sistem pemilu
DESCRIPTION
PknTRANSCRIPT
SISTEM PEMILU DAN PERAN PARPOL DALAM PEMERINTAHAN INDONESIAFakultas Kedokteran 2012
Nama Kelompok
1. Adhi Candra Q (201210330311027)2. Arga Pratama (201210330311030)3. Destra Anggraini Putri (201210330311096)4. Putri Sholih Dewi Irdianti (201210330322229)5. Fitri Dwi Prabandhari (201210330311136)6. Suhada Akmal A.K. (201210330311151)7. Afina Fitra Firdaus (201210330311167)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas menyusun karya ilmiah ini
dengan lancar dan semaksimal mungkin.
Dengan selesainya makalah yang berjudul
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prihatin Sulistyowati, S.S selaku dosen mata kuliah kewarganegaraan serta semua pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi penyusun.
Malang, 30 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I (Pendahuluan)
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Bab II (Pembahasan)
2.1 Pemilu
2.2 Makna pemilu dikaitkan dengan demokrasi
2.3 Tujuan pemilu
2.4 Sistem pemilu
2.5 Partai politik
2.6 Peran partai politik
Bab III (Penutup)
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan partai politik di Indonesia sangat mewarnai perkembangan
demokrasi di Indonesia. Hal ini sangat mudah dipahami, karena partai politik merupakan
gambaran wajah peran rakyat dalam percaturan politik nasional atau dengan kata lain
merupakan cerminan tingkat partisipasi politik masyarakat. Berawal dari keinginan untuk
merdeka dan mempertahankan kemerdekaan serta mengisi pembangunan, partai politik lahir
dari berbagai aspirasi rakyat yang berkeinginan untuk bersatu dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Romantika kehidupan partai politik sejak kemerdekaan, ditandai dengan
bermunculannya banyak partai (multipartai). Secara teoritikal, makin banyak partai politik
memberikan kemungkinan yang lebih luas bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dan
meraih peluang untuk memperjuangkan hak-haknya serta menyumbangkan kewajibannya
sebagai warga negara. Banyaknya alternatif pilihan dan meluasnya ruang gerak partisipasi
rakyat memberikan indikasi yang kuat bahwa sistem pemerintahan di tangan rakyat sangat
Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah sistem politik. Karena pasti sistem
politiklah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju dapat
dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri dapat
diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi
melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan
kebijakan yang mengikat masyarakat. Dalam suatu system politik terdapat berbagai unsur,
dan salah satu unsur tersebut adalah partai politik.
Partai politik dalam hubungannya dengan sistem sosial politik ini memainkan berbagai
fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi
politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi
kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam
proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang
dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa
partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya
dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai
jabatan-jabatan publik di Indonesia.
Partai politik sendiri telah menjadi ciri penting dalam sebuah politik modern. Hampir
dapat dipastikan bahwa partai-partai politik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
sebuah system politik, baik itu sebuah sistem politik yang demokratis maupun sistem politik
yang otoriter sekalipun. Dalam Negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa
fungsi, salah satu fungsi ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu
Negara bersifat dua arah, artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara “mereka yang memerintah”
dan “mereka yang diperintah”
1.2 TUJUAN
Mengetahui sistem pemilu dan peranan parpol dalam pemerintahan Indonesia.
1.3 MANFAAT
Mengetahui sistem pemilu dan peranan parpol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEMILU
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sementara itu asas pemilu berdasarkan pasal 22E
UUD RI Tahun 1945 adalah :
1) Langsung → Rakyat (pemilih) mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara
langsung sesuai nuraninya, dan tanpa perantara.
2) Umum → Semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-
undang pemilu berhak mengikuti pemilu.
3) Bebas → Setiap warga negara bebas menentukan pilihannya sesuai dengan nurani
dan kepentingannya tanpa tekanan atau paksaan.
4) Rahasia → Dalam memberikan suaranya,pemilih dijamin pilihannya tidak akan
diketahui oleh pihak manapun.
5) Jujur → Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat
pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua
pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan perundang-
undangan.
6) Adil → Setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas
dari kecurangan dari pihak manapun.
2.2 MAKNA PEMILU DIKAITKAN DENGAN PRINSIP DEMOKRASI
1. Pemilu adalah pelaksanaan demokrasi pancasila yang nyata.
2. Pemilu merupakan sarana untuk memilih wakil-wakil rakyat.
3. Pemilu adalah salah satu aktivitas pemilihan anggota DPR dengan cara-cara yang
sudah ditentukan dengan undang-undang.
4. Pemilu adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat.
5. Pemilu adalah pelaksanaan hak politik warga negara Indonesia.
6. Pemilu merupakan sarana yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya
sendi-sendi demokrasi, tetapi harus menjamin suksesnya perjuangan reformasi dan
suksesnya pembangunan nasional, serta tetap lestarinya Pancasila dan UUD 1945.
