teori

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Asma merupakan penyakit kronis yang sering dijumpai pada anak di Negara maju. Sejak 2 dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma menigkat pada anak maupun dewasa. Namun, akhir- akhir ini di Amerika dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di beberapa Negara bagian. Asma memberikan dampak negative bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga.. prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebutsangat bervariasi. Terdapat perbedaan prevalens antar Negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu Negara. (1) Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagaimacam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan asma dapat berupa sesak nafas yang paroksisal,nberulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan produksi lender kental yang berlebihan. (2) Penyebab asma belum diketahui secara pasti. Factor pencetusnya antara lain allergen, infeksi (terutama infeksi 1 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Upload: destiiii

Post on 15-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bb

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Asma merupakan penyakit kronis yang sering dijumpai pada anak di Negara maju. Sejak

2 dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma menigkat pada anak maupun dewasa.

Namun, akhir-akhir ini di Amerika dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di beberapa Negara

bagian. Asma memberikan dampak negative bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan

anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh

keluarga.. prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada

anak). Prevalensi tersebutsangat bervariasi. Terdapat perbedaan prevalens antar Negara dan

bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu Negara.(1)

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus

oleh berbagaimacam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian

bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. Serangan

asma dapat berupa sesak nafas yang paroksisal,nberulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan

batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan

produksi lender kental yang berlebihan.(2)

Penyebab asma belum diketahui secara pasti. Factor pencetusnya antara lain allergen,

infeksi (terutama infeksi saluran nafas bagian atas), zat iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks

gastroesofagus, dan factor psikis.(3)

Tatalaksana asma dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tatalaksana pada saat serangan asma

(eksaserbasi akut) atau aspek akut dan tatalaksana jangka panjang (aspek kronis). Pada asma

episodik sering dan asma persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat

pengendali (controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma.(1,2,3,4,5)

1 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)

didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,

khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.(1,3,5)

Asma adalah mengi berulang dan/ atau bentuk persisten dalam keadaan dimana asma

adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.(2)

Selain definisi diatas, untuk mempermudah batasan operasional asma untuk kepentingan

klinis yang lebih praktis, Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan operasional

asma yaitu mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara

episodik, cenderungpada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus

diantaranyaaktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun denganpengobatan,

serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya.(3,4)

2.2 ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan

asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

- Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat

alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa

diturunkan.

b. Faktor presipitasi

2 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

- Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, ex: debu, bulu binatang, serbuk

bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut, ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex: perhiasan, logam dan

jam tangan

- Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan

debu.

- Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

- Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium

hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu

libur atau cuti.

- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

3 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan

asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.(1,2,3,4,5)

2.3 KLASIFIKASI

Dalam GINA 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma,

serta pola obstruksi aliran udara di saluran nafas. Walaupun berbagai usaha dilakukan, klasifikasi

berdasarkan etiologi sulit digunakan karena tredapat kesulitan dalam menentukan etiologi yang

spesifik.pembegian derajat penyakit asma menurut GINA adalah sebagai berikut :

1. Intermiten

Gejala kurang dari seminggu

Serangan singkat

Gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

- FEV 1 atau PEV > 80%

- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas <20%

2. Persisten ringan

Gejala lebih dari sekali seminggu

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

- FEV 1 atau PEV > 80%

- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%

3. Persisten sedang

Gejala setiap hari

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

- FEV 1 tau PEV 60% – 80%

4 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

- Variabilitas PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

4. Persisten berat

Gejala setiap hari

Serangan terus menerus

Gejala pada malam hari setiap hari

Terjadi pembatasan aktivitas fisik

- FEV 1 atau PEF = 60%

- Variabilitas PEF atau FEV variabilitas > 30%.(1,4,5)

Berbeda dengan GINA (Global Initiative for Asthma), PNAA (Pedoman Nasional Asma

Anak) membagi asma menjadi 3 yaitu(1,5) :

