strategi pemerintah dalam penanganan konflik …

96
Skripsi STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK ANTARA (ASS DAN AMPSB) DI DESA BILA Disusun dan Diusulkan Oleh : FAHRUDDIN P. DEPPARAGA Nomor Stambuk :105640232715 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

Skripsi

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK

ANTARA (ASS DAN AMPSB) DI DESA BILA

Disusun dan Diusulkan Oleh :

FAHRUDDIN P. DEPPARAGA

Nomor Stambuk :105640232715

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

ii

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK ANTARA

(ASS DAN AMPSB) DI DESA BILA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

Fahruddin P. Depparaga

Nomor Stambuk :105640232715

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila

Nama Mahasiswa : Fahruddin P. Depparaga

Nomor Stambuk : 105640232715

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Amir Muhiddin, M.Si

Pembimbing II

Dra. Hj. St. Nurmaeta, MM

Mengetahui :

Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si

Ketua Jurusan

Ilmu Pemerintahan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si

Page 4: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

iv

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan/undangan menguji ujian skripsi

Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, nomor : 0083/FSP/A.3-

VIII/II/41/2020 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam

program studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari

Jumat tanggal 14 Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua Sekertaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si

Penguji :

1. Dr. Amir Muhiddin, M. Si (Ketua) (…………………………)

2. Dra .Hj. ST. Nurmaeta, MM (…………………………)

3. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si (…………………………)

4. Ahmad Taufik, S.IP., M.Si (…………………………)

Page 5: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Fahruddin P. Depparaga

Nomor Stambuk : 105640232715

Program Studi : IlmuPemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

aturan yang berlaku,sekalipun itu pencabutan akademik.

Makassar , 10 Juli 2019

Yang Menyatakan

Fahruddin P. Depparaga

Page 6: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

vi

ABSTRAK

Fahruddin P. Depparaga. Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila (dibimbing oleh Amir Muhiddin dan Hj. St.

Nurmaeta)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB di Desa Bila. Untuk mengetahui

faktor pendukung dan penghambatStrategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara ASS dan AMPSB di Desa Bila. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah

5 (lima) orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe

Femonologi.Dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui

wawancara dan observasi langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh

dari data yang telah dikumpulkan peneliti melalui dokumen yang berkaitan dengan

penelitian.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa adanya.(a)Memahami

Masalah,menujukkan bahwa untuk memahami masalah pemerintah dengan

menerima laporan dari warga bahwa kegiatan tambang ini di luar batas yang telah

di tentukan dan tidak di lengkapi dokumen perizinan tambang.(b)Merencanakan

Pemecahan dengan merencanakan melakukan kunjungan ke lapangan melihat

langsung kondisi di lokasi jika ditemukan kerusakan maka kami akan melaporkan

ke pihak berwajib selain itu melakukan investigasi oleh WALHI SulSel terkait

dampak yang di rasakan terkait dampak lingkungan ,dampak sosial dan dampak

ekonomi yang di alami masyarakat dan untuk sebagai kelengkapan dokumen

pelaporan ke kantor polisi. (c)Melaksanakan Rencana dengan melakukan diskusi

membahas perkembangan penambangan ilegal dan mendapatkan dukungan dari

kepala Desa dan Kepala Camat (d) Melihat Kembali bahwa belum ada tindakan

proses hukum dilakukan terkait pengerusakan lingkungan dan penambang yang

ilegal dan aktivitas tambang hanya terhenti sementara waktu serta tindakan

pemerintah setempat belum efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut. Faktor

pendukung dan penghambat strategi pemerintah dalam penanganan konflik antara

(ASS dan AMPSB) di desa Bila bahwa faktor pendukung adanya bantuan dari

berbagai pihak yang siap mendampingi masyarakat seperti Kepala Camat,Kepala

Desa ,WALHI Sulsel dan Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia

(PBHI). Sedangkan yang menjadi faktor penghambat Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB di Desa Bila bahwa kurangnya

respon atau tanggapan Kapolres Sidrap dalam menindak lanjuti kasus tambang

ilegal ini.

Kunci :Konflik Penambangan.

Page 7: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan

AMPSB)Di Desa Bila”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya Alm.ibunda Hj.St . Farida S.Pd

dan ayahanda Ir. Abd Jaris Jafar atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta

do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT

sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam

menggapai cita-cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi

semangat dan dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat, bapak Dr. Amir Muhiddin, M.Si selaku pembimbing Idan Dra. Hj. St.

Nurmaeta, MM selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan

tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari

awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Page 8: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

viii

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar.Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.Ibu

Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan yang

selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan

administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.Bapak dan Ibu dosen Ilmu

Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama

mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak

membantu penulis.Pihak Kantor Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng

Rappang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah

Makassar, terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas

G,. Janwar, Baso, Rifki, Musakkar, Aswar, Ardi, Cahya, Ayu, Innah, Egha, Nunu,

Riska, Dewi, Dillah, Elma, Kiki, Fatma, Rahma, Almukram, Siska, Aldi, Karmin,

Syakir, Fahrun, Wahyudi, Vista, Rizal, Wahdania, Akbar, Hamzah, Fani, dan

teman-teman Big Family BM, Big Family Jo’Ca ,Big Family Kusasi.

Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak

atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi

kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan

yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Page 9: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

ix

Makassar, 17 Desember 2019

Fahruddin P. Depparaga

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................ ii

Page 10: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

x

Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii

Halaman Penerimaan Tim ................................................................................ iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. v

Abstrak ................................................................................................................ vi

Kata Pengantar ................................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9

A. Konsep Strategi Pemerintah .................................................................... 9

B. Konsep Konflik ....................................................................................... 14

C. Bentuk Konflik ....................................................................................... 14

D. Konsep Pertambangan ............................................................................ 20

E. Konsep Perlawanan ................................................................................. 24

F. Kerangka Pikir ........................................................................................ 33

G. Fokus Penelitian ...................................................................................... 34

H. Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 36

B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................................... 36

C. Jenis dan Sumber Penelitian .................................................................. 37

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38

E. Informan ................................................................................................. 39

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40

G. Keabsahan Data ..................................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 44

A. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 44

B. Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB

Di Desa Bila ............................................................................................ 59

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila ................ 69

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 74

A.Kesimpulan ............................................................................................ 74

B.Saran ...................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 79

Page 11: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam

kehidupan,bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan

bergelut dengan konflik.Demikian halnya dengan kehidupan organisasi,anggota

organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik.Perubahan atau inovasi baru sangat

rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman

yang memadai terhap ide-ide yang berkembang.

Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada berbagai

tingkat kompleksitas.Konflik merupakan sebuah duo yang dinamis.Tata kelola

konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi.Pemimpin organisasi dituntut

menguasai Tata kelola konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif

untuk meningkatkan mutu organisasi.

Tata kelola konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku

maupun pihak luar dalam suatu konflik. Tata kelola konflik termasuk pada suatu

pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk

komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana

mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di

luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi

yang akurat tentang situasi konflik

Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada

kepercayaan terhadap pihak ketiga.Menurut Ross (1993), Tata kelola konflik

Page 12: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

2

merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam

rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak

mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau

tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau

agresif. Tata kelola konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam

memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan

keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses Tata

Kelola konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku

dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap

konflik.Sementara Minnery (1980) menyatakan bahwa Tata kelola konflik

marupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.

Minnery (1980) juga berpendapat bahwa proses Tata kelola konflik

perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya

bahwa pendekatan model Tata Kelola konflik perencanaan kota secara terus

menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif

dan ideal.Sama halnya dengan proses Tata kelolan konflik yang telah dijelaskan

diatas, bahwa Tata Kelola Konflik meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan

terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi

karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jikabermanfaat maka

dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan

untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau

pihak ketiga dalam mengelola konflik.

Page 13: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

3

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang sangat

melimpah. Berbagai sumber daya alam terkandung diperut bumi Indonesia, seperti

batu bara, emas, minyak bumi, nikel, pasir, dan lain-lain. Seiring dengan

perkembangan zaman dan peningkatan taraf kehidupan yang menuntut pemenuhan

yang semakin meningkat, maka manusia mulai melakukan berbagai cara untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sumber daya pertambangan merupakan sumber daya yang tidak dapat di

perbaharui, maka dari itu kegiatan pertambangan harus berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan. Keberadaan Tambang galian C (pasir) ditengah-tengah

masyarakat merupakan wujud usaha masyarakat dalam mempertahankan hidupnya

melalui usaha meningkatkan pendapatan.Penambang dan masyarakat yang

bermukim di sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi.

Kerusakan sumber daya alam terus mengalami peningkatan, baik dalam

jumlah maupun sebaran wilayahnya.Secara fisik kerusakan tersebut disebabkan

oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan individu itu sendiri, bukan hanya dalam

kawasan produksi yang dibatasi oleh daya dukung sumber daya alam, melainkan

juga terjadi di dalam kawasan lindung dan konservasi yang telah ditetapkan

sebelumnya.Kerusakan lingkungan karena eksploitasi tanah/pasir di sungai juga

terjadi di Desa Bila.

Jumlah penduduk yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang lesu

mengakibatkan merebaknya sebagian pengusaha lain beralih menjadi penambang

bahan galian C (pasir) tampa memperhatikan konservasi lahan. Pemerintah telah

mengatur kegiatan penambangan tersebut dengan mengeluarkan Undang-undang

Page 14: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

4

Nomor 11 tahun 1967 yang kemudian diganti dengan keberadaan Undang-undang

Nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara. Kedua Undang-

undang tersebut sama-sama mengatur tentang pengelolaan bahan galian dan sistem

pengelolaannya.

Menteri Keuangan No.7 Tahun 2006 dan PermendagriNo. 61 Than 2007,

Pola Tata kelola merupakan peraturan internal yang dimaksudkan sebagai upaya

untuk menjadikan lembaga pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif dan

produktif. Pola Tata kelola ini akan mengatur mengenai Organisasi yang

menerapkan PKK-BLUD.Penggolongan bahan galian dalam UU No.4 Tahun 2009

diatur berdasarkan pada kelompok usaha pertambangan yaitu pertambangan

mineral dan pertambangan batubara.

Pertambangan mineral digolongkan menjadi empat jenis yaitu

pertambangan mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, dan

pertambangan batuan.Seiring datangnya era otonomi daerah yang kemudian

diterapkanya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

maka setiap daerah memiliki hak untuk mengelola sendiri segala urusan

pemerintahanya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahnya. Maka

pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam mengelola sumber daya alam

yang dimiliki daerahnya dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat, karena

otonomi daerah pada prinsipnya bertujuan untuk memacu pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan

Page 15: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

5

pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis

dan bertanggung jawab.

Diterapkannya otonomi daerah maka daerah memiliki kewenangan dalam

memanfaatkan segala sumber daya yang ada di daerahnya, termasuk pemanfaatan

dan pengelolaan bahan galian mulai dari penerbitan izin sampai dengan

pengawasan dan pengendalian berada ditangan pemerintah daerah disatu sisi telah

mendorong tumbuh kembang dan bergairahnya investasi dibidang

pertambangan.Salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan memiliki potensi

pertambangan yang potensial yaitu Kabupaten Sidenreng Rappang(sering disingkat

Sidrap). Potensi pertambangan yang ada di Sidrap meliputi, pasir,sertu, batuan, dan

lain-lain.

Sungai Bila merupakan sungai yang bermuara ke Danau Tempe, Kabupaten

Wajo.Di sungai ini terdapat bendungan yang didirikan oleh pemerintah pusat pada

tahun 1995.Aliran sungai Bila di Desa Bila Riase juga merupakan sumber

pengairan bagi aktifitas pertanian masyarakat mulai dari Kecamatan PituRiase,

hingga KecamatanManianPajo, Kabupaten Wajo.

Aliran Sungai Bila mampu mengairi sawah masyarakat seluas 7.488 Ha,

Selain itu Sungai Bila merupakan sumber air bagi sekitar 16.500 warga, serta area

ikan tawar yang selalu ditangkap oleh masyarakat untuk makan sehari-hari. Bahwa

saat, ini sungai Bila telah rusak akibat aktifitas tambang APTASI

(AliansiSenambang Sidrap).Sungai yang dulunya menjadi sumber penghidupan

masyarakat telah berubah menjadi kubangan yang tidak memiliki manfaat,

melainkan area yang berbahaya.

Page 16: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

6

Tambang galian batuan di sungai Bila mulai beraktivitas pada tahun 2008,

dan berakhir pada tahun 2014 sesuai izin pemerintah Sulawesi Selatan tapi hingga

saat ini aktifitas tambang masih berjalan. Bahkan bukan cuman itu, kegiatan

tambang di Sungai Bila juga telah merusak lahan perkebunan masyarakat Desa Bila

Riase dan sejak kegiatan tambang beroperasi di Sungai Bila, telah ada 5 orang yang

meninggal dunia di lokasi penambangan. Masyarakat sekitar menilai bahwa

kegiatan tambang yang dilakukan oleh Pengusaha tambang telah berada diluar batas

yang telah ditentukan, Pengusaha tambang melakukan aktifitas penambangan tanpa

dilengkapi surat perizinan.

