tasawuf dan mengenal diri - ibec-febui. · pdf filei. hakikat hidup dan kehidupan ... ujub...
TRANSCRIPT
Tasawuf dan Mengenal Diri
I. Hakikat hidup dan Kehidupan
Seluruh aktivitas yang dilakukan manusia haruslah berdasarkan pada hukum Allah
SWT, sesuai yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits.
Aktivitas tersebut juga harus diniatkan dalam rangka ibdah untuk meraih ridhonya,
sehingga orientasinya bukan hanya duniawi, tapi akhirat juga.
II. Tujuan dan Makna kehidupan
Hidup adalah ibadah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku” (QS. Adz-Dzariyat:56)
Hidup adalah ujian
“(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
jamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Al Mulk (67): 2)
Kehidupan Akhirat lebih baik dibanding kehidupan Dunia
“Dan sesungguhnya hari kemudian akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan)” (QS. Ad-Dhuha (93): 4)
Hidup Adalah Sementara
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan akhirat
itulah negeri yang kekal” (QS Al-Mu’min (40): 39)
III. Tahapan Mengenal Diri: Ta’alluq, Takhalluq, dan Tahaqquq
Ta’alluq menggantungkan hati dan pikiran hanya untuk Allah SWT (mengingat
Allah). Dalam istilah lain dikenal dengan Dzikir.
“Yakni orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran:91)
Takhalluq merupakan suatu upaya menuju proses penyempurnaan diri melalui
pengejewantahan sifat-sifat Allah SWT (asmaul husna) yang mulia untuk dapat ditiru
dalam sifat-sifat seorang mukmin.
Asmaul Husna dapat disematkan kepada sifat manusiia. Bagi manusia yang telah
menyerap sifat Allah ke dalam dirinya merupakan peningkatan diri (iritiqa’)
Namun dalam surah al-Ikhlas terdapat lima sifat Allah yang hanya dimiliki oleh Allah
saja (salbiyah), yaitu:
1) Maha Esa (wahdaniyah)
2) Pertama (awwaliyyah) dan terakhir (qidam)
3) Azali dan Kekal (baqa’)
4) Berdiri sendiri (qayyum) dan tidak memerlukan siapa-siapa (isthigna), dan
5) Tidak ada yang menyerupai-Nya.
Tahaqquq merupakan suatu proses untuk mengaktualisasikan kesadaran dan
kapasitas dirinya sebagai seorang mukmin untuk kemudian mengaplikasikannya
dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Tingkatan Tahaqquq :
1) Tauhid dan ubudiyyah (penghambaan)
2) Ikhlas
3) Percaya kepada Allah (shiddiq)
4) Zuhud
5) Tawakal
6) Cinta kepada Allah (mahabbah)
7) Takut (khaif) dan penuh pengharapan (raja’)
8) Takwa dan wara
9) Syukur
10) Sabar, taslim (berserah diri) dan ridha
11) Muraqabah dan musyahadah (ihsan)
12) Tobat yang konsisten
IV. Mengenal Diri dan Mengenal Tuhan
Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu --Siapa yang telah mengenal dirinya maka
ia telah mengenal Tuhannya. Jadi, pengenalan diri adalah pintu yang harus dimasuki
dalam rangka berkenalan dengan Ketuhanan.
Mengapa perlu mengenal diri manusia? Karena pada dasarnya manusia adalah
puncak ciptaan Tuhan dengan tingkat kesempurnaan dan keunikan-Nya yang prima
dibanding makhluk lainnya (QS. 95:4). Namun, Allah juga memperingatkan bahwa
kualitas kemanusiaannya, masih setengah jadi, sehingga harus berjuang untuk
menyempurnakan dirinya (QS. 91:7-10).
Proses penyempurnaan ini amat dimungkinkan karena sejatinya manusia itu fithri,
hanif dan berakal. Lebih dari itu, Allah juga mengutus Rasulullah Saw. pembawa
kitab suci sebagai petunjuk (QS. 4:174).
Penyakit Hati
Dibagi dua kategori;
1.) Penyakit yang menghilangkan maqam-maqam hati (Misalnya, syirik dan riya),
penyakit menghilangkan maqam ketauhidan dan ikhlas ( cinta kedudukan dan
dunia), dan penyakit yang menghilangkan maqam zuhud.
