surprise audit dalam pencegahan fraud : studi ...eprints.ums.ac.id/80514/2/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
SURPRISE AUDIT DALAM PENCEGAHAN FRAUD :
STUDI ETNOMETODOLOGI PADA KASUS
PERUSAHAAN X
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
Pada Jurusan Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
NOVIA AYULESTARI
W100150004
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2019
1
SURPRISE AUDIT DALAM PENCEGAHAN FRAUD: STUDI
ETNOMETODOLOGI PADA KASUS PERUSAHAAN X
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya fraud,
penerapan strategi anti fraud, penerapan surprise audit dalam pencegahan fraud,
dan hasil diterapkannya surprise audit dalam pencegahan fraud pada Perusahaan
X. Penulis memilih untuk melakukan penelitian ini karena selain menarik untuk
diteliti, dapat terlibat langsung dalam mengungkapkan adanya fraud, faktor
penyebab terjadinya fraud, pelakufraud, tindakan-tindakan dalam menangani
fraud serta strategi apa saja yang dilakukan perusahaan dalam mencegah
terjadinya fraud.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dengan pendekatan
kualitatif studi etnometodologi. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah
penerapan surprise audit pada Perusahaan X, sedangkan subyek penelitiannya
adalah divisi anti fraud yaitu audit intern. Hasil dari diadakannya penelitian ini
adalah adanya indikasi kecurangan pada Perusahaan X yang dilakukan oleh
pelaku fraudyang berinisial (SK) dan (HS),indikasi fraud tersebut karena adanya
kepercayaan (trust) yang disalahgunakan.Strategi pencegahan fraud yang
diterapkan di Perusahaan X adalah dengan menerapkan kebijakan surprise audit
sebagai pencegahan anti fraud. Proses dan tahapan audit pada Perusahaan X
dilakukan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan manual instruksi kerja yang ada
pada standar operating system (SOP) audit internal. Hasil dari diadakannya
surprise audit adalah ditemukannya kasus fraud pada operasionalnya, yang
dibuktikan dengan di temukannya klaim nota fiksi yang dilakukan oleh salah satu
karyawan dan harus dilakukan penanganan untuk perbaikan prosedur yang ada
diperusahaan.
Kata kunci : Fraud, Surprise Audit
2
ABSTRACT
This research is intended to find the possibility of fraud, anti-fraud
strategy application, surprise audit application in preventing fraud, and the result
of those applications in “X” company. The researcher chose this research
because it is interesting, can join in the fray directly in revealing frauds, and
observing directly a fraud in a certain company, about the factors, causes,
subject/performer, fraud prevention steps, and also the strategies to prevent fraud
in a company.
The researcher used the interpretative paradigm by using ethno
methodology qualitative study. The object of the research is the application of
surprise audit in "X" company, and the subject of the research is, anti-fraud
division, intern audit. The result of the research is the assumption of fraud in "X"
company by (SK) & (HS), which is the existence of misused of trust given by the
management to the employees. Fraud prevention strategy applied in "X" company
is surprise audit policy. Audit processes & steps in "X" company is done in
accordance of internal audit's standard operating system (SOP). The result of this
surprise audit is fraud case found in operation, with proof of fictive bills claimed
by one of the employees & fixing in the procedure in the company should be held.
Keywords: Fraud, Surprise Audit
1. PENDAHULUAN
Banyaknya perusahaan besar yang melakukan kecurangan dan akhirnya
terkuak adalah Enron. Saat itu Enron memanipulasi laporan keuangannya supaya
terlihat memiliki kemampuan kinerja yang baik. Enron memanipulasi income
dengan menaikkan revenue sebesar $ 600 juta pada saat itu. KAP Arthur
Andersen yang bertugas mengaudit laporan keuangan dan juga sebagai konsultan
manajemen Enron. KAP Arthur Andersen bekerjasama dan menyiapkan laporan
keuangan yang sudah di mark up pendapatannya dan menyembunyikan
hutangnya. Enron dan KAP Andersen terbukti telah melakukan kriminal dengan
3
menghancurkan dokumen yang berhubungan atas penyelidikan kebangkrutan
Enron.
Modus fraud yang dilakukan demi mendapatkan keuntungan financial
pribadi dengan me-markup pengadaan aset juga akan merugikan perusahaan
karena mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Jumlah aset yang nilainya besar
merupakan alasan yang membuat unit itu rawan terhadap kecurangan. Sebelum
beraksi pelaku sudah mentargetkan terlebih dahulu pada unit aset dan biaya.
Alokasi anggaran yang lumayan besar membuka kesempatan untuk melakukan
manipulasi markup harga aset. Harga barang yang lumayan tinggi, apabila
berhasil mempunyai dan menjualnya “dibawah harga pasar” konsisten untuk
memberikan keuntungan yang besar. Melemahnya akses dari intern ataupun
ekstern akan membuat pelaku lebih leluasa dalam memanipulasi tindakan fraud
yang dilakukan.
Seandainya semua orang jujur fraud tidak akan terjadi maka perusahaan
tidak harus waspada dengan perbuatan fraud, namun ketika lingkungan tempat
mereka bekerja memiliki tingkat kejujuran yang rendah, pressure yang tinggi, dan
pengawasan yang rendah banyak orang yang mengaku sudah melakukan fraud
(Widilestariningtyas; 2014). Kurangnya pengawasan akan membuat seseorang
menjadi leluasa untuk berbuat kejahatan yang disengaja, terlebih bila memiliki
kedudukan yang tinggi.
Prosedur surprise audit menghendaki setiap unit perusahaan supaya selalu
menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Perbaikan sistem atau kebijakan
perusahaan dimasa yang akan datang menjadi acuan jika ditemukannya hasil
temuan audit. Dengan ditingkatkannya pengawasan internal akan mengurangi
resiko kecurangan dan menutup celah bagi pelaku fraud dan dapat mencegah
adanya kecurangan diperusahaan. Surprise audit yang diterapkan di dalam
perusahaan akan menutup kesempatan bagi pelaku untuk melakukan kecurangan.
