terapi hiv pada anak dan permasalahannya

Upload: bernadethe-bicky

Post on 07-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    1/18

    TERAPI HIV PADA ANAK DAN PERMASALAHANNYA

    PENDAHULUAN

    Sejak tahun 2000, Indonesia telah berubah dari negara Low Level Epidemic

    menjadi Concentrated Level Epidemic, dalam hal infeksi HIV/AIDS, yaitu berdasarkan

    hasil survey pada sub populasi tertentu yang menunjukkan prevalensi HIV di beberapa

    provinsi telah melebihi 5 % secara konsisten.

    AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human

    Immunodeficiency Virus(HIV). Infeksi ini berkembang dengan cepat terutama di negara

    berkembang dan menjadi ancaman terhadap keberhasilan peningkatan taraf kesehatan

    yang telah dicapai. Ancaman tidak hanya angka kematian anak, juga jumlah anak yatim

    piatu, perburukan sumber daya manusia maupun kondisi sosial ekonomi keluargapenderita. Penyakit AIDS juga meninggalkan stigma merugikan yang berdampak pada

    sangsi sosial terhadap penderita maupun keluarganya.8

    Pada bulan Desember 2003 UNAIDS memperkirakan 50 juta HIV-AIDS,

    diantaranya 2,5 juta anak usia dibawah 15 tahun, dan kematian 500.000 orang pada anak

    usia kurang 15 tahun. Sebagian besar(91%) anak tertular dari ibunya yang terinfeksi.9,10

    Laporan DEPKES RI sampai maret 2004 terdapat 25 orang anak terkena AIDS, dari

    4159 penderita HIV, dan 493 orang meninggal.1,11,12 Cara transmisi dapat dengan cara

    perinatal, post partum, dan cara lain. Diagnosis HIV dapat

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    2/18

    TERAPI

    PENDAHULUAN

    Sejak tahun 20

    menjadi Concentrated

    hasil survey pada sub

    provinsi telah melebihi

    AIDS merupak

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    3/18

    ditegakkan dari: gejala klinis, menetukan respon imun spesifik terhadap HIV, mendeteksi

    virus atau partikel virus HIV. Berbagai tes yang dipergunakan untuk mendiagnosis

    infeksi HIV seperti ; tes untuk antibodi HIV (ELISA test, Rapid test, Western blot test) .

    Obat antiretroviral (ARV) telah mengubah prognosis pasien dengan infeksi

    HIV/AIDS, menurunkan angka kematian, kejadian masuk rumah sakit serta peningkatan

    kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

    Pada tanggal 1 Desember 2003, WHO telah mencanangkan 3 by 5 initiative

    yang artinya 3 juta ODHA di dunia harus mendapat akses ARV pada tahun 2005, dan

    Indonesia mendapat target sebanyak 9.200 ODHA mendapat akses ARV pada tahun

    2005. Untuk dapat mencapai target tersebut, telah dilakukan pelatihan keperawatan,

    dukungan dan pengobatan, termasuk terapi antiretroviral (TAR) untuk 25 rumah sakit di

    seluruh Indonesia serta sekaligus menunjuk rumah sakit tersebut sebagai pusat rujukan

    ARV pada awal tahun 2004.

    Sesuai dengan hak asasi anak semua anak dengan HIV harus mendapat akses

    pengelolaan, konseling,edukasi, rekreasi dan dukungan sosial dan perlindungan terhadap

    diskriminasi.13 Pengelolaan infeksi HIV pada bayi dan anak memerlukan penanganan

    yang komperhensif dan multi pihak. Modalitas terapi utama pada infeksi HIV yaitu obat

    anti virus. Selain itu didukung dengan pengelolaan suportif seperti nutrisi, dukungan

    psikologis, koseling dan pengendalian infeksi oportunistik. Terapi anti virus initial untuk

