well educated, trained, paid, managed and...

12
Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli 2009 B B ulan Juni lalu, beberapa dosen diterima untuk studi lanjut. Ada yang S-2.Ada yang S-3.Ada yang di luar negeri. Ada yang di dalam negeri.Yang di dalam negeri, ada yang di Unair dan ada yang di luar Unair. Beberapa persoalan muncul. Pertama, biaya SPP dan SP-3, tanggungan siapa? Kedua, ada khabar tunjangan sertifikasi dosen (serdos) akan dihentikan kalau sekolah nanti. Pertama, soal biaya. Di mana pun, kapan pun, siapa pun, ada dalil “Maju Perlu Biaya” (Jer Basuki Mawa Bea). Soalnya adalah siapa yang harus membiayai. Pertanyaan itu bisa dijawab dengan pertanyaan: siapa yang diuntungkan dengan studi itu? Yang pasti dirinya sendiri. Lalu departemen. Kemudian fakultas. Juga universitas. Juga pula pemerintah. Karenanya, idealnya tentu saja biaya itu dibebankan merata. Pada diri sendiri. Pada departemen. Pada fakultas. Pada universitas. Pada Dikti. Syukur-syukur pada lembaga pemberi beasiswa (kalau ada). Selain dari diri- sendiri dan dikti, fakultas melalui RKAT-nya ikut membantu pembiayaan itu. Belum bisa banyak, tetapi yang penting skema dan dananya ada. Ke depan, jumlahnya bisa ditingkatkan kalau keuangannya memung- kinkan. Kedua, soal hilangnya tunjangan serdos. Info itu men-discourage kebanyakan teman kita yang mau sekolah. Bagi yang menda- patkan BPPS pun masih terasa kehilangan karena BPPS tak sebanyak tunjangan serdos. Bagi yang tidak mendapatkan BPPS, soalnya terasa lebih berat lagi. Kalau animo melan- jutkan studi berkurang atau tidak ada, maka semua pihak juga dirugikan. Oleh karenanya, tentu adalah tugas para pimpinan dari departemen, fakultas sampai universitas untuk mencari siasat terbaik agar iklim mau sekolah lagi itu terpelihara dan tumbuh subur. Saat menulis ini saya ingat Wakil Rektor I Prof. Zainuddin saat bicara tentang seko- lahnya teman-teman kita. Dosen itu mesti well educated, well trained, well paid, well managed dan well protected. Well educated and trained. Selain skema beasiswa dari pelbagai pihak, dengan block grants departemen kita sudah punya skema dan dana untuk dosen belajar dan berlatih. Well paid. Jumlah itu relatif. Yang penting sebenarnya in process kita bergerak ke arah yang well paid.itu.Tunjangan mengajar dan lain- lain, serta tunjangan serdos dan kehormatan (bagi guru besar) moga-moga dirasakan sebagai bagian dari proses itu. Well managed. Pengaturan siapa yang mesti atau diprioritaskan studi lanjut, siapa yang harus mengurus dan mengajar para mahasiswa. Dengan demikian proses belajar- mengajar mahasiswa bisa berjalan normal dan tidak terganggu. Well protected. Artinya dilindungi dari kemungkinan-kemungkinan menghadapi persoalan di kemudian hari. Misalnya, harus berurusan dengan hukum atau harus mengembalikan uang di kemudian hari. (I Basis Susilo)

Upload: others

Post on 16-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

Well Educated, Trained, Paid,Managed and Protected

edisi 05 / Juli 2009

BBulan Juni lalu, beberapa dosenditerima untuk studi lanjut. Adayang S-2. Ada yang S-3. Ada yang di

luar negeri. Ada yang di dalam negeri. Yang didalam negeri, ada yang di Unair dan ada yangdi luar Unair. Beberapa persoalan muncul.Pertama, biaya SPP dan SP-3, tanggungansiapa? Kedua, ada khabar tunjangan sertifikasidosen (serdos) akan dihentikan kalau sekolahnanti.

Pertama, soal biaya. Di mana pun, kapanpun, siapa pun, ada dalil “Maju Perlu Biaya”(Jer Basuki Mawa Bea). Soalnya adalah siapayang harus membiayai. Pertanyaan itu bisadijawab dengan pertanyaan: siapa yangdiuntungkan dengan studi itu? Yang pastidirinya sendiri. Lalu departemen. Kemudianfakultas. Juga universitas. Juga pula pemerintah.Karenanya, idealnya tentu saja biaya itudibebankan merata. Pada diri sendiri. Padadepartemen. Pada fakultas. Pada universitas.Pada Dikti. Syukur-syukur pada lembagapemberi beasiswa (kalau ada). Selain dari diri-

sendiri dan dikti, fakultas melalui RKAT-nyaikut membantu pembiayaan itu. Belum bisabanyak, tetapi yang penting skema dandananya ada. Ke depan, jumlahnya bisaditingkatkan kalau keuangan nya memung -kinkan.

Kedua, soal hilangnya tunjangan serdos.Info itu men-discourage kebanyakan temankita yang mau sekolah. Bagi yang menda -patkan BPPS pun masih terasa kehilangankarena BPPS tak sebanyak tunjangan serdos.Bagi yang tidak mendapatkan BPPS, soalnyaterasa lebih berat lagi. Kalau animo melan -jutkan studi berkurang atau tidak ada, makasemua pihak juga dirugikan. Oleh karenanya,tentu adalah tugas para pimpinan daridepartemen, fakultas sampai universitasuntuk mencari siasat terbaik agar iklim mausekolah lagi itu terpelihara dan tumbuh subur.

Saat menulis ini saya ingat Wakil Rektor IProf. Zainuddin saat bicara tentang seko -lahnya teman-teman kita. Dosen itu mesti welleducated, well trained, well paid, well managed

dan well protected. Well educated and trained. Selain skema

beasiswa dari pelbagai pihak, dengan blockgrants departemen kita sudah punya skemadan dana untuk dosen belajar dan berlatih.

Well paid. Jumlah itu relatif. Yang pentingsebenarnya in process kita bergerak ke arahyang well paid.itu. Tunjangan mengajar dan lain-lain, serta tunjangan serdos dan kehormatan(bagi guru besar) moga-moga dirasakansebagai bagian dari proses itu.

Well managed. Pengaturan siapa yangmesti atau diprioritaskan studi lanjut, siapayang harus mengurus dan mengajar paramahasiswa. Dengan demikian proses belajar-mengajar mahasiswa bisa berjalan normal dantidak terganggu.

Well protected. Artinya dilindungi darikemungkinan-kemungkinan menghadapipersoalan di kemudian hari. Misalnya, harusberurusan dengan hukum atau harusmengembalikan uang di kemudian hari.

(I Basis Susilo)

Page 2: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

02 Jendela edisi 05/Juli 2009

editorial

l PENANGGUNG JAWAB: I. Basis Susilo (Dekan FISIP)l PIMPINAN UMUM: V. Dugis (Wakil Dekan III) l PIMPINAN REDAKSI: Yayan Sakti Suryandaru

l JURNALIS: Debrina Tedjawidjaja ; Intan Fitranisa ; Putri Rizky Pramadhani ; Muhammad Zaki Ath.T ; Arfa Darojatil FOTOGRAFER: Yanuar Satria Putra l LAY-OUT/PRODUKSi: Irfan Wahyudi, S.Sos

l Alamat Redaksi: Gedung FISIP Kampus B Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam SurabayaTelp. (031) 5011744, 5012442, 5017429, 5034015. Fax. (031) 5047754 l e-mail: [email protected]

l “Buat bulentinya, ada galeri foto-foto sosial atau isu-isu kon-temporer pada halaman buletin. Buat anak-anak FISIP seka-rang sudah bergeser dari organik ke mekanik, dan waktunyaidentitas mahasiswa dibentuk sebagai mahasiswa yang sebe-narnya dalam lingkup demokrasi.”

Dipta (KaHIMA Antropologi)

l “JENDELA ini kan menginformasikan mengenai kegiatan FISIPtapi kok belum pernah mewawancarai mahasiswa FISIP, sebe-narnya JENDELA itu punya FISIP atau Dekanat??”

Sundari (KaHIMA Ilmu Komunikasi)

l SURAT PEMBACAl REKAMAN ACARA FISIP

l AGENDA FISIP

WAKTU ACARA TEMPAT

2 Juni 2009 Kuliah Umum “Kebijakan E-Procurement diKota Surabaya” Pembicara Bambang DH,Walikota Surabaya

Ruang AdiSukadana

3 Juni 2009 Seminar “Kasus Malpraktik Nita”Pembicara Nonot Suyono, SH (KuasaHukum Nita Nur Halimah)

Ruang AdiSukadana

6 Juni 2009 Pengukuhan Prof. Dr. H. Jusuf Irianto,Drs., M.Com, sebagai guru besar dalamIlmu Manajemen Sumber Daya Manusia

GedungRektoratKampus C

8 Juni 2009 Diskusi Film Calo Presiden Ruang AdiSukadana

10 Juni2009

Diskusi Ilmiah Reboan “Peran Pemimpin(Manajerial) dalam MenciptakanKnowledge Sharing di Organisasi” Nara Sumber : Nove Eka Variant Anna,S.Sos, MIMS

Ruang AdiSukadana

10 Juni2009

Workshop Presentation oleh ForumLenteng (FL) Jakarta

Mini theaterFISIP

11 Juni2009

Kuliah Umum “Modal Sosial danPembangunan Daerah”Pembicara : Walikota Blitar, Djarot S

Ruang AdiSukadana

12 Juni2009

Diskusi Politik “Memilih Presiden yangDibutuhkan Indonesia”Pembicara : Prof. Dr.Kacung Maridjan danAirlangga Pribadi.