2.3 TUJUAN PEMILU
a. Memilih wakil rakyat dan wakil daerah (DPR dan DPD).
b. Membentuk pemerintahan yang demokratis dan memperoleh dukungan rakyat dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Memilih presiden dan wakil presiden RI.
2.4 SISTEM PEMILU
1) Berdasarkan cara penyelenggaraannya :
a. Cara langsung → Rakyat secara langsung memlih wakil-wakil rakyat yang akan
menjadi wakil rakyat atau presiden atau wakil presiden.
Contoh : Pemilu di Indonesia untuk memilih DPR dan DPD
b. Cara bertingkat → Rakyat memilih dulu para wakilnya, kemudian wakil rakyat
memilih presiden.
Contoh : Pemilu tahun 1955, yang dipilih adalah calon legislatif dan nantinya
akan memilih presiden.
2) Berdasarkan sistem yang digunakan :
a. Sistem Distrik (the single-member constituencies), yaitu satu daerah pemilihan
memilih satu wakil. Setiap kesatuan geografis (disebut distrik) mempunyai satu
wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Dalam pemilihan ini, negara dibagi dalam
distrik pemilihan yang jumlahnya sama dengan anggota badan perwakilan rakyat
yang diinginkan.
KELEBIHAN KELEMAHAN
1.Wakil setiap distrik lebih mengenal
daerah dan kepentingan rakyatnya.
2. Wakil distrik akan memperjuangkan
distriknya.
3. Rakyat lebih mengenal secara baik
orang yang mewakili daerahnya
(distriknya).
4. Terdapat hubungan yang erat antara
wakil distrik dengan rakyatnya.
5. Sistem ini sederhana dan murah
dalam penyelenggaraannya.
6.Mempermudah terbentuknya pemerin
tahan yang stabil dan memperkuat sta
bilitas nasional.
7.Lebih mendorong ke arah integrasi
1.Kurang representatif karena suara pe
serta pemilu yang kalah akan hilang
dan tidak digabung dengan distrik
lain.
2. Wakil rakyat yang menang dalam
satu distrik lebih memperhatikan
distriknya sehingga dapat
mengabaikan kepentingan nasional.
3. Bila terdapat partai besar di
parlemen dan terdapat satu distrik
yang kalah dalam pemilu, maka
suaranya tidak terwakili.
4. Golongan dan partai kecil / minoritas
kurang terwakili.
partai-partai.
b. Sistem Proporsional atau sistem perwakilan berimbang
Yaitu satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil. Negara dianggap daerah
pemilihan yang besar. Oleh karena itu, untuk keperluan teknis-administratif, pemilu
dibagi dalam beberapa daerah pemilihan yang besar (lebih besar dari sistem distrik).
Jumlah wakil parlemen dalam setiap daerah pemilihan ditentukan oleh jumlah pemilih
dalam daerah pemilihan.
Dalam sistem ini, setiap suara dihitung atau tidak ada suara yang hilang.
Artinya, sisa suara yang diperoleh oleh suatu partai politik dapat digabungkan dengan
jumlah suara yang diterima partai tersebut di daerah lain untuk memperoleh kursi
tambahan.
KELEBIHAN KELEMAHAN
1.Sistem ini lebih representatif karena setiap
suara diperhitungkan sehingga tidak ada
suara yang hilang.
2. Golongan minoritas (partai kecil)
memungkinkan mempunyai wakil di
parlemen.
3. Parlemen dapat menjadi wadah dan
aspirasi rakyat secara menyeluruh karena
semua golongan masyarakat terwakili di
parlemen.
1.Mempermudah partai-partai baru (multi
partai) sehingga cenderung mempertajam
perbedaan.
2. Peranan pimpinan partai sangat
menentukan dalam penetapan calon
legislatif (wakil rakyat).
3. Wakil-wakil rakyat yang terpilih kurang
memahami kepentingan rakyat karena
lebih terikat pada partai.
4. Dengan sistem multi partai, maka
cenderung sulit terbentuknya pemerintahan
yang stabil.
2.5 PARTAI POLITIK
Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengertian ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang
Partai Politik.
2.6 PERAN PARTAI POLITIK
1. Peran Sebagai Wadah Penyalur Aspirasi Politik
Pada awal kemerdekaan, partai politik belum berperan secara optimal sebagai
wadah untuk menyalurkan aspirasi politik rakyat. Hal ini terlihat dari timbulnya berbagai
gejolak dan ketidak puasan di sekelompok masyarakat yang merasa aspirasinya tidak
terwadahi dalam bentuk gerakan-gerakan separatis seperti proklamasi Negara Islam oleh
Kartosuwiryo tahun 1949, terbentuknya negara negara boneka yang bernuansa kedaerahan.