Masyarakat sekitar dan yang peduli terhadap sungai Bila, Kecamatan Pitu

Riase membentuk suatu Organisasi yakni AMPSB (Aliansi Masyarakat Peduli

Sungai Bila), yang semenjak adanya Tambang galian C di sungai Bila, Kecamatan

Pitu Riase masyarakat sangat tidak setuju karena yang di takutkan oleh masyarakat

mulai dari, Dampak Lingkungan, Sosial dan Ekonomi. Hal ini karna tidak adanya

upaya menjaga kelestarian Lingkungan. Masyarakat sangat resah akibat dampak

yang terjadi, jadi tokoh masyarakat lakukan sosialisasi dengan masyarakat untuk

membicarakan upaya mencegah aktifitas tambang untuk beroperasi dan sepakat

untuk memblokade/menutup jalan yamg selalu dilewati pekerja tambang agar

aktifitas tambang tidak berjalan karna pekerja tambang tidak bisa masuk di area

pertambangan, Sehingga terjadi konflik antara AMPSB dan perkumpulan

pengusaha tambang atau pekerja tambang yang biasa di sebut aliansi senambang

sidrap (ASS),hal ini di perlukan upaya pemerintah mengatasi konflik ini .

Page 17: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

7

Penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh masalah

tersebut dengan mengangkat judul penelitian tentang “Strategi Pemerintah

Dalam Penanganan Konflik Antara ASSdan AMPSB Di Desa Bila”

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah:

1. Bagaimana Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

AMPSB dan ASS Di Desa Bila.

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara AMPSB dan ASS Di Desa Bila.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

AMPSB dan ASS Di Desa Bila.

2. Untuk mengetahui faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pemerintah

Dalam Penanganan Konflik Antara AMPSB dan ASS Di Desa Bila.

Page 18: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi :

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan pendidikan ilmu pemerintahan dalam mengenai Strategi

Pemerintah.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak-pihak

memerlukannya untuk keperluan riset akademik maupun bagi peneliti.

Page 19: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Strategi Pemerintah

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti

yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang,

atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa strategi

berkaitan erat dengan peperangan. Namun sekarang ini, istilah strategi digunakan

oleh sejumlah organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula

tetap dipertahankan, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang

menerapkannya.

Marrus (2002) Mendifinisikanstrategi merupakan sutau proses penentuan

rencana para pemimipin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut tercapai.

Menurut Blueck dan Jaunch (dalam Saladin, 2003) Definisi strategi ialah

sebuah rencana yang disatukan, luar dan terintegritas yang menghubungkan dan

yang direncanakan untuk memastikan bahwa tujuan utam dapt dicapai melalui

pelaksaan yang tepat oleh organisasi. Beberapa faktor penting dalam strategi, yaitu:

a. Adanya rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan.

b. Adanya analisis terhadap lingkungan.

c. Strategi dirancang untuk tujuan dan sasaran yang dicapai.

Page 20: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

10

Pernyataan diatas juga didukung oleh Mulyana (dalam Umar, 2002)

menjelaskan ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan

lingkungan secara efektif yang terbaik. Terdapat unsur penting dalam pengertian

strategi, yaitu kemampuan sumber daya, lingkungan, dan tujuan. Rumusan strategi

paling tidak mesti memberikan informasi apa yang akan dilakukan, mengapa

dilakukan demikian, siapa yang bertanggung jawab dan mengoperasikan, berapa

besar biaya dan lama waktu pelaksanaan, hasil apa yang akan diperoleh.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Andrews (dalam Kuncoro,

2004) tentang strategi yaitu pola sasaran, tujuan dan kebijakan atau rencana umum

untuk meraih tujuan yang ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendifinisikan apa

bisnis yang dijalankan oleh perusahaan atau yang seharusnya dijalankan oleh

perusahaan.

Pendapat Itami (dalam Kuncoro, 2004) tentang strategi yaitu penetuan

kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk

mengkoordinasikan aktivitas sehingga perusahaan dapat mnyesuaikan dan

mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas

lingkungan yang diingikan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang

hendak dijalankan.

Strategi menurut Kuncoro (2004) strategi berkaitan dengan keputusan

“besar” yang dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan

yang menetukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada “pola

tujuan” dan “kerangka kerja” menyatakan bahwa strategi berkaitan dengan perilaku

yanag konsisten, maksudnya bahwa strategi berkaitan dengan perilaku yang

Page 21: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

11

konsisten, maksudnya ketika suatu strategi telah ditetapkan , maka perusahaan tidak

dapat menariknya kembali. Ide bahwa strategi “menetapkan bahwa keputusan

strategi yang dibuat perusahaan seharusnya “menyatakan bahwa keputusan strategi

yang dibuat perusahaan seharusnya mampu menciptakan keunggulan kompetitif

perusahaan, yang nantinya akan menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam

lingkungan yang kompetitif.

Menurut Suwarsono (2012) mengatakan strategi pengembangan adalah

suatu strategi dikatakan sebagai strategi pengembangan jika secara sengaja

organisasi mendesain strategi yang hendak meningkatkan status, kapasitas, dan

sumber daya yang pada ujungnya akan melahirkan postur organisasi baru yang

berbeda dimasa depan.

Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti menyuruh

melakukan sesuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan

yang memerintah suatu Negara (daerah Negara) atau badan tertinggi yang

memerintah suatu Negara, seperti kabinet merupakan suatu pemerintah. Undang-

Undang Nomor 23/2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No

32/2014tentang pemerintahan Derah yang lama.

Kelahiran undang-undang tersebut untuk menjawab kebutuhan tuntutan

reformasi yang memberikan implikasi dan simplikasi terhadap kedudukan DPRD

berbalik menjadi lebih kuat di banding kekuasaan eksekutif, dengan beberapa

kewenagan yang di miliki, antara lain kewenangan memilih kepala daerah dan

kewajiban kepala daerah untuk memberikan laporan pertanggungjawaban

mengenai penyelenggaraan pemerintah daerah, serta beberapa hak lainnya misalnya

Page 22: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

12

hak meminta keterangan, hak penyelidikan, hak menyatakan pendapat, dan hak

menentukan anggaran DPRD. Sedangkan yang dimaksud pemerintah daerah adalah

kepala daerah sebagi unsur penyelenggara pemerintah daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikan kewenangan daerah otonom.

Kepala daerah dalam konteks Indonesia adalah gubernur (kepala daerah

provinsi), bupati (kepala daerah kabupaten), atau walikota (kepala daerah kota).

Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Sejak tahun 2005,

pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat

melalui pemilihan umum. Pasangan tersebut dicalonkan oleh partai politk atau

independen.

Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala

daerah. Kepala daerah untukProvinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut

Bupati dan untuk kota adalah walikota, serta di bantu oleh wakilnya. Kepala daerah

juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada pemerintah dan memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintah daerah kepada masyarakat.

Tugas dan fungsi pemerintah, pemerintah merupakan suatu gejala yang

berhubungan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan manusia dengan

setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan

dari sistem sosial, akan senantiasa menyangkut unsur-unsur pemenuhan kebutuhan

dasar manusia seperti keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan. Dalan

memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja sama dan berkelompok

Page 23: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

13

dengan orang lain. Lahirnya pemerintah pada awalnya adalah untuk menjaga suatu

sistem ketertiban didalam masyarakat, sehingga masyarakat tersebut bisa

menjalankan kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan masyarakat

modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah

kemudian berubah menjadi melayani masyarakat. Pemerintah moderen dengan kata

lain pada hakekatnya adalah pelayan kepada masyarakat.

Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk

melayani masyarakat untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai kemajuan

bersama(Rasyid, 2000) dan Gaebler (terjemahan Rasyid, 2000) mengatakan bahwa

pemerintah yang demokrasi lahir untuk melayani warganya dan karena itulah tugas

pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya. Dengan demikian

lahirnya pemerintah memberikan pemahaman bahwa kehadiran suatu pemerintah

merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat yang bertujuan untuk berbuat

baik bagi kehidupan dan kepentingan masyrakat, pemerintah dapat dipandang

sebagai suatu ilmu yaitu suatu yang mengajarkan bagaimana yang terbaik dalam

mengarahkan dan memimpin pelayan umum.

Keniscayaan inilah yang secara implicit dikatakan oleh Kelman dan Myers

(2009). Bukan tidak mungkin pemerintahan memiliki peluang yang besar untuk

meraih keberhasilan, sekalipun memiliki program dan strategi yang ambisius.

Ketika pemerintah berhasil memenuhi syarat-syarat pendahuluan yang diperlukan,

kemungkinan keberhasilan tetap terbuka. Hanya saja syarat-syarat yang diperlukan

tampak begitu banyak dan tidak mudah untuk dipenuhi. Sepertinya keberhasilan

Page 24: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

14

strategi selalu memerlukan kerja ekstra yang mungkin justru bisa jadi berupa kerja

ekstra luar biasa.

B. Konsep Konflik

Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti

bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan (Setiadi & Kolip 2011).

Lebih lanjut Webster dalam Pearce dan Robinson (2008) menyatakan bahwa

“conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau

perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Tetapi arti kata

itu berkembang dengan masukan “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas

berbagai kepentingan ide, dan lain-lain”. Dengan demikian istilah tersebut sekarang

juga menyentuh aspek psikologi, dibalik konfrontasi fisik yang terjadi selain

konfrontasi fisik itu sendiri.

C. Bentuk Konflik

Secara garis besar konflik dalam masyarakat dapat diklarifikasikan kedalam

beberapa bentuk berikut ini :

a. Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, menurut Lauer (2001) konflik dapat dibedakan

menjadi konflik destruktif dan konflik konstruktif.

1. Konflik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan

tidak senang, rasa bencidan dendam dari seorang ataupun kelompok terhadap

pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrok-bentrok fisik yang mengakibatkan

hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang,

Sambas dan lain sebagainya.

Page 25: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

15

2. Konflik Konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini

muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam

menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu

konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan.

Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.

b. Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik Kusnadi (2002) membaginya

menjadi 3 konflik yaitu :

1. Konflik Vertikal merupakan konflik antar komponen masyarakat didalam

suatu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi

antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

2. Konflik horisontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau

kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik

yang terjadi antar organisasi massa.

3. Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya

ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga

menimbulkan pertentangan yang ekstrem. Contohnya konflik yang terjadi

di Aceh.

c. Pengertian Strategi Penyelesaian Konflik

Menurut Nasikun (2003) menjelaskan beberapa strategi penyelesaian

konflik yang lazim dipakai yakni, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan).

Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah yakni,

cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara formal jika cara pertama

Page 26: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

16

membawa hasil. Berikut penjelasan dari ke empat bentuk strategi penyelesaian

konflik menurut Nasikun (2003), yakni :

1. Konsiliasi (conciliation): pengendalian semacam ini terwujud melalui

lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi

dan pengambilan keputusan-keputusan diantara pihak-pihak yang

berlawanan mengenai persoalan-persoalan yang mereka pertentangkan.

2. Mediasi (mediation): bentuk ini dilakukan bila kedua belah pihak yang

bersengketa bersama-sama sepakat untuk memberikan nasihat-nasihat

tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.

3. Arbitrasi : berasal dari bahasa latin arbitrium artinya melalui pengendalian,

dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi

berbeda dengan konsoliasi dan mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan

yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, artinya keputusan

seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima

keputusan itu ia dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi

sampai instansi pengadilan nasional yang tinggi.

4. Persiatan : didalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat

untuk memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan

konflik yang terjadi diantara mereka.

Sedangkan menurut Permadi (2011), menjelaskan bahwa Pendekatan

penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah

kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua

macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik yakni:

Page 27: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

17

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau

mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah

win-lose orientation.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin

yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha

memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok

dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua

kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.

Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang

memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini

menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok

lain.

d. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Menurut G. Polya

Goerge Polya dalam Veby (2012), memberikan saran untuk mengajar

mahasiswa matematika dan mini ensiklopedia istilah heuristik. Buku yang telah

Page 28: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

18

diterjemahkan dalam 17 bahasa dan telah terjual lebih dari satu juta eksemplar ini,

memperkenalkan 4 langkah dalam penyelesaian masalah yang disebut Heuristik.

Heuristik adalah suatu langkah-langkah umum yang memandu pemecah masalah

dalam menemukan solusi masalah. Heuristik tidak menjamin solusi yang tepat,

tetapi hanya memandu dalam menemukan solusi dan tidak menuntut langkah

berurutan. Empat langkah tersebut yaitu memahami masalah, merencanakan

pemecahan, melaksanakan rencana, dan melihat kembali.

1. Memahami Masalah

Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena semata-mata

mereka tidak memahami masalah yang dihadapinya. Atau mungkin ketika suatu

masalah diberikan kepada anak dan anak itu langsung dapat menyelesaikan masalah

tersebut dengan benar, namun soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.

Untuk dapat memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami bahasa

atau istilah yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan apa yang

diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup,

kondisi/syarat apa saja yang harus terpenuhi, nyatakan atau tuliskan masalah dalam

bentuk yang lebih operasional sehingga mempermudah untuk dipecahkan.

Kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah dapat diperoleh dengan rutin

menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin

dalam latihan pemecahan masalah akan memiliki nilai tes pemecahan masalah yang

lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang jarang berlatih mengerjakan soal-soal

pemecahan masalah. Selain itu, ketertarikan dalam menghadapi tantangan dan

Page 29: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

19

kemauan untuk menyelesaikan masalah merupakan modal utama dalam pemecahan

masalah.

2. Merencanakan Pemecahan

Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari seberapa

sering pengalaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin sering kita

mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian masalah itu akan

semakin mudah didapatkan. Untuk merencanakan pemecahan masalah kita dapat

mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau mengingat-ingat

kembali masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan sifat / pola

dengan masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur

penyelesaiannya.

3. Melaksanakan Rencana

Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah,

yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan

ketekunana dan ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.

4. Melihat Kembali

Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisi dan mengevaluasi apakah

strategi yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain

yang lebih efektif, apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya.

Ini bertujuan untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk

mencoba masalah baru yang akan datang.

D. Konsep Pertambangan

Page 30: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

20

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi

mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah proses

pengambilan material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi. Tambang adalah

tempat terjadinya kegiatan penambangan.

Pertambangan adalah nama benda (dalam hal ini nama kegiatannya),

tambang adalah nama tempat, dan penambangan adalah prosesnya. Kegiatan,

teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari

prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,

pengangkutan, sampai pemasaran.

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian

(mineral, batubara, panas bumi, migas).

Pengertian Pertambangan Sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009Pasal 1Dalam

Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara

yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,

konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

penjualan, serta kegiatan pascatambang.

2. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang

memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau

gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau

padu.

Page 31: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

21

3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk

secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

4. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang

berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta

air tanah.

5. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang

terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan

aspal.

6. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral

atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,

eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan

pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

7. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan.

8. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

9. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai

pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi

produksi.

10. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan

rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

Page 32: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

22

11. Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan

IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah

izin usaha pertambangan khusus.

12. IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di

wilayah izin usaha pertambangan khusus.

13. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai

pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi

produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

14. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk

mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

15. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,

dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,

serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

16. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk

menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,

termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pasca

tambang.

17. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang

meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk

Page 33: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

23

pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak

lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

18. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan

pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian

dampak lingkungan.

19. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.

20. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan

dan memperoleh mineral ikutan.

21. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan

mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan atau tempat

pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

22. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil

pertambangan mineral atau batubara.

23. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disebut amdal,

adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan.

24. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas

Page 34: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

24

lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali

sesuaiperuntukannya.

25. Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya disebut pascatambang, adalah

kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau

seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi

lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh

wilayahpenambangan.

26. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar

menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.

27. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah

yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan

batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang

nasional.

E. Konsep Perlawanan Masyarakat

Kekuasaan, sebagaimana yang di kemukakan Weber (2005). Merupakan

kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya pada pihak lain

walaupun ada penolakan melalui perlawanan. Perlawanan akan dilakukan oleh

kelompok masyarakat atau individu yang merasa tertindas, frustasi, dan hadirnya

situasi ketidakadilan di tengah- tengah mereka. Jika situasi ketidakadilan dan rasa

frustasi ini mencapai puncaknya, akan menimbulkan (apa yang disebut sebagai)

gerakan sosial atau sosial movement, yang akan mengakibatkan terjadinya

Page 35: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

25

perubahan kondisi sosial, politik, dan ekonomi menjadi kondisi yang berbeda

dengan sebelumnya.

Scott (2002), Mendefinisikan perlawanan sebagai segala tindakan yang

dilakukan oleh kaum atau kelompok subordinat yang ditujukan untuk mengurangi

atau menolak klaim (misalnya harga sewa atau pajak) yang dibuat oleh pihak atau

kelompok superdinat terhadap mereka.

Scott membagi perlawanan tersebut menjadi dua bagian, yaitu: perlawanan

publik atau terbuka (public transcript) dan perlawanan tersembunyi atau tertutup

(hidden transcript). Kedua kategori tersebut, oleh Scott, dibedakan atas artikulasi

perlawanan; bentuk, karekteristik, wilayah sosial dan budaya. Perlawanan terbuka

dikarakteristikan oleh adanya interaksi terbuka antara kelas-kelas subordinat

dengan kelas-kelas superdinat.Sementara perlawanan sembunyi-sembunyi

dikarakteristikan oleh adanya interaksi tertutup, tidak langsung antara kelas-kelas

subordinat dengan kelas-kelas superdinat. Untuk melihat pembedaan yang lebih

jelas dari dua bentuk perlawanan di atas, Scott mencirikan perlawanan terbuka

sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif.

Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi

revolusioner, dan/atau Keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis

dominasi.Dengan demikian, aksi demonstrasi atau protes yang diwujudkan dalam

bentuk unjuk rasa, mogok makan dan lain-lain merupakan konsekuensi logis dari

perlawanan terbuka terhadap pihak superdinat.

Menurut Fakih (2003), Gerakan sosial diakui sebagai gerakan yang

bertujuan untuk melakukan perubahan terhadap sistem sosial yang ada. Karena

Page 36: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

26

memiliki orientasi pada perubahan, dianggap lebih mempunyai kesamaan tujuan,

dan bukan kesamaan analisis. Mereka tidak bekerja menurut prosedur baku,

melainkan menerapkan struktur yang cair dan operasionalnya lebih diatur oleh

standar yang muncul saat itu untuk mencapai tujuan jangka panjang. Mereka juga

tidak memiliki kepemimpinan formal, seorang aktivis gerakan sosial tampil

menjadi pemimpin gerakan karena keberhasilannya mempengaruhi massa dengan

kepiawaiannya dalam memahami dan menjelaskan tujuan dari gerakan serta

memiliki rencana yang paling efektif dalam mencapainya.

Soekanto dan Susilo memberikan empat ciri gerakan sosial, yaitu: Pertama,

tujuannya bukan untuk mendapatkan persamaan kekuasaan, akan tetapi mengganti

kekuasaan. Kedua, adanya penggantian basis legitimasi, Ketiga, perubahan sosial

yang terjadi bersifat massif dan pervasive sehingga mempengaruhi seluruh

masyarakat, dan Keempat, koersi dan kekerasan biasa dipergunakan untuk

menghancurkan rezim lama dan mempertahankan pemerintahan yang baru. Dan

Smelser menyatakan, bahwa gerakan sosial ditentukan oleh lima faktor. Pertama,

daya dukung struktural (structural condusiveness) di mana suatu perlawanan akan

mudah terjadi dalam suatu lingkungan atau masyarakat tertentu yang berpotensi

untuk melakukan suatu gerakan massa secara spontan dan berkesinambungan

(seperti lingkungan kampus, buruh, petani, dan sebagainya). Kedua, adanya

tekanan- tekanan struktural (structural strain) akan mempercepat orang untuk

melakukan gerakan massa secara spontan karena keinginan mereka untuk

melepaskan diri dari situasi yang menyengsarakan. Ketiga, menyebarkan informasi

yang dipercayai oleh masyarakat luas untuk membangun perasaan kebersamaan dan

Page 37: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

27

juga dapat menimbulkan kegelisahan kolektif akan situasi yang dapat

menguntungkan tersebut. Keempat, faktor yang dapat memancing tindakan massa

karena emosi yang tidak terkendali, seperti adanya rumor atau isu-isu yang bisa

membangkitkan kesadaran kolektif untuk melakukan perlawanan. Kelima, upaya

mobilisasi orang- orang untuk melakukan tindakan tindakan yang telah

direncanakan.

Sedangkan perlawanan sembunyi-sembunyi dapat dicirikan sebagai

perlawanan yang bersifat: Pertama, Tidak teratur, tidak sistematik dan terjadi

secara individual, Kedua, Bersifat oportunistik dan mementingkan diri sendiri,

Ketiga, Tidak berkonsekuensi revolusioner, dan; atau Keempat, Lebih akomodatif

terhadap sistem dominasi. Oleh karena itu, gejala- gejala kejahatan seperti:

pencurian kecil- kecilan, hujatan, makian, bahkan pura- pura patuh (tetapi

dibelakang membangkang) mempakan perwujudan dari perlawanan sembunyi

sembunyi. Perlawanan jenis ini bukannya bermaksud atau mengubah sebuah sistem

dominasi, melainkan lebih terarah pada upaya untuk tetap hidup dalam sistem

tersebut sekarang, minggu ini, musim ini. Percobaan- percobaan untuk menyedot

dengan tekun dapat memukul balik, mendapat keringanan marjinal dalam

eksploitasi, dapat menghasilkan negosiasi-negosiasi tentang batas-batas

pembagian, dapat mengubah perkembangan, dan dalam peristiwa tertentu dapat

menjatuhkan sistem. Tetapi menurut, semua itu hanya mempakan akibat- akibat

yang mungkin terjadi, sebaliknya, tujuan mereka hampir selalu untuk kesempatan

hidup dan ketekunan.Bagaimanapun, kebanyakan dari tindakan ini (oleh kelas-

kelas lainnya) akan dilihat sebagai keganasan, penipuan, kelalaian, pencurian,

Page 38: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

28

kecongkakan-singkat kata semua bentuk tindakan yang dipikirkan untuk

mencemarkan orang-orang yang mengadakan perlawanan.

Perlawanan ini dilakukan untuk mempertahankan diri dan rumah tangga,

dapat bertahan hidup sebagai produsen komoditi kecil atau pekerja, mungkin dapat

memaksa beberapa orang dari kelompok ini menyelamatkan diri dan mengorbankan

anggota lainnya sehingganya dalam melakukan perlawanan sering terjadi indikasi

adanya intimidasi dan refresifitas dari aparat Negara dan dari lawan politiknya.

Scott (2008) menambahkan, bahwa perlawanan jenis ini (sembunyi-

sembunyi) tidak begitu dramatis, namun terdapat di mana-mana, melawan efek-

efek pembangunan kapitalis asuhan negara. Perlawanan ini bersifat perorangan dan

seringkali anonim. Terpencar dalam komunitas-komunitas kecil dan pada

umumnya tanpa sarana-sarana kelembagaan untuk bertindak kolektif,

menggunakan sarana perlawanan yang bersifat lokal dan sedikit memerlukan

koordinasi.Koordinasi yang dimaksudkan di sini, bukanlah sebuah konsep

koordinasi yang dipahami selama ini, yang berasal dari rakitan formal dan

birokratis. Tetapi merupakan suatu koordinasi dengan aksi- aksi yang dilakukan

dalam komunitas dengan jaringan jaringan informasi yang padat dan sub kultur-

sub kultur perlawanan yang kaya.

Zubir (2002) menyatakan bahwa perlawanan yang dilakukan oleh kelompok

pinggiran (seperti buruh, kaum miskin kota, petani, dan lain- lain) bersifat sporadis.

Dalam memperjuangkan keinginannya, gerakan ini tidak memiliki strategi

perjuangan yang jelas sehingga lebih mudah untuk dipadamkan oleh pihak- pihak

yang berkuasa. Apabila gerakan ini telah dimasuki oleh unsur idiologis, maka

Page 39: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

29

gerakan ini akan menjadi suatu gerakan yang radikal. Dalam percaturan politik,

massa dari kelompok ini menjadi lahan perebutan yang subur dari berbagai

kelompok yang bertikai. Ia memiliki tujuan yang jelas dan dalam gelombang yang

besar, gerakan ini memiliki kecenderungan melawan arus zaman, arus dari status

quo yang berkuasa. Gerakan seperti ini biasanya dipelopori oleh mahasiswa sebagai

aktor intelektual (Zubir, 2002).

Adanya empat faktor yang menentukan intensititas perlawanan dan potensi

untuk melakukan tindakan politis sebagai jalan keluar. Pertama, seberapa parah

tingkat keterbelakangan atau penderitaan kolektif komunal itu dibandingkan

dengan kelompok lain. Kedua, kekuatan atau ketegasan identitas kelompok yang

merasa terancam. Ketiga, keandalan derajat kohesi dan mobilisasi kelompok.Dan

keempat, kontrol represif atau daya paksa tidak adil oleh kelompok- kelompok

dominan. Seperti yang diikuti oleh paper yang berjudul “large dam victims and

their defendersi: the emergence of an anti- large dam movement in Indonesia”,

yang kemudian dikutip oleh Sangaji (2000), terdapat tiga karekteristik gerakan

sosial, yakni: identifikasi, oposisi, dan totalitas. Identifikasi berkaitan dengan aktor-

aktor gerakan yang dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu para korban

(peremajaan pasar) dan para pembelanya. Oposisi berhubungan dengan apa (siapa)

yang hendak ditentang. Dan prinsip totalitas berhubungan dengan teori- teori yang

mendasari gerakan tersebut.

Berkaitan dengan cara-cara pengungkapan atau ekspresi perlawanan,

Sangaji (2000) membagi kedalam dua bentuk, yakni:

a. Perlawanan yang diungkapkan secara individual

Page 40: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

30

b. Perlawanan yang dilakukan melalui tindakan-tindakan kolektif atau bersama.