2.) Penyakit yang menyebabkan tidak dapatnya seseorang menyerap makna Asmaul
Husna di dalam dirinya dan mengikuti Rasulullah saw (misal penyakit marah).
Macam-nacam penyakit hati
1.) Kafir, Munafik, Fasik, dan Bid’ah
Langkah pertama yang dilakukan seseorang yang ingin menyucikan hati
(tazkiyatun nafs) adalah membersihkan hatinya dari kekafiran kepada Allah dan
Rasul-Nya.Setelah itu, membersihkan dari kemunafikan secara pemikiran
maupun perbuatan. Kemudian membersihkan hati dari perbuatan fasik atau segala
kemaksiatan, Lalu membersihkan hati dari perbuatan bid’ah, baik bersifat
keyakinan ataupun perbuatan.
2.) Syirik dan Riya
Syirik adalah menyifati ketuhanan kepada sesuatu yang tidak berhak
menerimanya dan menyembah kepada sesuatu yang tidak pantas disembah.
Riya merupakan syirik kecil (tersembunyi), yaitu apabila ia beribadah dengan
tujuan untuk seseorang atau satu kelompok.
3.) Dengki
Dengki adalah mengharapkan hilangnya kebahagiaan atau kenikmatan dari orang
yang didengki.
QS Asy Syura (42): 14. Tingkatan Dengki:
1. Seeorang yang mengharapkan hilangnya kenikmatan dari orang lain walaupun
kenikmatan itu tidak ia dapati.
2. Seorang yang mengharapkan hilangnya kenikmatan dari orang lain karena ia
menginginkan kenikmatan itu untuk dirinya.
3. Seorang yang ingin mendapatkan seperti yang dimiliki orang lain dan ia tidak
mengharapkan kenikmatan itu hilang dari orang itu. Tetapi jika ia tidak
mendapatkannya maka ia berharap kenikmatan itu hilang dari orang itu.
4. Seorang yang ingin mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang lain, Tetapi
jika ia tidak mendapatkannya, maka ia tidak berharap kenikmatan itu hilang
dari orang lain.
4.) Sombong
Kesombongan adalah anak dari sifat ujub. Seperti didefinisikan oleh Rasulullah
saw, “Melecehkan orang lain dan menolak kebenaran”
- Macam-macam sombong :
Kesombongan batin: Kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati)
Kesombongan zahir: Kesombongan yang dilakukan anggota tubuh.
- Tujuh faktor penyebab timbulnya rasa sombong:
1. Ilmu
2. Amal dan Ibadah
3. Garis Keturunan (Nasab)
4. Kecantikan
5. Harta
6. Kekuatan
7. Pengikut, pendukung, murid, anak, keluarga
5.) Ujub (membanggakan diri sendiri)
Ujub adalah sifat cepat merasa puas. Padahal sifat itu merupakan sifat yang
melahirkan beberapa kekurangan seperti malas, berbagai penyakit hati, menipu.
6.) Marah dan dzalim
Seperti cepat marah (emosional), lama meredakan kemarahan, melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat dan akal pikiran sebagai akibat dari
kemarahan. Terapi pengobatan ketika marah bergejolak:
1. Renungan dalil-dalil Qur’an.
2. Takut akan hukuman Allah.
3. Mengetahui dampak negatif dari permusuhan dan balas dendam.
4. Renungkan betapa buruk paras wajah dan keadaan fisiknya ketika sedang
marah.
5. Renungkan sebab yang mendorong untuk melampiaskan dendam dan
mengumbar amarah.
6. Ketahuilah bahwa amarah merupakan bnuah dari ujub yang muncul dari
dirinya.
7.) Pelit
Sifat pelit menghalangi terciptanya persaudaraan, kehidupan masyarakat yang
kondusif, dan tolong menolong. Sehingga menyebabkan seseorang dikucilkan.
8.) Ghurur (tertipu angan-angan kosong)
Akibat tertipunya (ghurur) seseorang adalah ia akan hidup dibawah ilusi dan
menghabiskan umur dengan khayalan. Selain itu dia juga tidak mau menerima
nasihat dari orang lain.
9.) Cinta Dunia
Cinta dunia adalah perasaan tentram terhadapnya, hingga melupakan akhirat dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membawanya ke neraka.
10.) Hawa nafsu
Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa yang salah dan berbahaya jika selalu
diikuti.
“Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsu yang ada dalam dirimu” Q.S.
