status presus psikotik parini
TRANSCRIPT
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. P
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTP
Status : Tidak menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Mungkid, Magelang
Mondok (yang pertama kali) di RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang : 29
Januari 2010
II. ALLOANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Februari 2010, pukul 15.00 WIB
dan 5 Februari 2010, pukul 10.00 WIB
Diperoleh dari 1 2NamaUmurJenis Kelamin AgamaStatusPendidikan TerakhirPekerjaan Hubungan Sifat KenalAlamat
Ny. R57 tahun PerempuanIslamJanda SDPenjual kerupukIbu kandungSeumur HidupMungkid, Magelang
Tn. R38 tahunLaki-lakiIslamMenikahSLTPPenjual es keliling Kakak kandungSeumur HidupMungkid, Magelang
A. SEBAB DIBAWA KE RUMAH SAKIT
Pasien dibawa oleh keluarga pasien ke RSJP Prof. dr. Soeroyo
Magelang karena pasien teriak-teriak dan tidur sulit.
B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
1
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
(Riwayat perjalanan penyakit diperoleh dari alloanamnesis ( 4
dan 5 Februari 2010), autoanamnesis (2 Februari 2010) dan
catatan medis).
Pada bulan Oktober 2005 atau 5 tahun SMRS, pasien dan ibunya
berjualan krupuk di pasar Ambarawa, mereka tidak memiliki kios, hanya
berjualan di emperan toko atau trotoar. Pada suatu hari, tiba-tiba datang
Polisi Pamong Praja merazia para pedagang pasar. Pasien kaget, lalu
berlari dan bersembunyi bersama ibunya, saat itu pasien ketakutan di
tempat persembunyiannya, lalu minta pulang ke Magelang hari itu juga.
Bersama dengan ibunya, pasien pulang naik bis dan terjadi perubahan
tingkah laku, selama dalam perjalanan pasien menyanyi dan
bersholawat terus-menerus. Sejak saat itu pasien mulai teriak-teriak,
menyanyi, dan berbicara sendiri. Dua bulan kemudian, pasien dibawa
berobat ke mantri di desanya, lalu oleh mantri tersebut pasien diinapkan
selama 1 bulan dan diberi obat (keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya),
kemudian pasien pulang dan diberi obat untuk diminum dirumah. Akan
tetapi, pasien tetap berperilaku aneh, sampai akhirnya seorang perawat
RSJ Magelang yang dikenal oleh kakak pasien menyarankan agar
dibawa berobat ke dokter spesialis jiwa. Oleh dokter, pasien diberi obat
(keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya) untuk diminum kurang lebih
untuk 1 bulan. Karena tidak teratur minum obat dan tidak rutin kontrol
maka gejala muncul kembali.
Pada pertengahan tahun 2006, atas kesepakatan keluarga,
akhirnya pasien dikirim ke pondok pesantren di Magelang. Pasien
adalah santriwati yang umurnya jauh lebih tua dibandingkan dengan
teman-temannya. Selama di pondok pesantren, pasien kurang bisa
mengikuti pelajaran, tapi rajin sholat, mengaji, dan mendengarkan
ceramah. Hubungan dengan warga pesantren dan teman-temannya pun
baik. Pada suatu waktu, pasien menyukai salah satu santri senior yang
bernama Kang Imam, akan tetapi pasien malu untuk mengungkapkan
perasaannya dengan lelaki tersebut karena menganggap bahwa wanita
tidak seharusnya mengungkapkan perasaan cinta pada laki-laki terlebih
dahulu. Selama kurang lebih 3 tahun di pondok pesantren, komunikasi
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
dengan keluarga tetap terjaga, setiap 1 bulan sekali pasien pulang ke
rumah atau dijenguk oleh keluarga. Kadang-kadang pasien masih
menunjukkan perilaku aneh seperti menyanyi terus menerus, berbicara
sendiri dan banyak bergerak (keluarga tidak mengetahui secara pasti
berapa kali pasien kumat di pesantren). Akhirnya pada suatu ketika
pihak pondok pesantren memberitahukan pada keluarga bahwa
sebaiknya pasien kembali ke rumah, lalu pasien dijemput oleh kakaknya.
