tension pneumothorak
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
TENSION PNEUMOTHORAXAngger Bayu Wibisono010.06.0038
Pendahuluan
• Tension pneumothorax udara dlm pleura gangguan hemodinamik
• Jarang tetapi memiliki prognosis buruk• 5% dr pasien trauma• 1-3% pasien di ICU• Ventilasi mekanik 38 x lipat meningktakan resiko
kematian (penelitian kohort retrospektif)
• Spontan pneumothorak keadaan yg umum akibat trauma tetapi dapat mengancam jiwa jika menjadi tension pneumothorak
• Menurut ATLS, pasien trauma harus segera dicari ada atau tidak adanya tension pneumothorak, tetapi rontgen thorak pada awal penegakan diagnosis meningkatkan resiko kematian
• Dengan demikian, dokter hanya melakukan penilaian terhadap manifestasi klinis untuk mendiagnosis tension pneumothoraks
Anatomi
Fisiologi
• ±15-20 ml (75% makrofag)• Tekanan pleura dalam keadaan normal adalah bernilai –3
hingga –5 cm H2O • Tekanan pleura bernilai negatif ini memiliki implikasi
mekanis yaitu menjaga paru tetap melekat pada dinding dada dan endotel dinding kapiler tetap menempel pada dinding epitel di paru.
• Ventilasi• Difusi • Transportasi
• Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui 2 cara : (1) diafragma bergerak turun naik untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan (2) depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada
• Pernapasan dapat dicapai dengan kontraksi dan relaksasi diafragma
• Otot-otot abdomen membantu mendorong isi perut keatas
• Otot paling penting yang mengangkat rangka iga adalah otot interkostalis eksterna, tetapi otot lain yang membantunya adalah (1) sternokleidomastoideus, mengangkat sternum ke atas, (2) serratus anterior, mengangkat sebagian besar iga, (3) skalenus, mengangkat dua iga pertama.
• Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah (1) rectus abdominis, mempunyai efek tarikan kea rah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan otot-otot abdominal lainnya menekan isi abdomen ke atas kea rah diafragma, dan (2) intercostalis internus.
Definisi
• Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam ruang pleura secara progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan di dalam rongga pleura
Etiologi
• Trauma• Pemasangan kateter vena central di vena subclavia• Pneumothorak sederhana• Ketidakberhasilan mengatasi pneumothorak terbuka
sehingga pembalut luka sebagai 1-way valve
Patofisiologi
• One way valve• mediastinum tergeser kesisi lain• Atelektasis kompresi
Gejala klasik
• Deviasi trakea• Sesak• Dada tong (barrel chest)• Tanda trauma di dada fraktur os costa• Hipotensi• Pergerakan dada asimetris• Hipersonor• Suara nafas menghilang• Pergeseran mediastinum• Distensi vena jugularis
Penatalaksanaan
• Primary survey• Airway + cervical control• Pd pasien yang dapat berbicara dianggap airways clear• Lakukan jaw thrust jika curiga fraktur cervikal
• Breathing• Look, feel, listen• Oksigen• Dilakukan needle dekompressiom sambil mengevaluasi
circulation• Dilakukan chest tube jika sudah di RS
Langkah - langkah Toraksosentesis jarum
• Identifikasi toraks pasien dan status respirasi• Berikan Oksigen dengan aliran tinggi • Identifikasi sela iga ke II, di linea midklavikula di sisi
tension pneumotoraks• Asepsis dan antisepsis dada• Anestesi local jika pasien sadar atau keadaan
mengijinkan• Pasien dalam posisi tegak jika fraktur cervical telah
disingkirkan
• Pertahankan luer-lok diujung distal kateter, insersi jarum kateter (panjang 3-6 cm) ke kulit secara langsung tepat di atas iga ke dalam sela iga.
• Tusuk pleura parietal• Pindahkan luer-lok dari kateter dan dengar keluarnya
udara ketika jarum memasuki pleura parietal, menandakan tension pneumotoraks telah diatasi
• Pindahkan jarum dang anti luer-lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateter plastic di tempatnya dan tutup dengan plester atau kain kecil
• Siapkan chest tube, jika perlu.• Lakukan rontgen toraks.
Langkah – langkah chest tube
• Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi putting (sela iga ke V) anterior linea midaksilaris pada area yang terkena.
• Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain• Anestesi local pada kulit dan periosteum iga• Insisi tranversal 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan
dan diseksi tumpul melalui jaringan subkutan tepat diatas iga• Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari
ke dalam tempat insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan, bekuan darah dll
• Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga oleura sesuai panjang yang diinginkan
• Cari adanya “fogging” pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran udara
• Sambung ujung tube ke WSD• Jahit tube di tempatnya• Tutup dengan kain / kasa dan plester• Buat foto rontgen
• secondery survey• Pemasangan cateter• Monitoring tanda vital• Monitoring chest tube dan paru yang sakit• Terapi definitif
Komplikasi
• Torakosentesis• Hematom local• Infeksi pleura, empyema• Pneumotorak
• Chest tube• Laserasi atau menusuk intratorak atau organ abdomen yang seharusnya
tidak terjadi dengan teknik memasukkan jari sebelum insersi• Infeksi pleura (empyema)• Kerusakan saraf intercostal, arteri, vena• Pneumotorak persisten• Emfisema subkutis• Reaksi anafilaksis atau alergi obat anestesi• Pneumotorak rekuren sesudah pencabutan tube, penutupan luka
torakostomi tidak segera dilakukan.8
TERIMAKASIH