Al-Mu’minun (23): 71
- Cara menyelamatkan diri adalah dengan, Pertama, menyucikan diri
(tadzkiyatun nafs). Kedua, mengendalikan nafsu (keinginan). Berlandaskan A-
Qur’an dan As-Sunnah.
Sarana Penyucian Jiwa
Pensucian jiwa melalui membaca Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an dapat menerangi hati dan memberikan peringatan kepada
pembacanya, serta menyempurnakan fungsi shalat, zakat, puasa, dan haji dalam
mencapai derajat kehambaan kepada Allah SWT.
10 Amalan Batin dalam Membaca Al-Qur’an
1. Memahami keagungan dan ketinggian firman, karunia Allah dan kasih sayang-Nya
kepada makhluk dengan turunnya Al-Qur’an dari ‘arsy .
2. Mengagungkan Zat yang berfirman, yaitu Allah. Menghadirkan keagungan Allah
dalam hatinya. (QS. Al-Waqi’ah (56): 79)
3. Kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa. (QS. Maryam (19): 12)
4. Tadabbur (memperhatikan dan merenungkan makna-makna Al-Qur’an).
5. Tafahhum (mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat karena Al-Qur’an
menyebutan sifat-sifat Allah, berbagai perbuatan-Nya, ihwal para nabi, ihwal orang-
orang yang mendustakan para nabi dan bagaimana merea dibinasakan, serta beragam
perintah dan larangan-Nya, surga dan neraka
6. Menghindari hambatan-hambatan kepahaman, diantaranya:
a. Perhatiannya hanya tertuju kepada pengucapan huruf (perenungannya
terbatas pada makhrajul huruf).
b. Taqlid kepada mazhab yang didengarnya tanpa berusaha memahaminya
dengan bashirah dan musyahadah.
c. Terus menerus melakukan dosa, bersifat angkuh, atau terjangkiti penyakit
hawa nafsu kepada dunia.
d. Mengedepankan akal semata dalam penafsiran Al-Qur’an (tafsir birra’yi).
7. Takhshish, yakni menyadari bahwa dirinyalah sasaran khitab (pembicaraan) yang ada
dalam Al-Qur’an. (QS. Al-Baqarah (2): 231)
8. Taatstsur, yaitu hatinya terpengaruh dengan beragam kesan sesuai dengan
beragamnya ayat yang dihayatinya.
9. Taraqqi, yaitu meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan Al-
Qur’an langsung dari Allah SWT, bukan dari dirinya. Karena tingkatan bacaan ada 3,
yaitu
a. Tingkatan terendah, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an kepada Allah di
hadapan-Nya.
b. Menyaksikan dengan hati seakan-akan Allah melihatnya, berbicara
kepadanya dengan taufik-Nya.
c. Melihat Mutaklim (Zat yang berfirman) pada setiap kalam (firman) yang
dibacanya, dan melihat sifat-sifat-Nya pada kalimat-kalimat yang ada.
10. Tabarri, yaitu melepaskan diri dari daya dan kekuatan dan tidak memandang diri
dengan pandangan ridha dan penyucian.
Pensucian jiwa melalui dzikir.
Kecintaan dan keakraban tidak tercapai kecuali dengan selalu mengingat (zikir) Zat
yang dicintai (Allah). [Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai
kecuali dengan selalu memikirkan berbagai ciptaan-Nya, sifat-sifat, dan perbuatan-
perbuatan-Nya
Pensucian jiwa melalui tafakkur.
Kesempurnaan akal tidak akan tercapai kecuali dengan pertemuan zikir dan pikir
manusia. Zikir dan pikir dapat memperdalam ma’rifatullah di dalam hati yang
merupaka permulaan bagi setiap kesucian.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi....” (Ali Imran (3): 190-191)
Bertafakkur atas proses penciptaan diri manusia. Bertafakkur atas penciptaan hewan,
tumbuhan, serta alam semesta.
Pensucian jiwa melalui mengingat mati dan pendek angan-angan.
-Obat jiwa dari keangkuhan adalah mengingat mati dan pendek angan-angan.
Implikasinya adalah ketekunan dalam pelaksanaan hak-hak Allah meningkat dan
semakin ikhlas dalam beramal.