Kedua bentuk perlawanan tersebut diekspresikan dalam beragam cara mulai

dari aksi protes terbuka yang diungkap melalui media massa, surat protes,

pengiriman delegasi, atau melalui kesempatan dialog, seminar, hingga cara- cara

tertutup, seperti aksi tutup mulut dan tidak menghadiri pertemuan dengan rival. Di

samping itu, perlawanan yang dilakukan oleh kelompok pinggiran ini juga

mendapat dukungan dari organisasi atau individu yang umumnya berasal dari

kalangan terpelajar, seperti mahasiswa, NGO, tokoh intelektual setempat (Sangaji,

2000). Mereka dibedakan atas dua kategori, yaitu:

a. para pendukung spesialis, yakni individu dan organisasi yang secara spesifik

membangun keterampilan dan idiologi untuk menentang kebijakan tersebut

b. para pendukung umum, yakni individu atau organisasi yang menganggap

pembelaan tersebut merupakan bagian dari perjuangan menegakkan hak asasi

dan keadilan (Sangaji, 2000).

Sangaji (2000) menambahkan, bahwa alasan dilakukannya perlawanan oleh

pelaku perlawanan dibagi atas dua. Pertama, alasan yang berdimensi sosio- kultural,

berkaitan dengan tanah leluhur, biasanya alasan ini diungkapkan oleh penduduk

asli. Kedua, alasan- alasan yang bersifat sosial, ekonomi, biasanya diungkapkan

oleh penduduk pendatang yang telah lama bermukim di tempat tersebut.

Pengertian masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai

kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di

dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai

peraturan yang siap untuk ditaati.Kata masyarakat sendiri pasti sudah sering kita

Page 41: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

31

dengar, seperti masyarakat perkotaan, masyarakat desa, masyarakat Bugis,

masyarakat Betawi, dan lain lain. Sering kali diartikan secara mudah sebagai warga

tetapi konsep masyarakat sendiri cukup rumit untuk dapat di mengerti.

Berdasarkan ilmu etimologi yang mempelajari asal usul kata, istilah

masyarakat ini merupakan istilah serapan dari bahasa Arab dan berasal dari kata

musyarak yang berarti ikut berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris, masyarakat

disebut dengan society. Yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sebuah

sistem dan terjadi komunikasi di dalamnya.Oleh karena itu bisa ditarik garis lurus

bahwa pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam

suatu hubungan sosial, saling berhubungan lalu membentuk kelompok lebih besar

serta memiliki kesamaan budaya, identitas dan tinggal dalam satu wilayah.

KarlMarx (2001)berpendapat bahwa pengertian masyarakat merupakan

hubungan ekonomis dalam hal produksi atau konsumsi yang berasal dari kekuatan-

kekuatan produksi ekonomis seperti teknik dan karya.

Sedangkan Mansyur Fakih (Zubir 2002)berkata bahwa pengertian

masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling

berkaitan dan masing-masing bagian acara terus menerus mencari keseimbangan

dan harmoni. Dalam suatu perkembangan daerah, masyarakat bisa dibagi menjadi

dua bagian yaitu masyarakat sederhana dan masyarakat maju. Masyarakat

sederhana yaitu sekumpulan masyarakat dengan pola pikir yang kuno dan hanya

dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan saja sedangkan masyarakat

maju adalah masyarakat yang mempunya pola pikir untuk kehidupan yang akan

Page 42: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

32

dicapainya di masa mendatang bersama orang-orang di sekitarnya meskipun tidak

berada dalam golongan yang sama.

Masyarakat awalnya terbentuk dari sekumpulan orang saja. Misalnya

sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga lalu kemudian berangsur-

angsur dari sekeluarga membentuk RT dan RW hingga akhirnya membentuk

sebuah dusun. Dusun pun kemudian berkembang menjadi beberapa Kecamatan lalu

menjadi Kabupaten, Provinsi hingga akhirnya membentuk sebuah

Negara.Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa kehadiran seorang pemimpin

di tengah-tengahnya. Seorang pemimpin yang akan mengepalai seluruh masyarakat

dapat dipilih dengan berbagai cara misalnya lewat pemungutan suara seperti Pemilu

atau dilihat dari garis keturunannya. Dalam suatu daerah yang masih kental budaya

leluhurnya, pemilihan pemimpin sudah terikat dengan aturan masing-masing yang

disebut dengan adat istiadat.

Dalam objek kajian, sosiologi mengkaji tentang manusia dan aspek

sosialnya yang sering disebut masyarakat, dan hakikatnya, manusia adalah mahluk

sosial (social animal) Sanderson (2010), yang perlu berinteraksi dan hidup bersama

dalam menjalani kehidupan mereka, serta saling membutuhkan satu sama lainnya

dalam mencapai tujuan, maka dari itu manusia harus berkelompok dan terorganisir

yang sering disebut masyarakat. Semua warga masyarakat merupakan manusia

yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu

tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan

hubungan, Mac Iver dan Page dalam Soerjono Soekanto (2000), memaparkan

bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan

Page 43: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

33

kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku

serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk

kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan

suatu adat istiadat menurut Ralph Linton dalam Soerjono Soekanto (2000).

Masyarakat dalam interaksinya, menimbulkan produk-produk interaksi

yang beranekaragam, seperti nilai-nilai sosial dan norma yang dianut dalam sebuah

masyarakat tertentu secara individu maupun kelompok, termasuk juga pola

hubungan dalam masyarakat, berdasarkan kesatuannya, masyarakat terbagi

menjadi masyarakat desa dan masyarakat kota, oleh karena itu, masyarakat adalah

manusia yang berinteraksi satu sama lain yang terikat atas aturan dan norma tertentu

yang bersifat kontinu dan sifatnya terikat oleh rasa identitas bersama.

F. Kerangka Pikir

Tambang Galian C yang berada di Kab.Sidrap mulai beraktifitas sejak tahun

2008 hingga saat ini. Dengan adanya Tambang Galian C di Desa Bila, Kec.Pitu

Riase, Kabupaten Sidrap menimbulkan Pro dan Kontra antara Aliansi Masyarakat

Peduli Sungai Bila (AMPSB) dan Aliansi Senambang Sidrap (APTASI). Sebab

Sungai Bila merupakan sungai yang bermuara ke Danau Tempe, Kab.Wajo, Di

Sungai ini terdapat bendungan yang telah di bangun oleh pemerintah pusat pada

tahun 1995. Aliran Sungai Bila di Desa Bila Riase juga merupakan sumber

pengairan bagi aktifitas masyarakat, dan juga merupakan sumber air, serta area ikan

air tawar yang selalu di tangkap oleh masyarakat untuk makan sehari-hari.

Uraian diatas maka dibutuhkan sebuah solusi yang dapat menyelesaikan

permasalahan tersebut. Pemerintah diharapkan mampu memberikan solusi berupa

Page 44: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

34

strategi yang nantinya dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan diatas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini :

Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitin ini adalahStrategi Pemerintah Dalam Penanganan

Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai

Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila .

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Memahami masalah merupakan tindakan yang dilakukan oleh Desa Bila

dalam memahami permasalahan yang menyebabkan terjadinya

perlawananmasyarakat terhadap pertambangan.

Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

ASS dan AMPSB di Desa Bila

(George Polya)

1. Memahami masalah

2. Merencanakan pemecahan

3. Melaksanakan rencana

4. Melihat kembali

Faktor

Pendukung

Dukungan

Pemerintah

Faktor

Penghambat

Kurangnya

Respon

KAPOLRES

Penyelesaian Konflik

Masyarakat

Page 45: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

35

2. Merencanakan pemecahan merupakan langkah yang diambil Desa Bila

dalam menyelesaikan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik

masyarakat terhadap pertambangan.

3. Melaksanakan rencana merupakan upaya yang dilakukan dalam

merealisasikan pokok pemecahan masalah yang sudah direncanakan

sebelumnya.

4. Melihat kembali merupakan evaluasi yang dilakukan Desa Bila terhadap

strategi pemerintah dalam pemecahan masalah terhadap konflik masyarakat

pada pertambangan.

5. Faktor pendukung merupakan hal-hal yang menjadi pendukung dalam

strategi dalam menangani konflik masyarakat terhadap pertambangan.

6. Faktor penghambat merupakan hal-hal yang menjadi penghambat dalam

strategi dalam menangani konflik masyarakat terhadap pertambangan.

Page 46: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti yakni dua bulan setelah ujian proposal dan

bertempat diDesa Bila, KecamatanPitu Riase, KabupatenSidrap, Provinsi Sulawesi

Selatan. Dipilihnya lokasi ini karena beberapa pertimbangan, diantaranya:

Pertama. lokasi ini merupakan wilayah yang bermasalah terkait pertambangan dan

penolakan masyarakat dengan adanya pertambangan, Kedua lokasi penelitian

berada di Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan, sangat berpengaruh dan

menjadi model bagi daerah- daerah lainnya di Propinsi Sulawesi Selatan, Ketiga.

Aliran Sungai Bila merupakan sumber pengairan bagi aktifitas pertanian

masyarakat mulai dari KecamatanPitu Riase, KecamatanManiang Pajo, Hingga

KabupatenWajo.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang

bersifat alamiah, melalui proses yang telah ditetapkan.

1. JenisPenelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif yakni bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal menurut apa

adanya. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang disertai dengan gambar/foto dari

orang-orang yang perilakunya dapat diamati. Diharapkan bahwa apa yang terlihat

di lapangan bahkan secara lebih rinci, jelas dan akurat.Terutama apa yang dilihat

Page 47: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

37

pada perlawanan masyarakat terhadap upaya untuk menutup pertabangan yang ada

di Desa Bila KecamatanPitu Riase, KabupatenSidrap. Berhubungan dengan

penelitian perlawanan masyarakat terhadap adanya aktifitas pertambangan

Penelitian deskriptif kualitatif bersifat terbuka artinya masalah penelitian

sebagaimana telah disajikan bersifat fleksibel“subject to change” sesuaidengan

proses kerja yang terjadi di lapangan. Sehingga focus penelitiannya pun ikut juga

berubah guna menyesuaikan diri dengan masalah penelitian yang berubah.

2. Jenis dan Tipe penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan adalah Fenomenologi. Menurut Bogdan dan

Biklen (dalam Alsa, 2004) peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusha

berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan

manusia dalam situasi tertentu.

Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk

menunjukkan pada pengalaman subyektif dari berbagai jenis dan tipe subyek yang

ditemui.Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian

terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2009).

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang penulis dapat secara langsung dari sumbernya

yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti. Peneliti mendatangi dan

melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan hasil atau data yang valid dari

informan secara langsung agar dalam menggambarkan hasil penelitianStrategi

Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila.

Page 48: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

38

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh melalui media dengan

maksud untuk melengkapi data primer seperti buku, artikel, internet atau jurnal

ilmiah yang saling berkaitan dariStrategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila.

D. Teknik Pengumpulan Data

Cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: observasi atau

pengamatan, wawancaradan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan caramelakukan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian mengenai Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat

Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk

mendapat keterangan-keterangan biasa melalui percakapan dan berhadapan muka

dengan orang yang dapat memberikan keterangan yang berkaitan Strategi

Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan

Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila .

Page 49: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

39

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pencatatan dokumen dan data yang berhubungan dengan

Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang

Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa

Bila. Data ini berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara di atas.Kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan menelusuri dan

mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada.Studi dokumentasi dilakukan

dengan mempelajari buku-buku dan hasil laporanlain yang ada kaitannya

denganStrategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang

Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa

Bila.

E. Informan Penelitian

Informan peneliti adalah orang di manfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi yang diteliti.Penentuan informan dilakukan secara

purposive sampling, artinya memilih langsung informan yang lebih mengatahui

tentang masalah yang akan diteliti.

Tabel .1.3 Informan Penelitian

No NAMA INFORMAN INISIAL JABATAN

JUM

LAH

1 ABBAS ARAS,SP.,M.AP AA Camat 1

2 Andi Tenri Sangka,SE AT Ketua AMPSB 1

3 H.Rais Landikkang, S.Sos.,M.Si RL Kepala Desa 1

4 Andi Firman AF Masyarakat 1

5 Rahmat RH Masyarakat 1

6 Hilman HL Masyarakat 1

Total Informan 6

Page 50: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

40

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus

menerussampai tuntas, sehingga datanya jenuh, Aktifitas tersebut adalah reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan :

1. Data Reduktion (Reduksi Data)

Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Data yang diperoleh di dalam lapangan dituliskan/dketik dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci.

2. Data Display(Penyajian Data)

Selanjutnya penyajian data dalam bentuk uraian singkat, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah teks yang bersifat narasi.

3. Conclusion Drawing/verificDation

Langka ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari data yang

diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya kemudian ditarik

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2013).

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi keselarasan

antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang sesungguhnya

terjadi pada obyek penelitian.

Page 51: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

41

1. Perpanjangan Pengamatan

Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitianyasehingga mengharuskan untuk melakukanpeninjauan kembali ke lokasi

penelitian sehingga bisa mendapatkn informasi yang lebih akurat lagi dari apa yang

sudah didapatkan sebelumnya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati hal yang ingin diteliti dengan cara lebih memfokuskan diri

pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan lebih jelih lagi untuk

melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi

berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara.Hal ini

dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi

tertentumelalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,

selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan

observasi terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi,

catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu

akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan

memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti.

b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakanteknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber datayang

Page 52: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

42

sama.Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancaramendalam,

Sertadokumentasi untuk sumber data yang sama secara serentak.

c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat

kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara

antara pagi, siang ataupun sore hari.

