tetanus
TRANSCRIPT
Tetanus
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai
dengan spasme otot yang periodik dan berat . Tetanus disebut
juga dengan "Seven day Disease". Dan pada tahun 1890,
ditemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang
mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut
menghasilkan pencegahan dari tetanus. (Nicalaier 1884, Behring dan
Kitasato 1890 ).
Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit
yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejeni neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf
dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid).
Kitasato merupakan orang pertama yang
berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang
terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat
dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik .
K a t a tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanus dari
teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit
infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan
trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus),
s p a s m e g l o t a l , k e j a n g , d a n p a r a l i s i s p e r n a p a s a n .
S p o r a C l o s t r i d i u m t e t a n i b i a s a n y a m a s u k kedalam tubuh
melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar
serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum )
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 1
Tetanus
Gambar : Spasme otot akibat masuknya toksin dari kuman Clostridium
tetani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 2
Tetanus
Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh
tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani,
merupakan basil Gram positif anaerob. Bakteri ininonencapsulated dan
berbentuk spora, yang tahan panas, pengeringan dan desinfektan.
Spora ada di mana-mana dan ditemukan di tanah, debu rumah, usus hewan
dan kotoran manusia. Spora ini akan memasuki tubuh penderita, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
Karakteristik Clostridium tetani
Clostridium tetani
Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob
obligat, dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick . Spora
yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan
antiseptik . I a d a p a t t a h a n w a l a u p u n t e l a h d i a u t o k l a f ( 1 2 1
0C , 1 0 - 1 5 m e n i t ) d a n j u g a r e s i s t e n terhadap fenol dan agen
kimia lainnya. Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan ditanah,
kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian.
Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran
penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus,
babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh, ia
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 3
Tetanus
akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai
racun yang menyerang bagian sistem saraf).
Clostridium tetani menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu
tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari tetanolysin tidak diketahui
dengan pasti, namun juga dapat menyebabkan lisis dari sel-sel darah
merah. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.
Tetanospasmin merupakan protein dengan berat molekul 150.000
Dalton, larut dalam air, labil pada panas dan cahaya, rusak dengan enzim
proteolitik Bentuk vegetative tidak tahan terhadap panas dan
beberapa antiseptic. Kuman tetanus tumbuh subur pada suhu
17oC dalam media kaldu daging dan media agar darah. Demikian
pula media bebas gula karena kuman tetanus tidak dapat mengfermentasi
glukosa.
B. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram
positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu
setelah inokulasi bentuk sporake dalam tubuh yang mengalami cedera/luka
(masa inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang
manifestasi
k l i n i s u t a m a n y a a d a l a h h a s i l d a r i p e n g a r u h k e k u a t a n
eksotoksin (tetanus, gasganggren, dipteri, botulisme). Tempat
masuknya kuman penyakit i n i b i s a b e r u p a luka yang dalam yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing
atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil
atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan
atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril. Pada keadaan
anaerobik , spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel
vegetatif bila dalam lingkungan yang anaerob, dengan tekanan
oksigen jaringan yang rendah. Selanjutnya, toksin akan diproduksi
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 4
Tetanus
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah
dan system limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada tempat-
tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak. Gejala
klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan
neuromuscular junction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat
luka menyebar ke motor endplate dan setelah masuk lewat
ganglioside dijalarkan secara intraaxonal ke dalam sel saraf tepi,
kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang. Akhirnya
menyebar ke SSP.
Gejala klinis yang ditimbulkan dari eksotoksin terhadap
susunan saraf tepi dan pusat tersebut adalah dengan memblok
pelepasan dari neurotransmiter
s e h i n g g a t e r j a d i k o n t r a k s i o t o t y a n g t i d a k terkontrol / eksitasi
terus menerus dan spasme. Neuron ini menjadi tidak mampu
untuk melepaskan neurotransmitter. Neuron yang melepaskan gamma
aminobutyric acid (GABA) dan glisin, neurotransmitter inhibitor
utama, sangat sensitif terhadap tetanospasmin, menyebabkan
kegagalan penghambatan refleks respon motorik terhadap rangsangan
sensoris. Kekakuan mulai p a d a t e m p a t m a s u k n y a k u m a n a t a u
p a d a o t o t m a s s e t e r ( t r i s m u s ) , p a d a s a a t t o x i n m a s u k
k e sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada
extremitas, otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul
kejang. Bilamana toksin mencapai korteks serebri, menderita akanmulai
mengalami kejang umum yang spontan. Karakteristik dari spasme
tetani ialah menyebabkan kontraksi umum kejang otot agonis dan
antagonis. Racun atau neurotoksin inipertama kali menyerang
saraf tepi terpendek yang berasal dari system saraf kranial,
dengan gejala awal distorsi wajah dan punggung serta kekakuan dari otot
leher. Tetanospasmin pada system saraf otonom juga berpengaruh,
sehingga terjadi gangguan pernapasan, metabolisme, hemodinamika,
hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuscular. Spasme
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 5
Tetanus
larynx, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperflexi,
hyperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf
ototnom, yang dulu jarang karena penderita sudah meninggal
sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi
dan pernapasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf
otonom harus dikenali dan di kelola dengan teliti.
