skenario 2 agro.docx

51
Skenario 2 Seorang pasien laki-laki berusia sekitar 40 tahun, datang diantar oleh teman kerjanya ke IGD klinik perusahaan perkebunan dalam keadan penurunan kesadaran. Menurut temannya, pasien ditemukan dalam keadaan pingsan di area perkebunan. Saat itu pasien sedang bekerja menyemprot tanaman dengan menggunakan pestisida ke tanaman, tanpa menggunakan masker. Teman kerjanya juga mengatakan bahwa alat penyemprot pestisida yang digunakan pasien saat itu sebenarnya dalam keadaan rusak karena mengalami kebocoran. Sesaat sebelum pingsan, pasien terlihat muntah-muntah, kemudian perutnya terasa sakit, badan lemas, hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Dokter perusahaan yang sedang bertugas di IGD mendapatkan keadaan mulut pasien berbusa, kesadaran turun, mulut berbau pestisida. Pasien adalah tenaga kerja perusahaan yang bertugas memberi

Upload: namira-caroline-ercho

Post on 26-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 2 agro.docx

Skenario 2

Seorang pasien laki-laki berusia sekitar 40 tahun, datang diantar oleh teman kerjanya

ke IGD klinik perusahaan perkebunan dalam keadan penurunan kesadaran. Menurut

temannya, pasien ditemukan dalam keadaan pingsan di area perkebunan. Saat itu

pasien sedang bekerja menyemprot tanaman dengan menggunakan pestisida ke

tanaman, tanpa menggunakan masker. Teman kerjanya juga mengatakan bahwa alat

penyemprot pestisida yang digunakan pasien saat itu sebenarnya dalam keadaan rusak

karena mengalami kebocoran.

Sesaat sebelum pingsan, pasien terlihat muntah-muntah, kemudian perutnya terasa

sakit, badan lemas, hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Dokter perusahaan yang

sedang bertugas di IGD mendapatkan keadaan mulut pasien berbusa, kesadaran turun,

mulut berbau pestisida. Pasien adalah tenaga kerja perusahaan yang bertugas

memberi pupuk kimia ke tanaman dan menyemprot tanaman dengan menggunakan

bahan kimia pestisida.

Selain pestisida dan pupuk, di berbagai perusahaan yang bergerak di bidang

perkebunan dan peternakan juga sering menggunakan antibiotik untuk hewan ternak

dan hormon perangsang pertumbuhan untuk tanaman dan hewan ternak, sehingga

sering menyebabkan gangguan kesehatan.

Page 2: Skenario 2 agro.docx

STEP 1

-

Page 3: Skenario 2 agro.docx

STEP 2

1. Apa saja jenis-jenis pestisida dan dampaknya?

2. Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan pestisida menjadi keracunan?

3. Bagaimana patofisiologi keracunan pestisida?

4. Bagaimana penegakkan diagnosis keracunan pestisida?

5. Bagaimana penatalaksanaan intoksikasi pestisida?

6. Apa saja pencegahan yang dilakukan ?

7. Apa saja gangguan kesehatan yang timbul akibat bahan kimia pestisida?

Page 4: Skenario 2 agro.docx

STEP 3

1. Jenis-jenis pestisida

insektisida

herbisida

rodentisida

fungisida

fumigan

Dampaknya : sakit kepala, pusing, sakit dada, kudis, mual, muntah-muntah, sakit

otot, keringat berlebihan, kram, diare, sulit bernafas, kematian, pandangan kabur

2. Faktor internal :

usia

jenis kelamin

status kesehatan

status gizi

anemia

genetik

tingkat pengetahuan

Page 5: Skenario 2 agro.docx

Faktor Eksternal :

suhu lingkungan

cara penangan pestisida

penggunaan APD

dosis pestisida

jumlah jenis pestisida

masa kerja

lama paparan

frekuensi penyemprotan

tindakan penyemprotan pada arah angin

waktu penyemprotan

3. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui 3 jalan masuk (port

d’entre). Masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui :

saluran pencernaan

saluran pernapasan

saluran kulit

4. Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan

karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan

atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita

Page 6: Skenario 2 agro.docx

menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila penderita

tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya. Diagnosa dari

keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari orang tua,

keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya. Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiologi, laboratorium

klinik, dan EKG.