Pada perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri furniture
merupakan salah satu sektor yang dapat memanfaatkan penundaan pembayaran
pajak penghasilan dan kebijakan pemotongan pajak penghasilan. Mengurangi
beban biaya tenaga kerja dan mempermudah arus kas perusahaan diberikan
4
dengan maksud memberikan motivasi. Industri mebel berpotensi untuk
menumbuh kembangkan sumber bahan baku melimpah dan perajin yang terampil.
Oleh karena itu, pemerintah memprioritaskan mengembangan sektor padat karya
berorientasi ekspor ini agar semakin bermanfaat dan berdaya saing.
Penelitian ini mengambil studi kasus pada Perusahaan C. Sebagai
perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang industri ekspor mebel
Perusahaan X mengalami resiko adanya tindakan fraud. Terlebih karena masih
berlimpahnya sumber daya manusia yang berperan serta. Tindakan fraud yang
ditemukan pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Perusahaan X dapat
mengakibatkan kerugian. Sebagai upaya mengoptimalkan pencegahan fraud,
surprise audit merupakan salah satu usaha dalam Perusahaan X untuk mendeteksi
atau mencegah tindakan fraud. Meskipun perusahaan sudah berusaha untuk
mengendalikan kecurangan dengan dibentuknya tim audit, namun pada
kenyataannya masih ditemukan kasus-kasus kecurangan.
Penulis memilih untuk melakukan penelitian ini karena selain menarik
untuk diteliti dan bisa terlibat langsung dalam mengungkapkan adanya tindakan
fraud dan memiliki keunikan yang berbeda pada perusahaan lain pada umumnya.
Penulis ingin mengetahui langsung kasus fraud dalam suatu perusahaan, tentang
faktor-faktor penyebab, pelaku, tindakan-tindakan dalam menangani fraud serta
strategi apa saja yang dilakukan perusahaan dalam mencegah terjadinya fraud.
Penulis juga berharap dengan adanya penelitian tentang fraud ini, pihak-pihak
terkait untuk bisa lebih berhati-hati lagi dalam mengemban tugas dan beramanah
karena sesungguhnya fraud itu dapat merugikan banyak pihak.
Maka dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat
dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemungkinan terjadinya fraud pada Perusahaan X?
2. Bagaimana penerapan strategi pencegahan fraud pada Perusahaan X?
3. Bagaimana penerapan surprise audit dalam mencegah terjadinya fraud pada
Perusahaan X?
4. Bagaimana hasil dari di adakannya surprise audit dalam pencegahan fraud
pada Perusahaan X?
5
2. METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dengan pendekatan
kualitatif studi etnometodologi. Paradigma interpretatif memandang realitas sosial
sebagai yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna. Penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk melihat kondisi
alami dari suatu fenomena yang sesuai dengan fakta di lapangan, dimana peneliti
merupakan sarana penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
yang komprehensif, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat menggambarkan
peristiwa yang sebenarnya. Studi etnometodologi adalah studi yang berkaitan
dengan kumpulan pengetahuan berdasarkan metode yang memperhatikan perilaku
individu dalam mengambil keputusan yang disadarinya, rangkaian prosedur dan
pertimbangan dimana masyarakat biasa dapat memahami, misalnya bagaimana
pola interaksi dan cara berpikirnya.
Sumber data internal pada penelitian ini diperoleh dari perusahaan yang
menjadi obyek penelitian, karena peneliti hanya menggunakan sumber data
internal. Metode surprise audit dalam hal ini merupakan upaya pencegahan fraud
pada kondisi Perusahaan X. Penerapan surprise audit pada Perusahaan X
merupakan obyek dalam penelitian ini, sedangkan subyek penelitiannya adalah
divisi anti fraud yaitu audit intern. Untuk jenis data dalam penelitian ini
menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diterima secara
langsung dari hasil percakapan dari pihak manajemen dan karyawan di
Perusahaan X.
2.2. Situs Penelitain
Penelitian ini menggunakan Perusahaan X sebagai situs penelitian. Didalam
situs penelitian terdapat pihak-pihak yang diambil sebagai informan. Berikut ini
daftar informan dalam situs penelitian, yaitu:
Tabel 3.1
No. Nama (Inisial) Jabatan Peran Kasus
1. HS Spv. Keuangan Pelaku Fraud
6
2. SK Manager Personalia Pelaku Fraud
3. AS Staf Pembelian Pelapor Fraud
4. GP Internal Audit Penanya Fraud
5. RS Internal Audit Penanya Fraud
Selain daftar informan, adapun dokumen yang diamati, yaitu:
Tabel 3.2
No. Nama Dokumen Fungsi Dokumen Otorisator Pemegang
Dokumen
1. Nota kontan Sebagai bukti
pembayaran yang
dikeluarkan
penjual kepada
pembeli.
Manager.
keuangan
Accounting
2.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, metode pengambilan data
digunakan untuk menyusun hasil akhir penelitian yang dibutuhkan suatu obyek.
Metode yang dapat dikumpulkan agar dapat digunakan untuk memperoleh data
adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi/Pengamatan
2. Metode Wawancara
3. Metode Dokumentasi
Dalam penelitian ini studi etnometodologi ada program penekanan yang
diberikan, yaitu melakukan pengambilan data langsung dari lapangan melalui
model interaktif antara peneliti dan aktor, serta menitik beratkan pada pemahaman
diri dan pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Akroyd (2011), studi
etnometodologi berdasarkan pada teori bahwa perhatian cermat terhadap detail
fenomena social akan mengungkapkan tatanan social. Studi etnometodologi
meminta perspektif dari orang dalam. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
menggunakan studi etnometodologi mendapatkan keunikan, karena dia harus
7
melihat sebagai praktisi yang kompeten di lokasi lapangan. Pengambilan data
dengan indepth interview, akan menggali permasalahan di Perusahaan X dalam
bentuk wawancara percakapan terbuka.