Keutamaan mengingat kematian dalam segala keadaan:
a. Menghindarkan dari tipu daya dan mengharuskan persiapan untuk menuju
kampung akhirat
b. Terhindar dari kemaksiatan karena ingat Allah.
c. Dapat mengendalikan hawa nafsu dalam dirinya.
-Pendek Angan-angan, Penyebabnya diantaranya,Kebodohan dan Cinta Dunia.
Pengaruh pendeknya angan-angan akan terlihat pada sikap segera beramal. Tanda
bahwa seseorang telah mendapatkan taufik adalah merasa bahwa kematian sudah
berada dihadapannya, ia tidak melupakannya walau sesaat, sehingga bersiap-siap
menyambut kedatangannya.
Pensucian jiwa melalui shalat.
Shalat merupakan
o Sarana besar penyucian jiwa sekaligus tanda dan ukurran dalam penyucian
jiwa.
o Sarana sekaligus tujuan.
o Peresapan makna-makna kehambaan, tauhid, dan kesyukuran.
o Penegakan ibadah pada organ-organ utama jasad.
o Pemusnahan sifat angkuh dan pembangkangan terhadap Allah serta pengakuan
akan ketuhanan dan kemahapengaturan Allah
Cara agar khusyu dalam Shalat
o Kehadiran hati Mengosongkan hati dari segala sesuatu selain apa yang
sedang ia kerja dan ucapkan.
o Kepahaman Kepahaman terhadap makna ucapan.
o Penghormatan (Takzim) Bersumber dari kemuliaan dan keagungan Allah
serta mengetahui kehinaan jiwa dan keberadaannya sebagai hamba.
o Haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat) Keadaan jiwa yang
lahir dari pengetahuan akan kekuasaan Allah dan pengaruh kehendak-Nya
pada dirinya.
o Harapan Terwujud karena mengetahui kelembutan Allah, kedermawanan-
Nya, keluasan nikmat-Nya, keindahan cipta-Nya.
o Rasa malu Bersumber dari perasaan selalu kurang dan selalu berbuat dosa.
Pensucian jiwa melalui zakat dan infak.
Zakat dan infak merupakan sarana terpenting kedua dalam penyucian jiwa, karena
jiwa bertabiat kikir, sedangkan kekikiran merupakan sifat tercela yang harus
disingkirkan dari jiwa (QS. An-Nisa (4): 128).
Penunai zakat harus mengerjakan hal-hal berikut:
o Niat.
o Bersegeralah mencapai haul.
o Tidak mengeluarkan pengganti berupa nilai tetapi harus mengeluarkan apa
yang dijelaskan oleh nash.
o Tidak memindahkan zakat ke kampung lain karena pandangan mata orang-
orang miskin di setiap kampung tertuju kepada harta kampungnya.
o Membagi-bagi hartanya kepada semua golongan yang berhak.
Pensucian jiwa melalui puasa.
Puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat.
Jika kesabaran termasuk kedudukan jiwa tertinggi, maka puasa merupakan
pembiasaan jiwa untuk bersabar. (QS. Al-Baqarah (2): 183).
Tingkatan puasa:
o Puasa orang awam : Menahan perut dan kemaluan mempeturutkan
syahwatnya.
o Puasa orang khusus : Menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki,
dan seluruh anggota badan dari berbagai dosa.
o Puasa orang paling khusus : Puasa hati dari berbagai ambisi yang hina dan
pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala sesuatu selain Allah
secara total.
Pensucian jiwa melalui haji.
Haji merupakan pembiasaan jiwa melakukan sejumlah nilai, yaitu pasrah dan
menyerahkan diri kepada Allah, mencurahkan segenap kemampuan dan harta di jalan
Allah, saling menolong dan berkenalan, serta melaksanakan syiar-syiar ketundukan
kepada Allah.
Rincian adab-adab ibadah haji:
Pertama, biaya yang halal, tangan terlepas dari perniagaan yang menyibukkan
hati dan mengacaukan perhatian, sehingga perhatian hanya tertuju kepada
Allah.
Kedua, memperbanyak bekal dan rela hati mengeluarkan bekal dan biaya
tanpa pelit ataupun pemborosan.
Tiga, meninggalkan rafats (kesia-siaan), fusuq (sebutan bagi setiap
pelanggaran terhadap ketaatan kepada Allah), dan jidal (Berlebihan dalam
bertengkar dan perdebatan).