T e t a n o s p a s m i n a d a l a h t o k s i n y a n g m e n y e b a b k a n
s p a s m e , b e k e r j a p a d a b e b e r a p a l e v e l d a r i susunan syaraf pusat,
dengan cara :
Toksin menghalangi neuromuscular transmission
dengan cara menghambat pelepasanacethyl-choline dari
terminal nerve di otot.
Karakteristik spasme dari tetanus terjadi karena toksin
mengganggu fungsi dari reflekssynaptik di spinal cord.
Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari
toksin oleh cerebral ganglioside.
Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik
Nervous System (ANS ) dengan gejala
: berkeringat, hipertensi
yang fluktuasi,periodisiti takikhardia, aritmia jantung,
peninggian cathecholamine dalam urine.
T i m b u l n y a k e g a g a l a n m e k a n i s m e i n h i b i s i y a n g
n o r m a l , y a n g m e n y e b a b k a n m e n i n g k a t n y a aktifitas dari
neuron yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus.
Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif
terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak
hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga
dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme
otot yang khas. Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu :
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 6
Tetanus
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu
silindrik dibawa kekornuanterior susunan syaraf pusat
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi
darah arteri kemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat.
A k i b a t d a r i t e t a n u s a d a l a h rigid paralysis( k e h i l a n g a n
k e m a m p u a n u n t u k b e r g e r a k ) p a d a voluntary muscles (otot
yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena
biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah. Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalanpernafasan dan rasio kematian
sangatlah tinggi.
C. EPIDEMIOLOGI
D i n e g a r a y a n g t e l a h m a j u s e p e r t i A m e r i k a S e r i k a t
k e j a d i a n t e t a n u s y a n g d i l a p o r k a n t e l a h menurun secara
substansial sejak pertengahan 1940 karena meluasnya
penggunaan imunisasi terhadap tetanus. Selain itu sanitasi
lingkungan yang bersih.
(Penurunan kasus tetanus di AS karena ada program imunisasi nasional)
Namun berbeda dengan yang terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi,
hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah
terjadi kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan, kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 7
Tetanus
tetanus. Oleh karenaitu tetanus masih menjadi masalah kesehatan,
terutama penyebab kematian neonatal tersering
o l e h k a r e n a t e t a n u s n e o n a t o r u m . A k h i r a k h i r i n i d e n g a n
a d a n a y a p e n y e b a r l u a s a n p r o g r a m imunisasi di seluruh dunia,
maka angka kesakitan dan kematian menurun secara drastis.
D. MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Secara keseluruhan tingkat kematian sekitar 45%.
Klinis tetanus bergantung terhadap pernah atau tidaknya seseorang
mendapatkan vaksin tetanus toksoid pada waktu selama hidup mereka.
Yang pernah mendapatkan vaksin klinisnya tidak begitu berat berbeda
dengan yang tidak cukup divaksinasi atau tidak divaksinasi sama sekali.
Angka kematian di AS 6% bagi mereka yang telah menerima 1-2 dosis
toksoid tetanus, dibandingkan dengan 15% bagi mereka yang tidak
divaksinasi. Angka kematian di AmerikaSerikat adalah 18% 1998-
2000 dan 11% tahun 1995-1997, tingkat kematian sebesar 91% dilaporkan
pada tahun 1947. Angka kematian yang tertinggi bagi orang-
orang berusia 60 (40%) dibandingkan dengan mereka yang berusia
20 sampai 59 tahun (8%). Dari tahun 1998 hingga 2000, 75% kematian di
AmerikaSerikat adalah di antara pasien yang lebih tua dari 60 tahun.