Setelah pulang dari pondok pesantren pada pertengahan tahun
2009 atau 6 bulan SMRS, pasien tinggal di rumah bersama kakak dan
kakak iparnya. Terjadi peningkatan tingkah laku yang aneh setelah
pulang dari pesantren, masih sering teriak-teriak, berbicara sendiri,
menyanyi terus menerus, suka pergi-pergi, tidur sulit, bahkan pernah
menceburkan diri ke kolam dengan pakaian lengkap. Waktu ditanya oleh
kakak pasien tentang apa sebab menceburkan diri, pasien tidak
menjawab dan hanya tertawa. Pasien pernah jalan kaki dari rumah
menuju pesantren yang berjarak 5 km dengan alasan rindu dengan
teman-teman dan suasana pesantren. Pasien juga mengatakan pernah
beberapa kali melihat bayangan hitam sewaktu dia bangun tidur. Saat
berbicara terus menerus, nama yang sering disebut pasien adalah Kang
Imam.
1 bulan SMRS, pasien berobat ke poliklinik RSJP Prof. dr. Soeroyo
Magelang dan diberi obat (keluarga lupa jenis dan jumlah obatnya).
Setelah 2 minggu minum obat, pasien mulai menunjukkan perbaikan dan
sisa obat tidak diminum.
1 minggu SMRS pasien diajak ibunya berjualan kerupuk lagi di
pasar Ambarawa. Pasien dan ibunya tinggal di rumah kontrakan, hingga
pada suatu hari, saat pasien ingin mencuci pakaiannya, tiba-tiba adik
pemilik kontrakan berbicara dengan suara keras kepadanya, bahwa
tidak ada air saat itu. Pasien kaget dan minta pulang ke Magelang.
4 hari SMRS pasien kembali berbicara dan tertawa sendiri,
bernyanyi, berteriak, suka pergi-pergi dan tidak mau diam, mudah
tersinggung, mudah marah, nafsu makan berkurang, dan tidur sulit.
Karena perilakunya sudah mengganggu dan menimbulkan
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
ketidaknyamanan bagi keluarga, maka pasien diputuskan untuk dibawa
ke RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan mondok untuk pertama kalinya.
C. HAL – HAL YANG MENDAHULUI SAKIT
1. Psikiatri
Sekitar 5 tahun yang lalu pasien sudah mengalami
perubahan tingkah laku dan ini merupakan mondok yang
pertama.
2. Faktor Organis
Trauma kapitis (-)
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang
menyebabkan trauma pada kepala.
Kejang (+)
Pasien tidak mempunyai riwayat kejang.
Panas tinggi yang lama (-)
Pasien tidak mempunyai riwayat panas tinggi sebelum
sakit.
Keracunan (-)
Pasien tidak pernah keracunan.
3. Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA
Pasien tidak mempunyai riwayat menggunakan alkohol dan
NAPZA. Pasien juga tidak merokok.
4. Faktor Psikososial
a. Faktor Predisposisi
1. Kepribadian premorbid
Pasien tergolong orang yang banyak berbicara
dibandingkan anggota keluarga yang lain, mudah bergaul dan
senang bersosialisasi.
2. Kasih sayang
Pasien cukup mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.
3. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi kurang. Ibu pasien berjualan
kerupuk di pasar Ambarawa, sedangkan kakak pasien berjualan
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
4
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
es krim keliling. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dirasakan cukup.
b. Faktor Pencetus
Pasien diusir oleh Polisi Pamong Praja saat berjualan
krupuk di trotoar pasar Ambarawa bersama ibunya dan karena
adik pemilik kontrakan di Ambarawa berbicara keras kepadanya
sehingga pasien kaget.
D. RIWAYAT KELUARGA
a. Pola Asuh Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien
dibesarkan dalam keadaan kedua orang tua harmonis dan cukup
mendapat perhatian.
b. Silsilah Keluarga
Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pasien memiliki 1
orang kakak laki-laki dan 1 kakak tiri perempuan dari ayahnya
dengan ibu yang berbeda. Tidak ada keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
E. GENOGRAM
Genogram Nn. P
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
5
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Tanggal pembuatan : 6 Februari 2010
Keterangan : Laki laki tanpa gangguan jiwa
Perempuan tanpa gangguan jiwa
Laki – laki telah meninggal dunia
Pasien
Tinggal satu rumah dengan pasien
C. RIWAYAT PRIBADI (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
1. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di rumah, ditolong oleh dukun, cukup bulan,
spontan, langsung menangis, dan tidak terdapat kelainan. Berat
badan tidak diketahui. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
mengalami panas tinggi dan kejang serta minum ASI cukup.
