status ujian-cliff w. sulangi- 13014101347

39
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. K. R. Umur : 64 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat / tanggal lahir : Manado / 23 Maret 1951 Status perkawinan : Menikah Jumlah anak : 2 (dua) Pendidikan terakhir : S1 Suku / Bangsa : Bantik / Indonesia Pekerjaan : Pensiunan / IRT Agama : Kristen Protestan Alamat sekarang : Malalayang 1, lingkungan 8 Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2015 & 9 Mei 2015 Tempat pemeriksaan : Poli Kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Rumah di Malalayang 1, lingkungan 8 Nomor telpon : 08124405020 II. RIWAYAT PSIKIATRIK Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 8 dan 9 Mei 2015, di poliklinik kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan di rumah (Malalayang) dari: Autoanamnesis dengan pasien Aloanamnesis dengan : 1

Upload: cliffwinsky

Post on 13-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uyuiyhk

TRANSCRIPT

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K. R.

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / tanggal lahir : Manado / 23 Maret 1951

Status perkawinan : Menikah

Jumlah anak : 2 (dua)

Pendidikan terakhir : S1

Suku / Bangsa : Bantik / Indonesia

Pekerjaan : Pensiunan / IRT

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Malalayang 1, lingkungan 8

Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2015 & 9 Mei 2015

Tempat pemeriksaan : Poli Kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Rumah di Malalayang 1, lingkungan 8

Nomor telpon : 08124405020

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 8 dan 9 Mei 2015, di poliklinik

kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan di rumah

(Malalayang) dari:

Autoanamnesis dengan pasien

Aloanamnesis dengan :

Tn. T. A., 41 tahun, anak pasien, agama Islam, Suku Bantik,

pendidikan terakhir S1, pekerjaan PNS.

A. Keluhan utama

Mual dan muntah, nyeri perut, sulit tidur, pasien merasa cemas dan takut

dengan sakitnya.

1

B. Riwayat gangguan sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

dengan keluhan mual muntah, nyeri perut, pasien merasa cemas dan takut

dengan sakitnya.

Mual, muntah dan nyeri perut sudah dirasakan pasien sejak 4 bulan

yang lalu. Pasien telah dirawat sebanyak 4 kali di rumah sakit dengan

keluhan yang sama. Awalnya muncul keluhan ini saat pasien tengah

bermasalah dengan kakak kandung pasien.

Pasien mengatakan bahwa sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu,

pasien mengalami masalah keluarga yang berat. Kakak kandung pasien

adalah seorang pecandu narkoba. Kakak kandung pasien sering meminta

uang kepada pasien, jika tidak dipenuhinya kakak pasien akan marah-marah.

Pada awalnya pasien memenuhi setiap permintaan kakak pasien,

namun pada akhirnya pasien mulai merasa terbebani. Keluarga pasien yang

pada awalnya hanya membiarkan pasien memberikan uang kepada kakak

pasien akhirnya melarang dan mulai marah pada pasien.

Di hari-harinya pasien sering menangis di malam hari tanpa diketahui

keluarganya. Pasien merasa sedih, cemas dan takut pada kakak pasien.

Pasien merasa kehilangan semangat dan sulit tidur di malam hari. Pasien

sering terbangun di malam hari dan pasien mengatakan bahwa sering

terbayang orang-orang dan keluarga pasien yang telah meninggal. Pasien

mengira bahwa akan segera meninggal. Ketakutan pasien semakin

meningkat saat mengalami hal ini.

Kakak pasien mengalami kecelakaan dan mengalami lumpuh, kakak

pasien juga menderita TB paru. Karena seluruh anggota keluarga pasien

sudah tidak memikirkan kakak pasien, akhirnya pasien kembali membantu

kakak pasien walaupun sudah dilarang oleh suami dan anak-anak pasien.

Pasien membantu secara diam-diam tanpa diketahui suami dan anak pasien,

walaupun pada akhirnya tetap diketahui keluarga pasien.

Keluhan mual dan muntah serta nyeri perut pasien muncul pada saat

masalah dengan kakak pasien terjadi. Pasien merasa takut mati karena

penyakitnya. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter dan telah dirawat di

2

rumah sakit 4 kali dengan keluhan yang sama. Pasien juga pergi ke spesialis

penyakit dalam untuk mengobati sakitnya. Menurut pasien keluhan ini

menambah tekanan dalam hidupnya bersamaan dengan masalah kakaknya.