Ruang AdiSukadana

24 Juni2009

Kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaandan Demokrasi “Indonesia dalamKepungan Neoliberalisme”Pembicara : B Herry Priyomo, Ph.D (STFDriyarkaya & Drs. Soedaryanto(Pergerakan Kebangsaan)

Ruang AdiSukadana

25 Juni2009

Kunjungan Dosen HI 16 Perguruan Tinggike HI Unair.

Ruang CakraGedung C

27 Juni2009

Kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaandan Demokrasi

GedungRektorat ITS

30 Juni2009

Lokakarya Media Literasi bagi Guru-guruSD se-Kota Surabaya

Ruang 207Gedung A

l Dr. Toetik Koesbardiati (Antropologi) diminta oleh POLDAJATIM sebagai tenaga ahli Antropologi Forensik bergabungdalam Tim Identifikasi terhadap jenazah korban kapal MandiriNusantara yg terbakar di laut jawa

l Drs. Roestoto Hartojoputro, SU sebagai pemandu LatihanKeterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) TingkatMenengah Unair 12-14 Juni, Prigen Pasuruan

l Drs. Yan Yan Cahyana, MA, narasumber training ”Awareness &Communicattion” Deplu RI 29 Juni di Jakarta

l Drs.Moh. Adib, M.Si, narasumber Rakor Panti Sosial Nonpemerintah dalam penanganan PMKS di Jatim, Setda PemprovJatim di Hotel Kusuma Agro Wisata, 16-17 Juni

l PENGABDIAN MASYARAKAT

Waktu Acara Penyelenggara Tempat

1 - 2 Juli2009

Seleksi NasionalMasuk PTN

Panitia ujian MasukLokal Surabaya

Gedung FISIP

7 Juli 2009 Kuliah Tamu S2 Program PascaSarjana Studi Media

R. AdiSukadana

16 Juli 2009 Kunjungan FISIPUniv. PadjadjaranBandung

- -

l Telah Berpulang KH Jemani, bapak dari Sirojudin, stafperlengkapan pada 8 Juni dimakamkan di TPU Ponorogo.

l OBITUARI

Page 3: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

03edisi 05/Juli 2009 Jendela

diskusi & seminar

Pemilihan presiden tinggal menghitung hari.Kam pa nye dan debat politik digelar demi

mem bedah kapa bilitas pasangan, sekaligus seba -gai arena perta rungan menuju kursi RI 1. Sloganpasangan pun diumbar di mana-mana. Begitubanyaknya janji yang ditebar, mampukah meno -long masyarakat untuk memilih pemimpinnegara di masa mendatang?

Divisi Sosial dan Politik BEM FISIP Unair me -nyadari sulitnya mewujudkan hal tersebut. Untukitu, digelar Forum Diskusi Politik bertajukMemilih Presiden yang Dibutuhkan Indonesiapada Jumat 12 Juni 2009. Acara yang bertujuanmembantu masya rakat agar bersikap lebih kritisterhadap tiga pasangan capres ini disiarkansecara langsung oleh Radio Trijaya FM Surabayadari Ruang Adi Sukadana selama satu jam penuh.Hadir sebagai pembicara adalah dua pakar politikUnair, Prof. Dr.Kacung Maridjan dan AirlanggaPribadi.

Menurut Prof. Dr. Kacung Maridjan, hasilpemilihan presiden nanti akan sangat dipe nga ruhioleh ada atau tidaknya keinginan masya rakatIndonesia untuk berubah. Bukan berarti pemim -pin nya harus berubah, bisa jadi program atau

performanya yang ‘berubah’ menjadi lebih baik.Kebanyakan, masyarakat Indo nesia kurangbersimpati pada capres yang ‘keminter’ alias soktahu. Maka, tidak heran bila perilaku politikcapres yang san tun lebih disenangi masyarakat.

Prof. Dr.Kacung Maridjan juga menjelaskan,karakteristik pemilih Indonesia saat ini sudahbanyak berubah. Bila dulu masyarakat kita sangatideologis, kini muncul dua tipe pemilih baru:pemilih yang rasional program dan rasionalmaterial. Mereka yang rasional program lebihmengedepankan program-program yang diaju -kan, sementara yang rasional material lebihmengutamakan transaksi materi dari elit calonpenguasa. “Namun, mereka yang rasional mate -rial ini kemungkinan besar sudah mulai jenuh.Apalagi, pasangan cuma tiga. Oleh sebab itu, saatini tipe rasional program lebih mendominasi.”jelas Prof. Dr. Kacung Maridjan.

Sebagai panduan memilih pemimpin yangamanah, Prof. Dr. Kacung Maridjan menya rankanagar masyarakat Indonesia lebih peka terhadapcatatan masa lalu masing-masing pasangan.“Ketiga pasangan capres semuanya punya catatan.Ibarat jalan, kondisinya sudah terang. Tinggal

pemilih yang harus kritis dalam menentukanpilihan.” ungkapnya.

Airlangga Pribadi memberikan catatannyamengenai pemerintahan SBY-JK selama limatahun terakhir ini. Menurut Dosen Ilmu PolitikFISIP Unair tersebut, sisi positif pemerintahanSBY-JK adalah perhatian tinggi terhadap problemkorupsi, keamanan dan rekonsiliasi politik, sertainisiatif di tingkat kota. Namun, di sisi lain, praktektata kelola ekonomi masih belum sempurnasehingga pasar menjadi begitu dominan.“Masyarakatlah yang memutuskan, reward akandiberikan pada pemimpin lima tahun ini atausepuluh tahun lalu (pemerintahan Megawati,Red.).” kata Airlangga. (put)

Diskusi Politik “Memilih Presiden yang Dibutuhkan Indonesia”

Masyarakat Harus Kritisi Catatan Masa Lalu Pasangan Capres

Prof. Dr. Kacung Maridjan (tengah)

Kamis (11/6), bertempat diruang Adi Sukadana Gedung A

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP) Unair, Badan EksekutifMahasiswa (BEM) FISIP menye -lenggarakan Mimbar Kebangsaan:Seminar I Pancasila SebagaiSemangat Nasionalisme Pemudadalam Reformasi Tahap Lanjut.Seminar yang dimulai pukul 10.00WIB ini meng hadirkan Djarot SaifulHidajat Walikota Blitar sebagaipembicara.

Dalam seminar ini, Djarot

memaparkan pemikiran BungKarno tentang globalisasi eko nomidan politik. Menurut Djarot,globalisasi ekonomi bisa diiden -tikkan dengan sistem ”Kapitalis me”dan ”Imperialisme” yang berusahamenjadikan negara terjajah sebagaipemasok sumber daya alam,tempat menanam modal, sekaliguspasar atas barang-barang produksipenjajah.

Namun, prakteknya, globa lisasisaat ini tidak lagi terbatas padakomoditas ekonomi dan per -dagangan. Tetapi sudah me rambahpada komoditas lain, seperti budaya,sosial, dan politik. Kepentinganrakyat ternomordua kan di ataskepentingan dan kemauan pasarglobal. ”Ujung-ujungnya benar kataBung Karno, bahwa semuanyabersumber pada urusan nafsuuntuk dapat rejeki,” ujar Djarot.

Globalisasi politik pun mulaitampak di negeri ini. Djarotmengungkapkan, sejak tumbang nya

Orde Baru, muncul satu gerakan”demokratisasi ala barat” yangmengusung demokrasi individual.”Secara sistematis, gerakan demo -kra tisasi itu pada akhirnya meng -gan tikan sistem demokrasi alaIndonesia yakni demokrasi perwa -kilan,” ucap Djarot.

Padahal menurut Bung Karno,demokrasi adalah alat, buka tujuan.Demokrasi, dalam arti adanyakebebasan berfikir dan bebas bicaratetap harus mengenal batas. ”Sebab,ketika batas-batas itu tidak lagidiperhatikan, maka terjadilahdemokrasi yang anarkis,” tambahDjarot.

Selain itu, bila bangsa Indo ne -sia tidak waspada terhadapancaman krisis demokrasi indivi -dual serta dengan mudahnyameniru sistem demokrasi yangbelum tentu sesuai dengan kepri -badian bangsa, maka merosotnyaakhlak dan moral para pemimpinbangsa tidak dapat dihindari.

