terhadap kecemasan di mediasi oleh intoleransi ...eprints.umm.ac.id/37128/1/naskah.pdf · keywords:...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH INTERNAL LOCUS OF CONTROL
TERHADAP KECEMASAN DI MEDIASI OLEH INTOLERANSI
KETIDAKPASTIAN PADA PENGANGGURAN TERDIDIK
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Psikologi Profesi
Diajukan oleh:
Amelia Choirun Nisa’
NIM. 201510500211015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
ii
PENGARUH INTERNAL LOCUS OF CONTROL TERHADAP KECEMASAN
DI MEDIASI OLEH INTOLERANSI KETIDAKPASTIAN PADA
PENGANGGURAN TERDIDIK
Diajukan oleh:
AMELIA CHOIRUN NISA’ 201510500211015
Telah disetujui
Pada hari/ tanggal, 9 Januari 2018
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Dr. Latipun, M.Kes Prof. Madya Dr. Yohan Kurniawan
Direktur Ketua Program Studi Program Pascasarjana, Magister Psikologi Profesi,
Dr. Latipun, M.Kes Dr. Diah Karmiyati, M.Si., Psikolog
iii
TESIS Dipersiapkan dan disusun oleh:
AMELIA CHOIRUN NISA’
201510500211015
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada hari/tanggal, 9 Januari 2018
dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/ Profesi di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyaah Malang
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Latipun, M.Kes ________________ Sekretaris : Prof. Madya Dr. Yohan Kurniawan ________________ Penguji I : Dr. Nida Hasanati, M.Si ________________ Penguji II : Dr. Djudiyah, M.Si ________________
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : AMELIA CHOIRUN NISA’ Nim : 201510500211015 Program Studi : Magister Psikologi Profesi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis dengan judul PENGARUH INTERNAL LOCUS OF CONTROL
TERHADAP KECEMASAN DI MEDIASI OLEH INTOLERANSI KETIDAKPASTIAN PADA PENGANGGURAN TERDIDIK adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 19 Januari 2018 Yang menyatakan
Amelia Choirun Nisa’
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, karunia, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan tesis guna memenuhi persyaratan memperoleh derajat gelar strata dua, yang
berjudul “PENGARUH INTERNAL LOCUS OF CONTROL TERHADAP
KECEMASAN DI MEDIASI OLEH INTOLERANSI KETIDAKPASTIAN PADA
PENGANGGURAN TERDIDIK” meskipun dengan bentuk yang sederhana. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW telah menunjukan jalan
kebenaran yaitu Ad-Dinul Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Tesis ini, tidak akan
ada kelancaran tanpa bimbingan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Latipun, M.Kes selaku Direktur Program Pascasasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang sekaligus Dosen Pembimbing I. Terimakasih telah
mendampingi, memberikan arahan, membimbing dalam penulisan dari awal hingga
akhir, dan menjadikan penulisan menjadi lebih baik.
3. Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Prof. Madya Dr. Yohan Kurniawan selaku Dosen Pembimbing II. Terimakasih
karena telah memberikan arahan, membimbing dari jarak jauh, dan selalu
memberikan feedback yang luar biasa, menjadikan Tesis ini lebih baik.
5. Seluruh staf pengajar Magister Psikologi Profesi serta staf tata usaha Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang atas arahan dan kemudahan yang diberikan.
6. Seluruh subjek yang memberikan kontribusinya dalam Tesis ini.
7. Orang Tua yang sangat peduli, dan memberikan support tanpa batas.
8. Partner bertukar pikiran yang banyak membantu, Titi Fatiyyah, Safira Ainun
Zahrah, Gerdaning Tyas, Uni Yanni, dan teman-teman lainnya, semoga menjadi
amalan yang melancarkan segala urusan kalian.
9. Mas Aay, Mbak Fath, Mas Wahyu dan Hafshah sebagai kekuatan terbesar dalam
segera menyelesaikan studi ini.
vi
10. Semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, dan sumbangan
pemikiran dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang mulia dan keberkahan
atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan
penulisan Tesis ini.
Malang, 19 Januari 2018
Amelia Choirun Nisa’
vii
Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................................... v
Daftar Tabel ................................................................................................................. viii Daftar Gambar .............................................................................................................. ix
Abstrak ............................................................................................................................ x
Abstract .......................................................................................................................... xi Latar Belakang ............................................................................................................... 1
Tinjauan Pustaka ............................................................................................................ 5
Perspektif Islam tentang kecemasan ............................................................................. 5
Perspektif teori .............................................................................................................. 6
Internal locus of control dan kecemasan ...................................................................... 7
Internal locus of control dan intoleransi ketidakpastian ............................................... 8
Intoleransi ketidakpastian dan kecemasan .................................................................... 9
Metode Penelitian ......................................................................................................... 10
Desain penelitian ........................................................................................................ 10
Subjek penelitian ........................................................................................................ 11
Variabel dan instrumen penelitian .............................................................................. 11
Prosedur penelitian ..................................................................................................... 13
Analisa data ................................................................................................................ 13
Hasil Penelitian ............................................................................................................. 13
Deskripsi variabel penelitian ...................................................................................... 13
Uji hipotesis ................................................................................................................ 14
Pembahasan ................................................................................................................ 17
Simpulan dan Implikasi ............................................................................................... 20
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 21
Indeks ............................................................................................................................. 27
Lampiran ....................................................................................................................... 28
Lampiran 1. Instrumen Penelitian .............................................................................. 28
Lampiran 2. Validitas dan reliabilitas......................................................................... 34
Lampiran 3. Hasil output SPSS .................................................................................. 37
Lampiran 4. Hasil Uji Hayes ...................................................................................... 39
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi karakteristik subjek ................................................................... 11
Tabel 2. Deskripsi statistik antar variabel ............................................................... 14
Tabel 3. Hasil regresi koefisien beta (β) .................................................................. 15
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil hubungan langsung antar variabel independen thd dependen ...... 16
Gambar 2. Hasil hubungan tidak langsung .............................................................. 16
x
Pengaruh Internal Locus Of Control terhadap Kecemasan
di Mediasi oleh Intoleransi Ketidakpastian pada Pengangguran Terdidik
Amelia Choirun Nisa’ Magister Psikologi Profesi
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang [email protected]
Abstrak
Status menjadi pengangguran terdidik pada lulusan diploma/sarjana/pascasarjana bukanlah hal yang diinginkan, karena dapat menimbulkan kondisi tertentu pada psikologisnya, seperti kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung internal locus of control terhadap kecemasan melalui intoleransi ketidakpastian sebagai variabel mediasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah pengangguran terdidik berjumlah 198 orang yang diambil dengan menggunakan metode insidental sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala locus of control scale (LoC), intolerance of uncertainty scale (IUS), dan state-trait anxiety inventory for adults (STAI-AD). Metode analisis data menggunakan metode pengujian mediasi PROCESS Macro Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internal locus of control mempunyai pengaruh langsung terhadap kecemasan dan pengaruh tidak langsung terhadap kecemasan yang di mediasi oleh intoleransi ketidakpastian pada pengangguran terdidik (β = -0.17; R² = 0.06; z = -2.94; p = 0.00). Kata kunci: Kecemasan, internal locus of control, intoleransi ketidakpastian dan
pengangguran terdidik.
xi
The Influence of Internal Locus of Control Toward Anxiety Mediated by
Intolerance of Uncertainty among Well-Educated Unemployed Person
Amelia Choirun Nisa’ Master of Psychological Profession
Postgraduate Programme, University Muhammadiyah of Malang [email protected]
Abstract
The status of being well-educated unemployed person is not desirable, as it may give rise to certain psychological conditions, such as anxiety. The main objective of this study was to investigate the direct and indirect effect between internal locus of control with anxiety through intolerance of uncertainty as mediating variable. The research used quantitative study method. Data was gathered from 198 well-educated unemployed person which collected by insidental sampling method. This study use three instrument that are locus of control scale, intolerance of uncertainty scale (IUS) and state-trait anxiety inventory for adults (STAI-AD). Data were analysed by using PROCESS Macro Analysis mediation testing method. The result of this research showed that internal locus of control has a direct effect on anxiety and indirect effect on anxiety controlled by intolerance of uncertainty in well-educated unemployment (β = -0.17; R² = 0.06; z = -2.94; p = 0.00). Keywords: Anxiety, internal locus of control, intolerance of uncertainty and well educated unemployed person.
1
Latar Belakang
Kegagalan dalam melakukan apa yang harus dicapai mampu menyebabkan
gangguan psikologis, salah satunya adalah kecemasan. Tingkat kecemasan
seseorang dalam menghadapi permasalahan berbeda-beda, dapat dipandang dari
faktor kognisi, lingkungan serta kesempatan yang dapat diraih dalam menghadapi
permasalahannya. Kecemasan dipandang sebagai permasalahan yang dialami setiap
orang dalam menghadapi kondisi ketidakjelasan dalam hidupnya. Pengangguran
terdidik, yakni lulusan diploma atau sarjana atau pascasarjana memiliki tingkat
persaingan yang tinggi dalam mendapatkan suatu pekerjaan, terutama di instansi.
Karena adanya keterbatasan usia dalam melamar pekerjaan dan bertambahnya
lulusan-lulusan baru. Penyebab kecemasan pada pengangguran terdidik memang
berbeda-beda, namun tingkat persaingan yang semakin tinggi untuk mendapatkan
suatu pekerjaan atau kesempatan bekerja menjadi penyebab yang sering
dikemukakan. Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan situasi mengancam
atau membahayakan (Butler & Mathews, 1983). Sempitnya lapangan pekerjaan
menjadi salah satu hal yang dapat menimbulkan kecemasan, selain itu kegagalan
dalam tes ataupun wawancara kerja juga menjadi alasan yang membuat
pengangguran terdidik mengalami kecemasan.
Status sebagai pengangguran terdidik merupakan hal yang tidak diinginkan
setiap lulusan diploma atau sarjana atau pascasarjana yang telah menyelesaikan
studinya dengan baik, sehingga kondisi ini dapat menimbulkan kondisi tertentu
pada psikologisnya. Status sebagai pengangguran terdidik menjadikan salah satu
penyebab kecemasan yang muncul karena individu merasa hilangnya sebuah
kesempatan untuk mengembangkan diri melalui strata pendidikan yang telah ia
tempuh. Kecemasan tidak hanya berdampak pada psikologis, namun pada ekonomi
dan sosial pada pengangguran terdidik. Penderitaan batin, sosial dan psikologis
yang disebabkan oleh pengangguran menimbulkan kecemasan tersendiri pada
pelakunya.
Masa dewasa adalah masa yang ditandai dengan ketidakstabilan,
optimisme, kebebasan pribadi dan harapan tinggi (Arnett, 2003). Masa dewasa
digambarkan sebagai salah satu periode yang paling menegangkan karena tingkat
ketidakstabilan yang tinggi dan ketidakpastian (Kuwabara, Van Voorhees, Gollan
2
& Alexander, 2007). Pentingnya bagi orang dewasa untuk mencari pekerjaan
sebagai bentuk menjaga tingkat kesejahteraan diri yang tinggi (Konstam, Celen-
Demirtas, Tomek & Sweeney, 2015).
Lulusan diploma/sarjana atau yang disebut sebagai lulusan terdidik
memiliki permasalahan, salah satunya adalah tidak memperoleh pekerjaan.
