ske a 26
DESCRIPTION
ske a 26TRANSCRIPT
Scenario A Blok 26 Tahun 2014
Budi, seorang laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan
tangannya teraba dingin seperti es. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak
menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air
besar dan buang air kecil seperti biasa. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun
sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun disertai mimisan. Sejak 6
jam yang lalupasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.
Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR: 36xmenit, T: 36,2c,
BB: 15 kg, TB: 98cm. rumple leede test (+)
Keadaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)
Thorak : simetris, dyspnea (-), jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-),
irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+)
normal
Ekstrimitas : akral dingin, capillary refill time 4”
Pemeriksaan penunjang:
Hb : 12 g/dl
Ht : 45%
Leukosit : 2800/mm
Trombosit : 45.000/mm
Klarifikasi Istilah:
1. Demam : peningkatan temperature tubuh diatas normal (37c)
2. Menggigil : perasaan dingin disertai getaran tubuh
3. Mimisan : perdarahan hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang
terletak di bagian anterior sptum nasal cartilaginosa
4. Rumple leede test : pemeriksaan hematologi dengan melakukan pembendungan pada
lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnosis kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit
yang biasanya digunakan untuk tes DBD
5. Delirium : gangguan mental atau kesadaran yang berlangsung singkat biasanya
ditandai oleh ilusi, kegirangan, kegelisahan, dan gangguan memori
6. Nadi filiformis: pembuluh darah yang berbentuk benang2 kecil karena kurangnya aliran
darah ke perifer
7. Capillary refill time : tes pada dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran
darah ke jaringan/perfusi
8. Irama derap : bunyi jantung rangkap tiga yang menyerupai derap lari seekor kuda
biasaya disebabkan adanya satu atau lebih bunyi ekstra
Identifikasi Masalah:
1. Budi, seorang laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan
tangannya teraba dingin seperti es. Sejak 6 jam yang lalupasien tidak buang air kecil
2. Empat hari yang lalu Budi demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit
kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air
kecil seperti biasa.
3. Budi sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik
lagi.
4. Satu hari yang lalu panas mulai turun disertai mimisan.
5. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filifirmis,
RR: 36xmenit, T: 36,2c, BB: 15 kg, TB: 98cm. rumple leede test (+)
6. Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiv tidak pucat, nafas cuping hidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-), jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-),
irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+)
normal
Ekstrimitas: akral dingin, capillary refill time 4”
7. Pemeriksaan penunjang:
Hb: 12 g/dl, Ht: 45%, leukosit: 2800/mm, trombosit: 45.000/mm
Analisis Masalah
1. Mekanisme kaki dan tangan teraba dingin ?
Kaki dan tangan teraba dingin merupakan manifestasi syok hipovolemik pada dbd
yang biasanya terjadi pada fase kritis selama 24 sampai 48 jam. Syok hipovolemik
disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membrane vascular. Mekanisme terjadinya
peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan pada DBD belum diketahui dengan
jelas. Pada otopsi kasus DBD tidak dijumpai adanya infeksi virus dengue pada sel endotel
kapiler. Pada percobaan in vitro dengan kultur sel endotel, ternyata sel endotel akan
mengalami aktivasi jika terpapar dengan monosit yang terinfeksi virus dengue. Diduga
setelah virus dengue berikatan dengan antibodi maka komplek ini akan melekat pada
monosit karena monosit mempunyai Fc receptor. Oleh karena antibodi bersifat heterolog,
maka virus tidak dinetralkan sehingga bebas melakukan replikasi di dalam monosit.