Alhasil, hal ini juga akanmemengaruhi moral dan semangatkomponen bangsa yang lain.

Oleh karena itu, menurutDjarot, bangsa Indonesia harusmelihat globalisasi sebagai ancamansekaligus peluang untuk mem ba -ngun harkat, martabat, dankemakmuran bagi bangsa sendiri.”Kita harus berani menolak ber ba -gai kebijakan politik, eko nomi, danbudaya yang tidak sesuai dengankepentingan bangsa sendiri,” tegasDjarot.

Djarot pun lantas meng ung -kapkan, di era globalisasi yang tidakterelakkan ini, setiap warga negaraharus mampu membangun jati diriyang dibangun sesuai dengan akarbudaya sendiri. Hal ini sebagai upayasuatu bangsa dan negara untukmenghadapi dampak negatif globa -lisasi di berbagai aspek kehidupan.Pemerintah pun harus kuat sertaberani mengambil keputusan demikepentingan, kemakmuran, dankesejahteraan rakyat dan negara.(int)

Walikota Blitar Bicara Globalisasi Eko-Pol

Djarot Saiful Hidajat

Page 4: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

04 Jendela edisi 05/Juli 2009

diskusi & seminar

Sebagai kota terbesar kedua diIndonesia setelah Jakarta, Surabayasudah seha rus nya menggiatkan

percepatan pemba ngunan. Namun, praktekKKN yang demikian kental, terutama dibadan birokrasi kota, membuatpembangunan menjadi terhambat.Demikian disampaikan Walikota Surabaya,Bambang DH., M.Pd., dalam SeminarPerilaku Politik Pemerintah Kota padaSelasa, 2 Juni 2009 bertempat di Ruang AdiSukadana. Dalam seminar kali ini, BambangDH memperbanyak diskusi dan sharingdengan mahasiswa mengenai beragamproblematika kota yang terjadi di Surabaya.

Bambang DH juga. menjelaskan,sumber daya manusia yang sepatutnyamerupakan mesin penggerak kemajuan,

menjadi kurang berku a litas akibat polarekrutmen yang sarat KKN. Oleh sebab itu,apabila pelayanan publik ingin ditingkatkan,pemerintah harus segera mening katkansistem yang menjalankannya terlebihdahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukanadalah dengan memberantas praktek kolusipada rekrutmen pegawai negeri. “Selain itu,saya juga tidak setuju dengan dinaikkannyajabatan honorer daerah secara otomatis.Seharusnya, ada pertimbangan prestasi.”jelas Bambang.

Daerah Kenjeran juga menjadi topikbahasan yang tidak kalah menarik. Bambang‘ditembak’ dengan pertanyaan mengenainasib Kenjeran dan mengapa potensi yangdemikian bagus bisa terhambat. Menang -gapi hal tersebut, Bambang menjelaskanbahwa faktor manusia sangat berpengaruhterhadap kemajuan sebuah daerah.Pemerintah sebetulnya sudah berupayamembantu warga Kenjeran dengan menda -tangkan alat tenaga surya yang dapatmemper cepat proses penjemuran. Prosesyang seha rus nya bisa berlangsung selamadua hari, dipangkas menjadi enam jam saja.Namun, alat bantuan pemerintah tersebuttidak dipakai. “Males, Pak, ndadak ngresikialate,” ujar Bam bang menirukan jawabanwarga Kenjeran ketika ditanya mengapa alattersebut dibiarkan saja.

Kritik lain terhadap Pemkot Surabayadilon tarkan terkait dengan penggusuranstren kali Jagir Wonokromo. Banyak pihakyang kontra terhadap tindakan pemkottersebut karena merugikan wong cilik.Menanggapi hal tersebut, Bambang menje -laskan bahwa ciri kota besar salah satunyaadalah tingginya heterogenitas.Heteogenitas ini tidak hanya tercermin padasuku dan agama saja, melainkan jugapikiran.

Oleh sebab itu, untuk meminimalisirpotensi benturan, pemerintah membuatperaturan daerah. Di dalam perda, sudahjelas bahwa stren kali bukanlah area tempattinggal maupun ruang untuk berdagang.Mereka yang tinggal di stren kali sebetulnyasangat rugi. “Karena alamat tinggal di daerahyang me lang gar aturan, mereka tidak bisamen dapatkan jaminan kesehatan dankemiskinan, KTP, akte, juga BLT. Dengandemikian, mereka bisa dikatakan stateless,”ucap Bambang. Lebih baik mereka digusursecepatnya, diberi tempat tinggal yang sahsecara hukum di rumah susun, sementaramencari penghidupan yang layak. “Kalaumereka dibiarkan tinggal di stren kali, itusama artinya dengan membiarkan orangberlama-lama hidup di kubangankemiskinan,” ujarnya menutup seminar.

(put)

Bambang Dwi Hartono

Seminar Perilaku Politik Pemerintah Kota Surabaya

Sharing Problem Kenjeran Hingga Stren Kali

Dosen FISIP Penerima Hibah Kompe��f Peneli�an Sesuai Pioritas NasionalBatch II Tahun 2009

No Nama Peneliti Judul Klaster

1 Edy Herry Pryhantoro Penguatan Masyarakat Sipil Indonesia: Kendala Strukturaldan Kultural dalam Penguatan Gerakan Sosial Anti-korupsi di Indonesia dalam Perspektif Kritis Bourdieusian

Integrasi Bangsa danHarmoni Sosial (Termasuk Kebudayaan)

2 Karnaji Penyusunan Model Social Early Warning System untukMengantisipasi Konflik Sosial di Masyarakat

Integrasi Bangsa danHarmoni Sosial (Termasuk Kebudayaan)

3 Sri Endah Kinasih Model Revolusi Konflik dan Pembentukan Negara : StudiPemahaman Budaya Hukum Secara Holistik diMasyarakat Rawan Konflik

Integrasi Bangsa danHarmoni Sosial (Termasuk Kebudayaan)

4 Sutinah Pemetaan dan Penyusunan Model Penyelesaian KonflikIndustrial

Integrasi Bangsa danHarmoni Sosial (Termasuk Kebudayaan)

Page 5: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

05edisi 05/Juli 2009 Jendela

diskusi & seminar

Maraknya kasus layanan medisyang buruk, hingga kasus

malpraktik akhir-akhir ini nampaknyamenjadi potret kelam pelayanankesehatan di negeri ini. Kasus duga -an malpraktik atas Nita Nur Halimah,warga Blitar yang meninggal akibatwajah rusak pada 15 April lalu, masihmenemui jalan buntu. Berbagailangkah telah ditempuh AliansiAdvokasi Nita Nur Halimah dalammencari keadilan dalam kasus ini.Namun hingga kini belum ditemukandata yang pasti terkait tersangkadugaan mal-praktik.

Bertempat di ruang AdiSukadana Fisip Unair 3 Juni lalu,Aliansi Advokasi Nita Nur Halimahmengadakan Seminar “Derita NurHalimah: Ketidak tahuan atauKelalaian Profesi” guna memberikanpemahaman kepada masyarakatakan penting nya pertanggung -jawaban profesi. Seminar tersebut

terselenggara atas kerjasama 13 LSMyang tergabung dalam AliansiAdvokasi Nita Nur Halimah dianta -ranya PUSHAM Unair, Kawan Kami,COP Putat, Mahnet FH Unair,Yayasan Lembaga Perlin du nganKonsumen (YLPK) Jatim, SCCC,Samitra Abhaya KPPD, Savy Amira,PPT Provinsi Jatim, dan KPI Jatim.

Menurut Nonot Suyono, SH,kuasa hukum Nita Nur Halimah,kasus Nita bukan hanya sekedarpersoalan kematian pasien saja.Melainkan lebih pada gejala sosialakan pertanggung jawaban pelayanankesehatan secara profe sional yangsemakin sulit dilakukan oleh tenaga-tenaga medis Indonesia akhir-akhirini. “Kepercayaan masya rakat padatenaga medis profesional telahdiciderai oleh ketidakjelasantanggung jawab pelaya nan kese hatanyang menjadi hak masyarakat.”ungkap Nonot.

Dr. Nurtjahyo, Biro PembelaanHukum Anggota Ikatan DokterIndonesia (IDI) Jawa Timurmengatakan, di bidang hukum tidakada istilah malpraktik dalamkedokteran. “Semua dokter tidakada yang sengaja ingin mencelakaipasiennya,” ujar Tjahyo. Lebih lanjut,Tjahyo menuturkan apa yang perludiberikan oleh rumah sakit dandokter dirasa telah diberikan.Masalah Nita berawal dari kurang -nya komunikasi antara dokter danpasiennya. Sang dokter tidak terbukakepada Nita dan keluarga nya

mengenai kondisi Nita. Nita yang diduga menderita

Systemic Lupus Erythematosis, StevenJohnson Syndrome, sekaligus infeksipada wajahnya meninggal pada 15April 1009 lalu di RS Saiful Anwar(RSSA) Malang. Sebelumnya, Nitasempat dirawat di RSSA Malangselama 2 bulan, setelah sebelumnyamenjalani perawatan di RSUDNgudi Waluyo Blitar selama 26 hari.Penyakit Nita muncul dengan diawalirasa linu setelah mengkon sumsi obatlinu pemberian dokter, Januari 2009lalu.(zaq)

Seminar kasus malprakter Nita Nur Halimah

Knowledge sharing merupakanaktivitas yang sangat pentingdalam suatu organisasi.