Pekerjaan di Indonesia memang tidak mudah didapatkan, terlebih semakin tidak
selarasnya antara jumlah lulusan terdidik dengan lapangan pekerjaan yang ada.
Menurut badan pusat statistik, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Timur
pada Februari 2016 sebanyak 6,22%, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
5,81%, dan pada Agustus 2017 menurun menjadi 4,00% dengan jumlah total
pengangguran terdidik tingkat Akademi/Diploma sebanyak 249.705 orang dan total
pengangguran tingkat Universitas sebanyak 606.939 orang (BPS, 2017).
Angka pengangguran terdidik yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya pemilihan pekerjaan yang disesuaikan dengan keinginan
individu atau terlalu memilih pekerjaan. Individu yang idealis dalam memilih
pekerjaan, yang memandang jurusan pada saat di bangku kuliah merupakan standar
dalam memilih pekerjaan setelah lulus, memiliki peluang lebih kecil dibandingkan
dengan individu yang menerima pekerjaan apa saja tanpa memandang idealisme
hal tersebut. Lingkungan sosial menjadi salah satu penyebab lain dari munculnya
kecemasan pada pengangguran terdidik, disebabkan oleh peranan sosial yang ikut
campur sebelum seseorang mengambil keputusan, menjadi tekanan sendiri pada
seseorang (Kotler, 2003).
Kondisi yang marak ini dimungkinkan telah menimbulkan kecemasan
tersendiri pada individu yang belum mendapatkan pekerjaan. Kecemasan
merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak
spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan perasaan terancam
(Farruggia, Chen, Greenberger, Dmitrieva & Macek, 2004) serta ketidaknyamanan
pikiran yang berkaitan dengan ketakutan dalam menghadapi masa depan (Heinrichs
& Hofmann, 2001). Seseorang dalam menghadapi sebuah masalah secara ilmiah
menimbulkan reaksi seperti rasa takut, atau rasa gelisah. Stressor dari psikososial
dan pemikiran diri sendiri sebagai pengangguran terdidik yang terus menerus serta
3
tidak dapat di selesaikan, maka menjadi permasalahan baru yakni kecemasan
(Arnett, 2003).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya adalah peran
pusat kendali atau locus of control. Locus of control merupakan cara individu dalam
meyakinkan diri terhadap keberhasilan atau peristiwa yang dialaminya (Bjørkløf
et al., 2016; Lefcourt, 1981; Rotter, 1966). Locus of control juga dinilai sebagai
cara individu dalam bertanggungjawab atas peristiwa yang terjadi di dalam maupun
diluar kontrol dirinya (Bjørkløf et al., 2016). Individu yang mempercayai
keberhasilan atau peristiwa yang terjadi padanya berasal dari kontrol dirinya
sendiri, dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki penguatan kontrol
internal. Sedangkan jika individu meyakini bahwa pengaruh terhadap peristiwa dan
keberhasilan yang diraihnya berasal dari faktor yang berada di luar dirinya, dapat
dikatakan bahwa individu tersebut memiliki penguatan kontrol eksternal (Rotter,
1966).
Locus of control pada masing-masing individu memberikan kontribusi
terhadap kondisi kecemasan (Hodgson et al., 2016; McGee & McGee, 2016).
Pengaruh yang dimaksudkan adalah keyakinan yang dipercayai sebagai cara untuk
menghadapi peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Seseorang yang memiliki
internal locus of control memiliki kecemasan lebih rendah dan memiliki
kepercayaan diri dan harga diri yang tinggi (Rotter, 1966). Karena mereka
mengembangkan orientasi internalnya dengan ketrampilan, kerja keras dan tinjauan
terhadap masa depan dengan cara mereka sendiri, tanpa menunggu atau
dikendalikan orang lain (Rotter, 1966). Orang lain yang juga bagian dari
ketidakpastian, menjadi hal yang mampu menurunkan kepercayaan diri dan
meningkatkan kecemasan (McGee & McGee, 2016; Rotter, 1966).
Individu dengan internal locus of control dapat mengelola situasi stres
secara efektif dengan menggunakan strategi pemecahan masalah dari diri sendiri
(Grimes, Millea, & Woodruff, 2004) dan menunjukkan adanya kecemasan yang
rendah (Rastegar, Heidari & Razmi, 2013). Internal locus of control
menggambarkan kemampuan yang dapat dikembangkan dengan baik, karena
individu menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas pengalamannya serta dapat
memilih tanggapan serta pendapat mana yang mempengaruhi dirinya dan
4
kehidupannya (Rotter, 1966). Individu dengan internal locus of control yang tinggi
menunjukkan perbedaan dalam menghadapi masa depan yang belum pasti tanpa
mengalami kecemasan tertentu (Arslan, Dilmaç, & Hamarta, 2009; Chorpita &
Barlow, 1998; Grimes et al., 2004). Mereka selalu tahu pasti ada kemungkinan
untuk mempengaruhi keadaan diri sendiri, serta dapat berperilaku kapan saja dan
bertanggung jawab terhadap hal tersebut oleh dirinya sendiri.
Selain itu, kecemasan yang muncul pada diri seseorang juga
termanifestasikan oleh empat hal, yakni kognitif, motorik, somatik dan afektif (Sue,
Sue & Sue, 2006). Pada manifestasi kognitif, menurut Freeston, Rhèaume, Letarte,
Dugas, & Ladouceur (1994) terbagi menjadi empat hal, yang disebut sebagai empat
model kognitif pada kecemasan, yaitu intoleransi terhadap ketidakpastian,
penghindaran kognitif, keyakinan terhadap kekhawatiran, dan orientasi negatif
terhadap permasalahan. Intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan keyakinan
dari bias kognitif, mempengaruhi cara seseorang menerima, menginterpretasi dan
merespons situasi tidak pasti pada sudut kognitif, emosi dan perilaku (Dugas &
Robichaud, 2007; Dugas & Ladouceur, 2000). Individu dengan intoleransi
ketidakpastian yang tinggi dapat mengalami kesulitan dalam menerima diri,
menerima keadaan dan dapat membuat dirinya tidak sejahtera secara psikologis
(Behar, DiMarco, Hekler, Mohlman, & Staples, 2009). Intoleransi terhadap
ketidakpastian dinilai sebagai salah satu faktor yang sangat penting terhadap
kecemasan (Williams, 2013), dikarenakan setiap individu memiliki pengalaman
ketidakpastian, yang mana hal tersebut sering sulit untuk dikendalikan sehingga
mengantarkan pada kondisi mudah khawatir dan cemas hingga depresi (Mantzios,
Wilson, Linnell, & Morris, 2015). Hal ini terjadi karena respon perilaku dari
keyakinan negatif yang dimiliki, menimbulkan situasi yang bisa jadi tidak sesuai
dengan kondisi yang kita harapkan, menjadikan hal ini sebagai hal yang
menyebabkan stres (Behar, DiMarco, Hekler, Mohlman & Staples, 2009).
Intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan salah satu manifestasi kognitif yang
berhubungan dengan kecemasan (Dugas, Schwartz & Francis, 2004; Fourtounas &
Thomas, 2016; Fracalanza, Koerner, Deschênes & Dugas, 2014; Francis, Dugas &
Ricard, 2016; Tan et al., 2016).
5
Individu yang memiliki kecenderungan beraksi negatif terhadap peristiwa
yang tidak pasti memunculkan kecemasan (Behar et al., 2009; Dugas, Marchand &
Ladouceur, 2005; Dugas & Robichaud, 2007; Fergus, 2015; Gentes & Ruscio,
2011). Merujuk pada kondisi kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari situasi-
situasi yang tidak pasti (Thielsch, Andor & Ehring, 2015), sehingga individu yang
intoleran melihat banyak sumber bahaya dalam kehidupan mereka (Berenbaum,
Bredemeier & Thompson, 2008; Dugas et al., 2004). Hal ini menyebabkan
pengangguran terdidik yang belum mendapatkan pekerjaan mengalami intoleransi
terhadap ketidakpastian karir masa depannya. Status sebagai pengangguran terdidik
membawa pada kondisi kebutuhan finansial yang banyak, terutama pada
pengangguran terdidik yang memiliki telah memiliki keluarga. Namun pada mereka
yang belum memiliki keluarga, status pengangguran dianggap mencemaskan
dikarenakan merasa bahwa tanggungan orang tua yang semakin berat. Kesenjangan
terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Oglesby & Schmidt (2017), penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara munculnya
kecemasan pada individu yang dihadapkan situasi yang tidak pasti dengan
kecemasan yang menetap pada individu saat diberikan kondisi yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung internal locus of control terhadap kecemasan yang di mediasi intoleransi
ketidakpastian. Pengangguran terdidik meski tidak dituntut memiliki pekerjaan,
namun kondisi lingkungan sosial dan psikologisnya mengalami gejolak sebagai
lulusan diploma atau sarjana atau pascasarjana yang tidak bekerja disandangnya.
Gejolak-gejolak dari lingkungan sosial dan psikologisnya mampu menimbulkan
kecemasan tertentu dalam menjalani kehidupannya. Sehingga peran kendali diri
dirasa mempengaruhi hal-hal yang terjadi pada kehidupan selanjutnya.
Tinjauan Pustaka
Perspektif Islam tentang kecemasan
Menurut kitab ke tiga, “ Rubu’ ” dari kitab Ihya Ulumiddin, di katakan bahwa
harapan (ar-raja’) dan ketakutan (al-khauf) adalah dua sayap, yang dengan dua
sayap itu, orang-orang muqarrabin (golongan umat Islam yang hati dan
perasaannya hanya kepada Allah SWT) terbang ke setiap pangkat yang terpuji.
Harapan dan ketakutan juga diibaratkan sebagai dua pisau, yang menggandeng
6
jalan di akhirat pada setiap manusia, membantu memberikan jalan menuju surga
(Ghazali, 2003). Sifat-sifat hati manusia dalam kitab Ihya ulummiddin terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu, (a) bagian-bagian saat ini; dan (b) keadaan yang tidak tetap.
Sifat seseorang terhadap hal yang tidak tetap adalah takut (Ghazali, 2003).
Ketakutan termasuk pada penyakit hati yang jika tidak segera diobati menjadi
penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya pada diri seseorang.
Setiap manusia seharusnya tidak perlu merasakan kecemasan dengan hal-
hal yang datangnya tidak pasti dari Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT
memberikan cobaan maupun ujian sesuai dengan kadar kemampuan masing-
masing dari diri manusia. (QS.1:286). Allah SWT menjelaskan dalam QS.13:38
bahwa kecemasan yang diberikan kepada manusia adalah agar manusia selalu
bertaqwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diri seseorang menjadi
tentram dan Allah SWT memberikan balasan yang setimpal serta menggolongkan
mereka bersama orang-orang yang sabar.
Berdasarkan beberapa uraian perspektif Islam tentang perasaan kecemasan
yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah agar manusia lebih
mendekatkan diri kepada-Nya dan bukan menjadikannya sebagai pelarut
permasalahannya agar manusia tidak membahayakan diri dengan perasaan-
perasaan pada hal yang belum tentu terjadi pada kehidupannya.