2. Masa Anak – Anak Awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh keluarganya sendiri. ASI diberikan sampai
umur 2 tahun. Tidak ada riwayat kesulitan dalam pemberian
makanan. Perkembangan pasien pada masa anak - anak awal sesuai
dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
6
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
yang menonjol. Waktu kecil mampu bermain bersama kakaknya dan
teman-teman sebayanya.
3. Masa Anak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada usia 5 tahun pasien mulai masuk TK. Pada usia 7 tahun
pasien melanjutkan sekolah ke SD. Saat pasien kelas 2 SD, pasien
pindah ke MI. Dalam pergaulan dengan teman main, teman sekolah
dan saudara-saudaranya dinilai masih wajar. Prestasi di sekolah
dalam rata-rata.
Saat masuk SD, keluarga menyadari bahwa mata kiri pasien
tampak juling tetapi hal ini tidak menyebabkan pasien rendah diri.
Kelas 3 SD, pasien pernah diangkat bisulnya di daerah hidung
sehingga tampak jaringan parut.
Orang tua menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan agama
tidak terlalu ketat, dalam mengasuh mendapatkan kasih sayang
yang cukup dan tidak membedakan dengan kakaknya.
4. Masa Anak – Anak Akhir (11-18 tahun)
Pada usia 13 tahun pasien lulus SD dan melanjutkan ke SMP.
Pasien mampu bergaul dengan teman-temannya dan saudara-
saudaranya.
5. Masa Remaja
Pasien termasuk orang yang mudah bergaul dan punya
banyak teman.
6. Perkembangan Jiwa
Pasien dibesarkan dalam keluarga harmonis, kasih sayang
cukup, mendapatkan pendidikan agama yang cukup dari kedua
orang tuanya.
7. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SLTP. Prestasi pasien
dalam rata-rata.
8. Riwayat Pekerjaan
Saat bulan puasa, pasien membantu tetangganya membuat
enting-enting kacang untuk dijual. Tahun 2005, pasien membantu
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
7
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
berjualan kerupuk bersama ibunya di pasar Ambarawa selama 1
bulan.
9. Riwayat Perkawinan/Riwayat Psikoseksual
Pasien belum menikah. Penampilan dan pembawaan
layaknya perempuan, tertarik dengan lawan jenis. Pasien
menstruasi pada umur 13 tahun.
10. Hubungan Sosial
Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, hubungan
pasien dengan keluarga, saudara, tetangga baik. Pasien terkadang
keluar rumah dan mengobrol dengan tetangganya dan teman
sebayanya.
11. Kegiatan Moral Spiritual
Pasien adalah penganut agama islam dan sejak kecil rajin
melaksanakan ibadah sholat dan mengaji. Saat dewasa pasien
kadang-kadang mengikuti pengajian di kampungnya.
12. Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan yang merugikan kesehatan
dan menyebabkan kelainan otak seperti penggunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang lainnya.
13. Gambaran Kepribadian
Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, pasien
merupakan orang yang ceria dan aktif tetapi jarang sekali
menceritakan masalah pribadi kepada orang lain. Pasien dapat
bergaul sehingga mempunyai banyak teman..
14. Sifat Alloanamnesis : dapat dipercaya
D. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
8
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Keterangan :
A. Pasien dirazia oleh Polisi PP saat berjualan di pasar Ambarawa
bersama ibunya dan terjadi perbahan tingkah laku seperti teriak-
teriak, menyanyi, dan berbicara sendiri.
B. Pasien berobat ke mantri di desanya dan dokter spesialis jiwa dan
terdapat penurunan gejala.
C. Pasien dikirim ke pondok pesantren di Magelang selama 3 tahun
tetapi belum ada perubahan tingkah laku.
D. Setelah pulang dari pondok pesantren, terjadi peningkatan gejala
yaitu sering teriak-teriak, berbicara sendiri, menyanyi terus
menerus, suka pergi-pergi, tidur sulit, bahkan pernah
menceburkan diri ke kolam dengan pakaian lengkap.
E. Pasien berobat ke poliklinik RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan
diberi obat. Setelah 2 minggu minum obat, pasien mulai
menunjukkan perbaikan dan sisa obat tidak diminum.
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fungsi MentalFungsi Mental
Fungsi Peran Sosial
Fungsi Peran Sosial
2005 2006 2007 2008 2009 2010
A B C D E F G
9
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
F. Pasien diajak ibunya berjualan kerupuk lagi di pasar Ambarawa.
Suatu saat pasien dikejutkan oleh suara adik pemilik kontrakan
sehingga kaget dan minta pulang ke Magelang dan terjadi
peningkatan gejala.