Monosit akan menghasilkan sitokin yang akan menyebabkan sel endotel teraktivasi
sehingga mengekspresikan molekul adhesi seperti vascular cell adhesion molecule-1
(VCAM-1) dan intercellular adhesionmolecule-1 (ICAM-1). Peningkatan TNF-αdan IL-6
pada DBD telah dilaporkan oleh Hadinegoro. Sedangkan Suharti menemukan
peningkatan TNF–α, IL-1βdan IL-1Ra pada DBD. Pada infeksi yang berat ekspresi
VCAM-1 pada sel endotel berlebihan sehingga dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam
bentuk terlarut (soluble VCAM-1). Jadi molekul adhesi terlarut merupakan petanda
aktivasi atau kerusakan endotel. Sitokin juga dapat menimbulkan berbagai perubahan
pada fungsi sel endotel yaitu peningkatan sekresi faktor von Willebrand (vWF), tissue
factor (TF), platelet activating factor (PAF), plasminogen activator inhibitor (PAI)
prostasiklin (PGI2), dan nitric oxide(NO) serta penurunan tissue plasminogen activator
(tPA) dan trombomodulin. Oleh karena itu pada disfungsi endotel terjadi peningkatan
permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem koagulasi. Salah satu petanda aktivasi sistem
koagulasi adalah peningkatan kadar D-dimer yang merupakan hasil degradasi fibrin oleh
plasmin.
2. Interpretasi tidak buang air kecil selama 6 jam ?
Tidak buang air kecil menandakan adanya syok hipovolemik akibat kebocoran plasma.
Sehingga aliran darah ke ginjal akan berkurang dan berdampak pada produksi urin yang
sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
3. Klasifikasi demam (suhu, penyebab, siklus) ?
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis
etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa
bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes
laboratorium, misalnya demam tifoid.
Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.
Tipe-tipe demam berdasarkan kenaikan suhu tubuh:
Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
Ex : Tuberkulosis & abses piogenik.
Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal. Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Contoh : demam tifoid, infeksi virus & mikoplasma
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik
Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Pada demam intermiten, suhu badan turun ke
tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Contoh : Malaria
Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari satu derajat.Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.
Contoh : pneumonia
Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. (Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan,
2009). Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu tubuh seperti semula.
Contoh : Limfoma Hodgkin's
4. Mekanisme demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen
yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-
6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi
imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen
akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &
Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase
pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai
dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha
untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase
kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase
kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh
darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan
berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
5. Mengapa demam timbul lagi setelah diberi obat penurun panas ?
Pemberian obat penurun panas memang diperlukan pada fase demam untuk
menghilangkan gejala yang ditimbulkan. Pada kasus ini, demam yang timbul lagi pada
hari ke 4 (satu hari yang lalu) masih merupakan fase demam pada perjalanan penyakit
DBD. Biasanya fase ini berlangsung selama 2 sampai 7 hari dengan suhu tubuh 39◦C
sampai 40◦C. Setelah fase ini dapat dibedakan demam dengue dengan DBD. Pada pasien
demam dengue setelah terbebas dari demam selama 24 jam tanpa penurun panas, pasien
akan memasuki fase penyembuhan. Namun pada pasien DBD setelah fase demam selesai,
akan memasuki fase kritis (WHO, 2009). Biasanya orang yang terinfeksi virus dengue
untuk pertama kali, umumnya hanya menderita demam dengue dan akan sembuh sendiri
dalam 5 hari pengobatan (Depkes, 2005). Infeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda akan menyebabkan DBD.
6. Mekanisme mimisan
Mekanisme mimisan pada kasus ini disebabkan karena infeksi DBD yang mengaktivasi
makrofag untuk fagositosis komplek virus antibodi tetapi virus malah bereplikasi di
makrofag tersebut sehingga terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan penghancuran
trombosit sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan gangguan fungsi
trombosit selanjutnya terjadi perdarahan masif. Karena, pada hidung terdapat banyak
pembuluh darah dan memiliki mukosa yang tipis sehingga memudahkan untuk terjadi
perdarahan sehingga terjadilah mimisan.
Hidung kaya akan vaskularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri karotis
eksterna. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui percabangannya
arteri fasialis dan arteri maksilaris. Arteri labialis superior merupakan salah satu cabang
terminal dari arteri fasialis. Arteri ini memberikan vaskularisasi ke nasal arterior dan
septum anterior sampai ke percabangan septum. Arteri maksilaris interna masuk ke dalam
fossa pterigomaksilaris dan memberikan enam percabangan : a.alveolaris posterior
superior, a.palatina desenden , a.infraorbitalis, a.sfenopalatina, pterygoid canal dan a.
pharyngeal.