Perspektif teori
Penelitian ini menggunakan perspektif perkembangan, yang mana perspektif ini
menjelaskan salah satu tugas individu pada masa dewasa adalah untuk bekerja,
sebagai sarana mencari nafkah dan juga memberikan status sosial (Papalia, Olds &
Feldman, 2012). Masa dewasa dikatakan sebagai masa adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya seperti, menikah, mencapai kemandirian, dan bekerja. Keadaan
tertentu yang membuat seseorang tidak bisa mencapai kemandirian dan bekerja
dapat menurunkan kualitas kesehatan mental serta kepuasan dalam hidupnya.
Individu yang menjadi pengangguran terdidik cenderung memiliki kekhawatiran
kondisi finansial masa depannya (Papalia et al., 2012).
Sudut pandang struktur kepribadian menurut Allport merujuk pada
komponen-komponen dasar karakteristik manusia. Proprium merupakan istilah
yang merujuk pada perilaku dan karakteristik manusia yang dianggap penting,
7
sentral dan hangat dalam kehidupannya (Feist & Feist, 2010). Sebagai pusat
kepribadian yang hangat, proprium meliputi aspek-aspek kehidupan yang dianggap
penting oleh seseorang dalam merasakan identitas dirinya dan peningkatan dirinya
(Allport, 1960). Proprium mencakup nilai-nilai seseorang, sebagaimana kesadaran
bersifat pribadi dan konsisten dengan keyakinan pribadi yang matang (Allport,
1960).
Melalui sudut pandang kognitif, kecemasan dinilai sebagai salah satu
ketidaknyamanan pikiran yang berkaitan dengan ketakutan untuk menghadapi masa
depan. Kecemasan yang dirasakan pengangguran terdidik secara umum adalah
sebuah proses berpikir individu yang dikaitkan dengan adanya kemungkinan yang
lebih besar terhadap stimulus negatif (Yook, Kim, Suh & Lee, 2010), yakni hal-hal
yang mungkin saja terjadi di akibatkan statusnya sebagai pengangguran terdidik.
Kondisi yang tidak diharapkan, yakni sebagai pengangguran terdidik juga membuat
mereka menginterpretasikan informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang
mengancam terhadap kehidupan mereka, dan mereka mempercayai bahwa kejadian
negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa mendatang bahkan
sebelum hal tersebut benar-benar terjadi (Bradley, Mogg, Millar & White, 1995;
Butler & Mathews, 1983; Heinrichs & Hofmann, 2001). Kecemasan merupakan
meningkatnya perhatian diri pada ancaman serta interpretasi pesimis dari kejadian
yang tidak pasti (Mathews & Mackintosh, 1998).
Internal locus of control dan kecemasan
Locus of control dinilai merupakan kendali individu terhadap keberhasilan diri dan
takdir hidupnya (Kreitner & Kinicki, 2005). Setiap individu memiliki locus of
control, namun terdapat kategori yang berbeda, yaitu internal locus of control dan
external locus of control. Setiap individu memiliki kecenderungan locus of control
tertentu dan locus of control pada individu dikatakan berbeda-beda tergantung pada
situasi yang dihadapi. Mereka yang berorientasi pada internal locus of control
memahami bahwa penguatan atau sebuah hasil merupakan kesempatan, dan
dikendalikan oleh dirinya sendiri atau karakteristik pribadi (Rotter, 1966).
Individu yang memiliki internal locus of control meyakini bahwa dirinya
lah yang menentukan nasib atau hal-hal yang terjadi pada kehidupannya (Rotter,
1966). Mereka memandang bahwa kehidupan ini mampu diramalkan dan perilaku
8
individu turut berperan di dalamnya (Kreitner & Kinicki, 2005). Sedangkan
individu dengan external locus of control meyakini bahwa kehidupan ini tidak dapat
diramalkan, dan menggantungkan kehidupannya pada orang lain serta memilih
situasi yang menguntungkan (Kreitner & Kinicki, 2005; Maltby, Day & Macaskill,
2007).
Individu yang memandang bahwa kehidupannya ditentukan oleh
perilakunya sendiri lebih percaya diri dan lebih gigih dalam menghadapi
kehidupannya dan cenderung lebih berpikir optimis mampu berusaha keras, penuh
kekuatan dan tidak mudah ketergantungan pada orang lain dalam menentukan
setiap langkah yang diambilnya (Tan et al., 2016). Beberapa jurnal yang
menyebutkan bahwa locus of control memiliki hubungan signifikan dengan
kecemasan pada seseorang (Hodgson et al., 2016; McGee & McGee, 2016), yakni
kecemasan karena ketidakpastian yang terjadi di kehidupan mendatang dapat di
reduksi dengan cara meyakinkan diri bahwa takdir berasal dari kendali diri sendiri.
Internal locus of control dan intoleransi ketidakpastian
Locus of control yang dimiliki setiap individu memang berbeda-beda, dan setiap
orang memiliki kecenderungan terhadap salah satu diantaranya. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa dengan memiliki internal locus of control yang
tinggi, maka kecemasan pada seseorang rendah. Tan et al., (2016) Proses kognitif
yang dibangun dalam intoleransi ketidakpastian berdampak secara langsung dengan
cara pengambilan keputusan seseorang, sehingga sebelum mencapai titik
kecemasan dan menyebabkan keputusan atau perilaku seseorang berubah, proses
kognitif menjadi salah satu hal yang mempengaruhi. Sebagai salah satu manifestasi
kognitif dari kecemasan, intoleransi terhadap ketidakpastian diartikan sebagai
reaksi negatif pada tingkat emosional kognitif dan perilaku terhadap peristiwa-
peristiwa yang tidak pasti (Dugas & Ladouceur, 2000) maka dapat dikatakan bahwa
keadaan tersebut cukup membuktikan hubungan langsung dengan locus of control.
Rotter (1966) memfokuskan dimensi pada internal-external locus of control
sebagai strategi pencapaian tujuan tanpa memperhatikan asal tujuan tersebut.
Individu dengan internal locus of control yang tinggi memandang dunia sebagai
suatu hal yang dapat diramalkan olehnya, mereka belajar melalui pengalamannya
dan menganggapnya sebagai metode dan menganggap ia turut berperan di
9
dalamnya (Kreitner & Kinicki, 2005). Berkebalikan dengan konsep dasar
pemahaman tentang intoleransi ketidakpastian, individu dengan intoleransi yang
tinggi, berarti individu tersebut tidak mampu menerima dengan baik hal-hal yang
tidak pasti dalam kehidupannya. Sedangkan setiap kehidupan sehari-hari selalu
melibatkan hal yang tidak pasti (Thielsch et al., 2015), sehingga individu yang
intoleran melihat banyak sumber bahaya dalam kehidupan mereka (Berenbaum et
al., 2008; Dugas et al., 2004).
Intoleransi ketidakpastian dan kecemasan
Intoleransi terhadap ketidakpastian (intolerance of uncertainty) merupakan
kecenderungan bereaksi negatif secara emosional, kognitif dan perilaku untuk
situasi dan peristiwa yang tidak pasti (Dugas et al., 2005) Intoleransi terhadap
ketidakpastian adalah ciri utama yang mengacu pada karakteristik diposisional yang
dihasilkan dari satu set keyakinan negatif tentang ketidakpastian dan implikasinya
(Dugas et al., 2007; Dugas & Robichaud, 2007). Orang dengan sikap intoleran
terhadap ketidakpastian merasa sangat jengkel dan stres, serta merasa bahwa tidak
adil jika ia tidak mengetahui mengenai masa depan dirinya (Dugas et al., 2007).
Banyak penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang intoleransi
terhadap ketidakpastian sebagai salah satu komponen pada gangguan kecemasan
menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder). Penelitian-penelitian tersebut
menyebutkan bahwa intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan salah satu
komponen dari bias kognitif bagi kecemasan individu, yang berhubungan juga
dengan kondisi klinis seseorang, seperti depresi, obsessive-compulsive, dan
gangguan panik (Behar et al., 2009; Berenbaum et al., 2008; Dugas et al., 2007;
Gentes & Ruscio, 2011).
Intoleransi ketidakpastian digunakan untuk menjelaskan kecemasan pada
tataran kognitif dan behavioral. Intoleransi ketidakpastian secara signifikan dan
secara langsung berhubungan dengan kecemasan (Boelen & Reijntjes, 2009;
Boelen, Reijntjes, & Carleton, 2014; Fergus, 2015; Tan et al., 2016). Intoleransi
ketidakpastian dikatakan sebagai prediktor untuk kecemasan (Khawaja & Yu,
2010). Dugas & Ladouceur (2000) mengklaim bahwa intoleransi ketidakpastian
sebagai reaksi negatif terhadap kejadian yang tidak pasti menimbulkan kecemasan
jika dirasa berlebihan pada diri seseorang.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Boelen & Reijntjes (2009) tentang
intoleransi ketidakpastian yang dikaitkan dengan kecemasan sosial menyebutkan
bahwa intoleransi ketidakpastian secara total memberikan pengaruh sebesar 17%
dalam kondisi kecemasan sosial seseorang. Kecemasan sosial yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah fear negative evaluation (Weeks et al., 2005), anxiety
sensitivity (Fergus, 2015), self-esteem yang rendah (Kocovski & Endler, 2000), dan
beberapa komponen perfeksionisme. Intoleransi ketidakpastian berkorelasi secara
langsung dengan semua komponen kecemasan sosial ini, dan yang paling besar
kontribusinya adalah komponen perfeksionisme melalui neurotik yakni 38.1%.
Intoleransi ketidakpastian sebagai tataran kognitif dan perilaku berdampak secara
langsung pada kecemasan dan menyebabkan perilaku seseorang menjadi berubah
(Tan et al., 2016).
Berdasarkan penjelasan dari tinjauan pustaka maka dapat dibuat hipotesa
sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh langsung internal locus of control terhadap kecemasan
H2 : Terdapat pengaruh internal locus of control terhadap intoleransi
ketidakpastian.
H3 : Terdapat pengaruh intoleransi ketidakpastian terhadap kecemasan
dikendalikan oleh internal locus of control.
H4 : Terdapat pengaruh internal locus of control terhadap kecemasan
dikendalikan oleh intoleransi ketidakpastian.
Metode Penelitian
Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang analisanya menggunakan
data-data numerikal (angka) dan diolah menggunakan data metode statistika
(Azwar, 2013). Desain ini bertujuan untuk mendeteksi variasi-variasi pada suatu
faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada faktor lain berdasarkan koefisien
korelasi (Bungin, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
pada variabel-variabel secara ilmiah dan melakukan prediksi serta menjelaskan
hasil analisis statistik pada pembahasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh variabel internal locus of control terhadap kecemasan
pengangguran terdidik yang di mediasi oleh intoleransi terhadap ketidakpastian.