G. Pasien dibawa ke RSJP Prof. dr. Soeroyo Magelang dan mondok
untuk pertama kalinya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2010, pukul 08.00
WIB.
A. Status Internus
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
* Tensi : 110/70 mmHg
* Nadi : 76 x/menit
* Suhu : afebris
Kepala : mesocephal, tidak bekas luka (jahitan)
Mata : bola mata tampak tidak sejajar, conjungtiva
anemis (-/- ), sklera ikterik (-/-), pupil kanan
dan kiri isokor
Lidah : tidak kotor
Leher : deviasi trakhea (-), struma (-)
Dada
* Paru : simetris, vesikular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
* Jantung : ictus cordis tak tampak, gallop (-)
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+) normal
Ekstremitas : tonus dan pergerakan normal
B. Status Neurologik
Nervus Cranial : dalam batas normal (dbn)
Reflek – reflek
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
10
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
1. Reflek Fisiologis
* Reflek Patella : (+) dbn
* Reflek Bisep : (+) dbn
* Reflek Trisep : (+) dbn
* Reflek Brakhioradialis : (+) dbn
* Reflek Tendo Archiles : (+) dbn
2. Reflek Patologis : (-)
Sensorik : dbn
Motorik : dbn
Vegetatif : dbn
C. Status Psikiatrik
Pemeriksaan status psikiatrik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2010,
pukul 08.00 WIB.
1. Deskripsi umum
Kesan Umum : tampak perempuan sesuai umur, penampilan cukup
bersih,
perawatan diri cukup,tertawa dan terlihat gembira.
Kesadaran : compos mentis
Perilaku : hiperaktif
Pembicaraan : banyak bicara, menjawab spontan dengan volume
suara keras.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
2. Keadaan afektif
Mood : meningkat
Afek : euforia
Roman muka : banyak mimik
Perhatian : mudah ditarik sukar dicantum
3. Fungsi kognitif
- Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia,
mampu berhitung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum.
- Daya konsentrasi : kurang
- Orientasi
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
11
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Orang : cukup
Waktu : cukup
Tempat : cukup
Situasi : cukup
- Daya ingat
Jangka pendek : kurang
Jangka menengah : kurang
Jangka panjang : kurang
- Pikiran abstrak : cukup
- Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
4. Gangguan persepsi
- Halusinasi dan ilusi
Halusinasi visual : tidak ada
Halusinasi auditorik : ada, disangkal oleh pasien
Halusinasi olfaktori : tidak ada
Halusinasi taktil : tidak ada
Ilusi : tidak ada
- Depersonalisasi dan derealisasi
Depesonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
5. Proses pikir
- Arus Pikir
Kuantitatif : logorrhoe
Kualitatif : flight of idea
- Isi pikir
Preokupasi : ada, tentang pria yang dicintainya
Obsesi : ingin menjadi istri Kang Imam
Gangguan pikiran
o Waham bizzare
Siar pikir : (-)
Sisip pikir : (-)
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
12
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Kendali pikir : (-)
Sedot pikir : (-)
o Waham magic mistic : (-)
o Waham curiga : (-)
o Waham kebesaran : (-)
o Waham kejar : (-)
o Waham cemburu : (-)
o Waham bersalah: (-)
o Waham tak berguna : (-)
o Waham somatik : (-)
o Waham nihilistik: (-)
- Bentuk pikir : non realistik
6. Pengendalian impuls
Pasien dapat kurang dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
7. Daya nilai
Norma sosial : selama dirawat di RS, pasien mudah bergaul
dengan sesama pasien dan pegawai RS
Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)
8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarganya
9. Tilikan (insight)
Pasien tidak merasa dirinya sakit.
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien perempuan berusia 33 tahun, suku bangsa jawa,
agama Iskam, anak ke-3 dari 3 bersaudara, belum menikah, tinggal
bersama ibu, kakak kandung dan kakak ipar, pendidikan terakhir tamat
SLTP.
Sejak 5 tahun lalu, pasien mulai menunjukkan perubahan perilaku
seperti teriak-teriak, menyanyi, dan berbicara sendiri. Pasien sudah
pernah berobat ke dokter spsesialis jiwa, tetapi karena tidak teratur
minum obat dan tidak rutin kontrol maka gejala timbul kembali. Saat ini
pasien mondok untuk yang pertama kalinya.