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

5 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang

spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)

dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi

genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti

yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering

sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik

dan non-alergik.(3,5)

2.4 PATOFISIOLOGI

1. Reaksi inflamasi

Patogenesis asma dapat diterangkan secara sederhana sebagai bronkokonstriksi

akibat proses inflamasi yang terjadi terus-menerus pada saluran napas. Karena itu pemberian

anti-inflamasi memegang peranan penting pada pengobatan dan kontrol asma. Terlihat

bahwa setelah pemberian inhalasi kortikosteroid akan terjadi penurunan bermakna sel

inflamasi dan pertanda permukaan sel pada sediaan bilas dan biopsi bronkoalveolar.

Pemberian bronkodilator saja tidak dapat mengatasi reaksi inflamasi dengan baik.

Pada tingkat sel tampak bahwa setelah terjadi pajanan alergen serta rangsang infeksi

maka sel mast, limfosit, dan makrofag akan melepas faktor kemotaktik yang menimbulkan

migrasi eosinofil dan sel radang lain. Pada tingkat molekul terjadi pelepasan berbagai

mediator serta ekspresi serangkaian reseptor permukaan sma merupakan penyakit kronik

6 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

tersering pada anak dan masih tetap merupakan masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan

para klinisi dan peneliti asma. Mengacu pada data epidemiologi Amerika Serikat pada saat

ini diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari seluruh populasi asma. Selain karena

jumlahnya yang banyak, pasien asma anak dapat terdiri dari bayi , anak, dan remaja, serta

mempunyai permasalahan masing-masing dengan implikasi khusus pada

penatalaksanaannya.

Pengetahuan dasar tentang masalah sensitisasi alergi dan inflamasi khususnya, telah

banyak mengubah sikap kita terhadap pengobatan asma anak, terutama tentang peran anti-

inflamasi sebagai salah satu dasar pengobatan asma anak. Oleh karena itu pengertian yang

lebih baik tentang peran faktor genetik, sensitisasi dini oleh alergen dan polutan, infeksi

virus, serta masalah lingkungan sosioekonomi dan psikologi anak dengan.Pada orkestrasi

proses inflamasi ini sangat besar pengaruh sel Th2 sebagai regulator penghasil sitokin yang

dapat memacu pertumbuhan dan maturasi sel inflamasi alergi. Pada tingkat jaringan akan

tampak kerusakan epitel serta sebukan sel inflamasi sampai submukosa bronkus, dan

mungkin terjadi rekonstruksi mukosa oleh jaringan ikat serta hipertrofi otot polos.(5)

Gambar 2. Patogenesis asma (GINA)

2. Sensitisasi

7 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Berbagai penelitian asma pada anak memperlihatkan adanya suatu pola hubungan

antara proses sensitisasi alergi dengan perkembangan dan perjalanan penyakit alergi yang

dikenal sebagai allergic march (perjalanan alamiah penyakit alergi). Secara klinis

allergic march terlihat berawal sebagai alergi saluran cerna (diare alergi susu sapi) yang

akan berkembang menjadi alergi kulit (dermatitis atopi) dan kemudian alergi saluran

napas (asma bronkial, rinitis alergi).

Kecenderungan aktivitas Th2 akan menurunkan produk IL-2 dan IFN-γ oleh Th2.

Terbukti bahwa anak dengan respons IFN-γ rendah pada masa awal kehidupannya akan

lebih tersensitisasi oleh aeroallergen dan menderita asma pada usia 6 tahun dibandingkan

dengan anak dengan respon IFN-γ normal.(5)

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Batuk kering berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Pada anak yang

lebih besardan dewasa, gejala juga dapat berupa sesak nafas, dada terasa berat. Gejala biasanya

akan memburuk pada malam hari yang dipicu oleh infeksi pernapasan dan allergen.(1,2,3)

GINA, konsensus Internasional dan PNAA menekankan diagnosis asma didahului batuk

dan atau mengi. Gejala awal tersebut ditelusuri dengan algoritmekemungkinan diagnosis asma.