    HIV pada anak 2004 yang dianjurkan untuk anak usia > 3tahun yaitu regimen berbasis

    inhibitor reverse transkriptase yaitu : 2 NRTI (zidovudin dan lamivudin ) + dengan atau

    tanpa nelvinavir. Monitoring pasien HIV meliputi : karakteristik sel T dengan

    menghitung CD4 , viral load (kopi RNA HIV), laboratorium : darah rutin,renal dan

    hepar function test , lipid, antibodi terhadap toksoplasma, CMV, EKG, skrining visual,

    perkembangan dan pertumbuhan serta psikososial. Imunisasi pada anak infeksi HIV

    direkomendasikan menerima imuniasi standar seperti anak sehat, meskipun kadar

    proteksi yang didapat tidak tercapai sesuai yang diinginkan. Imunisasi yang

    direkomendasikan seperti: hepatitis B, DPT, Hemofilus influenza, pneumococcal, polio

    vaksin yang inaktif, sedangkan imunisasi dengan vaksin hidup seperti BCG, campak,

    MMR tidak dianjurkan pada imunokompromis berat.14

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    4/18

    BAB II

    HIV/AIDS PADA ANAK

    Tanda dan gejala klinis merupakan parameter yang sangat berguna dalam

    membuat diagnosis HIV/AIDS, meskipun manifestasi klinis HIV pada anak-anak

    seringkali overlapping dengan beberapa penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak.

    Manifestasi klinis yang tampak pada anak-anak dalam kenyataannya akan lebih berat.

    Pendekatan rasional untuk mendiagnosis infeksi HIV/AIDS memerlukan tenaga

    kesehatan yang memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi dan knowlegde serta skill dalam

    mendiagnosis dan menangani infeksi HIV pada anak-anak. Ketrampilan berkomunikasi

    merupakan dasar yang dapat dipakai oleh petugas kesehatan untuk menawarkan

    pemeriksaan HIV pada anak maupun orang tua mereka.

    Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

    - Klinis (tanda dan gejala)

    - Kombinasi klinis dan laboratoris

    Tes laboratorium spesifik untuk HIV memberikan diagnosis definitif, menambah

    kekuatan diagnosis klinis (seperti paparan yang tetap), atau dapat menambah eksklusi

    dari penyakit HIV, yang memberikan klinisi untuk mengeksplore diagnosis diferensial

    lainnya.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    5/18

    Tes laboratorium lainnya seperti total limfosit count dan hitung serta persentase

    CD4, dapat memberikan bukti infeksi HIV lebih lanjut dan mampu menunjukkan tingkat

    imunodefisiensi.

    Diagnosis Klinis

    HIV/AIDS seharusnya dicurigai pada anak-anak dengan tanda klinis yang

    dicurigai atau kondisi-kondisi yang berhubungan dengan HIV seperti tabel di bawah ini :

    Tabel 1 : Tanda atau kondisi klinis anak-anak yang dicurigai terinfeksi HIV

    Kespesifikan infeksi HIV Tanda/kondisi

    Tanda/kondisi yang sangat spesifik

    untuk infeksi HIV

    - Pneumocystis pneumonia

    - Candidiasis oesophageal

    - Cryptococcus ekstrapulmonal

    - Infeksi Salmonella invasif

    Pneumonitis interstitial limfoid

    - Herper Zooster (single) dengan

    kerusakan multi dermatom

    - Sarkoma kaposi

    - Limfoma

    - Multifaktorial history progresif

    Tanda/kondisi yang biasa ditemukan

    pada anak-anak yang terinfeksi HIV dan

    yang tidak lazim pada anak-anak yang

    - Infeksi bakteri yang berat,

    khususnya jika berulang

    - Oral thrush yang

    berulang/menetap- Pembesaran parotis bilateral

    yang tidak disertai rasa nyeri

    - Limfadenopati non inguinal

    persisten generalisata

    - Hepatosplenomegali (pada area

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    6/18

    tidak terinfeksi non endemis malaria)