2.4. Proses Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan suatu penelitian yang berusaha memaparkan hasil penelitian
secara ilmiah melalui penggambaran kondisi dari objek penelitian berdasartkan
teori terkait. Dalam penelitian kualitatif proses analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung hingga setelah selesai pengumpulan data dalam
kurun waktu tertentu. Langkah-langkah di dalam analisis data kualitatif adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
4. Kesimpulan/Verifikasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kemungkinan Terjadinya Fraud pada Perusahaan X
Pada kasus Perusahaan X kemungkinan tejadinya fraud dengan adanya
kesempatan melakukan kecurangan terdapat dalam salah satu teori yang
dikembangkan yaitu fraud pentagon,yaitu adanya indikasi fraud dengan me-mark
up nilai pengajuan pengadaan aset yang dilakukan manager personalia. Diduga
pelaku sudah menargetkan terlebih dahulu sebelum beraksi. Jumlah aset yang
relatif banyak memberikan kemudahan dalam melakukan kecurangan tanpa segera
diketahui. Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan
menjualnya akan dapat memberikan keuntungan yang besar. Hal itu diperkuat dari
pernyataan salah satu karyawan dengan inisial AS yang merupakan salah satu
informan. AS menyatakan.
“kayaknya iya udah di mark-up deh pengajuannya, soalnya saya udah cek sendiri
harga mesin molennya di salah satu situs web yang dijual online gitu..”
Kemungkinan terjadinya fraud yang kedua pada Perusahaan X adalah
model konseptual yaitu trust atau penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan
8
oleh direksi kepada karyawan, dimana pelaku merasa bahwa dirinya dipercaya
oleh direksi sehingga dapat berbuat apa saja dengan menyalahgunakan kekuasaan
tersebut. Adanya suatu sikap, karakter atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan manajemen untuk melakukan tindakan tidak jujur, atau mereka
berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup
besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perbuatan yang
tidak jujur.
Dalam hal ini supervisor keuangan pada Perusahaan X diduga melakukan
fraud, dimana telah membuat nota fiktif yang tidak sesuai dengan prosedur di
perusahaan. Memiliki wewenang dan memiliki kepercayaan dari direktur
membuat pelaku merasa hal tersebut adalah benar. Kemungkinan hal itu
dikarenakan adanya penyalahgunaan wewenang atau kepercayaan yang dilakukan
oleh seorang pimpinan staf yang melakukan fraud karena merasa dirinya
mendapatkan wewenang dalam setiap pengambilan keputusan. Hal tersebut juga
diperkuat dari pernyataan AS. AS menyatakan bahwa,
“kayaknya merasa punya kepercayaan lebih jadi bisa bikin nota sendiri seenaknya,
harusnya kan gak boleh ya kalau mau reimburse uang itu pake nota dari tokonya”.
3.2. Strategi Pencegahan Fraud Perusahaan X
Strategi pencegahan fraud yang diterapkan di Perusahaan X adalah dengan
menerapkan kebijakan surprise audit sebagai pencegahan anti fraud. Surprise
audit difokuskan pada area atau divisi yang rawan terhadap fraud.
3.3. Penerapan Surprise Audit pada Perusahaan X
Langkah-langkah Surprise Audit oleh Auditor Perusahaan X
Berikut langkah dalam proses surprise audit pada Perusahaan X:
- Mempersiapkan perencanaan jadwal surprise audit
- Perencanaan proses surprise audit
- Melakukan surprise audit
- Pelaporan audit
- Hasil surprise audit
9
3.4. Adanya Temuan Kecurangan pada Perusahaan X
Sebagai contoh tindakan yang sudah dilakukan oleh pejabat atau atasan pada
Perusahaan X yaitu dengan mengklaim semua kebutuhannya sehari-hari yang
tidak sesuai SOP dan yang seharusnya tidak ditanggung oleh perusahaan, jadi
atasan tersebut merasa berhak untuk bertindak hal demikian karena memiliki
kepercayaan dari pemilik sehingga menyalahgunakan kekuasaannya.
Setelah tim audit internal dari Perusahaan X melakukan surprise audit pada
divisi keuangan dan personalia, ditemukan beberapa temuan adanya kecurangan
pada divisi tersebut, yaitu:
- Informan pertama dengan inisial (AS) sebagai penemu indikasi adanya fraud
menjelaskan adanya pengadaan pengajuan aset yg dilakukan (SK) dengan me-
mark up harga asetnya yaitu pembelian mesin molen sejumlah 1 pcs pada toko
X untuk pembangunan gedung belakang perusahaan. AS menjabat sebagai
staf pembelian, jadi AS mencari informasi mengenai harga mesin molen
tersebut. Ketika membandingkan harga mesin molennya dengan pengajuan
pengadaan aset yang dilakukan oleh SK, harga yang diajukaan ternyata sudah
di mark up yang seharusnya Rp. 8.000.000 menjadi Rp. 10.000.000 pada nota
fiksinya. Hal ini di buktikan oleh AS dengan mencari informasi harga mesin
molen dengan tipe yang sama di situs online yang ternyata harga kisaran Rp.
8.000.000, kemudian AS berinisiatif untuk mengunjungi toko X yang
tercantum pada nota dan menanyakan harga molen tersebut dan harga molen
adalah Rp. 8.000.000. selain itu AS juga melaporkannya kepada internal audit
dan terbukti SK melakukan fraud dengan me-markup pengajuan pengadaan
aset.
- Peneliti menjelaskan bahwa banyak hal ganjil yang tidak sesuai prosedur dan
di salah gunakan oleh HS atas kepercayaan yang di embannya. Seperti sering
ditemukannya nota fiksi dari transaksi pembayaran biaya makan dan juga
biaya transportasi yang dimaksud adalah uang bensin yang bisa dikatakan
terlalu sering dan banyak jumlahnya. Peneliti melihat adanya indikasi fraud
tersebut ketika mencatat salah satu transaksi dengan mencocokkan notanya,
ternyata ada nota fiksi dengan tulisan tangan sendiri yang dilakukan HS tanpa
10
adanya nota asli. Hal tersebut diluar dari kewajaran dikarenakan tidak
seharusnya jabatan disalah gunakan seperti itu. HS merasa memiliki
kepercayaan dan wewenang penuh dari direktur sehingga hal yang dilakukan
HS adalah benar. Seharusnya sebagai pimpinan mampu mencontohkan hal
baik kepada bawahannya, salah satunya mungkin dengan meminimalisir
apapun pengeluaran yang dapat membuat pembengkakan biaya perusahaan.