Saat ini pasien hanya mengkhawatirkan sakitnya saja. Karena sakitnya

ini pasien sudah tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Menurut keluarga

pasien, pasien yang dulunnya adalah seorang periang, sejak masalah dengan

kakak pasien dan sakitnya sekarang, pasien menjadi murung dan terlihat

depresi.

Masalah dengan kakak pasien sudah berakhir. Kakak pasien

meninggal bulan Mei 2015. Pasien disarankan oleh saudara pasien untuk

mencoba berobat ke dokter spesialis kedokteran jiwa. Pasien menerima

saran tersebut dan datang ke poliklinik kejiwaan di RS. Prof. V. L.

Ratumbuysang.

C. Riwayat gangguan sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatrik

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.

2. Riwayat gangguan medis

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, pasien tidak memiliki

riwayat gangguan medis lainnya. Kejang dan kelainan neurologis lainnya

disangkal.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif sebelumnya. Pasien

tidak merokok dan minum minuman keras.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Prenatal dan Perianal

Pasien adalah anak ke 5 dari 8 bersaudara. Pasien lahir normal pervaginam

dirumah dibantu oleh biang kampung. Lahir dalam keadaan sehat tanpa

cacat. Lahir dalam keadaan sehat dan tanpa cacat. Saat lahir pasien langsung

menangis, tidak di dapatkan tanda-tanda asfiksia atau pun icterus

3

neonatorum. Berat badan dan panjang badan saat lahir tidak diperoleh

keterangan. Pasien lahir dalam keadaan sehat.

B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)

Stadium 1. Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak

lain. Pasien diasuh sendiri oleh ayah dan ibunya. Sejak kecil pasien

merupakan anak yang aktif. Suka bergerak dan terkadang suka menangis,

dan bila di belai oleh ibunya, pasien menjadi tenang. Pasien juga menangis

ketika haus, dan pada saat diberikan ASI pasien langsung menjadi diam dan

tenang. Pasien mendapat ASI sampai usia sekitar 6 bulan secara eksklusif.

Pada usia 10 bulan pasien sudah mulai bisa mengoceh.

Stadium 2. Autonomy vs Shame and Doubt (1-3 tahun)

Pada usia 15 bulan, pasien yang sudah mulai belajar berdiri dan berjalan.

Pasien sudah mulai diajarkan untuk BAK di toilet dan dapat ke toilet secara

mandiri saat ingin BAK. Pada usia ini pasien sudah diajarkan untuk BAB di

kamar mandi dan bisa mengatakan kepada orang tuanya kalau ingin BAB.

Selain itu, pasien suka menarik taplak meja hingga jatuh. Pasien suka

mengambil remote tv dan memainkannya. Pasien juga suka berlari kesana

kemari dan tidak bisa diam di tempat. Pasien sering bersembunyi jika ada

orang baru yang ingin bermain dengannya. Tapi lama-kelamaan pasien mau

di ajak bermain dan di gendong oleh orang tersebut.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)

Stadium 3. Initiative vs Guilt (3-5 tahun)

Sebelum masuk sekolah, kegiatannya bermain bersama teman-temannya.

Pasien pernah sekolah di TK dan merupakan anak yang cukup aktif dan

suka penasaran dengan hal-hal yang baru. Saat ada pelajaran menggambar,

pasien dengan senang mengikuti. Pasien juga sering mengajak teman-

temannya untuk bermain diluar bersama. Pasien terkadang suka merebut

mainan temannya, namun saat ditegur atau di marah oleh guru dan ibunya,

pasien menjadi menunduk dan mengikuti perintah gurunya atau ibunya

4

untuk mengembalikan mainan temannya serta meminta maaf kepada

temannya.

Stadium 4. Industry vs Inferiority (6-11 tahun)

Pasien masuk sekolah di SD pada usia 6 tahun. Pasien bergaul seperti biasa

dengan teman-temannya. Pasien sering bermain di pantai dekat rumahnya,

pasien sering membuat istana pasir atau mengubur kakinya kedalam pasir.

Kemudian pasien bermain bersama teman-temannya. Pasien merupakan

anak yang cukup aktif disekolahnya dan senang mengikuti kegiatan

olahraga. Pasien sering menjadi diam dan menyendiri saat bertengkar

dengan teman-temannya. Pasien tidak mau bicara dengan temannya jika

sedang bertengkar dengan temannya. Pasien setiap harinya pergi ke sekolah

sendiri tanpa di antar oleh orangtuanya karena rumahnya dekat dengan

sekolah. Pasien selalu mengikuti aturan – aturan yang ada. Pasien juga

sering menegur temannya jika tidak mengikuti aturan yang ada. Pasien juga

sering merasa sedih jika segala sesuatu tidak dilaksanakan dengan

sempurna.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Stadium 5. Identify vs Confusion (11 tahun – masa akhir remaja)

Pasien bersekolah di dekat rumahnya. Pasien adalah anak yang aktif dan

terlihat seperti anak biasa. Pasien aktif di gereja. Pasien memiliki banyak

teman bermain dan bergaul di sekolahnya. Pasien aktif dalam kegiatan

olahraga, terutama di bidang bola voli. Pasien sering mendapatkan prestasi

bola voli bersama teman-temannya mewakili sekolahnya.

E. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Sejak SD sampai dengan SMA, pasien selalu naik kelas dan selesai tepat

waktu. Saat SMA pasien sering mendapat juara di kelas. Pasien adalah

orang yang cerdas dan aktif juga di bidang olahraga. Pasien merupakan

anak yang cukup berprestasi dalam hal olahraga, terutama bola voli. Ia

mewakili sekolahnya dalam pertandingan antarsekolah. Setelah lulus

5

SMA, pasien melanjutkan ke perguruan tinggi di Fakultas Hukum

Universitas Sam Ratulangi. Saat semester dua, pasien mendapat tawaran

kerja dan akhirnya pasien berhenti kuliah. Saat kerja, pasien

mendapatkan beasiswa untuk kuliah kembali. Pasien mendapatkan gelar

sarjana Administrasi Niaga di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil di Bulog bagian badan

pemeriksaan. Pasien bekerja selama 34 tahun, tidak pernah berpindah-

pindah tempat kerja.

3. Riwayat Psikoseksual

Orientasi pasien pada lawan jenis. Pasien memiliki beberapa pacar saat

masih bersekolah. Secara umum, hubungan pasien dengan pacarnya baik,

tidak terdapat konflik yang berarti antara pasien dengan kekasihnya.

4. Riwayat Perkawinan

Pasien telah menikah dan dikaruniai dua orang anak.

5. Kehidupan Beragama

Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin mengikuti ibadah. Sebelum

sakit, pasien aktif dalam kegiatan jemaat. Pasien terpilih sebagai

bendahara jemaat selama dua periode.

6. Riwayat Kehidupan Sosial

Hubungan pasien dengan keluarganya tergolong harmonis, pasien hanya

memiliki masalah dengan kakak pasien. Hubungan dengan tetangga

pasien sangat baik, pasien juga mengikuti perkumpulan suku Bantik.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah dipenjara atau melakukan perbuatan melanggar

hukum.

8. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal bersama dengan suaminya, anak pertama bersama istri,

dan kedua cucunya di Malalayang I, Lingkungan VIII. Pasien tinggal di

rumah permanen dengan 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang

tamu, 1 ruang keluarga. Pasien tidur sendiri di kamar.

6

Denah Rumah

KT : Kamar tidur RT : Ruang Tamu

T : Teras rumah RK : Ruang Keluarga

D : Dapur

9. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke 5 dari 8 bersaudara. Kedua orang tua pasien

telah meninggal saat pasien umur 35 tahun. Saat kedua orang tuanya

meninggal, pasien sering diam dan bersedih, serta duduk melamun

sendirian. Namun, setelah beberapa hari pasien sudah kembali seperti

biasanya. Hubungan pasien dengan kedua orang tuanya baik, pasien tidak

pernah bertengkar dengan kedua orang tuanya. Hubungan pasien dengan

kakak kedua pasien tidak baik. Kakak kedua pasien memusuhi pasien

tanpa sebab yang jelas serta sering mengancam pasien. Hubungan dengan

saudara yang lain tidak memiliki masalah.

7

KT

KT

KT

KT

KTD

RK KT

RT

T

T

Silsilah Keluarga/Genogram

Keterangan

Pria Meninggal

Wanita Pasien

F. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien sadar penuh kalau dirinya saat ini sedang dalam kondisi sakit dan

memerlukan bantuan untuk pengobatan. Pasien takut dengan kondisi

sakitnya. Pasien takut akan meninggal dunia. Pasien sudah tidak merasa

tertekan seperti dulu. Saat ditanya mana yang lebih tertekan saat bermasalah

dengan kakaknya atau saat mengalami sakitnya, pasien merasa lebih

tertekan saat mengalami masalah dengan kakaknya.