    - Panas yang menetap dan atau

    berulang

    - Disfungsi Neurologi

    - Herpes Zooster (single), single

    dermatom

    - Dermatitis generalisata persisten

    yang tidak respon terapi

    Tanda/kondisi yang biasa terjadi pada

    anak-anak dengan infeksi HIV tetapi

    juga biasa terjadi pada anak-anak yangtidak terinfeksi

    - Otitis kronik, berulang dengan

    discharge telinga

    - Diare persisten/berulang- Pneumonia berat

    - Tuberkulosis

    - Bronkiektasis

    - Gagal tumbuh (Failure to thrive)

    - Marasmus

    Tes laboratorium

    Tes laboratorium memberikan bukti konfirmasi dan atau dugaan adanya infeksi HIV. Ada

    dua tipe tes laboratorium :

    - Tes antibodi : HIV ELISA, rapid test, dan Western Blot

    - Tes virologi : Uji PCR DNA HIV, uji RNA termasuk muatan virus, Kompleks

    imun HIV-disosiasi uji antigen p24, dan Kultur virus HIV mononuklear

    pembuluh darah perifer.

    TES ANTIBODI

    Tes antibodi paling banyak digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV dan

    memberikan bukti yang nyata adanya infeksi HIV pada dewasa dan anak usia lebih dari

    18 bulan. Tes ini kurang dapat diterapkan pada anak kurang dari 18 bulan karena mereka

    masih membawa antibodi spesifik HIV dari ibunya. Saat dimana antibodi maternal HIV

    positif dieliminasi dari berbagai macam sistem infant (seroreversi). Kebanyakan anak-

    anak yang tidak mendapatkan ASI tidak terinfeksi, akan mengalami seroreversi usia 15

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    7/18

    bulan, tetapi persentasinya lebih kecil (antara < 1% sampai > 18 % pada beberapa

    penelitian) tidak akan kembali sampai usia 18 bulan.

    Meski terdapat keterbatasan, HIV ELISA dan Rapid Tes merupakan tes yang paling luas

    digunakan dan memberikan bukti adanya paparan

    TES VIROLOGI

    Uji Kompleks HIV Immune Dissosiasi antigen p24

    Protein p24 (antigen) berasal dari inti protein virus HIV. Terdeteksinya Antigen p24

    adalah bukti kuat adanya infeksi HIV. Uji antigen p24 menggunakan teknik yang dapat

    ditunjukkan pada kebanyakan laboratorium rutin. Juga dapat digunakan dalam

    mendiagnosis anak-anak usia kurang dari 18 bulan. Meskipun tes generasi pertama

    memiliki spesifisitas yang tinggi, tetapi dalam hal sensitifitas lebih rendah daripada uji

    RNA dan PCR DNA.

    PCR DNA HIV

    Uji PCR DNA memperkuat adanya HIV pro virus DNA secara berurutan ke dalam sel

    mononuklear yang tampak dalam pembuluh darah perifer dan merupakan uji yang dapat

    diterima sebagai standart diagnosis infeksi HIV selama periode infant pada negara

    berkembang.

    Sensitifitas PCR DNA HIV adalah rendah selama 1-2 minggu pertama kehidupannya

    karena tes ini tidak dapat mendeteksi level DNA HIV yang sangat rendah pada bayi-bayi

    yang terinfeksi beberapa menit/jam/hari segera, selama melahirkan dan awal pemberian

    ASI. Setelah 4-6 minggu kehidupan, sensitifitas dan spesifisitas dari tes PCR DNA HIV

    mencapai 100 %, kecuali pada bayi-bayi yang terpapar HIV lewat ASI.

    UJI RNA HIV

    Uji ini dengan cara mendeteksi RNA virus dalam plasma dan cairan tubuh lainnya

    dengan menggunakan metoda yang bermacam-macam seperti PCR Transkriptase reverse,

    in vitro signal amplification nucleic acid probes/branched chain DNA dan nucleic acid

    sequence-based amplification (NASBA).