Arteri palatina desenden turun melalui kanalis palatinus mayor dan menyuplai dinding
nasal lateral, kemudian kembali ke dalam hidung melalui percabangan di foramen
incisivus untuk menyuplai darah ke septum anterior. Arteri karotis interna memberikan
vaskularisasi ke hidung. Arteri ini masuk ke dalam tulang orbita melalui fisura orbitalis
superior dan memberikan beberapa percabangan. Arteri etmoidalis anterior meninggalkan
orbita melalui foramen etmoidalis anterior. Arteri etmoidalis posterior keluar dari rongga
orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior, pada lokasi 2-9 mm anterior dari kanalis
optikus. Kedua arteri ini menyilang os ethmoid dan memasuki fossa kranial anterior, lalu
turun ke cavum nasi melalui lamina cribriformis, masuk ke percabangan lateral dan untuk
menyuplai darah ke dinding nasal lateral dan septum.
Pleksus kiesselbach yang dikenal dengan “little area” berada diseptum kartilagenous
anterior dan merupakanlokasi yang paling sering terjadi epistaksis anterior. Sebagian
besar arteri yang memperdarahi septum beranastomosis di area ini. Sebagian besar
epistaksis (95%) terjadi di “little area”. Bagian septum nasi anterior inferior merupakan
area yang berhubungan langsung dengan udara, hal ini menyebabkan mudah
terbentuknya krusta, fisura dan retak karena trauma pada pembuluh darah tersebut.
Walaupun hanya sebuah aktifitas normal dilakukan seperti menggosok-gosok hidung
dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya trauma ringan pada pembuluh
darah sehingga terjadi ruptur dan perdarahan. Hal ini terutama terjadi pada membran
mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami inflamasi akibat dari infeksi saluran
pernafasan atas, alergi atau sinusitis.
7. Interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Normal Hasil Interpretasi
Keadaan umum Kompos mentis Delirium Tidak normal
Nadi 80-90x/m, tidak
filiformis
Filiformis Tidak normal
Respiratory Rate 80-90 x/ menit 36x/menit Tidak normal
(bradypnea)
Suhu 36,5 – 37,5 36,2 C Hipotermi
Berat dan tinggi
badan
Ideal ( 14 kg) Gemuk Tidak normal
Rumple leede test (-) (+) Tidak normal
Umum
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme
Kesadaran Delirium Compos
mentis
Abnormal Kurangnya oksigen
yang dibawa untuk
perfusi jaringan
(terutama otak dan
SSP)
Tekanan
Darah
70/50
mmHg
100/65
mmHg
Hipotensi Kebocoran plasma
volume intravaskular
menurun tekanan
darah meningkat
sebagai kompensasi
tubuh lama-lama
terjadi syok tekanan
darah menurun
Nadi Filiformis Isi cukup,
tegangan
cukup,
amplitudo
cukup,
frekuensi
teratur,
kecepatan
normal
Abnormal Kompensasi tubuh
terhadap kehilangan
cairan akibat kebocoran
plasma
RR 36x/menit 20-50x/menit Normal
Suhu 36,2◦C 37,2◦C Hipotermi Kurangnya suplai darah
dan oksigen ke jaringan
perifer
Berat Badan 15 kg Gizi kurang
Tinggi Badan 98 cm
BMI = 15,8Rumple Leede
Test
Positif Negatif Ada
perdarahan
intravaskul
ar
Penurunan jumlah
trombosit di darah
perifer sehingga terjadi
perdarahan di kapiler
Pemeriksaan Fisik keadaan umum:
Kesadaran: apatis terjadi penurunan kesadaran
Mekanisme : kegagalan perfusi ke otak
TD 70/50: hipotensi
Mekanisme: kegagalan perfusi ke jantung, volume plasma menurun akibat
kebocoran plasma cardiac output menurun TD menurun nadi filiformis.
Frekuensi nafas: 36x/ menit: Takipneu
Mekanisme: frekuensi meningkat merupakan kompensasi dari tubuh untuk
membantu keadaan perfusi jaringan menjadikan tubuh butuh oksigen yang
banyak.