G. Persepsi Keluarga tentang Pasien

Keluarga menyadari pasien sedang sakit. Menurut keluarga pasien, pasien

adalah orang yang terburu-buru, tidak sabar, dan sering cemas dengan

penyakit yang dialaminya. Jika mengalami sakit, pasien ingin cepat-cepat

sembuh. Saat ini kondisi pasien sudah agak lebih membaik dibandingkan

dengan kondisi pasien saat sedang mengalami masalah dengan kakak

pasien. Saat ini pasien lebih bersemangat untuk berobat.

8

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien merupakan seorang perempuan, berusia 64 tahun, tampak sesuai

usianya, berkulit sawo matang, memakai pakaian rapi berwarna coklar.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara

pasien dapat duduk dengan tenang, kontak mata baik dengan pemeriksa,

dan pasien merespon pertanyaan yang diberikan dengan baik. Gerakan

pasien lambat, tidak terlalu banyak gerakan.

3. Sikap terhadap Pemeriksa

Secara umum pasien cukup kooperatif, pasien menjawab pertanyaan

pemeriksa dengan baik. Pasien lebih cenderung diam dan tampak cemas

ketika dilakukan pemeriksaan di poli. Pasien lebih terbuka saat dilakukan

home visit ketika berada di rumah.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipotimia

2. Afek : Menyempit

3. Keserasian : Serasi

C. Bicara

1. Kualitas : spontan, volume kecil, suara jelas, intonasi sedang,

artikulasi baik

2. Kuantitas : menjawab sesuai pertanyaan

3. Hendaya : tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan Persepsi

Tidak ada gangguan persepsi

E. Pikiran

1. Proses/arus pikir : koheren, menjawab sesuai pertanyaan, arus wajar

9

dan lancar, produktivitas baik, ide cukup.

2. Isi pikiran : tidak ada waham, tidak ada obsesi

F. Kesadaran dan Kognitif

1. Taraf Kesadaran : kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan,

mempertahankan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

Orientasi waktu : baik, pasien dapat mengetahui waktu saat

pemeriksaan.

Orientasi tempat : baik, pasien dapat mengetahui dimana rumah dan

rumah sakit.

Orientasi orang : baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan

dokter yang mewawancarainya.

3. Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan

masa kecilnya dengan baik

Daya ingat jangka sedang : secara umum baik

Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengatakan apa

yang ia kerjakan dari kemarin

hingga sampai saat wawancara

berlangsung

Daya ingat segera : secara umum baik

4. Konsentrasi dan Perhatian

Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan

perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Kemampuan Visuospatial

Baik. Pasien dapat menggambar denah rumah pasien dengan baik.

7. Intelegensi dan Daya Informasi

Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

10

G. Pengendalian Impuls

Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup

lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Penilaian Realitas : baik, tidak terganggu.

2. Tilikan : tilikan VI. Pasien menyadari sepenuhnya tentang

situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

I. Taraf dapat dipercaya

Secara keseluruhan dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : kompos mentis

3. Tanda vital : TD:110/70 mmHg, N:74x/m, R:20x/m, S:36,50C

4. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

5. R.Thoraks : C: BJ I-II reguler, bising (-)

P: Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

6. R.Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal

Hepar dan Lien tidak teraba

7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologis

Gejala rangsang selaput otak (-), Pupil: bulat isokor, refleks cahaya +/+.

N. Kranialis : baik. Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas baik

Refleks fisiologis: normal. Refleks patologis (-).

C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

11

VI. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. KR, 64 tahun, suku Bantik, Kristen Protestan, menikah, memiliki

2 orang anak, saat ini sebagai pensiunan, tinggal di Malalayang datang

dengan keluhan ke Poliklinik Kesehatan Jiwa pada tanggal 11 mei 2015,

dengan kelihan yaitu Mual dan muntah, nyeri perut, sulit tidur, pasien

merasa cemas dan takut dengan sakitnya.

Awalnya muncul keluhan yaitu saat pasien sedang bermasalah dengan

kakak pasien. Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan hal ini. Sejak

bermasalah dengan kakak pasien, pasien takut, cemas, sulit tidur, gangguan

pola makan serta terbayang – bayang tentang kematian. Pasien juga

mengeluhkan cepat lelah saat beraktivitas, kehilangan semangat, dan

perasaan sedih terus menerus.

Dalam pemeriksaan status mental, mood hipotimia, afek menyempit.

Pasien terlihat kurang bersemangat. Tidak ada periode manik ataupun

hipomanik. Dari pemeriksaan fisik tidak didapati adanya kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental,

menunjukkan keadaan yang cukup baik. Keluhan pasien Mual muntah, nyeri

perut, pasien merasa cemas dan takut terhadapa penyakitnya. Berdasarkan

anamnesis didapatkan pasien sulit tidur, nafsu makan berkurang, tidak

bersemangat dalam melakukan aktivitas, terbayang kematian, cepat lelah.

