sosialisasi pemilu

6
DEMOKRASI, PEMILU DAN PARTISIPASI Oleh ; Fitrah Insani (Relawan Demokrasi pada KPU Kota Bengkulu) Selayang pandang Demokrasi Istilah demokrasi yang sering kita kenal, berasal dari kata demos dan kratos yang masing- masing berarti rakyat dan kekuasaan, jadi secara harfiah demokrasi berarti kekuasaan rakyat, atau rakyat berkuasa. Gagasan yang paling pokok mengenai demokrasi adalah bahwa keberdirian suatu negara atau pemerintahan adalah untuk rakyat, jadi negara ataupun pemerintahan pada dasarnya adalah pelayan bagi rakyat yang bertugas mengelola sumberdaya- sumberdaya milik rakyat untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Demokrasi sudah ada pada masa Yunani kuno (abad ke-6 sampai abad ke-3 SM), ini di kenal dengan direct demokrasi yaitu suatu pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan dijalankan secara bersama dengan melibatkan rakyat, dengan prosedur pengambilan keputusan dengan suara mayoritas. Hal ini memungkinkan pada waktu itu karena city state (negara kota) hanya di tempati oleh penduduk dengan jumlah kira- kira 300.000 penduduk, dan yang dilibatkan hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk karena dalam pengambilan keputusan hanya untuk warga negara resmi, dan tidak termasuk bagi pedagang asing dan budak belian, namun setelah itu kebudayaan ini akhirnya hilang semenjak bangsa Romawi yang sedikit banyak mengenal dan melekat kebudayaan yunani kuno dikalahkan oleh suku bangsa eropa barat. (lihat Miriam budiardjo) Pada zaman silam saat negara belum di kenal dan masih zaman kerajaan-kerajaan, kesempatan untuk memimpin hanya di miliki oleh keluarga raja itu sendiri, rakyat biasa tidak meiliki kesempatan untuk memimpin kerajaan, kecendrungan bagi raja dan pejabat- pejabat kerajaan untuk berlaku sewenang wenang menjadi tak terbatas (absolut) dan mengakibatkan rakyat menjadi tumbal kesewenang-wenangan baginya, karena saat itu yang di pahami dan tertanam di alam bawah sadar yaitu rakyat pelayan bagi raja, dan rakyat adalah budak bagi kerajaan. 1

Upload: fitrah-insani

Post on 24-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Essay mengenai Pemilu, arti penting pemilu dalam pilar demokrasi

TRANSCRIPT

DEMOKRASI, PEMILU DAN PARTISIPASIOleh ; Fitrah Insani(Relawan Demokrasi pada KPU Kota Bengkulu)

Selayang pandang DemokrasiIstilah demokrasi yang sering kita kenal, berasal dari kata demos dan kratos yang masing- masing berarti rakyat dan kekuasaan, jadi secara harfiah demokrasi berarti kekuasaan rakyat, atau rakyat berkuasa. Gagasan yang paling pokok mengenai demokrasi adalah bahwa keberdirian suatu negara atau pemerintahan adalah untuk rakyat, jadi negara ataupun pemerintahan pada dasarnya adalah pelayan bagi rakyat yang bertugas mengelola sumberdaya-sumberdaya milik rakyat untuk kepentingan rakyat itu sendiri.Demokrasi sudah ada pada masa Yunani kuno (abad ke-6 sampai abad ke-3 SM), ini di kenal dengan direct demokrasi yaitu suatu pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan dijalankan secara bersama dengan melibatkan rakyat, dengan prosedur pengambilan keputusan dengan suara mayoritas. Hal ini memungkinkan pada waktu itu karena city state (negara kota) hanya di tempati oleh penduduk dengan jumlah kira- kira 300.000 penduduk, dan yang dilibatkan hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk karena dalam pengambilan keputusan hanya untuk warga negara resmi, dan tidak termasuk bagi pedagang asing dan budak belian, namun setelah itu kebudayaan ini akhirnya hilang semenjak bangsa Romawi yang sedikit banyak mengenal dan melekat kebudayaan yunani kuno dikalahkan oleh suku bangsa eropa barat. (lihat Miriam budiardjo)Pada zaman silam saat negara belum di kenal dan masih zaman kerajaan-kerajaan, kesempatan untuk memimpin hanya di miliki oleh keluarga raja itu sendiri, rakyat biasa tidak meiliki kesempatan untuk memimpin kerajaan, kecendrungan bagi raja dan pejabat-pejabat kerajaan untuk berlaku sewenang wenang menjadi tak terbatas (absolut) dan mengakibatkan rakyat menjadi tumbal kesewenang-wenangan baginya, karena saat itu yang di pahami dan tertanam di alam bawah sadar yaitu rakyat pelayan bagi raja, dan rakyat adalah budak bagi kerajaan.Dua kejadian besar yang tercatat dalam sejarah misalnya Renaissance (1350-1500) dan Reformasi (1500-1650) adalah bukti bahwasanya manusia berusaha untuk merubah kondisi masyarakatnya agar menjadi lebih baik secara kolektif. Kesadaran akan pentingnya nilai kemanusiaan menginginkan adanya perjuangan, semangat perubahan yang di dorong oleh rasa kemanusiaan pada akhirnya mengantarkan manusia ke zaman lebih modern dimana akal dapat membebaskan diri dari pembatasan-pembatasaannya. Kita tidak boleh menutup mata bahwa orang-orang terdahulu telah berupaya dengan keras agar mengantarkan kita pada Kondisi sekarang ini dan wajib kita syukuri, meski tidak lepas dari persoalan- persoalan yang baru, karena dengan adanya demokrasi, dan pemilu sebagai salah satu sarananya yang paling sentral, menjadikan semua berkesempatan untuk memimpin masyarakat, dan harapannya tentu yang memimpin adalah orang-orang terbaik yang muncul dari masyarakat itu sendiri.

