tak

7
Nama : Bella Shintya Putri Ariyani NRP : 3613100074 Rangkuman “The Coding Manual For Qualitative Researches” Code and Coding Terdapat tiga tujuan utama dalam pedoman pengodean (Coding) untuk penelitian kualitatif, yaitu : 1. Untuk membahas secara singkat fungsi dari kode, pengodean, dan memo analitis pada pengumpulan data kualitatif dan proses analisis nya 2. Untuk menggambarkan dari sisi repertoar yang dipilih 3. Untuk memberikan pembaca sumber, deskripsi, contoh, rekomendasi,aplikasi dan latihan untuk pengodean dan menganalisa data kualitatif lebih jauh What is Code? Kode dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk kata atau frase pendek yang secara simbolis sumatif, mudah terlihat, beresensi dan dapat menjadi atribut yang mengingatkan untuk data berbasis bahasa dan visual. Pada putaran pertama proses pengodean bagian data yang dikodekan dapat menggolongkan tingkat dari kata ke kalimat penuh pada seluruh halaman teks. Putaran kedua bagian yang dikodekan dapat berupa unit yang sama persis, bagian yang lebih panjang dari sebuat teks, bahkan konfigurasi ulang dari kode itu sendiri yang dikembangkan. Coding Example Descriptive Code adalah kode yang dikapitalisasi dan berada di kolom kanan yang merangkup topik penting dalam sebuah kutipan. 1I notice that the grand majority of homes have chain link fences in front of them. There are many dogs (mostly German shepherds) with signs on fences that say “Beware of the Dog.” Vivo Code merupakan kode yang didapatkan secara langsung dari apa yang partisipan itu katakan dan ditempatkan pada tanda kutip. “He cares about me. He has never told me but he does. He’s always been there for me, even when my parents were not. He’s one of the few things that I hold as a constant in my life. So it’s nice. I really feel comfor table around him.”

Upload: bella-shintya-ariyani

Post on 20-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

o

TRANSCRIPT

Page 1: TAK

Nama : Bella Shintya Putri Ariyani

NRP : 3613100074

Rangkuman “The Coding Manual For Qualitative Researches”

Code and Coding

Terdapat tiga tujuan utama dalam pedoman pengodean (Coding) untuk penelitian kualitatif,

yaitu :

1. Untuk membahas secara singkat fungsi dari kode, pengodean, dan memo analitis pada

pengumpulan data kualitatif dan proses analisis nya

2. Untuk menggambarkan dari sisi repertoar yang dipilih

3. Untuk memberikan pembaca sumber, deskripsi, contoh, rekomendasi,aplikasi dan latihan

untuk pengodean dan menganalisa data kualitatif lebih jauh

What is Code?

Kode dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk kata atau frase pendek yang secara simbolis

sumatif, mudah terlihat, beresensi dan dapat menjadi atribut yang mengingatkan untuk data

berbasis bahasa dan visual.

Pada putaran pertama proses pengodean bagian data yang dikodekan dapat menggolongkan

tingkat dari kata ke kalimat penuh pada seluruh halaman teks. Putaran kedua bagian yang

dikodekan dapat berupa unit yang sama persis, bagian yang lebih panjang dari sebuat teks,

bahkan konfigurasi ulang dari kode itu sendiri yang dikembangkan.

Coding Example

Descriptive Code adalah kode yang dikapitalisasi dan berada di kolom kanan yang merangkup

topik penting dalam sebuah kutipan.

1I notice that the grand majority of homes have chain link fences in front of them. There are many

dogs (mostly German shepherds) with signs on fences that say “Beware of the Dog.”

Vivo Code merupakan kode yang didapatkan secara langsung dari apa yang partisipan itu

katakan dan ditempatkan pada tanda kutip.

“He cares about me. He has never told me but he does. He’s always been there for me, even when

my parents were not. He’s one of the few things that I hold as a constant in my life. So it’s nice. I

really feel comfor table around him.”

Page 2: TAK

Terdapat hal penting yang perlu diperhatikan bahwa kode terkadang dapat meringkas atau

memadatkan data, kita tidak bisa langsung mereduksinya.

Initial Coding merupakan kode yang tidak spesifik, kode ini merupakan frase “kesan pertama”

yang berasal dari open-ended process.

1 My son, Barry, went through a really tough time about, probably star ted the end of fifth grade

and went into sixth grade. 2 When he was growing up young in school he was a people-pleaser

and his teachers loved him to death. 3 Two boys in par ticular that he chose to try to emulate,

wouldn’t, were not very good for him. 4 They were very critical of him, they put him down all the

time, and he kind of just took that and really kind of internalized it, I think, for a long time. 5 In

that time period, in the fifth grade, early sixth grade, they really just kind of shunned him all

together, and so his network as he knew it was gone.

Ketika kita menggambarkan suatu bagian pada data untuk menguraikan intinya, kita

menggunakan decoding, namun ketika kita menentukan kode yang sesuai dan menamainya, kita

menggunakan encoding.