Pada algoritme tampak bahwa batuk dan/atau mengiyang berulang (episodik), nokturnal,

musiman, setelah melakukan aktivitas, dan Pencetus (alergen debu rumah dan serbuk sari yang

tersensitisasi, iritan seperti udaradingin, polutan atau asap rokok, infeksi virus, dan aktivitas

fisik/olahraga).(1,4)

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi

pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan

pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu

dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin

banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan

pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.(1,2,3,4,5)

2.6 DIAGNOSIS

8 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

1. Anamnesis

Anamnesis harus dilakukan dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit yang

akurat mengenai gejala sulit bernafas, mengi, atau dada terasa berat yang bersifat

episodic dan berkaitan dengan musim, serta adanya riwayat asma atau penyakit atopi

pada anggota keluarga.(1)

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik akan didapati pernapasan yang cepat dan sukar, disertai

batuk paroksismal, kadang-kadang terdapat suara mengi “wheezing”, eksperium

memanjang, pada inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal,

epigastrium,dan sela iga. Pada asma yang kronik akan terlihat bentuk toraks

emfisematous, bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks

bertambah. Pada perkusi akan terdengar hipersonor di seluruh lapangan toraks, terutama

bagian posterior.daerah pekak jantung dan hati mengecil.(2)

Pada auskultasi mula-mula akan dijumpai bunyi nafas yang kasar/mengeras, tapi

pada stadium lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara

sangat lemah. Kadang terdengar juga ronki kering dan ronki basah, serta suara lender bila

banyak terdapat sekresi bronkus.(2)

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan fungsi paru

Ada banyak cara pemeriksaan fungsi paru, tetapi tidak banyak yang dapat

dilakukan dengan mudah. Pemeriksaan fungsi paru mulai dari yang paling sederhana

yaitu peak expiratory flow rate (PEFR) atau arus puncak ekspirasi (APE), pulse

oxymetry, spirometri, sampai pengukuran yang kompleks yaitu muscle strength

testing, , volume paru absolute, serta kapasitas difusi.

Pada Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, untuk mendukung

diagnosis asma pada anak dipakai batasan sebagai berikut :

a. Variabilitas PEF atau FEV1 ≥ 15%

b. Variabilitas PEF atau FEV1 ≥ 15% setelah pemberian inhalasi bronkodilator

c. Penurunan PEF atau FEV1 ≥ 20% setelah provokasi bronkus.

9 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Penilaian variabilitas sebaiknya dilakukan dengan mengukur selama ≥ 2 minggu.(1)

b. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah

dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila

terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka

dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.(1,2,3,4,5)

c. Pemeriksaan darah, eosinofil, dan uji tuberculin

d. Uji kulit alergi dan imunologi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Masing-masing

mempunyai keuntungan dan kerugian.(2)

Paremeter menentukan derajat asma pada anak(1,3)

10 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Alur diagnosis asma anak(1,3)

11 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Batuk dan /mengi

2.7 DIAGNOSIS BANDING

12 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Patut diduga asma :

-Episodic-Nocturnal/morning dip-Musiman-Pasca aktivitas fisik berat-Riwayat atopi pasien/keluarga

Riwayat penyakitPemeriksaan fisik

Uji tuberkulin

Tidak jelas asma :- Timbul pada masa neonatus- Gagal tumbuh- Infeksi kronis- Muntah/tersedak- Kelainan fokal paru- Kelainan system kardiovaskuler

Jika ada fasilitas, periksa dengan menggunakan peak floe meter atau spirometri untuk menilai :- Reversibilitas (≥ 15%)- Variabilitas (≥ 15%)- Hipereaktivitas (≥ 20%)

Pertimbangan pemeriksaan :