Empat, lebih utama bagi pergi haji dengan berjalan kaki jika sanggup,
terutama perjalan dari Mekah ke Arafah kemudian ke Mina.
Lima, hendaklah tidak banyak memakai perhiasan dan tidak cenderung kepada
berbagai saran kemewahan dan kemegahan.
Enam, mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih hewan kurban
meskipun tidak wajib baginya.
ULIL ALBAB (INTELEKTUAL)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam, terdapat
ayat-ayat (simbol-simbol) bagi ulil-albab (yaitu) orang yg ber-dzikrullah tengah ia berdiri,
duduk dan berbaring, dan bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi. (Kemudian
ia berkata), “Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci
Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab neraka (QS:Ali Imran/3:190-191)
Allah SWT (QS:Ali Imran/3:190) mengidentifikasi Ulil Albab sebagai orang yang :
1. Dzikrullah (mengingat Allah) berkekalan (tatkala berdiri, duduk, dan
berbaring, dan
2. Tafakkur (berpikir) selalu akan sejarah dan peristiwa penciptaan langit dan
bumi serta keadaan yg ada di alam dan di bumi.
Apa yg harus kita tempuh agar kita bisa Dzikrullah (mengingat Allah) berkekalan (tatkala
berdiri, duduk, dan berbaring)?
1. Berdzikrullah dengan rukun dan syaratnya ada di dalam tarikat.
2. Pada prinsipnya dzikrullah bermetode (cukup rukun dan syaratnya) dibimbing oleh
seorang Waliya Mursyida (waliyullah yang punya otoritas membimbing para
salik/pejalan ruhani).
3. Waliya Mursyida adalah sangat penting dan murid harus memperhatikan adab
terhadap
Syarat-syarat dzikrullah bermetode :
1. Waliyamurshida: Guru/Syaikh adalah seorang pembimbing ruhani yang
membawa silsilah kemushidan dari Rasulullah SAW turun-temurun.
Perjalanan ruhani, mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs) menuju Allah SWT,
terjal dan berliku, penuh tipu-daya syaithan. Di alam ghaib, antara kita dan
Tuhan disesaki oleh al-iblis yg sdh bersumpah akan menggoda dan
mengelabui manusia. Makanya wajib syaratnya ada Guru ruhani yang
bersilsilah sebagai penuntun jika berjalan di alam metafisik. Muhammad bin
Abdullah saja harus dituntun oleh Jibril A.S.
2. Salik: pejalan ruhani yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang
telah siap mengikuti jalan Nabi, Sahabat, Tabiin, Tabiin-Tabiit, dan solihin.
Rukun dzikrullah bermetoda (Amin al-Kurdi, Tanwirur Qulub):
3. Suci: orang yg akan berdzikrullah harus mempunyai wudhu’ Sabda Rasulullah
SAW, “Wudhu’ itu menghapus dosa-dosa” (HR. Ahmad)
4. Shalat sunnat (wudhuk) 2 rakaat dan boleh ditambah 2 rakaat shalat sunnat
tobat.
5. Menghadap kiblat, ditempat yg sepi. Sabda Rasulullah SAW, “Tempat yg
paling baik adalah tempat yg menghadap kiblat” (HR Thabrani)
6. Duduk tawarruk (duduk kebalikan tahiyat akhir), yaitu duduk para sahabat di
sisi Nabi yg menunjukkan sikap tawaduk (merendahkan diri). Duduk spt ini
selain merendahkan di hadapan Tuhan juga membantu menyatukan alat
inderawi.
7. Istighfar, memohon ampunan dengan membaca dalam hati “astaghfirullah”
5x, 15x, atau 25x sembari membayangkan segala dosa-dosa yg telah dilakukan
serta menyesalinya, merasa malu dihadapan Allah SWT. Sabda Nabi,
“Barangsiapa selalu membaca istighfar maka Allah akan membri jalan keluar
atas segala kesulitan, melapangkannya dari kesusahan dan memberinya rezeki
di luar perhitungan (HR Ahmad dan al-Hakim)
8. Membaca al-Fatihah 1x dan al-Ikhlas 3x, sembari mempersembahkan pahal
bacaan ini pada ruhaniah Rasulullah SAW dan para auliya Allah.
9. Memejamkan mata, merapatkan bibir, dan menyentuhkan ujunglidah kelangit-
langit belakang. Hal ini perlu dilakukan untuk kesempurnaan
konsentrasi/khusyuk dan memutus berbagai bisikan hati akibat pandangan
mata.
