strategi pemerintah kota cilegon menuju …repository.fisip-untirta.ac.id/861/1/strategi pemerintah...
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PEMERINTAH KOTA CILEGON
MENUJU CILEGON SMART CITY
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Murni Agustini
6661130966
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2017
1
1
1
1
Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu
urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.”
(Q.S. Al-Insyirah, 6-8)
“Niat adalah Awalan Terbaik” – Murni Agustini
Skripsi ini Ku Persembahkan
Ter-untuk Kedua Orangtua Ku Tercinta,
Bapak Safrudin dan Ibu Muhayah
Serta Adikku Tercinta Putri Reno Desiana Sari,
Yang telah memberikan Doa dan Motivasi
Kepada Penulis Setiap Waktu
1
ABSTRAK
Murni Agustini. NIM. 6661130966. Skripsi. 2017. Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riswanda, Ph.D, Dosen Pembimbing II: Anis Fuad, M.Si
Belum adanya blueprint atau disebut kerangka pedoman pembentukan kota cilegon smart city menjadi salah satu indikasi permasalahan dalam menerapkan smart city. Untuk menanggapi hal tersebut, pemerintah kota cilegon yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas terkait yaitu Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik sedang membedah makna dari visi-misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cilegon periode 2016-2021. Didirikannya Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik ini sendiri bertujuan untuk membangun ekosistem Smart City berbasis Teknologi, Informasi & Komunikasi. Karena konsep pembangunan kota cilgon menuju smart city yang belum jelas, maka hal tersebut menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh pemerintah kota cilegon menuju smart city. Teori yang digunakan yaitu strategi menurut Pearce and Robbins (2011) dan indikator smart city menurut pratama (2016) yang meliputi: smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment & smart living. Metode yang digunakan yaitu Kualitatif-Eksploratif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu diskominfo, Bappeda dan beberapa SKPD di Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan strategi yang terintegrasi antara SKPD satu dan SKPD lainnya, dalam ruang lingkup pemerintah kota cilegon. Saran dalam penelitian ini yaitu diperlukan partisipasi dari masyarakat dan Non Government Organization (NGO) untuk sama-sama mendukung program prioritas cilegon smart city.
Kata Kunci: Strategi, Smart City (Kota Cerdas)
2
ABSTRACT
Murni Agustini. NIM. 6661130966. Essay. Government Strategy of Cilegon City
Towards Smart City. 2017. Program Study of Public Administration. Faculty of
Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I:
Riswanda, Ph.D., Advisor II: Anis Fuad, M.Si
No blueprint either that can be called (blueprint) framework cilegon smart city. One of the problems ini implementing smart city. About inturn, it with respect to this, the government of Cilegon City which in this case is represented by the relevant authorities, namely the information and communication service, code and statistic were being by the vision, mission and medium term development plan 2016-2021 cilegon. The establishment of the service is about building smart city ecosystem-based Technology, Information and Communications. Because the concept of the development cilegon towards smarcity is not yet clear, it does attract researchers to conduct further research. The purpose of this research was to determine strategy us undertaken by the cilegon municipality regarding smart city. The theory used is the strategic by Pearce and Robbins (2011) together with indicators of Smart City by Pratama (2016) which are smart economy; smart people; smart governance; smart mobility; smart environment and smart living. The method usedis qualitative-explorative. Data collection techniques are direct observation, indepth interview and documentation study. Informants in this study are, the information and communication service, code and statistic Cilegon Development Planning Board, many public sector in Cilegon. The results showed that an integrated strategy was needed between one public sector and other sector that., community participations as well as those represented by NGO’s are vital in the terms of supporting Smart City in Cilegon.
Keywords: Strategy, Smart City
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,
rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada
nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya
pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Penyusunan penelitian skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
berjudul penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: “Strategi Pemerintah Kota
Cilegon menuju Cilegon Smart City” penyusunan penelitian skripsi ini tidak akan
selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari banyak bantuan dari para pihak
yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril maupun materiil.
Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan
ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, yaiu sebagai
berikut:
1. Prof. Dr.Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si Sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
4. Iman Nurokhman, S.Ikom., M.Ikom, Sebagai Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Sebagai Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Listyaningsih, M.Si selaku Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan
selaku Pembimbing Akademik dari Peneliti
7. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara dan selaku Pembimbing I Skripsi dari Peneliti yang sudah banyak
sekali memberikan bimbingan dan arahan, serta ilmu dan sarannya yang
sangat membentu peneliti sejak awal hingga terselesaikannya proposal
skripsi ini dengan baik.
8. Anis Fuad, M.Si selaku Pembimbing II Skripsi dari Peneliti yang sudah
membantu dan memberikan banyak waktu, saran dan masukan kepada
peneliti.
9. Semua Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan
membantu kegiatan administrasi di Program Studi Ilmu Administrasi
Negara.
10. Bapak Drs. Didin S. Maulana sebagai Sekretaris Dinas Komunikasi,
Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon yang sudah meluangkan
waktunya untuk membantu peneliti menemui informan-informan terkait
penelitian.
iii
11. Bapak Adi Tri Prasetyo Kepala Seksi Pelayanan E-government Dinas
Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Kota Cilegon
yang sudah memberikan waktunya untuk berdiskusi dengan peneliti.
12. Bapak ibu yang berada di lingkungan Dinas Komunikasi, Informatika,
Sandi dan Statistik Kota Cilegon Kota Cilegon yang sudah memberikan
dukungan dan saran kepada peneliti.
13. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materiil
serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya dimasa
depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang
terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan ibu dan bapak.
14. Adikku ( Putri Reno Desiana Sari) yang selalu mengerti terhadap
kesibukan kakaknya.
15. Sahabat seperjuangan “The Alimun” yang setia dalam suka dan duka
menemani sejak awal masuk kelas B Program Studi Ilmu Administrasi
Negara 2013 sampai saat ini.
16. Teman - teman kelas B yang selalu mendukung dan mendoakan yang
terbaik selama ini.
17. Teman kantor Teh Dian Dwi Saputri dan Teh Shifana Mardhatillah, The
Yuli , Pak Anas yang sudah mendukung peneliti baik suka dan duka.
18. Sahabat Terdekat Juwan Sanjaya yang sudah memberikan dukungan dan
motivasi setiap saat dan setiap waktu.
19. Bapak “Zahra Fotocopy” dkk yang sudah membantu peneliti untuk
pencetakan skripsi ini.
iv
20. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
informan penelitian yang sudah menyempatkan waktu untuk diajak
berdiskusi oleh peneliti.
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
selesainya penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam
penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan penelitian
skripsi ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, April 2017
Murni Agustini
NIM. 6661130966
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………................. v
DAFTAR TABEL………………………………………………......... ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………..... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………… 10
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………..... 10
1.4 Rumusan Masalah…………………………………………………... 11
1.5Tujuan Penelitian…………………………………………………...... 11
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………..
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………………..... 13
vi
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi………………………………… 13
2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi…………………….. 16
2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi…………………………………. 18
2.1.2 Analisis SOAR………………………………………………… 29
2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance) ……………………… 35
2.1.4 Konsep Smart City……………………………………………... 38
2.1.4.1 Smart Economy…………………………………………….. 41
2.1.4.2 Smart People………………………………………………... 42
2.1.4.3 Smart Governance………………………………………….. 43
2.1.4.4 Smart Mobility……………………………………………… 45
2.1.4.5 Smart Environment…………………………………………. 46
2.1.4.6 Smart Living………………………………………………... 47
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………... 53
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………….. 55
2.4 Asumsi Dasar…………………………………………………..........
59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian…………………………………. 60
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian………………………………….. 61
3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………... 61
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 62
3.4.1 Sumber Data Primer……………………………………………. 63
vii
3.4.2 Sumber Data Sekunder…………………………………………. 66
3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………... 68
3.7 Informan Penelirian………………………………………………… 70
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………… 73
3.9 Uji Keabsahan Data………………………………………………… 78
3.10 Jadwal Penelitian…………………………………………………...
80
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian………………….………………………. 82
4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Wilayah Kota Cilegon…………….. 82
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Cilegon…….…………………………… 84
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Cilegon…………………………... 85
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Kota Cilegon.………………...………………………...
87
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Kota Cilegon……………………………..………..
88
4.1.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Komunikasi,
Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon………………
88
4.2 Deskripsi Data………………………………………………………. 91
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………………… 91
4.2.2 Data Informan……………………………………….…………. 94
4.3 Temuan Lapangan…………………………………………………... 97
viii
4.3.1 Strengths (Kekuatan) …………………………………………... 97
4.3.2 Opportunities (Peluang) ……………………………………….. 117
4.3.3 Aspirations (Aspirasi)………………………………………… 132
4.3.4 Results (Hasil) …………………………………………………. 146
4.4 Pembahasan.……..………………………………………………….
161
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan……..…………………………………………………... 174
5.2 Saran……..…………………………………………………………. 175
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
xi
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Hal
1.1 Daftar Nama-nama Pegawai Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi
dan Statistik Tahun 2017…………………………………….………
7
2.1 Matriks SOAR………...………………………………………….…. 34
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….……... 53
3.2 Informan Penelitian…………………………………………………. 70
3.3 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 81
4.1 Luas Wilayah Kota Cilegon Berdasarkan
Kecamatan……………………………………………..…………….
84
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
2015………………………………………………………………..…
85
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2015……………………………………………………..…...
86
4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama……………………….... 87
4.5 Informan Penelitian…………………………………………………. 95
4.6 Analisis Tematik (Pengkodingan).…………………………..….….. 159
4.7 Matriks SOAR……………………………………………..….……. 167
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
2.1 Proses Tahapan Manajemen Strategi………………………………….. 19
2.2 Proses Evaluasi dan Kontrol…………………………………………... 28
2.3 Tahapan analisis SOAR………………………………………………. 32
2.4 Diagram Analisis SOAR..…………………………………………….. 33
2.5 Enam Dimensi Smart City……………………………………………. 41
2.6 Preliminary result (Temuan Awal) …………………………………… 57
2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………….. 58
3.1 Analisis Dalam Penelitian Kualitatif………………………………….. 74
4.1 Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan
Statistik……………………………………………..………………….
91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar
yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk penyelenggaraan
pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat, disamping adanya globalisasi, pola-pola lama dalam penyelenggaraan
pemerintahan telah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini
berubah. Oleh karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah
seharusnya di respon pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan
prinsip-prinsip pemerintah yang baik dengan menerapkan asas keefektifan dari
fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri. Pelayanan publik yang di lakukan oleh
pemerintah secara efektif dapat memperdalam kepercayaan pada pemerintahan
dan administrasi publik. Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada publik
(masyarakat). Kegiatan pelayanan publik semata-mata didirikan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, mulai dari pembuatan identitas dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, secara tidak langsung organisasi pemerintah yang
2
berkedudukan sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat sudah selayaknya
memberikan informasi serta memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyampaian informasi dari
penyelenggara pelayanan kepada masyarakat sebaiknya dalam bentuk lisan,
tulisan Latin, tulisan huruf Braile, Bahasa gambar, dan/atau Bahasa local, serta
disajikan secara manual atau pun secara elektronic.
Pengembangan pelayanan publik berbasis pada teknologi informasi dan
elektronik sudah banyak dikembangkan di beberapa kota di Indonesia. Seperti
Bandung, Surabaya, Manado, Makassar dan lain-lain. Beberapa kota tersebut
rupanya sudah lebih awal mewujudkan pengembangan teknologi. Dimana
pelayanan publik saat ini sudah harus mengikuti perkembangan zaman yang
semakin modern dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
sedemikian pesatnya, sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat diciptakan
dengan teramat sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan
masyarakat di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Perkembangan
teknologi dan komunikasi pada masa sekarang telah mengubah sebagian pola
aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya dengan
pelayanan publik. Hal ini berarti bahwa setiap individu di berbagai negara didunia
dapat saling berkomunikasi serta mendapatkan informasi secara langsung kepada
siapapun yang dikehendaki tanpa dibutuhkan perantara (mediasi) apapun.
Kegiatan komunikasi ini bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak seperti
pemerintah, swasta, dan masyarakat luas.
3
Setiap negara/kota pasti memiliki permasalahan yang terus bertambah
dalam penataan ruangnya seiring waktu berjalan. Tidak jarang permasalahan yang
muncul diakibatkan oleh pembangunan negara/kota itu sendiri. Untuk dapat
mencegah hal tersebut dibutuhkan manajemen kota melalui pendekatan konsep
perencanaan yang berkelanjutan. Dan saat ini sedang berkembang konsep kota
cerdas, dimana kota-kota besar di Indonesia sudah mulai menerapkan konsep
tersebut, namun masih belum mencapai seutuhnya. Salah satu dimensi terpenting
dari kota cerdas adalah bahwa kota saat ini seharusnya memberikan pelayanan
yang menggunakan teknologi terkini dan membangun infrastruktur yang pintar,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan murah kepada seluruh
masyarakat yang tinggal di kota. Kota cerdas merupakan kota yang mampu
menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur
telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang
bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Di Indonesia sendiri sudah ada model yang diciptakan untuk penerapan
kota cerdas atau smart city yaitu Garuda Smart City Model. Di Indonesia juga ada
beberapa kota yang sudah mengimplementasikan Smart City. Sebagai contoh,
Smart City kota Makassar yang mengelola e-Kelurahan untuk mendukung
pelayanan di Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakkukang yang termasuk
Smart Society yang mengedepankan kearifan lokal. Serta Kota Surabaya, sebagai
kota yang memenangkan predikat Smart City Awards 2011 dengan memenangkan
tiga kategori dari empat kategori yaitu Smart Governance, smart Living dan Smart
4
Environment. Smart Governance meliputi partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan, layanan publik, serta transparansi pemerintah. Smart
Living melingkupi fasilitas pendidikan, pariwisata, transportasi, serta infrastruktur
lainnya yang berbasis TIK, sedangkan yang terakhir Smart Environment,
melingkupi pengelolaaan sumberdaya dan lingkungan yang berkelanjutan dengan
basis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Begitu juga Kota Manado yang
meng-implementasikan Smart City di Bidang Pariwisata melalui pengenalan
potensi pariwisata (alam, budaya, kuliner, sejarah) ke seluruh Indonesia dan dunia
melalui jaringan internet.
Di Provinsi Banten, sudah banyak yang menerapkan konsep Smart City,
seperti Kota Tengerang Selatan yang sudah menerapkan Smart City dengan
konsep pembangunan teknologi, Sumber: Tempo.com , begitupun Kota
Tangerang yang lebih dulu menerapkan konsep Kota Pintar dengan konsep
kecanggihan infrastruktur teknologi (sumber:tangerangkota.go.id). Sedangkan
Kota Cilegon merupakan Kota yang baru 1 (satu) tahun merintis Smart City. Kota
Cilegon atau biasa disebut Kota Industri saat ini baru merintis Smart City dan
sebagai realisasi dari Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, Kota Cilegon memperoleh penghargaan KABTA
(Kabupaten/Kota) Web Award sebagai Website Terfavorit Pilihan Netizen pada
tahun 2015 (Sumber: Beritasatu.com) dan penghargaan inovasi Pelayanan Publik
mengenai Inovasi Pengelolaan Pelayanan Pajak di Tahun 2014. Hal tersebut
merupakan motivasi untuk Kota Cilegon agar lebih meningkatkan pelaksanaan
public service yang lebih baik lagi. Dari hal tersebut pula Kota Cilegon merintis
5
Smart City untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan Sumber Daya
Manusia di Bidang Teknologi Informasi.
Pada awalnya, smart city di kota cilegon ada di bawah kewenangan dari
UPT e-government yang berada di bawah naungan Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cilegon. Namun, saat awal tahun 2017,
UPT E-government sudah berbeda Struktur Organisasinya, untuk saat ini sudah
berada dibawah kewenangan Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik
di Kota Cilegon. Dimana terdapat Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang membawahi Pelayanan E-Government. Jadi secara excisting
kewenangan untuk menuju Smart City sudah semakin terbuka lebar untuk Kota
Cilegon.
Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Cilegon No.68 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik. pengelolaan dan
pengembangan E-Government di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon salah
satunya yaitu penyelenggaraan pengelolaan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung proses kota menuju Smart and Digital City.
Dimana didalamnya terdapat Tugas dan Fungsi Organisasi untuk
menyelenggarakan ekosistem Teknologi Informasi dan Komunikasi Smart City.
Transformasi menuju penataan pemerintahan yang berbasis elektronik ini
tidaklah mudah, secara garis besar beberapa tahapan yang perlu dilakukan
diantaranya, pengembangan sarana infastruktur teknologi informasi dan
komunikasi, pembentukan karakter budaya dan kerja pemerintahan yang berbasis
6
elektronik, dan pengembangan penerapan electronic government melalui
government business, government to employee, dan government citizen. (Sumber
:http://www.satubanten.com/index.php/news/banten-news/item/1039-bappeda-
cilegon-adakan-pelatihan-manajemen-pengelolaan-sumber-daya-teknologi-
informasi)
Smart City di dukung dengan adanya pelaksanaan e-Governance. E-
Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media
elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan
transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya
untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan. Dimana konteks e-
governance ini merupakan bentuk interaksi antara pemberi informasi (pemerintah)
dengan penerima informasi (publik), dan juga berlaku sebaliknya. Hal ini
dilakukan agar bukan hanya publik saja yang menerima informasi dari
pemerintah, melainkan pemerintah harus menerima informasi berdasarkan
keadaan real dilapangan.
Sebagai irisan dari sistem e-governance, sistem manajemen pemerintah
selama ini merupakan sistem hierarki kewenangan dengan lini yang panjang.
Untuk memuaskan kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam dimasa
yang akan mendatang, maka pemerintah harus mengembangkan sistem
manajemen modern dengan organisasi yang terintegrasi sehingga dapat
memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali
oleh pemerintah itu sendiri. Maka upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk
me-minimalisir biaya dan waktu yang dikeluarkan salah satu caranya yaitu
7
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau yang populer disebut e-
Government.
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, ada beberapa
temuan awal yang peneliti temui setelah diadakannya konsep Smart City di Kota
Cilegon. Adapun beberapa temuan yang ditemukan mengenai Smart City di Kota
Cilegon yang peneliti amati diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, Sumber Daya yang seharusnya menjadi faktor penunjang
terwujudnya Smart City terhitung masih kurang, Karena dalam hal ini Dinas
Komunikasi, Informasi Sandi dan Statistik terhitung masih baru, jadi masih
terdapat 3 bidang dan 2 sub bagian, sedangkan untuk menunjang diterapkannya
Smart City harus di butuhkan pegawai yang mumpuni di bidangnya. Berikut
adalah data Sumber Daya yang terdapat di Dinas Komunikasi, Informasi, Sandi
dan Statistik.
Tabel 1.1
Daftar Nama-nama Pegawai Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Tahun 2017
No Nama Jabatan
1 Drs. Didin S. Maulana MM Sekretaris
2 Drs. R. Benny Benyamin, M.Si Kabid Pengelolaan Teknologi Informasi
3 Sakri Jasiman, S.Sos Kabid Sandi dan Statistik
4 Atikoh, S.Ag, M.Si Kabid. Pengelolaan Informasi dan komunikasi
5 Lina Rahman, S.Pd, M.Si Kasubag umum kepegawaian
8
No Nama Jabatan
6 Drs. Melly delia, M.Si Kasubag program evaluasi dan keuangan
7 Asep Koswara, S.Sos.I, M.Si Kasie desiminasi informasi publik
8 Saripudin Kasie pelayanan informasi publik
9 Samsul Arif, S.Kom Kasie kerjasama media massa
10 Adi Tri Prasetyo, S.IP, M.Si Kasie layanan egovernment
11 H. Mufti, ST, MM Kasie infrastruktur jaringan telematika
12 Tatang Saputra Kasie aplikasi telematika
13 Soni Murhan, SE, MM Kasie penyelenggaraan sandi
14 Herylian, S.Kom MM Kasie statistik
15 Rina Fatwa Aulia S.Sos, MM Ka UPT Radio
16 Elin Yuliana Susila SP Ka TU Radio
17 Tb. Harun, S.IP Jabatan Fungsional Umum
18 Riki Hamdani, SE Jabatan Fungsional Umum
19 Pipit Baenudin Jabatan Fungsional Umum
20 Saiful Hidayat Jabatan Fungsional Umum
21 Nurjanah, SE Jabatan Fungsional Umum
22 Silvi Mulyani, SE Jabatan Fungsional Umum
23 Wahyu Annas, S.I.Kom Jabatan Fungsional Umum
24 Sofyan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum
25 Nur Dewi Haryani, SH Bendahara
26 Titin Mardiana, S.Kom Jabatan Fungsional Umum
9
No Nama Jabatan
27 Juhri Jabatan Fungsional Umum
28 Efriawan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum
29 Wawan Irwansyah Jabatan Fungsional Umum
30 Asep Rukmana Operator Simda
Sumber : Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Tahun 2017
Kedua, kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat
melalui PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), hal ini di tandai
dengan masih sedikitnya aplikasi yang menyajikan informasi dan pelayanan
kepada masyarakat. Misalnya seperti Layanan informasi pariwisata yang belum
tersedia. Begitupun juga dengan layanan Digital Library yang belum sempurna
karena dari Pihak Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon belum siap
menyediakan beberapa buku online untuk di konsumsi oleh masyarakat Sumber:
Wawancara dengan Kasie. Pelayanan E-government Tanggal 23 Januari 2017.
Ketiga, berkenaan dengan RPJMD Tahun 2016-2021 dari Kota Cilegon
dimana salah satunya perwujudan Smart City yaitu belum adanya parameter
ukuran keberhasilan yang terperinci terkait apa yang disebut “Smart City” yang
dimana hal tersebut dimanfaatkan untuk menyusun dan dijadikan pedoman
bagaimana sebuah kota akan dijadikan sebuah kota pintar yang marak
diperbincangkan. Menurut hasil wawancara dengan kasie. Pelayanan e-
government Kota Cilegon, beliau memberikan penjelasan bahwa, Kota Cilegon
ingin mencontoh Kota Surabaya sebagai Smart City dimana sebelumnya Kota
10
Surabaya belum memiliki parameter keberhasilan sebuah kota untuk menjadi
Smart City, tapi perlahan ia berhasil menjadikan Kota Surabaya menjadi Surabaya
Smart City. Jadi sementara Kota Cilegon hanya mengacu pada Peraturan Walikota
No. 68 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi,
Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi, dan Statistik.dan
Peraturan Walikota No. 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon.
Sumber : Wawancara dengan Kasie Pelayanan E-Government pada Tanggal 23
Januari 2017.
Mengingat belum ada konsep yang jelas dan konsisten mengenai Smart
City yang dilakukan Kota Cilegon ini menjadi menarik peneliti untuk menyusun
penelitian dengan judul “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart
City”
1.2 Identifikasi Masalah
1. Sumber Daya Manusia sebagai sistem pendukung pengembangan
Smart City masih kurang;
2. Kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui
PPID;
3. Belum adanya parameter ukuran keberhasilan (blue print) yang
terperinci terkait apa yang disebut “Smart City”.
11
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah
peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh,
maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya yang ada dalam
identifikasi masalah. Maka peneliti akan membatasi ruang lingkup kajian dengan
memfokuskan perhatian mengenai: “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju
Cilegon Smart City”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada studi pendahuluan dimuka dan dengan memperhatikan
fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka hal yang
menjadi kajian peneliti, yaitu: “Bagaimana Strategi Pemerintah Kota Cilegon
Menuju Cilegon Smart City”.
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian apapun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian
tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan
penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi
target dari kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan
dilakukan akan menjadi sia-sia. Maksud dan tujuan penelitian tersebut antara lain
yaitu: “Untuk mengetahui Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart
City”.
12
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat
teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi
pengajaran mengenai strategi apa saja yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka memajukan sebuah kota ataupun daerah dan bermanfaat
untuk digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara.
b. Penelitian lebih lanjut
Hasil dari penelitian ini di harapkan semoga dapat dijadikan referensi
bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan
topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan pada Program
Studi Ilmu Administrasi Negara
b. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berkaitan
dengan Strategi Pemerintah Kota dalam Menuju Smart City di Kota
Cilegon.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Kota Cilegon Menuju
Smart City akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi
Negara untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen
Strategi, Analisis SOAR, Konsep e-Governance, Konsep Smart City serta untuk
melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam
penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.
Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu
organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.
Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan
yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah
14
organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin
tinggi dan semakin baik.
Manajemen strategi berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan
timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan
rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-
sasaran strategi tersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.
Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu
set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan
Wheelen yang memberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),
implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David &
Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Nawawi (2000:148) yang
memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan
15
diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuannya.
Pendapat lain yaitu Menurut David (2010:5)“Manajemen strategis adalah
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah
organisasi mencapai tujuannya”.
Menurut Hitt (1997) ada lima tugas manajemen strategi:
1. Memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh
badan/organisasi dan menentukan visi strategi.
2. Mengkonversi visi dan misi strategi kedalam bentuk kinerja yang
telah ditargetkan dengan sasaran yang terukur.
3. Menetapkan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan
(crafting).
4. Mengimplementasikan dan melaksanakan strategi yang telah
dipilih secara efisien dan efektif.
5. Evaluasi kinerja, tinjauan (reviewing) pengembangan baru,
memulai melakukan penyesuaian koreksi dalam bentuk petunjuk,
tujuan, strategi atau implementasi dalam bentuk pengalaman yang
betul-betul nyata, kondisi yang berubah, ide baru dan peluang
baru.
16
2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi
1. Berpikir Strategi
Salah satu kapabilitas yang unik dalam strategi adalah kemampuan berfikir
stratejik (strategic thinking), berfikir stratejik adalah kemampuan organisasi untuk
menjawab permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan:
1) Sebaiknya apa yang kita lakukan bagi organisasi?
2) Mengapa dan bagaimana organisasi mampu
mengembangkannya?
Untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut perlu adanya nalar sebagai
berikut:
1) Identifikasi faktor-faktor kunci yang menyebabkan
keberhasilan.
2) Kemampuan analisis output organisasi dan
menginformasikannya kepada masyarakat.
3) Pengukuran dan analisis keunggulan dibanding yang lain.
4) Antisipasi terhadap respon yang lain dan perubahan lingkungan
sepanjang masa.
5) Mengekspoitasi sesuatu yang baru dan berbeda ketimbang
pesaing.
6) Mengutamakan atau memprioritaskan investasi dalam usaha
yang meningkatkan keunggulan.
17
Pada dasarnya berpikir stratejik adalah berpikir nalar tentang
perkembangan organisasi berdasarkan keunggulan-keunggulan kapabilitas
organisasi untuk menghadapi tantangan, ancaman, dan misi organisasi.
2. Keterampilan Strategi
Seorang Top Manajer (Manajer Senior) memerlukan ketrampilan stratejik
(strategic skill):
a. Analisis Strategi, yang terdiri dari:
1) Organization healt audit, yaitu mengadakan penelitian/
pemeriksaan (analisis) secara cermat terhadap kesehatan
organisasi sendiri, baik terhadap kesehatan kelemahan-
kelemahan/ kekurangan-kekurangan maupun terhadap
kekuatan-kekuatan atau kelebihan-kelebihannya.
2) Enivronmental Scanning, yaitu meneliti, memeriksa,
menganalisis secara mendalam situasi dan kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi organisasi
b. Perencanaan Strategi (Strategic Plannig), yang terdiri atas:
1) Scenario profiling, yaitu membuat suatu jalan cerita atau
menggambarkan peristiwa atau hal-hal yang mungkin yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang (waktu
tertentu) yang dihadapi dengan berfokus kepada faktor-
faktor perubahan yang pokok.
18
2) Perencanaan Program (program planning) yaitu membuat
suatu perencanaan strategi dengan melalui langkah-langkah
secara berurutan dengan melihat perubahan yang terjadi,
dimulai dari menetapkan tujuan, prioritas dan penentuan
cara bertindak, sampai pada langkah pengecekan
(monitoring) sejauhmana keberhasilan dari pelaksanaan
perencanaan tersebut.
c. Manajemen Strategi (strategic management), yang terdiri dari:
1) Translation Process, yaitu proses penjabaran yang dimulai
dari adanya keinginan dari pemimpin yang lebih tinggi
dijabarkan menjadi kebijaksanaan dan aplikasi di lapangan,
yaitu pembuatan rencana kepala dan urutan kegiatan,
sampai kepada bagaimana melayani masyarakat di
lapangan.
2) Management Audit, yaitu, mengecek atau memeriksa
bagaimana manajemen suatu organisasi dengan melihat
hasil (result) dan prosesnya bagaimana manajemen itu
berjalan.
2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi
Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses
manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu: (1) pengamatan
lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4)
19
evaluasi dan pengendalian. Interaksi keempat elemen tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses Tahapan Manajemen Strategi
Sumber : Wheelen and Hunger (2003:11)
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa dalam tahapan manajemen strategik
saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap pertama hingga akhir.
Manajemen strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumlah
tahapan yang saling berkaitan dan beruntun (Kuncoro, 2006 : 13). Proses
manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen,
keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan atau organisasi untuk
mencapai strategic competiveness dan menghasilkan keuntungan diatas rata-rata
(Kuncoro, 2006 : 13). Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan
dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Manajemen strategik melibatkan
pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa depan serta rumit
Pengamatan Lingkungan
Perumusan Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi dan Pengendalian
20
dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi manajemen
puncak sangat penting (Pearce & Robinson, 2008 : 13).
A. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan ini meliputi kegiatan memonitor, evaluasi, dan
mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis,
elemen eksternal dan internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan
datang bagi perusahaan.
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan
kelamahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel
tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan yang meliputi
struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. (Wheelen and Hunger,
2003:11). Perusahaan juga membandingkan keberhasilan di masa lalu
serta pertimbangan tradisional dengan kapabilitas perusahaan saat ini guna
menentukan tingkat kapabilitas perusahaan di masa depan (Pearce &
Robinson, 2008:16).