- Foto rontgen toraks & sinus- Uji fungsi paru- Uji respon terhadap bronkodilator- Uji provokasi bronkus- Uji imunologi- Pemeriksaan refluks gastroesofagus

(RGE)Berikan bronkodilator

Diagnosis kerja : ASMA

Tidak mendukung diagnosis

Mendukungdiagnosis lain

Tentukan derajat dan pencetus asma, bila

asma episodic sering/ persisten : foto

Berikan obat anti asma :Bila tidak berhasilnilai ulangdiagnosis dan ketaatan berobat

Diagnosis & pengobatansesuai diagnosis kerja

Pertimbangan asmasebagai penyakit penyerta

Bukanasma

Tidak berhasil

berhasil

Langkah penting dalam menegakkan diagnosis adalah menemukan adanya keterbatasan

aliran udara yang reversible dan bervariasi, yang ditunjukkan pada pemeriksaan spirometri.

Diagnosis banding yang mungkin adalah GER, rinosinobronkitis, OSAS, fibrokistik, primary

dyskinesis, benda asing di saluran nafas, dll.(1,2)

2.8 PROGNOSIS

Prognosis jangka panjang asma pada anak pada umumnya baik. Sebagian besar asma

pada anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya usia.sekitar 50% asma episodic jarang

sudah menghilang pada umur 10-14 tahun dan hanya 15% akan menjadi asma kronik pada umur

21 tahun.

Secara keseluruhan dapat dikatakan 70-80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur

21 tahun asmanya sudah menghilang.(2)

2.9 PENATALAKSANAAN

Pengobatan asma pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga status

aktivitas anak normal dan faal paru normal, mencegah timbulnya asma kronik, serta mencegah

pengaruh buruk tindakan pengobatan. Secara umum obat asma dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu obat pelega (relievers) dan obat pengontrol (controllers).(3,4,5)

Obat pelega asma bertujuan untuk melegakan saluran napas dan menghilangkan serangan

serta eksaserbasi akut dengan pemberian bronkodilator. Bronkodilator yang banyak dipakai saat

ini adalah beta 2 agonis, selain xantin dan antikolinergik. Obat pengontrol asma bertujuan

menjaga dan mengontro asma persisten dengan mencegah kekambuhan. Obat pengontrol asma

yang banyak dipergunakan adalah kortikosteroid, selain anti-inflamasi lain seperti sodium

kromolin, nedokromil, inhibitor dan antagonis leukotrien, serta berbagai antihistamin generasi

baru.(1,2,3)

Obat β2 –agonis bermanfaat untuk dipakai sebagai terapi intermiten asma episodik,

sebagai tambahan terapi intermiten, atau terapi rutin penunjang anti-inflamasi pada asma relaps

berulang atau kronis, sebelum aktifitas fisik untuk menghambat exercise induced asthma, dan

untuk penolong asma akut. Obat ini tersedia dalam bentuk oral, atau inhalasi yang efektif

dilakukan dengan inhaler dosis terukur, rotohaler, atau nebuliser. Teofilin merupakan preparat

metil-xantin yang pada masanya sangat populer untuk terapi rumatan asma kronik ringan, dan

13 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

sebagai penunjang pengobatan asma kronik berat. Walaupun saat ini masih banyak dipakai,

teofilin tidak begitu menarik lagi setelah pengobatan anti-inflamasi untuk asma lebih terfokus

kepada kortikosteroid. Selama ini efek anti-inflamasi teofilin memang masih sering

dipertanyakan. Selain itu metabolisme teofilin diketahui akan terganggu dalam keadaan demam

oleh penyakit tertentu, seperti influenza, atau oleh obat seperti eritromisin, simetidin, dan

siprofloksasin. Pada anak, teofilin juga diketahui dapat mempengaruhi prestasi sekolah sehingga

tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak dengan gangguan psikologis atau gangguan belajar.