Ada bantahan yang dilakukan oleh pelaku kecurangan ketika tim audit internal
melakukan surprise audit pada divisi keuangan dan personalia. SK ketika ditanya
oleh tim audit mengenai pembelian mesin molen, SK mengatakan,
“Saya mengakui memang benar melakukan pengadaan aset mesin molen itu
karena udah jadi wewenang saya dan saya disuruh oleh Bapak (direktur),
semua yang menjadi keputusan saya udah dapet ijin”.
Ketika SK ditanya mengenai harga mesin molennya, SK mengatakan,
“Pada awalnya saya udah melakukan survei dan cari harga terbaik, sampai
pada akhirnya saya mutusin untuk beli mesin molen itu pada toko X, harganya
itu udah sesuai sama nota yaitu sebesar Rp. 10.000.000”.
Kemudian ketika tim audit menginfokan kepada SK tentang harga mesin
molen dengan tipe yang sama ternyata jauh lebih murah, kemudian pelaku sedikit
meninggikan suara dan membela diri. SK mengatakan,
“harga yang tercantum di nota emang udah bener adanya. Harga yang di nota
emang lebih tinggi, karena itu termasuk biaya ongkos kirim yang di karenakan
toko pada saat itu gak bisa langsung melakukan pengiriman sedangkan mesin
molen akan segera dipakai, jadi itu termasuk biaya bensin dan uang makan.
Nah... pada saat pembelian mesin molen dilakukan survei harganya dulu untuk
cari harga terbaik dan itu membutuhkan waktu dan transportasi”.
Namun ketika SK mengatakan hal tersebut, dia tidak menyebutkan berapa
nominal-nominal biaya yang dimaksud, dan menurutnya itu adalah hal yang wajar
dan sah-sah saja.Selanjutnya ketika tim audit juga menanyakan perihal
kecurangan yang juga dilakukan oleh HS yaitu dari divisi keuangan. HS
mengatakan,
11
“ya, segala keputusan yang saya ambil sudah menjadi konsekuensi saya,
karena saya sebagai supervisor keuangan”.
HS sudah memiliki kepercayaan penuh dari direktur, jadi apapun yang
menjadi kebijakannya sudah mendapatkan persetujuan. Ketika peneliti yang pada
saat itu mencatat transaksi yang dilakukan HS, peneliti menanyakan tentang di
temukannya banyak nota-nota atas transaksi yang di atas namakan biaya makan
dan transportasi, HS mengatakan,
“yang kayak gitu itu adalah hal yang wajar, soalnya udah dari dulu ya kayak
gitu buat biaya makan dan bensin, saya rasa hal kayak gitu ya ga usah
dipermasalahkan, toh juga nominalnya cuman sedikit”.
HS menganggap hal itu tidak menyalahi aturan dan masih dalam batas
kewajaran, karena menurut HS dari perusahaan memberikan jatah uang bensin
dan makan kepada dirinya mengingat tugas yang diberikan kepadanya termasuk
sering turun ke lapangan karena harus mondar mandir bank, setor uang, dan
melakukan transaksi jual beli. Menurut HS hal-hal seperti itu tidak seharusnya di
permasalahkan, mengingat nominal yang sedikit dan tidak merugikan orang lain.
3.5. Hasil Wawancara Informan Perusahaan X
3.5.1 Informan Pendukung
a. HS (Pelaku Fraud)
HS merupakan lulusan Sarjana Ekonomi di salah satu universitas di
Yogyakarta. Sebelum bekerja di Perusahaan X, HS pernah bekerja di salah
satu perusahaan di Solo, tetapi perusahan lamanya mengalami kebangkrutan
sehingga dia pindah pekerjaan dan di terima di Perusahaan X. Selama lebih
dari 10 tahun HS bekerja di Perusahaan X, sehingga mendapatkan
kepercayaan penuh oleh direktur. Direktur merasa bahwa HS memiliki
dedikasi yang tinggi dan loyalitas. HS dulunya hanya staf biasa, karena
lamanya dia bekerja maka diangkat jabatannya sebagai supervisor keuangan
pada Perusahaan X.
HS sehari-hari bertugas sebagai pemegang uang kas kecil untuk
operasional pada Perusahaan X. HS mencatat keluar masuknya uang.
Wewenang HS adalah mendapatakan kepercayaan dari direktur sehingga dia
12
merasa jika apa yang dia lakukan adalah hal wajar. Tanggung jawab HS
membawahi staf pembelian dengan melakukan segala hal pembelian terkait
kebutuhan operasional dikantor.
Setiap bulan HS selalu pergi dinas keluar entah itu ke Solo, Karanganyar,
ataupun hanya ke Sukoharjo. Bentuk nota yang dia klaim adalan nota fiktif
dengan mengklaim segala aktivitas yang dilakukan di luar. Entah itu dengan
struk bensin yang hanya tulisan tangannya dia sendiri, padahal jika sesuai
prosedur akomodasi klaim transport harus ada nota dari pom. Klaim yang lain
yang hanya nota fiktif adalah klaim makan, karena ditugaskan di luar dan
mendapatkan akomodasi makan. Namun, nota makan yang hanya buatan
tangan sendiri dan nota tidak dari rumah makan, sehingga hal tersebut tidak
sesuai dengan prosedur.
Setiap jam kerja dia absen dan pergi sesuka hati dengan alasan melakukan
pembayaran bpjs atau ada tugas dari direktur untuk melakukan pembuatan
perijinan atau banyak alasan lagi yang lain tanpa adanya surat tugas yang
didasari dia bisa keluar kantor se-enaknya. Hal tersebut karena dia merasa
mempunya wewenang dan kepercayaan dari direktur, yang dia pikir tidak akan
terjadi masalah. Kepercayaan dan wewenang yang diberikan sudah
disalahgunakan.
Ketika penulis menanyakan kepada HS apa itu surprise audit, HS
mengungkapkan,
“surprise audit itu ya ada audit dadakan yang datang ke kantor tanpa
ngasih pemberitahuan, jadi tiba-taba datang aja.”
Lalu jika perusahaan mengadakan surprise audit bagaimana pak?
Menurut HS,
“Saya rasa tidak perlu ada surprise audit, soalnya akan membuang-buang
waktu saja. Menurut saya lebih efektif dalam mencegah kecurangan itu
pimpinan perusahaan atau pihak perusahaan memberikan evaluasi kerja
atau training yang maksimal kepada karyawan-karyawannya”.
Teori yang dipakai dalam kasus fraud yang dilakukan HS yaitu model
konseptual dimana trust atau penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan
13
oleh direksi kepada karyawan, pelaku merasa bahwa dirinya dipercaya oleh
direksi sehingga dapat berbuat apa saja dengan menyalahgunakan kekuasaan
tersebut. Seseorang melakukan kecurangan ketika mendapatkan kepercayaan
supaya dirinya dapat mencerna tindakannya yang ilegal agar dapat
mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
Penulis juga menanyakan bagaimana pengaruh adanya surprise audit
dalam pencegahan fraud ? HS mengungkapkan,
“adanya surprise audit kurang berpengaruh karena yang lebih tahu siklus
akuntansi, laporan keuangan, penjualan, pembelian, produksi itu orang
intern, jadi yang seperti saya bilang sebelumnya pemantauan langsung dari
pimpinan staf atau perusahaan mungkin lebih efektif dan efisien daripada
dilakukan surprise audit”.
b. SK (Pelaku Fraud)
SK hanyalah lulusan SMA yang bersekolah di desa Tawangsari,
Sukoharjo. SK terhitung karyawan paling lama yang sudah bekerja di
Perusahaan X yaitu sekita 20tahun. SK bertugas untuk proses rekruitmen
karyawan di perusahaan, dan kompensasi yang diterima oleh karyawan lain.
SK yang membuat kebijakan untuk kepatuhan terhadap peraturan tetapi SK
melanggan sendiri kebijakan yang dibuat karena merasa memiliki wewenang.
Tanggung jawab nya adalah menangani semua karyawan dan jembatan antara
manajemen dan staf lain.
Penulis menanyakan bagaimana proses pengajuan pengadaan aset pada
Perusahaan X yang dilakukan SK, kemudian SK mengungkapkan,
“Saya membuat pengajuan langsung ke direktur yaitu salah satu pengajuan
aset yang saya lakukan adalah pengadaan aset mesin molen untuk
perbaikan gedung terkait proyek di perusahaan”.
SK mempunyai kesempatan untuk me-mark up pengajuan pengadaan
tersebut karena merasa sudah memiliki kepercayaan penuh oleh direktur.
Berdasarkan data yang diperoleh, harga yang diajukan untuk pembelian mesin
molen senilai Rp. 12.000.000,- sedangkan sebelum bagian keuangan
menyetujui pembayaran tersebut auditor internal memeriksa pengajuan
14
tersebut dengan mengkroscek harga di toko lain. Ternyata harga mesin molen
tersebut jauh dari harga pengajuan awal yaitu hanya berkisar ± Rp. 8.000.000.
Penulis juga menanyakan kepada SK mengenai apa itu surprise audit? SK
menjawab
“Surprise audit itu ya audit dadakan yang dilakukan perusahaan ke devisi
yang akan diaudit tanpa ada pemberitahuan”.
Lalu bagaimana jika perusahaan mengadakan surprise audit? SK
mengungkapkan,
“Saya setuju saja jika ada audit, tapi mungkin lebih baik kalau waktu
auditnya ditentukan, jadi supaya hasil audit itu bisa menjadi lebih baik,
kan kalau hasil nya baik bisa mempengaruhi image perusahaan”.
Teori yang dipakai dalam kasus fraudPerusahaan X yang dilakukan oleh
SK adalah Opportunity (peluang). Untuk melakukan fraud SK me-mark up
pengajuan pengadaan aset yang dia lakukan. Penyalahgunaan wewenang yang
SK lakukan membuat adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan
fraud.
Kemudian penulis juga menanyakan bagaimana engaruh adanya surprise
audit dalam pencegahan fraud? Menurut SK,
“jika dilakukan surprise audit bagus-bagus saja, karena itu bisa
memotivasi karyawan juga. Memotivasinya supaya lebih bisa berhati-hati
lagi agar tidak sering terjadi kesalahan”.
c. AS (Pelapor)
AS merupakan karyawan terlama di Perusahaan X, kurang lebih sudah 22
tahun lebih lama dari HS dan SK. AS sebelumnya memang bekerja di
Perusahaan X sampai sekarang, jadi AS sudah lama berhubungan kerja
dengan HS dan SK. HS yang bertugas sebagai keuangan, SK yang bertugas
sebagai personalia dan AS bertugas sebagai pembelian. AS setiap transaksi
operasionalnya selalu berhubungan langsung dengan HS, lalu AS diminta SK
untuk pengajuan pengadaan aset di perusahaan.
Penulis menanyakan dari mana informasi yang di dapat AS?AS
mengungkapkan,
15
“Saya memperoleh segala informasi di perusahaan tentang adanya fraud
yang dilakukan HS dan SK melalui dokumen dan data yang ada, lalu saya
juga melihat sendiri segala tindakan HS dan SK ketika dikantor yang
selalu menyalahgunakan wewenang dan kepercayaan yang diberikan
direktur. Sebenarnya yang mengetahui tindakan tersebut tidak hanya saya,
tapi cuman saya aja yang berani memberikan informasi kalau ada salah
satu karyawan yang melakukan fraud”.
Lalu apa motif AS memberikan informasi tentang adanya fraud? AS
mengatakan,
“tindakan yang saya lakukan hanya untuk memperbaiki prosedur yang ada
di perusahaan, agar perusahaan ini lebih baik dan lebih maju untuk
kedepannya. Jika terdapat karyawan yang hanya memanfaatkan wewenang
dan tanggung jawab yang diberikan maka perusahaan akan sering
mengalami kerugian”.
Kemudian penulis juga menanyakan kepada AS informasi apa yang
diberikan mengenai tindakan fraud yang dilakukan? AS mengatakan,
“HS itu selalu membuat nota fiktif dengan tulisan tangan dia sendiri, apa-
apa semua di klaim sama dia, dia juga suka pergi dinas ke luar padahal gak
ada surat tugasnya dan gak jelas keluar kantor itu sebenernya ngapain.. SK
juga sama aja, dia me-mark up nilai dari pengajuan pengadaan aset mesin
molen untuk perbaikan gedung belakang”.
Penulis juga menanyakan kepada AS tindakan apa yang dilakukan
perusahaan dalam mencegah terjadinya fraud? dan seperti apa? AS
mengungkapkan,
“sebaiknya diadakan surprise audit, jadi tim audit internal tiba-tiba datang
buat audit divisi yang ada indikasi kecurangan, contohnya ya yang
dilakukan oleh HS dan SK. Mereka bakalan salah tingkah kalau tiba-tiba
tahu ada tim audit datang buat audit mereka, dan pasti mereka bakal
panik”.
Lalu apakah ada pengaruhnya jika surprise audit diadakan di Perusahaan
X? AS menjawab,
16
“pasti berpengaruh, adanya surprise audit diperusahaan pasti akan
membuat para pelaku kecurangan jera, karena kan tim audit datang secara
tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan, jadi mau gak mau mereka harus siap
untuk diperiksa kapanpun”.
d. GP (Internal Audit)
GP adalah karyawan yang ditugaskan untuk mengaudit segala aktivitas
perusahaan. GP sudah bekerja di Perusahaan X selama 3 tahun lamanya. GP
adalah lulusan akuntansi D3 dari Bogor.
Penulis menanyakan kepada GP bagaimana strategi pencegahan fraud
pada Perusahaan X? GP mengungkapkan,
“Untuk strategi pencegahan fraud yang pertama itu adanya sebuah laporan
melalui dokumen atau data jika ada indikasi fraud yang dilakukan setiap
karyawan. Dari dokumen atau data tersebut di kroscek dulu lebih dalam
jika ada dokumen atau data yang gak sesuai prosedur akan terlihat adanya
indikasi fraud. Biasanya juga mendeteksi fraud atau pencegahan fraud bisa
melalui audit rutin. Jadi tim audit rutin akan memberikan laporan hasil
audit, jika memang ada laporan atas indikasi fraud, maka auditor yang
akan turun”.
Biasanya jenis fraud apa yang biasa terjadi di Perusahaan X? GP
menjawab,
“biasanya fraud terjadi di transaksi operasionalnya, para pejabat yang
memiliki wewenang dan kepercayaan atasan sering kali membuat nota
fiksi dan mereka klaim. Nah.. yang kayak gitu bikin mereka mikir kalau
mereka berhak dan itu adalah hal yang benar. Ada juga fraud yang
melakukan pengajuan pengadaan aset dengan me-mark up harganya.
Penulis menanyakan apa itu surprise audit? GP mengungkapkan,
“Surprise audit itu ya audit dadakan tanpa ngasih tahu kalau mau ada
audit. Biasanya kalau untuk surpriseaudit misal ada dokumen atau bukti
yang aneh, tim audit internal tiba-tiba akan melakukan audit”.
GP mengungkapkan bagaimana cara mudah untuk mendeteksi fraud pada
Perusahaan X?
17
”karena sekarang ini sedang menggiatkan pelaporan indikasi fraud, jadi
cara termudah adalah melalui sistem laporan berdasarkan dokumen atau
bukti yang ada, dengan begitu berarti kesadaran karyawan sudah semakin
tinggi terhadap perilaku fraud”.
Jika Perusahaan X sudah menerapkan surprise audit, bagaimana
penerapannya?GP mengungkapkan,
“audit dadakan biasanya senjata utamanya itu data dan pelaksanaan audit
itu bersumber dari data. Sebelum data biasanya kita melakukan persiapan
dulu dan menentukan tujuan auditnya apa, ruang lingkupnya apa lalu audit
nya kapan. Misalkan divisi keuangan akan diaudit dilihat dulu data
historisnya, jika berdasarkan laporan auditnya ditemukan selisih pada
kasnya maka akan ditentukan tim untuk audit ke divisi keuangan tersebut.
Setelah tim terbentuk dan data dikumpulkan dan divisi yang akan diaudit
tidak mengetahui jika akan diaudit barulah menuju ketempat divisi mana
yang akan diaudit”.
e. RS (Internal Audit)
RS adalah salah satu karyawan yang bertugas juga untuk mengaudit segala
aktivitas perusahaan, sama halnya dengan GP. Mereka berdua ditugaskan
sebagai internal audit di Perusahaan X. RS merupakan lulusan sarjana
akuntansi di salah satu universitas di Solo. Dia bekerja sudah 3 tahun lamanya
hanya selisih beberapa bulan dengan GP.
Penulis menanyakan kepada RS, strategi apa yang dilakukan dalam
pencegahan fraud pada Perusahaan X? RS mengatakan,
“secara garis besar strategi pencegahan fraud pada Perusahaan X adalah
dengan diadakannya surprise audit. Surprise audit itu ya metode yang kita
gunakan untuk kegiatan audit. Seharusnya ada whistleblowing sistem dan
surveillance sistem di perusahaan, tetapi hal tersebut belum diterapkan di
perusahaan karena karyawannya hanya beberapa yang berani untuk
melaporkan kalau ada indikasi fraud dan sitem monitoringnya juga masih
lemah”.
18
Lalu pada Perusahaan X, jenis fraud apa yang terdeteksi? RS
mengungkapkan,
“biasanya pada kegiatan operasionalnya, contoh simple nya ya misalkan
posisi kasnya ada berapa, ada selisih tidak lalu bukti transaksi
pengeluarannya sesuai tidak”.
Menurut RS, Apa itu surprise audit?
“Surprise audit itu kegiatan audit yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa
memberitahukan sebelumnya ke divisi yang akan diaudit. Sebenarnya
setiap dilakukannya audit itu surprise audit, karena divisi yang akan
diaudit pasti tidak akan tahu kalau tim audit akan datang”.
RS mengungkapkan tujuan diadakannya surprise audituntuk memastikan
keadaan operasional di perusahaan berjalan dengan sebagaimana mestinya dan
tidak ada kecurangan yang dilakukan di perusahaan.
Penulis juga menanyakan divisi apa saja yang sering terjadi fraud?
Kemudian RS menjawab,
“biasanya sih pada divisi keuangannya dan personalianya juga, karena
mereka yang pegang uang dan personalia yang hitung gaji karyawan jadi
divisi itu yang paling rawan. Bisa jadi untuk keuangan kasnya selisih atau
bukti transaksinya tidak sesuai. Kalau personalia bisa jadi waktu
perhitungan gaji, karyawan yang sudah keluar tetapi tetap digaji”.
Lalu bagaimana proses surprise audit di Perusahaan X? RS
mengungkapkan,
“tim audit datang tanpa ada yang tahu kecuali tim audit itu sendiri, datang
langsung cash count lalu ngecekin bukti-bukti transaksinya. Nanti kita
lihat kesesuaiannya, kalau ada yang gak normal atau gak sesuai dengan
data yang ada, pasti bakal diperiksa lebih lanjut”.
Apa sih kelebihan dan kelemahan dari surprise audit? Menurut RS,
“kalau kelemahannya itu biasanya proses pengumpulan datanya lama jadi
memakan waktu, soalnya pelaksanaannya dilakukan tanpa ada
pemberitahuan, jadi karyawan yang bersangkutan misalnya yang di audit
butuh waktu lama untuk nyiapin data yang diperlukan untuk pemeriksaan.
19
Kelebihannya itu bisa langsung tahu misalkan divisi yang diaudit ada
kecurangan dan bisa tahu kondisi riil perusahaannya”.
Apa ada pengaruh dari penerapan surprise audit dalam pencegahan fraud
pada Perusahaan X? RS mengungkapkan,
“pengaruhnya itu bisa meningkatkan kesiapan operasional, karena tim
audit dateng tiba-tiba jadi mau gak mau mereka harus siap buat diperiksa
kapan pun. Kalau terhadap fraud nya mungkin harus dibarengi sama
whistleblowingsystem dan surveillance system karena mereka itu satu
kesatuan. Kalau ketiga hal tersebut dapat diterapkan pasti bisa menekan
adanya fraud, tapi kalau dikatakan bisa atau gak menjadi indikator awal
adanya pencegahan fraud, ya BISA”.
Kemudian apa hasil dari di adakannya surprise audit? RS
mengungkapkan,
“di temukannya kasus fraud pada operasionalnya, hal ini di buktikan
dengan di temukannya klaim nota fiksi yang dilakukan oleh salah satu
karyawan dengan jabatan sebagai spv. keuangan. Diantaranya pada nota
01 misalnya, karyawan melakukan transaksi fiksi dengan membuat nota
pembelian bensin. Dengan adanya klaim fiksi seperti itu, bisa
mengakibatkan pembengkakan biaya yang cukup signifikan”.
3.6. Hasil Penelitian
Terlampir hasil dari penelitian ini adalah :
Tabel 4.3
No. Keterangan Hasil
1 Kemungkinan
terjadinya fraud pada
Perusahaan X
1. Pada kasus Perusahaan X kemungkinan
tejadinya fraud terdapat dalam model
konseptual yaitu penyalahgunaan
kepercayaan yang diberikan oleh direksi
kepada karyawan. Kemungkinan pelaku
melakukan fraud dengan me-mark up nilai
pengajuan pengadaan asset yang dilakukan
manager personalia. Hal tersebut diperkuat
20
dengan adanya pernyataan dari pelapor
(AS), “kayaknya iya udah di mark-up deh
pengajuannya, soalnya saya udah cek
sendiri harga mesin molennya di salah satu
situs web yang dijual online gitu..”
2. Kemungkinan adanya fraud yang
dilakukan oleh pelaku fraud (HS) yang
dikutip dari teori fraud pentagon adalah
rasionalisasi. Dalam hal ini spv. keuangan
pada Perusahaan X diduga melakukan
fraud, dimana telah membuat nota fiktif
yang tidak sesuai dengan prosedur di
perusahaan dan diduga selalu
membenarkan tindakannya bahwa hal
tersebut sudah biasa terjadi. Hal ini
diperkuat dengan adanya pernyataan AS,
“kayaknya merasa punya jabatan sama
wewenang lebih, jadi bisa bikin nota
sendiri seenaknya. Harusnya kan gak boleh
ya kalau mau reimburse uang itu pake nota
dari tokonya”.
2 Penerapan strategi
pencegahan fraud pada
Perusahaan X
Strategi pencegahan fraud yang diterapkan di
Perusahaan X adalah dengan menerapkan
kebijakan surprise audit sebagai pencegahan
anti fraud.
3 Penerapan surprise
audit pada Perusahaan
X
Proses dan tahapan audit pada Perusahaan X
dilakukan sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan manual instruksi kerja yang ada
pada standar operating system (SOP) audit
internal. Sasaran dari surprise audit adalah
21
setiap sektor yang rawan terjadi fraud.
Langkah-langkah pelaksanaan surprise audit:
- Mempersiapkan perencanaan jadwal
surprise audit
- Perencanaan proses surprise audit
- Melakukan surprise audit
- Pelaporan audit
- Hasil Surprise audit
4 Adanya temuan fraud
pada Perusahaan X
Setelah tim audit internal dari Perusahaan
X melakukan surprise audit pada divisi
keuangan dan personalia, ditemukan
beberapa temuan adanya kecurangan pada
divisi tersebut, yaitu:
1. Informan pertama (AS) sebagai pelapor
penemu indikasi adanya fraud
menjelaskan adanya pengadaan
pengajuan aset yg dilakukan (SK) dengan
me-mark up harga asetnya yaitu
pembelian mesin molen sejumlah 1 pcs
pada toko X untuk pembangunan gedung
belakang perusahaan. AS menjabat
sebagai staf pembelian, jadi AS mencari
informasi mengenai harga mesin molen
tersebut. Ketika membandingkan harga
mesin molennya dengan pengajuan
pengadaan aset yang dilakukan oleh SK,
harga yang diajukaan ternyata sudah di
mark up. Hal ini di buktikan oleh AS
dengan mencari informasi harga mesin
molen dengan tipe yang sama di situs
online yang ternyata harga sudah di mark-
22
up, kemudian AS berinisiatif untuk
mengunjungi toko X yang tercantum pada
nota dan menanyakan harga molen
tersebut dan harga molen adalah Rp.
8.000.000. selain itu AS juga
melaporkannya kepada internal audit dan
terbukti SK melakukan fraud dengan me-
markup pengajuan pengadaan aset.
2. Peneliti menjelaskan bahwa banyak hal
ganjil yang tidak sesuai prosedur dan
disalahgunakan oleh HS atas kepercayaan
yang diembannya. Seperti sering
ditemukannya nota fiksi dari transaksi
pembayaran biaya makan dan juga biaya
transportasi yang dimaksud adalah uang
bensin yang bisa dikatakan terlalu sering
dan banyak jumlahnya. Peneliti melihat
adanya indikasi fraud tersebut ketika
mencatat salah satu transaksi dengan
mencocokkan notanya, ternyata ada nota
fiksi dengan tulisan tangan sendiri yang
dilakukan HS tanpa adanya nota asli. Hal
tersebut diluar dari kewajaran
dikarenakan tidak seharusnya
kepercayaan disalahgunakan seperti itu.
HS merasa memiliki kepercayaan dan
wewenang penuh dari direktur sehingga
hal yang dilakukan HS adalah wajar.
5 Hasil diadakannya
surprise audit pada
Perusahaan X
Adanya kecurangan yang terjadi di
Perusahaan X yaitu ditemukannya bukti fraud
ketika dilakukan surprise audit, maka harus
23
ada penanganan yang dilakukan untuk
perbaikan prosedur yang ada di perusahaan
adalah sebagai berikut:
- Memperketat pelaksanaan SOP
- Memperbaiki sitem pengendalian supaya
lebih efektif
- Menciptakan kultur perusahaan yang baik
4. PENUTUP
- Fraud yang terjadi pada Perusahan X melalui kegiatan operasionalnya,
para pejabat yang memiliki wewenang dan kepercayaan penuh dari
atasannya.
- Perusahaan X menerapkan kebijakan dan mekanisme surpriseaudit
sebagai strategi pencegahan fraud. Penerapan surprise audit ditujukan
untuk memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sesuai prosedur
dan sebagaimana mestinya.
- Surprise audit yang dilakukan pada Perusahaan X yaitu tanpa ada
pemberitahuan terlebih dahulu. Pelaksanaan auditnya bersumber dari data,
sebelum data biasanya melakukan persiapan dahulu dengan menentukan
tujuan auditnya, ruang lingkup dan kapan waktu pelaksanaan auditnya.
- Hasil dari diadakannya surprise audit adalah di temukannya kasus fraud
pada operasionalnya, yang di buktikan dengan di temukannya klaim nota
fiksi yang dilakukan oleh salah satu karyawan.
- Pengaruh penerapan metode surprise audit adalah dapat memberikan efek
jera bagi pelaku pelanggaran dan dapat mencegah adanya fraud dan
pelaksanaannya dapat meningkatkan kesiapan operasional perusahaan.
24
Daftar Pustaka
(ACFE), A. o. (2014). Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse
ACFE.
Agustina, L. & Siska, A. 2017. “ The Analysis of Fraudulent Financial Repoting
Determinant Through Fraud Pentagon Approach”. Jurnal Dinamika
Akuntansi, Vol. 9 No. 2.
Akroyd, C. 2011. “The Roles of Management Control in a Product Development
Setting”. Qualitative Research in Accounting & Management Vol. 8 No. 3.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2003). Auditing dan Pelayanan
Verifikasi Pendekatan Terpadu. Jakarta: Erlangga.
Cressey, D. R. (1953). “Other People’s Money”. Montclair, NJ: Patterson Smith,
pp. 1-300,
Crowe Horwarth. 2011. “The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key
Behavioral and Environmental Element”.
Diatmika, P., G. et.al. 2017. “Pengaruh Audit Internal dan Efektivitas
Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)”. Jurnal
Akuntansi, Vol. 8 No. 2.
Jarboui, A., et.al. 2013. “Detection of Fraud in Financial Statements: French
Companies as a Case Study”. International Journal of Academic Research
in Business and Social Sciences, ISSN 2222-6990.
Mawutor, Dr. J. K. M. 2014. “Complicity of Auditors in Financial Statement
Fraud in Corporate Governance”. International Journal of Education and
Research, Vol. 2 No.5.
Mediaty, & Riny, J. 2014. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan
Keuangan”. Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 02.
Mulford, Charless W. Deteksi Kecurangan Akuntansi – The Financial Numbers
Game. Jakarta: PPM Manajemen, 2014.
Nassir, et.al. 2015. “Effects of Internal Controls, Fraud Motives and Experience
in Assessing Likelihood of Fraud Risk”. Journal of Economics, Business
and Management. Vol. 3 No. 2.
25
Nuryatno, M., & Dewi, N. W. 2018. “Pengaruh Pengendalian Internal, Kesadaran
Anti-Fraud, Integritas, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap
Pencegahan Kecurangan”. ISSN 2460-1233.
Rahayu, et.al. (2018). “Penerapan Whistleblowing System dan Surprise Audit
Sebagai Strategi Anti Fraud Dalam Industri Perbankan”. Jurnal Akuntansi
Muhammadiyah, Vol. 8 No. 2.
Setiawati, R. 2016. “Analisis Penerapan Surprise Audit Dalam Upaya
Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah”. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Siddiq, F., R. et.al. 2017. “Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud”. ISSN 2460-0784.
Widarti. 2015. “Pengaruh Fraud Triangel Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI” . Jurnal
Manajemen dan BisnisSriwijaya, Vol. 13 No. 2.
Widiningtyas, O. & Rahman, T. O. (2014). “ Pengaruh Audit Internal Terhadap
Risiko Fraud (Survey pada PT BRI di Wilayah Bandung)”. Jurnal Riset
Akuntansi, Vol. VI No. 1.
Wolfe, David T and Dana R. Hermanson. 2004. “The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud”. CPA journal. 74-12 : 38-42.