Capillary refilled 4 detik: aliran darah ke perifer lambat
Normal: < 2 detik.
Mekanisme : adanya hemokonsentrasi menyebabkan terjadinya hipovolemi dan
tekanan darah menurun menyebabkan pengisian kapiloer melambat
Akral terasa dingin
Rumpled leed (+)
Rumpled leed (+) menunjukkan adanya gejala awal pada penderita DBD. Yang
disebabkan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.
Mekanisme:
Reaksi antigen- antibody agregasi trombosit pengeluaran ADP (adenosine
diphosphat) trombositopenia rumpled leed (+).
Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 – 10 menit. jika
terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika
kurang maka disebut rumpled test negative.
Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik
kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.
Spesifik
Keadaan Normal Hasil Interpretasi
Konjuctiva Tidak pucat Tidak pucat Normal
Nafas cuping
hidung
(-) (-) Normal
Thorak simetris simetris Normal
Bunyi jantung normal normal Normal
Bising jantung (-) (-) Normal
Irama derap (-) (-) Normal
Suara nafas
vaskuler
Kiri = kanan Kiri = kanan Normal
Wheezing (-) (-) Normal
8. Interpretasi dan mekanisme pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme
Hemoglobin 12 g/dl 11-14 g/dl Normal
Hematokrit 45% 31-40% Meningkat Terjadi
hemokonsentrasi
akibat
kebocoran
plasma sehingga
kadar Ht seolah-
olah meningkat
didalam plasma.
Leukosit 2800/mm3 > 5000/mm3 Leukopenia Infeksi virus
dengue
menyebabkan
banyak leukosit
mati
Trombosit 45000/mm3 Trombositopenia
berat
Trombositopenia
terjadi akibat
pemendekan
umur trombosit
akibat destruksi
berlebihan oleh
virus dengue dan
sistem
komplemen
(pengikatan
fragmen C3g);
depresi fungsi
megakariosit,
serta supresi
sumsum tulang.
Jawab: Pada dasarnya pengobatan penderita DBD/SSD bersifat simptomatik dan
supportif.
Penatalaksana demam berdarah dengue (pada anak)
a. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan
dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun,
muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu dirawat / dirujuk.
b. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji Tourniquet dan hitung
trombosit
Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit 100.000/ul, penderita
dirawat/dirujuk.
Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit > 100.000/ul atau normal, pasien
boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu
turun.
c. Pasien dianjurkan tirah baring dan minum banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit,
jus buah dan lain-lain.
d. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan golongan salisilat.
e. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga, evaluasi tanda
klinis adakah tanda-tanda syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki / tangan
dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang; bila perlu periksa Hb, Ht dan
trombosit.
f. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht dan / atau penurunan
trombosit, segera rujuk ke rumah sakit.
g. Penggantian volume
Terapi awal diberikan cairan kristaloid yaitu RL. Dalam keadaan syok berat, cairan
harus diberikan secara diguyur, artinya secepat-cepatnya dengan penjepit infus
dibuka. Pada kasus ini (tidak berat), cairan diberikan sebanyak 1.750 ml dengan
kecepatan 20ml/kgbb/jam berarti 300ml/kg/jam (BB anak 15 kg).
Mengingat kebocoran plasma dapat berlangsung 24-48 jam, maka pemberian IVFD
dipertahankan walaupun tanda-tanda vital telah menunjukkan perbaikan nyata.
Pemeriksaan Ht juga dilakukan secara periodik mengingat Ht merupakan indeks yang
dapat dipercaya dalam menentukan kebocoran plasma. Kecepatan pemberian cairan
selanjutnya disesuaikan dengan gejala klinis vital dan nilai Ht.
Evaluasi klinis, nadi (amplitudo dan frekuensi), tekanan darah, pernafasan, suhu dan
pengeluaran urin dilakukan lebih sering.
h. Evaluasi pengobatan renjatan
Membuat data klinis yang mencantumkan tanggal dan jam pemeriksaan dan memuat
hasil pemeriksaan nilai Hb, Ht, trombosit, tekanan darah, nadi (frekuensi dan
amplitudo), pernafasan, suhu, pengeluaran urin, jenis dan kecepatan cairan yang
diberikan dan apabila ada jenis dan jumlah perdarahan gastrointestinal.