4. Analisis Kasus Negatif

Analis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila waktu itu tidak di temukan lagi

data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang diperoleh dianggap

benar dan dijadikan sebagai referensi dari berbagai media atau penelitian.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar ataupun

suara rekaman antara peneliti dan informasi penelitian sehingga ada bukti jelas atau

kongret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung kelapangan atau lokasi peneliti

untuk melakukan penelitian dan data yang dikumpulkan adalah data berdasarkan

penelitian bukan hanya asumsi peneliti atau opini.

6. MengadakanMembercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas data

yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan informan sesuai

dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul lebih kredibel

lagi sehingga data yang di peroleh adalah data akurat (Sugiyono, 2013).

Page 53: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Sidrap

Kabupaten Sidenreng Rappang (sering disingkat dengan nama Sidrap) adalah

salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Ibukota Kabupaten ini terletak

di Sidenreng. Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki luas wilayah

2.506,19 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa.

Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua kerajaan,

masing-masing Kerajan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Kedua kerajaan ini

sangat akrab. Begitu akrabnya, sehingga sulit ditemukan batas pemisah. Bahkan

dalam urusan pergantian kursi kerajaan, keduanya dapat saling mengisi. Seringkali

pemangku adat Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih dari

komunitas orang Rappang. Begitu pula sebaliknya, bila kursi kerajan Rappang

kosong, mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng. Itu pula sebabnya, sulit

untuk mencari garis pembeda dari dua kerajaan tersebut. Dialek bahasanya sama,

bentuk fisiknya tidak beda, bahasa sehari-harinya juga mirip. Kalaupun ada

perbedaan yang menonjol, hanya dari posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang

menempati posisi sebelah Utara, sedangkan kerajaan Sidenreng berada di bagian

Selatan.

Kedua kerajaan tersebut masing-masing memiliki sistem pemerintahan

sendiri. Di kerajaan Sidenreng kepala pemerintahannya bergelar Addatuang. Pada

pemerintahan Addatuang, keputusan berasal dari tiga sumber yaitu, raja, pemangku

Page 54: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

44

adat dan rakyat. Sedangkan di Kerajaan Rappang rajanya bergelar Arung

Rappang dan menyandarkan sendi pemerintahanya pada aspirasi rakyat. Demokrasi

sudah terlaksana pada setiap pengambilan kebijakan. Demokrasi bagi kerajaan

Rappang adalah sesuatu yang sangat penting, salah satu bentuk demokrasinya

adalah penolakan diskriminasi gender. Perbedaan gender tidak menjadi masalah,

khususnya bagi kaum wanita untuk meniti karier sebagaimana layaknya kaum pria.

Buktinya, adalah emansipasi wanita sudah ditunjukkan dengan seorang perempuan

yang menjadi rajanya, yaitu Raja Dangku, raja kesembilan yang terkenal cerdas,

jujur, dan pemberani. Wanita yang kemudian dikenal sukses menjalankan roda

pemerintahan di zamannya.

Pada saat pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda tanggal

27 Desember 1949, berakhirlah dinasti Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang.

Setelah kemerdekaan, kerajaan Sidenreng lebih awal menunjukkan watak

nasionalismenya dengan bersedia melepaskan sistem kerajaan mereka meskipun

sistem itu sudah berlangsung lama, sampai 21 kali pergantian pemimpin. Mereka

memilih berubah dan menyatu dengan pola ketatanegaraan Indonesia. Kerajaan

akhirnya melebur menjadi Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan bupati

pertamanya H. Andi Sapada Mapangile dan untuk pertama kalinya dalam sejarah

pemerintahan Sidenreng Rappang dilakukan pemilihan umum untuk memilih

bupati secara langsung pada tanggal 29 Oktober 2008 lalu.

Kabupaten Sidenrang Rappang dengan ibukota Pangkajene sebagai salah

satu sentra produksi beras di Sulawesi Selatan, terletak 183 Km di sebelah utara

Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan) dengan luas wilayah 1.883,25

Page 55: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

45

Km2,yang secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan dan 105 Desa/Kelurahan,

Kabupaten Sidenreng Rappang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Pinrang dan Enrekang

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Wajo

Sebelah Selatan : Kabupaten Barru dan Soppeng

Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare

Kabupaten Sidenreng Rappang dengan letak geoggrafis 3043 -

4009 Lintang Selatan (LS) dan 119041 - 120010 Bujur Timur (BT) dengan posisi

strategis dan aksebilitas yang tinggi, sehingga memiliki peluang pengembangan

ekonomi melalui keterkaitan wilayah khususnya keterkitan dengan daerah yang

mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya.

Gambar 4.1Peta Kabupaten Sidenreng Rappang

Sumber : Dokumen RPIJM Kabupaten Sidrap Tahun 2018-2O22

Wilayah Admnistrasi Kabupaten Sidenreng Rappang dengan luas 1.883,25

Km2 terbagi dalam 11 Kecamatan dan 106 Desa/Kelurahan.

Page 56: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

46

Tabel.4.2Luas Daerah Wilayah KabupatenSidenrengRappangmenurutkecamatan (Ha),

PersentaseLuasdanJumlahKelurahan/Desa 2016

No Kecamatan Luas (Ha) PersentaseLuasKeca

matanterhadapLuas

Kabupaten

JumlahDesa/Kelurahan

Kelurahan Desa

1 PancaLautan 15.393 8,17 3 7

2 TelluLimpoe 10.320 5,48 6 3

3 WatangPulu 15.131 8,05 5 5

4 Baranti 5.389 2,86 5 4

5 PancaRijang 3.402 1,80 4 4

6 Kulo 7.500 3,98 - 6

7 Maritengngae 6.590 3,52 7 5

8 WatangSidenr

eng 12.081 6,40 3 5

9 PituRiawa 21.043 11,17 2 10

10 DuaPitue 6.999 3,72 2 8

11 PituRiase 84.477 44,85 1 11

Jumlah 188.325

38 68

Sumber BPS: 2016

2.Potensi Wilayah

Dalam Perda RTRW No. 5 Tahun 2012 Kabupaten Sidenreng Rappang

yang dimaksud dengan Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama

lindung atau budidaya.Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan

fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya

alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan

Page 57: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

47

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai

kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan strategis kabupaten adalah

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya

dan/atau lingkungan. Pengembangan kawasan budidaya melalui optimasi fungsi

kawasan dalam mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meliputi:

a. Mengembangkan hutan produksi dan hutan produksi terbatas dengan

pengembangan hutan yang bernilai ekonomi tinggi dantetap memiliki fungsi

perlindungan kawasan dengan melakukan peningkatan nilai tambah kawasan

melalui penanaman secara bergilir, tebang pilih dan pengelolaan bersama

masyarakat.

b. Mengembangkan kawasan pertanian melaluipenetapan dan pengendalian secara

ketat kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengembangan

intensifikasi dan ekstensifikasi, pemanfaatan teknologi tepat guna,

pengembangan sentra produksi dan agribisnis, pengembangan hortikultura

dengan pengolahan hasil pertanian dan melakukan upaya eksport serta

Page 58: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

48

peningkatan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan produktivitas

pertanian.

c. Mengembangkan kawasan perkebunan melalui pemulihan lahan yang rusak

atau marjinal, alih komoditas menjadi perkebunan, peningkatan produktivitas

dan pengolahan hasil perkebunan dengan teknologi tepat guna serta

pengembangan kemitraan dengan masyarakat yang tinggal disekitar

perkebunan.

d. Mengembangkan kawasan peternakanmelalui pengembangan dan pengelolaan

hasil peternakan dengan industri peternakan yang ramah lingkungan yang

didukung dengan adanya pengembangan cluster sentra produksi peternakan

terutama terkait dengan industri pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak.

e. Mengembangkan kawasan perikanan melalui pengembangan dan pengelolaan

hasil perikanan dengan industri perikanan yang ramah lingkungan yang

didukung dengan teknologi tepat guna serta menetapkan kawasan reservant

sebagai kawasan bebas penangkapan.

f. Mengembangkan kawasan pertambangan dilakukan melalui penetapan

kawasan pertambangansesuaidenganjenisbahangalian, pengembangan kawasan

pertambangan yang sudah ada dan melakukan rehabilitasi kawasan

bekaspertambangan sesuai dengan dokumen yang menyertainya.

g. Mengembangkan kawasan peruntukan industri melalui pengembangan dan

pemberdayaan industri kecil dan home industry yang diikuti dengan

peningkatan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta

Page 59: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

49

pengadaan prasarana wilayah pada kawasan pengembangan Agroindustri

Modernuntuk menarik investasi.

h. Mengembangkan kawasan pariwisata melalui pengembangan obyek wisata

andalan prioritas berbasis alam dan agrowisata, membentuk zona wisata yang

dikaitkan dengan kalender wisata dalam skala nasional yang disertai

pengembangan paket wisata, pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni

budaya yang didukung oleh pemasaran hasil industri kecil kerajinan hasil

pertaniandan hasil pengolahan produksi pertanian.

i. Mengembangkan kawasan permukiman sesuai karakter fisik, sosialbudaya dan

ekonomi masyarakat perdesaan yang didukung dengan penyediaan sarana dan

prasarana permukiman perdesaan dan peningkatan kualitas permukiman

perkotaan serta pengembangan perumahan terjangkau dan layak huni.

j. Mengembangkan kawasan eksploitasi sumber daya air dan mineral melalui

pelestarian daerah di sekitar kawasan eksploitasi sumberdaya air dan mineral

dengan melakukan reboisasi dan penghijauan di daerah sekitarnya untuk

menjaga agar siklus daur hidrologi berjalan dalammempertahankan debit air.

k. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan penetapan kawasan ruang terbuka

hijau di wilayah perkotaan minimal 30% dari luas wilayah perkotaan, dengan

proporsi luas ruang terbuka hijau publik minimal 20% dari luas wilayah

perkotaan selebihnya adalah wilayah ruang terbuka hijau privat.

3.DemografidanUrbanisasi

Pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah

289.787 yang terdiri dari 141.588 jiwa penduduk laki-laki dan 148.199 penduduk

Page 60: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

50

perempuan, dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.

Kepadatan penduduk per-Km2 sekitar 154 jiwa/Km2 dengan kepadatan penduduk

tertinggi di Kecamatan Panca Rijang sekitar 834 jiwa/Km2.

Tabel.4.3 Jumlah Penduduk Perkecamatan dan Menurut Jenis Kelamin

No Kecamatan JenisKelamin Jumlah Sex

ratio

Laki-laki Perempuan

1 PancaLautang 8.364 8.878 17.242 94.21

2 TelluLimpoE 11.223 12.359 23.582 90.81

3 WatangPulu 16.971 17.264 34.235 98.30

4 Baranti 14.415 15.348 29.763 93.92

5 PancaRijang 13.727 14.656 28.383 93.66

6 Kulo 5.875 6.156 12.031 35.44

7 Maritengngae 24.080 25.483 49.563 94.49

8 WatangSidenreng 8.716 8.987 17.703 96.98

9 PituRiawa 12.833 13.151 25.984 97.58

10 DuaPitue 14.013 14.762 28.775 94.93

11 PituRiase 11.371 11.155 22.526 101.94

Jumlah 141.588 148.199 289.787 95.54

Sumber: BPS-2016

Karakteristik penting yang melekat dalam proses pertumbuhan ekonomi

yaitu tingkat perubahan struktural dan pergeseran struktural ini meliputi pergeseran

secara bertahap kegiatan-kegiatan dari bidang pertanian ke non pertanian. Struktur

perekonomian Kabupaten Sidenreng Rappang dari tahun 2012-2015 tidak banyak

mengalami perubahan.

4. KondisiTopografidanKelerengan

Kondisi kelerengan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang terbagi

dalam 4 (empat) kategori yaitu :

a. Kemiringan lereng 0 – 2 %, yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan.

Page 61: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

51

b. Kemiringan lereng 2 – 15 %, yang termasuk dalam kategori tersebar adalah

pada 5 (lima) kecamatan.

c. Kemiringan lereng 15 – 40 %, yang juga termasuk pada kategori ini terdapat

pada 5 (lima) kecamatan.

d. Kemiringan lereng diatas 40 %, pada kategori ini terdapat di 5 (lima)

kecamatan.

Dalam hal ketinggian dataran, maka yang dataran tertinggi adalah

Kecamatan pituRiase diatas 1000m, dan daerah yang dataran rendah di Kecamatan

Maritengngae, Panca Rijang, Baranti dari 0-25m.