5. Penatalaksanaan intoksikasi :

stabilisasi

dekontaminasi

dekontaminasi pulmonal

dekontaminasi mata

dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

dekontaminasi gastrointestinal

eliminasi

antidotum

6. Pencegahan :

pembelian pestisida

perlakuan sisa kemasan

penyimpanan

Page 7: Skenario 2 agro.docx

7. Gangguan kesehatan yang timbul dapat mempengaruhi :

sistem saraf

hati atau liver

perut

sistem kekebalan

keseimbangan hormon

STEP 4

1. Jenis - jenis pestisida

Page 8: Skenario 2 agro.docx

Pestisida OPT sasarannya Contoh

(1) (2) (3)

Insektisida

Akarisida

Molluskisida

Rodentisida

Fungisida

Hama: Serangga

Hama: Tungau

Hama: Siput

Hama: Tikus

Penyakit: Jamur

Bacillus thuringensis,

diafentiuron, karbofuran,

meditation, profenofos,

sipermetrin, siromazin

Akrinokrin, dikofol,

heksatiazok

Metaldehida

Brodifakum, kumaklor,

klorofasinon, kumatetrail

Difenokonazol, maneb,

mankozeb, metalaksil, thiram,

Page 9: Skenario 2 agro.docx

Bakterisida

Nematisida

Herbisida

Penyakit: Bakteri

Penyakit: Nematoda

Gulma (tumbuhan

pengganggu)

ziram

Oksitetrasiklin, streptomizin,

tetrasiklin

Etrefos, natrium metham,

oksamil,

2,4-D, atrazin, ametrin,

bromasil, butaklor, diuron,

glifosat, piperofos, sianazin,

sinosulfuron

Pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-beda tergantung dari

kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut. Pada saat

penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan keracunan

pada petani.

Page 10: Skenario 2 agro.docx

Dampak Penggunaan Pestisida Bagi Kesehatan

a. Dampak kesehatan akut pestisida

Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua

tipe keracunan, yaitu keracunan langsung dan jangka panjang. Keracunan

akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada

saat itu.

Keracunan mungkin bersifat akut atau kronik. Dalam keracunan akut,

sejumlah racun yang banyak memasuki atau dihasilkan dalam badan

dalam tempo masa yang singkat (selama beberapa saat, menit, jam atau

dalam masa sehari) sehingga dampaknya langsung dapat dirasakan pada

saat itu.

Beberapa gejala-gejala keracunan akut akibat penggunaan pestisida

adalah:

1) Sakit kepala

2) Pusing

3) Sakit dada

4) Kudis

5) Mual

6) Muntah-muntah

7) Sakit Otot

8) Keringat berlebihan

Page 11: Skenario 2 agro.docx

9) Kram

10) Diare

11) Sulit bernafas

12) Kematian

13) Pandangan kabur

b. Dampak kesehatan kronis pestisida

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan

membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka

panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-

tahun setelah terkena pestisida.

1) Sistem syaraf

Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat

berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya

bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit

pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang

gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan,

kehilangan kesadaran dan koma.

2) Hati atau liver

Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-

bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh

pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.

Page 12: Skenario 2 agro.docx

3) Perut

Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari

keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida

selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang-orang

yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk

pada perut dan tubuh secara umum.

4) Sistem kekebalan

Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal

ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan

asing. Pestisida bervariasidalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap

orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida

yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat

mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih

berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan

tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita

menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi

penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.

5) Keseimbangan hormon

Page 13: Skenario 2 agro.docx

Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida

mempengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan

kimia yang diproduksi oleh organorgan seperti otak, tiroit, paratiroit,

ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi

tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon

reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada

pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa

pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker

tiroid.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida

a. Faktor manusia (internal)

1) Usia

Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan

umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin

banyak yang dialaminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang

dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme

akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas

kholinesterase darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan

pestisida. Usia juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi

tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas

sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang.

Page 14: Skenario 2 agro.docx

2) Jenis kelamin

Kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata-rata sekitar

4,4ľg/ml. Kaum wanita rata-rata mempunyai aktifitas kholinesterase darah

lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun demikian tidak

dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar

rata-rata kholinesterase cenderung turun.