Pada kasus ini belum perlu diberikan transfusi darah karena diduga tidak terdapat
perdarahan gastrointestinal yang hebat, dilihat dari nilai Hb dan Ht yang masih baik.
9. Cara menegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997).
Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut:
1) Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan
melena.
c. Pembesaran hati
d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
2) Laboratorium
a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu:
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi
menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi perubahan hematologis,
antara lain:
a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%
dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl) pada hari ke 3-
8.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥20%
dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (aPTT),
thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah
e. Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal albumin adalah
3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price, 2003).
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40 IU/l. Menurut
Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati yang meningkat sepertinya lebih
rentan mengalami dengue yang parah dibandingkan dengan yang memiliki level
enzim hati yang normal saat didiagnosis.
g. Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium normal serum
adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.
h. Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
i. Imunoserologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke
3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi
primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi
pada hari ke-2.
2. Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
10. DD dan WD
DD : demam berdarah dengue (DBD) , demam dengue (DD)
WD : Budi 3 tahun dengan keluhan utama kaki dan tangan teraba dingin menderita
demam berdarah grade 3
11. Etiologi dan faktor risiko
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat
serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat
reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,
Japanese encephalitis dan West Nile virus (Suhendro, Nainggolan, Chen).
12. Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang
paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan
atau dengue shock syndrome (DSS);ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terinfeksi. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit demam berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk
penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun di tempat-tempat
umum diseluruh Indonesia, terkecuali di tempat tempat dengan ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan
kematian 24 orang (41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada
tahun 1972. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan
secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada
tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =
2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahuntahun
berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001);
19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). Saat ini endemis pada 122 daerah tingkat
II, 605 daerah kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia. Walaupun angka
kesakitan penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka
kematian cenderung menurun yaitu dari 41,3% pada akhir th 60an menjadi sekitar 3-5%
pada saat ini. Hal disebabkan oleh semakin dininya penderita mendapat penanganan
tenaga kesehatan yang ada di daerah-daerah .
13. Patogenesis
Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstra vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Volume plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai
sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan menimbulkan penurunan
hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue
Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2)
trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi. Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh
manusia, virus berkembang biak didalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya
diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral atau
seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah
IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi
sekunder kadar antibodi yang ada telah meningkat. Antibodi terhadap virus Dengue
dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam pada hari ke 5, meningkat pada
minggu pertama sampai minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada
infeksi primer antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada
infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada
infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari
kelima, sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada
sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari
sejak permulaan sakit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap
sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD. Gangguan hemostasis
melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan tourniquet positif, mudah mengalami
memar, trombositopenia dan koagulopati. DBD stadium akut telah terjadi proses
koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dapat
dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan secara potensial dapat terjadi
juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadinya syok yang berlangsung akut dapat
cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan melakukan observasi
disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostatis.
14. Manifestasi klinis
Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu
demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah (circulatory failure). Patofisiologi yang membedakan dan menentukan
drajat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Dengue (DD) yaitu
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
trombositopeni, dan distesis hemoragik.
Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
dengan fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan pengobatan
yang adekuat. Gejala Demam Berdarah Dengue yaitu demam tinggi mendadak antara
38 – 40 % C selama 2 – 7 hari, demam tidak dapat teratasi maksimal dengan
penularan panas biasa, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri sendi atau nyeri
otot (pegal – pegal), sakit kepala, nyeri atau rasa panas di belakang bola mata,
wajah kemerahan, sakit perut (diare), kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang
ikut membesar.