Coding for patterns

Pada set data yang lebih lengkap bahwa beberapa dari kode yang sama akan digunakan secara

berulang kali. Baik secara alami dan disengaja, alami dikarenakan terdapat sebagian besar pola

aksi yang berulang dan konsistensi, dan disengaja karena terdapat salah satu tujuan utama

sandi ini adalah untuk mencari pola yang berulang dari aksi dan konsistensi.

Terkadang kita mengkodekan dan mengkategorikan data dari apa yang partisipan katakan.

Ketika kita mencari pola-pola pada data yang dikodekan untuk mengkategorikannya, pahamilah

terkadang kita mengelompokkan hal-hal tidak hanya karena mereka serupa, tapi karena hal

tersebut memiliki kesamaan, dan bahkan kesamaan tersebut terdiri dari perbedaan .

Pola dapat dikategorikan dengan hal-hal berikut ini :

similarity (things happen the same way)

difference (they happen in predictably different ways)

frequency (they happen often or seldom)

sequence (they happen in a certain order)

correspondence (they happen in relation to other activities or events)

causation (one appears to cause another)

Page 3: TAK

Coding filters

Vivo Coding digunakan untuk menjaga data mendalam pada bahasa partisipan, fakta kode

dapat seperti berikut ini :

There’s just no place in this country for illegal immigrants. Round them up and send those

criminals back to where they came from.

Descriptive Coding digunakan untuk mendokumentasikan dan mengkategorikan luasnya

pendapat yang dinyatakan oleh beberapa partisipan, contoh :

There’s just no place in this country for illegal immigrants. Round them up and send those

criminals back to where they came from.

Values Coding digunakan untuk menangkap dan menamai perspektif subjektif.

1 There’s just no place in this country for illegal immigrants. Round them up and send those

criminals back to where they came from. 1 XENOPHOBIA

Sipe dan Ghiso (2004), dalam narasinya yang membuka pikiran tentang pilihan coding untuk

studi literasi, mencatat bahwa ““All coding is a judgment call” since we bring “our subjectivities,

our personalities, our predispositions, [and] our quirks”

Coding as a heuristic

Mayoritas peneliti kualitatif akan mengkodekan datanya baik selagi dan setelah pengumpulan

sebagai taktik analitik, untuk coding menggunakan analisis (Miles & Huberman, 1994, p. 56).

Coding adalah heuristis (dari bahasa Yunani, yang berarti "untuk menemukan") - sebuah

eksplorasi teknik pemecahan masalah tanpa rumus tertentu. Coding hanya langkah awal menuju

analisis yang lebih teliti dan interpretasi untuk laporan. Coding bukan hanya menamakan, tetapi

juga membawa kita dari data ke gagasan, dan dari gagasan ke semua data yang berkaitan

dengan gagasan" (Richards & Morse, 2007, hal. 137).

Coding biasanya merupakan campuran data [penjumlahan] dan data komplikasi, pemecahan

data terpisah dengan cara analitis yang relevan guna membawa lebih lanjut pertanyaan-

pertanyaan tentang data tersebut.

Beberapa metodologi menganggap kode hanya sebagai tulisan yang lebih singkat atau

singkatan untuk kategori yang lebih penting yang belum ditemukan. Namun sayangnya,

beberapa menggunakan istilah dan kategori secara bergantian, bahkan mengkombinasikannya

ketika data-data tersebut merupakan dua komponen yang terpisah dari analisis datanya.

Page 4: TAK

Codifying and Categorizing

Codify berguna untuk mengatur sesuatu dengan urutan yang sistematis, untuk membuat suatu

bagian dari sebuah sistem atau klastikasi, untuk mengkategorikan. Ketika kode diterapkan dan

diulangi lagi penerapannya pada kualitatif data, kita melakukan codifying – sebuah proses yang

memperbolehkan data untuk “dipisahkan, dikelompokkan, digabungkan kembali, dan dikaitkan

dalam rangka konsolidasi makna dan penjelasan” (Grbich, 2007, hal. 21).

From codes to categories

Rubin & Rubin (1995) merekomendasikan kita untuk menyaring konten dari setiap kategori

(yang bekerja dalam) dari data, sebelum kita mulai membandingkan setiap konten satu sama

lain (bekerja di) (pp. 241, 251). Maykut & Morehouse (1994) menyaring setiap kategori dengan

mengembangkan sebuah aturan untuk dimasukkan dalam bentuk pernyataan proposisional,

ditambah dengan beberapa sampel data.

Contohnya jika kategori yang muncul dalam studi kasus diberi nama Physical Health, maka

aturan penulisannya dimasukkan sebagai pernyataan proposisional sebagai berikut :

Physical Health: The participant shares matters related to physical health such as wellness,

medication, pain, etc.: “I’m on 25 milligrams of amitriptyline each night”; “I hate going to the

gym.”

Kategori yang muncul mungkin juga berkembang sebagai proses konseptual daripada topik

deskriptif seperti:

Inequity: Par ticipants perceive unfair treatment directed toward themselves and favoritism

directed toward others: “I’ve been working here for over 25 years and some newcomers are making

higher salaries than me.”