3) Status kesehatan

Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas

kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over

exposure terhadap zat ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida

menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol.

4) Status gizi

Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1) kelemahan

fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan meningkatkan

kelambanan dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan lain-lain

jenis penyakit. Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin mudah

terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi yang

baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik Seseorang

yang mempunyai status gizi baik akan berpengaruh pada daya tahan tubuh

sehingga dapat menangkal racun pestisida dan sebaliknya dengan status gizi

yang buruk akan dengan mudah terpapar racun pestisida.

Page 15: Skenario 2 agro.docx

5) Anemia

Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus hem

dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH,

sedangkan untuk kadar kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa

membutuhkan energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan

NADH.

6) Genetik

Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti hemoglobin S.

Kelainan homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia muda

sedangkan yang heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras

tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas

kholinesterase darahnya lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan

orang.

7) Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki

petani, khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang

cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan

pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat

dihindari.

b. Faktor dari luar (eksternal)

1) Suhu lingkungan

Page 16: Skenario 2 agro.docx

Lingkungan dalam hal ini termasuk kelemahan udara karena mempengaruhi

frekuensi respirasi dan dalamnya jalan nafas. Orang yang mempunyai

kapasitas vital paru tinggi akan lebih berisiko daripada orang yang dangkal

bernapasnya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi penyerapan melalui

kulit, suhu dan kontak antara pakaian dengan kulit. Suhu lingkungan

berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari semakin terik atau semakin

siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi demikian akan mempengaruhi

efek pestisida melalui mekanisme penyerapan melalui kulit petani.Cara

penanganan pestisida

Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan, pencampuran, cara

menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan berpengaruh terhadap

resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan.

2) Penggunaan APD

Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan

APD pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari

kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian APD lengkap ada 7 macam

yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos

tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi

terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak

langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida

masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat

dihindari.

Page 17: Skenario 2 agro.docx

3) Dosis pestisida

Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka akan

semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis penggunaan

pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. Dosis

yang tidak sesuai mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan

dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan.

4) Jumlah jenis pestisida

Jenis pestisida dan toksisitas, jenis pestisida adalah anticholinesterase, serta

yang memiliki toksisitas tinggi yang dapat beresiko terhadap terkenanya

paparan pestisida. Pencampuran pestisida dengan bahan sinergis

menyebabkan pestisida tersebut semakin toksik dan sebaliknya dengan bahan

antagonis akan menurunkan toksisitasnya. Pestisida mempunyai efek

fisiologis yang berbeda-beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat

fisik dari pestisida tersebut. Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida >

3 jenis dapat mengakibatkan keracunan pada petani. Banyaknya jenis

pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh

petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh.

5) Masa kerja

Page 18: Skenario 2 agro.docx

Petani yang berpengalaman cenderung mendapat pemaparan yang rendah.

Semakin lama masa kerja maka pengalaman dan pengetahuan dalam

menyemprot semakin baik. Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka

semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan

terhadap pestisida semakin tinggi. Masa kerja diatas 5 tahun, dimana dengan

masa kerja tersebut dianggap telah terjadi proses degeneratif akibat sudah

seringnya menggunakan pestisida. (Himmawan, 2006)

6) Lama paparan (penyemprotan)

Semakin lama petani melakukan penyemprotan secara terus-menerus, maka

semakin banyak kadar yang masuk dalam tubuh. Faktor eksposisi yang

berulang-ulang ini akan menyebabkan akumulasi zat toksik dalam tubuh

sehingga melewati ambang batas keracunan sehingga timbullah paparan

pestisida. Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3

jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Jika harus

menyelesaikan pekerjaan hendaklah istirahat dulu untuk beberapa saat untuk

memberi kesempatan pada tubuh terbebas dari pemaparan pestisida.

7) Frekuensi penyemprotan

Frekuensi penyemprotan yaitu sejumlah berapa kali petani melakukan

penyemprotan terhadap tanaman setiap minggu/ bulannya, semakin sering

menyemprot maka semakin tinggi pula resiko keracunannnya. Penyemprotan

sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk

melakukan kontak dengan pestisida maksimal 2 kali dalam seminggu.