Obat antikolinergik selain bersifat bronkodilator juga akan mengurangi hipersekresi mukus dan

mengatasi iritabilitas reseptor batuk. Obat ini tersedia dalam bentuk inhalasi dan nebulasi,

terbukti efektif untuk asma akut bila diberikan bersama b2-agonis.(4)

Seperti telah disebutkan maka pengontrol asma merupakan pengobatan yang efektif

untuk pencegahan asma dan dipergunakan untuk semua tingkatan asma. Kortikosteroid

merupakan obat terpilih dan sangat efektif, baik dalam bentuk parenteral dan oral untuk jangka

pendek, maupun bentuk inhalasi yang terutama dicadangkan untuk pemakaian jangka panjang.

Sejak mula pertama dipergunakan lebih dari 20 tahun lalu terlihat bahwa kortikosteroid inhalasi

jelas member efek terapi sangat baik untuk asma ringan, sedang, dan berat; baik untuk

pengobatan jangka pendek maupun jangka panjang. Sejauh ini tidak ditemukan efek buruk yang

berarti bila diberi dengan dosis yang dianjurkan.(3,4)

14 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

15 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi Pertama,

Cetakan Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta

Kedokteran ( Bagian Ilmu Kesehatan Anak), Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius

3. Purnomo. 2008. Faktor –Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma

Beonkial Pada Anak (Studi Kasus di RS Kabupaten Kudus). Semarang : Universitas

Diponegoro

4. Akib Arwin AP.2002. Asma Pada Anak : Sari Pediatri, Vol 4, No 2. Jakarta : FKUI

5. Bateman ED, Boulet LP, etc. 2011. Pocket Guide For Asthma Management and

Prevention. Canada : GINA

STATUS PASIEN SMF ILMU KESEHATAN ANAK

16 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

RSU. DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

I. ANAMNESA PRIBADI OS

Nama : Bunga Mila Ramadhani

Umur : 7 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. M. Yakub Gg L. Batu No. 13 Lingkungan 8, Medan

Tanggal Masuk : 21 Mei 2013

Berat Badan Masuk : 15,5 kg

Panjang Badan Masuk : 110 cm

II. ANAMNESA MENGENAI ORANG TUA

III. RIWAYAT KELAHIRAN OS

17 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Ayah Ibu

Nama M. Yasir Hareta Risnawati

Umur 43 tahun 40 tahun

Agama Islam Islam

Perkawinan 1 1

Pendidikan SLTP SLTP

Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga

Riwayat Penyakit - -

Alamat Jl. M. Yakub Gg L. Batu No. 13 Lingkungan 8,

Medan

Tanggal lahir : 27 Oktober 2005

Jenis persalinan : Partus spontan pervaginam

Tempat lahir : Klinik bersalin

Ditolong : Bidan

BB lahir : 2.600 gram

Panjang BB lahir : 38 cm

IV. PERKEMBANGAN FISIK

Saat lahir : Menangis segera, bergerak aktif

0 - 3 bulan : Sudah bisa mengangkat kepala dan telungkup

4 - 6 bulan : Sudah bisa duduk dengan dibantu

6 - 12 bulan : Bisa duduk sendiri, merangkak, dan berdiri dengan dibantu

1 – 3 tahun : Sudah bisa berjalan dan berlari

3 tahun-sekarang : Dapat berdiri dengan satu kaki, mulai dapat menari dan gerakan

olah tubuh

V. ANAMNESA MAKANAN

0 – 3 bulan : ASI Ekslusif

3 - 6 bulan : ASI + Susu formula

6 – 12 bulan : ASI + Susu formula + Nasi tim

1 tahun- sekarang : Susu formula + nasi + lauk pauk + sayur

VI. IMUNISASI

BCG : -

DPT : -

POLIO : 1x

CAMPAK : -

HEPATITIS B : 1x

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

18 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

VII. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA : -

VIII. KETERANGAN MENGENAI SAUDARA ORANG SAKIT

Os merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara :

1. Anak pertama, laki-laki, umur 22 tahun, sehat

2. Anak kedua, laki-laki, umur 17 tahun, sehat

3. Anak ketiga, laki-laki, umur 15 tahun, sehat

4. Anak keempat, perempuan, umur 2 tahun, sehat

5. Anak kelima, perempuan, umur 9 tahun, sehat

6. Anak keenam, perempuan, umur 7 tahun (Os sendiri)

7. Anak ketujuh, perempuan, umur 5 tahun, sehat

IX. ANAMNESA MENGENAI PENYAKIT

1. Keluhan utama : Sesak nafas

2. Telaah :

Sesak nafas dialami os sejak ± 1 bulan ini, dan memberat dalam 2 hari ini,

sesak bersifat terus menerus terutama pada malam hari sehingga

mengganggu aktiviatas dan tidur. Dalam satu bulan ini berulang > 3 kali.

Sesak nafas berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Sesak terutama

menghilang saat os beristirahat

Batuk (+) dialami os dalam 1 bulan ini, batuk berdahak (+), batuk

berdarah (-), riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-), riwayat

sesak berulang dalam keluarga (+)

Demam (-), kejang (-), mencret (-)

Mual (+), muntah (+) kadang-kadang karena batuk, isi apa yang dimakan

dan diminum, volume ¼ aqua gelas

BAK (+) Normal

BAB (+) Normal

RPT : Asma

RPO : (-)

19 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. STATUS PRESENS

Sensorium : Compos mentis

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Buruk

Frek. jantung : 118 x/menit

Frek.nafas : 52 x/menit

Temperature : 37 o C

BB masuk : 15,5 kg

Anemis : -

Ikterik : -

Edema : -

Syanosis : -

Dispnoe : +

2. STATUS LOKALISATA

a. Kepala

Mata : RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp. Inf.pucat (-/-)

Hidung : O2 nasal kanul

Telinga : Dalam batas normal

Mulut : Dalam batas normal

b. Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

c. Thorax

Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi epigastrial (-)

20 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan

Perkusi : Hipersonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler

HR = 118 x/menit, reguler, desah (-)

RR = 52 x/menit, reguler, roncki (-), wheezing (+)

d. Abdomen :

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel, hati/lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal

e. Ektremitas :

Atas

Pols 118 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat, CRT<3”

Bawah

Akral hangat, CRT<3”

f. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan

XI. STATUS NEUROLOGIS

21 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

1. Syaraf otak :

2. Sistem motorik :

Pertumbuhan otak : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kekuatan otak :

Neuromuskuler :

Involuntory movement :

XII. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Mantoux test :

2. Radiologi :

3. Pungsi lumbal :

4. Kimia darah :

5. EKG :

6. Pungsi sumsum tulang : Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Mikrobiologi :

8. ST scan :

9. Biopsi :

10. EEG :

11. Screening perdarahan :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah : Darah rutin tanggal 20 Mei 2013

- Hb : 13,8 mg/dl

- Ht : 41,7 %

- Leukosit : 20.900 /mm3

- Trombosit : 380.000 ul

- KGD : 121 mg/dl

22 KKS ILMU KESEHATAN ANAK

XIII. DIFFERENSIAL DIAGNOSA

1. Asma episodik sering serangan berat + Gizi buruk

2. Bronchitis

3. Tuberculosis

XIV. DIAGNOSA KERJA

Asma episodik sering serangan berat + Gizi buruk

XV. THERAPY

- IVFD D 5%NaCl 0,45% 30 gtt/i

- Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv Skin test

- Nebul 2,5 cc Nacl 0,9% + 2,5 cc ventolin

- Paracetamol 3 x 200 mg

- Diet F 75 150 cc/2 jam

XVI. USUL :

- Foto thoraks AP

- Mantoux test

XVII. PROGNOSA : Baik

23 KKS ILMU KESEHATAN ANAK