    Metode pemeriksaan RNA secara kuantitatif digunakan untuk membedakan risiko

    progresifitas penyakit HIV dan membantu memutuskan awal mula pemberian ERT.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    8/18

    Interpretasi hasil tes

    - Anak lebih dari 18 bulan

    1. Infeksi HIV dapat dikonfirmasi dengan hasil antibodi positif

    2. Infeksi HIV dapat dieksklusi dengan hasil antibodi negatif

    3. Anak-anak yang terekspose yang mendapatkan ASI harus dilakukan testing

    ulang 3-6 bulan setelah keputusan mendapatkan ASI Eksklusif/penuh sebelum

    infeksi HIV dapat dieksklusi.

    - Anak kurang dari 18 bulan

    1. Tes yang negatif menyingkirkan infeksi HIV

    2. Tes yang positif menyatakan adanya infeksi HIV

    STADIUM INFEKSI DAN PENYAKIT HIV PADA ANAK-ANAK

    Penentuan stadium merupakan metoda yang distandarisasi untuk menilai stadium

    penyakit/progresivitas dan untuk membuat keputusan perawatan/pengobatan. Adalah

    penting untuk menentukan stadium infeksi HIV pada anak-anak karena :

    - Dapat mengklarifikasi prognosis pasien

    - Dapat memperkuat diagnosis klinis infeksi HIV jika hasil tes laboratorium

    tidak tersedia

    - Mempengaruhi tipe intervensi pengobatan, termasuk indikasi untuk memulai

    dan atau merubah ART.

    Untuk menentukan Stadium penyakit HIV digunakan parameter klinis dan laboratoris.

    Terdapat 2 sistem penentuan stadium infeksi HIV secara klinis pada anak yaitu : menurut

    CDC AS dan WHO.

    SistemCDC membagi infeksi HIV anak ke dalam 4 kategori klinis yaitu :

    - Kategori N (Asimptomatis)

    - Kategori A (simptomatis ringan)

    - Kategori B (simptomatis sedang)

    - Kategori C/AIDS (simptomatis berat)

    Sistem stadium klinis pediatri menurut WHO (November 2004) juga membagi infeksi

    HIV anak dalam 4 kategori yaitu :

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    9/18

    Tabel 2 Stadium penyakit HIV/AIDS pediatri menurut WHO

    STADIUM 1

    - Asimptomatis

    - Limfadenopati persisten

    generalisata

    - Hepatosplenomegali

    STADIUM 2 - Erupsi pruritus papular

    - Dermatitis seboroik

    - Infeksi jamur kuku

    - Angular chelitis

    - Lineal gingival eritema

    - Extensive HPV/ molluscum

    infection (> 5% dari luastubuh/wajah)

    - Ulserasi oral kambuhan (>2 x/6

    bulan)

    - Pembesaran parotis

    - Herpes zooster (>1x/12 bulan)

    - Infeksi Saluran Nafas Atas

    kronis/kambuhan : Otitis media,

    Otorrhea, sinusitis (>2x/6 bulan)

    STADIUM 3

    - Malnutrisi moderat yang tidak

    dapat diterangkan (-2 SD/Z

    score) yang tidak respon dg

    terapi standart

    - Diare persisten yang tidak dapat

    diketahui penyebabnya (>14 hr)

    - Panas yang menetap yang tidakdiketahui penyebabnya

    (intermiten/menetap>1 bulan)

    - Kandidiasis oral (di luar periode

    neonatal)

    - Oral hairy leukoplakia

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    10/18

    - Tuberkulosis paru

    - Susp pneumonia bakterial berat

    yang berulang (>2x/12 bulan)

    - Ginggivitis ulseratif nekrotising

    akut/periodontitis

    - Lymphoid Interstitialis

    Pneumonitis (LIP)

    - Anemia yang tidak diketahui

    penyebabnya (

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    11/18

    CDC juga mengembangkan sistem staging berdasarkan hitung CD4 sesuai usia yaitu :

    tidak ada bukti supressi imun, supressi moderat, dan supressi imun berat.