11
Subjek penelitian
Subjek pada penelitian ini merupakan lulusan terdidik yang belum mendapatkan
pekerjaan atau tidak sedang bekerja. Teknik pengambilan subjek penelitian yang
digunakan adalah insidental sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian
kriteria yang ditetapkan sebelumnya dan ditemui oleh peneliti di lapangan
(Darmawan, 2013; Winarsunu, 2009). Teknik ini digunakan karena subjek yang
diteliti tidak berada di satu tempat dan tersebar di Kota Malang, sehingga siapapun
individu yang menepati kriteria menjadi subjek penelitian dapat dijadikan sampel
penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini di dominasi oleh perempuan. Deskripsi
karakteristik subjek penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi karakteristik subjek (N=198)
Frekuensi Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 54 27,3% Perempuan 144 72,7% Usia 20 – 30 tahun 187 94,4% 31 – 41 tahun 11 5,5% Riwayat Bekerja Pernah Bekerja 122 61,6% Tidak Pernah Bekerja 76 38,4% Pendidikan Terakhir Diploma 29 14,6% S1 166 83,8% S2 3 1,5%
Variabel dan instrumen penelitian
Variabel prediktor dalam penelitian ini adalah Internal locus of control. Pada
penelitian ini menggunakan locus of control scale versi pengembangan dari Rotter
internal-external locus of control scale oleh Pettijohn, Pettijohn & Sacco (2005).
Locus of control scale oleh Pettijohn et al., (2005) ini dikembangkan dengan tes
benar atau salah sebanyak 20 item berdasarkan konsep asli Rotter (1966). Item pada
skala ini dinilai 0 atau 5, jadi nilai tes bisa berkisar dari 0 atau sama dengan locus
of control eksternal yang sangat kuat sampai dengan 100 yaitu locus of control
internal sangat kuat. Salah satu pernyataan pada skala ini adalah “saya selalu
mendapatkan apa yang saya inginkan dalam hidup saya” atau “kesuksesan yang
saya peroleh sebagian besar merupakan kebetulan”. Koefisien reliabilitas Alpha
12
Cronbach pada skala ini sangat baik, yakni ɑ = 0.92. Berdasarkan hasil try out pada
penelitian ini, locus of control scale memiliki indeks reliabilitas ɑ = 0.77.
Intoleransi terhadap ketidakpastian (intolerance of uncertainty) sebagai
variabel mediasi diukur menggunakan Intolerance of uncertainty scale yang
dirancang untuk mengukur intoleransi individu terhadap ketidakpastian, terutama
gagasan bahwa ketidakpastian tidak dapat diterima, mencerminkan perilaku buruk
seseorang, menyebabkan frustrasi dan stres, dan mengarah pada ketidakmampuan
untuk mengambil tindakan (Freeston et al., 1994). Skala ini berisi 27 item
pernyataan (misalnya, “ketidakpastian membuat saya tidak nyaman, cemas atau
stres” atau “sebuah peristiwa kecil yang tak terduga dapat merusak semua
perencanaan terbaik saya”) dengan model pemberian skor skala likert, dari 1 (sama
sekali bukan karakteristik saya) hingga 5 (seluruhnya karakteristik saya). Skala
intoleransi terhadap ketidakpastian ini awalnya berbahasa perancis, dan telah
ditukar dalam bahasa inggris yang sudah dievaluasi dengan periode test-retest
selama lima minggu (Buhr & Dugas, 2002; Sexton & Dugas, 2009) dengan
konsistensi internal yang sangat baik (ɑ = 0.94), dan 𝑟 = 0.78 − 0.92. Berdasarkan
hasil try out pada penelitian ini, intoleransi ketidakpastian memiliki indeks
reliabilitas ɑ = 0.92.
Pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan state-trait anxiety
inventory for adults (STAI-AD) yang dirancang oleh Spielberger, Gorsuch,
Lushene, Vagg & Jacobs (1983). Terdapat dua form dalam kuisioner ini, yakni form
Y-1 dan form Y-2. Setiap form masing-masing memiliki 20 item pernyataan untuk
menilai kecemasan state (menetap/perasaan yang saat ini dirasakan) dan trait
(karakter bawaan/perasaan secara umum). Item kecemasan state seperti: “saya
tegang; saya khawatir; saya merasa rileks; saya merasa puas”. Sedangkan item
kecemasan trait “saya merasa senang; saya merasa bergantung; saya kurang
percaya diri; saya merasa kekurangan; ada beberapa pikiran sepele di kepala saya
dan itu mengganggu saya; saya menerima kekecewaan terlalu berat sehingga sulit
saya lupakan”. Item pada STAI-AD dinilai dalam skala likert dengan empat pilihan
jawaban dari “hampir tidak pernah” sampai dengan “hampir selalu”. Skor yang
lebih tinggi menunjukkan kecemasan yang lebih besar. Koefisien konsistensi
internal untuk skala ini berkisar antara ɑ = 0.86 sampai dengan 0.95 (Spielberger,
13
Gorsuch, Lushene, Vagg & Jacobs 1983). Berdasarkan hasil try out pada penelitian
ini, kecemasan memiliki indeks reliabilitas ɑ = 0.90.
Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tiga tahapan, pertama adalah tahapan persiapan,
tahapan pengambilan data, dan tahapan pengolahan data. Tahap persiapan
penelitian dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang di teliti,
meninjau teori yang sesuai dan memberikan penjelasan yang tepat mengenai
variabel-variabel yang di teliti, setelah itu menentukan dan menyiapkan alat ukur
yang digunakan.
Tahap pengambilan data dilakukan di berbagai tempat yang sesuai dengan
kriteria sampel pada penelitian ini, yakni beberapa tempat job fair di di Kota
Malang untuk mendapatkan sampel yang sesuai. Setelah dalam kurun waktu dua
bulan menyebarkan kuisioner, terdapat 198 responden yang sesuai dengan kriteria
sampel. Tahap pengolahan data diawali dengan mengeliminasi responden yang
tidak sesuai dengan kriteria, lalu dilakukan analisa data terhadap data-data dari
responden yang terkumpul.
Analisa data
Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengujian
mediasi PROCESS Macro Analysis pada program SPSS v.22 for windows (Hayes,
2013; Preacher & Hayes, 2004). Teknik ini menguji variabel intoleransi
ketidakpastian dalam memediasi pengaruhnya pada hubungan antara internal locus
of control terhadap kecemasan.
Hasil Penelitian
Deskripsi variabel penelitian
Hasil uji statistik menunjukkan nilai mean, standart deviasi, dan interkorelasi pada
masing-masing variabel. Pada ketiga variabel diperoleh hasil, yakni terdapat
signifikansi antara variabel internal locus of control dengan kecemasan dan internal
locus of control pada intoleransi ketidakpastian dengan korelasi negatif. Responden
menjawab pada variabel locus of control rata-rata internal locus of control yang
tinggi (M = 3.74, SD = 0.55). Variabel intoleransi ketidakpastian rata-rata memiliki
intoleransi terhadap ketidakpastian yang sedang (M = 2.65, SD = 0.67) dan pada
14
variabel kecemasan rata-rata memiliki kecemasan yang sedang (M = 2.3, SD =
0.42). Hasil uji interkorelasi menunjukkan hubungan negatif pada internal locus of
control terhadap intoleransi ketidakpastian (r = -0.23, p = 0.001), hubungan positif
pada intoleransi ketidakpasian terhadap kecemasan (r = 0.49, p = 0.00), dan
hubungan negatif pada internal locus of control terhadap kecemasan (r = -0.33; p =
0.00).
Tabel 2. Deskripsi statistik antar variabel
Variabel Mean SD 1 2 3 Internal locus of control 3.74 0.55 1 -0.23** -0.33** Intoleransi terhadap ketidakpastian 2.65 0.67 1 0.49**
Kecemasan 2.3 0.42 1 Keterangan : N = 198; **p<0.001
Uji hipotesis
Hipotesa 1, terdapat pengaruh internal locus of control terhadap kecemasan.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh data bahwa internal locus of control dengan
kecemasan adalah signifikan dan menunjukkan pengaruh berbentuk negatif
terhadap kecemasan (β= -0.25; p= 0.00). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi internal locus of control pada pengangguran terdidik maka semakin rendah
kecemasan yang ia miliki terhadap kondisinya sebagai pengangguran terdidik. Nilai
R² = 0.11 menunjukkan bahwa internal locus of control memberikan kontribusi
sebagian kecil dari varian kecemasan yaitu 11%.
Hipotesa 2, terdapat pengaruh internal locus of control terhadap intoleransi
ketidakpastian. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh signifkan dan
pengaruhnya berbentuk negatif antara internal locus of control dengan intoleransi
ketidakpastian (β= -0.28; p= 0.00). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
internal locus of control pada pengangguran terdidik maka sikap intoleransi
terhadap ketidakpastian semakin rendah.
Hipotesa 3, terdapat pengaruh intoleransi ketidakpastian terhadap
kecemasan yang dikendalikan oleh internal locus of control. Berdasarkan hasil
analisis data didapati bahwa terdapat signifikan dan pengaruh positif pada
intoleransi ketidakpastian dengan kecemasan yang dikendalikan oleh internal locus
of control (β= 0.27; p= 0.00). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
15
sikap intoleran pengangguran terdidik terhadap ketidakpastian maka semakin tinggi
pula kecemasannya.
Hipotesa 4, terdapat pengaruh internal locus of control terhadap kecemasan
yang dikendalikan oleh intoleransi terhadap ketidakpastian. Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan data yang signifikan dan memiliki hubungan negatif
pada internal locus of control terhadap kecemasan yang dikendalikan oleh
intoleransi ketidakpastian (β= -0.17; p= 0.00). Berdasarkan nilai koefisien yang
negatif dan signifikan menunjukkan bahwa semakin tinggi internal locus of control
pengangguran terdidik, maka semakin toleran dirinya terhadap ketidakpastian dan
semakin menurun pula kecemasannya. Nilai R²=0.29 menunjukkan bahwa internal
locus of control dapat menjelaskan varian kecemasan setelah dikendalikan oleh
intoleransi ketidakpastian sebesar 29%.
Nilai uji sobel (z) atau uji pengaruh tidak langsung pada penelitian ini -2.94
< 1.96 dengan tingkat signifikansi p = 0.00 < 0.05, maka membuktikan bahwa
intoleransi ketidakpastian mampu memberikan pengaruh mediasi hubungan antara
internal locus of control terhadap kecemasan pengangguran terdidik sebesar 8%.
Tabel 3. Hasil regresi koefisien beta (β)
Pengaruh β T p R² ILoC kecemasan -0.25 -4.88 0.00 0.11
ILoC IU -0.28 -3.26 0.00 0.05 IU kecemasan 0.27 7.13 0.00 0.29
ILoC IU kecemasan -0.17 -3.71 0.00 0.06 Note: ILoC = internal locus of control; IU = intoleransi ketidakpastian
Berdasarkan hasil uji analisa data didapatkan pengaruh langsung internal
locus of control terhadap kecemasan melalui intoleransi ketidakpastian sebagai
mediasi sebesar β= -0.08 (hasil perkalian jalur ab). Selain itu, dari hasil uji sobel (z)
menunjukkan terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan dari internal locus
of control terhadap kecemasan melalui intoleransi ketidakpastian sebagai variabel
mediasi dengan taraf signifikansi 0.05 (β= -0.08; z= -2.94 < 1.96; p=0.00).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terdapat pengaruh
langsung internal locus of control terhadap kecemasan yakni β = -0.25; p=0,00,
setelah intoleransi ketidakpastian dijadikan variabel mediasi, terjadi peningkatan
β= -0.17; p=0.00, hal ini menunjukkan bahwa intoleransi ketidakpastian mampu
memediasi hubungan antara internal locus of control terhadap kecemasan.
16
Pengaruh yang diberikan adalah mediasi parsial, yakni terjadinya peningkatan nilai
serta koefisien c1 yang signifikan secara statistik dan memiliki pengaruh langsung
terhadap nilai melalui variabel mediasi, namun hasilnya tidak sama dengan nol
(c1≠0).
