sp.birkom/vii/2017/342 · bendungan ini juga berfungsi untuk penyediaan air irigasi seluas 9.420...

5
Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah pembangunan infrastruktur. "Pembangunan infrastruktur juga akan mengintegrasikan industri yang ada di Aceh sehingga pertumbuhannya juga akan semakin meningkat," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono baru-baru ini. Pada tahun ini, Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 1,98 Triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam mendukung ketahanan pangan, konektivitas, permukiman dan perumahan. Dalam mengembangkan sektor pertanian dan pemenuhan kebutuhan air di Aceh, Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sudah merampungkan dua bendungan yaitu Bendungan Paya Seunara di Kabupaten Sabang dan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie. Bendungan Paya Seunara yang dibangun sejak 2001, telah selesai konstruksinya pada 2016 lalu oleh kontraktor PT Inaco Harapan-PT Inaco Putra Perkasa dengan total biaya pembangunan mencapai Rp 94,89 miliar. Bendungan yang berada di aliran Sungai Paya Senara ini memiliki luas area genangan mencapai 98 ha dan disiapkan untuk menampung air dari Sungai Paya Seunara hingga 1,3 juta meter kubik. Bendungan ini mempunyai arti penting bagi masyarakat Sabang, dan juga masyarakat Pulau Weh pada umumnya, karena bermanfaat bagi penyediaan air baku sebesar 125 liter/detik. Pulau Weh selama ini termasuk rawan krisis air karena salah satu sumber air utama yakni Danau Anak Laut semakin hari semakin turun ketersediaan airnya. Bendungan lainnya di Provinsi Aceh yang telah selesai pembangunannya yakni Bendungan Rajui yang terletak di Desa Masjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Bendungan yang mulai dibangun pada awal tahun 2011 ini selesai pada tahun 2016, membutuhkan biaya sebesar Rp 110,65 milyar.

Upload: docong

Post on 01-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Rilis PUPR #1

12 Juli 2017

SP.BIRKOM/VII/2017/342

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD) adalah pembangunan infrastruktur. "Pembangunan infrastruktur juga akan

mengintegrasikan industri yang ada di Aceh sehingga pertumbuhannya juga akan semakin meningkat,"

kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono baru-baru ini.

Pada tahun ini, Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 1,98 Triliun untuk pembangunan

infrastruktur dalam mendukung ketahanan pangan, konektivitas, permukiman dan perumahan. Dalam

mengembangkan sektor pertanian dan pemenuhan kebutuhan air di Aceh, Kementerian PUPR melalui

Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sudah merampungkan dua

bendungan yaitu Bendungan Paya Seunara di Kabupaten Sabang dan Bendungan Rajui di Kabupaten

Pidie.

Bendungan Paya Seunara yang dibangun sejak 2001, telah selesai konstruksinya pada 2016 lalu oleh

kontraktor PT Inaco Harapan-PT Inaco Putra Perkasa dengan total biaya pembangunan mencapai Rp

94,89 miliar. Bendungan yang berada di aliran Sungai Paya Senara ini memiliki luas area genangan

mencapai 98 ha dan disiapkan untuk menampung air dari Sungai Paya Seunara hingga 1,3 juta meter

kubik.

Bendungan ini mempunyai arti penting bagi masyarakat Sabang, dan juga masyarakat Pulau Weh pada

umumnya, karena bermanfaat bagi penyediaan air baku sebesar 125 liter/detik. Pulau Weh selama ini

termasuk rawan krisis air karena salah satu sumber air utama yakni Danau Anak Laut semakin hari

semakin turun ketersediaan airnya.

Bendungan lainnya di Provinsi Aceh yang telah selesai pembangunannya yakni Bendungan Rajui yang

terletak di Desa Masjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam. Bendungan yang mulai dibangun pada awal tahun 2011 ini selesai pada tahun 2016,

membutuhkan biaya sebesar Rp 110,65 milyar.