Ditemukan juga sumber stressor pada pasien yang menyebabkan terjadinya

gangguan medis. Pada Aksis I, kriteria diagnostik pasien ini adalah gangguan

depresi mayor dengan tingkat depresi berat.

Pada Aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah ciri kepribadian obsesif-

kompulsif. Hal ini dilihat dari aktivitas pasien yang sering melakukan segala

sesuatu sesuai dengan aturan-aturan, ketertiban. Pasien selalu berusaha

menyelesaikan semuanya dengan sempurna.

Pada aksis III , pasien memiliki gangguan medis yaitu Gastritis.

12

Pada aksis IV, Masalah keluarga yang timbul yaitu kakak pasien yang

sering meminta uang kepada pasien, marah –marah dan mengancam pntuk

membunuh pasien, sehingga pasien merasa cemas dan takut.

Pada aksis V, Global Assessment of Fungsional (GAF) scale, current 70 -

61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik. HLPY : 60 -51 : beberapa gejala sedang atau disabilitas

yang moderat dalam pekerjaan sosial atau fungsi sosial.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Depresi Mayor

Aksis II : Ciri kepribadian obsesif-kompulsif

Aksis III : Gastritis

Aksis IV : Masalah keluarga

Aksis V : GAF current : 70 – 61 : beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum

masih baik. GAF HLPY : beberapa gejala sedang atau

disabilitas yang moderat dalam pekerjaan sosial atau fungsi

sosial.

IX. PROBLEM

A. Organobiologi : pasien mengalami gastritis.

B. Psikologi : mengalami gangguan depresi

C. Lingkungan & ekonomi sosial : Kesulitan dalam interaksi sosial,

pasien hanya mengurung diri dalam

rumah mengkhawatirkan sakitnya.

X. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmako

Fluoxetine 20 mg 1 – 0 – 0

Diazepam 5 mg 0 – 0 – 1

13

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial

1. Terhadap pasien

Psikoterapi Suportif

Pada pasien diberikan motivasi dan memberikan dukungan agar

pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi

hidup ini

Psikoterapi Reedukatif

Memberikan edukasi dan dukungan agar memahami ganggunnya

lebih lanjut, cara pengobatan efek samping yang dapat muncul, serta

pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat

Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Pada pasien depresi perlu adanya terapi perilaku kognitif untuk

mengatasi gejala depresi pasien. Terapi perilaku kognitif atau cognitive

behavioral therapy disarankan untuk diberikan pada pasien oleh terapis

atau psikiater. CBT pada pasien depresif diberikan dalam beberapa bagian

besar yang terdiri dari beberapa sesi. Terapi ini dibagi dalam tiga bagian

besar : (1) bagaimana pikiran mempengaruhi mood (2) bagaimana

aktivitas mempengaruhi mood (3) bagaimana hubungan mempengaruhi

mood.

2. Terhadap keluarga

Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan

pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit. Menyampaikan

informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab

penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat

memahami menerima kondisi pasien untuk minum obat dan control secara

teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

14

XI. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

XII. ANJURAN

Dianjurkan kepada keluarga pasien agar dapat mengawasi pasien, memotivasi

pasien, dan membantu pasien. Selain itu memberikan konseling kepada

keluarga terhadap penyakit yang dialami oleh pasien, sehingga keluarga juga

dapat membantu pemulihan kondisi pasien.

XIII. DISKUSI

Diagnosis

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang

berhubungan dengan suatu penderitaan. Depresi merupakan kondisi

emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat

mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain

dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta

kesenangan dalam aktivitas yang biasa di lakukan. Depresi merupakan

gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DSM yang dikenal sebagai

gangguan afektif. Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada

alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,

kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa.

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis

didapatkan pasien terdapat perasaan tertekan dan kehilangan minat serta

semangat, perasaan sedih yang terus menerus, pasien juga didapati sulit tidur

dan nafsu makan berkurang.Pasien juga merasa cemas dan takut dengan

sakitnya. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 8 bulan yang lalu. Interaksi

sosial pasien juga berkurang.