Gejala lanjutannya terjadi pada hari sakit ke 3 – 5, merupakan saatsaat yang
berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue yaitu suhu badan akan turun, jadi
seolah–olah anak sembuh karena tidak demam lagi. Perlu di perhatikan tingkah laku si
anak, apabila demamnya menghilang, si anak tampak segar dan mau bermain serta mau
makan atau minum, biasanya termasuk demam dengue ringan. Tetapi apabila demam
menghilang tetapi si anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan atau
minum apapun apabila disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya
syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena semua organ
tubuh kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Hari ke 6 demam dan seterusnya, merupakan saat penyembuhan. Saat ini demam
telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak dijumpai lagi perdarahan
baru, dan nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah sembuh dari sakit, si
anak masih tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi
beberapa hari kemudian kondisi badan anak pulih kembali normal tanpa gejala sisa.
Proses penyembuhan DBD dengan atau tanpa adanya syok berlangsung
singkat dan sering kali tidak dapat diramalkan, bahkan dalam kasus syok stadium
lanjut, segera setelah syok teratasi, pasien sembuh dalam waktu 2 – 3 hari.
Timbulnya kembali selera makan merupakan prognostik yang baik. Fase
penyembuhan ditandai dengan adanya sinus bradikaridia atau aritmia jantung serta
petekie yang menyeluruh sebagaimana biasanya terjadi pada kasus DD. Sebagai tanda
penyembuhan kadangkala timbul bercak – bercak merah menyeluruh di kedua kaki
dan tangan dengan bercak putih di antaranya. Pada anak besar mengeluh gatal di
bercak tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang sangat luas di kaki dan
tangan anak itu pertanda telah sembuh dan tidak perlu di rawat.
15. Tatalaksana
Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dasarnya bersifat suporatif, yaitu
untuk mengatasi kehilangan suatu cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan
permeabilitas kapiler dan perdarahan. Umumnya penderita demam berdarah
dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit di ruang perawatan biasa, akan tetapi pada
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan komplikasi diperlukan perawatan
yang intensif. Untuk dapat melakukan perawatan Demam Berdarah Dengue (DBD)
dengan baik perlu dokter dan perawat yang terampil serta laboratorium yang memadai,
cairan kristaloid dan koloid serta bang darah yang siap bila diperlukan. Untuk
mengurangi angka kematian perlu dilakukan diagnosis dini dan edukasi untuk
dirawat bila terdapat tanda syok. Kunci keberhasilan penanganan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) terletak pada keterampilan dokter dalam mengatasi peralihan
fase, dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
16. Komplikasi
Pada demam dengue tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh
lemah/lelah saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu
ensefalopati dengue, gagal ginjal akut, atau edema paru akut.
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan
dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang
demam adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan
lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari
epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru perdarahan
gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan yang mendasari
dapat berakibat pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi,
khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia
berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat
terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak
seimbangan elektrolit dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk
(Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009).
17. Pencegahan
4M ( menguras, menutup, mengubur, memantau)
Memberikan ikan di kolam air
Memberikan ABATE untuk memberantas jentik nyamuk
Obat nyamuk semprot dan oles
Fogging/ pengasapan
18. Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi
yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan
penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak
yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007)
19. SKDI
4A. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Hipotesis: Budi 3 tahun dengan keluhan utama kaki dan tangan teraba dingin menderita demam
berdarah grade 3
SINTESIS
DEMAM
A. Definisi demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand,
2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan
demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary
temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve, 2010). Istilah lain yang berhubungan dengan
demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu
>41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering
terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).
B. Etiologi demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat
infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri
yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis,
osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto,
2010). Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1 (Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis
(Jenson & Baltimore, 2007).
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor
lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll),
penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan
(Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan
(antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu anak-
anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi
selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi
penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
C. Tipe demam
Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:
- Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
- Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
- Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal
- Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
- Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
- Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. (Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan, 2009)
D. Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah
zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah
pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen
klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis
lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam
tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber
dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun
sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand,
2005).