Gambar.4.4 Peta Ketinggian Kabupaten Sidenreng Rappang

Sumber: Dokumen RPIJM Kabupaten Sidrap 2018-2020

Page 62: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

52

Tabel. 4.5 Kondisi Topografi di Kabupaten Sidenreng Rappang

No Kecamatan Keadaan Tanah (%)

Datar

Berbukit

Bergunung Rawa/ Danau

Total

1 PancaLautang 15 25 57 3 100 2 TelluLimpoE 15 35 49 1 100

3 WatangPulu 25 5 70 - 100

4 Baranti 100 - - - 100 5 PancaRijang 97 3 - - 100

6 Kulo 90 5 5 - 100

7 MaritengngaE 100 - - - 100 8 WatangSidenr

eng 85 15 - - 100

9 PituRiawa 60 10 30 - 100

10 DuaPitue 100 - - - 100 11 PituRiase 35 25 40 - 100

Sumber : BPS -2012

5.Geohidrologi

Pada wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang, terdapat 38 (Tiga Puluh

Delapan) sungai yang mengaliri berbagai Kecamatan. Di Kecamatan Panca

Lautang terdapat 6 (enam) aliran sungai sepanjang 33.750 M, Kecamatan Tellu

Limpoe dengan panjang 18.000 M, Kecamatan Watang Pulu dengan panjang

39.000 M, Kecamatan Baranti dengan panjang 15 M, Kecamatan Panca Rijang

dengan panjang 19.550 M, Kecamatan Kulo dengan panjang 25.700 M, Kecamatan

Maritengngae dengan panjang 5.000 M, Kecamatan Dua Pitue dengan panjang

68.460 M, merupakan Kecamatan yang memiliki aliran sungai terpanjang di

Kabupaten Sidenreng Rappang, Kecamatan Pitu Riawa dengan panjang 7.500 M.

Untuk mengetahui lebih jelas, dapat diketahui nama, panjang, lebar dan kedalaman

sungai yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang seperti tabel berikut ini :

Page 63: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

53

Tabel 4.6.Sungai,Panjang, Lebar dan Kedalaman Sungai Di Kabupaten Sidenreng

Rappang

No. Kecamatan Nama Sungai Panjang

(M)

Lebar (M) Kedalaman

(M)

1. Panca Lautang - Bilokka 20.000 22 9

- Lokabatu 2.000 6 3

- Pape 2.000 2 3 - Cakkarella 1.500 2 2

- Bengkulu 5.000 6 2,5 - Sessanriu 3.250 13 2,5

2. Tellu Limpoe - La Toling 5.000 5 2

- Pemantingan 7.000 7 2,5

- Watang Lowa 6.000 3 1,5 3. Watang Pulu - BangkaE 5.000 10 8

- CakkaloloE 5.000 10 5

- AlekarajaE 11.000 8 3

- Lompengan 5.000 8 2,5

- Datae 3.000 6 2,5

- Pabbaresseng 4.000 5 2,5

- Polojiwa 3.000 4 2,5

- Batu Pute 3.000 3 3

4 Baranti -Rappang 15.000 30 5

5 Panca Rijang - Rappang 10.000 25 8

- Poka 2.500 5 7

- Tellang 2.550 5 7 - Taccipi 4.500 6 5

6 Kulo - Pangkiri 4.200 10 8

- Kulo 7.500 7 5 - Anrellie 2.000 7 6

- Anyuara 4.200 8 5 - Cinra Angin 7.500 8 5

7 Maritengngae - Takkalasi 5.000 8 3

8 Dua Pitue -Bila 15.100 70 4 - Baramasih 11.750 50 5

- Betao 10.085 50 3

- Tanru Tedong 4.250 100 5 - Kalempang 6.375 80 4

- Lancirang 8.150 10 3

- Bila 15.100 70 4 - Baramasih 11.750 50 5

- Betao 10.085 50 3 - Tanru Tedong 4.250 100 5

- Kalempang 6.375 80 4

- Lancirang 8.150 10 3

Page 64: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

54

- Samallangi 2.500 8 2

- Loka 10.250 25 3

9 Pitu Riawa - Anabannae 5.000 7 3

- Banjara 2.500 6 2,5 Sumber : BPS Tahun 2012

6.Geologi

Berdasarkan Peta Tinjauan tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian

Bogor Tahun 1966, maka jenis tanah yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang

terdiri dari alluvial, regosol, grumusol, mediteran dan pedsolit. Jenis tanah Alluvial

meliputi 21,08 % dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang yang paling luas

terdapat pada Kecamatan Pitu Riawa yaitu 12.110 Ha dan yang paling sempit pada

Kecamatan Panca Rijang yaitu 228 Ha. Bahkan ada 2 (dua) Kecamatan yang tidak

terdapat jenis tanah ini yaitu Kecamatan Kulo dan Watang Pulu.Fisik tanah ini

berupa dataran dan merupakan endapan tanah liat bercampur paisr halus hitam

kelabu dengan daya penahan air cukup baik dan tersedia cukup mineral yang

berguna bagi tumbuh-tumbuhan.

Jenis tanah alluvial terdiri dari alluvial hidromorf daerah kering, alluvial

hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial coklat kekelabuan. Jenis tanah

Regosolseluas 19,74 % atau 37.174 Ha dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng

Rappang dan yang terluas di Kecamatan Wattang Pulu yaitu 14.322 Ha atau sekitar

38,52 % dari luas areal yang berjenis tanah regusol dan yang paling sempit terdapat

di Kecamatan Panca Rijang seluas 1.033 Ha. Bahkan terdapat 3 (tiga) Kecamatan

yang tidak terdapat jenis tanah ini yaitu Pitu Riawa, Dua Pitue dan Pitu Riase. Jenis

tanah Regusol kadang–kadang terdiri dari lapisan cadas terutama yang berpasir

Page 65: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

55

berwarna kelabu hitam sampai kelabu coklat, porositas sedang dan agak mudah

kena erosi.

Tanah regusol vulkanik baik untuk tanaman padi, tebu, tembakau, palawija,

sayuran dan beberapa jenis tanaman perkebunan lainnya.Jenis tanah

Grumosolseluas 1,20 % atau 2.251 Ha dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng

Rappang dan yang terluas di Kecamatan Maritengngae yaitu 1.334 Ha atau sekitar

50,37 % dari luas areal yang berjenis tanah grumusol, kemudian berturut-turut

Kecamatan Watang Pulu seluas 809 Ha (35,94%) dan Kecamatan Tellu LimpoE

seluas 308 Ha atau sekitar 13,69%, sedangkan Kecamatan lainnya tidak terdapat

jenis tanah ini.

Jenis tanah Mediteranseluas 11.416 Ha atau 6,06 % dari luas wilayah

Kabupaten Sidenreng Rappang dan yang terluas di Kecamatan Panca Lautang

seluas 5.121 Ha (44,85%) dari luas areal yang berjenis tanah mediteran, kemudian

berturut-turut Kecamatan Pitu Riase yaitu 3.116 Ha atau sekitar 27,30%,

Kecamatan Tellu Limpoe seluas 1.677 Ha (14,69%) dan kecamatan PituRiawa

seluas 1.502 Ha (13,69 %), sedangkan Kecamatan lainnya tidak terdapat jenis tanah

ini. Jenis tanah mediteran tersebut terdiri dari komplek mediteran coklat kekelabuan

dan regosol komplek meditreran coklat regosol dan latosol.Jenis tanah

Podsolitseluas 94.891 Ha atau 50,39 % dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng

Rappang dan yang terluas di Kecamatan Pitu Riase seluas 76.934 Ha (81,07%) dari

luas areal yang berjenis tanah padsolit, kemudian berturut-turut Kecamatan Pitu

Riawa yaitu 7.431 Ha atau sekitar 7,83%, Kecamatan Kulo seluas 5.408 Ha (5,70

%), Kecamatan Watang Sidenreng seluas 2.977 Ha (3,14 %) dan Kecamatan Panca

Page 66: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

56

Rijang seluas2.141 Ha (2,26 %), sedangkan Kecamatan lainnya tidak terdapat jenis

tanah ini.

Sumber daya alam berupa tanah dan tambang yang terkandung di dalam

tanah sangat dipengaruhi oleh struktur batuan dan proses geologi yang terjadi.

Berdasarkan pengamatan peta geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Geologi dan Pertambangan 1977, maka di Kabupaten Sidenreng Rappang terdapat

beberapa peristiwa geologi.Peristiwa geologi yang ada dan mempunyai luasan yang

paling luas adalah Alluvium dan Endapan Pantai (Qac) yang mencapai 29,86% dari

luas Kabupaten Sidenreng Rappang, kemudian peristiwa geologi Batuan Gn Api

besifat Basah (TPv) seluas 38.788 Ha (20,60%), Mulosa Sulawesi Sorasin (Tcm)

seluas 30.638 Ha.

7. Klimatologi

Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkan klasifikasi Shcmidt dan

fergusson terdapat tiga macam iklim di Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu :

Tipe Pertama: Adalah iklim tipe C, yaitu iklim yang bersifat agak basah

jumlah bulan kering rata-rata kurang dari tiga bulan dan bulan-bulan lainnya adalah

bulan basah. Bulan basah adalah jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm.

Bulan kering tersebut rata-rata terjadi pada bulan Juni,Julidan Agustus, bulan-bulan

lainnya adalah bulan basah.Daerah yang termasuk iklim ini terletak sebelah Utara

bagian Timur mendekati Pegunungan Latimojong di Kecamatan Pitu Riase.

Tipe Kedua : Adalah iklim tipe D, artinya bersifat sedang dimana jumlah

bulan kering rata-rata 3 – 4 bulan . Bulan-bulan kering terjadi pada bulan

Mei,Juni,Juli dan Agustus. Daerah yang termasuk iklim ini terletak disebelah Timur

Page 67: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

57

dan bagian Tengah Kabupaten Sidenreng Rappang, Kecamatan Dua PituE, Watang

Sidenreng,Maritengngae,Panca Rijang dan sebagian Kecamatan Watang Pulu

(bagian Barat) serta sebagian kecil Kecamatan Kulo (bagian Barat sebelah Utara).

Tipe Ketiga : Adalah iklim tipe E, artinya yang bersifat agak kering,

dimana jumlah bulan kering rata-rata 4 – 6 bulan. Bulan-bulan kering terjadi pada

bulan April,Mei,Juni,Juli,Agustus dan September. Daerah yang termasuk iklim ini

terletak sebelah Barat dan sebagian sebelah Selatan Kabupaten Sidenreng Rappang,

Kecamatan yang termasuk di dalam iklim ini adalah Kecamatan Baranti, Tellu

Limpoe, Panca Lautang sebagian Kecamatan Dua Pitue, Watang

Sidenreng,Maritengngae,Panca Rijang dan sebagian Kecamatan Watang Pulu

(bagian Timur) serta sebagian kecil Kecamatan Kulo (bagian Barat sebelah Timur).

Profil Kecamatan Pitu Riase

Pitu Riase adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang

Sulawesi Selatan, Indonesia dan memiliki desa yang meliputiDesa

Belawae,DesaBila Riase,DesaBola Bulu,Desa Botto,Desa Buntu,Desa

Compong,Desa Dengeng, Desa Lagading, Desa Leppangeng,Desa Lombo dan

Desa Tanatoro.

Visi Kecamatan Pitu Riase :“Peningkatan Profesionalisme dalam pelayanan

bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan kemasyarakatan dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat”

Misi Kecamatan Pitu Riase:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparat dalam menyelenggarakan tugas

pemerintahan, pembangunan dan pembinaankemasyarakatan

Page 68: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

58

2. Mengoptimakan koordinasi dengan instansi terkait

3. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan,

keagrarian dan satuan Bangsa

4. Meningkatkan pembinaan pemerintahan DesaKelurahan, pemberdayaan

otonomi Desa dan administrasi kependudukan

5. Meningkatkan pembinaan ketentraman dan ketertiban

6. Meningkatkan pembinaan ekonomi pembangunan dan pelayanan umum

7. Meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KECAMATAN PITU RIASE

B. Hasil Penelitian Tentang Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli

Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila.

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang Strategi pemerintah dalam penanganan

Konflik Tambang Galian C Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi

ABBAS ARAS,S.IP.,M.AP

KEPALA CAMAT

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

JEMMI HARUN,S.STP

SEKERTARIS

CAMAT

ROSLIANI, S.Sos

PERENCANAAN DAN

KEUANGAN

CAMAT

ROSLIANI, S.Sos

UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

CAMAT

SEKSI

PEMERINTAH

SEKSI

PEMBANGUNAN

SEKSI

PEMBERDAYAAN SEKSI

KETENTRAMAN

SEKSIPELAYANAN

UMUM

KELURAHAN / DESA

Page 69: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

59

Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila yang mengacu

kepada indikator Strategi PemerintahGoerge Polya dalam Veby (2012).

Memperkenalkan 4 langkah dalam penyelesaian masalah yang

disebut Heuristik. Heuristik adalah suatu langkah-langkah umum yang memandu

pemecah masalah dalam menemukan solusi masalah. Heuristik tidak menjamin

solusi yang tepat, tetapi hanya memandu dalam menemukan solusi dan tidak

menuntut langkah berurutan. Empat langkah tersebut yaitu memahami masalah,

merencanakan pemecahan, melaksanakan rencana, dan melihat kembali

1. Memahami masalah

Untuk dapat memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami

bahasa atau istilah yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan apa yang

diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup,

kondisi/syarat apa saja yang harus terpenuhi, nyatakan atau tuliskan masalah dalam

bentuk yang lebih operasional sehingga mempermudah untuk dipecahkan.

Kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah dapat diperoleh dengan rutin

menyelesaikan masalah. Untuk memberikan gambaran mengenai memahami

masalah terkait Strategi pemerintah dalam penanganan Konflik Tambang Antara

(ASS dan AMPSB) di Desa Bila,Maka di lakukan wawancara dengan informan

AA,selaku Camat Pitu Riase mengemukakan bahwa :

“Terjadinya konflik karena aktivitas tambang yang telah merusak lahan

perkebunan masyarakat sekitar,masyarakat merasa kegiatan tambang ini

berada di luar batas yang telah ditentukan dan tidak di lengkapi dokumen

perizinan.kami memahami masalah ini dengan adanya pengaduan atau

laporan dari masyarakat sekitar terkait aktivitas tambang di sungai bila”.