Melalui kegiatan ini, semua staforganisasi dapat dengan mudahmembagikan kebiasaan dan pengala -man terbaiknya, menciptakan idebaru yang segar, serta menghematbanyak waktu untuk memecahkansebuah masalah. Pengetahuan bisadatang dari mana saja, termasuk parakaryawan. Oleh sebab itu, organisasiharus menghargai setiap pengeta -huan yang dimiliki oleh karyawannyakarena merupakan modal pengem -bangan organisasi. Knowledge sharingbukanlah hal yang dapat denganmudah dibangun, untuk itu

kemampuan pemimpin organisasitersebut sangatlah mempengaruhi.

Inilah yang ingin disampaikanoleh Depar temen Ilmu Informasidan Perpustakaan FISIP Unair dalamDiskusi Ilmiah Reboan pada minggupertama bulan Juni (10/6). Forumyang bertajuk Peran Pemimpindalam Menciptakan Konowledge-Sharing di Organisasi mengha dirkanNove Anne sebagai pembicara.Dalam forum tersebut, Nove Annemenjelaskan bahwa bergesernyakebutuhan organisasi dari kebutuhanmaterial ke informasi merupakansalah satu pendorong maraknyaimplementasi knowledge manage -ment. Dulu, organisasi sangat

bergantung pada sumber daya alam,tenaga kerja, mesin, dan kapital.Sekarang, kebutuhan tersebutbergeser pada kemam puan danpengetahuan knowledge worker.Knowledge worker adalah seseorangyang memiliki tingkat keahlian tinggi,berpen di dikan, dan memilikipengalaman. Pekerjaan utamanyaberhu bungan dengan proses pencip -ta an, pendistribusian, ataupun penga -plikasian pengetahuan. Oleh sebabitu, organisasi yang modern menya -dari bahwa aset paling berhargaadalah pengetahuan yang dimilikioleh stafnya.

Inti dari knowledge manage mentadalah proses yang berkesi nam -bungan dari penciptaan, penyebaran,dan penggunaan ilmu pengetahuanyang dimiliki oleh para individudalam organisasi. “Pada dasarnya,seluruh organisasi baik profitmaupun nonprofit, peme rintahmaupun swasta, menganggap perluuntuk mengimplementasikan know -ledge management demi berlangsung -nya kehidupan organisasi.” jelasNove Anne.

Pengimplementasian knowledgeman agement tidak bisa dilepaskandari kegiatan knowledge sharing.Sebab, kemauan untuk berbagipengetahuan antarindividu sangatlahdiperlukan sebagai bahan pengetahu -an organisasi. “Oleh sebab itu,budaya indivi d u alisme harus sudahmulai ditinggalkan. Ilmu yang dimilikiindividu harus dibagi ke para kolegademi kemajuan organisasi.” katanya.

Peran pemimpin dalam hal inisangatlah diperlukan demi tercipta -nya knowledge sharing culture. Sudahmenjadi tanggung jawab pe mim -pinlah untuk mensosialisasikankepada seluruh staf mengenai apadan bagaimana knowledge manage -ment diimplementasikan dalam suatuorganisasi, serta mengakses setiappenge tahuan knowledge worker.“Salah satu cara untuk membentukknowledge sharing culture adalahdengan menimbulkan rasa salingpercaya terhadap sesama staf, stafdengan organisasi, maupun stafdengan pimpinan.” ungkap NoveAnne. (put)

Seminar Kasus Malpraktik Nita Nur Halimah

Pentingnya Pertanggungjawaban Profesi

Suasana Diskusi Reboan tanggal 10 Juni 2009

Diskusi Ilmiah Reboan

Pemimpin Harus Ciptakan Knowledge Sharing Culture

Page 6: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

06 Jendela edisi 05/Juli 2009

diskusi & seminar

Belakangan ini santer berhembus isu ten-tang paham ekonomi neoliberal yang

dibawa oleh salah satu pasangan capres-ca-wapres. Di berbagai media, paham neolibe-ral ini banyak digunjingkan baik buruknya.Apa sebenarnya Neoliberal itu? Paham se-perti apa Neoliberal itu sehingga masyarakatmenjadi resah?

Untuk menjawab pertanyaan-perta-nyaan itu, 24 Juni lalu, PUSHAM-UNAIR be-kerja sama dengan KULIAHTJOKROAMINOTO UNTUK KEBANG SAANDAN DEMOKRASI mengadakan diskusi pu-blik di ruang Adi Sukadana, FISIP Unair. Dis-kusi yang bertajuk Indonesia dalamKepungan Neoliberalisme ini menghadirkanB.Herry Priyono, Ph.D, Dosen Sekolah TinggiFilsafat, Driyarkara dan Drs. Soedaryono,Pergerakan Kebangsaan, mantan anggotaDPR RI..

”Kita tahu Neolib banyak sekali jadibahan omongan, banyak pakar yang menulistentang ini di media. Sekarang kita bujukmereka untuk datang langsung, memberi-kan penjelasan sekaligus kita diskusikan ber-sama,” ujar Drs. Bambang Budiono, sangmoderator. Ia menegaskan bahwa diskusi iniini tak ada hubungannya dengan pemilupilpres, apalagi ajang kampanye.

”Saya kira isu neolib ini terlalu penting,dan mengundang beliau-beliau ini terlalumahal untuk sekedar tujuan itu saja. Kitamembicarakan paham yang mengancambangsa, bahkan ada yang bilang, judulnyasebaiknya diganti mencengkram saja, bukan

dikepung lagi,” tambahnya. Paham Neoliberal ini memang disinyalir

telah merambah seluruh aspek kehidupanbangsa dan negara Indonesia. Seperti yangdijelaskan B. Herry Priyono, Ph.D, Neoliberaladalah paham fundamentalisme pasar, dimana sistem masyarakat di segala bidang di-lakukan dengan prinsip pasar/liberal. ”De-ngan anggapan, bahwa dengan sendirinya,pasar akan memberadapkan manusia, meskiyang dikejar adalah kepentingan pribadi,” je-lasnya.

Kebebasan itu bagus. Sistem pasar ada-

lah jenius. Lalu apa masalahnya? Ada dualapis yang perlu diwaspadai. pertama, seseo-rang hanya bisa bebas ketika ia punya dayabeli. Neoliberalisme mereduksi manusiayang seharusnya merupakan makhluk reli-gius, makhluk intelektual, makhluk sosial,dan masih banyak lagi menjadi makhluk eko-nomi saja. ”Lapis duanya, neoliberal lebihsuka dagang uang, ia menjajah aspek real,”lanjutnya.

Pendapat ini diamini oleh Drs. Soedar -yanto. Ia menambahkan neoliberal punyaprinsip ekonomisasi. Kata kuncinya adalahefisien yang selanjutnya menjadi komersiali-sasi. ”Warga negara digeser perannya seba-gai konsumen. Ini terjadi sejak orde baru.Karena itu paham ini bukan paham baru,”ungkapnya. Sesungguhnya neoliberal sudahmerambah Indonesia sejak lama dan sudahmenguasai banyak bidang, tapi bangsa initak menyadari dan mencegahnya.

Bahkan menurut, Herry, Neoliberal bisadiilustrasikan sebagai bau mulut kita. Kita takpernah menyadari kebusukan itu, hanyaorang lain yang mampu membauinya. Neo-liberal menjadi ancaman tersendiri karenasesungguhnya ekonomi tidak boleh menjadibasis atas semuanya. ”Tidak ada gunanyakita berbangsa tanpa sosialitas. Seharusnya,hukum, politik, ekonomi, sosbud, itulah yangmenjadi basis, disatukan sebagai kontrak so-sial,” pungkasnya. (puz)

Kuliah Tjokroaminoto kali ini bekerjasama dengan PUSHAM-UNAIR

Suasana diskusi di ruang Adi Sukadana

Diskusi Publik : Indonesia dalam Kepungan Neoliberalisme

Fundamentalisme Pasar itu Seperti Bau Mulut

Page 7: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

07edisi 05/Juli 2009 Jendela

diskusi & seminar

Kebangkitan nasional meru pakansalah satu momen penting dalam

sejarah bangsa. Sudah satu abad lebihmomen tersebut terlewati dan terusdiperingati setiap tahunnya. Berbagaitema kebangkitan pun selalu bergantimengiringi peri ngatan hariKebangkitan Nasional (Harkitnas).Namun, apakah nilai-nilai kebangkitannasional yang tertanam juga ikutberganti pada setiap diri masyarakatkini?