Nilai koefisien pada masing-masing jalur dapat dilihat secara jelas pada
gambar 3 & 4 di bawah ini :
Gambar 1. Hasil hubungan langsung antara variabel independen terhadap
dependen
Gambar 1 merupakan hubungan secara langsung antara variabel internal locus of
control dengan kecemasan. Hubungan langsung ini tanpa dikendalikan oleh
variabel mediasi, sehingga terdapat hasil korelasi beta sebesar -0.25 yang
menunjukkan arah hubungan negatif, yakni semakin tinggi internal locus of control
pengangguran terdidik maka semakin rendah kecemasan yang ia miliki.
Gambar 2. Hasil hubungan tidak langsung
Uji model mediasi memiliki empat hipotesa: (1) variabel X yaitu internal
locus of control terhadap Y yaitu kecemasan (jalur c) yang berkorelasi secara
langsung dan signifikan; (2) variabel X yaitu internal locus of control tehadap M
yaitu intoleransi ketidakpastian (jalur a) berkorelasi secara signifikan; (3) variabel
M yaitu intoleransi ketidakpastian dengan Y yaitu kecemasan (jalur c’) lebih kecil
daripada hubungan total antara X (internal locus of control) dengan Y (kecemasan)
atau jalur c (Preacher & Hayes, 2004). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Internal locus of control Kecemasan
β = -0.25 ; p = 0.00
β = -0.28 ; p = 0.00 β = 0.27 ; p = 0.00
Internal locus of control Kecemasan
β = -0.17 ; p = 0.00
Intoleransi terhadap ketidakpastian
c1
b
a
c
17
terdapat efek mediasi parsial dari intoleransi ketidakpastian terhadap hubungan
antara internal locus of control dengan kecemasan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang
signifikan internal locus of control terhadap kecemasan, internal locus of control
terhadap intoleransi ketidakpastian dan internal locus of control terhadap
kecemasan yang di kendalikan oleh intoleransi ketidakpastian. Sedangkan
pengaruh positif yang signifikan antara intoleransi ketidakpastian terhadap
kecemasan adalah signifikan.
Pembahasan
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa internal locus of
control dapat memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kecemasan pada
pengangguran terdidik sebelum maupun sesudah di mediasi dengan intoleransi
ketidakpastian. Selain itu, Internal locus of control memiliki hubungan yang negatif
dengan kecemasan, hal ini menunjukkan apabila pengangguran terdidik memiliki
internal locus of control yang tinggi, maka tingkat kecemasan menjadi rendah. Hal
ini terjadi karena ia memiliki kontrol terhadap hal-hal yang akan terjadi pada
kehidupannya.
Seseorang yang memiliki internal locus of control yang tinggi menunjukkan
bahwa ia memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam menghadapi masa depan
yang tidak pasti, terutama jika individu tersebut terbiasa bertoleransi terhadap
ketidakpastian dalam hidupnya. Keyakinan diri yang kuat dan kontrol yang tinggi
menurunkan tingkat kecemasan pada seseorang (Sharif, 2017). Proses kognitif dari
keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri dibangun melalui reaksi
intoleran terhadap ketidakpastian, hal ini menyebabkan perubahan perilaku serta
kecemasan pada dirinya (Tan et al., 2016). Sumbangan efektivitas internal locus of
control terhadap kecemasan pada penelitian ini sebesar 11%, yang artinya masih
terdapat variabel-variabel lain yang mungkin memiliki kontribusi lebih besar
terhadap kecemasan pengangguran terdidik.
Hasil penelitian juga menunjukkan internal locus of control memiliki
hubungan negatif dengan intoleransi ketidakpastian. Pengangguran terdidik yang
memiliki internal locus of control yang tinggi bertoleransi dengan ketidakpastian
dalam hidupnya. Internal locus of control yang tinggi memandang bahwa
18
kehidupan dapat diramalkan, dan perilaku berperan dalam menurunkannya
(Kreitner & Kinicki, 2005), disebut juga memiliki intoleransi ketidakpastian yang
rendah, yang berarti mereka menjadi toleransi terhadap ketidakpastian yang terjadi
dalam kehidupannya. Hasil penelitian ini di dukung oleh pernyataan Rotter (1966)
mengenai dimensi terhadap internal locus of control yakni dunia dipandang sebagai
hal yang mampu diramalkan sehingga menunjukkan hubungan yang negatif dengan
konsep dasar intoleransi ketidakpastian, dimana individu tidak mampu menerima
dan toleransi terhadap ketidakpastian atau hal-hal yang belum terjadi pada
kehidupannya. Individu sebagai makhluk yang selalu belajar, dikatakan mampu
mengontrol kehidupannya melalui gagasan baru yang di wujudkan setelah
mendapatkan pengalaman sensoris. Kegagalan atau peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya menjadi sebuah metode baru untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang
belum terjadi di masa mendatang (Feist & Feist, 2010). Sumbangan efektivitas
internal locus of control terhadap intoleransi ketidakpastian pada penelitian ini
sebesar 5%, yang artinya masih terdapat banyak variabel-variabel lain yang
mungkin memiliki kontribusi lebih besar pada intoleransi ketidakpastian
pengangguran terdidik.
Penelitian ini juga mendapati bahwa intoleransi ketidakpastian memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan kecemasan, yang berarti bahwa
semakin tinggi intoleransi pengangguran terdidik terhadap ketidakpastian dalam
kehidupannya, maka semakin tinggi pula kecemasannya. Individu dengan
intoleransi ketidakpastian yang tinggi bereaksi negatif terhadap ketidakpastian, hal
ini disebabkan karena mereka mempercayai bahwa mereka tidak dapat mengatasi
situasi yang ambigu, dan mempertimbangkan ketidakpastian sebagai ancaman
(Carleton, Norton & Asmundson, 2007; Jensen, Kind, Morrison & Heimberg, 2014;
Luhmann, Ishida & Hajcak, 2011). Secara historis, intoleransi ketidakpastian
memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan kecemasan menyeluruh
(GAD) dan worry (Dugas et al., 2004). Namun penelitian yang terbaru
menyebutkan bahwa intoleransi ketidakpastian memiliki hubungan yang kuat dan
signifikan dengan berbagai kondisi kecemasan (Boelen & Reijntjes, 2009). Secara
khusus, intoleransi ketidakpastian meningkatkan persepsi terhadap ancaman dalam
situasi yang tidak pasti, dan juga mengakibatkan adanya peningkatkan
19
penghindaran kognitif dan/atau perilaku dalam menanggapi situasi yang tidak pasti
(Carleton et al., 2012). Persepsi ancaman yang meningkat berperan dalam kondisi
yang berhubungan langsung dengan kecemasan (Beck, 1976; Carleton et al., 2012).
Sumbangan efektivitas intoleransi ketidakpastian terhadap kecemasan pada
penelitian ini adalah sebesar 29%, yang artinya masih terdapat variabel-variabel
lain yang mungkin memiliki kontribusi lebih besar pada kecemasan pengangguran
terdidik.
Data penelitian ini juga menunjukkan terdapat pengaruh intoleransi
ketidakpastian yang memediasi hubungan internal locus of control terhadap
kecemasan. Penelitian ini mengungkap bahwa dengan hadirnya intoleransi
ketidakpastian, meningkatkan hubungan negatif antara internal locus of control
dengan kecemasan pada pengangguran terdidik. Keadaan ini bermakna bahwa
seseorang yang secara kognitif mampu mengendalikan sikapnya terhadap hal-hal
ketidakpastian dalam hidupnya, maka internal locus of control sebagai keyakinan
pada diri menurunkan tingkat kecemasan pada tataran kehidupannya. Reuman,
Jacoby, Fabricant, Herring & Abramowitz (2015) menyebutkan bahwa seseorang
yang tidak terbiasa bertoleransi terhadap hal-hal yang tidak pasti, menimbulkan
situasi yang mengancam kepada dirinya dan situasi tersebut mengakibatkan
tingginya kecemasannya. Secara eksplisit sikap individu dengan intoleransi
ketidakpastian yang tinggi menentukan ancaman secara langsung dalam
kehidupannya (Oglesby & Schmidt, 2017).
Sumbangan efektivitas intoleransi ketidakpastian sebagai mediasi dari
hubungan internal locus of control terhadap kecemasan pada penelitian ini adalah
sebesar 6%, hal ini menunjukkan bahwa intoleransi ketidakpastian memberikan
sumbangsih secara langsung pada hubungan internal locus of control terhadap
kecemasan. Sumbangsih 6% ini membuktikan bahwa terdapat hubungan secara
langsung maupun tidak langsung pada variabel internal locus of control dengan
kecemasan.
Berdasarkan kajian dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
internal locus of control terhadap kecemasan menunjukkan bahwa individu dengan
internal locus of control yang tinggi memiliki kontrol yang kuat terhadap peristiwa
dalam hidupnya tahap kecemasannya juga rendah. Secara jelas juga dibuktikan
20
dengan penelitian ini bahwa terdapat pengaruh langsung internal locus of control
terhadap kecemasan menjadi rendah jika menghadirkan intoleransi ketidakpastian,
yang menunjukkan bahwa sikap toleransi terhadap ketidakpastian menguatkan
menurunnya kecemasan pada seseorang yang memiliki internal locus of control
yang tinggi.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah variasi yang ada pada responden
penelitian, dengan keberagaman latar belakang pengangguran terdidik
menyebabkan hasil dari penelitian ini rata-rata menunjukkan kecemasan yang
sedang. Sehingga pada penelitian berikutnya pentingnya mendeskripsikan dengan
jelas keberagaman latar belakang pengangguran terdidik.
Simpulan dan Implikasi
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah
negatif antara internal locus of control dengan kecemasan dan intoleransi
ketidakpastian juga mampu meningkatkan hubungan negatif internal locus of
control terhadap kecemasan pada pengangguran terdidik. Kecemasan bukan
menjadi masalah utama individu pengangguran terdidik, hal ini disebabkan terdapat
faktor-faktor lain yang menjadi concern utama pengangguran terdidik.
Status lulusan diploma atau sarjana atau pascasarjana bukanlah hal yang
mencemaskan kehidupan secara keseluruhan. Bagi setiap individu ataupun terapis
yang ingin menurunkan tingkat kecemasan pada seseorang, pentingnya
memberikan arahan mengenai sudut pandang kognitif dan belajar orang tersebut.
Penting pula menanamkan pemahaman bahwa setiap peristiwa yang belum terjadi
di masa depan, tidak perlu terlalu di khawatirkan. Pentingnya berperilaku maksimal
dan terbaik untuk masa kini membawakan kesuksesan pada masa depan.
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yaitu memberikan variabel
prediktor yang berbeda serta membangun perspektif yang berbeda terhadap subjek
dalam penelitian ini, misalnya perspektif kognitif lain seperti penghindaran
kognitif, keyakinan negatif terhadap kekhawatiran (negative belief about worry),
atau orientasi negatif terhadap permasalahan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan
dapat menjelaskan dengan rinci latar belakang responden penelitian, menambahkan
subjek serta analisa yang berbeda agar hasilnya lebih beragam dan dapat
digeneralisasikan.
21
Daftar Pustaka
Allport, G. W. (1960). Personality and social encounter. Boston: Boston Press.