( Hasil Wawancara Informan AA Tanggal 11 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa memahami

masalah terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan adanya pengaduan atau laporan dari masyarakat sekitar terkait

konflik yang terjadi. Selain Penjelasan dari Camat,adapun penjelasan senada

dengan dari informan RL, Selaku kepala Desa Pitu Riase mengemukakan bahwa :

Page 70: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

60

“Penyebab terjadi konflik itu karena dari sembilan penambang hanya empat

yang memiliki izin dan limanya tidak memiliki dan bukan cuman itu cara

menambangnya pun masih salah , baik yang memiliki izin maupun tidak.

Hal ini masyarakat sekitar merasa resah karena aliran sungai bila merupakan

sumber pengairan bagi pertanian masyarakat setelah adanya aktivitas

tambang di sungai bila mengalami kerusakan dan selain itu juga kebun

masyarakat juga mengalami kerusakan.Kami memahami masalah karena

menerima laporan dari warga Desa Bila Riase bahwa masyarakat menilai

kegiatan tambang ini di luar batas yang telah di tentukan dan tidak memiliki

kelengkapan dokumen perizinan tambang.( Hasil Wawancara Informan RL

Tanggal 11 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa memahami

masalah terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan menerima laporan dari warga bahwa kegiatan tambang ini di

luar batas yang telah di tentukan dan tidak di lengkapi dokumen perizinan tambang.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai memahami masalah

terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang

Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa

Bila dengan adanya pengaduan dan laporan masyarakat sekitar terkait kegiatan

tambang yang di luar batas yang telah di tentukan dan tidak memiliki kelengkapan

dokumen perizinan tambang dalam hal ini juga Sungai Bila merupakan sumber

pengairan pertanian bagi masyarakat sekitar.

2. Merencanakan Pemecahan

Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari seberapa

sering pengalaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin sering kita

mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian masalah itu akan

semakin mudah didapatkan.

Page 71: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

61

Untuk merencanakan pemecahan masalah kita dapat mencari kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi atau mengingat-ingat kembali masalah yang

pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan sifat / pola dengan masalah yang akan

dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur penyelesaiannya.Untuk

memberikan gambaran mengenai Merencanakan Pemecahanterkait Strategi

pemerintah dalam penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan

Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila,Maka di

lakukan wawancara dengan informan AT,selaku Ketua AMPSB mengemukakan

bahwa :

“Awalnya itu merencanakan untuk mendirikan sebuah Organisasi terkait

peduli sungai bila terhadap penolakan aktivitas tambang di sungai bila

karena aktivitas tambang tersebut keluar dari batas yang telah di tentukan

sehingga mengakibatkan kerusakan di sungai bila dan perkebunan

masyarakat.Organisasi tersebut terkenal dengan Organisasi Aliansi

Masyarakat Peduli Sungai Bila atau AMPSB. Organisasi ini bertujuan untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat terkait penolakan aktivitas tambang

kepada pemerintah setempat dan merencanakan melakukan diskusi dengan

Pak Camat, Pak Desa dan masyarakat sekitar.( Hasil Wawancara Informan

AT Tanggal 25 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa merencanakan

pemecahan masalah terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan

AMPSB) di Desa Bila dengan mendirikan sebuah Organisasi terkait peduli sungai

bila untuk melakukan penolakan aktivitas tambang di sungai bila yang dapat

merusak sungai dan perkebunan masyarakat.Adapun penjelasan dengan informan

RL, Selaku kepala Desa Pitu Riase mengemukakan bahwa :

“Kami merencanakan melakukan kunjungan ke lapangan melihat langsung

kondisi di lokasi jika ditemukan kerusakan yang dilakukan dari tujuh pihak

Page 72: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

62

penambang , maka kami akan melaporkan ke pihak berwajib”. ( Hasil

Wawancara Informan RL Tanggal 11 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Merencanakan

Pemecahanterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan melakukan kunjungan ke lokasi penambangan di sungai bila

jika terlihat kerusakan maka akan di laporkan di pihak berwajib.Adapun penjelasan

dengan informan AA, Selaku Camat Pitu Riase mengemukakan bahwa :

“Kami merencanakan untuk melakukan investigasi bersama WALHI SulSel

untuk mengetahui terkait dampak yang di rasakan mengenai dampak

lingkungan ,dampak sosial dan dampak ekonomi yang di alami masyarakat

dan untuk sebagai kelengkapan dokumen pelaporan kepada pihak

berwajib’’.( Hasil Wawancara Informan AA Tanggal 11 November 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Merencanakan

Pemecahanterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan melakukan investigasi bersama WALHI SulSel terkait dampak

yang di rasakan terkait dampak lingkungan ,dampak sosial dan dampak ekonomi

yang di alami masyarakat dan untuk sebagai kelengkapan dokumen pelaporan ke

kantor polisi.Adapun penjelasansenada dengan dari informan HL,, Selaku

Masyarakat mengemukakan bahwa :

“Melihat kondisi kerusakan lingkungan di lokasi penambang dan akan

menindak lanjuti kerusakan – kerusakan yang di akibatkan oleh para

penambang ke pihak berwajib”.( Hasil Wawancara Informan AT Tanggal

25 November 2019 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa merencanakan

Pemecahanterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Page 73: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

63

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila melakukan verifikasi kondisi kerusakan lingkungan di lokasi

penambang dan akan menindak kerusakan – kerusakan yang di akibat oleh para

penambang.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai merencanakan

Pemecahanterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan melakukan kunjungan ke lapangan melihat langsung kondisi

di lokasi jika ditemukan kerusakan yang dilakukan oleh tujuh penambang yang

diantaranya UD Ahmad, CV Ega, CV Sinta Pratama, CV Bil Boy , CV Sumber

Tani , Hj. Mini dan Hj. Kartini jika masih melakukan aktivitas tambang maka kami

akan melaporkan ke pihak berwajib selain itu melakukan investigasi oleh WALHI

SulSel mengenai dampak yang di rasakan terkait dampak lingkungan ,dampak

sosial dan dampak ekonomi yang di alami masyarakat.Jika dilihat dari dampak

Lingkunganya yaitu Kegiatan tambang di Desa Bila Riase telah membuat sungai

rusak. Kedalaman sungai meningkat secara bervariasi, ini tentu saja merubah aliran

sungai yang akibatnya,terjadi longsor di bibir sungai. Sementara, bibir Sungai Bila

merupakan lahan perkebunan masyarakat untuk sebagai kelengkapan dokumen

pelaporan ke kantor polisi.Jika dilihat dari Dampak ekonominya Pendapatan

masyarakat mulai berkurang karenakebun (jagung, kelapa, kakao) mereka

menyempit. Akibatnya pendapatan masyarakat menurun dan Masyarakat tidak lagi

dapat menangkap , mengkonsumsi ikan air tawar yang terdapat di Sungai Bila.Jika

dilihat dari segi dampak sosial yaitu hubungan masyarakat tidak harmonis karena

Page 74: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

64

ada masyarakat yang dipengaruhi untuk mendukung keberadaan tambang dan

masyarakat diintimidasi dengan berbagai cara agar mendukung tambang dan tidak

melaporkan pengerusakan lingkungan kepada pemerintah maupun ke kepolisian.

3. Melaksanakan Rencana

Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah,

yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan

ketekunana dan ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.Untuk memberikan

gambaran mengenai memahami masalah terkait Strategi pemerintah dalam

penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat

Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila,Maka di lakukan wawancara

dengan informan AT,selaku Ketua AMPSB mengemukakan bahwa:

“Kami telah melakukan diskusi bersama pak camat dan pak desa membahas

perkembangan penambangan yang ilegal dalam bentuk menyalurkan

aspirasi masyarakat terkait keresahan yang di rasakan masyarakat dan

mendapat dukungan dari Pak Desa dan Pak Camat”.( Hasil Wawancara

Informan AT Tanggal 25 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Melaksanakan

Rencanaterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Tambang Galian

C Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila

(ASS dan AMPSB) di Desa Bila telah melakukan diskusi yang membahas

perkembangan penambangan yang ilegal dan mendapat dukungan dari Kepala Desa

dan Kepala Camat.Adapun penjelasan dengan informan RL , Selaku kepala Desa

Pitu Riase mengemukakan bahwa :

“Kami telah melakukan diskusidengan pihak lainnya mendeskusikan

perkembangan operasi penambangan ilegal dan kami telah mengeluarkan

surat pemberhentian aktivitas tambang di sungai bila kepada Camat Pitu

Riase terkait keresahaan masyarakat sekitar yang di akibatkan aktivitas

Page 75: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

65

tambang di sungai bila”( Hasil Wawancara Informan RL Tanggal 11

Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait

Melaksanakan Rencana Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan

AMPSB) di Desa Bila bahwa Kepala Desa telah mengeluarkan surat untuk

pemberhentian kepada Pak Camat terkait laporan masyarakat dan akan di tindak

lanjuti Pak Camat.Adapun penjelasan dengan informan AA , Selaku Camat Pitu

Riase mengemukakan bahwa:

“iya kami mendapat surat dari kepala desa mengenai surat pemberhentian

aktivitas tambang dan kami menindak lanjuti dengan mengeluarkan surat

pengaduan masyarakat kepada Polres Sidrap.( Hasil Wawancara Informan

AA Tanggal 11 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait

Melaksanakan Rencana Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Tambang

Galian C Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai

Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila. Camat telah menerima surat pemberhentian

mengenai aktivitas tambang di sungai dan pihak Kecamatan Pitu Riase telah

menindak lanjuti dengan mengeluarkan surat pengaduan masyarakat kepada Polres

Sidrap.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai melaksanakan

rencanaterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila dengan melakukan diskusi membahas perkembangan penambangan

ilegal dan mendapatkan dukungan dari kepala Desa dan Camat serta Kepala Desa

Page 76: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

66

telah mengeluarkan surat mengenai pemberhentian tambang kepada Pak Camat

terkait laporan masyarakat yang akan di tindak lanjuti Camat dengan melakukan

penegakan hukum lingkungan atas pengerusakan lingkungan di Sungai Bila, Desa

Bila Riase, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap dan Melakukan penindakan

terhadap 7 pemilik tambang yang telah menambang dan melakukan pengerusakan

lingkungan serta merusak lahan perkebunan masyarakat di Sungai Bila dan

Menjerat pidana para pemilik tambang atas perbuatannya merusak lingkungan.

4. Melihat Kembali

Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisi dan mengevaluasi apakah

strategi yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain

yang lebih efektif, apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya.

Ini bertujuan untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk

mencoba masalah baru yang akan datang.Maka di lakukan wawancara dengan

informan RL,selaku Kepala Desa mengemukakan bahwa:

“Melihat hasilnya belum sesuai dengan rencana karena hingga sekarang

belum ada pemilik tambang di proses hukum terkait pengerusakan

lingkungan dan penambangan ilegal yang terjadi di sungai Bila.(Hasil

Wawancara Informan RL Tanggal 10 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait melihat

kembali Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Tambang Galian C

Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila

(ASS dan AMPSB) di Desa Bila bahwa belum ada tindakan proses hukum

dilakukan terkait pengerusakan lingkungan dan penambang yang ilegal. Adapun

Page 77: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

67

penjelasan dengan informan AA , Selaku Camat Pitu Riase mengemukakan bahwa

:

“Jika di lihat kondisi sekarang belum ada tindakan hukum di lakukan terkait

penambang ilegal tetapi aktivitas tambang sementara waktu terhentikan di

sekitar Sungai Bila’’.( Hasil Wawancara Informan AA Tanggal 11

Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait melihat

kembali Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa belum ada tindakan proses hukum dilakukan terkait

pengerusakan lingkungan dan penambang yang ilegal tetapi aktivitas tambang

sementara waktu terhentikan.Adapun penjelasan dengan informan AT, Selaku

ketua AMPSB mengemukakan bahwa :

“melihat kembali kondisi di Sungai bila masih dalam keadaan rusak dan

untuk aktivitas tambang sementara waktu terhenti tetapi menurut warga

sekitar berselangnya waktu aktivitas tambang di sungai bila kembali

beroperasi di malam hari dan belum ada Penegakan hukum yang dilakukan

oleh Kepolisian Resort Sidrap”.( Hasil Wawancara Informan AT Tanggal

25 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait melihat

kembali Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa Keadaan di Sungai Bila masih dalam keadaan rusak dan

aktivitas tambang mulai kembali di malam hari tetapi belum ada tindakan hukum

di lakukan Kepolisian Resort Sidrap.Adapun penjelasan dengan informan RJ,

Selaku Masyarakat mengemukakan bahwa :

“Sempat aktivitas tambang terhenti beberapa waktu tapi tidak lama

kemudian aktivitas tambang kembali dilakukan di malam hari , hal ini

Page 78: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

68

tindakan yang dilakukan pemerintah belum efektif dalam menyelesaikan

masalah,jadi masyarakat mengambil tindakan dengan memblokade jalan

menuju ke sungai bila”.(Hasil Wawancara Informan RJ Tanggal 25

Desember 2019 .