Lingkungan eksternal organisasi terdiri atas seluruh kondisi serta
kekuatan yang mempengaruhi pilihan strategis dan menentukan situasi
kompetitifnya. Model manajemen strategis membagi lingkungan eksternal
dalam tiga segmen interaktif: lingkungan jauh, lingkungan industri, dan
lingkungan operasi (Pearce & Robinson, 2008:16).
21
B. Formulasi Strategi
Formulasi strategi merupakan pengembangan perencanaan jangka
panjang untuk manajemen yang efektif melalui analisis lingkungan.
Termasuk juga didalamnya terdapat misi, visi, dan tujuan dari perusahaan,
mengembangkan strategi, dan pengarahan kebijakan (Wheelen and
Hunger, 2012:65).
a) Misi
Misi dapat didefinisikan sebagai alasan atau tujuan suatu organisasi
berdiri. Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi
organisasi. Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan
tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu organisasi dengan
organisasi lain (Hunger and Wheelen, 2003:13). Oleh karena itu, sebuah
misi yang efektif akan sangat membantu organisasi dalam
memformulasikan strateginya. Pengertian yang sama juga dijelaskan oleh
Pearch and Robinson (2008:31) misi yaitu maksud unik yang
membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan
mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta
teknologi.
Misi dapat diterapkan secara sempit atau secara luas. Sebagai
contoh, misi yang ditetapkan secara sempit untuk asosiasi penyimpanan
dan peminjaman atau komunitas bank adalah meminjamkan uang untuk
orang-orang dalam komunitas lokal. Tipe pernyataan misi sempit
22
menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas
membatasi jangkauan aktivitas organisasi yang berhubungan dengan
produk atau jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar
yang dilayani. Misi sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk
tumbuh. Sebaliknya, misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi
untuk memasukkan banyak tipe atau jasa, pasar, dan teknologi (Hunger
and Wheelen, 2003:13).
b) Visi
Visi menggambarkan aspirasi dasar atau mimpi dari sebuah
organisasi, yang biasanya merupakan inisiatif pendiri atau pemimpin
organisasi dengan dukungan dari semua anggota. Pernayataan visi
menyajikan maksud strategis perusahaan yang memfokuskan energi dan
sumber daya perusahaan pada pencapaian masa depan yang diinginkan
(Pearce and Robinson, 2008:44). Adapun enam kriteria dari sebuah visi
yang efektif adalah sebagai berikut (Luis et al, 2011:43):
1. Dapat dibayangkan
Visi harus dapat memberikan gambaran masa depan yang akan
dicapai oleh organisasi.
2. Diinginkan
Sebuah visi harus menjadi keinginan atau mengadopsi
kepentingan jangka panjang dari anggota, pelanggan, dan
23
pihak-pihak lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
perusahaan.
3. Dapat dicapai
Visi mengandung sasaran-sasaran jangka panjang yang realitas
dan dapat tercapai.
4. Fokus
Visi harus jelas dalam memberikan panduan dalam proses
pengambilan keputusan.
5. Fleksibel
Visi memberikan keleluasan bagi perusahaan dalam
menetapkan inisiatif atau tanggapan terhadap perubahan
lingkungan bisnis.
6. Dapat dikomunikasikan
Sebuah visi harus mudah untuk dikomunikasikan dan dapat
dengan mudah dijelaskan dalam waktu kurang dari lima menit.
Dalam pembentukan visi dan misi organisasi, nilai budaya
merupakan sesuatu pernyataan yang tidak terpisahkan. Nilai budaya
organisasi merupakan keyakinan atau kepercayaan mendasar dari apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan dalam mengeksekusi strategi dan
merealisasikan misi dan visi organisasi.
24
c) Tujuan
Pernyataan tujuan merupakan uraian dan visi yang menjadi sasaran
jangka menengah yang konkret dan terukur. Tujuan adalah hasil akhir
aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan
dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan.
Pencapaian tujan organisasi merupakan hasil dari penyelesaian misi
(Hunger and wheelen, 2003:15).
d) Strategi
Strategi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau masa lalu) untuk memberi
nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu mencapai sasaran jangka
menengah atau jangka panjang organisasi (Luis et al, 2011:61). Menurut
Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1) strategi adalah
penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya
aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengertian lain dari strategi adalah rencana berskala besar, dengan
orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk
mencapai tujuan perusahaan (Pearce & Robinson, 2008:6). Jadi
berdasarkan pengertian-pengertian mengenai strategi yang telah
dijabarkan, strategi merupakan rencana atau penentuan tujuan yang
dilakukan organisasi dalam jangka menengah dan jangka panjang.
25
e) Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan
pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan
implementasinya. Perusahaan menggunakan kebijakan untuk membuat
karyawan dan seluruh pihak perusahaan membuat keputusan dan
melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan strategi perusahaan
(Wheelen and Hunger, 2012:69).
C. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen
mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin
meliputi perubahan budaya secaara menyelurh, struktur dan atau sistem
manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan
perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan
bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan
pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai
perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan
keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger and Wheelen,
2003:17).
a) Program
Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan
26
sekali pakai (Hunger and Wheelen, 2003:17). Program dibuat
sebagai tindakan orientasi strategi.
b) Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam benuk satuan
uang, setiap program akan dinyatakan secara rincai dalam
biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
merencanakan dan mengendalikan (Hunger and Wheelen,
2003:18). Jadi dalam anggaran digunakan perencanaan dan
kontrol anggaran, agar biaya yang dibutuhkan dalam setiap
program dapat diketahui.
c) Prosedur
Prosedur, terkadang dikatakan Standard Operating Procedures
(SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-
teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci
bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan (Hunger and
Wheelen, 2003:18).
D. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya
aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan (Hunger and
Wheelen, 2003:19). Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara
27
tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan
mendorong proses baru.
Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses
pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-
masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat
penyesuaian yang diperlukan (Pearce & Robinson, 2008:510). Pengendalian
strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada
saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun
kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari
pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian
proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan
bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan
coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan
formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan
dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap
pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk
proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.
Tilles menyebutkan enam pertanyaan kualitatif yang bermanfaat pada
evaluasi strategi (David, R. Fred. 2010:510) :
1) Apakah strategi secara internal konsisten? 2) Apakah strategi konsisten dengan lingkungan? 3) Apakah strategi tepat bila dihadapkan dengan sumber daya yang
tersedia? 4) Apakah strategi melibatkan tingkat resiko yang bias diterima? 5) Apakah strategi mempunyai kerangka waktu yang benar?
28
6) Apakah strategi bisa dijalankan?
Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara tepat kelemahan-
kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses baru.
Evaluasi dan pengendalian merupakan langkah akhir yang utama dari rangkaian
proses model manajemen strategis. Sasaran dan evaluasi dan pengendalian yaitu
munculnya umpan balik. Umpan balik dapat dijadikan masukan bagi organisasi
untuk mengidentifikasikan kesalahan atau kekurangan dari implementasi strategi.
Proses evaluasi dan pengendalian ini dapat mengikuti model lima langkah
umpan balik sebagai berikut:
Gambar 2.2
Proses Evaluasi dan Kontrol
Sumber: Hunger and Wheelen (2003:384)
Mengambil tindakan
perbaikan
Apakah kinerja sudah sesuai dengan standar
Mengukur Kinerja
Tetapkan terlebih dahulu
standar-standar yang digunakan
Tentukan apa yang
akan diukur
BERHENTI
29
Keterangan gambar 2.2
1) Menentukan apa yang diukur : proses dan hasil harus dapat diukur dalam cara yang objektif dan konsisten.
2) Menetapkan standar kinerja : standar adalah ukuran atas hasil kinerja yang dapat diterima. Setiap standar biasanya memasukkan tentang toleransi, yang menentukan penyimpangan yang diterima.
3) Mengukur kinerja aktual : pengukuran harus dilakukan pada saat awal penentuan standar.
4) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan : jika hasil aktual berada diluar rentang toleransi, proses pengukuran berhenti disini.
5) Mengambil tindakan perbaikan : jika hasil aktual berada di luar yang ditetapkan, maka harus diambil sebuah tindakan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan yaitu: a) Apakah penyimpangan yang terjadi hanya merupakan suatu
kebetulan? b) Apakah proses yang sedang berjalan tidak berfungsi dengan
baik? c) Apakah proses yang sedang berjalan tidak sesuai dengan upaya
pencapaian standar yang diinginkan? Tindakan harus diambil tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi, tetapi juga untuk mencegah berulangnyapenyimpangan tersebut (Hunger and Wheelen, 2003:384)
Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses
pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-
masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat
penyesuaian yang diperlukan (Pearce and Robinson, 2011:510). Pengendalian
strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada
saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun
kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari
pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian
proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan
bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan
30
coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan
formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan
dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap
pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk
proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.
2.1.2 Analisis SOAR
Analisis SOAR merupakan tawaran alternative untuk memperkaya
khasanah Analisis Strategis. Analisis SOAR berasal dari pendekatan Appreciative
inquiry. Appreciative inquiry adalah sebuah pendekatan baru yang dikembangkan
oleh David Cooperrider untuk membantu individu atau komunitas meraih dan
mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Appreciative inquiry (AI) lebih
menitikberatkan pada pengidentifikasian dan pembangunan kekuatan dan peluang
ketimbang pada masalah, kelemahan dan ancaman (Stavros, Cooperrider dan
Kelly ; 2003).
Analisis SOAR memungkinkan anggota organisasi menciptakan masa
depan yang mereka inginkan sendiri dalam keseluruhan proses dengan cara
melakukan penyelidikan, imajinasi, inovasi dan inspirasi. Fokus internal SOAR
adalah Kekuatan Organisasi. SOAR yang merupakan kepanjangan dari Strengths
(Kekuatan), Opportunities (Peluang), Aspiration (Aspirasi), Results (Hasil).
1. Strength (S) Hal-hal yang menjadi kekuatan serta aset terbesar yang
dimiliki diungkapkan, baik aset yang berwujud maupun aset yang
31
tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk memberikan
penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki, yang pasti akan
selalu dimiliki baik oleh individu maupun organisasi. Kekuatan inilah
yang akan terus dikembangkan demi kemajuan organisasi maupun
individu di masa depan
2. Opportunities (O) Berarti dilakukannya analisis terhadap lingkungan
eksternal guna mengidentifikasi peluang terbaik yang dimiliki serta dapat
dimanfaatkan oleh organisasi Lingkungan eksternal adalah sebuah wilayah
yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah
satu syarat bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya
memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara
pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang
berubah dengan sangat cepat
3. Aspirations (A) Para anggota organisasi berbagi aspirasi dan
merancang kondisi masa depan yang mereka impikan, yang dapat
menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri,
pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling
berbagi aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan
visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi
perjalanan organisasi menuju masa depan.
4. Results (R) Berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai
(measurable results) dalam perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh
mana pencapaian dari tujuan yang telah disepakati bersama. Agar para
32
anggota organisasi merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan
yang telah ditetapkan ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan
(recognition) dan reward yang menarik.
Gambar 2.3
Tahapan Analisis SOAR
Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003) dalam Darfison, 2016
INITIATE
Keputusan Organisasi melakukan SOAR Framework
INQUIRY
Gunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai-nilai inti, visi, kekuatan dan peluang
potensial setiap anggota organisasi
IMAJINASI
Merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini nilai-nilai diperkuat, visi dan misi
diciptakan Sasaran jangka panjang dan alternative strategis dan rekomendasi diumumkan
INOVASI
Perancangan bersama sasaran jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem dan struktur yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan
INSPIRE TO IMPLEMENT
Sistem Pengakuan dan Penghargaan
33
Analisis SOAR bagi perencanaan strategis dimulai dengan initiate
(keputusan untuk memilih SOAR) kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan
(inquiry) yang menggunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai-
nilai inti, visi, kekuatan, dan peluang potensial. Dalam fase ini,
pandangan-pandangan dari setiap anggota organisasi dihargai. Penyelidikan
juga dilakukan guna memahami secara utuh nilai-nilai yang dimiliki oleh para
anggota organisasi serta hal-hal terbaik yang pernah terjadi di masa lalu.
Kemudian anggota organisasi dibawa masuk ke dalam fase imajinasi,
memanfaatkan waktu untuk “bermimpi” dan merancang masa depan yang
diharapkan. Dalam fase ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan. Sasaran
jangka panjang dan alternatif strategis dan rekomendasi diumumkan. Fase
selanjutnya adalah inovasi, yaitu dimulainya perancangan sasaran jangka
pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem, dan struktur yang
terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan. Guna
tercapainya hasil terbaik yang terukur, karyawan harus diberikan inspirasi
melalui sistem pengakuan dan penghargaan.
Diagram analisis SOAR merupakan diagram yang berfungsi untuk
mengidentifikasi situasi dan posisi yang dihadapi oleh perusahaan dalam
persaingan bisnis menurut faktor-faktor strategi internal yang dimiliki
perusahaan dan eksternal yang dihadapi perusahaan. diagram SOAR menurut
Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003) adalah sebagai berikut :
34
Gambar 2.4
Diagram Analisis SOAR
Internal Eksternal
Presents S Strengths
O Opportunities
Future A Aspirations
R Results
Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003)
Diagram diatas menggambarkan 2 kondisi yaitu :
1. Strategic Planning Fokus : perencanaan yang dilakukan focus berdasarkan
hasil tabel Strengths dan Opportunities. Berdasarkan kondisi dari
perusahaan / organisasi
2. Human Development Strategy : perencanaan yang fokus berdasarkan hasil
tabel Aspiration dan Results. Bersumber dari semua elemen stakeholder
(personal) perusahaan / organisasi.
Namun hal ini juga di gambarkan dalam Matriks SOAR, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Matriks SOAR
Strategic Inquiry (Internal)
Appreciative Intent (Eksternal)
Kekuatan (S)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Peluang (O)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
35
Aspiration (A) Daftarkan 5-10
kekuatan Eksternal disini
Strategi S-A
Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mencapai aspirasi
Strategi O-A
Ciptakan Stratei yang berorientasi kepada
aspirasi yang diharapkan untuk memanfaatkan
peluang
Results (R) Daftarkan 5-10
kekuatan Eksternal disini
Strategi S-R
Ciptakan Strategi yang berdasarkan kekuatan untuk mencapai hasil
yang terukur
Strategi O-R
Strategi yang berorientasi kepada kesempatan untuk
mencapai results yang sudah terukur
Sumber: Stavros 2009 dalam Darfison, 2016
Matriks SOAR berfungsi untuk menyusun faktor-faktor strategis yang
menggambarkan bagimana kekuatan dan peluang eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan aspirasi dan hasil terukur yang
dimilikinya.
Penjelasan matrix SOAR :
Strategi SA : strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mencapai aspirasi yang diharapkan
Strategi OA : strategi ini dibuat untuk mengetahui dan memenuhi aspirasi dari setiap stakeholder yang beriorientasi kepada peluang yang ada
Strategi SR : strategi ini dibuat untuk mewujudkan kekuatan untuk mencapai Hasil yang terukur
Strategi OR : Strategi ini beriorientasi kepada Peluang untuk mencapai Result yang sudah terukur
36
2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance)
E-Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media
elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan
transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya
untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan.
IT Governance (e-Governance) merupakan konsep yang berkembang dari
sektor swasta, namun dengan berkembangnya penggunaan IT (Teknologi
Informasi) oleh sektor publik, organisasi organisasi pemerintahan maka IT
Governance juga harus diterapkan di sektor yang banyak menuntut perbaikan
pelayanan bagi masyarakat. (Budiati, 2016).
Pendapat lain yaitu Menurut Ankur Patel (2010) menyebutkan bahwa : “In
simple word, e governance is nothing but a mediator between government and citizens. It
is the use of a range of modern information and technologies by government to improve
efficiency, service etc” .
Menurut pendapat tersebut, sebagai irisan dari konsep e-governance, berikut
klasifikasi dari e government :
1. Government To Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan apklikasi e-Government yang paling umum, yaitu
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan
masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-
37
Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan
rakyatnya.
Melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari.
2. Government To Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya, entity bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak
sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu,
yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga
kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya
sebagai sebuaha entity berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik
antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk
memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya,
namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah
jika terjadi relasi interaksi yanag baik dan efektif dengan industry swasta.
3. Government To Government
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara
untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan
untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya
38
tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun
lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama
antar entity-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain)
dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan,
proses-proses politik, mekanisme hubungan social dan budaya, dan lain
sebagainya.
4. Government To Employee
Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan
pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
2.1.4 Konsep Smart City
Smart City atau yang dikenal sebagai kota pintar, merupakan suatu konsep
pengembangan, penerapan dan implementasi teknologi yang diterapkan untuk
suatu wilayah (khusunya perkotaan) sebagai sebuah interaksi yang menyeluruh
(kompleks) diantara berbagai sistem yang ada didalamnya. Kata City (kota)
merujuk kepada arti kota sebagai pusat dari sebuah negara atau wilayah, dimana
semua pusat kehidupan berada (pemerintahan, perdagangan, pendidikan,
kesehatan, pertahanan dan lain-lain). Demikian juga sebagai pusat pemukiman
penduduk, dimana jumlah penduduk di kota relatif jauh lebih banyak
dibandingkan wilayah lainnya (misal desa/subkota). Kota menjadi daya tarik
orang untuk menetap.
39
Definisi Smart City menurut Boyd Cohen (2014) dalam Riswanda (2016):
“Kota Pintar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
menjadi lebih cerdas dan efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan
penghematan biaya dan energi, meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, dan
mengurangi jejak lingkungan kesemuanya mendukung inovasi dan ekonomi
rendah karbon. Asal kota Pintar Konsep kota pintar berasal pada saat seluruh
dunia sedang menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk. Pada tahun 2008,
IBM mulai bekerja pada konsep 'kota pintar' sebagai bagian dari inisiatif Smarter
Planet. Pada awal tahun 2009, konsep telah memikat imajinasi berbagai bangsa di
seluruh dunia. Inisiatif tersebut terfokus kuat pada keberlanjutan dan rendah
karbon solusi.”
Giffinger,dkk dalam Pratama (2016:94) mendefinisikan Smart City sebagai
sebuah performansi yang sangat baik untuk sebuah kota, yang didukung oleh
kombinasi yang pintar (smart) dari segala aktifitas serta kesadaran dari
masyarakat kota tersebut. Smart City mampu memberikan dampak positif bagi
pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat, transportasi, kualitas hidup,
persaingan sehat disegala bidang dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Konsep Smart City awalnya diterapkan di negara Amerika Serikat dan Uni
Eropa. Pada mulanya Smart City bertujuan untuk menciptakan kemandirian
daerah dan meningkatkan layanan publik. Konsep sekaligus penerapannya juga
semakin berkembang. Kini diindonesia Smart City sudah diterapkan diberbagai
40
Kota. Antara lain Kota Bandung, Surabaya, Makassar dan lain sebagainya.
Penerapan Smart city mencakup berbagai bidang, antara lain pendidikan,
kesehatan, pariwisata, pemerintahan dan lainnya. Smart City dapat dikatakan
menjadi konsep masa depan suatu kota untuk kualitas hidup yang lebih baik,
dengan berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi (Pratama, 2016:94).
Smart City memiliki beberapa elemen penting didalamnya. Elemen tersebut
meliputi infrastruktur, modal aset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi,
politik dan lingkungan. Dengan kompleksnya suatu kota, maka setiap elemen
tersebut diharapkan dapat terintegrasi dengan baik antara satu sama lain. Peran
serta pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan akademisi,
sangat diperlukan untuk mewujudkan Smart city. Melalui implementasi Smart
City dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan akan
menciptakan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat.
Konsep Smart City merupakan konsep yang telah melalui penyempurnaan-
penyempurnaan dari konsep yang telah terlebih dahulu berkembang dengan
menutup kekurang-kekurangan yang ada dan mempertimbangkan aspek-aspek
yang mungkin belum ada pada konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang telah muncul sebelumnya. Konsep ini akhirnya tidak
hanya mendasarkan pembangunan dan pengelolaan kota dalam dimensi teknologi,
namun juga mencakup dimensi manusia dan dimensi institusional (Nam & Pardo,
2012).
41
Amerika Serikat dan Eropa meruakan negara dan benua yang menjadi
pelopor Smart City di dunia. IBM merupakan perusahaan enterprise kelas dunia
yang mewadahi berdirinya Smart City. IBM membagi Smart City menjadi enam
jenis pembagian. Beberapa referensi menjadikan keenam bagian ini menjadi enam
dimensi pada Smart City dan setiap bagian memiliki syarat masing-masing.
Gambar 2.5
Enam Dimensi Smart City
Sumber : Pratama, 2016
2.1.4.1 Smart Economy
Ekonomi merupakan salah satu pilar penopang daerah/ negara/ kota.
Pengelolaan ekonomi suatu daerah/ kota/ negara hendaknya perlu dilakukan
dengan lebih baik dan terkomputerisasi. Ekonomi tidak hanya berkaitan dengan
barang dan jasa yang disediakan, tapi juga inovasi, kemampuan bersaing,
pendidikan dan kewirausahaan. Diindonesia sendiri, salah satu hal penting yang
42
ingin diterapkan pada Implementasi Smart City adalah Smart Economy. Hal ini
disebabkan dengan jumlah penduduk yang besar dan potensi yang dimiliki berupa
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, maka apabila dikelola dengan
lebih baik, ekonomi bangsa Indonesia akan meningkat pesat.
2.1.4.2 Smart People
Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi
didalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/ dimensi ini terdapat kriteria proses
kreativitas (creativity) pada diri manusia dan modal social (social capital).
Beberapa kriteria penilaian tersebut antara lain:
- Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan perguruan
tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT.
- Adanya komunitas IT dan komunitas lain terkait dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan wadah kreatifitas masyarakat.
- Adanya peran serta aktif masyarakat didalam mewujudkan tata
kehidupan yang lebih baik memanfaatkan teknologi informasi.
- Modal sosial dalam bentuk kewirausahaan, implementasi teknologi
informasi di masyarakat, pengahpusan digital devide (kesenjangan
pengetahuan), yang berdampak kepada peningkatan kualitas SDM,
kualitas hidup dan pendapatan masyarakat.
Apabila kondisi masyarakat telah menjadi smart, maka pondasi untuk
mewujudkan smart city akan tercapai. Bentuk terapan smart city pada suatu atau
beberapa buah bidang kehidupan pada kota/ daerah bersangkutan akan berhasil
43
dengan adanya partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu
mengetahui manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta
mengembangkan smart city tersebut untuk menciptakan tatanan kehidupan dan
kualitas layanan publik yang lebih baik.
2.1.4.3 Smart Governance
Smart Governance merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Smart Governance meliputi segala
syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pemberdayaan (empowerment) dan
partisipasi (participation) dari masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama.
Adanya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat ini diharapkan dapat
mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang bersih, jujur, adil dan
berdemokrasi, serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang lebih baik. Smart
Governance terdiri atas tiga bagian berikut:
1. Keikutsertaan masyarakat didalam penentuan keputusan secara langsung
maupun online. Implementasi Smart City pada bagian ini dengan
memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan melalui sistem
decision maker system (sistem penentu keputusan).
2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik. Implementasi Smart City
dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Penyediaan sistem informasi berbasis web dan mobile untuk
pelayanan publik (pembuatan KTP, SIM, wajib pajak dan lain-lain).
44
b. Penyediaan layanan administrasi keuangan/ pembayaran yang lebih
efektif, hemat waktu dan otomatis. Misalkan pembayaran telepon,
listrik, air (PAM), PBB (Pajak Bumi Bangunan) melalui e-Banking/
mobile banking (Komputer/ smartphone/ handphone) serta
transparansi keuangan dan biaya kepada masyarakat.
c. Adanya database yang terstruktur dan bertata baik didalam
penyimpanan data dan informasi terkait dengan layanan publik.
3. Adanya transparansi didalam pemerintahan, sehingga masyarakat menjadi
tahu dan cerdas. Penerapan Smart City pada bagian ini dengan
memanfaatkan teknologi informasi antara lain sebagai berikut:
a. Adanya portal terkait dengan informasi terkini pemerintahan yang
dapat diakses oleh public (masyarakat) baik melalui computer
maupun mobile.
b. Data dan berita yang di inputkan serta informasi yang disampaikan
diproses secara digital dan bebas (independen) dari tekanan pihak
manapun.
c. Adanya sistem informasi untuk menyajikan hasil suara didalam
pemilihan kepala daerah/ kota, presiden dan lain-lain.
d. Adanya penyajian informasi (misal melalui portal) terkait kebijakan
dan usulan pemerintah serta masyarakat dapat turut serta
berkontribusi didalamnya melalui ide, saran, usul dan kritik.
Melalui Smart Governance ini, diharapkan tatanan pemerintahan dapat
berjalan dengan baik, melalui keharmonisan hubungan antara pemerintah dengan
45
rakyat serta proses pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan, dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, masyarakat akan melek terhadap
teknologi dan pemerintahan (politik), sehingga semua langkah kebijakan dapat
benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat.
2.1.4.4 Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart Mobility
ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart,
sehingga diharapkan tercipta layanan public untuk transportasi dan mobilitas yang
lebih baik serta menghapus permasalahan umum didalam transportasi, misalkan
macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.
Terdapat beberapa kriteria didalam Smart Mobility, yang umunya
diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System). Adapun beberapa
kriteria pada Smart Mobility tersebut antara lain sebagai berikut (mengacu pada
ITS):
a. Adanya pengelolaan traffic dijalan raya yang lebih baik dengan
memanfaatkan komputer dan teknologi informasi.
b. Adanya pengelolaan informasi travel/ paket perjalanan berbasiskan
computer dan teknologi informasi.
c. Adanya kendali yang pintar yang ditanamkan pada alat transportasi
(embeeded) berbasiskan teknologi informasi dan komputer guna
menghindari adanya kecelakaan didalam berkendara.
46
d. Adanya sistem berbasis komputer dan teknologi informasi untuk
pengelolaan jumlah armada pada suatu layanan transportasi untuk
mengaktifkan biaya operasional serta meningkatkan produktifitas kerja.
e. Adanya sistem yang pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi
untk menyajikan informasi kepada pengguna (masyarakat) terkait dengan
layanan publik dibidang transportasi.
f. Adanya sistem yang pintar berbasiskan komputer dan teknologi informasi
untuk menyajikan solusi transportasi bagi masyarakat didaerah pelosok
secara cepat dan mudah.
2.1.4.5 Smart Environment
Smart Environment meruakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan (environment) yang
pintar (smart). Kriteria penilaian disini mencakup proses kelangsungan
(sustainability) dan pengelolaan sumber daya (resourse) yang lebih baik. Untuk
mewujudkan Smart Environment, perlu adanya beragam terapan aplikasi dan
komputer dalam bentuk Sensor Network dan Wireless Sensor Network, jaringan
komputer (termasuk juga jaringan wireless dan jaringan berbasis Cloud
Computing), kecerdasan buatan, database sistem, mobile computing, sistem
operasi, paralel computing, recognition (face recognition, image recognition).
Image processing, Intelligence Transport System dan beragam teknologi lainnya
yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
Smart Environment dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
47
a. Virtual Computing Environment mencakup semua perangkat computer
yang mendukung Smart Environment, dalam hal proses komputasi,
smart device, yang mampu memberikan layanan dimanapun dan
kapanun secara online (umumnya berbasis internet). Sebagai contoh
komputer desktop, computer jinjing, computer mobile (PDA,
handphone, Smartphone, tablet), jaringan computer internet, intranet,
Peer to Peer), dan lain-lain.
b. Physical Environment mencakup semua perangkat mobile dan
komputasi yang melangkapi proses Smart Environment. Umumnya
perangkat ini bukan hanya dihubungkan tapi juga disisipkan
(embeeded). Sebagai contoh: sensor, nano computer, chip controller
dan lain-lain.
c. Human Environment mencakup semua lingkungan human (manusia)
yang menjadi pengguna hingga pengembang dari perangkat lunak dan
perangkat keras computer, termasuk juga dalam hal ini layanan-
layanan berbasis Smart City yang menunjang Smart Environment.
2.1.4.6 Smart Living
Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria dan tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih
baik dan pintar (smart). Untuk mewujudkan Smart Living, ada tiga hal
yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat dengan
memanfaatkan teknologi informasi (education facilities).
48
b. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi
pariwisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi
informasi (touristic atractivity).
c. Infrastruktur teknologi informasi (ICT Infrastructure) yang memadai,
sehingga semua fasilitas dan layanan public dapat berjalan dengan baik
melalui bantuan komputerisasi dan teknologi informasi.
Prof. Suhono dalam Pratama (2016) menyatakan bahwa terdapat enam
level didalam penerapa Smart City pada suatu kota. Keenam level tersebut terdiri
atas level 0 (kota biasa), level 1 (sudah ada website namun belum terintegrasi),
level 2 (setiap komponen didalam kota sudah saling terhubung (terintegrasi), level
3 (setiap kota dapat saling bertukar informasi), level 4 (setiap kota memiliki
informasi penting didalamnya), dan level 5 (integrasi antarkota secara digital).
Berikut penjelasanya :
1. Level 0
Pada level 0 ini kota masih berupa kota biasa. Belum banyak terdapat
implementasi teknologi informasi di dalam kota, misalkan untuk
peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Namun potensi untuk
menerapkan Smart City masih ada. Kota dengan level 0 ini perlu
disosialisasikan bersama terkait dengan manfaat Smart City serta
bagaimana implementasinya. Kota dan daerah di Indonesia masih banyak
yang berada di level 0. Untuk itu perlu dilakukan kerjasama dan peran
serta kita semua sebagai bangsa Indonesia untuk mulai melangkah
minimal ke level 1 di dalam penerapan Smart City di Indonesia.