15

Berdasarkan DSM V

Kriteria Diagnostik Gangguan Depresi Mayor

A. 5 atau lebih gejala yang ada dan bertahan dalam waktu 2

minggu dan terjadi perubahan dari fungsi sebelumnya:

setidaknya satu gejala ada (1) mood depresi (2) kehilangan

minat

1. Perasaan depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

seperti yang ditunjukan dengan satu gejala subjektif (sedih,

kosong, putus asa) atau dari pengamatan orang lain

2. Terlihat nyata berkurang minat dan kesenangan dalam

semua atau hampir semua kegiatan sepanjang hari, hampir

setiap hari seperti yang ditunjukkan oleh salah satu hal

subjektif atau berdasarkan pengamatan)

3. Kehilangan berat badan secara signifikan tanpa diet atau

naik berat badan (kehilangan 5% berat badan dalam satu

bulan), atau nafsu makanyang menurun atau meningkat

hampir setiap hari

4. Insomnia atau hipersomnia setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi setiap hari

6. Kelelahan atau kehilangan energy setiap hari

7. Perasaan yang tidak dibutuhkan atau tidak pantas atau rasa

salah yang berlebihan hampir setiap hari

8. Berkurang kemampuan berpikir atau konsentrasi atau rasa

bersalah yang tidak pantas setiap hari

9. Pikiran berulang tentang kematian (tidak hanya rasa takut

mati), pikiran berulang tentang bunuh diri tanpa rencana

spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana spesifik untuk

bunuh diri

B. Gejala yang ada menyebabkan distress klinik yang signifikan

atau impairment dalam kehidupan social atau hal penting

16

lainnya

C. Episode ini tidak disebabkan gangguan fisiologi atau substansi

dari kondisi medis lain

D. Terjadi episode depresi major yang tidak dapat dijelaskan

dengan gangguan skizoafektif, skizofrenia, skizofreniform,

delusi, atau skizofrenia spectrum yang spesifik dan tidak

spesifik dan gangguan psikotik lainnya

E. Tidak pernah ada episode manic atau hipomanik

Berdasarkan PPDGJ III hal ini sesuai dengan kriteria yaitu :

Gejala utama meliputi :

1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan

2. Kehilangan minat dan semangat

3. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan

mudah lelah.

Gejala lain meliputi :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Perasaan bersalah dan tidak berguna

3. Tidur terganggu

4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri

6. Pesimistik

7. Nafsu makan berkurang

Pasien digolongkan dalam episode depresif berat tanpa gejala

psikotik. Pada pasien terdapat 3 gejala utama depresi dan 4 dari gejala

lainnya. Pasien sudah mengalaminya lebih dari dua minggu. Pasien juga

sudah tidak mampu meneruskan kegiatan sosial dan kegiatan rumah

tangga.

17

Ciri kepribadian obsesif – kompulsif adalah sebagai berikut

Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental

dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,

dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang

ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :

1. Terpreokuasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan, atau jadwal

sampai tingkat dimana aktivitas utama hilang

2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas

(misalnya, tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak

memenuhi standarnya sendiri yang terlalu ketat)

3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai

mengabaikan aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh

kebutuhan ekonomi yang besar)

4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas,

etika, atau nilai-nilai

5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna

walaupun tidak memiliki nilai sentimental

6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain

kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan

7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang

lain, uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana

dimasa depan

8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala

Terapi

Fluoxetine merupakan antidepresan oral yang secara kimia tidak

berhubungan dengan antidepresan trisiklik, tetrasiklik atau antidepresan

lainnya. Fluoxetine bekerja secara spesifik dan selektif menghambat re-

uptake serotonin pada sinapsis neuron, tetapi tanpa penghambatan pada re-

uptake sistem non adrenergik. Indikasinya adalah Fluoxetine diindikasikan

18

untuk pengobatan gangguan depresi mayor. Pasien juga diberikan diazepam

di malam hari agar penderita bisa tidur.

Keberhasilan pengobatan pasien tidak hanya dengan meminum obat

(farmakologi) namun juga melalui edukasi baik terhadap pasien maupun

keluarga. Keluarga pasien juga diberikan konseling keluarga dalam bentuk

menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan

penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga

dapat memahami menerima kondisi pasien untuk minum obat dan control

secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan dan memberikan

pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga

pada perjalanan penyakit.

Terapi perilaku kognitif

Pada pasien depresi perlu adanya terapi perilaku untuk meningkatkan

kepercayaan diri pasien. Terapi ini dibagi dalam tiga bagian : (1) bagaimana

pikiran mempengaruhi mood (2) bagaimana aktivitas mempengaruhi mood

(3) bagaimana akitivitas mempengaruhi mood.