Kuliah Tjokroaminoto untukKebangsaan dan Demokrasi pada 29

Mei lalu mencoba menjawabproblematika di atas. Mengusungtema Kebangkitan Nasional, Perubahanatau Kesinambungan? Tinjauan HistorisKebangkitan Nasional dalam RelevansiPolitik Kekinian, kuliah siang itu diisioleh Dr. Taufik Abdullah, Sejarawansekaligus Peneliti Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI).Menurutnya, Indonesia kini takubahnya ketika jaman penjajahankolonial sebelum kebangkitannasional lahir. Para pemimpin bangsaseperti kembali mengulang sejarah

pra-kebangkitan nasional, yaituberjuang dengan kepen tingangolongan masing-masing.

“Tiga setengah abad kita dijajah,terhitung sejak kedatangan Cornelisde Houtman tahun 1596 di Banten,nampaknya kembali terulang olehpemimpin-pemim pin kita saat ini.”ujarnya. Ia menegaskan bahwaIndonesia kini rindu akan sosokpemimpin seperti Soekarno yang kalaitu selalu menumbuhkan hasratrakyat pribumi untuk bangkit, lepasdari penjajahan Belanda. “Kini hasrattersebut tinggalah perayaan-perayaansaja tanpa esensi dari kebangkitannasional itu sendiri.” jelas sejarawanasal Sumatera Barat ini.

Dalam kuliahnya, Taufik tak segan-segan berbagi pengala man nyaberkenaan nilai kebangkitan nasionaldari berbagai rezim pemerintahanyang pernah ada di Indonesia. Dirinyamengaku mendapat pelajaran berartiketika harus mendapat penataran P4saat orde lama berlangsung. ”Padasaat itu saya bersyukur, karena ketikaitu saya jadi paham nilai-nilai yang

terkandung dalam UUD kita. Sangatmengagumkan karena tantangan kitasaat ini sangat besar. Adapemberontakan, pemekaran akibatdessentralisasi, dapat kita ambilpelajaran sebagai modal kebangkitankita.” ujar Taufik.

Terlepas dari tema kuliah, KuliahTjokroaminoto ini sendiri diharapkandapat membangkitkan semangatkebangsaan para mahasiswa dalammengkaji setiap permasalahan bangsa.“ Tujuan kita menghadiri kuliah iniadalah untuk menjawab tantanganzaman” kata Joko Susanto, S.IP, M.Sc,Ketua Dewan Pemangku KuliahTjokroaminoto dalam sambutan nyamengantar kuliah Tjokroami notosiang itu.

Untuk bulan ini rencananyakuliah Tjokroaminoto akan men jaringaudience lebih luas denganmengunjungi kampus-kampus diSurabaya. Sebagai tujuan pertama, ITSmenjadi tuan rumah pertamadiselenggarakannya kuliah kebang saanini. (zaq)

Kuliah Tjokroaminoto Tinjau Kebangkitan Nasional

Dr. Taufik Abdullah didampingi Yayan Sakti Suryandaru

Para dosen jurusan HubunganInternasional (HI) dari 14

Universitas di Indonesiaberkumpul di ruang Cakra FISIPUnair. Sebuah acara yang berta-juk Komunike ini diseleng-garakan oleh HI Unair sebagaipertemuan nasional rutinbersama para dosen HI se-In-donesia. Dalam pertemuan yangdiselenggarakan 24-25 Juni laluini membahas 3 topik utama.

Topik yang pertama menge -nai keprihatinan tentang massa -lisasi sarjana HI. “Jika dilihat,perkembangan prodi HI di selu-ruh Indonesia tergolong lambat,”ujar Joko Susanto. Sehinggamenurutnya diperlukan adanyapublikasi ke masyarakat luas, se-hingga prodi HI semakin dikenal.Selain itu adanya penambahanjumlah mahasiswa tanpa diim-bangi kapasitas kelembagaan danmodalitas yang memadai.

“banyaknya lulusan HI, tetapibanyak pula yang tidak aplikatif(bekerja sesuai bidangnya, red)”,kata ketua panitia komunike ini.

Diskusi yang kemudian mem-bahas masalah ketidakseimba-ngan jumlah pengajar/dosenserta mahasiswa. Adanya ketidak-seimbangan rasio ini dikhawatir -kan dapat merusak citra diri.Belum lagi minimnya sarana pen-dukung dasar sehingga tidakdapat memenuhi karakteristikstage of art dari studi HI.

Hal yang paling menarikperhatian para peserta diskusiyaitu tentang pembentukanasosiasi sarjana HI Indonesia. Se-buah wadah bagi para alumnus,para pakar HI, bahkan anggotadepartemen luar negeri (deplu)berkumpul. Beberapa pesertadiskusi menambahkan bahwaasosiasi ini berbeda dari organi-sasi profesional serupa karena

ruang lingkupnya yang lebih luas.Daffri Darussalim menyatakanbahwa asosiasi ini nantinya jugaakan memberi masukan terha-dap kebijakan deplu. Tidak hanyaitu, asosiasi ini diharapkanmampu memberi masukanbahkan menentukan mata kuliahserta kurikulum HI. Para pesertadiskusi pun setuju asosiasi inisegera dibentuk. Kajur HI UGMini menam bahkan, pertemuan-

pertemuan seperti inimerupakan bagian sektor hulu,karena kita baru akan mem -bentuk sebuah wadah. Hilirnyayaitu terbentuknya asosiasi ini.Dalam pertemuan ini jugadibahas pertemuan selanjutnyayang akan diadakan diUniversitas Dr. Moestopo(Beragama) bulan Desembermendatang

(deb)

Ketika Dosen HI Indonesia Berkumpul

Pertemuan dosen HI se-Indonesia di Ruang Cakra Gedung C FISIP Unair

Page 8: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

08 Jendela edisi 05/Juli 2009

mahasiswa

Trans7 mengadakan open recruitmentdengan bekerja sama dengan FISIP Unair.

Kegiatan yang diadakan selama 3 hari yaitutanggal 8-10 Juni ini bertempat di gedung CFISIP. Broadcast Development Programe inimerupakan program tahunan dari Trans7untuk menjaring karyawan baru dari berbagaikota besar seperti Jakarta dan Bandung.”Sebenarnya Unair ini boleh dibilang tempatfavorit kita untuk menga dakan openrecruitment seperti ini,”ujar Latief Harnoko,General Manager HRD. Sebab sudah 3 tahunterakhir, Unair menjadi lokasi open recruitment.Ini kali pertama Trans7 mengada kannya diFISIP. Sebelumnya Trans7 pernah mengadakandi beberapa fakultas lain seperti FIB, Farmasi,dan Psikologi.

Salah satu syarat dan ketentuan untukmenjadi peserta yaitu lulusan D3/S1 sertamemiliki IPK min 2,75. Pada hari pertamadilakukan test tulis di gedung C. Peserta yanglolos tahap I, keesokannya langsung mengikutipsikotest, dan wawancara pada hari ketiga.”Pengu mu man bagi yang lolos seleksi bisa

dilihat di website maupun di papan pengu -muman,” tutur Noko, panggilan Harnoko.

Kegiatan rutin ini tidak hanya mencarikaryawan untuk ditempatkan di stasiun TVJakarta, tapi juga menjadi biro Surabaya. Jumlahtenaga kerja yang dibutuhkan pun cukup

banyak, kurang lebih 100 orang. Pada haripertama pendaftar mencapai ratusan orang.Hingga akhirnya menyusut, dan hanya 9 orangyang lolos. Dari UNAIR sendiri, ada sekitar 3orang yang berhasil lolos seleksi. Selamat!!

(deb)

Pertama Kalinya FISIP, Open Recruitment TRANS7

Departemen Hubungan Internasional (HI)Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Unair patut berbangga. Sebab, salahsatu mahasiswi HI angkatan 2005, WidyDinarti, menjadi satu-satunya delegasiIndonesia untuk mengikuti AIESEC Asia PacificMember Committee Transition Conference(APMCTC) Lauching the World Class GrowthNetwork di Hotel Cap Saint Jacques, Vung Tau,Vietnam.

Konferensi internasional tahunan yangdiadakan oleh AIESEC ini berlangsung daritanggal 18-21 Mei 2009.Konferensi ini dihadiri olehkurang lebih 50 pesertadari berbagai negara,antara lain Aus -tralia, Kanada,Hong Kong,Indonesia, Itali,dan seba gai nya.

TerpilihnyaWidy sebagaidelegasi Indo ne -sia dalamAPMCTC tidakterlepas dari jaba tan -nya sebagai LocalCommitte President(Presiden Tingkat Lokal) AIESEC

Surabaya periode 2009-2010. AIESEC sendirimerupakan organisasi global, non-politik,independen, not-for-profit yang dijalankanoleh mahasiswa dan fresh graduate.