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
13
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
GEJALA YANG DIDAPAT
Kesan umum : compos mentis, perawatan diri cukup,
tertawa dan terlihat gembira
Sikap dan tingkah laku : hiperaktif dan kooperatif
Roman muka : banyak mimik
Afek dan mood : euforia dan meningkat
Persepsi : halusinasi auditorik
Arus pikir
- kuantitatif : logorrhoe
- kualitas : flight of idea
Bentuk pikir : non-realistik
V. SINDROM YANG DIDAPAT
Sindroma Psikotik:
Sakit sudah lebih dari 1 bulan
Adanya hendaya/disfungsi fungsi peran (+), waktu luang (+), fungsi
sosial (+), rawat diri (+)
Adanya distress
Adanya gangguan dalam berperilaku, pola pikir dan perasaan
Sindrom Manik:
Afek meningkat
Mood euforia
Loggorrhoe
Banyak mimik
Hiperaktif
Sindrom Skizofrenia:
Non realistik
Inkoherensi
Halusinasi auditorik (+)
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
14
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
2. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2)
VII. PEMBAHASAN
1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
No
Kriteria Diagnosis Pada Pasien
1.
2.
3.
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik skizofrenia, F.20.-, (a) sampai (d)).
Terpenuhi
Terpenuhi
2. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2)No
Kriteria Diagnosis Pada Pasien
1.
2.
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik)
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas
Tidak terpenuhi
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
15
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
IX. PENATALAKSANAAN
A. PSIKOFARMAKA
Anti-psikosis (Atipikal) :
Risperidone 2x2mg
Anti mania :
Carbamazepin 2x200mg
RISPERIDONE
Cara kerja obat
Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone
merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap
reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan
dengan reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap
reseptor kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi
dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang
seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping
ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif
dan afektif dari skizofrenia.
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
16
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Farmakokinetik
Risperidone diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi
plasma puncak dicapai setelah 1-2 jam. Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi
oleh makanan. Hidroksilasi merupakan jalur metabolisme terpenting yang
mengubah risperidone menjadi 9-hidroxyl-risperidone yang aktif. Waktu paruh
(T½) eliminasi dari fraksi antipsikotik yang aktif adalah 24 jam. Studi
risperidone dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma
yang lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada
pasien dengan gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien
dengan gangguan fungsi hati.
Indikasi
Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang
lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola
pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif
yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial
dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti;
depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap risperidone.
Efek Samping
Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu,
konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan
penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi
orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain.
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden
dan keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan
haloperidol), seperti: tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia,
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
17
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan
akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat
antiparkinson bila diperlukan.
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant
syndrome (namun jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot,
ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah. Bila hal ini terjadi,
penggunaan obat antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.
Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk
ortostatik, takikardia termasuk takikardia reflek dan hipertensi.
Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma
yang bersifat dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea,
gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi dan amenorrhoea.
Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati
kadang-kadang terjadi.
Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik:
intoksikasi air dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau
sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik (ADH); tardive
dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya serangan
Dosis
Dosis umum
Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada
beberapa pasien)
Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
18
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif
dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan
gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya
pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding
dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya
sehingga tidak boleh digunakan.
Sediaan Obat
Tablet 0,25, tablet 0,5 mg, tablet 1 mg, tablet 2 mg, tablet 3 mg ,tablet 4
mg, aoral solution (30ml, 1 mg/ml), dan sedian injeksi depo 12.5 mg, 25 mg,
37.5 mg and 50 mg
CARBAMAZEPIN
Komposisi
Setiap tablet mengandung Carbamazepin 200mg
Cara Kerja Obat
Carbamazepin merupakan antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai
antiepileptik, psikotropik dan analgesik spesifik. Senyawa ini bekerja dengan
mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat
pengaruh dari fokus epilepsi. Selain mengurangi kejang, carbamazepin juga
memberikan efek nyata terhadap perbaikan psikis yaitu perbaikan
kewaspadaan dan perasaan. Disamping itu senyawa ini juga menunjukkan efek
analgesik selektif, misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang
sukar diatas oleh analgesik biasa.
Pada pemberian oral Carbamazepin diserap dengan lambat dan hampir
lengkap, kurang lebih 75% berikatan dengan protein plasma, Kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2 - 6 jam dan waktu paruh 15 jam.