    Tabel 3 : Klasifikasi imunologi berdasarkan hitung total dan % CD4

    Kategori imunologi

    Usia anak

    < 12 bulan 1-5 tahun 6-12 tahun

    CD4/ L (%) CD4/ L (%) CD4/ L (%)1. Tidak ada bukti

    supressi

    1500 ( 25) 1000 ( 25) 500 ( 25)

    2. Bukti supressi

    moderat

    750-1499 (15-24) 500-999 (15-24) 200-499 (15-24)

    3. Bukti supressi

    berat

    < 750 (< 15) < 500 (< 15) < 200 (< 15)

    Jika tidak ada data mengenai CD4 dapat digantikan TLC (total limfosit count). TLC 6 tahun yang menunjukkan imunosupressi,

    terutama jika terdapat tanda yang berhubungan dengan HIV.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    12/18

    BAB III

    TERAPI HIV PADA ANAK

    Setelah melakukan diagnosis dan penentuan stadium, selanjutnya menyesuaikan langkah

    berikutnya. Adalah penting memperhatikan jika terdapat keterbatasan prasarana, seperti

    tidak adanya sarana laboratorium, tetapi secara klinis terdapat tanda-tanda HIV. Tabel 4

    di bawah ini menjelaskan langkah-langkah bagaimana memulai penatalaksanaan :

    Tabel 4 : Apa yang dilakukan jika mendapatkan diagnosis HIV dengan perbedaan tingkat

    sarana penunjang untuk menegakkan diagnosis?

    Jika terdapat : Dan : Kemudian :

    Tidak ada fasilitas

    laboratorium

    HIV ditegakkan dari tanda

    klinis

    - monitor pertumbuhan &

    perkembangan

    - suport nutrisi

    - kontrol infeksi

    - profilaksis PCP

    - Ancaman infeksi oportun

    Curiga AIDS Semua di atas ditambah

    ART

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    13/18

    Dengan tes sederhana

    (complete blood count) dan

    Antibodi HIV positif

    Suspek HIV < 18 bulan - monitor pertumbuhan &

    perkembangan

    - suport nutrisi

    - kontrol infeksi

    - profilaksis PCP

    - Ancaman infeksi oportun

    - tes ulang usia 18 bulan

    < 18 bulan dan AIDS - Semua yang disebut di

    atas ditambah ART

    - tes ulang usia 18 bulan

    Konfirmasi HIV > 18 bulan Semua yang disebut di atas

    ditambah ART sesuai

    indikasi stadium klinis dan

    CD4 atau hitung limfosit

    Tes Virologi (PCR, Tes

    Antigen p24)

    Konfirmasi HIV Semua yang disebutkan di

    atas ditambah ART

    Pada dasarnya terapi dengan menggunakan ART bertujuan :

    - Meningkatkan survival anak-anak dengan infeksi HIV

    - Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal

    - Menjaga, meningkatkan sistem immun dan berikutnya mengurangi infeksi

    oportunistik

    - Menekan replikasi HIV dan berikutnya mencegah progresifitas penyakit

    - Mengurangi angka kematian pada anak-anak dan meningkatkan kualitas hidup

    PRINSIP ART

    ART merupakan bagian dari terapi HIV secara komprehensif. Pedoman prinsip dari

    terapi ART meliputi :

    - Jangan memulai terapi ART terlalu segera (jika hitung CD4 normal) atau

    terlalu lambat (saat sistem imun mengalami kerusakan yang irreversibel)

    - Pilihlah regimen obat yang memiliki tingkat efektifitas yang telah terbukti,

    bebas dari efek samping yang serius dan mudah dalam penggunaannya.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    14/18

    - Pertimbangkan kemampuan (affordabilitas) dan availabilitas obat dan

    kombinasi obat

    - Dukung pasien dan keluarganya dalam hal ketaatan minum obat

    Obat ARV bukan untuk menyembuhkan AIDS/HIV, melainkan untuk meningkatkan

    kualitas hidup penderitanya. ARV adalah obat yang mahal dan penggunaannya

    memerlukan pengetahuan dan infrastruktur yang cukup kuat dari tenaga kesehatan yang

    merawatnya.