Memilih Pemimpin Melalui PemiluJika suatu jabatan diberikan atau dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya, maka tungggulah kehancurannya. (al-hadist) Pada saat Masa Rezim Soeharto merupakan contoh dari pemilu yang tidak demokratis karena birokrasi yang cenderung tunduk kepada rezim yang berkuasa dan KPU (Komisi Pemilihan Umum) juga berisi para birokrat yang tunduk dan membela rezim yang berkuasa, di tambah lagi dengan manipulasi perhitungan suara mulai dari tingkat TPS sampai di tingkat KPU, akibatnya pemilu menjadi kehilangan fungsinya sebagai sarana demokrasi bagi rakyat. Namun kita tetap bersyukur, setelah reformasi yang telah di perjuangkan kaum pemuda, memberikan peluang besar bagi penyelenggaraan pemilu yang demokratis tinggal lagi bagaimana menjadikan masyarakat sebagai pemilih cerdas sehingga tidak terjebak dengan politik uang (money politik) yang nilainya rendah.Siapakah yang harus menegakkan keadilan, dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan (Qs 2:104). Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat; atau setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya, dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial. (Nurcholish Madjid dalam NDP HMI) Sangat di sayangkan jika orang-orang yang memimpin atau yang diberikan amanah oleh rakyat adalah orang orang yang sebenarnya tidak menguasai secara ilmu mengenai apa yang harus ia perbuat saat mengemban amanah atau malah lebih buruk lagi jika orang orang tersebut bukanlah orang yang memiliki moralitas, tentu saja mereka tidak mampu mendatangkan perubahan bagi rakyatnya, atau malah membuat kondisi makin parah lagi, untuk itulah perlunya suatu amanah itu di berikan kepada orang-orang yang memiliki kualitas diri, yaitu karena kebaikan hatinya dan kualitas ilmu yang dimilikinya secara bersamaan sehingga mampu untuk menjalankan amanah dan berbuat untuk rakyat menjadi lebih bernilai guna.Memilih salah satu calon kontestan pemilu menghendaki mengenali kontestan terlebih dahulu, untuk itu perlu di sosialisasikan kepada masyarakat sebagai sasaran pemilih yaitu tentang Visi dan misi calon, dan atau mengenali biografi calon untuk menilai apakah ia memang orang yang layak untuk di berikan amanah kepemimpinan jabatan politis, juga dengan melihat dan menilai program-program yang akan di canangkan calon apakah sudah relevan dengan kondisi permaslahan yang ada pada tubuh masyarakat agar perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan menjadi tepat guna dan menyentuh masyarakat. sehingga kita terhindar dari memilih calon yang ingin menduduki jabatan hanya sekedar mendapatkan gaji atau uang kebutuhan ekonominya, karena hal yang paling mendasar yang perlu di ingat bahwa wakil rakyat adalah orang-orang yang akan membela kepentingan rakyat untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan sekedar menganggapnya sebagai tempat untuk mencari rezeki semata untuk kebutuhan sehari-hari.Kita semua insyaf bahwasanya menjadikan masyarakat untuk menjadi pemilih cerdas merupakan tugas yang sulit, namun bukan hal yang mustahil jika hal ini kita emban bersama, karena perubahan kondisi kultur masyarakat agar menjadi lebih baik tidak mungkin di gapai dengan Diam maka perubahan itu mengharuskan adanya ikhtiar, dan karena merubah itu bukan tugas yang gampang, tidak mungkin hanya di emban oleh satu orang saja, atau salah satu instansi saja misalnya KPU, sehingga mengharuskan hal ini di emban bersama agar proses perubahan ini menjadi cepat. Golput, Money Politic dan Partisipasi Semu ; Pemilu terancam KebablasanTelah dijelaskan di muka bahwa pemilu yang kita harapkan dapat memunculkan orang-orang terbaik