49
2. Level 1
Pada level 1 ini, kota baru memulai proses dan tahapan untuk menjadi kota
yang berbasis Smart City. Salah satu cirinya adalah mulai adanya koneksi
internet untuk memudahkan masyarakat di dalam online. Selain itu mulai
ada layanan publik yang bersifat online. Misalkan saja sebuah website
pemerintahan kota/ daerah dengan sajian informasi di dalamnya. Beberapa
daerah dan kota di Indonesia mulai berada di level 1 ini. Hanya saja pada
level ini layanan-layanan yang ada belum terintegrasi menjadi satu –
kesatuan sistem.
3. Level 2
Pada level ini, setiap kota sudah memiliki keterhubungan untuk setiap
komponen di dalamnya secara terkomputerisasi melalui jaringan komputer
( MAN/ Metropolitan Area Network). Pada kondisi ini kota sudah dapat
disebut sebagai Kota Cyber, karena setiap layanan public yang berbasiskan
Smart City sudah saling terhubung satu sama lain. Di beberapa negara di
dunia, level 2 sudah mulai banyak yang menerapkannya. Indonesia perlu
memulai mengintegrasikan semua layanannya secara online, sehingga
memudahkan di dalam melayani masyarakat dengan berbasiskan teknologi
informasi. Sebagai contoh : pada sebuah kota terjadi integrasi layanan
pendaftaran, perpanjangan, pencetakan dan database untuk KTP (Kartu
Tanda Penduduk) serta layanan kesehatan online (misal kartu sehat) yang
sudah terintegrasi dalam satu kota tersebut. Dalam kaitan bidang ilmu
50
Informatika, terutama Public Service Engineering, akan banyak hal yang
dikupas pada bagian ini.
4. Level 3
Pada level 3 ini, setiap kota memiliki kemampuan untuk saling bertukar
informasi (open information) dan bertukar data (open data) satu sama lain.
Pada kondisi ini, suatu kota dapat disebut sebagai kota elektronik
(electronic city), karena hamper semua jenis layanan publik berbasiskan
elektronik (yaitu teknologi informasi dan komunikasi berbasiskan
computer). Sebagai contoh, dua buah kota yang berdampingan dapat
saling mempertukarkan informasi mengenai potensi wilayah masing-
masing (misal pariwisata, kekayaan alam, jumlah penduduk, atau lainnya)
secara digital dan dua arah, sebagai bahan kajian dan diskusi bersama
antara kedua kota bersangkutan. Adanya open information dan open data
akan memudahkan didalam pembelajaran dan proses berbagi teknologi,
informasi dan pengetahuan yang sangat diperlukan didalam proses
implementasi Smart City dan penyempurnaannya.
5. Level 4
Pada level 4 ini, setiap kota memiliki informasi masing-masing dan
memiliki nilai penting di dalamnya. Misalkan pada dua buah kota, dimana
kota pertama memiliki potensi dibidang pariwisata budaya dan pariwisata
kuliner, sedangkan kota kedua memiliki potensi di bidang pusat
pendidikan. Kota pertama memiliki sejumlah besar data dan informasi
51
mengenai pariwisata budaya dan pariwisata kuliner yang mereka miliki.
Data dan informasi ini memiliki nilai penting, yang mana dapat bersifat
sangat rahasia hingga bersifat public (dapat diakses dan diketahui oleh
banyak orang). Setiap kota pada level ini telah memiliki pemetaan akan
informasi penting mengenai potensi yang dimilikinya.
6. Level 5
Pada level 5 ini terjadi integrase yang baik antar kota melalui jaringan
computer (internet maupun intranet). Merupakan bentuk global dari level 2
dan peran serta dari level 3 dan level 4. Setiap kota bukan lagi hanya
bertukar data dan informasi penting, tapi juga dapat saling
mengintegrasikan layanan dan komponen di dalamnya untuk bersama-
sama mewujudkan layanan public yang lebih baik. Sebagai contoh: apabila
di Indonesia telah mampu mencapai level 5 ini di dalam implementasi
Smart City, maka setiap kota di Indonesia akan mampu melakukan
integrase semua layanan secara online untuk KTP, SIM, STNK, dan surat
perizinan lainnya. Sehingga yang berasal dari kota Denpasar namun
sedang berada di Kota Bandung tidak perlu pulang ke Denpasar hanya
untuk mengurus pendaftaran atau perpanjangan KTP. Sebab layanan dan
database telah terintegrasi. Demikian juga di dalam KTP telah terintegrasi
dengan kartu sehat, kartu pembayaran (kartu ATM, kartu kredit, kartu
pembayaran tol) dan lain sebagainya, yang menjadi satu kesatuan layanan.
Pada beberapa negara di Asia Tenggara, misalkan Malaysia, sudah
menerapkan satu kartu untuk semua. Pada kasus ini, e-KTP di Indonesia
52
memang harus banyak belajar dari Malaysia, sebagaimana disajikan oleh
artikel pada halaman http://birokrasi.kompasiana.com/2013/05/10/e-ktp-
dengan-malaysia-kita-tertinggal-10-tahun-558592.html.
Sustainable Development Goals (SDG’s) Agenda (dalam pengembangan Kota
Cerdas di Indonesia menurut KEMENTERIAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL dalam Konferensi e-Indonesia Initiative (eII) dan
Smart Indonesia Initiatives (SII) Forum ke-1).
1. End poverty in all it forms everywhere 2. End hunger, achieve food security and improves nutrition and promote
sustainable agriculture 3. Ensure healthy lives and promote well being for all at all ages 4. Ensure inclusive and equitable quality education and promote life long
learning 5. Achieve gender equality and empower all women and girls 6. Ensure availability and sustainable management Of Water And Sanitation
For All 7. Ensure Access To Affordable, Reliable, Sustainable, And Modern Energy
For All 8. Promote Sustained, Inclusive And Sustainable Economic Growth, Full And
Productive Employment And Decent Work For All 9. Build Resilient Infrastructure, Promote Inclusive And Sustainable
Industrialization And Foster Innovation 10. Reduce Inequality Within And Among Countries 11. Make CITIES AND HUMAN SETTLEMENTS Inclusive, Safe, Resilient
And Sustainable 12. Ensure Sustainable Consumption And Production Patterns 13. Take urgent action to combat climate change and its impacts 14. Conserve And Sustainably Use The Oceans, Seas And Marine Resources
For Sustainable Development 15. Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems,
sustainably manage forests, combat desertification, and halt and reverse land degradation and halt biodiversity loss
16. Promote peaceful and inclusive societies for sustainable development, provide access to justice for all and build effective, accountable and inclusive institutions at all levels
53
17. Strengthen the means of implementation and revitalize the global partnership for sustainable development
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian “Strategi Kota Cilegon Menuju Smart City”.
Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema
yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu
sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Jenis Penelitian
Judul & Tahun
Tujuan Metode Hasil
1 Hafedh Chourabi, Taewoo Nam, Shawan Walker, J. Ramon GilGarcia, Sehl Mellouli, Karine Nahon, Theresa A. Pardo, dan HansJochen Scholl
Jurnal Understanding Smart Cities: An Integrative Framework (2012)
Mengetahui kerangka atau ruang lingkup dalam memahami konsep smart cities
Studi
literatur
Konsep smart city dipahami melalui kerangka atau ruang lingkup yang dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah faktor luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi pemerintah, individu dan komunitas, lingkungan alam, infrastruktur, dan ekonomi. Adapun faktor luar meliputi teknologi, pengelolaan, dan kebijakan
54
No Nama Peneliti
Jenis Penelitian
Judul & Tahun
Tujuan Metode Hasil
2 Mujiyono, M. Projo Angkasa, Shinta Dewi Rismawati, dkk
Jurnal Kesiapan Kota Pekalongan Menuju Smart City, 2016
Mengetahui tingkat kesiapan Kota Pekalongan Menuju Smart City
Studi Literatur, Focus Group Discussion (FGD), Penyebaran Kuesioner
Dengan memperhatikan bahwa kota Pekalongan sudah menerapkan 5 (lima) dari 6 (enam) dimensi kota cerdas dan juga mempertimbangkan bahwa masih terdapat kendala-kendala penerapan TIK kota Pekalongan serta segala potensi yang dimiliki kota Pekalongan, maka dapat disimpulkan bahwa kota Pekalongan sudah siap berproses menuju Kota Cerdas.
3 Dwita Widyaning- sih
Tesis Kota Surabaya Menuju Smart city (2013)
1. Merumuskan tahapan-tahapan pembangunan dalam proses pembangunan Kota Surabayamenuju smart city
Deskrip
tif
kualitat
if
Smart city di Kota Surabaya sudah mulai diterapkan dalam 6 komponen smart city yaitu smart government, smat living, smart environment, smart mobility, smart economy dan smart people. Terdapat 4 fase
55
No Nama Peneliti
Jenis Penelitian
Judul & Tahun
Tujuan Metode Hasil
2. Menemukan struktur (pondasi/pilar) proses pembangunan Kota Surabaya menuju smart city
pembangunan menuju smart city yaitu fase pembenahan kinerja pemerintah, fase ke dua yakni mengembalikan kepercayaan masyarakat, fase ketiga yaitu pengembangan pelayanan berbasis tik, dan fase yang terakhir yaitu pengembangan sistem dengan teknologi tinggi.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena pembentukan konsep Smart City di Kota
Cilegon belum jelas. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: (1) sumber daya manusia sebagai faktor penunjang smart
56
city masih kurang memadai (2) Belum adanya konsep yang jelas untuk icon smart
city di kota cilegon (3) Belum adanya parameter ukuran keberhasilan yang
terperinci terkait apa yang disebut “Smart City”. Disamping permasalahan
tersebut, peneliti menyajikan Preliminary Result (Hasil Awal) yang sudah peneliti
dapatkan saat observasi awal menurut narasumber yang peneliti temui. Untuk
mengetahui Strategi apa yang sudah dilakukan dalam penyempurnaan program
Smart City di Kota Cilegon maka peneliti menggunakan analisis SOAR untuk
membantu peneliti dalam meng-eksplorasi hal-hal terkait penelitian, dengan
begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternative strategi apa saja
yang dapat dijalankan dalam pelaksanaan program Smart City sehingga
meningkatnya keberhasilan kota untuk kota cilegon menjadi smart city. Untuk
lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat gambar
dibawah ini :
57
Gambar 2.6
Preliminary Result (Temuan Awal)
Sumber: Wawancara
Smart City sementara di atur menggunakan Perwal No. 68 Tahun
2016 dan No. 106 2016
Pergeseran SOTK / OPD
Kasie. Pelayanan E-Gov Kota Cilegon
mengartikan bahwa Kota Cilegon masuk
ke dalam Level 2 untuk Smart City
Parameter Keberhasilan Smart City di
Cilegon belum ada (blueprint)
Kurangnya pegawai yang mumpuni di bidang
IT, Kasubag TU menyatakan “Karena
masih baru, jadi staf aja masih kurang”.
Perubahan SOTK baru di sahkan awal tahun
2017, UPT EGOV akan berada di bawah naungan bidang
Pengelolaan TIK – Kasie. Pelayanan E-gov
Kota Cilegon akan mencontoh Kota Surabaya
karena tidak memiliki BluePrint, tetapi mereka berhasil mendapat Smart
City Award, sementara ada perwal yang menjadi
pedoman – Kasie. Pelayanan egov.
Pada buku Pratama, 2016 terdapat beberapa level
tingkatan Smart City. Di Kota
Cilegon sendiri SKPD di Cilegon sudah terhubung dengan Jaringan
internet, sehingga komunikasi bisa efisien – Kasie. Pelayanan e-gov
Dengan tugas dan fungsi organisasi
menyelenggarakan ekosistem TIK
58
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Peneliti, 2017
Input:
1. Sumber Daya Manusia sebagai Faktor penunjang smart city masih kurang memadai.
2. Kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui PPID 3. Belum adanya parameter ukuran keberhasilan (blue print) yang terperinci terkait
apa yang disebut “Smart City”.
Proses:
1. Smart Economy 2. Smart People 3. Smart Governance 4. Smart Mobility 5. Smart Environment 6. Smart Living (Indikator Smart City menurut IBM dalam Pratama 2016)
Output:
Mengetahui Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City
Outcome:
Strategi Pemerintah Kota Cilegon berjalan Optimal
Preliminary Result
Peneliti, 2017
Analisis SOAR:
1. Strengths (Kekuatan)
2. Opportunities (Peluang)
3. Aspirations (Aspirasi)
4. Results (Hasil)
(Stavros, Cooperrider dan Kelly 2003).
59
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi
bahwa penelitian mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City
masih perlu dilakukan kajian ulang oleh berbagai stakeholder di Kota Cilegon,
baik instansi pemerintah, swasta ataupun masyarakat pada umumnya.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi
satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif-eksploratif dengan pendekatan induktif. Arikunto
(2006:7) menjelaskan bahwa penelitian eksploratif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya sesuatu.
Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi
yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan
observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat
utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun
kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang
diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai
partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan
penelitiannya.
61
Penelitian ini menggunakan metode penelitian induktif yaitu penelitian
yang berangkat dan bertumpu pada data atau fakta di lapangan yang kemudian
dihubungkan dengan teori yang relevan atau sesuai sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan yang bersifat umum. Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan
dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai
realitas subjektif penyelenggaraan program Smart City di Kota Cilegon. Proses
observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan
data. Dari observasi diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di
dalam Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart City, guna
mengetahui kerja stakeholder yang terkait menuju program Smart City di Kota
Cilegon.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah Strategi Pemerintah Kota
Cilegon menuju Cilegon Smart City dengan dilihat dari Analisis SOAR, yaitu :
Strengths (Kekuatan), Opportunities (Peluang), Aspiration (Aspirasi), Results
(Hasil).
62
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Kota Cilegon. Penentuan lokasi penelitian ini dengan alasan bahwa yang
berwenang dan menangani urusan smart city adalah Bidang Pengelolaan
Teknologi, Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi, Informatika,
Sandi dan Statistik di Kota Cilegon.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dalam kebanyakan penelitian kualitatif mengumpulkan beragam
jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mengumpulkan
informasi dilokasi penelitian. Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi menurut Creswell (2007 :
267), yaitu :
1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti
langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti
merekam / mencatat baik dengan cara terstruktur maupun
semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam
lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat teribat dalam
63
peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga
partisipan utuh.
2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face
(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai
mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview
(interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai
delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini
tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum
tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended)
yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para
partisipan.
3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan
dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen
publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen
privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).
4. Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual.
Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala
jenis suara/bunyi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Sumber data Primer
64
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Observasi
Sedangkan observasi menurut Moleong (2007) adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian,
perilaku tak sadar, kebiasan dan sebagainya. Menurutnya, observasi
diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara yang tidak
berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi
sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat
hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah observasi
berperan serta. Peneliti sebagai pengamat dan sekaligus menjadi bagian dalam
suatu organisasi dengan status peserta magang.
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara
pewawancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan
65
cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh
terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,
pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian serta
wawancara narasi (Narrative Interview) yang merupakan metode
kualitatif dari ilmu sosial untuk memperoleh data dari informan dengan
cara mengevaluasi hasil data. Naratif merupakan strategi penelitian
dimana didalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu
dan meminta seseorang atau kelompok individu untuk menceritakan
kehidupannya. Informasi ini kemudian diceritakan kembali dengan
kronologi naratif. . di akhir tahap penelitian, peneliti harus
menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya
tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya tentang
kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly, 2000 dalam
Creswell 2010)
Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan
komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam rangka memperoleh
informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi. Dalam
66
melakukan wawancara peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan memberi informasi mengenai pengelolaan
Smart City. Sebagaimana peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang akan dikemukakan oleh informan.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih
dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan
kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih
dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara
peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian. b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai. c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara. d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui
kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.
1. Studi Kepustakaan
67
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang
relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan
text books maupun jurnal ilmiah.
2. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161)
dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik. Analisis
dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan
dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan,
laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari
informan penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data
68
sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu
melalui data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan
hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,
serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu,
peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation
(Moleong, 2007:9). Jadi, peneliti mempunyai peran yang sangat penting dalam
penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan kesiapan peneliti dalam
terjun langsung ke lapangan.
Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh
sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan
untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk
merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan
melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data.
69
Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview)
adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang
pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini
juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan
observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya
juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber
data sekunder.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi Kota
Cilegon Menuju Cilegon Smart City. Oleh karena itu dalam penentu narasumber
atau yang dapat disebut dengan informan peneliti menggunakan teknik purposive
Network. Teknik Purposive Network yaitu teknik pengambilan data dari informan
dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan penelitian memiliki
jaringan yang dijadikan sebagai sumber data yang memiliki kriteria khusus yang
sangat mumpuni dan mengetahui tentang pelaksanaan Program Smart City di Kota
70
Cilegon, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang
diharapkan.
3.6 Informan Penelitian
Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang
terlibat dalam Strategi Kota Cilegon Menuju Smart City, informan yang memiliki
kaya informasi dipilih dan sub-sub unit dipilih untuk mengkaji kajian yang lebih
dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang secara tidak
langsung terlibat dalam Perwujudan Smart City sebagai berikut :
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No Kategori Informan Fungsi dan Peran Informan 1 Dinas yang berwenang
dalam menangani Smart
City (11)
Kepala Seksi Pelayanan E-Government
Mengawasi dan mengendalikan, serta melakukan koordinasi, konsultasi di bidang pelayanan infrstruktur dasar data center.
2. Staff Pusat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Memberikan Informasi kepada publik yang membutuhkan berdasarkan perintah kepala Bidang
71
3. Dinas yang ikut berperan dalam mengembangkan Smart
City (12)
Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang pelayanan pembuatan Kartu Identitas.
4 Kepala Sub Bagian TU Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Pengambil kebijakan/ keputusan bagian umum dan tata usaha
5 Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan
6 Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Cilegon
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang Penataan Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
7 Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang penyimpanan arsip dan kepustakaan.
8 Kepala Bidang IT Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang Perizinan dan Penanaman Modal.
9 Kepala Sub Bagian Program di
Menentukan keputusan dalam bidang perencanaan bagian Program Smart City
72
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon.
10 Kepala Bidang Pelayanan Dinas Perhubungan Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang Perizinan dan Penanaman Modal.
11 Kepala Bidang Perindustrian, dan Perdagangan Kota Cilegon.
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan dalam bidang Perizinan dan Penanaman Modal.
12 Kepala Seksi Perindusrian Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon
Mengawasi dan mengendalikan, serta melakukan koordinasi, konsultasi di bidang industri.
13 Kecamatan Citangkil Operator PATEN Kecamata Citangkil
SKPD yang memiliki Sistem PATEN
14 Pihak Lain yang ikut berperan (13)
Manajer PIW KU Kota Cilegon
Mengatur kegiatan dari Pusat Inkubator Wirausaha dan Klinik UKM Kota Cilegon
Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Kota cilegon
Mengatur jalannya kegiatan pada Kamar Dagang dan Industri Kota Cilegon
73
(Sumber: Peneliti, 2016)
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Creswell yaitu penelitian yang melibatkan
pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-[ertanyaan
umum, dan analisis informasi dari para partisipan.
Analisis data dalam peneltian kualitatif sebagai suatu proses penerapan
langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan berbagai level
analisi yang berbeda, sebagaimana yang di tunjukan dalam gambar 3.3,
mengilustrasikan pendekatan linier dan hierarkis yang dibangun dari bawah ke
atas, tetapi dalam praktiknya pendekan ini lebih interaktif beragam tahap saling
berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan
Creswell (2007 : 276-284).
14 Pihak Penengah Kebijakan (14)
Wakil Walikota Cilegon
Wakil kepala Pemerintahan Kota Cilegon
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon
Memimpin jalannya tugas pokok dan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
74
Gambar 3.1
Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
Sumber:Creswell (2013:276-284)
Menvalidasi keakuratan informasi
Deskripsi
Menghubungkan tema-tema/deskripsi-deskripsi (seperti, grounded theory, studi
kasus)
Menginterpretasi tema-tema/deskripsi-deskripsi
Tema-tema
Men-coding data (tangan atau komputer)
Membaca keseluruhan data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis
Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar dan sebagainya)
75
Pendekatan diatas dapat di jabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis
berikut ini :
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengetik data
lapangan, atau memilah-milih dan menyusun data tersebut kedalam jenis-
jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun
general sense atau informasi yang diperoleh dan mereflesikan maknanya
secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam
perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut?
Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi
itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-
catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998 : 171). Langkah ini
melibatkan berbagai tahap : mengambil data tulisan atau gambar yang
telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-
kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut kedalam
kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah
76
khusus, yang seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar
berasal dari partisipan.
4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di analisis. Deskripsi ini
melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail mengenai orang-
orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa dalam setting tertentu.
Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua
informasi ini, lau menganalisisnya untuk proyek studi kasus, entografi,
atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk
membuat sejumlah kecil tema atau kategori, bisa lima hingga tujuh
kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam
peniliatn kualitatif dan seringkali digunakan untuk membuat judul dalam
bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya
diperkuat dengan berbagai kutipan, seraya menampilkan perspektif-
perspektif yang terbuka untuk di kaji ulang.
5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan
kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer
adalah dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan
hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan tentang kronologi
pristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-subtema, ilustrasi-
ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang
keterberhubungan antar tema. Para peneliti kualitatif juga dapat
menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk
77
membantu menyajikan pembahasan ini. Mereka dapat menyajikan suatu
proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara
spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau
memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel
(sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi).
6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa
diambil dari semua ini” akan membantu peneliti mengungkap esensi dari
suatu gagasan (Lincoln & Guba, 1985). Pelajaran ini dapat berupa
interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada kenyataan bahwa
peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya
kedalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari
perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari
literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil
penelitiannya membernarkan atau justru menyangkal informasi
sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-
pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan
yang muncul dari data dan analisis, dan bukan dari hasil ramalan peneliti.
3.8 Uji Keabsahan Data
Uji kredibilitas atau yang biasa disebut uji keabsahan dan reliabilitas data
memiliki keterikatan antara deskripsi dan eksplanasi. Uji kredibilitas data
memiliki dua fungsi, yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga
78
tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap
kenyataan ganda yang sedang diteliti menurut Prastowo (2011:266). Untuk
menguji kredibilitas data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu dengan cara
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, member check dan
menggunakan bahan referensi menurut Prastowo (2011:265). Pada penelitian ini,
menggunakan uji kredibilitas dengan teknik triangulasi dan member check.
Pada penelitian ini, dalam menguji kredibilitas data peneliti melakukan
triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.
1. Triangulasi
Menurut Moleong (2007:330), trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan
79
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih
dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi
tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini
dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang
kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang
menghubungkan diantara keduanya.
2. Member Check
Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, dalam Sugiyono
membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Selain itu, membercheck yang diperoleh akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai
tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan
membercheck.
80
Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang telah
diperoleh dari informan penelitian dan bertujuan menvalidasi data dengan
yang telah diberikan oleh informan, sehingga data yang didapat menjadi
valid dan dapat dipercaya.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Pemerintah Kota
Cilegon Menuju Smart City. Waktu penelitiannya dimulai dari bulan November
2016.
81
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
2016 2017 Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1 Pengumuman Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan Proposal BAB I,II dan III
4 Bimbingan dan Perbaikan Proposal
5 Seminar Proposal
6
Perbaikan Proposal dan Pengumpulan Data
7 Pengolahan dan Analisis Data
8 Penyusunan Bab IV dan V
9 Sidang Skripsi
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
Kota Cilegon , gambaran umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Kota Cilegon. Hal tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Wilayah Kota Cilegon
Kota Cilegon merupakan kota otonomi yang secara yuridis dibentuk
berdasarkan UU No. 15/1999. Sebagai kota yang berada diujung barat Pulau
Jawa. Kota Cilegon merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau
Jawa dengan Sumatera.
Secara geografis, Kota ini berada pada koordinat 5o 52’ 24” – 6 o 04’ 07”
Lintang Selatan dan 105 o 54’ 05” – 106 o 05’11” Bujur Timur yang dibatasi oleh :
Sebelah Barat di batasi oleh Selat Sunda dan Sebelah Utara, Timur dan Selatan
yang berbatasan dengan Kabupaten Serang. Dengan luas 175,5 Km2, yang berarti
1,82 persen dari daratan Provinsi Banten yang luasnya 9.662,92 Km2. Kota
Cilegon dibagi kedalam 8 (delapan) kecamatan dan 43 Kelurahan. Kota Cilegon
memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antar 21,9 o C – 33,5o C dan
curah hujan rata-rata 100 mm per bulan.
83
Cilegon merupakan wilayah bekas kewedanan (wilayah kerja pembantu
Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu
Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.
Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok
Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk
dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No.
86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan administratif Cilegon dan atas
pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun
1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah
17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak,
Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber, sedangkan
kecamatan Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang
Wilayah Kramatwatu.
Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang
Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah
menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon, dan Cibeber.
Berdasarkan Undang-undang No. 32 tentang pemerintahan daerah,
Pemerintah Kota Cilegon telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007
tentang pembentukan kelurahan di Kota Cilegon yang menyatakan bahwa daerah
Kota Cilegon memiliki 43 Kelurahan dan 8 Kecamatan. Berikut luas masing-
masing kecamatan di Kota Cilegon :
84
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Cilegon
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Kelurahan
Luas (km2) %
1 Ciwandan 6 51,81 29,52
2 Citangkil 7 22,98 13,09
3 Pulomerak 4 19,86 11,32
4 Purwakarta 6 15,29 8,71
5 Grogol 4 23,38 13,32
6 Cilegon 5 9,15 5,21
7 Jombang 5 11,55 6,58
8 Cibeber 6 21,49 12,24
Jumlah 43 175,51 100,00
Sumber : Cilegon Dalam Angka, BPS 2016
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Cilegon
Visi Kota Cilegon:
“ Terwujudnya Kota Cilegon yang Unggul dan Sejahtera berbasis Industri,
Perdagangan dan Jasa”
Misi Kota Cilegon
1. Memantapkan Kemandirian Perekonomian Daerah;
2. Memantapkan Lingkungan Kota yang Asri dan Lestari;
3. Memantapkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Peningkatan
Kesejahteraan Sosial;
4. Memantapkan Pelayanan Sarana dan Prasarana Kota;
5. Memantapkan Tata Kelola Pemerintahan.
85
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Cilegon
Dalam konteks demografi, menurut data dari Badan Pusat Statistik 2016
Kota Cilegon memiliki jumlah penduduk sebanyak 412.106 Jiwa. Dengan
komposisi jumlah penduduk laki-laki 210.505 Jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 201.601 Jiwa. Kepadatan penduduk di Kota Cilegon terbilang cukup
tinggi yaitu 2348 jiwa per km2 pada tahun 2015.
Bila dilihat dari struktur usianya, penduduk Kota Cilegon didominasi oleh
usia produktif yaitu usia 15-64 tahun sebanyak 284.706 Jiwa atau sekitar 69,09 %.
Dengan rincian usia non produktif 0-14 thn sebanyak 116.566 atau sekitar 28,29%
usia diatas 65 thn sebanyak 10.834 atau sekitar 2,62%. Gambaran tentang hal ini
dapat dilihat dari table komposisi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
sepanjang tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015
No Kelompok Umur
Jumlah
1 0-4 42 867 2 5-9 38 332 3 10-14 35 367 4 15-19 36 146 5 20-24 37 480 6 25-29 37 401 7 30-34 37 073 8 35-39 35 169 9 40-44 32 259 10 45-49 26 540 11 50-54 19 987 12 55-59 14 178
86
No Kelompok Umur
Jumlah
13 60-64 8 473 14 65+ 10 834
Jumlah 412 106 Sumber : Cilegon dalam Angka, BPS 2016
Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Kota Cilegon sebagian
besar tamat sekolah tamat sekolah dasar (34,80%), diikuti penduduk yang
belum/tidak bersekolah sebanyak 22,57%, serta penduduk berpendidikan
SMA/sederajat sebanyak 21,81%, dan berpendidikan SMP/sederajat sebanyak
14,38%. Gambaran tentang komposisi penduduk berdasarkan tingkat
pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tahun 2015
No Pendidikan %
1 Tdk/Blm Sekolah 19,31
2 Blm Tamat SD 3,26
3 Tamat SD 34,80
4 SLTP 14,38
5 SLTA 21,81
6 D-I/II 0,58
7 DIII 1,35
8 DIV/S1 4,12
9 S2 0,35
10 S3 0,02
Total 100,00
87
Sumber: Cilegon Dalam Angka, BPS 2016
Bila dilihat dari keragaman agama yang dianut penduduknya, Kota
Cilegon telah mencerminkan sebagai kota yang tumbuh sebagai kota yang
heterogen. Hal ini tampak dari komposisi penduduk menurut agama dan
kepercayaan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah %
1 Islam 369.410 89,63
2 Kristen Protestan 5.099 1,24
3 Kristen Katholik 553 0,13
4 Hindu 1.581 0,38
5 Budha 416 0,1
6 Kepercayaan 1371 0,33
Sumber: Cilegon dalam Angka, BPS 2016
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan
Statistik Kota Cilegon.
Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik (Diskominfo Sandi dan
Statistik) merupakan Dinas yang mempunya tugas membantu Walikota dalam
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Komunikasi Informatika
Sandi dan Statistik yang menjadi Kewenangan Daerah dan tugas pembantuan
yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
88
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik
Kota Cilegon
Visi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon
“Terdepan dan Tercepat dalam Memberikan Pelayanan Informasi”
Misi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik
1. Pusat Pelayanan Dan Penyebarluasan Informasi Baik Bersumber Dari
Lembaga/ Instansi Pemerintah Daerah Kota Cilegon Maupun Berasal Dari
Publik
2. Menjalin Kemitraan Dengan Media Massa Dan Insan Pers Baik Media
Cetak Maupun Elektronik
3. Menciptakan Komunikasi Dua Arah Timbal Balik, Dan Mengatur Arus
Informasi, Publikasi Serta Pesan Dari Organisasi/ Instansi Pemerintah
Daerah Kota Cilegon Ke Publiknya Atau Sebaliknya
4. Membangun Identitas Dan Citra Positif Pemerintah Daerah Kota Cilegon.
4.1.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan
Informatika, Sandi dan Statistik
Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di Bidang Teknologi dan Informatika, Sandi dan
Statistik. Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik mempunya tugas
melaksanakan kewenangan otonomi daerah di Bidang Teknologi dan Informatika,
89
Sandi dan Statistik, melaksanakan urusan Teknologi dan Informatik, Sandi dan
Statistik berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi
dan Statistik mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan opini dan aspirasi publik;
b. Pengelolaan informasi untuk mendukung kebijakan nasional dan
Pemerintah Daerah;
c. Penyediaan konten lintas sectoral dan pengelolaan media komunikasi
publik;
d. Pelayanan hubungan media dan penyediaan akses informasi;
e. Pelayanan infrastruktur dasar data center;
f. Disaster Recovery Center TIK;
g. Pelayanan pengembangan internet dan penggunaan akses internet;
h. Pelayanan sistem komunikasi intra Pemerintah Daerah;
i. Pelayanan keamanan informasi E-Government;
j. Pelayanan manajemen data dan informasi E-Government;
k. Pelayanan pengembangan dan pengelolaan aplikasi generic, spesifik dan
suplemen yang terintegrasi;
l. Integrase layanan publik dan kepemerintahan;
m. Penyelenggaraan ekosistem TIK Smart City;
n. Penyelenggaraan E-Government City dan informasi offline Pemerintah
Daerah;
o. Pengembangan sumberdaya TIK Pemerintah Daerah dan masyarakat;
p. Layanan nama domain dan sub domain bagi lembaga pelayanan publik
dan kegiatan Pemerintah Daerah;
q. Penyelenggaraan persendian untuk pengamanan informasi Pemerintah
Daerah;
90
r. Penetapan pola hubungan komunikasi sandi antar Perangkat Daerah; dan
s. Penyelenggaraan Statistik secktoral lingkup Daerah.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan
Statistik terdiri dari :
a) Unsur Pimpinan adalah Plt. Kepala Dinas.
b) Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Keuangan;
c) Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari :
1. Bidang Pengelolaan Teknologi dan Informatika, Sandi dan
Statistik, terdiri dari :
a) Seksi Pelayanan E-Government;
b) Seksi Infrastruktur Jaringan Telematika;
c) Seksi Aplikasi Telematika
2. Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, terdiri dari :
a) Seksi Pelayanan Informasi Publik;
b) Seksi Kemitraan Media;
c) Seksi Desiminasi Informasi Publik;
3. Bidang Sandi dan Statistik
a) Seksi Statistik;
b) Seksi Penyelenggaraan Sandi.
d) Unit Pelaksana Teknis;
e) Kelompok Jabatan Fungsional.
91
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik, 2017
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan
menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai
strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city , peneliti menggunakan
analisis SOAR. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas
komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh para pimpinan
DINAS
SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI DAN KEUANGAN
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
UPT
BIDANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
SEKSI PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
SEKSI KEMITRAAN MEDIA
SEKSI DESIMINASI INFORMASI PUBLIK
BIDANG PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
SEKSI PELAYANAN E-GOVERNMENT
SEKSI INFRASTRUKTUR
JARINGAN TELEMATIKA
SEKSI APLIKASI TELEMATIKA
BIDANG SANDI DAN STATISTIK
SEKSI STATISTIK
SEKSI PENYELENGGARAAN
SANDI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
92
organisasi untuk menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi
yang efektif mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor
strategis yaitu strengths, opportunities, aspiration dan results dari sebuah
organisasi. Langkah penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan
faktor-faktor yang termasuk dalam strengths, opportunities, aspiration dan results
dari beberapa organisasi pendukung smart city di Kota Cilegon. Kedua, peneliti
mencocokkan aspirasi dan serta hasil yang di dapat suatu organisasi tertentu
dengan kekuatan dan peluang dalam matriks SOAR, untuk mengahsilkan empat
rangkaian alternatif strategis.
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat induktif, maka data
berbentuk data yang terpisah-pisah namun saling berkaitan erat. Pendapat dan
tindakan informan merupakan sumber utama penelitian. Sumber data dari
informan dicatat denga menggunakan alat tulis dan direkam melalui handphone
yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data sekunder yang didapatkan
peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen Rencana strategi Dinas
Komunikasi dan Informasi, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Tahun 2016-2021,
profil Kota Cilegon dalam angka 2016 merupakan data mentah yang harus diolah
dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu
bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut
merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan program smart city
di Kota Cilegon.
93
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi dilakukan pengkodingan data untuk mendapatkan
tema dan pola serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-
jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian
serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan pengkodingan , peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu, yaitu:
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode , menunjukkan daftar informan dari kategori Instansi yaitu
terdiri dari Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik.
e. Kode , , menunjukkan daftar
urutan informan kategori pihak lain yang terkait dengan program Smart City.
f. Kode , menunjukkan daftar informan kategori pihak NGO yang ikut
berperan dalam proses smart city.
g. Kode , menunjukkan kode informan sebagai penengah dari kebijakan
yang di buat untuk Kota Cilegon.
h. Kode P menunjukkan Peneliti.
Setelah pembuatan koding pada tahap pengkodingan data, langkah
selanjutnya adalah membaca keseluruhan data, dimaksudkan untuk menunjukkan
bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/
laporan kualitatif. Pendekatan yang paling popular adalah dengan menerapkan
94
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Selanjutnya
menginterpretasi atau memaknai data, mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran
apa yang bisa diambil dari semua ini” akan membantu peneliti mengungkap esensi
dari suatu gagasan. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari
perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literature
atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya
membenarkan atau justru menyengkal informasi sebelumnya. Interpretasi/
pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab
selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan buka
dari hasil ramalan peneliti.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara
sumber data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah
dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat
diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.
4.2.2 Data Informan
Pada penelitian ini, mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju
Smart City adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-
orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak)
baik pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana
penyelenggaraan program smart city di Kota Cilegon, serta pihak lainnya yang
95
mendukung penyelenggaraan program smart city yaitu Kepala Seksi Pelayanan E-
Government Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik.
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No Informan Status Informan (SI)
Jenis
Kelamin Usia
Kode Informan
(I)
1 Adi Tri Prasetyo, S.IP, M.Si
Kasi Pelayanan E-Government Diskominfo, Sandi dan Statistik
L 41
2 Shifana Mardhatillah, S.E
Staff Pengelola Pusat Informasi dan Dokumentasi
P 24
3 Drs. Abdullah Kepala Bidang PIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
L 57
4 Yusminar, SE, MM Kepala Seksi Program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
P 56
5 Ahmad Aziz Setya AP, ST, M.M
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Cilegon.
L 60
6 Edhi Hendarto, M.Si Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Cilegon
L 48
7 Ida Farida, M.Pd Sekretaris Dinas Perpustakaan dan
P 52
96
Arsip Daerah Kota Cilegon
8 Darmawan Sutanto, M.Si
Kepala Seksi Promosi Promosi Penanaman Modal
L 40
9 Alwin Setia M.Si Kepala Sub Bagian Program di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon.
L 39
10 Pakalima ST Kepala Bidang Pelayanan Dinas Perhubungan Kota Cilegon
L 59
11 Dadang S.Sos Kepala Bidang Perindustrian, dan Perdagangan Kota Cilegon.
L 60
12 Ten Nova, SE, ME Kepala Seksi Perindusrian Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon
P 38
13 Murniati S.E Manajer PIW KU Kota Cilegon
P 37
14 Drs. H. Edi Ariadi, M.Si
Wakil WaliKota Cilegon
L 61
(Sumber, Peneliti 2017)
4.3 Temuan Lapangan
97
Data lapangan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu analisis SOAR. Dimana dalam analisis SOAR ini dapat
menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam penyelenggaraan smart
city, The Appreciative Inquiry (AI) pendekatan mengubah model SWOT ke
SOAR (kekuatan, peluang, aspirasi, hasil). Hal ini dapat membebaskan kita untuk
fokus pada apa yang benar-benar penting: yaitu mengenai masa depan orang-
orang dan organisasi. AI (Appreciative Inquiry ) strategi atau perencana strategis
menimbulkan pertanyaan penyelidikan untuk menentukan arah proses
perencanaan strategis dan menginformasikan konten berdasarkan kekuatan dan
peluang. Ini adalah apa yang kita sebut penyelidikan strategis dengan maksud
menghargai. Analisis SOAR membantu memilih strategi alternatif untuk
meningkatkan strategi menuju smart city di Kota Cilegon agar lebih optimal.
4.3.1 Strengths (Kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor
yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan
dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari
luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber
Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan
dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat
mencapai aspirasi dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut.
98
4.3.1.1 Smart Economy
Untuk melanjutkan proses sebuah kota menjadi smart city, ada beberapa
indikator yang harus dipenuhi yaitu smart governance, smart people, smart
economy, smart mobility, smart environment dan smart living. Berbicara
mengenai visi Kota Cilegon yaitu Terwujudnya Kota Cilegon yang Unggul dan
Sejahtera dalam Industri, Perdagangan dan Jasa, terkait dengan smart economy,
rupanya Kota Cilegon sendiri memiliki kekuatan untuk menuju kearah smart
economy, seperti yang disampaikan oleh I2-10 yaitu:
“Kekuatannya Karena kami berbasiskan industri, kami sudah mengedepankan kearah industri, ada beberapa yang sudah diterapkan terutama ikm, industri kecil menengah, membuat database online, sudah bisa diakses oleh semua orang, sehingga mereka bsa datang berkunjung kesini Kota Cilegon, dari rembang untuk bata untuk studi banding bata, sibolga dari medan datang ke limbah, seperti majun (sejenis lap) pemanfaatan perca mereka semua tahu lewat website, impact nya berbasis IT seperti itu. Bisa diakses di www.disperindagkop.cilegon.co.id/ikm kebetulan lagi off karena perpindahan OPD baru. Smart Capital juga kita sudah menerapkan. Keterampilan-keterampilan pelatihan untuk meningkatkan keahlian, kita juga memberikan fasilitas seperti merek halal, uji simpan, uji fisik dan kimia. Kampung digital kita juga sudah ada, kadang kita belum tau realisasi mereka seperti apa dan bagaimana, seperti di purwakarta dan ketileng. Dulu piwku, sudah menerapkan e-commerce jual secara online, produk ikm semua sudah ada disitu, seperti barang pakai:sandal hotel, makanan dll.” (Wawancara dengan kasie. Perindustrian di ruang perindustrian disperindagkop Kota Cilegon Kamis, 23 Feb 2017 pukul 09.10 WIB)
Berdasarkan keterangan dari narasumber I2-10 yaitu, Kota Cilegon sebagai
ikon kota industri sudah menerapkan setidaknya industri berbasiskan kepada
industri berbasiskan teknologi dan informasi, dimana organisasi terkait sudah
menyiapkan beberapa web agar bisa diakses oleh masyarakat atau publik untuk
mengakses beberapa produk keluaran industri kecil menengah dilingkungan Kota
99
Cilegon. Beberapa website untuk menunjang smart economy tidak terlepas dari
dukungan pemerintah Kota Cilegon untuk mengenalkan beberapa produk yang
dihasilkan oleh Kota Cilegon, seperti makanan khas dan lain sebagainya.
Hal serupa juga dikatakan oleh I3-1 yaitu:
“Berawal dari produk-produk khas dari Kota Cilegon yang sudah banyak ditemui di kalangan masyarakat, berawal dari situ. Terinspirasi dari ukm, piw-ku itu berdiri sendiri untuk mengangkat sector ukm di Kota Cilegon. Berdiri dari tahun 2015 bulan November tanggal 25, seperti produk pangan ya, kue khas cilegon seperti gipang, emping, itu memiliki ciri khas sendiri pada kota ini, berbeda dengan kota yang lain. Sama seperti daerah-daerah lain yang memiliki ciri khas tersendiri. Dari situlah kita memulai sebuah ide dan dibantu oleh sector pemerintah, akademik dan swasta untuk sama-sama mengangkat UKM Kota Cilegon agar lebih berkembang dalam segala bidang seperti pemasaran, kualitas dan kuantitas dari produk tersebut. Kekuatan kita disitu, kita berkomitmen itu untuk sama-sama mengangkat ukm Kota Cilegon agar terkenal baik dalam negeri maupun internasional. Kita secara tidak langsung sudah mengenalkan ke beberapa daerah untuk produk kita sendiri. Produk kita bukan hanya makanan, tetapi juga kerajinan tangan seperti keranjang belanja, sandal hotel, dan kaos sablon bertuliskan ciri khas cilegon.” .(Wawancara dengan Manager Klinik PIW KU Kota Cilegon di Kantor PIW Ku Jum’at, 17 Mar 2017 pukul 08.30 WIB).
Menurut Narasumber I3-1 menerangkan bahwa, kekuatan Kota Cilegon
untuk menjadi smart economy bahwasanya terinspirasi dari banyaknya produk-
produk ukm yang dihasilkan oleh masyarkat Kota Cilegon, sehingga berdirilah
klinik ukm untuk mencoba membantu memasarkan dan “mengembangkan” bisnis
rumahan yang sudah dilatih agar mengemas produk ungulan mereka semenarik
mungkin agar bisa meningkatkan nilai jual produk mereka. Hal tersebut
merupakan salah satu pilar penopang daerah/ negara/ kota. Pengelolaan ekonomi
suatu daerah/ kota/ negara hendaknya perlu dilakukan dengan lebih baik dan
terkomputerisasi. Ekonomi tidak hanya berkaitan dengan barang dan jasa yang
disediakan, tapi juga inovasi, kemampuan bersaing, pendidikan dan
100
kewirausahaan. Di Kota Ciegon sendiri, salah satu hal penting yang ingin
diterapkan pada Implementasi Smart City adalah Smart Economy. Hal ini
disebabkan dengan jumlah penduduk yang besar dan potensi yang dimiliki berupa
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, maka apabila dikelola dengan
lebih baik, ekonomi Kota Cilegon akan meningkat dengan pesat.
Tetapi disisi lain kita juga menyiapkan berbagai aplikasi yang
memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai macam informasi dan data
yang kita tampilkan dalam suatu database, namun seiring berjalannya waktu
karena kita baru memulai penerapak OPD (Organisasi Perangkat Daerah yang
baru, maka sistem semua aplikasi masih belum stabil, berikut ini pernyataan
narasumber I2-9 yaitu:
“Terkait informasi dan teknologi kita memiliki database sendiri berbasis multimedia, dengan website semua bisa tau ikm yang ada di cilegon apa saja, kebetulan off dulu Karena jaringan sedang dipindahkan jadi belum bisa di akses lagi. Tapi kita sudah ada database tersebut, kalau sudah beres jaringan baru dan semuanya, masyarakat atau publik pasti bisa akses dengan tampilan baru agar pembaca dan pengunjung website menikmati informasi yang kita berikan”. (Wawancara dengan kabid. Perindustrian di ruang kabid perindustrian disperindagkop Kota Cilegon Kamis, 23 Feb 2017 pukul 09.40 WIB).
Sesuai dengan wawancara dengan narasumber I2-9 menyatakan bahwa
perpindahan dan pergeseran OPD baru, menyebabkan off nya jaringan antar dinas
yang memuat berbagai macam system dan aplikasi, oleh Karena itu
ketidakstabilan ini mendorong organisasi perangkat daerah terkait untuk
memberikan inovasi baru, sehingga tampilan lebih menarik untuk dikujungi oleh
publik.
101
4.3.1.2 Smart People
Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi
didalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/ dimensi ini terdapat kriteria proses
kreativitas (creativity) pada diri manusia dan modal social (social capital).
Beberapa kriteria penilaian tersebut antara lain: Adanya jenjang pendidikan
formal dalam bentuk sekolah dan perguruan tinggi yang merata kepada
masyarakat dan berbasiskan IT, Adanya peran serta aktif masyarakat didalam
mewujudkan tata kehidupan yang lebih baik memanfaatkan teknologi informasi.
Namun dari SDM juga untuk menunjang terwujudnya smart city harus
berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi dari dinas terkait, dimana dalam hal ini
pemerintah sendiri harus mampu mengembangkan masyarakat agar menjadi smart
people yang diharapkan, sebagaimana wawancara dengan narasumber I2-5 yaitu:
“ Untuk kekuatan mengenai SDM, kita masih cukup, Karena memang kita baru menjadi dinas, jadi masing-masing sudah sesuai tupoksi nya, tidak kekurangan.Sekarang kita lebih menekankan kepada wi-fi walaupun belum maksimal. anggaran nya masih pakai kantor perpustakaan dan arsip, tapi anggaran masih menggunakan yang kantor. Mudah-mudahan untuk ke depan bisa memperluas jaringan dari anggaran yang kita punya seperti itu untuk menuju smart city, serta sarana prasarana nya juga.” (Wawancara dengan Sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 Feb 2017 pukul 08.30 WIB).
Dari hasil wawancara dengan narasumber I2-5 yaitu bahwa kekuatan
organisasi sendiri terletak pada wi-fi yang sudah dimiliki oleh dinas terkait,
bahkan mengenai SDM sudah sesuai dengan tupoksinya, sehingga sangat
membantu untuk menunjang dan mengembangkan smart city yang akan kita
jalankan. Sementara itu SDM di organisasi ini juga sangat membantu pemerintah
102
untuk mengembangkan minat baca masyarakat berkat adanya taman bacaan dan
perpustakaan keliling yang diadakan tiap hari di seluruh kelurahan di Kota
Cilegon. Begitupun dengan anggaran yang akan digunakan untuk menuju kearah
smart city juga sangat dibuthkan untuk memperluas jaringan agar lebih
mendekatkan diri kepada masyarakat.
Selain dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh dinas terkait,
pemerintah Kota Cilegon juga menyediakan berbagai macam aplikasi untuk
digunakan oleh masyarakat khususnya Kota Cilegon dalam rangka menuju smart
people diantaranya ada aplikasi digital library . Namun ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam mempublikasikan katalog online tersebut,
sebagaimana disampaikan oleh I1-1 yaitu:
“sampai sekarang memang katalog online belum stabil, perlu ada intensifikasi perurusan perizinan dan sebagainya, oleh Karena itu kita masih sebatas memfasilitasi masyarakat yang ingin mengakses ke perpustakaan pusat (nasional) untuk katalog buku online Karena jika untuk mengakses tersebut akan berurusan dengan hak cipta, Karena belum tentu pemilik katalog mengizinkan kita untuk mempublish tanpa ada feedback, itu nanti kita kaji lagi agar katalog buku di Kota Cilegon bisa diakses dengan mudah untuk seluruh lapisan masyrakat, terutama civitas akademika yang membutuhkan banyak referensi dan bahan bacaan lainnya.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).
Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 bahwasanya terkait dengan
aplikasi yang sudah disediakan oleh organisasi, maka secara tidak langsung sudah
memberikan akses kepada masyarakat untuk membantu menemukan berbagai
macam informasi yang dibutuhkan baik sebagai referensi maupun sumber bacaan
103
lainnya. Sehingga dalam situasi ini sangat dibutuhkan tingkat kesabaran Karena
hal ini syarat akan perizinan hak cipta, sehingga dalam mempublikasikan nya
untuk kedepa tidak ada masalah apapun.
Dalam hal ini rupanya smart people tidak hanya mengarah kepada apa
yang ia baca, tetapi bagaimana perilaku keseharian kita sebagai makhluk social
dalam menjalani kehidupan keseharian, sehingga segala bentuk macam perilaku
mencerminkan masyarakat yang smart, Karena budaya yang sudah diatur tentu
menjadikan sebuah kota menjadi smart baik lingkungan maupun masyarakatnya.
Apalagi sudah dizaman IT, maka perilaku sangat dibutuhkan agar lebih bijak
menyikapi berbagai macam pembaharuan menuju kearah globalisasi.
Sebagaimana disampaikan oleh I1-1 bahwasanya:
“sebagai organisasi yang menyeimbangkan dengan tuntutan globalisasi, sudah selayaknya kita dari perwakilan pemerintah Kota Cilegon juga membantu untuk mewujudkan smart people, agar masyarakat lebih bijak menyikapi perkembangan zaman yang lebih modern. Sehingga dalam kenyataannya, di organisasi manapun tidak ada yang ketinggalan teknologi, gagap teknologi Karena sesamanya kita belajar untuk mewujudkan smart people dalam rangka menuju smart city Kota Cilegon”. (Wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).
Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 Apabila kondisi masyarakat
telah menjadi smart, maka pondasi untuk mewujudkan smart city akan tercapai.
Bentuk terapan smart city pada suatu atau beberapa buah bidang kehidupan pada
kota/ daerah bersangkutan akan berhasil dengan adanya partisipasi masyarakat
setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui manfaat yang akan diperoleh
dan bagaimana mengelola serta mengembangkan smart city tersebut untuk
104
menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan publik yang lebih baik.
Sebagaimana yang dikatakan oleh narasumber I4-2 mengatakan bahwa :
“Saya dan 35 anggota dewan yang lain sangat mendukung adanya gagasan dan pemikiran mengenai program prioritas yang sudah di rencanakan, kita melihat kepada UU No 23 Tahun 2014 mengenai lembaga legislative dan yudikatif di daerah juga haruss mendukung perencanaan yang dibuat oleh kepala daerah Karena harapan kita sama sebagai masyarakat Kota Cilegon dan sama-sama bagian dari Indonesia oleh karena itu kita sebagai bagian dari lembaga legislative di Kota Cilegon ini sangat mendukung adanya pembangunan sarana infrastruktur yang memadai, dan mendukung pula persoalan IT yang berlangsung di Kecamatan yang tersebar di wilayah Kota Cilegon.” (Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon, di Ruang Kantor DPRD Kota Cilegon Hari Senin, 11 Juni 2017)
4.3.1.3 Smart Governance
Konsep dari smart city merupakan aspek yang penting dalam kehidupan
terutama dalam suatu pelayanan publik, Karena pelayanan publik itu sendiri
sangat mempengaruhi bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang mendiami
suatu daerah. Smart city itu sendiri memiliki peran yang sangat penting maka dari
itu program smart city ini tentunya harus menjadi perhatian khusus agar
terwujudnya kota dengan berbasiskan teknologi informasi yang optimal. Seperti
yang disampaikan oleh I2-1 yaitu sebagai berikut:
“Masyarakat yang mendiami sebuah kota tentu akan merasa aman jika ia merasakan tempat tinggal yang aman, lingkungan yang aman, yang semua itu tidak jauh terlepas dari administrasi kependudukan yang ia miliki, guna membantu semua sistem yang akan terjadi dimasa yang akan mendatang, oleh Karena itu kita sebagai organisasi terkait, membantu semua yang ingin memiliki dokumen penduduk dengan melampirkan persyaratan-persyaratan tertentu guna melengkapi kebutuhan pembuatan administrasi kependudukan. Tentu saja dalam hal ini, kami dari internal organisasi membuat
105
administrasi tersebut dengan menggunakan SIAK “Sistem Informasi Administrasi Kependudukan” yaitu sistem yang sudah dibuat oleh kementrian dan kita selaku pengguna memanfaatkan sistem tersebut untuk membantu masyarakat yang membutuhkan administrasi kependudukan. Dalam hal ini masyarakat diperlukan kesadaran yang tinggi Karena setiap yang tinggal dan menetap di Kota Cilegon akan merasa aman karena mereka sudah memiliki informasi kependudukan yang sah. Dengan status kota yang kita miliki ini, sudah mungkin banyak masyarakat baru yang berdomisili di lingkungan Kota Cilegon.” (Wawancara dengan Kepala Bidang PIAK di Kantor Disdukcapil Jumat, 17 Feb 2017 pukul 10.35 WIB)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I2-2 yaitu sebagai berikut :
“ya cara kami untuk membantu masyarakat dalam membuat perekaman informasi kependudukan dengan cara mendekatkan diri kepada mereka, setiap hari kita mendatangi masyarakat dengan mobil keliling, untuk membuat informasi kependudukan di kelurahan-kelurahan pada 8 kecamatan di tiap-tiap kecamatan di Kota Cilegon, tentunya sistem kita sudah terintegrasi ke pusat dalam hal pembuatan administrasi kependudukan ini, kita setiap hari bergilir untuk setiap kelurahan agar kita sebagai pemerintah lebih dekat dengan masyarakat” (Wawancara dengan Kasubag Tata Usaha di Kantor Disdukcapil Jumat, 17 Feb 2017 pukul 09.10 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menerangkan bahwa rangka
menuju smart governance, pemerintah Kota Cilegon dalam hal administrasi
kependudukan sudah senantiasa membantu sebagian besar masyarakat untuk
memiliki identitas sebagai warga Kota Cilegon agar mereka lebih percaya diri
dan merasa tenang tinggal dan berdomisilli di lingkungan Kota Cilegon. Selain
itu organisasi terkait juga sudah menerapkan aplikasi SIAK on-line pada tiap
kecamatan agar terintegrasi dengan pusat dalam hal pembuatan administrasi
kependudukan. Hal ini di akui oleh organisasi terkait bahwasanya pembuatan
administrasi kependudukan memang sangat penting, belum lagi jika ada sebagian
106
masyarakat yang belum sadar akan pentingnya administrasi ini, padahal untuk
kedepannya hal tersebut dapat membantu kita untuk menemui informasi yang kita
butuhkan terkait masyarakat tersebut. Oleh karena itu kesadaran yang tinggi
sangat dibutuhkan sekali.
Pengembangan konsep smart governance juga tidak terlepas dari peran
dinas perizinan untuk memberikan kemudahan masyarakat Kota Cilegon dalam
mengurus perizinan terkait usaha dan sebagainya. Organisasi terkait juga
memberikan akses kemudahan bagi masyarakat agar memiliki izin yang legal dari
pemerintah untuk kepentingan mereka. Sebagian besar masyarakat sagat antusias
Karena memang ikon Kota Cilegon merupakan kota industri, maka dari pendirian
perizinan skala kecil, menengah sampai skala besar akan di bantu oleh organisasi
terkait. Seperti yang disampaikan oleh I2-6 yaitu :
“kita persiapan infrastruktur menyiapkan jaringan yang digunakan untuk mempermudah pelayanan perizinan, kita ada sistem perizinan on-line, Kita sudah di beri bantuan aplikasi oleh Kementrian Kominfo, namanya aplikasi “SI CANTIK” (AplikaSI Cerdas LayanAN Perizinan Terpadu untuk PublIK), ada harapan untuk perizinan dilakukan secara on-line, berdasarkan prototype mereka yang buat. Karena memang sebelumnya kita sudah punya sistem, namanya SIMPADU (SIsteM Perizinan TerpADU) ya hampir sama lah kurang lebih tapi kemarin kan masih offline, maksudnya offline disini jadi pemohon masih datang ke kita, jadi untuk nanti prosesnya kita udah otomasi, terkomputerisasi, nanti kita sudah terintegrasi dengan yang lain. Mulai dari verifikasi sampai pencetakan kita sudah otomasi. Tinggal kita tingkatkan lagi pemohon tidak harus datang ke kantor. Anggaran sudah ada mencukupi untuk mengembangkan dan memelihara berbagai aplikasi yang sudah dimiliki. Selain itu juga, kami menghimbau kepada masyarakat akan pentingnya memohon izin terlebih dahulu Karena agar kedepannya tidak ada masalah. Karena ikon kita sebagai kota industri pun tidak terlepas dari berbagai usaha untuk menciptakan perekonomian yang baru” (Wawancara dengan Kasie promosi di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon Jumat, 24 Feb 2017 pukul 09.10 WIB)
107
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-6 menyatakan bahwa selama ini
sistem perizinan sudah berdasarkan aplikasi on-line, Karena memang sebelum di
beri oleh kementerian kominfo, organisasi terkait sudah memiliki berupa sistem
yang dinamakan SIMPADU (Sistem Perizinan Terpadu) yang dimana sistem ini
untuk melayani masyarakat untuk memperoleh perizinan baik usaha maupun
mendirikan bangunan sehingga dalam konteks smart governance, rupanya
organissai terkait sudah berhasil mendekatkan diri ke masyarakat untuk
mensosialisasikan akan pentingnya pembuatan izin agar segala bentuk ketetapan
hukum dapat dipatuhi bersama.
Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Banten
yang saat ini ingin menuju kearah smart city . seperti kota-kota sebelumnya yaitu
Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, dimana dalam hal ini sudah ada
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cilegon Periode
2016-2021 dimana isi dalam rencana pembangunan itu adalah pengembangan
smart city, selain itu juga hal ini terdapat pada misi ke-5 dari Kota Cilegon yaitu
agenda cilegon berwibawa. Dengan mengakomodir pengimplementasian dari e-
government dan dimana dalam hal ini pemerintah Kota Cilegon Melakukan
Penataan Ruang, Tata Kelola Pemerintah yang Transparan, Membangun
Masyarakat Creative & Mandiri, dan Membangun Perekonomian yang Kokoh
melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagaimana yang disampaikan oleh
I2-7 yaitu
“Kekuatan kita Karena memang sudah ada di visi-misi Kota Cilegon, dimana dalam hal tersebut sudah di tuangkan dalam misi ke lima
108
yaitu agenda cilegon berwibawa, dimana salah satu isinya yaitu membangun INTEGRATED CITY CONTROL dengan memanfaatkan Wireless System Network yang mampu memantau seluruh wilayah Kota Cilegon, termasuk didalamnya mengakomodir implementasi e-government dalam hubungannya dengan Government to Government, Government to Bussiness dan Government to Citizen. Lalu juga kita sudah penginventarisasian aplikasi untuk penyelenggaraan pemerintah, misalkan Simreg, memang belum terlalu jauh, dan kita sudah melakukan pemasangan jaringan di tiap kantor SKPD, untuk ruang-ruang publik juga di taman kecamatan cilegon dekat kejaksaan. Untuk pendanaan kita sudah siap dari indikasi perencanaan saja sudah lumayan, untuk beberapa program lumayan besar, SDM inshaallah sudah kuat” (Wawancara dengan kasubag program dan evaluasi di ruang Kasubag program dan evaluasi BAPPEDA Kota Cilegon di Kamis, 23 Feb 2017 pukul 15.10 WIB)
Berdasarkan wawancara yang sudah disampaikan tadi, bahwa untuk
memulai adanya program smart city di Kota Cilegon didasarkan kepada RPJMD
Kota Cilegon 2016-2021 dan misi ke lima dari Kota Cilegon sendiri yaitu
Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan mewujudkan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi secara terpadu menuju tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Begitupun halnya dengan pelayanan di tingkat kecamatan, peneliti juga
mendapatkan salah satu informasi terkait Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatn yaitu di Kecamatan Citangkil bahwasanya berbagai inovasi di tingkat
kecamatan dibutuhkan untuk memperbarui kualitas pelayanan kepada masyarakat
di tingkat kecamatan, sebagaimana yang disampaikan oleh I2-11 yaitu:
“Kekuatan kita sudah ada di Aplikasi, untuk ditingkat kecamatan sendiri di kecamatan citangkil sudah ada, Karena fokusnya kita pelayanan kepada masyarakat, maka disini kita mencoba untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat.” (Wawancara dengan Narasumber I2-11 Di Kecamatan Citangkil Hari Selasa, 13 Juni 2017)
109
Menurut teori Developing Smart Cities: An Integrated Framework,
menyebutkan bahwa:
“Governance is a major execution challenge for smart cites. Limited transparency, fragmented accountability, unequal city divisions and leakage of resources are some of integral characteristics of regular governance.” (governance merupakan tantangan eksekusi pertama bagi kota pintar, dimana transparansi terbatas, akuntabilitas terfragmentasi, divisi kota yang tidak sama, kebocoran sumberdaya dari karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan.)
Pada dasarnya dalam suatu tata kelola pemerintahan yang baik, maka
banyak sekali tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan mendatang,
sehingga pemerintah wajib mengakomodir pengimplementasian smart city yang
sudah direncanakan pada rencana pembangunan jangka menengah 2016-2021
bahwa pemerintah membangun ekosistem INTEGRATED CITY CONTROL
dalam rangka mewujudkan smart city di Kota Cilegon. Sehingga pemerintah
wajib meng-analisis bagaimana impact dari pengimplementasian smart city
dimasa yang akan datang dengan mempelajari struktur yang menjadi tantangan
eksekusi utama yang dihadapi pemerintah.
4.3.1.4 Smart Environment
Berkenaan dengan indikator lainnya bahwa smart city harus didukung
dengan smart environment, dimana Smart Environment merupakan bagian pada
Smart City yang mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan
(environment) yang pintar (smart). Sebagaimana disampaikan oleh I2-3 yaitu:
“kepada bidang permukiman dan sarana arsitektur kota, sarana dan prasarana kota cenderung menerapkan kepada ruang terbuka hijau, bisa berbentuk taman, dan alun-alun. Dan nanti kita persiapkan
110
sarana dan prasarana pendukung adanya smart city, misalnya untuk mewujudkan smart environment tadi ya kita sediakan tempat sampah yang dipilah-pilah bagian organic dan non-organik kemudian kita juga nanti ada papan-papan himbauan seperti itu, itu khusus di ruang terbuka hijau. Kalau yang di bidang perumahan dan pemukiman kita mengedepankan perumahan swadaya, jadi kita harus mensuport seperti jalan lingkungannya, drainase juga, jangan sampai akibat banjir dsb, akibat buang sampah sembarangan. Karena ini menyangkut lingkungannya kita juga harus menyiakan terkait ar bersihnya yang sesuai dengan standar kebutuhan masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang sehat begitu. Jadi dalam bidang ini sangan penting dan menunjang sekali untuk mendukung ke smart environment tadi.” (Wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon Rabu, 22 Feb 2017 pukul 09.22 WIB)
Dari hasil wawancara dengan narasumber diatas maka perlu dikatahui
bahwa untuk mewujudkan smart environment organisasi terkait harus
menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang terbentuknya smart
environment, sehingga meminimalkan lingkungan menjadi tidak sehat, Karena
menyangkut kehidupan masyarakat pada umumnya maka dalam human
environment ini organisasi terkait harus mampu menhgkaji berbagai pilihan yang
tepat bagi daerah industri seperti Kota Cilegon ini.
Dari kekuatan yang sudah dipaparkan oleh narasumber I2-3 dari sebuah
human environment yang menyangkut tatanan lingkungan kehidupan masyarakat
(manusia) maka diperlukan juga sarana infrastruktur penunjang lainnya, seperti
green building dan sebagainya. Bagaimana menciptakan lingkungan yang smart
dengan berbasiskan kepada sistem teknologi. Sebagaimana yang disampaikan
oleh I1-1 yaitu:
“Kita sudah menerapkan green building, ibaratnya untuk solar cell akan mengisi ketika ada cahaya, kita harus ada recovery bagaimana cara menghidupkan listrik di malam hari Karena kita sudah
111
berbasiskan teknologi, jad semua serba digital, Salah satu contoh penerapan green building sementara Baru Penerangan Jalan Umum di beberapa titik, sudah ada di kita di terapkan di Jalan Lingkar Selatan tetapi ternyata banyak pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti aki nya tidak ada setelah dipasang beberapa bulan.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).
Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 bahwasanya Kota Cilegon
sudah menerapkan berbagai macam indikator guna mencapai terwujudya smart
city. Akan tetapi masih banyak hal yang perlu di aspirasikan agar hal negative
yang bisa menghambat terwujudnya smart city harus diminimalkan.
Kekuatan yang dimiliki dari lingkungan eksternal sudah dijabarkan,
berikut adalah kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah Kota Cilegon dalam
rangka menuju smart city, sebagaimana disampaikan oleh I2-4 yaitu:
“pertama yaitu komitmen pemerintah untuk menuju ke Smart City, kemudian dana nya ada APBD nya atau tidak nanti akan di implementasikan menjadi anggaran, kemudian SDM nya mencukupi atau tidak, seperti itu. Kita punya SOTK dan OPD baru yang mengurusi mengenai penataan arsitektur kota. Untuk membangun kota kita yang hijau, maka mau tidak mau kita harus tunduk pada aturan, seperti perda mengenai komposisi lahan terbangun, misalnya dalam kondisi wilayah industri itu harus 60%, sedangkan sisanya adalah untuk ruang terbuka hijau. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk program, sudah diselenggarakan ada yang khusus untuk di lelangkan dan sebagainya.” (Wawancara dengan kabid permukiman dinas perkim Kota Cilegon Senin, Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14).
Dari hasil wawancara dengan I2-4 diatas, Untuk mewujudkan smart
environment perlu berlandaskan kepada komitmen dari pemerintah agar sesuatu
yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan baik serta efektif dan efisien.
Serta berlandaskan kepada aturan perundang-undangan yang mengatur
pembangunan disuatu daerah agar terwujudnya smart city lebih real dan tepat.
112
4.3.1.5 Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart Mobility
ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart,
sehingga diharapkan tercipta layanan publik untuk transportasi dan mobilitas yang
lebih baik serta menghapus permasalahan umum didalam transportasi, misalkan
macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.
Terdapat beberapa kriteria didalam Smart Mobility, yang umunya
diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System), seperti Adanya
sistem yang pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi untk
menyajikan informasi kepada pengguna (masyarakat) terkait dengan layanan
publik dibidang transportasi, Adanya sistem yang pintar berbasiskan komputer
dan teknologi informasi untuk menyajikan solusi transportasi bagi masyarakat
didaerah pelosok secara cepat dan mudah.
DiKota Cilegon sendiri sudah menerapkan aplikasi yang bernama SAUM
(Sistem Angkutan Umum Massal) berikut adalah wawancara dengan narasumber
I2-8 yaitu :
“Memberikan pelayanan publik merupakan pekerjaan utama kita, pertama itu transport planning (perencanaan lalu lintas) yaitu Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) , publik transport, traffic engineering (rekayasa lalu lintas (Wawancara dengan kabid pelayanan dishub Kota Cilegon, Jumat, 24 Feb 2017 08.30 WIB).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I4-1 yaitu:
113
“Kalau untuk system mobility, kita menggunakan aplikasi SAUM (SIstem Angkutan Umum Massal), semua bertahap, kita mau beli bus dulu atau bikin trayek dulu seperti itu, untuk satu daerah yang lurus misalnya, merak-pci nanti ada halte-halte, jalurnya khusus, harus dihitung luas jalan kita, lebar berapa. Semua sudah ada di RPJM untuk lima tahun ke depan. (Wawancara dengan wakil waliKota Cilegon, Selasa, 14 maret 2017 pukul 13.13)
Dari hasil wawancara tersebut, rupanya pemerintah Kota Cilegon harus
bersedia dengan feedback yang pasti dihadapi berbagai macam pada jangka waktu
lima tahun kedepan, menyatukan berbagai macam sudut pandang yang berbeda,
agar system ini bisa berjalan sebagaimana mestinya untuk mendukung
keberhasilan smart mobility.
Berdasarkan dari tujuan pembangunan berkelanjutan yang dipaparkan oleh
kementerian perencanaan dan pembangunan nasional bahwasanya pada agenda
tersebut menunjukkan pada point ke-9 yaitu Buiild Resilient Infrastrukcture
bahwa untuk pembangunan infrastruktur smart city dibutuhkan pembangunan
yang berkelanjutan. Teori yang dikemukakan tersebut bahwasanya berbanding
lurus dengan peluang yang akan dijalankan oleh Pemerintah Kota Cilegon untuk
membangun infrastruktur mobilitas untuk kelangsungan transportasi umum di
lingkar utara Kota Cilegon.
4.3.1.5 Smart Living
Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria dan tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih baik
dan pintar (smart). Keseimbangan kualitas hidup dengan lingkungan harus
114
disetarakan. Sebab, jika lingkungan kita berkualitas dan memberikan kenyamanan
makan secara otomatis hidup pun akan berkualitas.
Sehubungan dengan RPJMD Kota Cilegon yang sudah disusun dan dikaji
ulang oleh pemerintah daerah, dimana letak perusahaan dan industri harus bisa di
imbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau. Mengingat akan kepentingan
untuk masyarakat berupa rasa aman dan nyaman, maka pemerintah sendiri harus
menyediakan fasilitas berupa ruang terbuka dengan didominasi oleh tanaman
hijau, seperti yang disampaikan oleh I2-4 yaiu:
“Kita punya SOTK dan OPD baru yang mengurusi mengenai penataan arsitektur kota. Untuk membangun kota kita yang hijau, maka mau tidak mau kita harus tunduk pada aturan, seperti perda mengenai komposisi lahan terbangun, misalnya dalam kondisi wilayah industri itu harus 60%, sedangkan sisanya adalah untuk ruang terbuka hijau. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk program, sudah diselenggarakan ada yang khusus untuk di lelangkan dan sebagainya.” (wawancara dengan kabid, perumahan dan permukiman dinas perkim Kota Cilegon, 22 februari 2017 pukul 10.14 WIB)
Berdasarkan dengan wawancara I2-4 bahwa Kota Cilegon merupakan kota
padat industri, sehingga secara otomatis organisasi terkait sebagai utusan dari
pemerintah Kota Cilegon wajib menyediakan sarana dan prasarana guna membuat
masyarakat lebih aman dan nyaman.
Selain untuk sarana dan prasarana fisik, pemerintah Kota Cilegon juga
menyediakan fasilitas non-fisik berupa wi-fi publik. Dimana sarana ini bisa
memfasilitasi masyarakat untuk mengakses internet gratis. Fasilitas ini disediakan
oleh pemerintah guna meningkatkan kreatifitas dan inovasi masyarakat guna
115
mendukung peningkatan smart living diKota Cilegon. Berikut penjelasan dari
narasumber I1-1 yaitu:
“secara eksisting dari RPJMD itu nanti kita memberikan fasilitas wifi publik, pemerintah Kota Cilegon juga sedang gencar untuk membangun ruang terbuka hijau, kita dari diskominfo juga memberikan fasilitas internet gratis untuk masyarakat, tapi dalam kenyataannya dari semacam tantangan juga untuk kita karena masyarakat kini sudah semakin pintar dan cerdas, kita sudah mencoba memblock semua aplikasi yang berbau konten negatif, ternyata masih bisa di di bridge, dilewati semua jaringan yang sudah kami rancang. Kita harus fieldtrip konten bermuatan negati agar sarana dan prasarana ini bisa digunakan dengan bijakf.” (Wawancara dengan kasie. E-government diskominfo, sandi dan statistik Kota Cilegon, Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).
Berdasarkan wawancara dengan narasumber I1-1 diatas, bahwasanya
pemerintah Kota Cilegon sudah menyediakan srana dan prasrana guna menunjang
kenyamanan masyarakat, serta menumbuhkan inovasi dan kreativitas masyarakat
guna mencapai smart living yang diharapkan. Karena notabene penduduk di Kota
Cilegon adalah masyarakat industri, maka pemerintah Kota Cilegon juga ingin
melakukan adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat untuk sama-
sama mewujudkan smart living diKota Cilegon guna mencapai smart city yang
diharapkan. narasumber I1-1 menyatakan bahwa:
“kita menyediakan fasilitas itu untuk mendukung program prioritas yang diharapkan oleh pemerintah kita, jadi pada dasarnya semua sudah dikaji oleh kita, jadi kekuatan kita adalah semua sudah kita rencanakan didalam RPJMD ini, tinggal kedepan kita integrasikan dengan kebutuhan masyarakat.” (Wawancara dengan kasie. E-government diskominfo, sandi dan statistik Kota Cilegon, Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).
Jadi dalam susunannya pemerintah Kota Cilegon sudah merencakan hal-
hal yang diprioritaskan untuk membangun kota yang nyaman bagi masyarakat.
116
Khususnya bagi usia-usia produktif untuk mendorong inovasi dan kreatifitas.
Selain itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah juga
menyebutkan bahwa Perwujudan Smart City merupakan program prioritas yang
merupakan komitmen pemerintah sekaligus menjawab tantangan globalisasi
dimana faktor kemudahan, kenyamanan, efektifitas dan efisiensi menjadi faktor
utama dalam keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kekuatan (strengths) Dinas Komunikasi
Informatika, Sandi dan Statistik dalam menuju smart city diantaranya adalah adanya
Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 68 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dinas
Komunikasi, Informatik, Sandi dan Statistik. Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun
2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yang
mendorong pemerintah Kota Cilegon untuk mewujudkan smart city yang dalam
konsepnya merupakan kompleksitas dari segala unsur kehidupan yang ada dalam
masyarakat dan digabungkan dengan teknologi informasi yang mumpuni.
Kebijakan Pemerintah Kota Cilegon saat ini sudah berorientasi dan mendukung
program Smart City yaitu bisa dilihat dalam Visi, Misi RPJMD Kota Cilegon
Tahun 2016-2021 yang dituangkan dalam Agenda Pembangunan ke-5 (lima) yaitu
Membangun INTEGRATED CITY CONTROL, dimana dalam hal ini masuk dalam
kategori indikasi Rencana Program Prioritas Pemerintah Kota Cilegon pada poin
ke-15 (lima belas) yaitu Perwujudan Smart City. Hal ini diimplementasikan untuk
mengoptimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronik baik yang berua layanan
pemerintah kepada masyarakat (G to C), Layanan Pemerintah Kepada Swasta (G to
117
B), Layanan internal pemerintah (G to G), serta layanan Pemerintah kepada tiap-
tiap individu (pegawai) Organisasi (G to E).
Sesuai dengan konsep yang terdapat pada Developing Smart Cities: An
Integrated Framework (Joshi Sujata, et al (2016) bahwa “Governance is a major
execution challenge for smart cites.” Dalam sebuah perwujudan smart city, itu
digerakkan oleh sebuah tata kelola pemerintahan yang baik, Karena
pengimplementasian e-government yang baik pula maka cita-cita untuk smart city
pun semakin terbuka sesuai dengan rencana organisasi.
4.3.2 Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang dimasa yang akan
datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.
Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Opportunities juga merupakan analisis guna mengidentifikasi peluang terbaik
yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan oleh organisasi. keberhasilan suatu
perusahaan adalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini
mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan
yang berubah dengan sangat cepat. Peluang atau potensi yang bisa dimanfaatkan
tentu saja untuk meningkatkan strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart
city, potensi pengembangan wilayah yang tertuang pada Rencana Pengembangan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon Tehun 2016-2021 dan secara
umum pengembangan potensi wilayah di Kota Cilegon terdapat pula sejumlah
kawasan yang memiliki nilai strategis, sesuai dengan rencana tata ruang, yaitu:
118
a) Potensi Pengembangan Industri baik skala nasional maupun berbasis
masyarakat;
b) Potensi Pengembangan Perumahan; Potensi kawasan perkotaan
(permukiman, industri dan kawasan fungsional lainnya);
c) Potensi Pengembangan Wisata; Potensi keindahan panorama
(pemandangan) dari ketinggian Gunung Gede;
d) Potensi Pengembangan Perdagangan dan Jasa; Potensi inlet-outlet
terhadap lokasi pasar dunia;
e) Potensi Kawasan Peruntukan Lainnya; mengembangkan kawasan
pertanian lahan basah yang dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kecamatan Cibeber dan Kecamatan
Purwakarta;
f) Potensi Kawasan Terminal Terpadu;
g) Potensi Pengembangan Pelabuhan dan Pergudangan;
h) Potensi Pengembangan Pemerintahan dan Bangunan Umum;
i) Potensi Bahan Pertambangan Batuan Kota Cilegon; Pertambangan
Non Mineral;
j) Potensi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Non Hijau;
k) Potensi Pengembangan Agrikultur;
Pengembangan potensi wilayah memiliki kaitan erat dengan
pengembangan konsep Smart City. Karena pada hakikatnya strategi menuju Smart
City akan berdampak pada perencanaan pembangunan yang mungkin akan
119
dilakukan untuk menjadikan sebuah kota menjadi smart. Dimana diperlukan
adanya perencanaan yang matang untuk menjadikan sebuah kota menjadi nyaman
untuk ditinggali baik masyarakat setempat maupun pendatang.
4.3.2.1 Smart Economy
Smart Economy adalah gabungan dari ekonomi dan kota pintar (smart
economy). Hal tersebut merupakan penjelasan dari bagaimana teknologi dari kota
yang pintar (smart city) merubah hal tersebut menjadi perdagangan perkotaan,
sebagai driver ekonomi dan bagaimana dibalik sebuah kota cerdas memiliki
ekonomi yang baik. Smart economy dalam kehidupan kota mengacu pada industri
yang smart yaitu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Berikut adalah
pernyataan narasumber I2-10 yaitu:
“Untuk kedepannya kita membuat sentra-sentra dengan 3 komoditi yaitu yang pertama majun, sarung tangan dan pavling block ditahun 2017. Basic nya ya kita untuk menjalin kemitraan oleh industri kecil menengah dengan perusahaan. Apa yang bisa disupply bisa kita kembangkan, jadi mereka bisa memanfaatkan dari wilayah Kota Cilegon sendiri, tidak mengambil dari luar daerah, multiflyer effect, supply dan demand dari masyarakat cilegon sendiri sehingga ekonomi berkembang, seperti itu. Pendapatan juga naik secara luas, menjadikan PDRB juga naik”. (Wawancara dengan kasie. Perindustrian di kantor disperin Kota Cilegon, Kamis,23 Feb 2017 pukul 09.10 WIB) .
Sesuai hasil wawancara dengan I2-10 yaitu bahwa kedepan organisasi
terkait akan menciptakan ukm-ukm baru berdasarkan pada kemitraan yang
menghasilkan sentra dengan 3 komoditi, yakni majun, sarung tangan dan pavling
120
block. Untuk sentra majun dan sarung tangan ini pemerintah Kota Cilegon
bermitra dengan perusahaan-perusahaan industri di Kota Cilegon.
Setelah itu, tidak hanya bergelut kepada industri-industri besar, tetapi Kota
Cilegon juga berfokus kepada produk-produk lokal hasil dari inovasi dan kreasi
masyarakat setempat dengan menghadirkan produk-produk unggulan. Berikut
hasil wawancara dengan I3-1 yaitu:
“Peluang ke depan kita masih seputar memperkenalkan produk ke beberapa daerah ya, mungkin suatu saat kita akan memperkenalkan beberapa produk unggulan kita ke “luar”, Karena memang dari sekarang juga sudah banyak yang meng-order dari website kami www.kenekecilegon.com dan www.piwku.cilegon mulai dari daerah-daerah lain, seperti malang dan sebagainya. Kita ke depan masih memperkuat sistem jaringan dan bekerja sama dengan telkomsel untuk jaringan internet kita. Dan kita juga memperluas tema produk kita agar lebih berkembang.” (Wawancara dengan Manager Klinik UKM PIWKU Cilegon Hari jumat 17 Maret 2017 Pukul 08.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I3-1 bahwa mengenai
peluang kedepan dari UKM Kota Cilegon mengatakan bahwa akan mengenalkan
produk unggulan ke berbagai daerah bahkan keluar daerah, oleh sebab itu disini
UKM Kota Cilegon bekerjasama dengan salah satu pemilik jaringan swasta
bahwasanya untuk memperluas pengenalan produk dibutuhkan konektifitas untuk
media social agar masyarakat dari luar daerah bisa mengenal produk kami.
Selain dari sisi UKM pemerintah juga memikirkan bagaimana cara
mendapatkan nilai ekonomis dari kehidupan sehari-hari. Sebagaimana wawancara
dengan Pemerintah sendiri menggali sebuah potensi berdasarkan keadaan
dilapangan seperti apa yang masyarakat dan industri butuhkan. Seperti yang di-
sampaikan oleh I2-9 yaitu:
121
”Ke depan Penumbuhan sentra yang berbasis kemitraan, dilihat dari sisi pemasaran, dari sisi bahan baku. Karena banyak perusahaan industri, kita survey apa yang mereka butuhkan . potensi ikm yang disana belum tumbuh sehingga kita mencoba menumbuhkan ke arah sana dengan memanfaatkan limbah B3 untuk memproduksi pavling block. Kalau itu, kita berkembang (Wawancara dengan kabid. Perindustrian di kantor disperin Kota Cilegon, Kamis,23 Feb 2017 pukul 09.40 WIB) .
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I2-9 bahwa mengenai
peluang dari pemerintah Kota Cilegon mengatakan bahwa kedepan peluang Kota
Cilegon dalam mewujudkan smart economy yaitu mendirikan sebuah inovasi dari
berbagai wawasan masyarakat yang membangun, oleh karena itu dibutuhkan
kerjasama dengan masyarakat agar ekonomi di Kota Cilegon bisa maju dan
berkembang.
4.3.2.2 Smart People
Smart People merupakan salah satu point yang penting dalam menuju
kepada Smart City. Dalam hal ini smart people dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan smart city, smart city akan berhasil jika masyarakat dalam suatu kota
memiliki wawasan dan pengetahuan yang terbuka (open-minded). Smart people
berarti penduduk kota yang dapat dikatakan smart, tidak hanya mengacu pada
kualifikasi edukasi seseorang tapi juga kualitas interaksi sosial yang terbentuk.
Berikut pernyataan dari narasumber I2-5 yaitu:
“Kalau untuk peluang ke depan, kita kan rencana memang sudah ada katalog buku online didalam digital library kami, tetapi untuk saat ini masih belum bisa diakses untuk kita Karena masih dalam tahap persiapan, nah tapi jangan khawatir Karena disamping itu juga kita bisa mengakses langsung dari perpusnas (perpustakaan nasional), untuk mencari buku sudah ada computer khusus untuk mencari buku di perpus ini. Peluang ke depan kita masih mengajak masyarakat
122
untuk gemar membaca, Karena dari gemar membaca, jendela dunia akan terbuka, masyarakat jadi memiliki wawasan yang luas, seperti itu, kita saat ini masih mengandalkan mobil perpustakaan keliling jadi bisa ke (Taman Bacaan Masyarakat) kita bisa membantu masyarakat untuk gemar membaca dan kita bekerjasama dengan media juga untuk memberitahu sejauh mana Kota Cilegon mereapkan smart people atau smart city” (wawancara dengan sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 Feb 2017, pukul 08.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-5 yaitu ke depan pemerintah Kota
Cilegon akan menyediakan fasilitas seperti katalog buku online sebagai penunjang
mendapatkan informasi yang bisa diakses secara langsung oleh khalayak yang
membutuhkan agar secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk gemar
membaca agar memiliki wawasan yang terbuka dan luas. Karena dari gemar
membaca, jendela dunia akan terbuka. Tentu saja Karena smart people merupakan
faktor terpenting didalam mewujudkan smart city, Karena kota yang smart harus
didukung dengan masyarakat yang smart dan tak lupa pula bekerja sama dengan
media agar kegiatan yang mengacu kepada smart people diketahui oleh
masyarakat luas.
Selain dari hal manusianya yang harus smart, maka teknologinya juga
harus smart, Karena begitu masyarakat yang pintar tapi tidak dibarengi dengan
teknologi, maka hal itu harus dipertimbangkan, sebagaimana yang dikatakan oleh
I4-1 yaitu:
“Peluangnya kita baru membangun infrastruktur, tetapi kita harus optimis. Smart city yang ideal itu seperti apa, di manage sedemikian rupa dari mulai Planning, Organizing, Actuating, Controlling. Itu semua tergantung dari perencanaan sekarang, ada anggaran juga semua tergantung kepada anggaran itu ”
123
Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh I4-1 yaitu bahwa sementara ini
pemerintah Kota Cilegon sedang membangun infrastruktur terdahulu,
Sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber I4-2 yaitu:
“yang dibutuhkan oleh pemerintah Kota Cilegon adalah jaringan yang terkoneksi , lalu data dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat juga bisa disediakan dengan baik, Karena di level pemerintahan seperti kelurahan dan kecamatan itu sangat dekat sekali dengan masyarakat sehingga kita bisa mulai pelayanan yang baik dari tingkat yang paling terdekat dulu yaitu kelurahan dan kecamatan.” wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon, Hari Senin 12 Juni 2017 di ruang kantor DPRD Kota Cilegon)
Karena untuk menciptakan smart people harus disertai dengan teknologi
yang mumpuni beserta dengan anggaran yang sudah disediakan. Apabila kondisi
masyarakat telah menjadi smart, maka pondasi untuk mewujudkan smart city akan
tercapai. Bentuk terapan smart city pada suatu atau beberapa buah bidang
kehidupan pada kota/ daerah bersangkutan akan berhasil dengan adanya
partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui
manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta mengembangkan
smart city tersebut untuk menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan
publik yang lebih baik.
Sesuai dengan Pilar-pilar Smart City yang dikemukakan oleh Joshi Sujata
et al (2016), bahwa salah satu pilar dari smart city yaitu management, yaitu
“smart cities initiatives allow the citizens to participate in the governance and management of the city and become active users” ( inisiatif kota cerdas memungkinkan warga untuk berpartisipasi dalam tata kelola dan manajemen kota.).
124
Dalam hal ini manajemen dibutuhkan untuk mengelola suatu kota untuk
menjadi smart city, untuk mengimplementasikan hal tersebut dibutuhkan
manajemen yang baik. Baik dari masyarakat maupun dari pihak pemerintah.
4.3.2.3 Smart Governance
Smart Governance merupakan salah satu tugas pokok pemerintahan dalam
rangka menuju smart city. Saat ini hal tersebut sangat lumrah diterapkan
pemerintah wajib menggunakan teknologi baik system maupun aplikasi agar
memiliki pelayanan yang digital. Smart governance berkaitan dengan politik dan
partisipasi dari masyarakat, layanan penduduk dan penggunaan jaringan
komunikasi baru seperti e-government. Berikut ini penjelasan dari I2-6 yaitu:
“SIMPLE (SIsteM Perizinan on-LinE) sedang dibahas, agar mudah diingat perpaduan antara SIMPADu dengan SI CANTIK, jadi untuk informasi perizinan, pengaduan oleh masyarakat tidak perlu datang ke kantor, langsung buka web kita disitu ada informasi, blanko-blanko perizinan, dasar-dasar hokum maupun untuk melakukan permohonan perizinan, disitu ada fasilitas untuk tracking perizinan, nanti masyarakat sudah tau sejauh mana perizinan sudah di terapkan.”. (Wawancara dengan kasie. Promosi Dinas Penanaman Modal PT SP Kota Cilegon Jum’at,24 Feb 2017, pukul 10 WIB)
Sebagaimana hasil wawancara dengan I2-6 yaitu bahwa ke depan
organisasi terkait akan menyediakan fasilitas untuk melakukan perizinan secara
on-line, sehingga masyarakat tidak diharuskan untuk datang. Permasalahan
perizinan menjadi topik yang hangat karena hal tersebut sangat penting bagi
kelompok atau perseorangan yang akan memulai suatu usaha.
Selain dari segi perizinan, untuk pembuatan proses administrasi
kependudukan pun ke depan berpeluang kearah yang positif, dimana dalam hal ini
125
mewajibkan masyarakatnya untuk lebih menerima informasi. Berikut adalah
pernyataan dari narasumber dari I2-1 yaitu:
“Peluangnya dengan penataan pembuatan dokumen kependudukan, dengan meningkatkan kapasitas dan wawasan SDM untuk meningkatkan inovasi, jadi peluang pengembangan yaitu atas dasar peningkatan wawasan masyarakat agar mudah menerima inovasi yang diinginkan, agar sebuah kota bisa berkembang menjadi kota cerdas. Kedepannya kita meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kecerdasan melalui pendidikan juga yang berbasis IT. Penataan ruang-ruang yang memungkinkan di manfaatkan oleh masyarakat. Dan juga (wawancara dengan kepala bidang PIAK diruang Kabid DKCS Kota Cilegon hari Jumat, 17 Feb 2017 pukul 10.35 WIB).