”Untuk ikut konferensi ini memang nggakgampang. Selain minimal jadi Local CommittePresident atau Member Committee (pengurusnasional) AIESEC, calon delegasi harusmelewati proses voting dari para members,dan dapet endorsement dari AIESEC lainnya,”ujar Widy.

Selama mengikuti konferensi,menurut Widy, ada empat

kegiatan yang dilaku -kan para peserta,

yaitu pemben -tukan kerja -

sama danperu mu sanb e n t u kke g i a t a na n t a rAIESEC din e g a r a -

negara se-Asia Pasifik,

pengem banganskill dan kompe -

tensi para pemimpinAIESEC, serta global village

yang dihadiri oleh lebih dari 300 siswa di VungTau, Vietnam.

Melalui kegiatan-kegiatan tersebut,menurut Widy, dapat memberikan manfaatbagi AIESEC di Jawa Timur. ”Lewat konferensiini, kita bisa meningkatkan networking dankerjasama internasional dengan parapemimpin AIESEC di tingkat Asia Pasifik,”tambah Widy. Alhasil, konferensi ini akanmendukung tercapainya peningkatan kualitasAIESEC Global Exchange Program di JawaTimur.

Global Exchange Program sendirimerupakan program AIESEC yang merekrutmahasiswa-mahasiswa terpilih dari Indonesiauntuk bekerja secara profesional dalamproyek-proyek sosial. ”Nantinya mahasiswa-mahasiswa itu akan dikirim ke negara-negaraTaiwan, Hong Kong, atau Cina. Disana, merekamelakukan kegiatan sosial seperti mengajarbahasa Inggris, atau melakukan kegiatansosial dan lingkungan lainnya,” ungkapDelegasi Terbaik dalam AIESEC IndonesiaNational Conference II Semarang 2009 itu.

Setelah mengikuti konferensi APMCTC,banyak pengalaman yang diperoleh Widy. ”Aku jadi lebih tahu kompetensi diri sendiri danorang lain. Selain itu, aku juga bisa bikinpatnership sama teman-teman dari negaralain. Dan pastinya aku nggak akan punyakesempatan ikut konferensi sampai keVietnam kalo nggak ikut AIESEC,” kataalumnus SMA Negeri 3 Malang tersebut.

(int)

Ikut AIESEC, Mahasiswi HI Konferensi di Vietnam

Page 9: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

09edisi 05/Juli 2009 Jendela

seputar fisip

Apa jadinya jika sebuah tayanganparodi politik televisi diangkat

menjadi sebuah film layar lebar?Dikemas dalam genre drama-komedi, Film Calo Presiden (Capres)sukses menam pilkan tayanganparodi politik fenomenal RepublikMimpi ke dalam film layar lebarberdurasi 90 menit. Masih denganciri khas sindiran-sindiran cerdasnan kritis, Capres mencoba meng -gambarkan sketsa politik bangsayang kini tengah sibuk dalamPemilihan Umum (Pemilu).

Ditemui saat promo film diruang Adi Sukadana Fisip Unair 8Juni lalu, sejumlah pemain besertapendukung film Capres mema -parkan segala uneg-uneg merekadalam memproduksi film terse but.Diantara para pemain yang hadirsiang itu adalah Dwi Sasono, SujiwoTejo, Feby Febiola, George Sapulidi,dan tak ketinggalan Novi … selakupihak ninefx production, productionhouse tempat film Capres inidiproduksi.

“Benar-benar bukan sekedar

film komedi sindiran belaka. Film inijuga dikemas dalam balutan dramadan sedikit action. Dan padaakhirnya para penonton akantersenyum sambil menangis dibagian ending film.” ungkap DwiSasono, pemeran utama film Capres.Film yang sempat menda patkanpenghargaan dari Museum RekorIndonesia (MURI) atas jumlahcameo terbanyak ini me ngi sahkanperjalanan (Dwi Saso no), seorangOffice Boy yang ke mudian alihprofesi menjadi kandidat CapresPartai Anggaran Semua Untukmu(ASU).

Disinggung masalah komer si a -litas sinema, Sujiwo Tejo mem ban -tah anggapan tersebut. Me nu rut nyafilm ini memiliki idealisme yangcukup tinggi. Sehingga apa yangdisampaikan dalam Capres murnisebagai tontonan kritis yangmencer das kan penontonnya.

“Semua hal pasti ada sisi bisnisnya,termasuk hubungan kita denganpacar kita. Namun film ini pureberbicara kritik. Kalaupun harusuntuk tujuan bisnis, film ini tidakakan mengangkat tema politik.Angkat saja tema komedi-hororatau ko medi-seks yang memang se -dang trend saat ini.” ungkap SujiwoTejo saat menjawab perta nyaansalah satu audience yang hadir dalampromo tersebut.

Film Capres sudah tayang dibioskop-bioskop seluruh Indo ne siasejak 4 Juni lalu. Dalam peng ga -rapannya, film ini mempercayai TotoHoedi, yang merupakan seorangdosen sinematografi di NextAcademy, sebagai sutradara danEffendi Gazali selaku script writer.Effendi Gazali sendiri sudah seringkita jumpai di parodi politik RepublikMimpi di stasiun-stasiun televisiswasta Indonesia. (zaq)

Para pemeran Film Calo Presiden

Film Capres, Kritis dengan Komedi

Dalam rangka menggiatkan parapelaku video, khusus nya di

Surabaya, untuk terus berkarya,mulai tanggal 9-13 Juni 2009,bertempat di Galeri SurabayaKomplek Balai Pemuda Surabaya,diadakan festival video pertama diSurabaya, Video: WRK SurabayaInternational Video Festival (SIVF)2009.

Salah satu rangkaian programVideo: WRK (SIVF) 2009 adalahworkshop presentation oleh ForumLenteng (FL) Jakarta di mini theaterFISIP Unair (10/6). Dalam acara yangdihadiri oleh dosen serta paramahasiswa Departemen Komunikasitersebut, para anggota ForumLenteng memamerkan karya-karyavideo documentary mereka dari tahun2003-2009 yang juga akan diputar diSIVF.

Acara ini dibuka dengan pemu -taran beberapa karya para anggotaFL, seperti video Andi Bertanya, Bilal,dan Jalan Tanpa Ujung. MenurutAndang, salah satu anggota ForumLenteng, dalam membuat video, paraanggota FL selalu mela kukan riset

serta memilih subjek dan lokasi yangmemiliki kedekatan dengan sipembuat video. “Ketika saya mem -buat video Andi Bertanya yangberkaitan dengan masalah tata kota,saya tidak usah pergi jauh-jauh kekantor tata kota untuk me ngam bilgambar. Saya cukup mengambilsituasi yang mengawakili permasa -lahan tersebut disekitar saya. Yah,jadilah video Andi Bertanya,” terangAndang.

Ide-ide yang ditampilkan dalamvideo karya para anggota FLmemang tergolong unik. MenurutAdel, anggota FL, mendapatkan ideseperti yang mereka tampilkandalam karya video mereka bukanlahhal yang mudah. “Terkadang ide tumuncul gitu aja, tergantung gimanakita ngeliat fenomena yang terjadi disekitar kita,” ujar Adel.

FL sendiri melihat karya-karyamereka sebagai video aksi docu -mentary. Melalui medium video, paraanggota FL bisa merekam peristiwaapapun secara bebas tanpa harusterpaku pada aturan-aturan tertentu.”Menurut saya, video itu medium

yang egaliter. Video punya teknologiinstant playback sehingga kita bisaberkreasi secara bebas lewat video.“Mau videonya kita putar balik punbisa. Terserah kita”, kata Andang.

Bagi FL, video memang tidakhanya berfungsi sebagai alat perekamsaja. “Ada demokratisasi dalammedium video. Lewat video, kita bisamenampilkan representasi dari suatufenomena secara bebas, baik secarateknis maupun isi cerita. Intinya, tidakada yang baku dalam video,” tambahAkbar, anggota FL yang lain.

Forum Lenteng merupakansalah satu forum anak muda penggiat

medium video di tanah air. Berdirisejak Juli tahun 2003, forum yangdidirikan oleh para mahasiswa ilmukomunikasi salah satu universitas diJakarta itu, telah memproduksibanyak video, mengadakan workshoppembuatan video baik bagi kalanganinternal maupun eksternal forum,serta membuat video base mengenaisejarah perkembangan video diIndonesia. Keberadaan forum inidiharapkan dapat menjadi wadahbagi para pelaku video untuk terusberkarya serta memasyarakatkanvideo sebagai salah satu mediaberekspresi secara bebas. (int)

Berdemokratisasi Lewat Medium Video

Workshop presentation oleh Forum Lenteng (FL) Jakarta di mini theater FISIP Unair

Page 10: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

10 Jendela edisi 05/Juli 2009

seputar fisip

Sejumlah 27 orang dosen Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair masuk

dalam daftar 299 calon penerima sertifikasidosen (Serdos) Unair tahun ini. Serdos yangbaru berjalan sejak tahun 2007 itu diseleng-garakan langsung oleh Direktorat JenderalPerguruan Tinggi (Dikti), guna meningkatkankualitas pendidikan tinggi nasional, khususnyakualitas para tenaga pengajarnya.