    ART memiliki keterbatasan :

    - Interaksi antar obat dan resistensinya dapat menurunkan potensi obat ARV

    - Pasien dengan ART dapat menimbulkan reaksi samping obat

    - Obat-obatan HIV sangat mahal

    - Pasien harus mendapatkan minimal 95 % dari obat-obatannya untuk

    meminimalkan resistensi obat yang bersifat mendadak (emergency), dimana

    dapat menimbulkan kegagalan terapi. Ketaatan minum obat merupakan kunci

    keberhasilan terapi.

    ASSESSMENT PRE TREATMENT

    Evaluasi berikut ini merupakan bagian dari assessmen pre treatmen :

    1. Assessmen klinik lengkap

    2. Assessmen neurodevelopmental

    3. BB, PB, dan lingkar kepala

    4. CBC (Complete Bloob Count) dan hitung jenis termasuk TLC (Total Limfosit

    Count)

    5. Alanin Aminotransferase (ALT)

    6. x foto thoraks

    7. Jika memungkinkan hitung CD4

    8. Jika memungkinkan kadar virus

    Evaluasi ini membantu memutuskan kesesuaian ART pasien selama pengobatan dan

    digunakan untuk mengassess respon klinis dan biologis seperti monitoring reaksi

    samping dari obat.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    15/18

    TERAPI FIRST-LINE

    Treatmen infeksi HIV pada anak-anak harus mengikuti rekomendasi nasional. Jika tidak

    terdapat rekomendasi nasional, dapat dipertimbangkan pilihan first line berikut ini :

    - Usia < 3 tahun dan atau BB < 10 kgZidofudine/Lamivudine/Nevirapine

    - Usia > 3 tahun dan atau BB > 10 kgZidofudine/Lamivudine/Efavirens

    - Kegagalan profilaksis nevirapine Zidofudine/Lamivudine/Lopinavir dan

    ritonavir sebagai koformulasi

    Tabel 5 : Obat-obatan ARV pada anak-anak dalam praktek

    Obat Bentuk

    sediaan

    (formulasi)

    Dosis Efek samping Keterangan

    Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors (NRTIs)

    Zidovudine

    AZT,ZDV, atau

    Retrovir

    Suspensi 10

    mg/ml

    Capsul 100

    mg, 250 mg

    Tablet 150

    mg

    180 mg/m2 2 x sehari

    atau

    90-180 mg/m2 3 x sehari

    Dosis neonatus:

    2 mg/kgBB 4 x sehari

    Netropenia, anemia,

    nyeri kepala, myopati,

    asidosis laktat (jarang)

    Dapat diberik

    bersama

    makanan.

    Simpan di su

    kamar

    Lamivudin

    3TC

    Suspensi 10

    mg/ml

    Tablet 150

    mg

    4 mg/kg BB 2 x sehari

    Dosis neonatus:

    2 mg/kg BB 2 x sehari

    Nyeri kepala,

    abdominal pain, fatigue,

    pankreatitis, neuropati

    perifer, netropenia,

    LFT, asidosis laktat

    (jarang)

    Dapat diberik

    bersama

    makanan.

    Simpan di su

    kamar

    Stavudin

    D4T, Zerit

    Suspensi 1

    mg/ml

    Kapsul 20,

    30, 40 mg

    1 mg/kg BB 2 x sehari Nyeri kepala, Traktus

    GI, rash, neuropati

    perifer, LFT,

    pankreatitis, asidosis

    Dapat diberik

    bersama

    makanan.

    Simpan suspe

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    16/18

    laktat di kulkas

    Didanosine

    Ddl, videx

    Suspensi 10

    mg/ml

    Tablet 25, 50,

    100, 150 mg

    90-120 mg/m2 2 x sehari Diare, nyeri abdomen,

    mual, neuropati perifer,

    pankreatitis, asidosis

    laktat, LFT

    Diberikan s

    perut kosong

    Simpan suspe

    di dalam kulk

    Abacavir

    ABC, Ziagen

    Suspensi 20

    mg/ml

    Tablet 300

    mg

    8 mg/kg BB 2 x sehari Hipersensitivitas rash

    (5%), panas, malaise,

    mucositis, pankreatitis,

    asidosis laktat

    Dapat diberik

    bersama

    makanan.