Modul 1 : Pikiran. Tujuan dari modul ini yaitu memberikan informasi

mengenai bagaimana pikiran kita mempengaruhi mood. Sesi awal akan

menetapkan struktur dan tujuan dari sesi berikutnya. Yang terpenting bahwa

pasien tau bahwa yang akan dilakukan dalam wawancara ataupun dalam

terapi adaalah rahasia. Pada sesi pertama ini dimulai dialog tetntang depresi :

bagaimana pasien mengalami hal tersebut. Terapis menyajikan bahwa pada

modul pertama ini tujuannya adalah untuk memahami bagaimana pikiran kita

mempengaruhi suasana hati kita. Pikiran didefinisikan dalah tiga sesi.

Kemudian tiga sesi berikutnya mendeskripsikan bagaimana kesalahan

berpikir dapat berkaitan dengan depresi, serta bagaimana memodifikasi

suasana hati kita. Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan sesi dengan tujuan

member pasien strategi untuk meningkatkan pikiran positif dan mengurangi

pikiran negative yang tidak sehat sehingga dapat mengurangi gejala depresi.

19

Modul II: Aktivitas (Bagaimana aktivitas kita mempengaruhi suasana hati

kita). Sesi dalam modul ini memungkinkan peserta berpartisipasi dalam

kegiatan yang menyenangkan. Ada diskusi tentang kehadiran depresi yang

dapat membatasi keikutsertaan pasien dalam kegiatan yang menyenangkan,

sehingga meningkatkan gejala depresi. Selama sesi ini, kegiatan yang

menyenangkan didefinisikan dan hambatan untuk terlibat di dalamnya

diidentifikasi. Modul ini juga bekerja dengan cara belajar untuk menetapkan

tujuan yang jelas dapat membantu mengurangi depresi. Langkah-langkah

dalam menetapkan tujuan dicapai diajarkan dan dipraktekkan di sesi ini.

Tujuan utama dari modul ini adalah bahwa peserta meningkatkan kendali atas

hidupnya dan belajar untuk mengidentifikasi alternatif yang akan

memungkinkan serta memberikan dia kebebasan dalam menentukan

pilihan.Bersama-sama dengan terapis, tujuan dan kegiatan yang ditetapkan

yang akan membantu meningkatkan suasana hati peserta.

Modul III: Hubungan (Bagaimana Hubungan kita mempengaruhi suasana

hati kita) Sesi dalam modul ini memperkenalkan konsep bagaimana hubungan

kita mempengaruhi suasana hati kita. Dukungan sosial dan bagaimana hal itu

membantu kita menghadapi situasi sulit dibahas. Peserta belajar untuk

mengidentifikasi dan memperkuat jaringan dukungan sosial mereka. Sesi

terakhir mengintegrasikan tema dari modul sebelumnya. Terapis bersama-

sama dengan peserta memeriksa bagaimana pikiran mempengaruhi kegiatan,

dukungan sosial dan hubungan peserta terlibat dalam. Latihan ini digunakan

untuk mengajarkan keterampilan komunikasi yang akan membantu peserta

membangun hubungan. Setelah sesi berakhir, evaluasi terapi dilakukan

dengan peserta untuk mengidentifikasi keberhasilan yang dicapai.

XIV. WAWANCARA

20

Wawancara dilakukan di Poliklinik kejiwaan RS. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang

pada tanggal 8 Mei 2015.

Keterangan :

Q : Pemeriksa

A : Pasien

Q : Selamat siang bu,,,

A : Slamat siang dok...

Q : Saya dokter muda cliff, ini dgn ibu siapa?

A : ibu K. R. Dokter,,,,

Q : tinggal dimana bu?

A : di malalayang dokter...

Q : so umur brapa dg ini?

A : 64 dokter...

Q : ada yang bisa dibantu bu? Ada keluhan apa datang berobat?

A : Qt pe puru saki dokter taputar-putar... kg mual muntah le

Q : so brapa lama Bu?

A : kira-kira 4 bulan lalu dok, kita so 4 kali maso rumah saki dokter

Q : Oh iyo kong ada keluhan laeng le?

A : ada dokter, qt susah ja tidor malam dokter.

Q : so brapa lama bu?

A : so lama dokter... bagini kwa dokter, kita ada masalah dengan tpe keluarga

tepatnya kita pe kakak, mar sudah kw dokter, so nda skarang..

21

Q : Masalah apa bu? Kong so brapa lama?

A : Sebenarnya rahasia dokter, mar qt cerita jo... So lama kwa ini dokter, so dari 8

bulan ato 9 bulan lalu dokter. Tpe kaka laki-laki dokter bekeng qt stres dulu, apa

dia mo minta kita musti kase.