Dengan luas genangan 33,6 ha, bendungan ini diharapkan mampu menampung air sebanyak 2,67 juta

meter kubik untuk mengairi areal persawahan seluas 4.790 ha, sehingga mendukung program

swasembada pangan dan juga untuk meningkatkan penyediaan air baku. Selain itu, lokasi Bendungan

Rajui yang berada di kaki lembah Seulawah, Kabupaten Pidie, Aceh, Waduk Rajui Padang Tiji

membuatnya terlihat asri dan terbilang masih sangat alami sehingga juga menjadi salah satu destinasi

wisata baru bagi warga sekitar.

Pembangunan tampungan air di Aceh semakin diperbanyak oleh Kementerian PUPR. Saat ini juga tengah

diselesaikan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara. Sementara dua bendungan lainnya yakni

Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro akan segera dimulai pembangunannya. Bendungan Keureuto

merupakan salah satu bendungan terbesar yang mulai dibangun pada 2015 dan saat ini progres fisiknya

mencapai 35,32 persen. Dari total lahan seluas 767 ha, sebagian dana pembebasan lahan akan

dibayarkan melalui dana talangan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) yakni seluas 457 Ha

sebesar Rp 50 miliar.

Pembangunan Bendungan Keureuto bertujuan untuk meredam dan mereduksi debit banjir hingga 896

m3/detik dengan kapasitas tampung 215 juta m3. Bendungan ini juga berfungsi untuk penyediaan air

irigasi seluas 9.420 ha, air baku 1,14 m3l/detik, penghasil listrik sebesar 6,34 MW, sehingga diharapkan

dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah. Pekerjaan

Pembangunan Bendungan Keureuto dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak dari Tahun 2015 – 2019

dan menelan dana sekitar Rp. 1,7 trilyun.

Peningkatan Konektivitas Antar Wilayah di Aceh

Sementara itu, untuk mendukung konektivitas di bidang pembangunan jalan, Kementerian PUPR saat ini

tengah menyelesaikan Proyek Pembangunan Flyover Simpang Surabaya di Kota Banda Aceh. Flyover ini

memiliki panjang 881 meter dan dibangun untuk mengurai kemacetan lalu lintas yang keluar masuk kota

Banda Aceh di jalur lintas timur Provinsi Aceh. Disamping itu akan memperlancar akses dari dan ke

Pelabuhan Malahayati yang merupakan wilayah pengembangan strategis. Anggaran pembangunannya

menggunakan paket kontrak tahun jamak 2015-2017 senilai Rp 262,6 miliar. Sejauh ini progres fisik

pembangunan fly over telah mencapai 77,88 persen.

Infrastruktur lainnya yang saat ini sedang dibangun di Aceh adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) dan Jaringan Air Limbah di Kota Banda Aceh. Fasilitas IPAL tersebut diproyeksikan berkapasitas

3.000 meter kubik per hari dengan sistem IPAL Aerated Lagoon, menggunakan jaringan perpipaan

berdiameter 150 milimeter sampai 800 milimeter.

Dengan kapasitas tersebut, IPAL akan dapat melayani hingga 8.000 Sambungan Rumah (SR), namun saat

ini pendanaan APBN baru dapat dialokasikan bagi 210 SR yang ditargetkan selesai pada Oktober 2017.

Fasilitas IPAL di Banda Aceh tersebut adalah yang pertama kali akan ada dimiliki oleh masyarakat Aceh

untuk menangani masalah air limbah di wilayah Peuniti Kota Banda Aceh.

Alokasi anggaran pembangunan IPAL Kota Banda Aceh menggunakan anggaran tahun jamak 2015-2017

sebesar Rp 105 miliar dimana anggaran tahun 2017 sebesar Rp 45 miliar. Progres fisiknya hingga bulan

Juni ini telah mencapai 65,8 persen. (*)

Biro Komunikasi Publik

Kementerian PUPR