Arnett, J. J. (2003). Conceptions of the transition to adulthood among emerging adults in American ethnic groups. New Directions for Child and Adolescent Development, 63–76. https://doi.org/10.1002/cd.75
Arslan, C., Dilmaç, B., & Hamarta, E. (2009). Coping with stress and trait anxiety in terms of locus of control: A study with Turkish university students. Social Behavior and Personality: An International Journal, 37(6), 791–800. https://doi.org/10.2224/sbp.2009.37.6.791
Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Beck, A. (1976). Cognitive therapy and the emotional disorders. Oxford: International Universities Press.
Behar, E., DiMarco, I. D., Hekler, E. B., Mohlman, J., & Staples, A. M. (2009). Current theoretical models of generalized anxiety disorder (GAD): Conceptual review and treatment implications. Journal of Anxiety Disorders, 23(8), 1011–1023. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2009.07.006
Berenbaum, H., Bredemeier, K., & Thompson, R. J. (2008). Intolerance of uncertainty: Exploring its dimensionality and associations with need for cognitive closure, psychopathology, and personality. Journal of Anxiety Disorders, 22(1), 117–125. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2007.01.004
Bjørkløf, G. H., Engedal, K., Selbæk, G., Maia, D. B., Coutinho, E. S. F., & Helvik, A. S. (2016). Locus of control and coping strategies in older persons with and without depression. Aging and Mental Health, 20(8), 831–839. https://doi.org/10.1080/13607863.2015.1040722
Boelen, P. A., & Reijntjes, A. (2009). Intolerance of uncertainty and social anxiety. Journal of Anxiety Disorders, 23(1), 130–135. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2008.04.007
Boelen, P. A., Reijntjes, A., & Carleton, R. N. (2014). Intolerance of uncertainty and adult separation anxiety. Cognitive Behaviour Therapy, 43(2), 133–144. https://doi.org/10.1080/16506073.2014.888755
BPS. (2017). Data pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang di tamatkan. Retrieved from http://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/972/pengangguran-terbuka-menurut-pendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan-1986---2017.html
Buhr, K., & Dugas, M. J. (2002). The intolerance of uncertainty scale: Psychometric properties of the English version. Behavioral Research and Therapy, 40(8), 931–945. https://doi.org/10.1016/S0005-7967(01)00092-4
22
Bungin, B. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, ekonomi dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya (2nd ed.). Jakarta: Kencana.
Butler, G., & Mathews, A. (1983). Cognitive processes in anxiety. Advances in Behaviour Research and Therapy, 5(1), 51–62. https://doi.org/10.1016/0146-6402(83)90015-2
Carleton, N. R., Mulvogue, M. K., Thibodeau, M. A., McCabe, R. E., Antony, M. M., & Asmundson, G. J. G. (2012). Increasingly certain about uncertainty: Intolerance of uncertainty across anxiety and depression. Journal of Anxiety Disorders, 26(3), 468–479. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2012.01.011
Carleton, R. N., Norton, M. A. P. J., & Asmundson, G. J. G. (2007). Fearing the unknown: A short version of the intolerance of uncertainty scale. Journal of Anxiety Disorders, 21(1), 105–117. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2006.03.014
Chorpita, B. F., & Barlow, D. H. (1998). The development of anxiety: The role of control in the early environment. Psychological Bulletin, 124(1), 3–21. https://doi.org/10.1037/0033-2909.124.1.3
Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: Rosda.
Dugas, M. J., & Ladouceur, R. (2000). Treatment of GAD: Targeting intolerance of uncertainty in two types of worry. Behaviour Modification, 24(5), 635–657. https://doi.org/10.1177/0145445500245002
Dugas, M. J., Marchand, A., & Ladouceur, R. (2005). Further validation of a cognitive-behavioral model of generalized anxiety disorder: Diagnostic and symptom specificity. Journal of Anxiety Disorders, 19(3), 329–343. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2004.02.002
Dugas, M. J., & Robichaud, M. (2007). Cognitive-Behavioral treatment for generalized anxiety disorder. New York: Taylor & Francis Group, LLC.
Dugas, M. J., Savard, P., Gaudet, A., Turcotte, J., Laugesen, N., Robichaud, M., … Koerner, N. (2007). Can the components of a cognitive model predict the severity of generalized anxiety disorder?. Journal of Behavior Therapy, 38(2), 169–178. https://doi.org/10.1016/j.beth.2006.07.002
Dugas, M. J., Schwartz, A., & Francis, K. (2004). Intolerance of uncertainty, worry and depression. Cognitive Therapy and Research, 28(6), 835–842. https://doi.org/10.1007/s10608-004-0669-0
Farruggia, S. P., Chen, C., Greenberger, E., Dmitrieva, J., & Macek, P. (2004). Adolescent self-esteem in cross-cultural perspective: Testing measurement equivalence and a mediation model. Journal of Cross-Cultural Psychology, 35(6), 719–733. https://doi.org/10.1177/0022022104270114
23
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Theories of Personality. (S. P. Sjahputri, Ed.) (2nd ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Fergus, T. A. (2015). Anxiety sensitivity and intolerance of uncertainty as potential risk factors for cyberchondria: A replication and extension examining dimensions of each construct. Journal of Affective Disorders, 184, 305–309. https://doi.org/10.1016/j.jad.2015.06.017
Fourtounas, A., & Thomas, S. J. (2016). Cognitive factors predicting checking, procrastination and other maladaptive behaviours: Prospective versus inhibitory intolerance of uncertainty. Journal of Obsessive-Compulsive and Related Disorders, 9, 30–35. https://doi.org/10.1016/j.jocrd.2016.02.003
Fracalanza, K., Koerner, N., Deschênes, S. S., & Dugas, M. J. (2014). Intolerance of uncertainty mediates the relation between generalized anxiety disorder symptoms and anger. Cognitive Behaviour Therapy, 43(2), 122–132. https://doi.org/10.1080/16506073.2014.888754
Francis, K., Dugas, M. J., & Ricard, N. C. (2016). An exploration of intolerance of uncertainty and memory bias. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 52, 68–74. https://doi.org/10.1016/j.jbtep.2016.03.011
Freeston, M. H., Rhèaume, J., Letarte, H., Dugas, M. J., & Ladouceur, R. (1994). Why do people worry?. Personality and Individual Differences, 17(6), 791–802. https://doi.org/10.1016/j.jad.2014.02.014
Gentes, E. L., & Ruscio, A. M. (2011). A meta-analysis of the relation of intolerance of uncertainty to symptoms of generalized anxiety disorder, major depressive disorder and obsessive-compulsive disorder. Clinical Psychology Review, 31(6), 923–933. https://doi.org/10.1016/j.cpr.2011.05.001
Ghazali, I. (2003). Ihya’ ulumiddin: Mengembangkan ilmu-ilmu agama (4th ed.). Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd.
Grimes, P. W., Millea, M. J., & Woodruff, T. W. (2004). Grades-who’s to blame? Student evaluation of teaching and locus of control. Journal of Economic Education, 35(2), 129–147. https://doi.org/http://doi.org/10.2307/30042585
Hayes, A. F. (2013). Introduction to mediation, moderation, and conditional proccess analysis: A regression based approach. New York: Guildford Press.
Heinrichs, N., & Hofmann, S. G. (2001). Information processing in social phobia: a critical review. Clinical Psychology Review, 21(5), 751–770. https://doi.org/10.1016/S0272-7358(00)00067-2
Hodgson, K., Almasy, L., Knowles, E. E. M., Kent, J. W., Curran, J. E., Dyer, T. D., … Glahn, D. C. (2016). Genome-wide significant loci for addiction and anxiety. European Psychiatry, 36, 47–54. https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2016.03.004
24
Jensen, D., Kind, A. J., Morrison, A. S., & Heimberg, R. G. (2014). Intolerance of uncertainty and immediate decision-making in high-risk situations. Journal of Experimental Psychopatology, 5(2), 178–190. https://doi.org/http://doi.org/10.5127/jep.035113
Khawaja, N. G., & Yu, L. N. H. (2010). A comparison of the 27-item and 12-item intolerance of uncertainty scales. Clinical Psychologist, 14(3), 97–106. https://doi.org/10.1080/13284207.2010.502542
Kocovski, N. L., & Endler, N. S. (2000). Social anxiety, self-regulation, and fear of negative evaluation. European Journal of Personality, 14, 347–358. https://doi.org/10.1002/1099-0984(200007/08)14:4<347::AID-PER381>3.0.CO;2-7
Konstam, V., Celen-Demirtas, S., Tomek, S., & Sweeney, K. (2015). Career adaptability and subjective well-being in unemployed emerging adults: A promising and cautionary tale. Journal of Career Development, 42(6), 463–477. https://doi.org/10.1177/0894845315575151
Kotler, P. (2003). Manajemen pemasaran. Jakarta: PT Indeks.
Kreitner, & Kinicki. (2005). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Kuwabara, S. A., Van Voorhees, B. W., Gollan, J. K., & Alexander, G. C. (2007). A qualitative exploration of depression in emerging adulthood: Disorder, development and social context. General Hospital Psychiatry, 29(4), 317–324. https://doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2007.04.001
Lefcourt, H. M. (1981). Research with the locus of control construct: Assessment methods. London: Academic Press Inc.
Luhmann, C. C., Ishida, K., & Hajcak, G. (2011). Intolerance of uncertainty and decisions about delayed, probabilistic rewards. Behavior Therapy, 42(3), 378–386. https://doi.org/10.1016/j.beth.2010.09.002
Maltby, J., Day, L., & Macaskill, A. (2007). Personality, individual differences and intelligence. Harlow: Pearson Prentice Hall.
Mantzios, M., Wilson, J. C., Linnell, M., & Morris, P. (2015). The Role of negative cognition, intolerance of uncertainty, mindfulness and self-compassion in weight regulation among male army recruits. Mindfulness, 6(3), 545–552. https://doi.org/10.1007/s12671-014-0286-2
McGee, A., & McGee, P. (2016). Search, effort and locus of control. Journal of Economic Behavior and Organization, 126, 89–101. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2016.03.001
Oglesby, M. E., & Schmidt, N. B. (2017). The role of threat level and intolerance of uncertainty (IU) in anxiety: An experimental test of IU theory. Behavior Therapy, 48(4), 427–434. https://doi.org/10.1016/j.beth.2017.01.005
25
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2012). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Pettijohn, T. F., Pettijohn Jr, T. F., & Sacco, D. F. (2005). A locus of control measure as a teaching demonstration. Psychological Reports, 97(2), 666–666. https://doi.org/10.2466/pr0.97.2.666-666
Preacher, K. J., & Hayes, A. F. (2004). SPSS and SAS procedures for estimating indirect effects in simple mediation models. Behavior Research Methods, Instruments, & Computers, 36(4), 717–731. https://doi.org/10.3758/BF03206553
Rastegar, M., Heidari, N., & Razmi, M. H. (2013). The relationship between locus of control, test anxiety and religious orientation among Iranian EFL students. Open Journal of Modern Linguistics, 3(2), 108–113. https://doi.org/10.4236/ojml.2013.32014
Reuman, L., Jacoby, R. J., Fabricant, L. E., Herring, B., & Abramowitz, J. S. (2015). Uncertainty as an anxiety cue at high and low levels of threat. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 47, 111–119. https://doi.org/http://doi.org/10.1016/j.btep.2014.12.002
Rotter, J. B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external control of reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied, 80(1), 1–28. https://doi.org/10.1037/h0092976
Sexton, K. A., & Dugas, M. J. (2009). Defining distinct negative beliefs about uncertainty: Validating the factor structure of the intolerance of uncertainty scale. Psychological Assessment, 21(2), 176–186. https://doi.org/10.1037/a0015827
Sharif, P. S. (2017). Locus of control, quality of life, anxiety, and depression among Malaysian breast cancer patients: The mediating role of uncertainty. European Journal of Oncology Nursing, 27, 28–35. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2017.01.005
Spielberger, C. D. (1989). State-trait anxiety inventory: Bibliography (2nd ed.). Palo Alto, CA: Consulting Psychologist Press.