Page 19: Skenario 2 agro.docx

8) Tindakan penyemprotan pada arah angin

Arah dan kecepatan angin penyemprotan sebaiknya searah dengan arah

angin, jika suhu dibawah lebih panas partikel pestisida akan naik (bergerak

vertikal). Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot

hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah.

9) Waktu menyemprot

Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan

pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan

keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu

penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya keracunan

pestisida melalui kulit. (Afriyanto, 2008)

3. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui 3 jalan masuk (port

d’entre). Masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui :

a. Melalui saluran pencernaan

Menurut Mukana (2000) peristiwa masuknya pestisida lewat mulut tidak

sering terjadi, cara masuknya biasanya lewat makanan dan minuman yang

terkena pestisida atau oleh petani sendiri yaitu karena tangan yang dipakai

Page 20: Skenario 2 agro.docx

untuk makan masih terkena pestisida bisa juga kebiasaan petani yaitu

meniup ujung dari alat semprot.

b. Melalui saluran pernapasan

Menurut Djoyosumarto (2000) masuknya pestisida karena partikel

pestisida terhisap lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua setelah

kontaminasi kulit. Dengan bantuan angin partikel pestisida dapat masuk

melalui saluran napas, karena petani tidak menggunakan alat pelindung

diri. Pekerjaan-pekerjaan yang dapat menyebabkan masuknya partikel

pestisida lewat saluran pernapasan antara lain mencampur pestisida di

ruangan tertutup atau ventilasi yang buruk, dan melakukan penyemprotan.

c. Melalui saluran kulit

Menurut Djoyosumarto (2000) Kontaminasi pestisida yang sering terjadi

lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Pestisida

masuk ke kulit bisa lewat luka yang terbuka, atau pestisida tertahan lama

dikulit dan tidak segera dibersihkan, dapat juga bahan-bahan di udara yang

mengendap di permukaan kulit. (Himmawan, 2006)

4. Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan

karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan

atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita

menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila penderita

Page 21: Skenario 2 agro.docx

tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya. Diagnosa dari

keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari orang tua,

keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.

Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian dan

kalau mungkin mencari penyebab keracunan. Ditanya pula kemungkinan

penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang mungkin baru didapat dari

dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat bekas bahan beracun diminta

untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian diselidiki lebih lanjut. Pemeriksaan

fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang belum jelas

penyebabnya. Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus

pada keracunan-keracunan tertentu seperti :

 B A U :

Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid

Coal gas : Carbon monoksida

Buah per : Chloralhidrat

Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat

Alkohol : Ethanol, methanol

Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak

K U L I T :

Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik

Page 22: Skenario 2 agro.docx

Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat

Kering : Anticholinergik

Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida

Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur

Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular

Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain

         SUHU TUBUH :

Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin,

fenothiazin                                                               

Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,

fenothiazin, theofilin

 TEKANAN DARAH :

Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .

Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker

N A D I :

Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.

Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,

aspirin, theofilin

Page 23: Skenario 2 agro.docx

Arithmia : Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyan

ida, beta-blocker.

SELAPUT LENDIR :

Kering : Anticholinergik

Salivasi : Organofosfat, carbamat

Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat

Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan

RESPIRASI :

Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik

Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida

Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat

OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik

SUSUNAN SARAF PUSAT:

Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,

organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.

Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ), fenothiazin,

diazepam, organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.

Page 24: Skenario 2 agro.docx

Midriasis : Anticholinergik, simpatomimetik, cocain, methanol, lSD,

glutethimid.

Buta,atropi optik : Methanol

Fasikulasi : Organofosfat

Nistagmus : Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim, ethanol, carbonmon

oksida, ethanol

Hipertoni : Anticholinergik, fenothiazin, strichnyn

Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol

Delirium/psikosis : Anticholinergik, simpatomimetik, alkohol, fenothiazin, lo

gam berat, marijuana, cocain, heroin,metaqualon

Koma : Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik, carbonmonoksida, Narko

tika, anti depressi trisiklik, salisilat,organofosfat

Kelemahan paralise: Organofosfat, carbamat, logam berat

SALURAN PENCERNAAN :

           Muntah,diare, : Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat

nyeri perut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain dapat

membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi

Page 25: Skenario 2 agro.docx

pada kasusu kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10

ml serum, bahan muntahan, dan feses.

1. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat

racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.

2. Laboratorium klinik

Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa

gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan.

Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena

selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan

sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau

makanan yang mengandung asam jengkol.

3. Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering

diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus

bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,

asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya

aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan

ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit

dasar jantunmg iskemik.

Page 26: Skenario 2 agro.docx

5. PENATALAKSANAAN

1.Stabilisasi

Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi

kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan 

napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.

2.Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan

pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.

3.Dekontaminasi pulmonal

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan

inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab

100% dan jika  perlu beri ventilator.

4. Dekontaminasi mata

Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu

posisi kepala pasiem ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk

kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL

0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.

5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

Page 27: Skenario 2 agro.docx

Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan

aksesoris lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan tutup

rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10

menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.

6. Dekontaminasi gastrointestinal

Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan

pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi

kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat

mengurangi jumlah paparan bvahan toksik

7. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang

sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari

4 jam

8. Antidotum

Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat

antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat

sedikit jumlahnya.

6. PENCEGAHAN

Page 28: Skenario 2 agro.docx

Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada

pekerjapekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :

a. Penyimpanan pestisida :

Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda, sebaiknya

tertutup dan dalam lemari terkunci.

Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat

makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya.

Tandatanda harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.

Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar

agar sisa pestisida musnah sama sekali.

Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di

botolbotol,sangat besar bahayanya

b. Pemakaian alat-alat pelindung :

Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan

pencampuran kering bahan-bahan beracun.

Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari

neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut

dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka

dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.

Page 29: Skenario 2 agro.docx

Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selama

menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atau

paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.

c. Cara-cara pencegahan lainnya :

Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa

bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang

bersangkutan.

Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup

dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat

kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.

Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan

bersentuhan dengannya.

Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang

dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :

1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila diketahui

cara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.

2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :

Page 30: Skenario 2 agro.docx

oPada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah

yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.

oPada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.

oPada waktu dan selama menyemprot.

oKontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat

pekerjaan tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat,

peredearan dan transportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau

pemakaian lainnya).

3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :

oMereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akan

dihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan

pedoman dan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan

tidak mengganggu kesehatan.

oHarus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.

oHarus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya pada pekerja. Bila

dipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia atropin, baik dalam

bentuk tablet maupun suntikan. Untuk ini perlu adanya seorang pengawas

yang terlatih.

4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat

tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.

Page 31: Skenario 2 agro.docx

5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang

mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja dengan

pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida ke dalam

tubuh.

6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaian

harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusan

yang perlu mendapat pengawasan.

7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam

satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung

dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.

8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harus

diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu

dicuci dengan sabun.

9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh

merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakai

sabun dan air.

10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya

perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :

o Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah

dipakai bak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup

Page 32: Skenario 2 agro.docx

panjangnya untuk mencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri.

Demikian pula untuk mencairkan pasta yang padat.

o Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapat

ditiadakan atau sekecil mungkin.

o Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus

pula memakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.

o Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain

harus memakai alat yang cukup panjang.

o Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak

mudah rusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.

11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.

12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat, mudah

dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.

13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosong

atau hampir kosong, yaitu :

o Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak

dan kemudian dikubur.

o Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan

tertentu.

Page 33: Skenario 2 agro.docx

14.Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang bersangkutan

dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang menggunakan

pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan

berkala yang

7. Gangguan Kesehatan

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan

waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul

setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida.

1). Sistem syaraf

Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat

berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya

bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit

pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang

gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan,

kehilangan kesadaran dan koma.

2). Hati atau liver

Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-

bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh

pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.

Page 34: Skenario 2 agro.docx

3). Perut

Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari

keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida

selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang-orang

yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk

pada perut dan tubuh secara umum.

4). Sistem kekebalan

Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal

ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan

asing. Pestisida bervariasidalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap

orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida

yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat

mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih

berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan

tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita

menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi

penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.

5). Keseimbangan hormon

Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida

mempengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan

kimia yang diproduksi oleh organorgan seperti otak, tiroit, paratiroit,

ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi

Page 35: Skenario 2 agro.docx

tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon

reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada

pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa

pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker

tiroid.