Carbamazepin dimetabolisme dalam hati menjadi derivat epoksid yang masih
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
19
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
mempunyai aktivitas antikonvulsan, kemudian diekskresi bersama urin dan
feses.
Indikasi
Epilepsi lobus temporalis, epilepsi psikomotor, kejang tonik-klonik (grand mal)
terutama pada anak, neuralgia trigeminal, neuralgia glosofaringeal, polidipsia
dan poliuria neurohormonal.
Dosis
Dosis dewasa, awal 2 kali 1 tablet sehari, kemudian ditingkatkan secara
bertahap maksimum 6 tablet sehari dalam dosis terbagi sehabis makan. Dosis
penunjang, 4 - 6 tablet untuk epilepsi dan 3 - 4 tablet untuk neuralgia
trigeminal. Anak dibawah 1 tahun, sehari '/2 tablet. Anak 1 - 6 tahun, sehari 2
kali 1/2 -1 tablet. Anak 6-12 tahun, sehari 2 kali 1 - 2 tablet.
Peringatan dan Perhatian
Pemberian dimulai dengan dosis rendah dipantau selama pengobatan.
Carbamazepin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan yang dapat
diatasi dengan analgesik biasa. Hati-hati pemberian pada pasien glaukoma
atau dengan gangguan fungsi hati. Darah pasien sebaiknya diperiksa sebulan
sekali. Penderita yang mempunyai riwayat depresi sumsum tulang.
Efek Samping
Efek samping terjadi pada sekitar 25% penderita yang diberikan pengobatan
jangka lama, berupa pusing, vertigo, ataksia, diplopia, penglihatan kabur,
diskrasia darah (leukopenia dan agranulositosis) dan reaksi hipersensitif.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap carbamazepin atau senyawa trisiklik.
Interaksi obat
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
20
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
Tidak boleh dikombinasi dengan obat penghambat MAO, Fenobarbital dan
fenitoin dapat meningkatkan kadar carbamazepin. Eritrosin dapat
menghambat biotransformasi carbamazepin. Carbamazepin dapat menurunkan
kadar asam valproat. Hati-hati penggunaan kombinasi dengan PAS, INH,
sikloserin dan warfarin.
B. PSIKOTERAPI SUPORTIF
Psikoventilasi
Pasien dibimbing untuk menceritakan segala
permasalahannya, apa yang menjadi kekhawatiran pasien kepada
terapis, sehingga terapis dapat memberikan problem solving yang
baik dan mengetahui antisipasi pasien dari faktor-faktor pencetus.
Persuasi
Membujuk pasien agar kooperatif dengan terapis lainnya dan
minum obat secara rutin.
Sugesti
Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol) dan dapat membantu mengatasi
kekahwatirannya.
Desensitisasi
Pasien dilatih untuk menerima kenyataan agar terbiasa di
dalam lingkungan sosial untuk meningkatkan kepercayaan diri,
memperbaiki mekanisme pembelaan diri dalam hubungan sosial
dengan masyarakat.
C. LATIHAN KERJA
Pasien diberi latihan kerja agar pasien mendapatkan keahlian
yang dapat berguna dan bermaksud untuk memberikan kesibukan.
D. TERAPI KELUARGA
Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara merawat,
memperlakukan pasien dengan benar, karena pasien gangguan jiwa
memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan mengawasi pasien
saat minum obat dan memastikan pasien minum obat dengan rutin
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
21
Presentasi Kasus Psikotik Pembimbing : dr. Santi Y., Sp. KJ
apabila pasien pulang ke rumah, dan bila pasien menolak minum obat,
pasien harus mondok lagi. Keluarga juga dianjurkan menghargai
pasien, membesarkan hati dan memberi kesibukan. Namun bukan
berarti memanjakan pasien terlalu berlebihan, mengajarkan
bagaimana agar tidak bergantung.
X. PROGNOSIS
No
.
PROGNOSIS BAIK BURUK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perjalanan penyakit : kronis
Diagnosa : skizoafektif tipe manik (F25.0)
Faktor pencetus : jelas
Faktor herediter : tidak ada
Gejala Positif (halusinasi auditorik,
inkoherensi)
Status Perkawinan : belum menikah
Dukungan keluarga
Respon terapi : mau minum obat
+
+
+
+
+
+
+
+
Kesimpulan prognosis : dubia ad bonam
Rumah Sakit Jiwa Pusat Prof. dr. Soeroyo MagelangUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
22