10. Rabithatul qabri, menghubungkan diri dengan kubur dgn mengingat mati,
dimandikan, dikafani, disembahyangi, dikubur dan kita sendirian di dalam
kubur, sehingga hanya perbuatan baiklah yg akan berarti. Sabda Nabi,
“Tinggallah di dunia seolah2 engkau oorang asing atau orang yg melintasi
jalan. Persiapkanlah dirimu untuk menjadi penghuni kubur” (HR al-Tarmizi).
11. Rabithatul Mursyid, menghubungkan diri dengan Guru/Syaikh pewaris
ruhaniah mukaddasah Rasulullah SAW.
12. Menyatukan seluruh indera, memutuskan segala aktivitas dan bisikan hati,
sembari membaca “Illahi anta maqsudi wa ridha ka mathlubi” [Hanya Engkau
yg aku tuju, dan ridha Mu yg aku harapkan] 3x. Lalu sebutlah dalam hati
“Allah, allah, allah, ....” berkali-kaliSetelah selesai, diam sejenak lalu
membuka mata sembari mengucap “alhamdulillahi rabbilalamin”.
Apa pula yang harus kita lakukan agar kita bertafakkur (berpikir) selalu akan sejarah dan
peristiwa penciptaan langit dan bumi serta keadaan yg ada di alam dan di bumi?
Bertafakkur tentang makhluk ciptaan Allah
1. Mentadabburi diri sendiri, bahwasannya kita tercipta dari nuthfah (setets mani),
bagaimana setetes mani ini Allah jadikan "segumpal darah", kemudian "segumpal
darah" Dia jadikan "segumpal daging" kemudian "segumpal daging" itu Dia
jadikan tulang.
2. bertafakkur tentang bumi yang menjadi tempat tinggal Anda, kemudian tentang
sungai-sungainya, gunung-gunungnya, dan tambang-tambangnya. Kemudian
meningkatlah kepada kerajaan langit. Sedangkan di antara tanda-tanda kekuasaan-
Nya di bumi ialah Dia menciptakan bumi sebagai hamparan, menjadikannya
mudah bagi manusia untuk berjalan di segala penjurunya, memancangkan
gunung-gunung di dalamnya sebagai pasak yang mencegah keruntuhannya
3. mrmperhatikan keajaiban-keajaiban udara berikut hal-hal yang muncul padanya
berupa awan, halilintar, kilat, hujan, salju dan petir. Ia merupakan keajaiban di
antara langit dan bumi
4. Memperhatikan gugusan bintang, matahari dan bulannya. Renungkanlah jumlah
bintangbintangnya, aneka ragam warnanya; yang sebagian cenderung
kemerahmerahan, sebagian yang lain cenderung keputih-putihan, sebagian lagi
cenderung ke warna abu-abu. Kemudian perhatikanlah bentuknya; sebagian
berbentuk kalajengking, sebagian yang lain berbentuk unta, srigala, singa dan
manusia
INTISARI “KEMATIAN TUHAN” OLEH FRIEDRICH NIETZSCHE
Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zamannya (dengan peninjauan
ulang semua nilai dan tradisi) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan
tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian,
sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan
kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche
tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk
menaklukan nihilisme dengan mencintai utuh kehidupan, dan memposisikan manusia sebagai
manusia purna dengan kehendak untuk berkuasa.
GUGATAN NIETZSCHE
1. Kehidupan di abad ke 20 dan 21 ini tidak jauh berbeda. Kehidupan hedonis dan
materialistis semakin menjadi-jadi.
2. Tindakan korupsi, pengrusakan hutan-gunung-sungai dan pencemaran lingkungan
alam untuk mendapatkan keuntungan berlipat-ganda, eksploitasi manusia dan
pengelabuan publik oleh pemilik modal/usaha merupakan hal-hal negatif dari
kehidupan materialistik dan hedonik di zaman moderen ini.
3. Ilmu Ekonomi dan Bisnis bertanggung jawab langsung terhadap suburnya kehidupan
hedonis dan materialistis, karena mengajarkan maximize profit bagi pengusaha dan
maximize utility bagi konsumen.
4. Paham materialisme dan kehidupan hedonis menguasai dan menjadi pola hidup, orang
di Eropa, terutama para elit bangsawan dan cendekiawan pada abad ke 18 dan 19.