E. MANIFESTASI KLINIK
M a s a i n k u b a s i 5 - 1 4 h a r i , t e t a p i b i s a l e b i h p e n d e k ( 1
h a r i a t a u l e b i h l a m a 3 a t a u b e b e r a p a minggu). Makin
pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya. Terdapat
hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium tetani dengan
susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan
penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka masa inkubasi makin
panjang. Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni :
1. Localited tetanus ( Tetanus Lokal )
2 . C e p h a l i c T e t a n u s
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 8
Tetanus
3. Generalized tetanus (Tetanus umum) Dan ada Neonatal tetanus.
Karakteristik dari tetanus
Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap
selama 5 -7 hari.
Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya• Setelah 2
minggu kejang mulai hilang.
Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada
rahang dari leher. Kemudian timbulkesukaran membuka mulut (
trismus, lockjaw ) karena spasme Otot masetter.
Kejang otot berlanjut ke kuduk kaku ( opistotonus , nuchal
rigidity )
Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran
alis tertarik keatas, sudut muluttertarik keluar dan ke bawah,
bibir tertekan kuat .
Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan
opistotonus, tungkai dengan eksistensi,lengan kaku dengan
mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia
dan sianosis, retensi urin, bahkandapat terjadi fraktur collumna
vertebralis ( pada anak ).
1. Tetanus local (lokalited Tetanus)
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang
persisten, pada daerah tempatdimana luka terjadi (agonis,
antagonis, dan fixator). Hal inilah merupakan tanda dari tetanus
l o c a l .
K o n t r a k s i o t o t t e r s e b u t b i a s a n y a r i n g a n , b i s a b e r t a h a n
d a l a m b e b e r a p a b u l a n t a n p a progressif dan biasanya menghilang
secara bertahap. Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 9
Tetanus
generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang
menimbulkan kematian. Bisa juga lokal tetanus ini dijumpai sebagai
prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah.
Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberianprofilaksis antitoksin.
2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus.
Masa inkubasi berkisar 1 –2hari, yang berasal dari otitis media kronik
(seperti dilaporkan di India ), luka pada daerah mukadan kepala, termasuk
adanya benda asing dalam rongga hidung. Tetanus cephalic dicirikan oleh
lumpuhnya saraf kranial VII paling sering terlibat. Tetanus Ophthalmoplegic
ialah tetanus yang berkembang setelah menembus luka mata dan luka
dalam dengan kelumpuhan dari safar cranial III dan adanya ptosis.
Selain itu bisa juga kelumpuhan dari N. IV, IX, X, XI, dapat
sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari
bahkan berbulan-bulan. Tetanus chepalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosanya jelek.
3. Generalized Tetanus
B e n t u k i n i y a n g p a l i n g b a n y a k d i k e n a l , s e r i n g
m e n y e b a b k a n k o m p l i k a s i y a n g t i d a k dikenal beberapa tetanus
lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam. Trismus merupakan
gejala utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang disebabkan oleh
kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot leher
yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala
lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-
otot muka, opistotonus ( kekakuan otot punggung), kejang
dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa
menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa terjadi disuria
dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan didalam
otot. Kenaikan temperatur biasanyahanya sedikit, tetapi begitupun
bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 10
Tetanus
darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya
meninggal. Diagnosis ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.
Menurut berat ringannya tetanus dibagi atas :
1) T e t a n u s r i n g a n :
T r i s m u s l e b i h d a r i 3 c m , t i d a k d i s e r t a i k e j a n g
u m u m w a l a u p u n dirangsang.
2) Tetanus sedang :
Trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang.
3) Tetanus berat :
Trismus kurang 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas :
1) Grade I (ringan) :
- Masa inkubasi lebih dari 14 hari.
- P e r i o d o f o n s e t > 6 h a r i
- T r i s m u s p o s i t i f t a p i t i d a k b e r a t
- Sukar makan dan minum tetapi disfagi tidak ada
- Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme
disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau
hari.
2) Grade II (sedang) :
- M a s a i n k u b a s i 1 0 - 1 4 h a r i
- Period of onset 3 hari atau kurang
- T r i s m u s d a n d i s f a g i a d a
- Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi
dispnoe dan sianosis tidak ada
3) Grade III (berat):
- Masa inkubasi < 10 hari- Period of onset < 3 hari
- Trismus dan disfagia berat
- Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia,
ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 11
Tetanus
4. Neonatal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui
tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan.
Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang
t i d a k s t e r i l , b a i k o l e h p e n g g u n a a n a l a t y a n g t e l a h
t e r k o n t a m i n a s i s p o r a Clostridium tetani, m a u p u n penggunaan
obat-obatan untuk tali pusat yang telah terkontaminasi.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat
tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam
terjadinya neonatal tetanus.
Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RS Dr.Pringadi Medan, padatahun 1981, ada 42 kasus dan
tahun 1982 ada 40 kasus tetanus biasanya ditolong melalui tenaga
persalianan tradisional (TBA = Traditional Birth Attedence ). 56 kasus
( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus (24,39 %) , dan selebihnya
melalui dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ).
Berikut ini tabel. Yang memperlihatkan instrument Untuk memotong
tali pusat. Tabel I : BAHAN UNTUK MEMOTONG TALI PUSAT
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 12
Tetanus
S e d a n g k a n b e r i k u t i n i p a d a t a b e l 2 M e m p e r l i h a t k a n
m a t e r i a l y a n g d i p e r g u n a k a n u n t u k t a l i pusat.
TABEL 2. : MATERIAL UNTUK TALI PUSAT
J a d i d a r i t a b l e d i a t a s ( T a b e l 2 )
t e r l i h a t d a r i 2 9 k a s u s ( 3 5 , 3 7 % ) b i a s a n y a
m e r e k a mempergunakan alkohol / spiritus untuk perlindungan
terhadap tali pusat, sedangkan 26 kasus ( 31,70 %) mereka
mempergunakan material yang berbeda berupa herbal origin.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien
sewaktu istirahat, berupa :
Gejala klinik - Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus
( sardonic smile ).
Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
Kultur : C. tetani (+).
Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 13
Tetanus
G. DIAGNOSIS BANDING
U n t u k m e m b e d a k a n d i a g n o s i s b a n d i n g d a r i t e t a n u s ,
t i d a k a k a n s u k a r s e k a l i d i j u m p a i d a r i pemeriksaan fisik,
laboratorium test (dimana cairan serebrospinal normal dan pemeriksaan
darah
r u t i n n o r m a l a t a u s e d i k i t m e n i n g g i , s e d a n g k a n S G O T , C P K
d a n S E R U M a l d o l a s e s e d i k i t meninggi karena kekakuan otot-
otot tubuh), serta riwayat imunisasi yang lengkap atau
tidak lengkap, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardonicus dan kesadaran
yang tetap normal.
a) Meningitis bacterial
Pada penyakit ini trismus tidak ada, kesadaran penderita biasanya
menurun. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi,
dimana adanya kelainan cairan serebrospinal yaitu jumlah sel
meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun.
b) Poliomyelitis
Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya
trismus. Pemeriksaan cairan serebrospinalis menunjukan
lekositosis. Virus polio diisolasi dari tinja danpemeriksaan
serologis, titer antibody meningkat.
c) R a b i e s
S e b e l u m n y a a d a r i w a y a t g i g i t a n a n j i n g a t a u h e w a n
l a i n . T r i s m u s j a r a n g d i t e m u k a n , kejang bersifat klonik.
d) Keracunan strychnine
Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum
e) T e t a n i
Timbul karena hipokalsemia dan hipofosfatemia dimana kadar kalsium
dan fosfat dalams e r u m r e n d a h . Y a n g k h a s b e n t u k s p a s m e
o t o t i a l a h k a r p o p e d a l s p a s m e d a n b i a s a n y a diikuti
dengan laringospasme, jarang dijumpai trismus.
f) Retropharyngeal abses
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 14
Tetanus
Trismus selalu ada pada penyaikit ini, tetapi kejang umum tidak ada.
g) Tonsillitis berat
Pada penderita panas tinggi, kejang tidak ada tapi trismus ada.
h) Efek samping fenotiasin
Adanya riwayat minum obat fenotiasin. Kelainan berupa sindrom
ektrapiramidal. Adanya reaksi distonik akut, torsicolis dan kekakuan
otot.
i) Kaku kuduk juga dapat terjadi pada mastoiditis, pneumonia
lobaris atas, miositis leher dan spondilitis leher.
Berikut ini Tabel 3 yang memperlihatkan differential diagnosis
Tetanus :
H. PENATALAKSANAAN
Umum
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 15
Tetanus
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani,
menetralisirkan peredaran toksin,mencegah spasme otot dan
memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan
tersebutdapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa :
Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi
jaringan nekrotik),
membuangb e n d a a s i n g d a l a m l u k a s e r t a k o m p r e s
d e n g a n H 2 0 2 , d a l a m h a l i n i p e n a t a l a k s a n a a n ,
terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS
dan pemberian Antibiotika , Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan
tergantung kemampuan membuka mulut danmenelan. Bila
ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan
tindakan terhadap penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Obat- obatan
Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis
50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari.
Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi
2 gram dan diberikan dalam d o s i s t e r b a g i ( 4 d o s i s ) .