Spielberger, C. D., Gorsuch, R. L., Lushene, R., Vagg, P. R., & Jacobs, G. A. (1983). Manual for the state-trait anxiety inventory. Palo Alto, CA: Consulting Psychologist Press.
Sue, D., Sue, D. W., & Sue, S. (2006). Understanding abnormal behavior (8th ed.). New York: Houghton Mifflin Company.
Tan, H. J., Marks, L. S., Hoyt, M. A., Kwan, L., Filson, C. P., Macairan, M., … Stanton, A. L. (2016). The telationship between intolerance of uncertainty and anxiety in men on active surveillance for prostate cancer. Journal of Urology, 195(6), 1724–1730. https://doi.org/10.1016/j.juro.2016.01.108
26
Thielsch, C., Andor, T., & Ehring, T. (2015). Do metacognitions and intolerance of uncertainty predict worry in everyday life? An ecological momentary assessment study. Behavior Therapy, 46(4), 532–543. https://doi.org/10.1016/j.beth.2015.05.001
Weeks, J. W., Heimberg, R. G., Fresco, D. M., Hart, T. A., Turk, C. L., Schneier, F. R., & Liebowitz, M. R. (2005). Empirical validation and psychometric evaluation of the brief fear of negative evaluation scale in patients with social anxiety disorder. Psychological Assessment, 17(2), 179–190. https://doi.org/10.1037/1040-3590.17.2.179
Williams, A. S. (2013). Worry, intolerance of uncertainty and statistics anxiety, 12(1), 48–59. Retrieved from http:iase-web.org/publications.php?p=SERJ
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.
27
Indeks
Afektif, 4 Al-Khauf, 5 Ar-raja’ 5 Bias Kognitif, 4, 9 Diploma, 1, 2, 5, 20, 28 Generalized Anxiety Disorder (GAD), 9 Internal locus of control, 3, 4, 5, 7 – 20 Intolerance of uncertainty scale, 12 Intoleransi ketidakpastian, 4, 8, 10, 12 – 20 Kognitif, 3 – 10, 14 – 20 Locus of control, 2, 7, 8, 12 Locus of control scale, 11, 12 Motorik, 3 Muqarrabin, 5 Pengangguran terbuka, 2, 21 Pengangguran terdidik, 1, 2, 5, 6, 10, 13 – 18 Psikososial, 2 Reaksi Emosional, 1 Rubu’, 4 Sarjana, 1, 2 Somatik, 3 State-Trait Anxiety Inventory for Adults, 12 Stres, 3, 4, 8, 11, 12, 18 Stressor, 2 Triadic Reciprocal Causation, 6
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
DIREKTORAT PASCASARJANA MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI KLINIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Kepada Yth. Responden di Tempat. Dengan hormat, Saya Amelia Choirun Nisa’, S.Psi Mahasiswi Magister Profesi Psikologi Klinis Universitas Muhammadiyah Malang, saat ini sedang melakukan penelitian guna penyusunan Tesis sebagai syarat memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi. Saya mengharap kesedian Anda untuk membantu memberikan data dengan cara mengisi skala yang telah saya sediakan. Setiap skala memiliki instruksi tersendiri, sehingga Anda di minta membacanya dengan teliti dan mengerjakannya secara maksimal. Jika Anda adalah :
• Laki-laki / Perempuan • Lulusan Diploma / Sarjana / Pascasarjana • Belum memiliki pekerjaan tetap / resign dari pekerjaan / sedang tidak
bekerja / tidak sedang memperoleh gaji setiap bulan (pemberian dari suami/orang tua tidak dihitung sebagai gaji bulanan) / mendapatkan uang setiap bulan namun bukan gaji (contoh: bonus, insentif, upah jeri payah, bantuan hidup).
Anda saya harapkan untuk membantu mengisi skala di bawah ini. Skala ini tidak berkaitan dengan prestasi / kinerja Anda dan juga tidak berimplikasi terhadap penilaian diri Anda. Skala ini berisikan kesesuaian atau ketidaksesuaian Anda dengan pernyataan yang ada, oleh sebab itu dimohon untuk tidak ragu dalam menjawab setiap pernyataan yang disajikan, dan pilihlah yang paling mendekati kondisi dan situasi yang Anda hadapi. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Amelia Choirun Nisa’, S.Psi
29
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : L / P
Pendidikan Terakhir :
Lulus Tahun :
Pernah bekerja / tidak : Pernah / Tidak
Jika Pernah, tuliskan posisi anda dalam pekerjaan tersebut :
Petunjuk Pengisian :
1. Skala ini bukanlah suatu tes, jadi tidak ada jawaban yang salah. Semua
jawaban adalah benar, bila sesuai dengan keadaan diri sendiri.
2. Pilihlah salah satu jawaban untuk menyatakan sejauh mana yang paling
menggambarkan kondisi / situasi diri anda.
3. Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang di sediakan.
4. Setiap pernyataan berkaitan dengan kondisi anda yang belum memiliki
pekerjaan / tidak sedang bekerja / sedang resign dari pekerjaan / tidak
memiliki gaji bulanan tetap.
5. Jawaban merupakan rahasia pribadi Anda, dengan ini saya menjamin
kerahasiaan tersebut.
6. Diharapkan tidak ada satu nomor pun yang terlewatkan. Kesungguhan
dalam menjawab sangat menentukan kualitas hasil penelitian ini.
7. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terhadap hasil penelitian ini,
silahkan menghubungi 085755067089 / [email protected].
Atas kerjasama dan keterlibatannya, saya ucapkan Terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Malang, Oktober 2017
Amelia Choirun Nisa’, S.Psi
30
BAGIAN I Dalam skala ini anda akan menemukan serangkaian pernyataan yang menggambarkan bagaimana orang bereaksi terhadap ketidakpastian dan hal-hal yang tidak terduga terjadi dalam hidupnya. Ketidakpastian pada pernyataan-pernyataan dibawah ini, gambarkan pada kondisi anda yang sedang tidak memiliki pekerjaan/sedang akan melamar pekerjaan/baru saja resign dari pekerjaan. Silahkan gunakan skala di bawah ini untuk menjelaskan sejauh mana setiap pernyataan merupakan karakteristik diri anda Keterangan :
Sama Sekali bukan karakter saya
Sebagian karakter saya
Seluruhnya karakter saya
Pernyataan …..1….. …..2….. …..3….. …..4….. …..5…..
No. Pernyataan Pilihan
1 Ketidakpastian menghentikan saya untuk berpendirian teguh 1 2 3 4 5
2 Mudah bimbang artinya orang tersebut mengalami kekacauan 1 2 3 4 5
3 Ketidakpastian membuat hidup sulit diterima 1 2 3 4 5 4 Tidak adil ketika tidak ada jaminan dalam hidup 1 2 3 4 5
5 Pikiran saya tidak dapat tenang apabila saya tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari 1 2 3 4 5
6 Ketidakpastian membuat saya gelisah, cemas, dan stress 1 2 3 4 5
7 Kejadian yang tidak terduga membuat saya sangat khawatir 1 2 3 4 5
8 Saya sangat frustrasi ketika tidak mendapatkan semua informasi yang saya butuhkan 1 2 3 4 5
9 Ketidakpastian membuatku tidak hidup sepenuhnya 1 2 3 4 5
10 Seseorang harus selalu melihat ke depan (masa depan) untuk menghindari kejutan (sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba)
1 2 3 4 5
11 Sebuah peristiwa kecil yang tidak terduga dapat merusak segalanya meskipun sudah memiliki perencanaan terbaik
1 2 3 4 5
12 Ketika saatnya untuk bekerja ketidakpastian melumpuhkan niat saya untuk bekerja, 1 2 3 4 5
13 Menjadi bimbang berarti saya kurang berkualitas 1 2 3 4 5 14 Ketika saya bimbang, saya tidak dapat maju 1 2 3 4 5
15 Ketika saya bimbang, saya tidak dapat berfungsi dengan baik 1 2 3 4 5
16 Tidak seperti saya, orang lain selalu tahu ke mana tujuan hidup mereka 1 2 3 4 5
17 Ketidakpastian membuat saya rapuh, tidak senang, atau sedih 1 2 3 4 5
18 Saya selalu ingin tahu apa yang disimpan masa depan untuk saya 1 2 3 4 5
19 Saya tidak tahan apabila dikejutkan dengan hal-hal yang tidak terduga 1 2 3 4 5
31
No. Pernyataan Pilihan
20 Keraguan terkecil saja dapat menghentikan saya berkarya 1 2 3 4 5
21 Saya harus bisa mengatur segala sesuatunya dengan baik 1 2 3 4 5
22 Menjadi bimbang berarti saya kurang percaya diri 1 2 3 4 5
23 Saya pikir tidak adil apabila orang lain terlihat yakin dengan masa depan mereka 1 2 3 4 5
24 Ketidakpastian membuat saya tidak bisa tidur nyenyak 1 2 3 4 5
25 Saya harus pergi dari segala situasi yang tidak pasti 1 2 3 4 5 26 Ambiguitas hidup membuat saya stress 1 2 3 4 5
27 Saya tidak tahan ketika saya sulit untuk menentukan masa depan saya 1 2 3 4 5
BAGIAN II Anda diminta untuk menjawab pernyataan di bawah ini dengan True atau False. Jawaban 'True' menggambarkan bahwa hal tersebut adalah sesuai dengan kondisi anda/ anda setuju dengan hal tersebut/ anda menganggap bahwa hal itu sesuai dengan karakter diri anda. Sedangkan jawaban 'False' adalah sebaliknya.