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait melihat

kembali Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa aktivitas tambang terhenti hanya bersifat sementara waktu dan

tindakan pemerintah setempat belum efektif dalam menyelesaikan masalah

tersebut.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai melaksanakan

rencanaterkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa belum ada tindakan proses hukum dilakukan terkait

pengerusakan lingkungan dan penambang yang ilegal dan aktivitas tambang hanya

terhenti sementara waktu serta tindakan pemerintah setempat belum efektif dalam

menyelesaikan masalah tersebut.

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara ASS dan AMPSB Di Desa Bila.

Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat terkait Strategi

Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan

Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) Di Desa Bila, maka

dapat dilihat dari segala hal yang mendukung dan mendorong Strategi Pemerintah

Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi

Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) Di Desa Bila Kecamatan Pitu

Page 79: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

69

Riase Kabupaten Sidrap,sementara faktor penghambat dilihat dari berbagai kendala

yang di temukan dalam proses Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila

(ASS dan AMPSB) Di Desa Bila.Untuk penjelasan lebih lanjut dapat di uraikan

pada bagian berikut:

1. Faktor Pendukung

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang mendukung dan

mendorong terjadinya Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan

AMPSB) Di Desa Bila,maka kami melakukan wawancara dengan informan

AA,selaku Camat mengemukakan bahwa :

“Faktor yang menjadi pendukung adanya bantuan dari hasil investigasi

WALHI Sulsel terkait dampak lingkungan,dampak sosial,dan dampak

ekonomi”. ( Hasil Wawancara Informan AA Tanggal 11 Desember 2019 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait faktor

pendukung Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa adanya dukungan dari hasil investigasi dari WALHI Sulsel

terkait dampak yang di rasakan masyarakat.Adapun penjelasan dengan informan

AT , Selaku ketua AMPSB mengemukakan bahwa :

“Adanya dukungan dari berbagai pihak seperti adanya dukungan dari

kepala Desa ,kepala Camat dan bantuan dari WALHI Sulsel”. (Hasil

Wawancara Informan AT Tanggal 25 Desember 2019).

Hal ini senada dengan yang di sampaikan informan RH,selaku masyarakat

di Desa Pitu Riase mengemukakan bahwa:

Page 80: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

70

“Iya, kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik dari pihak

kepala Desa,Kepala camat adapun dukungan dari WALHI Sulsel dan

Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) yang siap

mendampingi dalam proses hukum.(Hasil Wawancara Informan RH

Tanggal 25 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait faktor

pendukung Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa adanya dukungan dari berbagai Pihak yang meliputi kepala

Desa,Kepala Camat adapun bantuan dari WALHI Sulsel dan Perhimpunan Bantuan

Hukum dan HAM Indonesia (PBHI).Adapun penjelasan dengan informan RL, ,

Selaku Kepala Desa mengemukakan bahwa :

“Kami mendapatkan dukungan dari WALHI Sulsel yang siap mendampingi

masyarakat untuk menyelesaikan kasus ini”.(Hasil Wawancara Informan

RL Tanggal 10 Desember 2019 ).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait faktor

pendukung Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa adanya dukungan dari WALHI Sulsel yang siap mendampingi

masyarakat dalam menyelesaikan kasus ini.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai faktor pendukung

terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Tambang Galian C Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan

AMPSB) di Desa Bila bahwa adanya bantuan dari berbagai pihak yang siap

mendampingi masyarakat seperti Camat,Kepala Desa adapun WALHI Sulsel dan

Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI).

Page 81: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

71

2. Faktot Penghambat

Pada penelitian ini faktor penghambat dapat dilihat dari berbagai kendala

yang di temukan dalam proses Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik

Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila

(ASS dan AMPSB) Di Desa Bila.Untuk mengetahui faktor penghambat tersebut

maka dilakukan wawancara dengan informan AA,selaku Camat mengemukakan

bahwa

“Kami telah melakukan pelaporan kepada Kapolres Sidrap untuk

pemberhentian aktivitas tambang tetapi nyatanya hingga saat ini belum ada

tanggapan atau respon dari Kapolres Sidrap untuk melakukan proses hukum

terkait aktivitas tambang yang ilegal.(Hasil Wawancara Informan AA

Tanggal 11 Desember 2019 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait faktor

penghambat Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila bahwa tidak adanya respon dari Kapolres Sidrap untuk melakukan

proses hukum terkait aktivitas tambang yang ilegal yang terjadi di sungai

Bila.Adapun penjelasan dengan informan RL , Selaku Kepala Desa

mengemukakan bahwa :

“Iya ada faktor yang menghambat dalam menyelesaikan konflik ini karena

belum ada tindakan lanjutan dari Kapolres Sidrap dalam menyelesaikan

kasus ini.(Hasil Wawancara Informan Tanggal 10 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait faktor

penghambat Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

Page 82: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

72

di Desa Bila bahwa yang menghambat menyelesaikan konflik ini karena belum ada

tindakan hukum yang dilakukan Kapolres Sidrap.

Berdasarkan beberapa wawancara di atas mengenai faktor penghambat

terkait Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang

Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa

Bila bahwa kurangnya respon atau tanggapan Kapolres Sidrap dalam menindak

lanjuti kasus tambang ilegal ini yang seharusnya aktivitas tambang masuk dalam

koridor hukum yang tidak merugikan warga dan tidak merusak lingkungan terkait

penambangan yang seharusnya memiliki izin usaha tambang dan izin dari

masyarakat,Aparat Desa, Camat, Kementrian Lingkungan Hidup Pangkajenne.

Secara keseluruhan faktor pendukung dan penghambat Strategi Pemerintah

Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi

Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila bahwa faktor

pendukung adanya bantuan dari berbagai pihak yang siap mendampingi masyarakat

seperti Camat,Kepala Desa dan adapun WALHI Sulsel dan Perhimpunan Bantuan

Hukum dan HAM Indonesia (PBHI).

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat Strategi Pemerintah Dalam

Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat

Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila Kecamatan Pitu Riase

Kabupaten Sidrap bahwa kurangnya respon atau tanggapan Kapolres Sidrap dalam

menindak lanjuti kasus tambang ilegal ini.

Page 83: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab

sebelumnya tentang Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara

Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS

dan AMPSB) di Desa Bila, Maka dapat di simpulkan secara keseluruhan ysng

mengacu kepada indikator memahami masalah,merencanakan

pemecahan,melaksanakan rencana dan melihat kembali ( Goerge Polya dalam

Veby 2012) menunjukkan bahwa adanya

a. Memahami Masalah, menujukkan bahwa untuk memahami masalah

pemerintah dengan menerima laporan dari warga bahwa kegiatan tambang

ini di luar batas yang telah di tentukan dan tidak di lengkapi dokumen

perizinan tambang.

b. Merencanakan Pemecahan dengan merencanakam melakukan kunjungan ke

lapangan melihat langsung kondisi di lokasi jika ditemukan kerusakan maka

kami akan melaporkan ke pihak berwajib selain itu melakukan investigasi

oleh WALHI SulSel terkait dampak yang di rasakan terkait dampak

lingkungan ,dampak sosial dan dampak ekonomi yang di alami masyarakat

dan untuk sebagai kelengkapan dokumen pelaporan ke kantor polisi.

c. Melaksanakan Rencana dengan melakukan diskusi membahas

perkembangan penambangan ilegal dan mendapatkan dukungan darikepala

Desa dan Kepala Camat serta Kepala Desa telah mengeluarkan surat

Page 84: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

75

mengenai pemberhentian tambang kepada Pak Camat terkait laporan

masyarakat yang akan di tindak lanjuti Camat.

d. Melihat Kembali bahwa belum ada tindakan proses hukum dilakukan terkait

pengerusakan lingkungan dan penambang yang ilegal dan aktivitas tambang

hanya terhenti sementara waktu serta tindakan pemerintah setempat belum

efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut

2. Faktor pendukung dan penghambat strategi pemerintah dalam penanganan

konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli

Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila bahwa faktor pendukung adanya

bantuan dari berbagai pihak yang siap mendampingi masyarakat seperti

Camat,Kepala Desa,WALHI Sulsel dan Perhimpunan Bantuan Hukum dan

HAM Indonesia (PBHI). Sedangkan yang menjadi faktor penghambat Strategi

Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Antara Aliansi Senambang Sidarap

dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB) di Desa Bila

bahwa kurangnya respon atau tanggapan Kapolres Sidrap dalam menindak

lanjuti kasus tambang ilegal ini.

Page 85: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

76

B. Saran

Berdasarkan hasil Penelitian yang telah disimpulkan diatas, ada beberapa saran

penulis yang akan dikemukakan untuk dapat dijadikan peningkatan Strategi

Pemerintah Dalam Penanganan Konflik Tambang Galian C Antara Aliansi

Senambang Sidarap dan Aliansi Masyarakat Peduli Sungai Bila (ASS dan AMPSB)

di Desa Bila Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap yaitu:

1. Seharusnya pihak Pemerintah setempat harus lebih tegas dalam

menyelesaikan konflik ini, agar konflik ini tidak berkelanjutan dan akan

merugikan masyarakat di sungai bila.

2. Seharusnya pihak Pemerintah Setempat dengan masyarakat harus lebih

bekerjasama dalam mengatasi konflik ini agar cepat teratasi.

Page 86: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

77

DAFTAR PUSTAKA

Aditjondro,GeorgeJunus(2003).Korbankorbanpembangunan :tilikanterhadapbebe

rapakasusperusakanlingkungan di tanah air. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Ahmad EraniYustika .2003. Negara VsKaumMiskin. Yogyakarta: PustakaBelajar

Erich From,2002.Marx’s Concept of ManKonsep Manusia Menurut Marx, Agung

Prihantoro (penerj).Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Fspbi.2005. PerjuanganMewujutkanPembaharuan Agrarian Sejati.Jakarta Henry

Saragia.

Kelman, Steven, J. Meyers. 2009. Successfully Executing Ambitious Strategies In

Government: An Empirical Analysis. Harvard Kennedy School Of

Government: Faculty Research Working Paper Series.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah

(ReformasiPerencanaan, Strategi, Dan Peluang ). Jakarta. Erlangga.

Lauer, Robert. Perspektif Tentang Perubahan Sosial .Jakarta : PT. Rineka Cipta

Marrus,Stephanie.2002. Building The Strategic Plan : Fin Analyze, And Present

The Right Information.Wiley.USA

Pearce dan Robinson.2008. Manajemen Strategis :Formulasi, Implementasi dan

Pengandilan.Jakarta : Salemba Empat

Peraturan Perundang-Undangan

Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan

bahwa: “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

Ross,Mark Howard.1993.Management of Conflict : Interpretations and Interests in

Comprative Prespective.Yale University Press.

Rasyid, Ryaas.2000.Desentralisasi Dalam Rangka Menunjang Pembangunan

Daerah.LP3ES.Jakarta

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif,

dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sanderson, Stephen K. 2010. Makro Sosiologi. Jakarta: Kharisma Putra Offset.

Scott, James. C, 1981.Moral ekonomi Petani, Pergola kan dan Subsistensi di

AsiaTenggara. Jakarta : LP3ES.

Page 87: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

78

Suwarsono, 2012. StrategiPemerintahan: manajemen organisasi publik,

Jakarta:Penerbit Erlannga.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Umar, Husein. 2003. Strategic Management In Action, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Undang-Undang No 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Weber Max 2006 Etika Protestan & Spirit Kapitalism:sejarah kemunculan dan

ramalan tentang perkembagan kultur industrial kontemporer secara

menyeluruh. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Wiradi, Gunawan. 2000. Reforma Agrarian: Perjalanan yang BelumBerakhir.

Insist Press, KPA, danPustakaPelajar. Yogyakarta.

Zubir, Zaiyardam. 2002.Radikalime Kaum Pinggiran:Studi tentang Idiologi,

Isu,Strategi, dan Dampak Gerakan. Yogyakarta: Insist Press.

Page 88: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

79

LAMPIRAN

Foto dengan Ketua AMPSB

Page 89: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

80

Foto dengan Masyarakat

Page 90: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

81

Foto Struktur Kecamatan Pitu Riase

Foto Sebelum aktivitas tambang di Sungai Bila

Page 91: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

82

Foto Sesudah aktivitas tambang di Sungai Bila

Page 92: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …
Page 93: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

81

Page 94: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

82

Page 95: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

83

Page 96: STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KONFLIK …

84

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap Fahruddin P. Depparaga. Lahir Bojoe , Tanggal

25 Mei 1998. Alamat BTN. Wesabbe Blok A No. 6, Kelurahan

Arawa,Kecamatan Watang Pulu. Anak ke lima dari lima

bersaudarah, dari pasangan Ir. Abd. Yaris Djafar dan Hj.St.

Farida, S.Pd.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 6 Arawa dan selesai pada

Tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Watang Pulu dan selesai pada tahun 2012, dan selanjutnya penulis

melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA 1 Watang Pulu dan selesai tahun

2015 dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi di

Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH MAKASSAR) pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu Pemerintahan . Penulis

sangat bersyukur , karena telah diberikan kesempatan untuk menimbah ilmu

pengetahuan yang nantinya dapat diamalkan dan memberikan manfaat.