    Simpan di su

    kamar

    Jangan diula

    lagi sete

    timbul

    hipersensitivit

    Non Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors (NRTIs)

    Nevirapine

    NVP, Viramune

    Suspensi 10

    mg/ml

    Tablet 200

    mg

    Mulai dengan dosis 120

    mg/m2 sekali sehari

    selama 14 hari

    Tingkatkan sampai dosis

    penuh (120-200 mg/m2)

    setiap 12 jam

    (maksimum 200 mg

    setiap 12 jam) jika tidak

    ada rash atau efek

    samping berat

    Rashes, Steven-Johnson

    Sindrom, LFT,

    hipersensitivitas dan

    hepatitis

    Dapat diberik

    bersama

    makanan.

    Simpan di su

    ruang

    Pantau toksis

    liver

    Efavirenz

    EFV, Stocrin

    Capsules 50

    mg, 200 mg

    Dosis tunggal :

    BB 10-15 kg : 200 mgBB 15-20 kg : 250 mg

    BB 20-25 kg : 300 mg

    BB 25-32,5 kg : 350 mg

    BB 32,5-40 kg : 400 mg

    BB > 40 kg : 600 mg

    Rash (sedang),

    somnolen, mimpi buruk, insomnia,

    confusion, halusinasi,

    euforia, amnesia,

    agitasi, pemikiran

    abnormal

    Dapat diberik

    bersamamakanan.

    Diberikan p

    malam hari.

    Simpan di su

    ruang

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    17/18

    Tidak ada d

    farmakokineti

    < 10 kg dan u

    < 3 tahun.

    Protease Inhibitors (Pis)Ritonavir

    RTV, Norvir

    Suspensi 80

    mg/ml

    Kapsul 100

    mg

    Dosis awal 250 mg/m2 2

    x sehari

    Ditingkatkan 50 mg/m2

    2 x sehari setiap interval

    2-3 hari sampai 400

    mg/m2 2 x sehari

    Intoleransi GI, nyeri

    kepala, Anoreksia,

    LFT, Lipid abnormal

    (jarang)

    Diberikan

    bersama

    makanan.

    Meningkat

    melalui

    pencampuran

    dengan su

    madu, es kr

    yogurt atau su

    coklat

    Simpan suspe

    di dalam kul

    atau di su

    ruangan sela

    2 bulan

    Nelfinavir

    NFV Vira-cept

    Suspensi 50

    mg/ 1 gram

    sendok

    makan

    Tablet 250

    mg

    Pediatrik: 55 mg/kg BB

    2 x sehari

    Dewasa : 750 mg 3 x

    sehari atau 1250 mg 2 x

    sehari

    Diare, muntah, rash :

    lipid abnormal,

    penyakit hati kronik

    atau eksaserbasi

    (jarang)

    Diberikan

    dengan

    makanan.

    Suspensi da

    dicampur

    dengan air, su

    puding, es kr

    formula

    Lopinavir/ritonavir

    LPV/ RTV, Kaletra

    Suspensi 80

    mg LPV dan

    20 mg RTV

    230 mg/m2 LPV/57,5

    mg/m2 RTV 2 x sehari

    dinaikkan max 400 mg

    Intoleransi GI, rash,

    nyeri kepala, lipid

    abnormal, hiperglikemi,

    Diberikan

    dengan

    makanan.

  • 8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya

    18/18

    per ml

    Kapsul 133,3

    mg LPV dan

    33,3 mg RTV

    LPV/ 100 mg RTV 2 x

    sehari

    pankreatitis (jarang) Makanan tin

    lemak

    meningkatkan

    absorbsi

    Simpan

    kulkas un

    suspensi a

    pada

    ruangan sela

    2 bulan

    Kombinasi Obat

    D4T/3 TC/NVP

    (Triomun)

    Tablet

    40/50/200 mg

    1 tablet 2 x sehari

    tergantung BB anak