET-CLAUSE-DI-INDONESIA

http://djpp.kemenkumham.go.id/kilas-berita-perkembangan-peraturan-perundang-

undangan/2315-mahfud-substansi-tap-mprs-nomor-xxxiii-selesai.html

Vautier, Kerrin M. and Lloyd, Peter J., International Trade and Competition

Policy: CER, APEC and The WTO, Institute of Policy Studies Victoria University

of Wellington, New Zealand, 1997

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

Berita online, KPPU Butuh Penguatan Lembaga Jelang MEA, diakses di

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5582620e6e442/kppu-butuh-

penguatan-lembaga-jelang-mea

http://www.pengertiandefinisi.com/2011/10/pengertian-persaingan.html

www.artikata.com/arti-376318-persaingan.html

http://carapedia.com/pengertian_definisi_usaha_info2644.html

G.T Suroso, “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Perekonomian Indonesia”,

Artikel Kemenkeu, 2015.

Case Concerning Oil Platforms (Islamic Republic of Iran v. Unitedd States of

America), (Preliminiary Objection)

John H. Jackson, International Economic Law,

Lihat, Summary Record High level Task Force (HLTF) on the Drafting of the The

ASEAN Charter. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri

Indonesia,2008.

Jonathan Waller, The Expenditure Effects of Sunset Laws in State Governments,

(Disertasi Doktor, Clemson University, 2009)

Brian Baugus and Feler Bose, 2015, Sunset Legislation in the State, Balancingthe

Legislature and the Executive, Virginia: George Mason University

Page 69: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

http://asean.org/asean/asean-charter/charter-of-the-association-of-southeast-asian-

nations/

Kementrian Luar Negri, Piagam ASEAN, Jakarta:Kemenlu

Berita online “Piagam ASEAN” dilihat di

http://www.kompasiana.com/prasito/asean-charter-piagam-

asean_550063d3a33311d07551075c

http://www.porosilmu.com/2015/09/tujuan-asean-yang-tertuang-dalam-

piagam.html

Berita online, Menyongsong Masyrakat Ekonomi ASEAN, diakses di

http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.com.sani267/menyongsong-

masyarakat-ekonomi-asean_56ab18232523bdcc132e3074

http://apindo.or.id/id/fta/asean-economic-community/latar-belakang

Berita online, Asean–Competition policy, guidelines and law, diakses di

http://www.businessmirror.com.ph/asean-competition-policy-guidelines-and-law/

ASEAN Economic Community Blueprint

Vautier, Kerrin M. and Lloyd, Peter J., International Trade and Competition Policy:

CER, APEC and The WTO, Institute of Policy Studies Victoria University of

Wellington, New Zealand, 1997

Dwi Priyatno, “Kerja Sama Indonesia-UNCTAD dalam Implementasi Competition

Law and Policy di Indonesia Periode 2004-2007” Journal of International

Relations, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2017.

Andrew D. Mitchell, “Broadening the Vision Of Trade and Liberalisation:

Internasional Competition Law”, World Competition Law and Economic Review

Volume 24 ( Kluwer Law International, 2001)

C. Peraturan Internasional

Piagam ASEAN

ASEAN Economic Blueprint

ASEAN Regional Guidelines On Competition Policy.

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

Page 70: SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES ON COMPETITION …digilib.unila.ac.id/31881/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018. 6. 29. · ABSTRAK SINKRONISASIASEAN REGIONAL GUIDELINES

Keppres 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan