tahap gtj.doc
TRANSCRIPT
Tahap-tahap Pembuatan
Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut.5
1. Preparasi
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk
tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian
pegangan gigi tiruan jembatan.5
Tujuan preparasi:5
Menghilangkan daerah gerong
Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
Menyesuaikan sumbu mahkota
Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi
Membangun bentuk retensi
Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada
a. Persyaratan preparasi5
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk
menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi
retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu,
dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan
bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara
menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding
aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling
ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan
daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke
permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila
kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang
terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga
dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis,
dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding
aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena
faktor keterbatasan secara intra oral.
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi
kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi
berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer
maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan
jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 –
2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis
pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi
retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara
satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus
dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat
menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas
pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila
preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga
menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan
pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut
yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam
pemasangan jembatan.
b. Tahap-tahap preparasi gigi penyangga 5
1. Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi
bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke
lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah
tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder.
2. Preparasi bagian proksimal
Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan
arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan
proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal
dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian
proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-100.
3. Preparasi permukaan insisal atau oklusal
Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya.
Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian oklusal pemautnya,
yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi terlindungi dari
karies, iritasi, serta fraktur.
4. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk
logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat
disamaratakan.
5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
6. Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan
pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
a. Tepi demarkasi (feater edge)
b. Tepi pisau (knife edge)
c. Tepi lereng (bevel)
d. Tepi bahu liku (chamfer)
e. Tepi bahu (shoulder)
1. Pencetakan
Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya perlu
dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat berbagai
macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base, silicon
rubber base, dan polyeter rubber base.
2. Pembuatan die/model kerja
Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang dibuat dari
bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan dengan model kerja
die dibagi menjadi solitair die dan removable die.5
a. DIE SOLITER
Die soliter merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk pembuatan mahkota
tiruan. “Tinggi hasil pengecoran ± 2½ kali panjang mahkota”.5
Pembuatan solitair die5
- Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam, gelembung yang
terjadi dibuang secara hati-hati.
- Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam
- Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimal dengan
memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen
- Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual
- Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek
Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus.
A
C
B
- Hasil pemotongan dirapikan
- Daerah servikal dipertegas batas dengan membuat groove memakai round akrilik.
Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round Akrilik
Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan “die spacer”. Die spacer berfungsi
sebagai :5
- Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola malam yang telah
dibuat
- Mempekeras permukaan die
- Melindungi batas servikal
- Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk sementasi
b. REMOVABLE DIE
Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas dari model kerja.5
Cara membuat removable die :5
SISTEM DI-LOK TRAY
Suatu bentuk kotak untuk tempat model kerja.5 Dasar model kerja dikecilkan
sampai masuk di-lok tray kemudian dibuat undercut berupa groove memanjang sesuai
lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-lok tray dengan stone. Kemudian dipisah
dengan gergaji dari gigi tetangga halus sampai 2-3 mm dari dasar stone. Die dapat
dilepas dan disatukan lagi
Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY
MENGGUNAKAN DOWEL PIN
Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.
Persiapan :5
- Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips
- Penjepit rambut atau jarum pentul
- Stone gips dua warna
- Sticky wax dan lampu spiritus
A B
- Vaselin dan kuas
- Gergaji die/triplek
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatif tanpa
menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut). Lakukan
pengecoran I sampai batas garis horizontal (± 3 mm diatas servikal). Buat retensi dengan
bur bulat kedalaman ± 2 mm di sisi bukal dan lingual untuk keperluan stabilisasi.
Kemudian buat bulatan wax dg diameter ± 3 mm dilekatkan diujung pin. Olesi
permukaan gigi yang dipreparasi dengan vaseline.
- Boxing dan pembuatan basis
Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi ujung pin yang
telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian tuangkan kedalam cetakan yang telah
diboxing setelah keras kemudian dilepas dari cetakan.
3. Pembuatan Pola Lilin
Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari retainer atau
restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.5
- Tujuan pembuatan pola lilin :5
Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi yang
sempurna dengan preparasi.
Memperoleh bentuk anatomi.
Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat (bentuk
dan ukuran) dari pola lilin itu.
Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.
- Membuat pola lilin dapat dengan cara :5
Langsung (direct).
Tidak langsung (indirect).
Langsung - tidak langsung (direct – indirect).
- Lilin pola
Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggup dibentuk dalam
seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku.5
Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :5
- Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat plastis pada
suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat memasuki sela-sela
preparasi.
- Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras pada suhu
kamar.
Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum
dalam American Dental Association Specification No. 4 for Dental Inlay casting wax,
mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, dan plastisitas.5
Selain dari sifat-sifat tersebut di atas, suatu lilin inlay harus :5
Mempunyai warna yang menyolok supaya dapat mudah terlihat di antara jaringan gigi
dan gusi.
Bersifat kohesif jika dilunakan.
Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau rempil.
Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.
Distorsi pola lilin disebabkan oleh:5
Perubahan-perubahan ukuran karena naik turunnya suhu.
Perbesaran tegangan (stress release atau relaxation) yang secara kodrat ada di dalam
pola lilin, seperti :
Pengisutan pada waktu pembekuan atau penurunan suhu.
Adanya hawa, gas atau air di dalam massa lilin yang mengisut/memuai,
menarik atau mendorong lilin yang masih lunak akibat dari pengukiran,
penambahan lilin cair, atau pengambilan kelebihan lilin dengan alat yang
panas.
Flow atau “mengalirnya” lilin sebagai bahan amorph pada suhu kamar, lebih tinggi
suhunya, lebih besar flownya, jadi juga lebih besar distorsinya.
Sebagian dari distorsi dapat dicegah atau dikurangi dengan cara:5
Menggunakan lilin inlay yang memenuhi syarat A.D.A Specification No. 4 dan sesuai
dengan teknik yang dipakai. (type I atau type II).
Sedapat mungkin mencegah penambalan lilin cair pada pola atau mencairkan
permukaan lilin setempat.
Melunakkan lilin dengan seksama sampai seluruh massa lilin menjadi lunak dengan
cara memutar-mutar sebatang lilin di atas nyala api.
Menyimpan pola di tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukan pemendaman
dengan segera.
Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi mulut atau setelah jadi
dibentuk pada die.
a. Pembentukan mahkota lilin untuk mahkota penuh menurut cara tidak
langsung (indirect)
Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study model) yang menunjukkan
dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu diperhatikan ialah kecembungan permukaan
bukal dan lingual, bentuk dan ukuran bonjolan-bonjolan (cusp) dan letaknya daerah kontak
diproksimal.
Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai berikut :5 (Gambar 18 a, b, c,
d, e)
Gambar aPembuatan dinding dari pita matriks:
1. Model kerja pada artikulator2. Pita matriks3. Sambungan lipatan4. Model / die yang telah diulas dengan bahan separasi
Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota ¾.
Gambar dLilin diberi bentuk dan ukuran sesuai denganbentuk anatomi sebelum dipreperasi
Gambar ePola lilin yang telah selesai dibentukpermukaan lilin dengan dipoles dengankain kasar atau kapas basah.
Gambar bPita dilepaskan dari dei
1. Lipatan yang dibuka2. Jika terdapat kekurangan dapat
Gambar cBuntuk oklusal disesuaikan dengan gigilawan pada artikulator
Gambar aMencelupkan die yang telah diulasdengan bahan pemisah ke dalamlilin cair.
Gambar bPembubuhan lilin cair pada lapisanlilin yang telah diperoleh dengancara celupan, sampai mencapaiukuran anatomisin.
Gambar c1. Lilin cair terpegang diantara kedua ujung pincetyang panas oleh daya
Gambar dPengukiran pola sampaimencapai bentuk dan ukuranAnatimis.
Gambar ePola mahkota ¾ untuk incisifyang telah selesai dibentuk.
Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan Lapis Demi Lapis.
Gambar aCara pembuatan pola dengan pembentukanlapis demi lapis
Gambar b1. Permukaan lilin oklusal dilunakkan kemudian artikulator ditutup sehingga gigi lawan yangtelahterseparasi membentuk permukaan oklusal pola.2. Pola lilin yang oklusalnya telah dibentuk dandipoles.
Gambar aPreparasi mahkota ¾ untuk dibuat pola
lilin langsung.
Gambar bKedudukan pita matriks sebelum
diisi-lilin.
Gambar cDengan jari tangan lain segumpal lilin
lunak ditekan ke dalam ruangandi antara pita dan preparasi.
Gambar aTabung cetak yang dibuat daripita matriks.1. Lipatan sambungan2. Pinggiran servikal disesuaikan
dengan bentuk gusi.3. Pinggiran oklusal yang
dikurangi sampai tidaktergigit oleh gigi lawan.
Gambar bBentuk oklusal setelah kelebihan
lilin dibuang.
Gambar cLipatan (tinner’s joint) dibuka
untuk melepaskan tabungcetakan.
Gambar dPola lilin siap untuk dibentuk.
Gambar eKelebihan lilin dibuang denganalat yang sedikit panas atau
dengan cara mengeruk.1. Jurusan gerak alat.
Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat dilakukan di luar
atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola di tempat di mana sprue akan
dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pin yang panas di tempatkan, lilin tambahan
ini akan mengalir menghubungkan pola dengan sprue pin dan pola tidak terganggu.
b. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak langsung (direct-indirect)
Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsung dan tidak
langsung, dilakukan percobaan/checking di mulut dari pola lilin yang telah dibentuk pada
model kerja (die).
4. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis comfort (rasa nyaman),
serta mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi / hubungan dengan
gigi lawan à ektrusi
5. Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi
penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan
Gambar fPinggiran yang berlebihan
dipotong dengan pisau yangtajam (pisau bedah)
Gambar gPinggiran yang terbuka dapatdisentuh dengan alat yangpanas untuk menutupinya.
Gambar hPengrataan permukaan dilakukandengan menggosok alat yang licin
pada llilin.
Gambar ISpue pin yang dilekatkan pada
pola lilin.
dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang
mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus
dihindari oleh operator.
Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc phosphate semen,
semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen polikarboksilat, serta semen resin komposit.
Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik serta pengaruh pada estetiknya.
Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate cement :
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad
2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk merata sampai 90
detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin
4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding dalamnya tpis-
tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada) diisi juga dengan adonan
semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam mulut dan
ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai pemakai kayu untuk lebih
menekan jembatan pada tempatnya.
6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk mengecek apakah
oklusi sudah baik.
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit gulungan
kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan scaller.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator perlu
memberitahu cara membersihkan jembatan tersebut.