5. Kehidupan keagamaan (gereja) terpisah (sekularisasi) dari kehidupan dunia
(pemerintahan, sosial, dan keilmuan)
6. Nietzsche menggugat bahwa Tuhan yang diciptakan, terutama oleh para pendeta telah
dibunuh oleh manusia itu sendiri karena dianggap tidak lagi bisa memberikan
keleluasaan dan kebebasan berekspresi, berpikir, berkreasi, berkarya, dsbnya
7. Tuhan sudah mati, dan kita sendiri yg membunuhnya
PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Muraqabah adalah, suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah SWT
senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apapun
yang dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan
mata sekalipun.
2. Muhasabah secara sedehana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang
bertanya kepada dirinya sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan agar jiwa menjadi
tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam
kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah Ta’ala
3. Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah perintah untuk mengajak atau
menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
4. Jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh
Allah
5. Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun
datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah.
6. Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah
7. Zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat
material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu
wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
8. Khauf bererti takut akan Allah s.w.t., yaitu rasa gementar dan rasa gerun akan
kekuatan dan kebesaran Allah s.w.t. serta takutkan kemurkaanNya dengan
mengerjakan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
9. Tahaqquq merupakan suatu proses untuk mengaktualisasikan kesadaran dan
kapasitas dirinya sebagai seorang untuk kemudian mengaplikasikannya dalam
perilaku kehidupan sehari-hari
TAMBAHAN
Apakah, dengan cara menjadi jama'ah thariqah, seseorang dapat lebih tenang dan mantap
dalam mengamal-kan tuntunan agama, karena dianggap merujuk pada ajaran Nabi
Muhammad SAW melalui bimbingan seorang mursyid?
Dalam Al-Quran ada ayat yang artinya, "Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampunimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (Ali Imran: 31).
Ketika ayat ini turun, seorang sahabat bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
bilamana aku menjadi mukmin sesungguhnya?
Baginda Nabi SAW menjawab, "Apabila engkau mencintai Allah. Mencintai RasulNya.
Berikutnya mengikuti sunnah-sunnahnya, dan mencintai orang yang dicintai Allah dan Rasul-
Nya. Dan keimanan mereka itu bertingkat-tingkat menurut tingkatan kecintaan kepada Allah
SWT.
Rasulullah SAW mengulangi kalimat yang terakhir sampai tiga kali. Lalu beliau kembali
bersabda, "Kadar bobot iman seseorang tergantung pada kecintaannya kepadaku.
Sebaliknya kadar kekafiran seseorang juga tergantung pada kebenciannya kepadaku."
Jadi, kalau kecintaannya kepada Rasulullah SAW bertambah, kecintaan dan
keimananya kepada Allah SWT pun akan bertambah. Bertambah dalam arti bersinar,
bercahaya, dan semakin menerangi hidupnya.
Demikianlah Allah SWT mengajarkan kepada kita cara mencintaiNya. Kecintaan kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya tidak bisa dipisahkan. Kalau seseorang mencintai Allah, la juga
mencintai Nabi-Nya. la akan menjalankan sunnah serta mencintai orang yang dicintai Rasul-
Nya.
Siapakah orang-orang yang dicintai Rasul-Nya? Tidak lain adalah para pewarisnya,
yaitu para ulama, orang-orang shalih, termasuk para mursyid. Merekalah yang
senantiasa menapaki jejak Rasulullah SAW, mengikuti sunnah-sunnahnya.
Sementara itu, keimanan terbentuk secara terbimbing. Nah, di situlah peran para mursyid.
Melalui bimbingannya, kita meningkatkan tauhid dan ma'rifat kita kepada Allah SWT.
Dan harus diingat juga bahwa dalam bertarikat harus meluruskan niat untuk mencari
ridha Allah SWT “Illahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi”
(Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridhaanMu-lah yang kuharapkan)
. dan Seperti yang dikatakan oleh tokoh tarikat wanita Rabiah al-Adawiyah, “Ya Allah, jika
aku beribadah untuk mengharapkan syurga, campakkanlah aku dari syurga Mu; Jika
aku beribadah karena takut akan neraka, masukkanlah aku ke dalam neraka Mu; Tapi
jika aku beribadah demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan
keindahan wajah Mu yang abadi padaku