E. Penatalaksanaan demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan
titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu
tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam
dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi. Akan tetapi,
diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan umur
<3 bulan dengan suhu rektal >38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C,
penderita dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam
(Kaneshiro & Zieve, 2010)
DBD
1. IDENTIFIKASI PENYAKIT DEMAM BERDARAH
Demam dengue / Dengue fever / DF dan demam berdarah dengue / DBD / dengue
haemorrhagic fever / DHF, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan
dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan di kulit, pembesaran kelenjar getah bening,
penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh
jaringan tubuh.
Pemeriksaan rutin dapat dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan : haemoglobin, haematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan antibodi
yang lebih spesifik adalah IgG dan IgM dengue.
a. Trombosit : umumnya terdapat penurunan pada hari ke 3 – 8. Angka trombosit
kurang dari 100.000 merupakan indikasi untuk perawatan.
b. Hematokrit : kebocoran plasma menyebabkan pengentalan dari darah, ditentukan
dengan peningkatan kadar hematokrit yaitu > 20% yang biasanya terjadi pada hari
ke c. Faktor pembekuan darah (PT, aPTT) : akan meningkat apabila di curigai
sudah terjadi fase perdarahan.
c. Ureum/kreatinin : merupakan pemeriksaan fungsi ginjal, dapat terjadi peningkatan
akibat perdarahan yang hebat tanpa terapi yang adekuat.
d. Elektrolit : melihat kekurangan cairan dalam tubuh akibat demam yang
berkepanjangan dan asupan cairan yang kurang.
e. Golongan darah : apabila diperlukan tambahan darah akibat pendarahan yang cukup
banyak.
f. IgM : terdeteik setelah hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3 dan
menghilang setelah hari ke 60-90.
g. IgG : pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan infeksi sekunder
terdeteksi pada hari ke 2.
Agent penyakit DBD Ciri – ciri nyamuk penyebar penyakit yaitu:
a. Warna hitam dan bercak putih pada badan dan kaki
b. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan,
drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air dll).
c. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan
lembab
d. Menggigit disiang hari
e. Kemamapuan terbang kira – kira 100 meter
2. ETIOLOGI DAN SIFAT PENYAKIT DBD
DBD disebabkan oleh Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue
(sejenis arbovirus), yang merupakan virus dari genus Flavivirus, yang memiliki
beberapa jenis yaitu DEN-1 sampai DEN-4, dan di Indonesia palng banyak adalah virus
DEN-3. Infeksi virus dengue ini dapat terjadi reaksi silang dengan virus lain seperti
virus yellow fever, japanese enchepalitis dan west nile virus, yang akan memperberat
gejala dari infeksi virus ini sendiri.
Etiologi Penyakit DBD :
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di
luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun
dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
3. MASA INKUBASI /MASA PENULARAN
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut:
Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
Pada pemeriksaan uji tomiquet, tampak adanya jentik (pupura) perdarah.
Adanya perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan
(Epitaksis), buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lender bercampur
darah (melena) dan lain – lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000/mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (Anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Rasa sakit pada persendian.
b. Masa Penularan ke Manusia
Orang yang terinfeksi DBD, yang masih dalam periode 3-7 hari setelah demam,
kemudian digigit oleh nyamuk Aedes betina, lalu nyamuk itu menyebarkan virus DBD
di dalam tubuhnya.
4. FASE PENYAKIT DBD
a. Fase Demam Tinggi.
Terjadi pada hari 1 - 3. Ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit
kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di
kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Tanda ini adalah tanda umum yang
mudah diketahui oleh orang-orang yang awam dalam bisang kesehatan.
b. Fase Kritis.
Fase ini terjadi pada hari ke 4-5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun
disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali
mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. namun
inilah yang disebut fase kritis dan kemungkinan terjadinya "dengue Shock Sindrome".
Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta
terjadi penurunan kesadaran.
c. Fase Penyembuhan.
Fase ini terjadi pada hari ke 6-7. Dalam fase ini keadaan umum dari penderita mulai
membaik. Pada fase ini sebaiknya penderita diberikan gizi yang baik untuk
meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya
5. DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT
a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan
proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas
yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga
memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya
infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang
sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia
dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak
berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat
sejak tahun 1984.
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan
suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun
waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968
angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000
penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah
ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena
semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan
terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe
virus yang menyebar sepanjang tahun.