Q : hmm, minta doi ato bagmana bu?

A : dia kwa dokter pang ba pake obat, narkoba dokter. Jadi dia j minta akang doi p

qt , ato minta mkang, ato apapun itu... kong kita musti mo kase...

Q : klo ibu nd kase dang?

A : So sagala macam dokter dia ja bilang, dia ancam mo bunung lah, ato mo

pukul..

Q : ohh. Kong bagimana ibu saat itu dang?

A : Pertama kita kase-kase, mar akhirnya qt stress,, tiap kita lia p dia tpe kapala

saki, ba suar dingin dokter.. stress skali pokoknya.

Q : ibu pe stress bagimana? Cuma susah tidor ato? Makan bagmana?

A : stress skali dokter, qt sampe manangis-manangis dokter, tiap malam Cuma ta

bayang-bayang, ba pikir truss...

Q : ibu pe kegiatan hari-hari dang?

A : masih ja bkg noh, mar so susah, ja ta pikir trusss... tiap malam qt so ja

tabayangkan mo mati dokter, ta so ja ta bayang-bayang qt pe org tua dg dorang

samua yang so lebe dulu mati...

Q : mar ibu nda sampe ba pikir mo bunuh diri toh?

A : nda dokter, qt tako mo mati, masih suka mo umur panjang.

Q : Itu perasaan itu muncul tiap hari? Ato kadang-kadang?

A : Tiap hari dokter....

Q : Tiap hari ibu sedih-sedih, ilang smangat, susah tidor, susah makan?

22

A : iyo dokter...

Q : Pernah nda, di satu saat tiba-tiba ibu senang bagitu? Tiba-tiba rasa sanang,

walaupun nd ada alasan?

A : nyanda pernah noh dokter, mo sanang bagimana kalo amper tiap hari rasa stres

qt dokter....

Q : kong ibu pe keluhan yang skarang ini dang muncul pas itu masalah ato?

A : Sementara itu masalah dokter... pas 4 bulan lalu qt lebe stres, tpe kakak maso

rumah saki kong tpe sudara-sudara laeng so nimau lia p dia. Dia ada cilaka, so

lumpuh, jadi akhirnya qt pi lia jo walaupun dia bkg susah pa qt dokter.

Q : saat itu ibu lebe stres ato?

A : Iyo noh dokter...

Q : skarang dang?

A : skarang so nda stres dg itu dokter, dia so meninggal, jadi sudah noh... skarang

qt stress dg qt pe saki ini, tape maag saki skali mar drg bilang nda apa-apa kata

dokter. Terakhir qt maso di siloam dua minggu. Qt so suru endoskopi, ada rupa

luka ato blas bagitu pa qt p maag kata dokter. Terakhir di siloam kong tpe

kamanakan suru pigi ka dokter psikiater kage kata karna qt p stress...

Q : ohh iyo ibu, boleh jadi juga sih. Ibu pe stress skarang deng dulu bagimana

dang? Mana lebe stress?

A : adoh dokter, tetap yang dulu... qt sampe manangis-manangis, ilang nafsu

makan, kong susah tidor,... so nda smangat... kacau pokoknya dokter...

Q : waktu itu bagimana bu? Ibu capat lalah?

A : iyo dokter, kong tambah le terakhir qt s nd ja makan bae-bae, karna itu sto qt

pe maag muncul...

Q : waktu b priksa di rumah sakit bgmana dpe hasil?

A : dorang Cuma da bilang Cuma maag biasa, ada blas sadiki skali kata...

23

Q : ohhh iyo dang ibu,,, ibu kemungkinan memang mungkin sakit yang skrang

ada dpe hubungan dengan ibu p stress dulu ne, mar trg musti lia ulang nanti ne..

sabantar dokter mo priksa dg mo kase obat... ne..

A : oh iyo dokter makase neh...

Q : oh iyo bu, nanti qt mo berkunjung ke rumah ne... mo lia ibu p perkembangan,

boleh bu? Nanti qt hubungi kalo boleh...

A : oh iyo dokter... boleh skali

Q : oh iyo bu trima kasih ne. Nanti qt hubungi pa ibu ulang, skarang tunggu di

luar dulu ne nanti pangge ulang...

A : oh iya dokter, trima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

24

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010.

2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan dari PPDGJ III dan

DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.

2013.

3. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.

4. Maslim R. Penggunaan Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2014.

5. Rosello J, Bernal G. Treatment Manual for Cognitive Behavioral

Therapy for depression. University of Pueto Rico. 2007.

Lampiran

25

Lapiran 1. Home Visit

26