Penyebabnya karena aspirasi rakyat berbelok arah mengikuti aspirasi penjajah, karena
tersumbatnya saluran aspirasi yang disebabkan kapasitas sistem politik belum cukup
memadai untuk mewadahi berbagai aspirasi yang berkembang. Di sini boleh dikatakan bahwa
rendahnya kapasitas sistem politik, lebih disebabkan oleh karena sistem politik masih berada
pada tahap awal perkembangannya.
Masa Orde Lama, peran partai politik sebagai wadah penyalur aspirasi politik rakyat
juga belum terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Partai politik cenderung terperangkap
oleh kepentingan partai dan/ atau kelompoknya masing-masing dan bukan kepentingan rakyat
secara keseluruhan. Sebagai akibat daripadanya adalah terjadinya ketidak stabilan sistem
kehidupan politik dan kemasyarakatan yang ditandai dengan berganti-gantinya kabinet.
Di zaman pemerintahan Orde Baru, peran partai politik dalam kehidupan
berbangsa dicoba ditata melalui UU No. 3 Tahun 1973, partai politik yang jumlahnya cukup
banyak di tata menjadi 3 kekuatan sosial politikyang terdiri dari 2 partai politik yaitu PPP dan
PDI serta 1 Golkar. Namun penataan partai politik tersebut ternyata tidak membuat semakin
berperannya partai politik sebagai wadah penyalur aspirasi politik rakyat. Hal ini terlihat dari
kebijaksanaan publik yang dihasilkan pada pemerintahan orde baru ternyata kurang
memperhatikan aspirasi politik rakyat dan cenderung merupakan sarana legitimasi
kepentingan penguasa dan kelompok tertentu. Akibatnya pembangunan nasional bukan
melakukan pemerataan dan kesejahteraan namun menimbulkan ketimpangan dan
kesenjangan sosial di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal ini dikarenakan peran partai politik sebagai wadah penyalur aspirasi
politik rakyat oleh pemerintahan orde baru tidak ditempatkan sebagai kekuatan politk
bangsa tetapi hanya ditempatkan sebagai mesin politik penguasa dan assesoris demokrasi
untuk legitimasi kekuasaan semata.
Era reformasi muncul sebagai gerakan korektif dan pelopor perubahanperubahan
mendasar di berbagai aspek kehidupan. Gerakan reformasi yang melahirkan proses
perubahan dan melengserkan pemerintahan orde baru dan melahirkan UU No. 3 Tahun 1999
tentang partai politik memungkinkan sistem multi partai kembali bermunculan. Harapan
peran partai sebagai wadah penyalur aspirasi politik akan semakin baik, meskipun hingga
saat ini belum menunjukkan kenyataan. Hal ini terlihat dari kampanye Pemilu yang masih
diwarnai banyaknya partai politik yang tidak mengaktualisasikan aspirasi rakyat dalam wujud
program partai yang akan diperjuangkan.
2. Peran sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Budaya politik merupakan produk dari proses pendidikan atau sosialisasi politik
dalam sebuah masyarakat. Dengan sosialisasi politik, individu dalam negara akan menerima
norma, sistem keyakinan, dan nilai-nilai dari generasi sebelumnya, yang dilakukan melalui
berbagai tahap, dan dilakukan oleh bermacam-macam agens, seperti keluarga, saudara, teman
bermain, sekolah (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi), lingkungan
pekerjaan, dan tentu saja media massa, seperti radio, TV, surat kabar, majalah, dan juga
internet.
3. Peran sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Peran partai politik sebagai sarana rekruitmen politik dalam rangka meningkatkan
partisipasi politik masyarakat, adalah bagaimana partai politik memiliki andil yang cukup
besar dalam hal:
(1) Menyiapkan kader-kader pimpinan politik
(2) Melakukan seleksi terhadap kader-kader yang dipersiapkan
(3) Perjuangan untuk penempatan kader yang berkualitas, berdedikasi, memiliki
kredibilitas yang tinggi, serta mendapat dukungan dari masyarakat pada jabatan
jabatan politik yang bersifat strategis.
Makin besar andil partai politik dalam memperjuangkan dan berhasil memanfaatkan posisi
tawarnya untuk memenangkan perjuangan dalam ketiga hal tersebut, merupakan indikasi
bahwa peran partai politik sebagai sarana rekrutmen politik berjalan secara efektif.
Rekrutmen politik yang adil, transparan, dan demokratis pada dasarnya adalah untuk memilih
orang-orang yang berkualitas dan mampu memperjuangkan nasib rakyat banyak untuk
mensejahterakan dan menjamin kenyamanan dan keamanan hidup bagi setiap warga negara.