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.
Pada suhu yang panas (28-32 ) derajad celcius , dengan kelembaban yang tinggi,
nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di
Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola
terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya
infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus
terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
6. RESERVOIR
Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk aedes aegypti. Untuk
mematangkan telur-telurnya nyamuk betina akan menghisap darah manusia secara
berulang-ulang atau berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.
7. CARA PENULARAN
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui
nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne
diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan
berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu
manusia, virus, dan vektor perantara.
a. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia.
b. Kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
c. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan
sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik).
d. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva.
e. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini
akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu
nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya.
f. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang.
Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam
16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-
pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini
disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah
utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap
darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang
menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
8. KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Kerentanan :
Tingkat kerawanan wilayah terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus didapatkan dari hasil analisis data yang merupakan variabel penentu,
seperti pola permukiman, kepadatan permukiman, vegetasi, curah hujan, saluran air
hujan, tempat pembuangan sampah, dan kepadatan penduduk. Daerah dengan kondisi
agak rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
merupakan daerah yang kualitas lingkungannya relatif sedang. Pemutusan rantai
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan cara fogging
atau pengasapan dan program 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) merupakan
tindakan prefentif untuk menangkal terjadinya wabah DBD. Daerah yang rentan dan
sangat rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus merupakan daerah yang menjadi prioritas utama untuk pencegahan wabah
penyakit DBD. Daerah yang rentan dan sangat rentan tersebut biasanya mempunyai
kualitas lingkungan yang kurang baik, bahkan minim. Lingkungan yang kurang baik
dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab mudah
tersebar dan menularnya penyakit DBD. Oleh karena itu, perbaikan kualitas
permukiman merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.
Kekebalan :
Pembentukan antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus
dengue di atas akan menghasilkan kekebalan humoral silang (cross protection) yang
berlaku untuk keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh jenis virus
dengue lainnya akan lebih ringan. Infeksi kedua oleh virus dengue dengan tipe yang
sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated immunity) yang dapat
bertahan seumur hidup. Sel darah putih menjadi sel pertahanan tubuh pertama untuk
menghadang infeksi. Jumlahnya bertambah jika infeksinya cukup berat. Namun, pada
demam berdarah, sel darah putih justru berkurang. Apalagi anak-anak cenderung
mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi dan mengandung banyak gula,
sehingga mereka kekurangan vitamin A, C, B 12, asam folat, kalsium, fosfor, dan zat
besi. Padahal, zat-zat gizi itu berperan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel
darah, terutama sel darah putih dan trombosit, dan pembekuan darah.
Pada anak berumur di bawah 12 tahun yang masih didominasi antibodi humoral,
serangan virus dengue merupakan Beban berat. Itu sebabnya, pertahanan badan harus
prima agar hal-hal yang mengganggu proses pertahanan badan, terutama pola makan
dan minum, jangan sampai menghambat pertumbuhan sel-sel darah.
9. CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN
Pencegahan:
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling
efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan
dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:
a. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara
lain:
- menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
- mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
- menutup dengan rapat tempat penampungan air,
- mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan
- perbaikan desain rumah.
b. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Pencegahan yang dilakukan
- Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur
barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
- Fogging atau pengasapan
- Abatisasi
c. Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
- Menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau
minyak lemon eucalyptus.
- Gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila
sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-
gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah
- Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan
cupang atau ikan pemakan jentik dapat menggunakan serbuk ABATE, dengan
komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3 M PLUS” yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus lainnya yang
sesuai dengan kondisi setempat.
Pengawasan :
Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu sekali, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus pada tatanan
masyarakat dan mencatat di kartu jentik.
b. Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat.
c. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada lurah.
Kerangka konsep
↑permeabilitassitokin
Infeksi virus dengue
Hipovolemia Kompleks antigen antibodi
Demam Agresi trombosit
Pendarahan
Cappilary reffil time 4”
Akral dinginRR > 44 / menit
Anuria
Gelisah , delirium
Nadi filliformis