Dari hal tersebut yang disampaikan oleh narasumber I2-1 yaitu bahwasanya
peluang untuk kedepan dalam hal penataan pembuatan dokumen kependudukan
dengan meningkatkan kapasitas dan wawasan SDM untuk meningkatkan inovasi
agar masyarakat lebih mudah menerima inovasi. Administrasi kependudukan
merupakan hal yang paling pokok dimasyarakat. Sebagaimana yang disampaikan
oleh narasumber I2-11 yaitu
“peluang kita ke depan diupayakan bisa menambahkan kualitas SDM dimana SDM sendiri itu merupakan unsur utama yang harus dimiliki organisasi Karena untuk menunjang pelayanan juga. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yaitu dengan cara Bimbingan Teknologi yang dilakukan oleh internal organisasi kita.” (wawancara dengan operator PATEN kecamatan citangkil Kota Cilegon Selasa, 13 Juni 2017, pukul 10.15 WIB)
Sesuai dengan RPJMD Tahun 2016-2021 bahwa organisasi terkait harus
meningkatkan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelayanan pendaftaran
penduduk dan meningkatkan pengelolaan Informasi administrasi kependudukan.
4.3.2.4 Smart Mobility
126
Smart mobility yang dimaksud yaitu kemampuan kota dalam memberikan
kesempatan akses yang seluas-luasnya pada lokal maupun internasional. Dalam
RPJMD Kota Cilegon tahun 2016-2021 juga menyebutkan bahwa untuk peluang
kedepan, pemerintah Kota Cilegon juga akan meningkatkan tata kelola angkutan
orang, barang dan khusus melalui manajemen rekayasa lalu lintas, pengembangan
siste angkutan umum masal, serta pengembangan prasarana lalu lintas jalan,
sebagaimana yang disebutkan oleh I2-8 yaitu:
“Kita kedepan ada transmart, Sistem Angkutan Umum Masal yang tidak bersinggungan dengan exsisting, angkot-angkot, liat kondisi social-ekonomi, nanti kita jalurnya lewat JLS (Jalan Lingkar Selatan) menuju ke Alun-alun Cilegon. Nanti kita sediakan Shultter Bus, nanti kita membagi kedalam 6 jurusan. Kita nanti membuat aplikasi yang bisa memesan Shullter Bus by mobile. Kita berorientasi kepada pelayanan kepada masyarakat, bukan profit oriented. Politik ekonomi harus di tunjang dengan adanya subsidi. Dulu kita mengenai Sistem Angkutan Umum Massal dengan sebutan WAP ( Wajib Angkut Penumpang) menggunakan pola-pola bus besar, sama konsepnya mengenai angkutan massal. Harus dilihat dari land news, tata guna lahan nya, sebab jaringan jalannya, sebaran pusat kegiatannya. Kalau mau menciptakan SAUM harus dilakukan peran pemerintah dengan cara subsidi. Seperti bogor, Surabaya, bandung).
Hal serupa juga disampaikan oleh I4-1 yaitu:
“untuk Sistem Angkutan Umum Massal masih proses, semua kita proses dulu harus bisa bersabar, kita lihat dahulu peluang kedepan bagaimana, efektif atau tidak Karena memikirkan angkutan lain yang terlebih dahulu sudah beroperasi, jadi kita harus merencanakan hal ini matang-matang, Karena menyangkut pola hidup masyarakat.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon, hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.10 WIB)
Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh narasumber I4-1 bahwasanya
untuk program Sarana Angkutan Umum Massal harus dikaji terlebih dahulu,
Karena memang dalam segi perencanaannya masih dalam tahap pembentukan
127
halte dan jurusan yang akan dilalui oleh shuttle yang akan dioperasikan. Oleh
sebab itu masyarakat diminta untuk sama-sama bekerjasama dalam hal ini,
menyengkut pelayanan transportasi agar masyarakat terbiasa dengan inovasi baru
yang diberikan oleh pemerintah atas dasar pelayanan publik supaya kegiatan
transportasi masyarakat lebih teratur.
4.3.2.5 Smart Environment
Smart environment merupakan salah satu aspek smart city yang membahas
kemajuan teknologi serta penggunaannya untuk melindungi dan memelihara
lingkungan kota baik keamanan maupun alam. Dalam kenyataannya smart
environment menuju kepada seberapa baik masyarakat mengelola lingkungan
yang ada disekitar mereka dengan cara yang lebih bijak. Sehingga dalam kurun
waktu yang relative lama tidak akan merubah proporsi sebuah alam kearah yang
negative. Agar generasi masyarakat berikutnya bisa menikmati keindahan kota
yang asri bebas dari segala hal-hal yang berbau negative.
Sesuai dengan potensi yang sudah disebutkan diawal, bahwa potensi yang
sedang digencarkan yaitu Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Non Hijau. Sebagaimana yang disebutkan oleh I2-3 yaitu:
“kita nanti ada program pembangunan pemukiman kumuh, kita tata supaya tidak kumuh. Ya kita buatkan jalan lingkungan, drainase lingkungan seperti itu, pembuatan taman-taman dan pot-pot dirumah-rumah untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang semula kumuh
128
menjadi tidak kumuh lagi, ini terkait dengan program KOTAKU “KOta TAnpa KUmuh” salah satu penunjang ya untuk smart city, kalau anggaran menyesuaikan dengan RPJMD kita, adi sudah terukut dan pasti dipenuhi, kalau sudah sesuai RPJMD ya janagan khawatir Karena memang di canangkan untuk 5 tahun ke depan seperti itu. Nanti tinggal dinas kominfo saja yang mengintegrasikan tiap SKPD untuk kearah smart city.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman di ruang kepala dinas perumahan dan permukiman hariRabu, 22 februari 2017 09.22 WIB)
Hal serupa juga dikatakan oleh narasumber I2-4 yaitu:
“untuk peluang kita ke depan sudah ada ya, kedepan Karena memang kita banyak lahan yang belum terbangun, maka yang belum terbangun itu kita coba dirikan sebuah taman-taman untuk masyarakat. Sehingga ruang terbuka lebih banyak ditiap kecamatan. Tidak hanya itu saja, kami juga akan menertibkan daerah kumuh, Karena yang namanya dikampung pembangunan rumah tidak menggunakan jasa developer, sehingga jarak masih tidak teratur, nanti kita benahi lebih baik lagi.” (wawancara dengan kepala bidang perumahan dan permukiman di ruang kepala bidang perumahan dan permukiman Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14 WIB)
Dari hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, bahwasanya untuk
meningkatkan lingkungan yang pintar, maka dari hal yang terekecil dahulu yaitu
menertibkan daerah yang kumuh. Jika semua sudah ditertibkan, maka bisa jadi
masyarakat akan lebih menghargai lingkungan mereka yang baru. Sehingga,
kemungkinan-kemungkinan terjadi hal-hal yang negative bisa ternetralisir Karena
masyarakat sudah terbiasa hidup rapih dan asri.
Berbicara mengenai smart environment, ternyata bukan hanya mengenai
lingkungan yang ditinggali oleh masyarakat saja. Akan tetapi hal tersebut harus
diimbangi dengan teknologi yang mendukung. Sebagaimana yang dikatakan oleh
I1-1 yaitu:
“untuk kearah smart environment dengan mematuhi skema paperless, maka disini kami sudah memiliki aplikasi e-office. Jadi mengenai
129
email SKPD, kita sudah memiliki namun ada beberapa kendala Karena kita memang perpindahan OPD baru, sehingga email yang masih OPD lama akan di re-konfigurasi ulang. Karena hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit, jadi ke depan kita akan mere-konfigurasi ulang email yang sudah disimpan oleh tiap-tiap SKPD, sehingga kita akan kembali kepada skema smart environment.” (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).
Namun mengingat bahwasanya smart environment mengacu kepada
teknologi, maka Kota Cilegon sudah berpeluang untuk membangun green
building dimana teknologi yang sudah dimiliki Kota Cilegon yaitu solar cell,
teknologi ini mengandalkan sistem surya, green building adalah bagaimana
sebuah bangunan / kantor tidak mengandalkan sumber listrik manapun, tetapi
hanya mengandalkan dari sistem teknologi yang sudah kita pakai. Sebagaimana
yang disampaikan I1-1 yaitu:
“disepanjang jalan lingkar selatan Kota Cilegon, kita sudah menggunakan sistem solar cell, dimana bahan bakar hanya mengisi saat siang hari, Karena ada tenaga surya, tetapi saat malam hari juga kita harus bisa merecovery, agar saat malam tidak ada tenaga sury, sebuah bangunan tetap memiliki penerangan.” (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).
Dari hal yang sudah disampaikan oleh I1-1 yaitu bahwa Kota Cilegon
sudah menerapkan teknologi solar cell, namun hanya ada beberapa titik. Belum
secara keseluruhan. Sehingga untuk peluang kedepan, rupanya pemerintah Kota
Cilegon akan berupaya menerapkan teknologi tersebut ke berbagai titik tambahan
yang dirasa memerlukan sistem teknologi tersebut.
Berdasarkan pemaparan dari kementerian perencanaan dan pembangunan
nasional menyebutkan bahwa point pertama dalam agenda tujuan pembangunan
130
berkelanjutan yaitu menakhiri segala bentuk kemiskinan dimana-mana. Oleh
Karena itu pemaparan dari narasumber yang peneliti temui bahwa pembangunan
kota tanpa kumuh termasuk kedalam perencanaan nasional untuk
mengimplementasikan smart city.
4.3.2.6 Smart Living
Rasa nyaman yang dapat diperoleh masyarakat dengan adanya beberapa
indikator yaitu seperti dalam sebuah kota harus dilengkapi dengan berbagai
fasilitas, seperti kesehatan, perumahan, aksesibilitas, persampahan, energi,
keanekaragaman hayati, air, teknologi, dan transportasi. Rasa nyaman tentu saja
harus didukung dengan adanya fasilitas yang dirasa sangat menyenangkan,
sehingga manusia yang mendiami tempat tersebut memiliki rasa memiliki.
Tetapi hal tersebut tentu saja harus disertai dengan rasa memiliki yang
tinggi sehingga kemungkinan-kemungkinan terburuk bisa dihilangkan. Seperti
yang disampaikan oleh I1-1 yaitu:
“pada indikator smart living, pemerintah sudah menyediakan berbagai fasilitas yang ada ya, seperti pembuatan taman (ruang) publik, ada 8 taman, di tiap-tiap kecamatan. Didalam ruang publik tersebut, kami lengkapi dengan sedikit sentuhan hiburan, seperti air mancur, lapangan basket, taman bunga, area bersepeda, wi-fi publik dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan pemerintah hanya untuk membuat masyarakat nyaman dan bahagia. (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yaitu :
“pemerintah Kota Cilegon sudah mengupayakan yang terbaik untuk masyarakatnya, terutama wi-fi diarea publik. Karena adanya fasilitas wi-fi gratis ini kami selaku masyarakat juga bisa mencari informasi ter-up to date. Sehingga masyarakat tertarik dan merasa nyaman.
131
Ditambah adanya fasilitas lain yang menunjang. Bisa jadi fasilitas tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul bersama rekan, sahabat dan sanak saudara.” (wawancara dengan staff PPID dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 13.340 WIB).
Dari yang sudah disampaikan oleh dua narasumber diatas, bahwasanya
secara tidak langsung pemerintah sudah mengupayakan yang terbaik untuk
masyarakatnya, sehingga masyarakat akan hidup lebih nyaman, Karena memiliki
fasilitas-fasilitas yang baru yang memiliki nilai guna dan ,anfaat yang positif bagi
keberlangsungan hidup masyarakat.
Namun disisi lain, pemerintah juga menghimbau agar masyarakat tidak
terlena dengan berbagai kecanggihan teknologi masa kini, dikhawatirkan ada hal-
hal yang menjadikan dampak buruk bagi penggunanya. Seperti apa yang
disampaikan oleh I1-1 yaitu:
“karakter masyarakat setiap kota itu berbeda, sehingga kita tidak bisa langsung menjustifikasi karakter suatu masyarakat tersebut. Tiap daerah baik kota, kabupaten atau provinsi kita memiliki permasalahan yang unik, sehingga dalam hal ini Kota Cilegon yang notabene masyarakatnya yaitu masyarakat industri, jadi harus memaklumi kalau-kalau mereka cuek, Karena aktifitasnya monoton pagi-sore dikantor, tidak ada waktu untuk bersosialisasi, sehingga jika kita bisa bekerjasama, maka smart city kedepan bisa terwujud secara nyata. . (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).
Dari hal tersebut diatas bisa disimpulkan bahwasanya semua teknologi
canggih tidak melulu memiliki dampak yang positif, kita harus juga memikirkan
kemungkinan terburuknya, sehingga baik masyarakat maupun pemerintah bisa
meminimalisisr adanya miss commmunication dalam langkah awal cilegon
menuju smart city.
132
Dari hasil temuan dilapangan Faktor peluang (opportunities) Pemerintah
Kota Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon
memiliki perencanaan tata ruang dalam pembangunan, potensi wilayah industri
yang dimiliki Kota Cilegon akan berdampak kepada perilaku masyarakat yang
lebih individualis. Sehingga peran pemerintah dalam mensinergikan kerjasama
dengan masyarakat harus diperhatikan. Sebab, menuju smart city bukan hanya
kewajiban dari pemerintah kota saja, melainkan adanya dukungan dari masyarakat
agar terciptanya sinergitas pembangunan cilegon smart city. peluang juga bisa
dimanfaatkan dari masyarakat itu sendiri dengan cara memberdayakan dan juga
banyak stakeholders yang bisa menjadi mitra seperti komunitas sosial, NGO, serta
perusahaan. Pada era perkembangan teknologi ini perlu memanfaatkan berbagai
media elektronik untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi secara kreatif dan masif.
4.3.3 Aspiration ( Aspirasi)
Aspiration memungkinkan dimana para anggota organisasi berbagi
aspirasi dan merancang kondisi masa depan yang mereka impikan, yang
dapat menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri,
pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi
aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan visi, misi serta
nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan organisasi
menuju masa depan. Aspiration di butuhkan bagi suatu organisasi untuk bisa
menjadi pedoman untuk mewujudkan apa yang diharapkan bersama dalam suatu
lingkungan organisasi.
133
Terlebih dari hal itu, konsep smart city merupakan konsep yang
melibatkan beberapa elemen yang kompleks. Smart City memiliki beberapa
elemen penting didalamnya. Elemen tersebut meliputi infrastruktur, modal aset,
perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi, politik dan lingkungan. Dengan
kompleksnya suatu kota, maka setiap elemen tersebut diharapkan dapat
terintegrasi dengan baik antara satu sama lain. Peran serta pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan akademisi, sangat diperlukan untuk
mewujudkan Smart city.
4.3.3.1 Smart Economy
Berbagi aspirasi dalam internal organisasi sangat dibutuhkan, bagaimana
tidak, dalam suatu organisasi akan berjalan baik dengan adanya musyawarah yang
menghasilkan mufakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh I2-10 yaitu:
“Kita berniat untuk bisa jadi lebih mengedepankan dengan berbagai macam ikm untuk membangun supply and demand dilingkungan kota industri ini, dengan membangun rumah produksi misalnya. cara produksi seperti apa, lingkungan seperti apa untuk di sentra-sentara rumah produksi apakah sudah layak. Untuk penataan sentra-sentra juga harus perkelompok dan masih banyak yang harus dibenahi. (wawancara dengan kasie perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan hari Kamis,23 Feb 2017, pukul 09.10 WIB).
Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-10 yaitu bahwa aspirasi
dari internal organisasi yaitu membangun supply and demand, agar masyarakat
yang memiliki usaha kecil dan sebagainya. Agar mereka memahami apakah
produk yang mereka hasilkan bisa dipasarkan dan apakah sudah layak atau tidak,
dan penataan sentra-sentra yang akan dijalankan oleh masyarakat dan diawasi
134
oleh organisasi terkait agar perekonomian tumbuh dan berkembang sehingga
meningkatkan PDRB Kota Cilegon.
Sedangkan untuk para pendiri ukm dan ikm yang sudah berjalan mereka
juga tidak terlepas dari pandangan organisasi terkait. Oleh karena itu dengan
didirikannya pusat klinik ukm di Kota Cilegon adalah untuk mewadahi
masyarakat agar sharing informasi yang mereka butuhkan lebih tepat. Berikut
pernyataan dari I3-1 yaitu:
“Bentuk aspirasi kita bermacam-macam ya, mulai dari para tenant (pemula ukm) kita sering sharing, apa saja yang di butuhkan untuk memulai usaha. Kita selalu berdiskusi bagaimana menciptakan kemasan yang menarik peminat, dan memiliki nilai jual yang sesuai dengan pasar.(wawancara dengan manager klinik ukm PIW KU Cilegon hari Jum’at,17 Maret 2017, pukul 08.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I3-1 yaitu bahwasanya
aspirasi dari internal organisasi yaitu terkait dengan sharing information yang
dibutuhkan oleh para tenant (pemula ukm). Bagaimana menciptakan sebuah
produk yang bisa meningkatkan nilai jual dan menarik perhatian konsumen.
Sehingga sharing informasi ini bermanfaat terhadapa para pelaku ukm,
menjadikan ukm berkembang merupakan tujuan awal mereka, sebab dari mulai
perkembangan ukm maka secara tidak langsung mereka bisa mengembangkan
perekonomian daerah.
Selain dari sarana ukm dan ikm, pemerintah Kota Cilegon juga
menambahkan aspirasi pada internal organisasi untuk bekerjsama dengan pemilik
sarana jaringan agar mereka bisa memanfaatkan fasilitas jaringan tersebut untuk
135
memasarkan produk-produk yang dihasilkan para ukm di Kota Cilegon,
sebagaimana pernyataan narasumber I2-9 yaitu:
“Kita bekerjasama dengan PT. Telkom untuk membantu jaringan di kampung digital, kita sudah MoU, lalu juga untuk kemitraan kita sudah survey mereka membutuhkan apa saja untuk membantu mereka, produk apa saja yang bisa di supply kita sebagai ikm agar ekonomi tumbuh dan berkembang di masyarakat Kota Cilegon.” (wawancara dengan kabid perindustrian dinas perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan hari Kamis,23 Feb 2017, pukul 09.40 WIB).
Dari hasil wawancara dengan I2-9 Sebagai sarana penunjang dari smart
economy, pemerintah juga menyediakan fasilitas berupa jaringan untuk
masyarakat guna memasarkan produk-produk unggulan mereka agar dikenal
masyarakat luar daerah, sehingga mereka menyebutnya dengan kampung digital,
sehingga pemerintah menyediakan fasilitas tersebut untuk menunjang kearah
smart city, khususnya untuk smart economy.
Pengembangan ekonomi di Kota Cilegon juga memberikan dampak yang
positif bagi masyarakatnya. Sebab, dari fasilitas-fasilitas yang diberikan
masyarakat juga antusias untuk menerimanya, sehingga pemikiran masyarakat
lebih terbuka untuk sama-sama mengembangkan perekonomian daerah Kota
Cilegon.
4.3.3.2 Smart People
Smart People merupakan hal yang sangat dinantikan dalam sebuah kota
cerdas. Dimana, kota cerdas bisa diungkapkan karena perilaku human nya yang
cerdas. Sehingga dapat dikatakan suatu daerah tersebut cerdas karena memang
masyarakatnya cerdas, bisa menerima inovasi yang ada dan terus berkembang.
136
Salah satu kriteria pengembangan wilayah bisa dilihat dari keadaan
masyarkatanya, apakah ia bisa menerima perubahan kearah global, atau malah
justru tertinggal. Oleh sebab itu dibutuhkan perlikau yang bijak untuk mengikuti
kearah yang positif dari suatu perubahan globalisasi.
Arus globalisasi menuntut masyarakat untuk sama-sama membuka
wawasan agar lebih terbuka. Tentu hal ini tidak jauh dari kebiasan masyarakatnya
untuk membaca, karena membaca wawasan masyarakat lebih terbuka dalam
menerima informasi dan inovasi, seperti yang disampaikan oleh I2-5 yaitu :
“Dengan adanya mobil keliling kita bisa menjangkau ke daerah-daerah yang belum bisa memungkinkan ke sini (perpus), permintaan juga lumayan, jadi kita bisa gentian untuk keliling, dengan adanya taman-taman kota yang sudah di buat oleh pemerintah, maka kita juga mau ke tempat publik seperti itu. Agar masyarakat bisa sambil bermain bisa beljar juga seperti itu. Bukunya juga macam-macam, pengetahuan umum, agar minat baca masyarakat meningkat, sehingga wawasan mereka lebih terbuka untuk menerima dan menciptakan inovasi baru. (wawancara dengan sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah hari senin,20 Feb 2017, pukul 08.30 WIB).
Dari hasil wawancara dengan I2-5 Sebagai sarana penunjang dari smart
people, pemerintah juga menyediakan fasilitas berupa perpustakaan keliling, agar
masyarakat terutama yang masih usia produktif juga bisa tertarik untuk membaca,
agar wawasannya semakin bertambah, dari aspirasi yang sudah dimusyawarahkan
bersama, pemerintah juga memastikan agar disetiap taman bisa menyediakan
sarana perpustakaan keliling agar masyarakat bisa membaca sambil bermain.
Hal tersebut juga disampaikan oleh I4-1 yaitu :
“Kalau itu sifatnya kebijakan, Karena itu semua sudah ada pada RPJM maka semua elemen harus mendukung. Tidak boleh tidak mendukung, semua harus mendukung, Karena ini program dari kepala daerah. Kita sekarang sudah menyiapkan taman-taman publik
137
ya. Disitu bukan hanya menyediakan udara yang bersih, melainkan juga fasilitas wi-fi publik untuk mengakses internet untuk segala kebutuhan masyarakat dan sarana perpustakaan keliling atau y ataman bacaan lah ya, nah dari situ masyarakat mulai tertarik untuk membaca kan, sehingga secara tidak langsung tumbuhlah smart smart people yang baru, kalau sudah begitu, mudah sekali untuk kita menuju ke smart city.”(wawancara dengan wakil waliKota Cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB).
Menurut wawancara dengan narasumber I4-1 bahwa, tidak hanya fasilitas
fisik saja yang disediakan oleh pemerintah, melainkan juga non-fisik seperti
sarana internet gratis yang sudah disediakan di taman-taman yang mayoritas
sudah dibangun oleh pemerintah Kota Cilegon. Hal tersebut juga disampaikan
oleh I1-1 bahwa:
“guna nya ada sarana internet gratis adalah agar masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi secara cepat, sehingga segala bentuk ketidaktahuan bisa diakses saat itu juga, seperti pencarian referensi untuk para civitas akademika bisa dilakukan dimana saja terutama di titik-titik yang sudah kita sediakan”.(wawancara dengan kasie pelayanan egovernment dinas komunikasi dan informatika, sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB)
Menurut hasil wawancara dengan I1-1 beliau menyatakan bahwasanya,
smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi didalam
mewujudkan smart city, pada bagian dimensi ini dibutuhkan kreativitas pada diri
manusia dalam memanfaatkan sistem teknologi informasi terutama dalam ruang
lingkup perguruan tinggi.
Pemanfaatan sistem informasi serta sarana dan prasarana yang sudah
disediakan oleh pemerintah Kota Cilegon wajib dijaga dan dipelihara Karena hal
tersebut bisa jadi modal social dalam pengimplementasian teknologi informasi
138
dimasyarakat serta penghapusan digital divide dan knowledge divide yang
berdampak pada peningkatan kualitas SDM.
4.3.3.3 Smart Governance
Smart governance merupkan bagian atau dimensi dari smart city yang
mengkhusukan kepada tata kelola pemerintahan, smart governance meliputi
segala syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pemberdayaan dan partisipasi dari
masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Adaya kerjasama antara
pemerintah dengan masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan smat
governance.
Mengingat bahwa Smart City membutuhkan elemen yang kompleks,
maka secara tidak langsung pemerintah Kota Cilegon itu sendiri membutuhkan
motivasi dan dorongan dari berbagai pihak yang terlebih dahulu menerapkan
smart city, sebagaimana yang disampaikan oleh I2-7 yaitu:
“Kita ada di BAPPEDA, memiliki bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Litbang itu sendiri memiliki tugas dan fungsi untuk meneliti dan mengembangkan salah satu program unggulan pemerintah yaitu smart city, dan hingga saat ini, bidang litbang sudah mengkaji apakah kita ada kerjasama dengan pemkot bandung atau pun pemkot lainnya yang sudah dulu menerapkan, maka kita kaji terlebih dahulu hingga matang.” (Wawancara dengan Kasubag Program dan Evaluasi di Kantor BAPPEDA Kota Cilegon Kamis, 23 feb 2017 pukul 15.10 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I2-7 diatas bahwasanya
konsep smart city memerlukan berbagai macam perencanaan yang matang, baik
dari ruang lingkup pemerintah itu sendiri maupun masyarakat dengan melibatkan
partisipasi aktif seperti musrenbang dan sebagainya. Pemerintah Kota Cilegon ini
sendiri dalam menuju smart city rupanya telah mempersiapkan berbagai
139
perencanaan yang memungkinkan bisa meningkatkan strategi yang akan
diimplementasikan oleh pemerintah dengan terbentuknya bidang penelitian dan
pengembangan merupakan salah satu strategi juga untuk mengimplementasikan
salah satu program prioritas pemerintah yaitu Cilegon Smart City. Sebagaimana
yang disampaikan oleh I4-2 yaitu:
“Kita semua anggota dewan mendukung kegiatan dan rencana yang diberikan
oleh pimpinan Kota Cilegon, kemarin kita sama-sama melakukan kunjungan ke
PT. Telkom untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan Kota Cilegon mengenai
jaringan untuk mendukung kelangsungan Program Cilegon Smart City.”
(Wawancara dengan I4-2 di Kantor Ketua DPRD Cilegon Hari Senin, 12 Juni
2017)
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan
prinsip-prinsip pemerintah yang baik dengan menerapkan asas kefektifan dari
fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri. Pelayanan Publik yang di lakukan oleh
Pemerintah secara efektif dapat memperdalam kepercayaan pada pemerintahan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh I4-1 yaitu:
“berpedoman kepada undang-undang yang sudah ada, kita dalam menjalankan keefektifan pelayanan publik kita sudah memiliki aplikasi untuk membayar pajak, bayar pajak diKota Cilegon sudah bisa dari mana saja, kalau menurut pertimbangan kita sudah ada dari aspirasi beberapa SKPD juga sudah disiapkan Misalnya untuk pembayaran non-tunai itu sudah bagus sekali. Kita nanti bekerja sama dengan bank BNI untuk membuat seperti di kementrian social, untuk kartu yang diberikan kepada RTS (Rumah Tangga Sasaran) nanti bentuknya non-tunai semua, itu cita-cita ya, dinas sosial kita sudah bekerja sama dengan BNI.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon dikantor walikota Kota Cilegon hari selasa, 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB)
140
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I4-1 yaitu bahwa
berdasarkan beberapa aspirasi dari tiap-tiap internal organisasi sampailah kepada
tahap sejauh ini, dengan menetapkan berbagai aplikasi yang sudah dicanangkan
untuk membuat pelayanan mudah dan cepat. Sehingga asas-asas efektif dan
efisien dalam asas good governance bisa diterapkan. Adanya kerjasama antara
pemerintah dengan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan
jalannya pemerintahan yang brsih, jujur dan adil dan berdemokrasi serta kualitas
dan kuantitas layanan publik yang baik.
4.3.3.4 Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada trasnportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart mobility
ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart,
sehingga diharapkan terciptanya layanan publik untuk transportasi dan mobilitas
yang lebih baik serta menghapus permasalahan umum dijalan transportasi,
misalkan macet pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.
Berdasarkan indikasi rencana program pembangunan serta isu strategis,
visi dan misi RPJMD 2016-2021 terdapat suatu kegiatan yang mengarah kepada
smart mobility yaitu pelayanan sistem angkutan umum massal (SAUM) yang
merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan moda transportasi publik yang
141
murah, aman dan nyaman. Ditahun 2017 ini SAUM akan diuji cobakan dijalur
anyer-seruni melalui jalur jalan lingkar selatan, yang diimplementasikan melalui
penyiapan armada, pembangunan shelter, penyiapan regulasi dan tata kelola serta
sosialisasi program. rute SAUM lainnya adalah melalui jalur jalan lingkar utara,
yang ditargetkan akan beroperasi setelah terbangunnya Jalan Lingkar Utara.
Namun disamping itu juga, rupanya dibutuhkan semacam reward dari
pemerintah kepada internal organisasi, karena tuntutan teknologi masa kini
menuntut para individu dalam suatu organisasi memiliki semacam smartphone
untuk memperoleh akses aplikasi dalam menjalankan smart mobility,
sebagaimana yang disampaikan oleh I2-8 yaitu:
“Kalau mengenai aspirasi kita membutuhkan semacam reward, Karena memang mau tidak mau kita harus memiliki sebuah teknologi smartphone yang bisa memuat aplikasi-aplikasi guna menunjang terbentuknya smart city, Karena memang di organisasi sekarang sistem nya kita otonomi, bukan sentralisasi lagi. Jadi kewenangan kita berbasiskan kepada pemerintah Kota Cilegon. (Wawancara dengan kabid. Pelayanan dinas perhubungan Kota Cilegon hari jumat 24 februari 2017 pukul 08.30 WIB)
Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-8 yaitu bahwa para
anggota internal organisasi membutuhkan teknologi smartphone yang bisa
memuat aplikasi-aplikasi guna menunjang terbentuknya smart city. Begitu juga
yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:
“kalau orang-orangnya sudah memiliki teknologi untuk mempermudah smart city, maka secara tidak langsung aplikasi-aplikasi apapun bisa dijalankan, terutama untuk memesan shulter bus, jadwal emberangkatan dan sebagainya untuk kearah smart mobility itu”. . (Wawancara dengan wakil walikota cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB)
142
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, bahwasanya
dalam menuju smart mobility, maka dari internal organisasi sendiri harus
memiliki teknologi serupa untuk bisa mengandalkan kecanggihan teknologi. Ada
beberapa kriteria untuk menuju kearah smart mobility, yang umumnya
diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System). contohnya
beberapa kriteria itu seperti adanya pengelolaan traffic dijalan raya , adanya
pengelolaan informasi travel/paket perjalanan, adanya sistem pintar berbasiskan
computer dan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyajikan informasi
keada masyaraat terkait pelayanan publik. Namun disisi lain, untuk kearah smart
mobility di Kota Cilegon belum memiliki kriteria-kriteria tersebut. Sehingga
banyak aspirasi yang harus dikaji ulang oleh pemerintah Kota Cilegon.