No. Pernyataan True False
1 Saya selalu mendapatkan apa yang saya inginkan dalam hidup saya T F
2 Saya perlu mendapatkan informasi terbaru dari berita-berita terkini T F
3 Saya tidak pernah tahu kepada siapa saya harus memihak T F
4 Saya tidak benar-benar mempercayai keberuntungan atau kebetulan T F
5 Saya merasa bisa dengan mudah memenangkan undian berhadiah (lotre) T F
6 Jika saya tidak berhasil dalam melaksanakan suatu tugas, saya cenderung untuk menyerah T F
7 Saya biasanya meyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan cara saya T F
8 Orang-orang bisa membuat perbedaan suatu hal jika bisa mengontrol perbuatan jahat T F
9 Kesuksesan yang saya peroleh sebagian besar merupakan kebetulan T F
10 Pernikahan adalah hal yang gambling (untung-untungan) T F 11 Seseorang harusnya bisa menentukan takdirnya sendiri T F 12 Tidak penting bagi saya untuk menggunakan hak pilih T F 13 Hidup saya terasa seperti serangkaian kejadian acak T F 14 Saya tidak pernah mencoba sesuatu yang tidak saya yakini T F
15 Saya layak mendapatkan kehormatan dan penghargaan dari yang saya harus terima T F
16 Seseorang bisa menjadi kaya jika berani mengambil resiko T F
32
No. Pernyataan True False
17 Pemimpin akan mendapatkan keberhasilan jika mau berusaha keras T F
18 Ketekunan dan kerja keras biasanya bisa mendatangkan keberhasilan T F
19 Sangat sulit untuk mengetahui siapa teman sejati saya T F 20 Orang lain biasanya mengendalikan hidup saya T F
BAGIAN III Sejumlah pernyataan dibawah ini digunakan untuk menggambarkan diri. Pada soal nomor 1 s/d 20, gunakan pernyataan tersebut untuk menggambarkan perasaan Anda saat ini yang sedang tidak memiliki pekerjaan. Pada soal nomor 21 s/d 40, gunakan pernyataan tersebut untuk menggambarkan perasaan Anda biasanya/pada umumnya seperti apa. Tidak ada jawaban salah dan benar pada pernyataan di bawah ini.
Sama Sekali bukan diri saya Sebagian diri saya Seluruhnya
diri saya Pernyataan …..1….. …..2….. …..3….. …..4…..
No. Pernyataan Pilihan 1 2 3 4
1 Saya merasa tenang 1 2 3 4 2 Saya merasa aman 1 2 3 4 3 Saya orang yang kaku 1 2 3 4 4 Saya merasa tertekan 1 2 3 4 5 Saya merasa rileks 1 2 3 4 6 Saya merasa cemas 1 2 3 4
7 Saya khawatir berlebihan dengan kemalangan yang bisa menimpa saya 1 2 3 4
8 Saya merasa puas 1 2 3 4 9 Saya merasa ketakutan 1 2 3 4 10 Saya merasa nyaman 1 2 3 4 11 Saya merasa percaya diri 1 2 3 4 12 Saya merasa gelisah 1 2 3 4 13 Saya orang yang mudah gugup 1 2 3 4 14 Saya merasa ragu-ragu 1 2 3 4 15 Saya orang yang santai 1 2 3 4 16 Saya merasa senang 1 2 3 4 17 Saya seorang yang mudah cemas 1 2 3 4 18 Saya merasa bingung 1 2 3 4 19 Saya merasa kuat 1 2 3 4 20 Saya merasa senang 1 2 3 4 21 Saya menyenangkan 1 2 3 4 22 Saya merasa gugup dan gelisah 1 2 3 4 23 Saya merasa puas dengan diri sendiri 1 2 3 4 24 Saya berharap saya bisa bahagia seperti orang lain 1 2 3 4
33
No. Pernyataan Pilihan 1 2 3 4
25 Saya merasa seperti saya adalah sebuah kegagalan 1 2 3 4
26 Saya merasa bergantung 1 2 3 4
27 Saya merasa tenang dan bisa menguasai perasaan saya 1 2 3 4
28 Saya merasa kesulitan menumpuk sehingga sulit untuk diatasi 1 2 3 4
29 Saya khawatir berlebihan pada hal-hal yang sepele 1 2 3 4
30 Saya merasa bahagia 1 2 3 4 31 Saya memiliki pikiran-pikiran yang mengganggu 1 2 3 4 32 Saya kurang percaya diri 1 2 3 4 33 Saya merasa aman 1 2 3 4 34 Saya mudah mengambil keputusan 1 2 3 4 35 Saya merasa kekurangan 1 2 3 4 36 Saya cepat puas 1 2 3 4
37 Ada beberapa pikiran sepele di kepala saya dan itu mengganggu saya 1 2 3 4
38 Saya menerima kekecewaan terlalu berat sehingga sulit saya lupakan 1 2 3 4
39 Saya orang yang teguh/mantap 1 2 3 4
40 Saya merasa dalam kondisi tegang atau kacau ketika memikirkan tentang kekhawatiran dan ketertarikan saya saat ini
1 2 3 4
34
Lampiran 2. Validitas dan reliabilitas
• Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Locus of Control
Item Hasil Uji Validitas Keterangan X 1 .345 Valid X 2 .408 Valid X 3 .313 Valid X 4 .372 Valid X 5 .405 Valid X 6 .322 Valid X 7 .372 Valid X 8 .359 Valid X 9 .323 Valid X 10 .334 Valid X 11 .395 Valid X 12 .347 Valid X 13 .313 Valid X 14 .378 Valid X 15 .362 Valid X 16 .379 Valid X 17 .364 Valid X 18 .368 Valid X 19 .284 Tidak Valid X 20 .331 Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items ,767 20
35
• Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Intoleransi terhadap
Ketidakpastian (IUS)
Item Hasil Uji Validitas Keterangan M 1 .419 Valid M 2 .546 Valid M 3 .510 Valid M 4 .588 Valid M 5 .582 Valid M 6 .676 Valid M 7 .507 Valid M 8 .533 Valid M 9 .639 Valid M 10 .330 Valid M 11 .502 Valid M 12 .628 Valid M 13 .569 Valid M 14 .605 Valid M 15 .626 Valid M 16 .567 Valid M 17 .777 Valid M 18 .380 Valid M 19 .411 Valid M 20 .673 Valid M 21 .117 Tidak Valid M 22 .606 Valid M 23 .518 Valid M 24 .588 Valid M 25 .493 Valid M 26 .700 Valid M 27 .639 Valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.928 27
36
• Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala State-Trait Anxiety Inventory for Adults (STAI-AD)
Item Hasil uji validitas Keterangan Y 1 .519 Valid Y 2 .558 Valid Y 3 .174 Tidak Valid Y 4 .382 Valid Y 5 .449 Valid Y 6 .360 Valid Y 7 .504 Valid Y 8 .317 Valid Y 9 .380 Valid Y 10 .480 Valid Y 11 .531 Valid Y 12 .416 Valid Y 13 .432 Valid Y 14 .429 Valid Y 15 .376 Valid Y 16 .529 Valid Y 17 .371 Valid Y 18 .440 Valid Y 19 .468 Valid Y 20 .502 Valid Y 21 .495 Valid Y 22 .467 Valid Y 23 .466 Valid Y 24 .301 Valid Y 25 .413 Valid Y 26 -.309 Tidak Valid Y 27 .494 Valid Y 28 .453 Valid Y 29 .373 Valid Y 30 .520 Valid Y 31 .503 Valid Y 32 .407 Valid Y 33 .554 Valid Y 34 .388 Valid Y 35 .450 Valid Y 36 -.081 Tidak Valid Y 37 .542 Valid Y 38 .444 Valid Y 39 .464 Valid Y 40 .527 Valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.903 40
37
Lampiran 3. Hasil output SPSS
UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
IUS LOC STAIAD
N 198 198 198
Normal Parametersa,b Mean 2,6566 3,74 2,3583 Std. Deviation ,67814 ,553 ,42159
Most Extreme Differences Absolute ,057 ,384 ,081 Positive ,057 ,272 ,034 Negative -,045 -,384 -,081
Kolmogorov-Smirnov Z ,801 5,410 1,145 Asymp. Sig. (2-tailed) ,542 ,000 ,146
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
HASIL UJI KORELASI ANTARVARIABEL
Correlations
IUS LOC STAIAD
IUS
Pearson Correlation 1 -,227** ,493**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000
N 198 198 198
LOC
Pearson Correlation -,227** 1 -,329**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000
N 198 198 198
STAIAD
Pearson Correlation ,493** -,329** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 198 198 198
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 ,329a ,109 ,104 ,39907 ,109 23,857 1 196 ,000
2 ,541b ,293 ,285 ,35636 ,184 50,795 1 195 ,000
a. Predictors: (Constant), LOC
b. Predictors: (Constant), LOC, IUS
38
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3,799 1 3,799 23,857 ,000b
Residual 31,214 196 ,159
Total 35,014 197
2
Regression 10,250 2 5,125 40,356 ,000c
Residual 24,764 195 ,127
Total 35,014 197
a. Dependent Variable: STAIAD
b. Predictors: (Constant), LOC
c. Predictors: (Constant), LOC, IUS
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,296 ,194 16,983 ,000
LOC -,251 ,051 -,329 -4,884 ,000
2
(Constant) 2,284 ,224 10,195 ,000
LOC -,175 ,047 -,230 -3,713 ,000
IUS ,274 ,038 ,441 7,127 ,000
a. Dependent Variable: STAIAD
39
Lampiran 4. Hasil Uji Hayes Run MATRIX procedure:
************* PROCESS Procedure for SPSS Release 2.16.3 **********
Written by Andrew F. Hayes, Ph.D. www.afhayes.com
Documentation available in Hayes (2013).
www.guilford.com/p/hayes3
******************************************************************
Model = 4
Y = STAIAD
X = LOC
M = IUS
Sample size
198
******************************************************************
Outcome: IUS
Model Summary
R R-sq MSE F df1 df2 p
,23 ,05 ,44 10,60 1,00 196,00 ,00
Model
coeff se t p LLCI ULCI
constant 3,69 ,32 11,47 ,00 3,06 4,33
LOC -,28 ,09 -3,26 ,00 -,45 -,11
******************************************************************
Outcome: STAIAD
Model Summary
R R-sq MSE F df1 df2 p
,54 ,29 ,13 40,36 2,00 195,00 ,00
Model
coeff se t p LLCI ULCI
constant 2,28 ,22 10,19 ,00 1,84 2,73
IUS ,27 ,04 7,13 ,00 ,20 ,35
LOC -,17 ,05 -3,71 ,00 -,27 -,08
************************** TOTAL EFFECT MODEL ********************
Outcome: STAIAD
Model Summary
R R-sq MSE F df1 df2 p
,33 ,11 ,16 23,86 1,00 196,00 ,00
Model
coeff se t p LLCI ULCI
constant 3,30 ,19 16,98 ,00 2,91 3,68
LOC -,25 ,05 -4,88 ,00 -,35 -,15
40
***************** TOTAL, DIRECT, AND INDIRECT EFFECTS ************
Total effect of X on Y
Effect SE t p LLCI ULCI
-,25 ,05 -4,88 ,00 -,35 -,15
Direct effect of X on Y
Effect SE t p LLCI ULCI
-,17 ,05 -3,71 ,00 -,27 -,08
Indirect effect of X on Y
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS -,08 ,03 -,14 -,03
Partially standardized indirect effect of X on Y
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS -,18 ,07 -,32 -,06
Completely standardized indirect effect of X on Y
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS -,10 ,04 -,18 -,03
Ratio of indirect to total effect of X on Y
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS ,30 ,12 ,11 ,58
Ratio of indirect to direct effect of X on Y
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS ,43 ,37 ,12 1,40
R-squared mediation effect size (R-sq_med)
Effect Boot SE BootLLCI BootULCI
IUS ,06 ,02 ,02 ,11
Normal theory tests for indirect effect
Effect se Z p
-,08 ,03 -2,94 ,00
******************** ANALYSIS NOTES AND WARNINGS *****************
Number of bootstrap samples for bias corrected bootstrap
confidence intervals:
5000
Level of confidence for all confidence intervals in output:
95,00
NOTE: Kappa-squared is disabled from output as of version 2.16.
------ END MATRIX -----