Kepala Bagian Akademik Fisip Unair, Kar-naji S.Sos.,M.Si mengatakan, Serdos tahun initelah berjalan dari bulan April dan akan berak-hir pada Oktober 2009. Hingga kini Serdostelah melewati tahap seleksi fakultas dan sela-njutnya akan diproses lebih lanjut di LembagaPengkajian Penelitian dan Pengembangan(LP3) Unair. Diakui olehnya, Serdos yang dila-kukan Unair memang lebih ketat dan melaluibanyak tahap ketimbang Universitas lain.

Untuk terpilih dalam daftar calon usulanSerdos, para dosen harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.”Di Fisip terdapat dua kriteria urutan dosenyang dapat mengikuti Serdos, kriteria tersebutkami prioritaskan pada dosen yang memilikijabatan akademik lektor kepala dan lamanyamasa kerja dosen tersebut.” jelas Karnaji.

Selain kriteria-kriteria di atas terdapat kri-teria lainnya.Diantaranya tidak sedang menga-jukan guru besar, tidak sedang bersekolah, baikdi luar maupun di dalam negeri, dan tidak se-dang mengajukan pensiun.

Sementara untuk membagi kuota pesertaserdos di masing-masing fakultas ada rumustersendiri. Yakni, jumlah dosen S-2 ditambah

S-3 yang terdapat di fakultas dibagi S-2 ditam-bah S-3 dosen nasional. Kemudian, hasilnya di-kalikan kuota. ”Untuk tahun ini, FISIP

mengajukan sejumlah 27 orang. 27 tersebutdiambil dari 30 orang dimana tiga sisanya me-rupakan cadangan. Sedangkan tahun 2007 lalu,FISIP hanya mengajukan 12 dosennya.” ujarKarnaji, yang juga merupakan pengajar dariDepartemen Sosiologi.

Dalam melaksanakan sertifikasi sendiri,diakui Karnaji, banyak kendala yang dijumpai.Seperti misalnya permasalahan kelengkapandokumen. ”Kelengkapan dokumen sangat ber-pengaruh pada penilaian kelayakan dosen ter-sebut. Apabila terdapat, satu saja, bagian yangbelum dimasuki dokumen, maka akan beru-jung pada pengurangan poin sertifikasi.”, ung-kapnya.

Apabila telah tersertifikasi, tidak hanyadosen yang memperoleh manfaat seperti tun-jangan profesi satu kali gaji pokok per bulan,tetapi juga bagi universitas yang bersangkutan.Dengan semakin banyaknya jumlah dosenyang tersertifikasi maka akan membuat akre-ditasi jurusan atau fakultas suatu universitasjadi lebih baik.(zaq)

Fisip Ajukan 27 Nama dalam Serdos 2009

Gedung Panitia Sertifikasi Dosen Universitas Airlangga

No. Nama NIP Pendidikan Jabatan1 Drs. Ig. Basis Susilo, MA 130937977 S2 Lektor Kepala2 Dra. Sri Moerdijati, MS. 131125226 S2 Lektor Kepala3 Drs. Benny Soembodo, M.Si 131287531 S2 Lektor Kepala4 Drs. Ajar Triharso, MS. 131289504 S2 Lektor Kepala5 Drs. Aribowo, MS 131453806 S2 Lektor Kepala6 Drs. Djoko Sulistyo, MS. 131453807 S2 Lektor Kepala7 Drs. Moh. Adib., M.Si. 131801411 S2 Lektor Kepala8 Drs. Septi Ariadi, MA. 131836626 S2 Lektor Kepala9 Drs. Eko Supeno, M. Si. 131871469 S2 Lektor Kepala

10 Drs. Sudarso, M.Si. 132014462 S2 Lektor Kepala11 Dra. ToetikKoesbardiati, Ph.D. 132048449 S3 Lektor Kepala12 Drs. Sutrisno, MS. 130937951 S2 Lektor13 Drs. Priyatmoko, MA. 130937952 S2 Lektor14 Drs. Ec. Didit Soepoyo, M.Si. 131289507 S2 Lektor15 Drs. Budi Setiawan, MA. 131453123 S2 Lektor16 Drs. Wisnu Pramutanto P, M.Si 131453124 S2 Lektor17 Drs. Daniel Theodore Sparringa, MA., Ph. D 131558575 S3 Lektor18 Dra. Udji Asiyah, M.Si. 131569359 S2 Lektor19 Dra. Hj. Lilik Salamah, M.Si. 131569360 S2 Lektor20 Dra. Hj. Siti Pudji Rahayu, MS. 131619143 S2 Lektor21 Drs. Nurcahyo Tri Arianto, M.Hum. 131773149 S2 Lektor22 Drs. Gatot Pramuka, M.Si. 131801401 S2 Lektor23 Drs. H. Sunaryo, MPSt. 131801641 S2 Lektor24 Drs. Djoko Adi Prasetyo, M. Si. 131836627 S2 Lektor25 Drs. Koko Srimulyo, M. Si. 131878366 S2 Lektor26 Drs. Vinsensio M.A.Dugis, MA., Ph.D. 131929862 S3 Lektor 27 Dra. Rahma Sugihartati 132048736 S2 Lektor

Sumber : Akademik Fisip Unair

Daftar Peserta Sertifikasi Dosen FISIP 2009

Page 11: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

11edisi 05/Juli 2009 Jendela

wacana

MELIHAT debat capres/cawa pres,ibarat melihat lukisan abstrak. Penuhwarna dan goresan pelukisnya, tetapibagi yang tak memahami terasa sulitdicerna. Semua media sudah mengupashal ini. Debat seperti percakapannormatif dan mengupas tema yangklise (Jawa Pos, 24/6). Hal ini cukupberalasan, jika menilik tema debatcawapres ‘Jati Diri Bangsa’. Hinggausainya debat, tidak jelas tawaran apayang disodorkan ketiga cawapres.Secara ekstrem, saya berpendapatjawaban para kandidat masihmenggunakan bahasa ‘GBHN’. Indahuntuk dibaca, tapi sulit untuk diukurindikator pencapaiannya.

Debat sangat diperlukan untukpencerdasan politik, rata-rata debatmemberikan tambahan pengeta huan30 persen bagi pemirsa tentangprogram para calon. Debat jugamerupakan wahana paling strategisbagi calon baru untuk memasuki arena,atau yang relatif tertinggal jauh padamasa-masa awal. Dengan kata lain,debat merupakan pula tempat bagimereka yang punya pemikiran-pemiki-ran baru. Akan tetapi debat tidak bisaberdiri sendiri. Ada isu yang harus di-hembus-hembuskan sebelum debat.Bagaimana solusi kandidat atas isu yangdilontarkan kepadanya. Isu inipun haruskonkret, bersinggungan betul dengankebutuhan masyarakat. Terutama isu-isu pelayanan dasar seperti pendidikan,kesehatan, ketenagakerjaan, kemiski-nan, atau lingkungan hidup. Jawabanpara kandidat ini, bisa dicross-chek ma-syarakat lewat debat yang tergelar.

Pertanyaan moderator dalam kon-teks ini, mempertajam pandangan kan-didat yag sudah terekspose

sebelumnya. Apakah kandidat konsis-ten dengan jawabannya antara sebelumdan waktu debat berlangsung? Ataukahada revisi dan perubahan pandangan,ketika kandidat berada dalam atmosferdebat? Moderator bisa menunjukkankepada masyarakat, mana kandidatyang memiliki konsistensi sikap sebagaipemimpin. Caranya bagaimana? Lewatpertanyaan yang digali dari rekamansikap dan opini kandidat sebelumnya.Tentu saja, rentetan pertanyaan inimasih dalam kerangka tema besardebat tersebut.

Misalnya tema ekonomi, salah satukandidat dalam iklan maupun banyakkesempatan lain bersikap, ’Kita harusmenjadi bangsa yang mandiri. Pemban-gunan harus menggunakan SDM danmodal milik bangsa sendiri.” Modera-tor bisa saja menanyakan kepada kan-didat ini, ”Bagaimana program Andauntuk menjadikan bangsa ini mandiri,di saat hutang kita masih menumpuk,lulusan sekolah masih berorientasimenjadi pegawai dan lemah jiwa kewi-rausahaannya, serta produk eksporkita yang rendah daya saingnya?” Tentusaja moderator harus cermat ketikakandidat memberikan jawabannya.

Ketika masih saja normatif dantidak jelas alat ukurnya, moderator bisa’menantang’ kandidat untuk menunjuk-kan program dan strategi taktis atassolusi persoalan itu. Bahkan, selamarentang waktu lima tahun pemerinta-han, kandidat bisa ditanya kapan pro-gram itu akan dijalankan. Semualangkah ini, paling tidak bisa menunjuk-

kan apakah kandidat calon pemimpinyang memahami persoalan. Tidak hanyasecara makro, tetapi sampai detil teknisoperasional menjalankan program ter-sebut.