4.3.3.5 Smart Environment
Smart environment merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan yang pntar (smart).
Kriteria penilaian disini mencakup kelangsungan pengelolaan sumber daya
(resource) yang lebih baik. Untuk mewujudkan smart environment, perlu adanya
beragam terapan aplikasi dan computer dalam bentuk database system dan
beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan
manusia itu sendiri.
Namun didalam sebuah lingkungan yang pintar, diwajibkan adanya
sebuah aspirasi langsung dari masyarakat, seperti yang disampaikan oleh I2-4
yaitu:
143
“Kalau aspirasi yaa, kita untuk semua program kan kita ada top-down dan button-up, aspirasi dari kita ini yang top-down bagaimana kacamata kita untuk membangun cilegon smart city, kalau button up bisa saja dari masyarakat seperti misalnya kita memerlukan dan membutuhkan perpustakaan, wi-fi publik itu yang kita selalu buka mekanisme tersebut tiap tahun melalui musrenbang musyawarah kelurahan, kecamatan dan kota, disitulah sebetulnya aspirasi masyarakat dilibatkan.” (Wawancara dengan kabid. Perumahan dan permukiman kota cilegon di kantor perumahan dan permukiman hari Rabu 22 februari 2017 pukul 10.14 WIB).
Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-4 bahwasanya dalam
aspirasi dibutuhkan skema top-down dan button-up sehingga melalui
implementasi Smart City dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi diharapkan akan menciptakan taraf hidup yang lebih baik bagi
masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh I2-3 yaitu:
“Karena dari mulai perencanaan kemudian pelaksanaan pengawasan itu juga yang menjadi aspirasi dan partisipasi aktif bentuknya seperti musrenbang dan sebagainya, dalam hal perencanaan sudah dibuat dokumen-dokumen perencanaannya, kalau untuk pelaksanaan kita sudah ada tender dan sebagainya, pengawasan, nanti kita berjalan sesuai dengan pelaksanaannya”. (Wawancara dengan Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman di ruang kantor dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon di Kamis, Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22 WIB)
Dari hasil wawancara dari dua narasumber diatas, bahwasanya untuk
mengelola lingkungan yang pintar diharapkan aspirasi dari perwakilan masyrakat
agr terbentuknya smart environment cepat terlaksana. Jika semua sudah terlaksana
maka akan diadakannya pengawasan setelah pengimplementasian itu berjalan.
Akan tetapi bukan hanya dari segi aspirasi masyarakat saja yang
dibutuhkan, melainkan kesadaran dan dukungan dari masyarakat juga,
144
dikarenakan saat ini pemerintah sudah menerapkan green building namun hanya
dibeberapa titik saja.
4.3.3.6 Smart Living
Smart Living mengedepankan aspek yang membuat masyarakat menjadi
nyaman untuk meninggali sebuah kota. Dimana rasa aman dan nyaman itu tercipta
karena banyaknya fasilitas dan sarana prasarana pendukung disebuah kota yang
bisa meningkatkan daya tarik masyarakat tersebut. Dikota-kota besar secara
otomatisasi memiliki beberapa fasilitas yang membuat masayarakat
merasanyaman tinggal dikota tersebut.
Salah satu sistem yang biasa digunakan oleh kota-kota besar di indonesia
untuk mengukur sejauh mana rasa nyaman masyarakat yang mendiami suatu kota
itu yaitu IKM (Indeks Kebahagiaan Masyarakat). aspirasi-aspirasi dari internal
organisasi pun berdatangan pada tiap kota yang baru akan mengimplementasikan
smart city, seperti yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:
“kalau untuk indeks kebahagiaan masyarakat, jika nanti selama tujuan akhirnya positif, maka kita akan mencoba mengembangkan konsep tersebut, lebih menekankan kepada seberapa besar kenyamanan diKota Cilegon, sejauh mana kota industri dibilang nyaman (wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Hari Senin 20 Maret 2017 Pukul 10.00 WIB)
Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yaitu:
“sama seperti kota bandung ya, sudah dengar juga kalau ada indeks kebahagiaan masyarakat, bahwa memang dari segi pemerintah dan pelayana publik bisa tau seberapa besar masyarakat merasa bahagia tinggal di kota industri yang notabene masyarakatnya sebagai masyarakat industri.” (wawancara dengan staff PPID Dinas kominfo
145
sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin 20 maret 2017 pukul 14.26)
Menurut hasil wawancara dengan narasumber tersebut bahwa dalam kurun
waktu yang singkat setelah ditetapkannya Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yaitu Kota
Cilegon sedang gencar menyiapkan aplikasi-aplikasi yang kemudian digunakan
oleh berbagai SKPD yang berada dalam ruang lingkup pemerintah Kota Cilegon.
Misalnya aplikasi yang digunakan untuk masyarakat, rupanya pemerintah Kota
Cilegon sudah menyadari akan hal itu, terutama untuk mengukur sejauh mana
masyarakat Kota Cilegon merasa nyaman dan bahagia tinggal di kota industri ini.
Karena tergolong masih muda dalam mengimplementasikan smart city,
sejauh ini pemerintah Kota Cilegon sudah menyikapi isu-isu pembangunan dalam
rangka menuju cilegon smart city. Salah satu indikasi pembangunan yang akan
dibuat menurut data RPJMD 2016-2021 yaitu perwujudan smart city. Smart living
sebagai salah satu indikator dari smart city rupanya menjadi hal yang penting juga
karena menyangkut kehidupan yang layak dalam arti sempit memberikan rasa
nyaman kepada para masyarakatnya. Seperti yang di sampaikan oleh I2-4 yaitu”
“Smart Living diKota Cilegon memang tergolong masih baru ya, Karena memang kita baru menyediakan berbagai sarana yang menunjang, dahulu waktu belum ada taman-taman yang tersedia di tiap kecamatan, anak-anak remaja biasa berkumpul di jl. Bonakarta, mereka anak-anak muda anak ABG berkumpul disitu, tetapi setelah kita sediakan itu mereka bisa berkumpul ditempat yang lebih nyaman, dengan pemandangan kota yang lebih rapih, dan ditempat yang lumayan ramai pengunjung, sehingga mereka bisa menjadi tempat berkumpul bersama dan tempat pertemuan kawan-kawan lama misalnya. ”(wawancara dengan kabid perumahan dan permukiman dinas perumahan dan permukiman hari rabu 22 feb 2017 pukul 10.14)
146
Adanya fasilitas taman dan ruang publik memberikan sentuhan
kenyamanan bagi para pelajar. Hal ini Karena mereka memiliki ruang untuk
berdiskusi dan menjadi tempat untuk berkumpul bersama rekan-rekan dengan
fasilitas internet gratis didalamnya. Walau sarana internet gratis tersebut belum
lancar, tetapi disatu sisi pemerintah Kota Cilegon sudah menyediakan sarana
tersebut bagi kelangsungan kegiatan pembelajaran masyarakat.
Faktor Aspirasi (Aspiration) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon
Smart City diantaranya adalah dari tiap-tiap internal organisasi berbagi aspirasi
untuk merancang kondisi masa depan Kota Cilegon menuju smart city yang
mereka impikan, menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap disi
sendiri, pekerjaan maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi
merupakan tugas utama mereka dalam menjalankan roda organisasi. Dimana
pemerintah Kota Cilegon saling mengaspirasikan bagaimana caranya
mewujudkan cilegon smart city dengan cara meningkatkan sarana edukasi via
teknologi dan informasi, pengintegrasian Local Area Network dan Metropolitan
Area Network, Mengajak peran serta masyarakat untuk sama-sama
mengembangkan smart city serta mengembangkan kapasitas dan kualitas SDM
pada internal organisasi pemerintah Kota Cilegon.
4.3.4 Result (Hasil)
Results Berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai
(measurable results) dalam perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh mana
147
pencapaian dari tujuan yang telah disepakati bersama. Agar para anggota
organisasi merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan (recognition) dan
reward yang menarik.
Perwujudan smart city merupakan komitmen pemerintah sekaligus
menjawab tantangan globalisasi dimana faktor kemudahan, kenyamanan,
efektifitas dan efisiensi menjadi faktor utama dalam keberhasilan
penyelenggaraan pemerintah. Hal ini diimplementasikan melalui pembangunan
integrated control city system, penempatan smart wifi pada area publik, serta
optimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronil (e-government), sebagai
langkah awal menuju Cilegon Smart City yang terintegrasi dan terpadu.
4.3.4.1 Smart Economy
Perkembangan suatu daerah bisa dilihat dari tingkat perekonomian suatu
wilayah tersebut. Dalam konteks pembangunan suatu daerah semua berasaskan
pada tingkat perekonomian dari daerah tersebut. Jadi secara otomatis, perwujudan
smart city juga harus diimbangi dengan keberadaan ekonomi yang memadai.
Terlebih lagi economi merupakan salah satu unsur penunjang kehidupan bagi
masyarakat yang mendiami suatu kota bahkan daerah.
148
Pada tiap-tiap daerah tentu memiliki berbagai macam cara dan upaya
untuk memajukan perekonomian suatu daerah. Terlebih lagi jika salah satu
daerah tersebut memiliki sebuah ikon. Sama seperti Kota Cilegon yang memiliki
ikon sebagai kota industri pasti memiliki cara tersendiri untuk menyikapi hal
tersebut. Berikut merupakan hasil wawancara dengan salah satu narasumber,
menurut I2-10 mengatakan bahwa :
“untuk hasil kita selama membangun perekonomian daerah menuju ke smart economy kita menerapkan pelatihan-pelatihan seperti itu, melalui proses pengolahan. Seperti dari barang baku – setengah jadi – barang jadi. Kita pelatihan itu lewat dari balai besar dibawah kementrian perindustrian. Seperti yang sudah kita datangi itu balai keramik di bandung, balai agro di bogor, balai logam di bandung,balai besar kimia dan kemasan juga sudah kita datangi demi masyarakat yang terampil , lalu juga kerajinan dan batik di yogya. Mengapa kita menempatkan pelatihan di balai? Ya Karena Balai lebih kompeten jadi kita bawa ke balai, balai itu semua sudah sesuai standar nasional Indonesia. Dan kita pun mengharapakan progres ke arah sana. Seperti AMDK air minum dalam kemasan harus SNI Standar Nasional Indonesia. Bentuk SNI ada macam, yaitu sukarela dan wajib. Kalau seperti air minum harus SNI. Karena menyangkut kesehatan masyarakat, lampu pijar juga kita harus SNI, untuk mainan anak misalnya. Sejauh ini kita sudah bekerja sama dengan MUI untuk palabelan halal makanan kalau untuk uji simpan dengan balai besar kemasan dan kimia juga untuk umur simpan. (wawancara dengan kasie. Perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon hari kamis 23 februari 2017 pukul 09.10 WIB
Hal serupa juga dikatakan I2-9 bahwa :
“Kita sudah menerapkan beberapa pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan keterampilan kelompok ikm, agar lebih berkualitas tentunya dengan dilakukan di balai seperti itu nanti standar nya lebih baik lagi. Tentunya dengan memnuhi pangsa pasar seperti apa dan bagaimana. Kita lebih ke proses agar kelompok masyarakat pemilik ikm mengetahui dan memahami bagaimana ber proses yang baik dan benar dalam memproduksi suatu barang.(wawancara dengan kepala bidang perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon 23 februari 2017 pukul 09.40 WIB)
149
Menurut hasil wawancara dengan dua narasumber diatas bahwasanya
dalam menerapkan ekonomi yang pintar, dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang
menunjang keterampilan dari masyarakat setempat. Terlebih jika hal itu menjadi
suatu keahlian, maka merupakan nilai yang positif dari masyarakat tersebut,
Karena berhasil mengambil nilai positif dari apa yang sudah diajarkan pada
pelatihan-pelatihan yang sudah difasilitasi oleh pemerintah Kota Cilegon.
Masyarakat dituntut untuk berfikir secara mengglobal, bahwa jangan
melulu kita jadikan diri kita sebagai konsumen, melainkan menjadi produsen
yang siap mengekspor produk yang kita miliki agar ekonomi menjadi
berkembang, seperti yang diungkapkan oleh narasumber I3-1 yaitu sebagai
berikut:
“Hasil yang sudah kita dapatkan sejauh ini untuk mengarah ke smart economy sudah berjalan sedikit demi sedikit. Karena kita juga masih dalam proses kearah sana ya, masih mengajak masyarakat untuk berfikir bahwa kita harus bisa mengembangkan perekonomian daerah, tidak hanya mengandalkan sebagai konsumen, tetapi juga berfikir bagaimana kita menjadi produsen. Lebih baik lagi jika kita bisa mengenalkan produk kita ke luar daerah tempat tinggal kita.” (wawancara dengan manager klinik ukm piw ku Kota Cilegon hari jumat 17 maret 2017 pukul 08.30 WIB)
Hasil yang bisa di pahami dari wawancara dengan narasumber I3-1 adalah
smart economy sudah berjalan diKota Cilegon, berkat adanya kemauan dari
masayrakat untuk mengubah mind-set dari konsumen menjadi produsen.
Sehingga dalam hal ini, keterampilan masyarakat dalam memberikan inovasi
sangat dibutuhkan.
4.3.4.2 Smart People
150
Smart People berbicara mengenai masyarakat yang terbuka wawasannya,
pengalaman dan juga motivasi untuk kearah yang lebih baik. Seseorang akan
lebih berhasil atau sukses jika pengalaman atau motivasi hidupnya beraneka
ragam. Seperti yang disampaikan oleh narasumber I2-5 yaitu :
“Selama ini kita sudah mengadakan lomba-lomba di tingkat sekolah, sehingga guru, bisa menghimbau kepada murid-murid untuk ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Karena dari lomba-lomba seperti itu membuktikan kualitas dari siswi tersebut. Dengan cara mendongeng pasti kita secara tidak langsung menuntut ibu dan anak untuk gemar membaca seperti itu. Setuju sekali dengan adanya program Smart City di Kota Cilegon Karena dengan seperti itu masyarakat jadi lebih terbua ke hal yang positif dan bisa mengembangkan dirinya dengan tidak membatasi ruang lingkup nya hanya di daerah cilegon saja, jadi harus lebih mengglobal seperti itu.” (wawancara dengan sekretaris dinas Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon hari senin 20 februari 17 pukul 08.30 WIB).
Sebagaimana hasil dari wawancara oleh narasumber I2-5 tersebut bahwasanya
para siswa/I dilatih sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam rangka menuju smart people. Rupanya hal tersebut juga dibenarkan oleh
narasumber I1-2 yaitu :
“sejauh ini smart people bisa diimbangi dengan adanya taman-taman baca di sekitar masyarakat, sehingga mereka bisa mengajarkan banyak hal kepada anak-anak sejak dini, generasi perlu diperbaharui, sehingga kreatifitas dan inovasi dibutuhkan.” (wawancara dengan staff PPID Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statitstik Kota Cilegon Hari Senin, 20 Maret 2017 Pukul 14.26 WIB).
Berbicara mengenai smart people, perlu dilakukan sejak dini.
Mengenalkan hal-hal yang baru demi untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas
masyarakat dalam rangka menuju cilegon smart city. Namun dalam waktu yang
sempit ini justru kita harus membenahi dari ruang lingkup internal organisasi
terlebih dahulu, sebab dari ruang lingkup pemerintah lah yang memiliki
151
kewenangan sebagai alat ukur cerdas atau tidaknya masyarakat Kota Cilegon.
Seperti yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:
“smart people dibangun dari tiap-tiap internal organisasi, mengacu kepada RPJMD kita, kita harus menyelaraskan apa yang sudah kita rencanakan. Thas sein thas sollen, sehingga kedepannya kita tidak kesulitan, Karena kita membangunnya dari dalam dulu, sehingga hasil sampai saat ini kita masih memperbaiki people-people dari dalam agar lebih smart.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e-government Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statitstik Kota Cilegon Hari Senin, 20 Maret 2017 Pukul 10.00 WIB)
Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 diatas, bahwasanya
pemerintah Kota Cilegon perlu membenahi smart people dari dalam internal
organisasi terlebih dahulu, sebab pemerintah Kota Cilegon menyelaraskan dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tujuan diadakannya pembenahan
smart people adalah agar masyarakat memiliki acuan atau bahkan pedoman
standarisasi ukuran untuk masyarakat yang smart yang berwawasan luas dan
terbuka.
4.3.4.3 Smart Governance
Selain peningkatan layanan yang lebih efektif dan efisien perwujudan
cilegon smart city juga akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas
daerah dan daya saing daerah. Seperti yang di sampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai
berikut:
152
“Yang sudah kita dapatkan ya untuk pemerintah sendiri sudah menerapkan beberapa system, simda, asset, ya sudah di integrasi seperti aplikasi seperti penghargaan pembayaran pajak, Kota Cilegon sudah mendapatkan peringkat untuk pengelolaan pajak pada tahun 2015, contohnya pembayaran pajak di Kota Cilegon sudah bisa di check dan dilakukan dari seluruh Indonesia. Secara otomatis PAD kita meningkat, tagihan mereka by mobile, realisasi pendapatan bertambah. Termasuk kenaikan pangkat otomatis sudah on-line, tapi memang belum terintegrasi. Nanti kita juga akan menerapkan sidik jari yang langsung terintegrasi ke ruang walikota, kita sudah membuat LAN (Local Area Network) nya dan WAN (Wide Area Network) nya juga. Tinggal kita untuk taman-taman itu yang belum dikasih hotspot Karena tamannya masih baru, nanti kita kasih juga untuk memfasilitasi masyarakat.” (Wawancara dengan Wakil WaliKota Cilegon di ruang Wakil WaliKota Cilegon Selasa, 14 Mar 2017 pukul 13.13 WIB)
Dari hasil wawancara dengan I4-1 diatas yaitu bahwasanya Kota Cilegon
sudah memiliki beberapa aplikasi yang sudah digunakan dan dikembangkan
sampai saat ini. Selain itu juga berkat aplikasi yang digunakan, Kota Cilegon
pernah meraih penghargaan untuk pengelolaan pajak pada tahun 2015, sehingga
kedepannya Kota Cilegon akan lebih mengembangkan berbagai aplikasi lain yang
sudah saling ter-integrasi agar semua data dan informasi bisa disebarkan dengan
mudah serta efektif dan efisien.
Selain dari beberapa aplikasi yang sudah disebutkan oleh narasumber
sebelumnya, rupanya Kota Cilegon juga sedang mengembangkan aplikasi yang
sedang dipersiapkan untuk hal perizinan secara online, sebagaimana disampaikan
oleh I2-6 yaitu :
“ya untuk mempermudah perizinan masyarakat, lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat atas informasi apa yang dibutuhkan masyarakat. Kalau keluhan ada seperti waktu proses peizinan mengenai persyaratan, bilang rumit, itu sesuai SOP, perizinan lama ternyata setelah kita tracking penyebabnya dari mereka banyak kesalahan atau perubahan yang harus ditindak lanjuti dari hasil temuan-temuan kita dilapangan, kita
153
bisa proses perizinan itu setelah semua persyaratannya di nyatakan lengkap dan benar, yang lengkap kan belum tentu benar. Kalau benar sudah pasti lengkap.”(Wawancara dengan Kasie promosi Dinas DPMPTSP Kota Cilegon ,Jum’at 24 Feb 2017 pukul 10.00 WIB)
Dari hasil yang sudah disebutkan narasumber I2-6 maka untuk menjadikan
tata kelola pemerintahan yang baik, maka diperlukan suatu sistem untuk
mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat. Agar pelayanan kepada
masyarakat tidak terlalu rumit, maka dibutuhkan sistem yang terintegrasi tiap
SKPD Kota Cilegon.
Selain dari sistem pelayanan, maka pemerintah Kota Cilegon juga
menggaet kerjasama dengan beberapa pemerintah kota lain untuk sama-sama
mengembangkan konsep smart city, sebagaimana dengan narasumber I2-7 yaitu:
“Sejauh ini hasilnya di angka 2016 kemarin dimana UPT e-government sudah menerapkan pemasangan internet di tiap SKPD yang terhubung dengan server kita, aplikasi juga sudah ada dan digunakan oleh seluruh dinas, kemudian wifi diruang publik itu sama terkait ukm yaitu kerjasama dengan Broadband Social Corporate, terakhir mou dngn kota Tangerang bagaimana Kota Cilegon memiliki suatu data center yaitu integrated city control, traffic juga dan sebagainya. (wawancara dengan kasubag program dan evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon di Kantor BAPPEDA Kota Cilegon Hari Kamis,23 Feb 2017 pukul 15.10 WIB)
Dari hasil wawancara dengan narasumber I2-7 yaitu dibutuhkannya
kerjasama dengan pemerintah dari kota yang sudah sama-sama
mengimplementasi kan smart city dikota tersebut. Hal ini untuk mempermudah
sharing information dari antar ruang lingkup pemerintah sebagai salah satu
penerapan dari sistem e-government yaitu Government to Government (G to G).
Selain dari tata kelola pemerintahan yang baik, menjalin kerjasama
dengan pemerintah kota yang lain rupanya pemerintah Kota Cilegon juga sedang
154
mengkaji ulang beberapa hal yang bisa dianggap pedoman untuk menjadi
pedoman pada pembentukan smart city. Sebagaimana hasil wawancara dengan
narasumber I1-1 yaitu:
“mengenai blue print (pedoman arsitektur) kita memang belum sejauh itu, kita masih membedah RPJMD Kota Cilegon periode 2016-2021 dimana program prioritas pak wali yaitu perwujudan smart city ada didalamnya. Kita sampai saat ini masih berpacu dengan perwal no 106 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik, sehingga sampai saat ini kita masih berproses pembuatan blueprint smart city, karena sejauh ini yang ada baru blueprint e-government saja, smart city kita masihmengkaji terus ((wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas komunikasi dan informatika, sandi dan statistik Kota Cilegon Hari senin,20 maret 2017 pukul 10.00 WIB)
Dari hasil wawancara I1-1 yaitu bahwasanya dalam membuat pedoman
arsitektur kota (blue print) maka pemerintah kota harus membedah RPJMD Kota
Cilegon, dengan berlandaskan pada visi misi yang sudah tersedia didalam
RPJMD tersebut.
Namun hasil yang terlaksana oleh Kamar Dagang dan Industri Kota
Cilegon menyatakan bahwasanya :
“kegiatan sementara masih manual, tetapi semua berdasarkan prosedur yang kita buat. Seperti jargon ulangtahun kota cilegon yaitu cilegon smart city, yang terpenting kita tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia nya dahulu, lalu infrastruktur yang memadai serta sarana prasarana yang menunjang.” (wawancara dengan I3-2 dengan Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Kota Cilegon di Kantor Kamar Dagang dan Industri Kota Cilegon Hari Selasa Tanggal 13 Juni 2017)
4.3.4.4 Smart Mobility
Smart mobility berperan terhadap kelangsungan transportasi masyarakat dalam
suatu kota. Bekerjasama dengan leading sector sangat dibutuhkan, Karena dalam hal ini
155
integrasi dari berbagai organisasi sangat dibutuhkan, agar tidak adanya miss
communication antar ruang lingkup pemerintah Kota Cilegon. Sebagaimana disampaikan
oleh narasumber I2-8 yang mengatakan bahwa :
“Selama ini kita baru menegakkan e-tilang, kita bekerjasama dengan kepolisian, mereka punya program nya, kita log-in disana. Ini bisa manual dan electronic, namun sekarang sudah elektronik. Kita tinggal foto, lalu kirim ke aplikasi nya, tinggal si tersangka membayar ke bank sejumlah uang yang di tuntut, selama ini sudah berjalan. Untuk KIR kita masih manual KIR merupakan Kelayakan kendaraan, seperti angkot, bus dan truck. Itu wajib uji, yaitu angkutan umum dan barang, diindonesi masih sebatas itu. Tapi untuk pelayanan kita masih belum smart city, tapi kedepannya kita akan membuat suatu aplikasi untuk menunjang kepada Smart City berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dasar hukumnya. Untuk masalah CCTV, kami baru menerapkan di Terminal Terpadu Merak (TTM) bagaimana caranya kita mengawasi penumpang-penumpang dari ASDP ke Dinas Perhubungan”. (Wawancara dengan Kabid Pelayanan Dinas Perhubungan Kota Cilegon Hari jumat 24 februari 2017 pukul 08.30 WIB)
Hasil dari wawancara dengan narasumber I2-8 diatas bahwasanya untuk
meningkatkan sistem pelayanan maka harus bekerja sama dengan leading sector
yang bersangkutan, sebab hal itu akan meminimalkan miss communication
diantara ruang lingkup SKPD di Kota Cilegon.
Berbeda dengan pelayanan, pemerintah Kota Cilegon sendiri sudah
memantau sejauh mana perkembangan untuk mengimplementasikan salah satu
indikasi dari perencanaan pembangunan yang sudah tercantum dalam RPJMD
2016-2021 yaitu menurut I4-1 mengatakan sebagai berikut:
“sampai saat ini kita sudah pembebasan lahan, pembangunan jalan lingkar utara, untuk jalur sistem angkutan umum massal, lalu juga untuk penganggaran pengadaan armada sudah selesai tahun ini, tinggal nanti pengimplementasian nya saja.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diatas, bahwa hasil
sementara untuk peningkatan layanan transportasi jalur darat, pemerintah Kota
156
Cilegon sudah melakukan sejauh pembebasan lahan dan penganggaran
pengadaan armada, namun disisi lain tentu hal itu tidak terlepas dari perencanaan
yang sudah dibuat oleh pemerintah Kota Cilegon.
4.3.4.5 Smart Environment
Smart environment mengajarkan kita bahwa dalam suatu kota yang smart
juga harus didukung oleh lingkungan yang pintar. Oleh sebab itu peran dari
pemerintah maupun masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini. Integrasi dari
unit-unit pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk hasil yang lebih nyata. Berikut
pernyataan narasumber I2-3 yaitu :
“Karena kita merupakan SKPD baru gabungan dari beberapa SKPD, jadi ya kita memakai hasil yang SKPD lalu yaitu terkait dengan pembangunan ruang terbuka hijau, dan green buiding yang tadinya kewenangan dari dinas kebersihan dan pertamanan sekarang sudah berpindah ke kita yaitu dinas perumahan dan permukiman, kita tinggal merawat dan menambah fasilitas-fasilitas yang kurang ya kita tambahkan dan lengkapi, itu sudah ada untuk taman layak anak, cilegon boulevard, taman masjid agung, pembangunan alun-alun kota serta taman-taman lain yang notabene dibangun oleh pemkot cilegon.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh narasumber I2-4 yaitu :
“Hasil yang kita dapatkan dari sisi kota untuk pembangunan ruang publik, masyarakat cilegon ini perlu, Karena di tadinya masyarakat untuk berkumpul itu susah, sekarang Karena di bangun taman, awalnya sebelum ada taman, begitu mereka masih berantakan, selama belum ada ruang publik, itu biasanya anak muda berantakan dijalanan, ketika sudah ada, mereka berkumpul dipusat ruang publik ini, ya minimal kelihatan, masyarakat cilegon perlu, kalaupun kurang kita tinggal tambahkan saja yang masih jelek kita perbaiki, apalagi jika ada wi-fi lebih bermanfaat lagi. Meningkatkan quality of life, saya sangat setuju sekali dengan program ini Karena secara tidak langsung kita mengikuti arus perkembangan teknologi yang semakin berkembang.” (wawancara dengan kepala bidang perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14).
157
Dari hasil wawancara dengan narasumber tersebut hasil yang sudah
terlihat untuk sementara ini untuk indikator smart environment adalah sebatas
pada ruang publik yang sudah dibuat untuk kepentingan masyarakat pada
umumnya. Sehingga hasil yang masih terlihat sedikit ini kemudian akan
dikembangkan dalam waktu dekat untuk penambahan fasilitas seperti hotspot atau
internet gratis.
4.3.4.6 Smart Living
Quality of life merupakan salah satu unsur alat pengukur kebahagian dari
masyarakat yang mendiami suatu kota, terlihat sejak saat ini pembangunandiKota
Cilegon didominasi oleh pembangunan ruang-ruang publik untuk kepentingan
masyarakat. Sebagaimana contoh dari kota-kota lain, bahwasanya ruang publik
dibutuhkan untuk mewadahi kreatifitas masyarakat. Seperti yang disampaikan
oleh narasumber I1-1 yaitu :
“pembentukan smart living terkait smart city kita usahakan dengan membangun berbagai taman diKota Cilegon, seperti taman masjid, taman layak anak dan taman bermain, hal itu merupakan salah satu niat dari pemerintah Kota Cilegon untuk meningkatkan taraf kebahagiaan masyarakat Kota Cilegon sendiri.” ( wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas komunikasi , informatika sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB)
Hal tersebut juga disetujui oleh narasumber I2-3 yaitu :
“Saya sangat setuju sekali dengan adanya indikator smart living di Kota Cilegon, dengan begitu kita bisa tahu sebenarnya apakah kota industry ini bisa nyaman atau tidak, tergantung dari kita memperlakukan masyarakatnya, berbagai fasilitas pun kami berikan
158
hanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22).
