suhu rektal

Upload: eko-santoso

Post on 14-Oct-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

suhu rektal

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Suhu Rektal

    1/4

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.2.1. Suhu Rektal

    Suhu rektal ternak tetap dalam kondisi normal walaupun dalam suhu yang mencekam

    kemungkinan disebabkan ternak berhasil melakukan proses termoregulasi melalui mekanisme

    homeostatis di dalam tubuh (Utomo et al., 2009). Pengaturan keseimbangan panas

    merupakan upaya ternak mempertahankan suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan

    suhu lingkungan yang merupakan perwujudan kerja organ-organ tubuh untuk

    mempertahankan proses homeostatis (Purwanto et al., 1995). Suhu rektal sapi dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak (Akoso, 2008).

    1.2.2. Frekuensi Denyut Nadi

    Denyut jantung sapi FH yang sehat pada daerah nyaman adalah 60 70 kali/menit,

    reaksi sapi FH terhadap perubahan suhu yang dilihat dari respons pernapasan dan denyut

    jantung merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan panas

    yang diterima dari luar tubuh ternak (Yani dan Purwanto, 2006). Denyut nadi dalam keadaan

    normal merupakan hal yang baik mengingat frekuensi pulsus merupakan mekanisme dari

    tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan panas yang diterima dari luar tubuh ternak.

    frekuensi pulsus merupakan respon dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang

    diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin (Sudrajad dan Adiarto, 2011).

    1.2.3. Frekuensi Pernafasan

    Ternak berhasil melakukan pembuangan panas melalui peningkatan frekuensi denyut

    nadi dan pernafasan, aktivitas dalam tubuh yang semakin besar membutuhkan oksigen lebih

    banyak dan kebutuhan oksigen didapat dari luar tubuh dengan jalan peningkatan frekuensi

  • 5/24/2018 Suhu Rektal

    2/4

    pernafasan (Utomo et al.,2009). Merinci tentang beberapa upaya pengurangan panas yang

    dapat dilakukan oleh sapi perah antara lain berteduh, mengurangi konsumsi pakan,

    memperbanyak minum, peningkatan frekuensi respirasi, meningkatkan produksi saliva dan

    keringat, serta mengeluarkan urin (Churng, 2002). Naiknya frekuensi respirasi merupakan

    salah satu tanda sapi perah mengalami stres panas. Tujuan dari repirasi ini adalah untuk

    memaksimalkan pengeluaran panas karena sapi perah berada di kandang dengan kelembaban

    tinggi (Rumetor, 2003).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    2.3.1. Suhu Rektal

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil suhu rektal sapi perah

    adalah 38,7oC. Suhu rektal pada sapi ini tergolong normal, jika dilihat dari suhu lingkungan

    saat itu termasuk tinggi atau suhu kurang nyaman untuk sapi perah tetapi sapi tersebut

    mampu mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap normal karena mampu melakukan proses

    termoregulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo et al.(2009) yang menyatakan bahwa

    suhu rektal ternak tetap dalam kondisi normal walaupun dalam suhu yang mencekam

    kemungkinan disebabkan ternak berhasil melakukan proses termoregulasi melalui mekanisme

    homeostatis di dalam tubuh. Ditambahkan oleh Purwanto et al. (1995), bahwa pengaturan

    keseimbangan panas merupakan upaya ternak mempertahankan suhu tubuhnya relatif konstan

    terhadap perubahan suhu lingkungan yang merupakan perwujudan kerja organ-organ tubuh

    untuk mempertahankan proses homeostatis. Menurut Akoso (2008) bahwa suhu rektal sapi

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak.

  • 5/24/2018 Suhu Rektal

    3/4

    2.3.2. Frekuensi denyut nadi

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil frekuensi denyut nadi

    sebanyak 58 kali/menit. Denyut nadi pada sapi ini dalam kisaran normal tetapi terjadi

    peningkatan pada pukul 18.00. Hal ini sesuai denga pendapat Yani dan Purwanto (2006) yang

    menyatakan bahwa denyut jantung sapi FH yang sehat pada daerah nyaman adalah 60 70

    kali/menit, reaksi sapi FH terhadap perubahan suhu yang dilihat dari respons pernapasan dan

    denyut jantung merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan

    panas yang diterima dari luar tubuh ternak. Menurut pendapat Sudrajad dan Adiarto (2011)

    bahwa denyut nadi dalam keadaan normal merupakan hal yang baik mengingat frekuensi

    pulsus merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan panas yang

    diterima dari luar tubuh ternak. frekuensi pulsus merupakan respon dari tubuh ternak untuk

    menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin. Kemungkinan

    pembuangan panas dari dalam tubuh sudah cukup dengan pembuangan melalui frekuensi

    pernafasan dan ternak tidak banyak melakukan aktifitas.

    2.3.4. Frekuensi Pernafasan

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil frekuensi nafas sebesar

    51kali. Frekuensi nafas melebihi batas normal, hal ini dikarenakan sapi tersebut

    menyeimbangkan suhu tubuhnya dengan cara mengeluarkan panas melalui nafas yang

    berlebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo et al. (2009) yang menyatakan bahwa ternak

    berhasil melakukan pembuangan panas melalui peningkatan frekuensi denyut nadi dan

    pernafasan, aktivitas dalam tubuh yang semakin besar membutuhkan oksigen lebih banyak

    dan kebutuhan oksigen didapat dari luar tubuh dengan jalan peningkatan frekuensi

    pernafasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Churng (2002) merinci tentang beberapa upaya

    pengurangan panas yang dapat dilakukan oleh sapi perah antara lain berteduh, mengurangi

  • 5/24/2018 Suhu Rektal

    4/4

    konsumsi pakan, memperbanyak minum, peningkatan frekuensi respirasi, meningkatkan

    produksi saliva dan keringat, serta mengeluarkan urin. Rumetor (2003) menjelaskan bahwa

    naiknya frekuensi respirasi merupakan salah satu tanda sapi perah mengalami stres panas.

    Tujuan dari repirasi ini adalah untuk memaksimalkan pengeluaran panas karena sapi perah

    berada di kandang dengan kelembaban tinggi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Akoso, B.T. 2008. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.

    Churng-Faung Lee. 2002. Feeding management and strategies for lactating dairy cows under

    heat stress. International Training on Strategies for Reducing Heat Stress in Dairy

    Cattle. Taiwan Livestock Research Institute (TLRI-COA) August 26th 31th, 2002,

    Tainan, Taiwan, ROC.

    Purwanto, B.P., A.B. Santoso dan A. Murfi. 1995. Fisiologi Lingkungan. Fakultas

    Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

    Rumetor, S.D. 2003. Stres panas pada sapi perah laktasi. Makalah Falsafah Sains. Program

    Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Sudrajad, P. dan Adiarto. 2011. Pengaruh stres panas terhadap performa produksi susu sapi

    Friesian Holstein di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul sapi perah Baturraden.

    Falkutas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

    Utomo, D., D,P. Miranti dan G.C. Intan. 2009. Kajian Termoregulasi Sapi Perah Periode

    Laktasi Dengan Introduksi Teknologi Peningkatan Kualitas Pakan. Balai Pengkajian

    Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek, Sidomulyo, Ungaran 50101.

    Yani, A. dan B. P. Purwanto. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi

    peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkanproduktivitasnya. Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor. Bogor.