di masyarakat yang nantinya akan memimpin namun dengan partisipasi masyarakat makin lama makin berkurang saat pemilu, otomatis mengakibatkan kontestan yang memenangkan pemilu, bukanlah memiliki suara yang mayoritas. Atau seandainya Golput termasuk kontestan pemilu maka golputlah yang memenangkan hasil pemilihan umum. Pada pemilu nasional angka partisipasi mengalami trend penurunan, misalnya pemilu tahun 1999 (92%), pemilu 2004 (84%) dan pemilu 2009 (71%) menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam upaya untuk mewujudkan kesuksesan Pemilu 2014.(lihat Juklak Relawan Demokrasi). Persoalan yang lebih besar justru pada partisipasi semu ialah istilah yang saya gunakan untuk menyebutkan pemilih yang ikut memilih atau datang ke TPS untuk alasan yang sifatnya pragmatis atau hanya datang memilih sekedar di iming-imingi dengan jumlah uang yang tidak seberapa atau dengan sedikit pemberian kebutuhan sehari-hari.Bukanlah salah masyarakat, jika Partisipasi semu ini merambah dan meluas namun, kitalah yang sadar yang mestinya memberikan penjelasan yang dapat di terima agar masyarakat menjadi pemilih yang cerdas, dan juga hendaknya PARPOL lebih banyak berbenah diri mulai dari merekrut anggota, membina para kader, sampai kepada tahap seleksi kader yang layak untuk di jadikan calon, agar orang-orang terbaiklah yang muncul kepermukaan sebagai kontestan pemilu.Kalu nido ado tanci O kami nido galak milih dan kata yang serupa amon dek ade petesnye kami enggan milih juga ambo male milih kalu dag ado pitinyoMoney politik nampaknya terpampang jelas di masyarakat kita, mengakibatkan cost politik menjadi begitu besar, ini salah satu permasalahan pokok pemilu yang kita hadapi, karena dengan cost politik yang begitu besar secara tidak sengaja menjadikan penguasaan-penguasaan jabatan politik hanya memberikan kesempatan kepada orang- orang yang memiliki modal besar, dan menutup kesempatan bagi orang-orang yang baik tapi tidak memiliki modal. Kekhawatirannya tidak cuma itu jika jabatan juga di gunakan untuk mengembalikan modal pencalonan maka money politik juga berimplikasi korupsi dan pada akhirnya masyarakat juga yang akan dirugikan. Mereka berjanji berbuat untuk rakyat, tapi apakah mereka sebelumnya pernah berbuat untuk rakyat,? Apa saja yang mereka telah perbuat? atau hanya sekedar berjanji untuk mendapatkan suara dari rakyat?Idealnya mereka yang memberanikan diri untuk meminta di berikan amanah oleh rakyat adalah orang-orang yang berilmu dan telah berbuat sebelumnya untuk rakyat, atau orang orang yang ikhlas untuk berbuat baik kepada sesama tanpa mengharuskan ia terpilih pada saat pemilu ataupun tidak, atau memberikan amanah kepada orang orang yang baik kepada sesama agar dengan amanah tersebut ia dapat berbuat lebih banyak untuk rakyat, sehingga ia di percaya untuk di berikan amanah, bukan hanya karena dirinya mencalonkan diri sebagai calon legislatif atau calon kepala Ekskutif, dan apalagi hanya berbuat untuk rakyat karena sudah mendekati pemilu. Bukanlah hal yang mustahil jika nanti di masa yang akan datang masyarakat kita menjadi pemilih yang cerdas, menjadikan cost politik rendah karena tidak ada istilah money politik atau minimal hal itu dapat di minimalisir serendah-serendahnya, sehingga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada orang-orang terbaik yang ada dalam masyarakat untuk memimpin masyarakatnya sendiri, tanpa harus di bentengi apakah ia memiliki modal yang cukup besar untuk mencalonkan diri atau tidak, jika kondisi itu dapat digapai maka harapan akan adanya kehidupan masyarakat yang lebih sejahterah atas kinerja para pemimpinnya menjadi keniscayaan.

Salam Demokrasi2