Dari hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, diyakini bahwa
sedikit demi sedikit pemerintah Kota Cilegon sudah memperhatikan dan akan
memfasilitasi kualitas hidup masyarakat diKota Cilegon dengan adanya taman-
taman publik yang sudah difasilitasi dengan internet gratis, rasa aman dan nyaman
yang terbentuk juga akan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Dari hasil temuan dilapangan Faktor Hasil (Results) yang sudah dihasilkan
oleh publik Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya
adalah Kota Cilegon memperluas kewenangan untuk membangun cilegon
smartcity dengan penciptaan OPD baru yang semula UPT e-Government menjadi
Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik, kemudian pemerintah Kota
Cilegon membangun taman atau ruang publik dengan memanfaatkan lahan-lahan
yang tidak terpakai, pemerintah juga sudah memasang jaringan pada tiap SKPD di
beberapa titik, memiliki aplikasi-aplikasi untuk memudahkan pengembangan
kearah smartcity, pemerintah Kota Cilegon juga bekerjasama dengan Broadband
Social Corporate untuk pengadaan Bandwith Smart City, serta melakukan MoU
kerjasama dengan pemerintah kota Tangerang dalam pengadaan Integrated City
Control dilingkungan pemerintah Kota Cilegon.
Berdasarkan dengan apa yang disampaikan oleh Kementerian Perencanaan
dan Pembangunan Nasional bahwa Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
slah satunya yaitu Strengthen the means of implementation and revitalize the
159
global partnership for sustainable development yang berarti mempromosikan
masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan yang
efektif.
Tabel 4.6
Analisis Tematik (Pengkodingan)
160
Major Themes
Indikator
Smart City
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Soar Analysis
(Indicators Of
Smart City)
(Sustainable Development Goals)
S
Kota Cilegon sudah menerapkan salah satu pendukung pembelajaran. “Sudah ada katalog buku online, namun kita masih perlu intensifikasi perurusan perizinan penerbitan dsb” (I1-1) - Accessibility
Smart People Governance is a major execution
challenge for smart cites
Dalam hal teknologi informasi dan komunikasi organisasi memberikan akses informasi bagi yang membutuhkan. “Terkait informasi dan teknologi kita sudah punya database sendiri” (I2-9)- Accessibility
Smart Governance
Governance is a major execution challenge for smart cites
Dalam pembangunan menuju smart city, harus diimbangi dengan SDM yang memadai untuk menghasilkan smart people “Untuk terkait SDM kita sudah cukup, Karena memang baru menjadi dinas, maka semua sudah sesuai tupoksinya/” (I2-5)- Sumber Daya/ Capability
Smart People Ensure inclusive and equitable quality education
Perkembangan zaman mengiringi kecanggihan teknologi, oleh Karena itu kita menyikapi dengan bijak “agar masyarakat menyikapi perkembangan zaman yang semakin modern, maka jangan ada yang ketinggalan teknologi.” (I1-1) – e- Literacy
Smart People promote life long learning
161
Major Themes
Indikator
Smart City
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Soar Analysis
(Indicators Of
Smart City)
(Sustainable Development Goals)
Identitas kependudukan sangat penting bagi kenyamanan masyarakat“kita sebagai organisasi terkait, membantu masyarakat yang akan memiliki dokumen kependudukan.” (I2-1) - System Information Management
Smart Governance promote life long learning
“kami menghimbau kepada masyarakat bahwa utuk permohonan izin usaha itu sangat penting” (I2-6) - e-participation
Smart Governance
Community participation in development planning
“Kita akan membangun INTEGRATED CITY CONTROL dengan termasuk didalam nya yaitu G to G, G to C, dan G to B (I2-7) - coordination
Smart Governance
Ensure inclusive and equitable quality education
“menyangkut kepada sarana arsitektur kota kita menerapkan kepada ruang terbuka hijau.” (I2-3) - Smart Environment
Smart Environment Build Resilient Infrastructure
“kita memberikan pelayanan public seperti transport planning SAUM.” (I2-8) - Smart Mobility
Smart Mobility Build Resilient Infrastructure
O
Dalam perusahaan membutuhkan beberapa komoditi untuk membantu proses produksi “untuk kedepannya kita akan membuat sentra-sentra dengan 3 komoditi untuk menjalin kemitraan antara
Smart Economy
Inclusive And Sustainable Industrialization
162
Major Themes
Indikator
Smart City
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Soar Analysis
(Indicators Of
Smart City)
(Sustainable Development Goals)
ukm dengan perusahaan.” (I2-10) - UKM Ekspansion Dari mulai planning sampai pengawasan harus didukung oleh semua organisasi pemerintah “smart city yang ideal itu seperti apa, di manage sedemikian rupa POAC nya.” (I4-1) - Management
Smart Governance promote life long learning
Program Ko-Ta-Ku Kota Tanpa Kumuh “nanti kita ada pembangunan pemukiman kumuh, kita tata supaya jangan kumuh lagi.” (I2-3) - Regional Development
Smart Environment
End poverty in all it forms everywhere
“untuk smart environment disini, sistem paperless nya kita pakai e-office, Karena perpindahan OPD dan server, jadi kita harus merekonfigurasi ulang email yang sudah disimpan.” (I2-3) - Re-Configuration
Smart Governance promote life long learning
“Pada indikator smart living, pemerintah sudah menyediakan taman public, dengan sedikit sentuhan hiburan untuk anak-anak.” (I1-1) - Smart Living
Smart Living Make Cities and Human
Settlements Inclusive, safe, Resilient and Sustainable
“karakter masyarakat itu berbeda, sehingga kita tidak bisa langsung menjustifikasi suatu masyarakat tersebut” (I1-1) - Social Activity
Smart People Community participation in development planning
A “kita berniat Smart Build Resilient Infrastructure,
163
Major Themes
Indikator
Smart City
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Soar Analysis
(Indicators Of
Smart City)
(Sustainable Development Goals)
mengedepankan berbagai ikm untuk membangun supply and demand.” (I2-10) - Supply and Demand
Economy Promote Inclusive And Sustainable Industrialization And
Foster Innovation.
smart economy includes factors all around economic competitiveness as entrepreneurship, trademarks, innovation, productivity and flexibility of the labor market and the integration in the national and global market. “kita selalu berdiskusi bagaimana menciptakan kemasan yang menarik peminat.” (I3-1) - Marketing
Smart Economy Foster Innovation
Berkiblat ke Bandung Smart City, mengenai Indeks Kebahagiaan Masyarakat “kalau untuk indeks kebahagiaan masyarakat, jika nanti tujuan akhirnya positif, maka kita akan coba mengembangkan konsep tersebut.” (I1-1) - Quality Of Life
Smart Living Smart Living
R
Economy is one of the major drivers of smart city initiatives “untuk kearah smart economy, kita sudah menerapkan beberapa pelatihan-pelatihan untuk para pemula ukm.” (I2-10) - Economic Development
Smart Economy
Promote Sustained, Inclusive And Sustainable Economic Growth,
Full And Productive Employment And Decent Work For All
“kita sudah menerapkan beberapa pelatihan yang bisa meningkatkan
Smart Economy promote life long learning
164
Major Themes
Indikator
Smart City
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Soar Analysis
(Indicators Of
Smart City)
(Sustainable Development Goals)
keterampilan kelompok ikm.” (I2-9) - Education and Training Dibutuhkan media yang bisa mempromosikan Kota Cilegon menuju smart city Dengan sudah didapatkannya beberapa penghargaan yang didapatkan oleh Kota Cilegon. “pemerintah sudah menyiapkan beberapa sistem, kita sudah dapat penghargaan pengelolaan pajak 2015, dan website terfavourit netizen, serta pemeringkatan e-gov kita juga dapat.” (I4-1) - Appreciation
Smart Governance
Governance is a major execution challenge for smart cites
(Sumber: Penelitian diolah, 2017)
4.4 Pembahasan
Dari pemaparan di atas mengenai gambaran umum analisis SOAR Dinas
Komunikasi & Informatika, Sandi dan Statistik dalam penyelenggaraan Program
Smart City dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan Program Smart City di
Kota Cilegon masih banyak yang harus dikaji ulang baik dari internal organisasi
maupun seluruh stakeholder yang berada dilingkungan pemerintah Kota Cilegon
sehingga perlu analisis yang lebih mendalam.
165
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang peneliti temui, peneliti masih
mengamati diantaranya masih rendahnya kesadaran dari internal organisasi akan
pentingnya pedoman utama pembentukan smart city, masih rendahnya kapasitas
SDM yang mumpuni dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi,
sehingga sarana pengelolaan informasi terpusat terhambat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu kiranya menganalisis lebih
mendalam untuk menentukan strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
dalam program menuju smart city. Dalam analisis SOAR akan dianalisis apa yang
menjadi kekuatan, peluang, aspirasi dan hasil sehingga dapat merumuskan strategi
yang tepat. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
Faktor kekuatan (strengths) Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart
City diantaranya adalah adanya Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas
Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik serta Peraturan Walikota Nomor 106
Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di
Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon yang mendorong Pemerintah Kota Cilegon
mewujudkan sistem Pemerintahan Kota berbasis elektronik yang optimal.
Kebijakan Pemerintah Kota Cilegon saat ini sudah berorientasi dan mendukung
program Smart City yaitu bisa dilihat dalam Visi, Misi RPJMD Kota Cilegon
Tahun 2016-2021 yang dituangkan dalam Agenda Pembangunan ke-5 (lima) yaitu
Membangun INTEGRATED CITY CONTROL, dimana dalam hal ini masuk dalam
kategori indikasi Rencana Program Prioritas Pemerintah Kota Cilegon pada poin
166
ke-15 (lima belas) yaitu Perwujudan Smart City. Hal ini diimplementasikan untuk
mengoptimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronik baik yang berua layanan
pemerintah kepada masyarakat (G to C), Layanan Pemerintah Kepada Swasta (G to
B), Layanan internal pemerintah (G to G), serta layanan Pemerintah kepada tiap-
tiap individu (pegawai) Organisasi (G to E).
Faktor peluang (opportunities) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon
Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memiliki perencanaan tata ruang
dalam pembangunan, potensi wilayah industri yang dimiliki Kota Cilegon akan
berdampak kepada perilaku masyarakat yang lebih individualis. Sehingga peran
pemerintah dalam mensinergikan kerjasama dengan masyarakat harus
diperhatikan. Sebab, menuju smart city bukan hanya kewajiban dari pemerintah
kota saja, melainkan adanya dukungan dari masyarakat agar terciptanya sinergitas
pembangunan cilegon smart city. peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat
itu sendiri dengan cara memberdayakan dan juga banyak stakeholders yang bisa
menjadi mitra seperti komunitas sosial, NGO, serta perusahaan. Pada era
perkembangan teknologi ini perlu memanfaatkan berbagai media elektronik untuk
melakukan sosialisasi-sosialisasi secara kreatif dan masif.
Faktor Aspirasi (Aspiration) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon
Smart City diantaranya adalah dari tiap-tiap internal organisasi berbagi aspirasi
untuk merancang kondisi masa depan Kota Cilegon menuju smart city yang
mereka impikan, menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap disi
sendiri, pekerjaan maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi
167
merupakan tugas utama mereka dalam menjalankan roda organisasi. Dimana
pemerintah Kota Cilegon saling mengaspirasikan bagaimana caranya
mewujudkan cilegon smart city dengan cara meningkatkan sarana edukasi via
teknologi dan informasi, pengintegrasian Local Are Network dan Metropolitan
Area Network, Mengajak peran serta masyarakat untuk sama-sama
mengembangkan smart city serta mengembangkan kapasitas dan kualitas SDM
pada internal organisasi pemerintah Kota Cilegon.
Faktor Hasil (Results) yang sudah dihasilkan oleh Pemerintah Kota
Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memperluas
kewenangan untuk membangun cilegon smartcity dengan penciptaan OPD baru
yang semula UPT e-Government menjadi Dinas Komunikasi Informatika Sandi
dan Statistik, kemudian pemerintah Kota Cilegon membangun taman atau ruang
publik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai, pemerintah juga
sudah memasang jaringan pada tiap SKPD di beberapa titik, memiliki aplikasi-
aplikasi untuk memudahkan pengembangan kearah smartcity, pemerintah Kota
Cilegon juga bekerjasama dengan Broadband Social Corporate untuk pengadaan
Bandwith Smart City, serta melakukan MoU kerjasama dengan pemerintah kota
Tangerang dalam pengadaan Integrated City Control dilingkungan pemerintah
Kota Cilegon. Jika digambarkan dengan Matriks SOAR dapat dilihat sebagai
berikut:
168
Tabel 4.7
Matriks SOAR
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths (S) Opportunites (O) a. Peraturan Walikota
(Perwal) Nomor 68 Th. 2016 tentang Pembentukan Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik. Peraturan Walikota Nomor 106 Th. 2016 Ttg Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik.
b. Kebijakan Pemerintah Kota Cilegon sudah mulai memperhatikan kearah smart city.
c. Kualitas SDM bidang IT cukup baik.
a. Pengembangan sarana infrastruktur telekomunikasi, mempermudah pelayanan publik kepada masyarakat dan sebagainya.
b. Banyak masyarakat dan stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti NGO, Komunitas Sosial dan Perusahaan.
c. Pemanfaatan media massa untuk mempromosikan cilegon smart city.
Aspiration (A) Strategi SA Strategi OA a. Meningkatkan
infrastruktur jaringan telekomunikasi
b. Meningkatkan sarana edukasi via teknologi dan informasi.
c. Pengintegrasian Local Area Network dan Metropolitan Area Network
d. Mengajak masyarakat untuk berperan serta mengembangkan smart city.
e. Pengembangan kapasitas dan kualitas SDM di Dinas terkait.
a. Mendorong pembangunan dengan peningkatan infrastruktur jaringan telekomunikasi.
b. Membangun sinkronisasi program edukasi dengan SKPD terkait.
c. Memotivasi kepada masyarakat untuk sama-sama mendukung program smart city
d. Mendorong pembangunan jaringan LAN dan MAN yang terintegrasi.
a. Mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada untuk memaksimalkan pelayanan publik di lingkungan pemerintah Kota Cilegon.
b. Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti NGO, Komunitas Sosial dan Perusahaan untuk sama-sama mendukung cilegon smart city.
c. Mengoptimalkan SDM yang ada dan melibatkan stakeholders.
d. Mengoptimalkan peran
169
e. Mengoptimalkan peran SDM dari internal maupun eksternal organisasi untuk mendukung program cilegon smart city
media elektonik dalam melaksanakan program smart city
Result (R) Strategi SR Strategi OR a. Perluasan
kewenangan dari UPT menjadi Dinas.
b. Pemanfaatan lahan tidak terpakai untuk ruang-ruang publik.
c. Pemasangan jaringan LAN di beberapa titik SKPD di Kota Cilegon.
d. Penciptaan aplikasi-aplikasi penunjang cilegon smart city.
e. Kerjasama dengan Broadband Social Corporate.
f. Kerjasama dengan pemerintah kota tangerang untuk pengadaan integrated city control di pemerintah Kota Cilegon.
a. Mendorong penguatan lembaga sebagai pemilik kewenangan pembangunan Cilegon Smart City
b. Membangun koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta stakeholder agar terintegrasi dan bersama-sama mendukung terciptanya cilegon smart city
c. Membangun perluasan jaringan LAN se-Kota Cilegon.
d. Memperkuat kerjasama dengan pemerintah kota/ daerah, maupun stakeholder. untuk terciptanya kemajuan suatu daerah
a. Melakukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang smart city.
b. Membuat suatu media elektonik yang membantu dalam pelaksanaan program smart city.
c. Melakukan kerjasama dan singronisasi program antar SKPD yang terkait kelangsungan program smart city.
d. Membangun kemitraan dengan stakeholder dan pihak swasta untuk membantu jalannya kelangsungan cilegon smart city.
Sumber : (Penelitian diolah, 2017)
1. Strategi SA (Strengths – Aspiration)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city
berdasarkan strategi SA (Strengths – Aspiration) yang dapat dilakukan
diantaranya : Mendorong pembangunan dengan peningkatan infrastruktur
jaringan telekomunikasi karena secara tidak langsung pelaksanaan Cilegon
170
Smart City membutuhkan banyak jaringan telekomunikasi yang memadai,
Membangun sinkronisasi program edukasi dengan SKPD terkait seperti
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah dalam memfasilitasi kebutuhan
masyarakat dalam mencari sumber referensi yang memadai agar minat
baca masyarakat lebih meningkat, serta memotivasi kepada masyarakat
untuk sama-sama mendukung program smart city dengan yang menjadi
pilar utama yaitu smart people, serta mendorong pembangunan jaringan
LAN dan MAN yang terintegrasi untuk mendukung program smart city di
Kota Cilegon.
2. Strategi SR (Strengths – Results)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city
berdasarkan strategi SR (Strengths – Results) yang dapat dilakukan
diantaranya adalah : Mendorong penguatan lembaga sebagai pemilik
kewenangan pembangunan cilegon smart city, karena dari tupoksi Dinas
Komunikasi & Informatika, Sandi dan Statistik itu sendiri yaitu untuk
pembangunan ekosistem smart city berbasis Teknologi, Informasi dan
Komunikasi, membangun koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta
stakeholder agar integrasi untuk bersama-sama mendukung terciptanya
cilegon smart city, karena dari integrasi ini maka secara tidak langsung
semua komponen SKPD di Kota Cilegon akan mendukung program
prioritas dari pemerintah Kota Cilegon sendiri, membangun perluasan
171
jaringan LAN (Local Area Network) se-Kota Cilegon untuk membantu
pekerjaan antar SKPD di lingkungan pemerintah Kota Cilegon,
memperkuat kerjasama dengan pemerintah kota/ daerah lain maupun
stakeholder, untuk terciptanya kemajuan Kota Cilegon dalam program
cilegon smart city.
3. Strategi OA (Opportunities – Aspiration)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city
berdasarkan strategi OA (Opportunities – Aspiration) yang dapat
dilakukan diantaranya adalah : Mengoptimalkan infrastruktur yang sudah
ada untuk memaksimalkan pelayanan publik di lingkungan pemerintah
Kota Cilegon, seperti infrastruktur jaringan yang sudah dibeberapa titik di
tiap SKPD di lingkungan pemerintah Kota Cilegon, karena untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dibutuhkan infrastruktur
jaringan yang memadai, Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra
seperti NGO, Komunitas Sosial dan Perusahaan untuk sama-sama
mendukung cilegon smart city. Dengan banyaknya merangkul beberapa
stakeholder maka kita bisa memperluas dukungan untuk menuju cilegon
smart city. Mengoptimalkan SDM yang ada dilingkungan pemerintah Kota
Cilegon untuk mengadakan pengembangan kompetensi dalam memaknai
teknologi informasi dan komunikasi. Mengoptimalkan peran media
172
elektonik dalam melaksanakan program smart city untuk mempromosikan
kepada masyarakat luas bahwa Kota Cilegon menuju smart city.
4. Strategi OR (Opportunities – Results)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city
berdasarkan strategi OR (Opportunities – Results) yang dapat dilakukan
diantaranya adalah Melakukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang
smart city seperti jaringan, bandwith, internet dan intranet, wi-fi publik
dan sebagainya untuk menunjang dibutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai. Membuat suatu media elektonik yang membantu dalam
pelaksanaan program smart city, untuk memperkenalkan dan
mempromosikan bahwa Kota Cilegon berpotensi menjadi smart city,
melakukan kerjasama dan sinkronisasi antar SKPD yang terkait
kelangsungan program smart city. Membangun kemitraan dengan
stakeholder dan pihak swasta untuk membantu jalannya kelangsungan
cilegon smart city.
Berdasarkan strategi analisis SOAR yang telah disajikan di atas, peneliti
mencoba merumuskan strategi alternative yang dapat dilakukan oleh Dinas
Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik menuju program smart city di
Kota Cilegon, strategi alternative tersebut diantaranya ialah:
1. Strategi I, Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Komunikasi dan
Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon. Pada strategi ini Dinas
173
Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu
melakukan penguatan kelembagaan dengan cara meningkatkan manajemen
organisasi dengan memperhatikan perencanaan program-program dalam
upaya meningkatkan ekosistem smart city berbasis Teknologi, Informasi dan
Komunikasi, meningkatkan kekuatan SDM dengan meningkatkan kualitas,
meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar bidang, meningkatkan sarana
dan prasarana guna menunjang penyelenggaraan program smart city,
mengembangkan media massa seperti website untuk memberikan informasi
serta menjadi media sosialisasi secara kreatif terkait cilegon smart city.
2. Strategi II, Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam
penyelenggaraan program smart city. Pada strategi ini Dinas Komunikasi dan
Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu meningkatkan
komunikasi lintas sektor baik secara formal maupun informal. Meningkatkan
kerjasama dengan stakeholders atau SKPD memiliki peran untuk sama-sama
mendukung program smartcity seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Perumahan dan permukiman, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Dinas Perhubungan. Melakukan
sinkronisasi program kerja SKPD terkait program Smart City agar
terintegrasinya program yang terarah dan efektif sehingga SKPD berjalan
beriringan tidak tumpang tindih dan berjalan masing-masing. Membentuk
kelompok kerja yang melibatkan lintas sektor untuk berperan dalam
penyelenggaraan program smart city.
174
3. Strategi III, Strategi mendorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif
dalam program smart city. Strategi ini diharapkan Dinas Komunikasi dan
Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon merangkul masyarakat atau
komunitas-komunitas sosial untuk bersama-sama terlibat dalam program
smart city, Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota
Cilegon melakukan pembinaan terhadap komunitas-komunitas sosial atau
Non Government Organization (NGO) untuk membantu dalam
penyelenggaraan program smart city, memfasilitasi dan mendorong
komunitas-komunitas sosial dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan program samrt city baik melalui kerjasama ataupun kompetisi
perlombaan agar menumbuhkan rasa tanggung jawab. Selain itu Dinas
Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon harus
membangun kemitraan dengan perusahaan untuk turut memberikan dukungan
dalam penyelenggaraan program smart city diKota Cilegon dengan
pemanfataan dana CSR untuk dioptimalkan guna mendukung program smart
city di Kota Cilegon.
4. Strategi IV, Penguatan kesadaran baik internal organisasi pemerintahan
maupun masyarakat dalam mewujudkan Cilegon Smart City. Pada strategi ini
Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu
meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi atau pembinaan
yang dilakukan secara continue atau berjalan terus-menerus dan dilakukan
secara masif dan kreatif maksudnya ialah dengan memanfaatkan media
massa, melakukan sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah, pembinaan
175
masyarakat secara kelompok, memotivasi atau mendorong kemandirian
masyarakat untuk menyadari bahwa untuk menyongsong kota yang pintar,
harus didukung oleh masyarakat yang pintar juga (smart people).
176
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai strategi Pemerintah Kota Cilegon
Menuju Smart City yang di dalamnya menggunakan teknik analisis SOAR yang
menyatakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi
guna mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil analisa dan perumusan strategi yang
telah dilakukan, maka alternatif yang dapat dijadikan rumusan Strategi
Pemerintah Kota Cilegon dalam menuju smart city adalah sebagai berikut:
5. Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Komunikasi dan
Informatika, Sandi dan Statistik.
6. Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan Cilegon
Smart City.
7. Strategi mendorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif dalam
rangka mewujudkan Cilegon Smart City.
8. Strategi penguatan kesadaran baik internal organisasi pemerintahan maupun
masyarakat dalam mewujudkan Cilegon Smart City .
Berdasarkan teori dari Prof. Suhono dalam Pratama (2016) menyatakan
bahwa terdapat enam level didalam penerapan smart city pada suatu kota, Keenam
level tersebut terdiri atas
177
a. level 0 (kota biasa);
b. level 1 (baru memulai proses dan tahapan menjadi kota berbasis smart
city dilihat dari sudah adanya website tetapi belum terintegrasi secara
terpusat);
c. level 2 (setiap komponen didalam kota sudah saling terhubung);
d. level 3 (setiap kota dapat saling bertukar informasi);
e. level 4 (setiap kota memiliki informasi penting didalamnya)
f. level 5 (integrase antarkota secara digital).
Berdasarkan hasil dari penelitian, bahwasanya smart city dikota cilegon saat
ini berada pada level 1. Dimana hal tersebut ditandai dengan sudah adanya
website pemerintah kota cilegon dengan sajian informasi didalamnya. Serta
pelayanan publik yang bersifat on-line seperti layanan pengaduan (helpdesk
system) namun belum terintegrasi dengan SKPD lainnya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon
Menuju Smart City, maka peneliti mencoba memberikan saran atau masukan dari
hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam menyelenggarakan program smart
city sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Cilegon memberikan perhatian khusus terhadap
keberlangsungan program smart city dengan memperhatikan peningkatan
sumber daya manusianya yang mumpuni dalam bidang IT pada setiap OPD di
178
Kota Cilegon, Meningkatkan sarana prasarana pada setiap OPD di Kota
Cilegon guna menunjang program-program Cilegon Smart City.
2. Pemerintah Kota Cilegon perlu mengoptimalkan kerjasama lintas sektor
dengan melakukan koordinasi secara intensif serta mengoptimalkan peran
Focus Group Discussion (FGD) dalam ruang lingkup pemerintah Kota
Cilegon.
3. Pemerintah Kota Cilegon perlu merangkul komunitas-komunitas sosial
seperti LSM, mahasiswa (civitas akademika), NGO serta perusahaan untuk
turut serta dalam mewujudkan cilegon smart city dengan melibatkan dalam
kegiatan-kegiatan serta mengadakan kompetisi-kompetisi guna menarik
perhatian serta memfasilitasi gagasan ide untuk mewujudkan smart people.
4. Pemerintah Kota Cilegon perlu meningkatkan pemahaman dan kepedulian
masyarakat dengan melakukan sosialisasi atau pembinaan secara continue
atau berjalan terus-menerus secara masif dan kreatif dengan memanfaatkan
media massa, melakukan sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah,
memotivasi atau mendorong kemandirian masyarakat untuk menyadari bahwa
tuntutan globalisasi semakin cepat dan secara tidak langsung kita harus
mengikuti dan memfilter segala bentuk informasi yang didapat.
5. Bagi pemerintah Kota Cilegon harus bisa mengimplementasikan segitiga
koordinasi antara Pemerintah, Swasta (NGO) dan Akademisi untuk sama-
sama membangun Cilegon Smart City.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Creswell, John W. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Belajar
David, R. F. 2010. Strategic Management. Jakarta: Salemba Empat
Herujito, M. Yayat. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT. Grasindo
Hunger, J. D & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi.
_____________________________. 2012. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi
Irelend, A.M Hitt. 1997. Manajemen Strategis. Yogyakarta:Andi
Kuncoro, 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta : Erlangga
Pratama, I Putu A.E. 2014. Smart City beserta Cloud Computing dan Teknologi-teknologi Pendukung Lainnya. Bandung: Informatika
Robinson, B. R and John A. Pearce. 2008. Manajemen Strategi : Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Yogyakarta: Andi
________________________________. 2011. Manajemen Strategi: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Yogyakarta: Andi
Siagian, P. Sondang. 2007. Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung
Dokumen:
Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon
Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon
Cilegon Dalam Angka 2016, BPS Kota Cilegon
xii
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon Tahun 2016 – 2021
Rencana Strategis Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik 2016 Kota Cilegon, Rev.
Buku Evaluasi Implementasi E-Government dan Pra – Persiapan Pengembangan Smart City di Kota Cilegon, April 2017.
Sumber Lain:
Ankur Patel 2010. E-Governance. Amity International Bussiness School.
Budiati, Ayuning. 2016. IT Governance Sektor Publik Indonesia.
Chourabi, et al 2012. Understanding Smart Cities: An Integrative Framework.
Dwita Widyaningsih, 2013. Kota Surabaya Menuju Smart City. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Joshi Sujata, et al. 2016. Developing Smart Cities: An Integrated Framework
Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia. 2015. Kementeria Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan
Riswanda. 2016. E-Governance towards Understanding Smart Cities. MAP UNTIRTA
Strategic Inquiry, Appreciative Intent: Inspiration to SOAR A New Framework for Strategic Planning
xiii
LAMPIRAN
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
xxx
xxxi
xxxii
xxxiii
xxxiv
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
xii
xiii
14
DOKUMENTASI NARASUMBER
Wawancara dengan Kasie. Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon terkait smart economy
Wawancara dengan Wakil Walikota Cilegon
Terkait smart governance dan smart mobility di Kota Cilegon
Wawancara dengan sekretaris dinas Perpustakaan dan arsip
Daerah terkait smart people kota cilegon
Wawancara dengan Kasie, perumahan dan permukiman dinas
Perumahan dan permukiman terkait smart environment
15
Wawancara dengan Kepala dinas perumahan dan
permukiman terkait smart environment kota cilegon
Wawancara dengan kasubag program dan evaluasi
BAPPEDA kota Cilegon terkait smart governance
Wawancara dengan Kasie. Promosi dinas penanaman
Modal dan perizinan terpadu satu pintu Kota Cilegon
Wawancara dengan Kasie pelayanan dinas perhubungan
kota cilegon terkait smart mobility
16
Wawancara dengan Kasie pelayanan e-government
diskominfo kota cilegon
Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon
Wawancara dengan Operator PATEN di Kecamatan
Citangkil
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)
di Kecamatan Citangkil
17
DOKUMENTASI FASILITAS YANG
SUDAH ADA
Taman Kecamatan Cilegon
Taman Kecamatan Ciwandan Taman Layak Anak
Cilegon Boulevard
18
Gerbang Kota Cilegon akses jl. tol cilegon timur Kegiatan Focus Group Discussion dengan internal
organisasi pemerintah kota cilegon
Penerapan sistem solar cell pada Penerangan Jalan
Umum di Jalan Lingkar Selatan sebagai penerapan
dalam Smart Environment
19
20