BASE ON KAMPANYEBandingkan misalnya suasana

kampanye di Australia. Warga di sanaselalu menunggu bagaimana sikapkandidat atas isu seputar pajak,kesehatan, pendidikan, dan jaminansosial. Dalam setiap kampa nye,kandidat akan menunjukkan bagaimanasikapnya atas keempat isu ini. Wargabisa mengomentari sikap kandidat inidi berbagai media. Opini publik inilahyang dijadikan bahan mentah (rawmaterial) untuk menanyakan lebihlanjut kepada kandidat.

Tentu saja kita perlu menelisikbagaimana kampanye dan iklan politikdi Indonesia selama ini. Selama masakampanye, kita terbiasa terpapar IklanAdvokasi Kandidat. Iklan ini berupayamemuji-muji (kualifikasi) seorang calon.Pendeka tannya bisa retrospec tive policy-satisfaction (pujian atas prestasi masalalu kandidat), atau benevolent-leaderappeals (kandidat memang bermaksudbaik, bisa dipercaya, dan mengiden -tifikasi diri selalu bersama/ menjadibagian pemilih)

Memang kita belum memasukibudaya Attack Campaign/Advertising.Yaitu kampanye yang langsungmenohok, menuding kejelekankandidat lain. Semua masih menggu -nakan budaya politik ‘ketimuran’. Atau

dalam istilah jawa hanya berusaha‘nyemoni’ (menyindir). Meski kitapaham siapa yang disindir, tetapi masihmenggunakan pilihan kata (diksi) yanghalus dan tidak sarkasme. IklanMenyerang (Attacking) : berfokus padakega galan dan masa lalu yang jelek dariKompetitor; pendekatan nya bisaRitualistic (mengikuti alur per mai nanlawannya, ketika diserang, akan balikmenyerang).

Menurut saya ada yang baru dalamjagad komunikasi politik kita. Kitatengah memasuki era Contrasting/Comparative Cam paign/Advertising.Iklan Memper ban dingkan (Contras -ting) ini menyerang tapi denganmemper bandingkan data tentangkualitas, rekam jejak, dan proposalantar-Kandidat. Kita bisa menyimakmisalnya, iklan JK yang memper -bandingkan SBY selama memerin tahsangat tergantung pada bantuan asingdan lambat dalam mengambil kepu -tusan. JK menyo dorkan kam pa nyekeman dirian bangsa dan ‘lebih cepatlebih baik’. Mega-Prabowo yangmemaparkan selama lima tahunterakhir ini, ekonomi rakyat tidakmembaik dan harga kebutuhan pokokmakin melangit. SBY beru sa hamenangkis semua ini denganmenunjukkan data-data pertum buhanekonomi makin membaik, tingkathutang nasional makin mengecil.

Sayangnya hal ini tidak digali lebihdalam lagi dalam debat yang sudahberlangsung. (*)

Debat Masih di Awang-AwangYayan Sakti Suryandaru (Dosen Departemen Komunikasi)

Dari beberapa tawaran untuk meningkatkankemampuan riset dan ketrampilan

mahasiswa, kurang direspon mahasiswa FISIPUnair. Indikasi dari hal ini terlihat minimnyajumlah mahasiswa yang mengajukan proposalgelar IPTEK dan Pekan Ilmiah Nasioal (PIMNAS)yang akan dihelat di Malang bulan mendatang.“Kami sudah sosialisasikan ke BEM, KPS, hinggaHIMA jauh-jauh hari. Tetapi dari FISIP tidak adayang mengajukan diri,” ujar Karnaji, KabagAkademik.

Di ajang tersebut sebetulnya mahasiswa bisamenunjukan kemampuan dalam bidang IPTEKdan seni. “Di event itu juga ada lomba poster,yang sebetulnya teman-teman mahasiswa di sinibesar potensinya,” ungkap Karnaji.

Data lain juga menunjukkan, pada semesteryang lalu, digelar hibah penelitian mahasiswa yangmendaftar hanya enam proposal. Padahal, danayang dialokasikan sebesar Rp 60 juta rupiah danuntuk satu proposal mendapatkan Rp 6 jutarupiah untuk dana riset tersebut. “Dari DIKTImisalnya untuk hibah kewirausahaan yangdananya 25 juta per proposal, dari FISIP hanyasatu mahasiswa yang mendaftar. Juga dana untukpemikiran kritis mahasiswa juga dari Dikti, hanyasatu pelamar dari FISIP, “ ungkap Karnaji. Padahal,dari fakultas lain, jumlah mahasiswa pengajuproposal lumayan banyak.

Kondisi ini menunjukkan, perlu dibangunatmosfer akademik di lingkungan kampus oranyeini lebih optimal lagi. “Perlu di kampus ini

diciptakan mekanisme yag dapat membimbingmahasiswa secara kontinyu untuk memper -siapkan event-event seperti ini. Terutama paradosen tidak bisa melepas mahasiswa begitu saja,perlu satu tim yang memberikan pembekalankemampuan riset dan menghasilkan karya IPTEK,tidak hanya dalam rangka lomba tetapi intensdilakukan,” terang Suko Widodo, dosenKomunikasi.

Tentu saja hal ini memerlukan sinergi semuacivitas akademika FISIP Unair. BEM dan Himaterutama divisi penalaran mahasiswa, bersamapihak Dekanat perlu menciptakan mekanismekelembagaan dalam konteks ini. “Dalam bentuktutorial dan pendampingan dosen yang telahditunjuk, mahasiswa melakukan riset bersamadan menghasilkan karya seni secara periodik. Jadikalau ada lomba, maka bisa diadakan kompetisiinternal yang pemenangnya bisa mewakili FISIPUnair,” tambah Suko Widodo. (yyn/int)

Kegiatan Akademis Mahasiswa, Perlu Dipacu Lagi

Page 12: Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protectedfisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_5_juli_2009.pdf · Well Educated, Trained, Paid, Managed and Protected edisi 05 / Juli

Prof. Dr. Musta’in, Drs M.Si. bersama istri

12 Jendela edisi 05/Juli 2009

profil

BBelum selang sebulan sejakpengukuhanProf.Dr.Musta’in, Drs M.si,

FISIP UNAIR kembali menerimakedatangan seorang gurur besar baru.Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., MCom.,gurur besar dalam Ilmu ManajemenSumber Daya Manusia. Dosen IlmuAdministrasi Negara ini, membawakanpidato yang berjudul Manajemen SDM

sebagai titik tumpu perubahanbirokrasi.

Dalam pidatonya, 6 Juni silam, Jusufmenyatakan berbagai perubahan yangterjadi dalam berbagai bidang.Birokrasi menghadapi tantangan untukmengikuti perubahan dan perkem -bangan tersebut. Dalam hal ini, Jusufmenawarkan dua paradigma dalammengelola SDM yang dapat dijadikansebagai solusi permasalahan tersebut.Paradigma yang pertama yaitu HardHuman Resource Management (hardHRM) dan Soft Human ResourceManagement (soft HRM). Dalamparadigma soft HRM menitikberatkanpada manusia, sedangkan hard HRMpada sumber daya. “Keduanya memilikiimplikasi yang berbeda terutamadalam memposisikan danmemperlakukan manusia.” jelas priakelahiran Sorong ini. Menurut alumniSMAK St. Louis ini, tidak adaparadigma yang lebih baik. Sebabdalam manajemen tidak dikenal carayang paling baik tapi, hanya ada carayang paling sesuai.

Jusuf juga mengritik cara kerjabirokrasi. Jusuf menambahkan,”Birokrasi Indonesia dikenal sangatlamban dan berbelit dalam memberipelayanan disertai denganaparatur yang

inkompeten.” Berbagai tuntutan yangmuncul di masyarakat, mengharapkanbirokrasi Indonesia lebih berkualitas,demokratis, serta lebih bertanggungjawab. Penerima Satyalencana KaryaSatya ini juga menyatakan sulitnyamengubah birokrasi yang rigid dantidak fleksibel. Namun, Jusuf jugamemamparkan beberapa negara yangberhasil mengubah citra negatifbirokrasi, mulai dari China, Eropa,Malaysia, hingga Australia. Sehingga iapun mengatakan bahwa solusi yangbisa dilakukan yaitu denganManajemen SDM. ”Manajemen SDMmerupakan salah satu instrumenalternatif yang diyakini dapatmengatasi masalah SDM aparatur,”jelasnya.

Di akhir pidatonya, pengarang 10buku ini, mengucapkan terima kasihkepada berbagai pihak dan memohondoa restu dalam menjalankan amanatini. Jusuf tidak hanya memandangjabatan ini sebagai suatu kehormatansaja, tapi juga tanggung jawab.

(deb)

Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., M.Com :

Birokrasi Indonesia Masih Inkompeten & Rigid