Pernyataan kategori yang sebanding kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat

kemungkinan keterkaitan untuk menciptakan hasil rencana yang berdasarkan kombinasinya.

Recoding and recategorizing

Recoding dapat terjadi dengan perspektif yang lebih selaras dengan menggunakan metode First

Cycle lagi, sementara metode Second Cycle menjelaskan proses-proses yang mungkin

digunakan selama kedua (dan ketiga) dan mungkin keempat untuk mereview data.

From codes and categories to theory

Beberapa kategori mungkin berisi cluster data yang dikodekan yang pantas diperbaiki lebih

lanjut dalam beberapa sub kategori. Ketika kategori utama dibandingkan dengan satu sama lain

Page 5: TAK

dan konsolidasi terjadi dengan berbagai cara, kita mulai melampaui "realitas" dari data yang kita

miliki dan kemajuan ke arah tematik, konseptual, dan teoritis. Sebagai proses yang sangat dasar,

codifying biasanya mengikuti skema yang ideal dan efisien seperti yang diilustrasikan pada

Gambar berikut ini :

The differences between codes and themes

Tema adalah hasil dari coding, kategorisasi, dan refleksi analitis, bukan sesuatu yang ada di

dalamnya, dikodekan (itu sebabnya tidak ada metode "Theme Coding" dalam pedoman ini,

tetapi ada referensi untuk analisis tematik dan bagian yang disebut Themeing the Data).

What Gets Coded

Units of social organization

Para pakar menguraikan Units of social organization menjadi :

1. cultural practices (daily routines, occupational tasks, microcultural activity, etc.);

2. episodes (unanticipated or irregular activities such as divorce, championship games,

natural disasters, etc.);

Page 6: TAK

3. encounters (a temporary interaction between two or more individuals such as sales

transactions, panhandling, etc.);

4. roles (student, mother, customer, etc.) and social types (bully, tight-ass,geek, etc.);

5. social and personal relationships (husband and wife, party-goers, etc.);

6. groups and cliques (gangs, congregations, families, jocks, etc.);

7. organizations (schools, fast-food restaurants, prisons, corporations, etc.);

8. settlements and habitats (villages, neighborhoods, etc.); and

9. subcultures and lifestyles (the homeless, skinheads, gay leather bears, etc.)

Amounts of data to code

Meskipun kuantitas, pastikan bahwa tidak hanya kualitas yang mencukupi tapi kualitas data

yang mencukupi yang pekerjaannya telah ditranskrip dan tepat diformat (lihat Polandia, 2002).

The Mechanics of Coding

Questions to consider as you code

Emerson, Fretz, & Shaw (1995) menganjurkan daftar pertanyaan yang umum untuk

dipertimbangkan

What are people doing?What are they trying to accomplish?

How, exactly , do they do this? What specific means and/or strategies do they use?

How do members talk about, characterize, and understand what is going on?

What assumptions are they making?

What do I see going on here?What did I learn from these notes?

Why did I include them?

Manual and CAQDAS CODING

Analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi analisis data

kualitatif (Computer Asisted Qualitative Data AnalysiS, CAQDAS) (kembaran program aplikasi

analisis statistika).

Coding manually and Coding electronically

Pada coding secara manual, data diolah dengan cetakan hard copy daftar kode dan data yang

dikodekan, sehingga memungkinkan kita bekerja dengan bahan penulisan yang lebih

tradisional seperti pena merah dan stabilo untuk mengeksplorasi data dengan cara yang lebih

baru. Analisis data dengan kertas dan pensil pada bentuk hard copy data. Jika membutuhkan

wawancara beberapa partisipan atau pekerjaan di lapangan, CAQDAS menjadi alat yang sangat

penting dan sangat diperlukan.

Page 7: TAK

Tiga program utama CAQDAS untuk mengeksplorasi, yang situs komersialnya menyediakan

tutorial online dan software demonstrasi / download manual pada versi terbarunya, adalah:

ATLAS.ti: www.atlasti.com

MAXQDA: www.maxqda.com

NVivo: www.qsrinternational.com

Necessary Personal Attributes for Coding

Terdapat tujuh atribut pribadi yang semua peneliti kualitatif harus miliki, terutama untuk proses

coding.

Pertama, peneliti harus teorganisir. Organisasi merupakan set dari keterampilan disiplin yang

bisa dipelajari dan dilatih menjadi suatu kebiasaan

Kedua, peneliti harus melatih ketekunannya. Menciptakan ketekunan kerja, lingkungan, dan

jadwal yang memungkikan kita untuk berkonsentrasi penuh dengan waktu yang lama.

Ketiga, peneliti harus memiliki kemampuan untuk deal with ambiguity

Keempat, peneliti harus melatih flexibility

Kelima, peneliti harus memiliki kekreatifitasan

Keenam, peneliti perlu menjadi rigorously ethical

Ketujuh, peneliti perlu memiliki kemampuan extensive vocabulary, keterampilan ini merupakan

keterampilan yang paling penting yang dibutuhkan untuk melakukan proses coding