4. Peran sebagai Sarana Pengatur Konflik
Dalam menjalankan peran sebagai pengatur konflik ini, partai-partai politik harus
benar-benar mengakar dihati rakyat banyak, peka terhadap bisikan hati nurani masyarakat
serta peka terhadap tuntutan kebutuhan rakyat. Dengan munculnya partai partai baru tentu
saja persyaratan mengakar di hati rakyat belum bisa terpenuhi dan bahkan boleh dikatakan
masih jauh dari harapan. Sedangkan partai politik yang lamapun belum tentu telah memiliki
akar yang kuat di hati rakyat, mengingat partisipasi politik rakyat masih lebih banyak bersifat
semu. Artinya rakyat baru memiliki partisipasi yang nyata adalah pada saat pelaksanaan
pemilihan umum, sementara pada proses-proses pembuatan keputusan politik, dan kontrol
terhadap pelaksanaan kebijakan politik masih tergolong dalam kategori yang relatif rendah.
Meskipun akhir-akhir ini banyak demonstrasi dan kebebasan media massa sangat luas,
batasan terhadap akses informasi makin lunak; namun bila dikaji substansi yang dituntut dan
disampaikan masih lebih banyak didasarkan pada rekayasa kelompok politik atau elit politik
tertentu. Belum cukup marak tuntutan dan suara-suara yang memperjuangkan kepentingan
rakyat banyak.
5. Sebagai sarana control pemerintah
Terdapat dua mekanisme partai politik dalam menyalurkan sikap kritis terhadap
pemerintah. Pertama, sikap kritis disalurkan dan dicerminkan oleh wakil-wakil partai politik
yang terdapat dalam lembaga legislative. Lembaga legislative ini mempunyai beberapa
fungsi, bisa sebagai partner pemerintah, dan sekaligus mengusulkan rancangan undang-
undang yang akan diimplemantasikan pemerintah. Ketika partai politik melihat
ketidakberesan dalam situasi dan kondisi sosial masyarakat, mereka dapat mengusulkan
rancangan undang-undang yang dapat mengubahnya. Pada kenyataannya, hal ini tidak mudah
dan otomatis dapat dilakukan, mengingat pola pengambilan keputusan yang sangat kompleks
dan kerap terjadi negosiasi politik antarfraksi. Kedua, partai politik dapat menyuarakan
analisis dan sikap kritisnya melalui jalur non parlementer, misalnya dengan jalan diskusi dan
debat public tentang kebijakan pemerintah. Bisa juga dilakukan dialog dengan media massa
untuk pembentukan opini public sehingga mendapatkan dukungan politis publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk menjamin berjalannya peran partai politik dalam peningkatan partisipasi
politik masyarakat secara optimal, diperlukan keselarasan dan keseimbangan hubungan antar
kekuatan sosial politik dan keseimbangan serta keselarasan peran partai politik itu sendiri
baik sebagai wadah penyalur aspirasi rakyat, sarana sosialisasi politik, sarana rekrutmen
politik, maupun sebagai sarana pengatur konflik. Prospek perkembangan peran partai politik
dalam peningkatan partisipasi politik masyarakat sangat tergantung pada kondisi politik
secara makro dan tingkat kedewasaan elit politik dalam memainkan perannya sebagai
penggerak dan pengorganisasi komponen komponen politik dan kemasyarakatan. Tingkat
kesadaran politik rakyat yang sudah cukup tinggi yang terrefleksi dari keberhasilan dalam
pelaksanaan Pemilu secara jurdil, luber, dan aman; tidak boleh diposisikan pada situasi yang
justru mengakibatkan berbaliknya ketidakpercayaan rakyat terhadap partai politik. Sebab hal
itu akan sangat menyulitkan dalam upaya peningkatan peran partai politik dalam peningkatan
partisipasi politik masyarakat.
3.2 SARAN
Dalam rangka penguatan peran partai politik untuk peningkatan partisipasi politik
masyarakat, harus didahului atau terlebih dahulu harus diberdayakan partai politik itu sendiri
dalam kancah percaturan politik nasional dengan menempatkannya pada posisi yang kuat dan
memiliki daya tawar yang cukup memadai. Caranya adalah dengan restrukturisasi,
refungsionalisasi, dan revitalisasi partai politik baik yang menyangkut struktur, mekanisme,
budayanya, serta kapasitasnya dalam melakukan fungsinya sebagai saluran komunikasi
politik.
Penyelenggaraan Pemilu yang relatif lebih baik dari masa lalu harus disadari sebagai
keberhasilan semua pihak terutama Partai Politik, dan tidak boleh didistorsi menjadi hal-hal
yang bersifat kepentingan sempit dan sesaat. Dalam kaitan ini semua pihak wajib ikut
berpartisipasi untuk makin mendewasakan perilaku politik semua pelaku, terutama di
kalangan elit politik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penguatan Peran Partai Politik dalam Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat”,
Jurnal Naskah No. 20, Juni-Juli 2000
2. Hasim.2010.Civics 2 Education.Jakarta:Yudhistira.