B i l a t e r s e d i a P e n i c i l i n e i n t r a v e n a , d a p a t d i g u n a k a n
d e n g a n d o s i s 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari
C.tetani, bukan
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 16
Tetanus
untuk t o k s i n y a n g d i h a s i l k a n n y a . B i l a d i j u m p a i a d a n y a
k o m p l i k a s i p e m b e r i a n a n t i b i o t i k a b r o a d spektrum dapat
dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole Diberikan terutama
bila penderita alergi penisilin.
- Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
- Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
- Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya
7,5 mg/KgBB tiap 6 jam
Anti tetanus toksin
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk :
- T o k s i n b e b a s d a l a m d a r a h
- Toksin bergabung dengan jaringan saraf
Yang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam
darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf
tidak dapat di netralisir oleh antioksidan. S e b e l u m pemberian
antitoksin harus dilakukan : anamnesa apakah ada riwayat alergi, tes kulit
dan m a t a , d a n h a r u s s e d i a a d r e n a l i n 1 : 1 0 0 0 . I n i d i l a k u k a n
k a r e n a a n t i t o k s i n b e r a s a l d a r i serum kuda, yang bersifat
heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaktik. D o s i s A T S y a n g
d i b e r i k a n a d a b e r b a g a i p e n d a p a t . B e r h r m a n n ( 1 9 8 7 ) d a n
G r o s s m a n (1987) menganjurkan dosis 50.000-100.000 U yang
diberikan setengah lewat i.v dan s e t e n g a h n y a i . m .
p e m b e r i a n l e w a t i . v d i b e r i k a n s e l a m a 1 - 2 j a m .
D i F K U I , A T S diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2 hari.
Di Manado, ATS diberikan dengan dosis i.m, sekali pemberian. Antitoksin
lainnya Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG)
dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti
complementary aggregates of globulin ", yang mana ini
dapatmencetuskan reaksi allergi yang serius.
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 17
Tetanus
Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan
secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.
Antikonvulsan
Tabel : JENIS ANTIKONVULSAN
JENIS
OBAT
DOSIS EFEK SAMPING
Diazepam 0,5-1,0mg/kg Berat badan 4 jam
(IM)
Stupor, koma
Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak ada
Klorpromasi
n
25 – 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM) Depresi pernapasan
Obat yang lazim digunakan ialah :
D i a z e p a m .
B i l a p e n d e r i t a d a t a n g d a l a m k e a d a a n k e j a n g m a k a
d i b e r i k a n d o s i s 0 , 5 mg/kgbb/kali i.v. perlahan-lahan dengan
dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali k e j a n g .
K e m u d i a n d i i k u t i p e m b e r i a n d i a z e p a m p e r o r a l
( s o n d e l a m b u n g ) d e n g a n dosis 0,5/kgbb/kali sehari diberikan 6
kali.- Dosis maksimal diazepam 240mg/hari. Bila masih
kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan
bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan
sampai 480mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau
tanpa k u r a r i s a s i .
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 18
Tetanus
D a p a t p u l a d i p e r t i m b a n g k a n p e n g g u n a a n m a g n e s i u m
s u l f a t , b i l a a d a gangguan saraf otonom.
Fenobarbital.
Dosis awal : 1 tahun 50 mg i.m.; 1 tahun 75 mg i.m.
Dilanjutkan dengan dosis oral 5-9 mg/kgbb/hari dibagi dalam
3 dosis.
Largactil. Dosis yang dianjurkan 4 mg/kgbb/hari dibagi
dalam 6 dosis.
I. Komplikasi
- P a d a s a l u r a n p e r n a p a s a n Oleh karena spasme otot-otot
pernapasan dan spasme otot laring dan seringnya kejang
menyebabkan terjadinya asfiksia. Karena akumulasi sekresi
saliva serta sukar
m e n e l a n a i r l i u r d a n m a k a n a n d a n m i n u m a n s e h i n g
g a s e r i n g t e r j a d i p n e u m o n i a aspirasi,
atelektasis akibat obstruksi
oleh secret. Pneumothoraks dan mediastinal emfisema
biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi.
- P a d a k a r d i o v a s k u l a r Komplikasi berupa aktivitas simpatis
meningkat antara lain berupa takikardia, hipertensi,
vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium.
- P a d a t u l a n g d a n o t o t - P a d a o t o t k a r e n a s p a s m e
y a n g b e r k e p a n j a n g a n b i s a t e r j a d i p e r d a r a h a n
d a l a m o t o t .
P a d a t u l a n g d a p a t t e r j a d i f r a k t u r c o l u m n a
v e r t e b r a l i s a k i b a t k e j a n g y a n g t e r u s menerus
terutama pada anak dan orang dewasa, beberapa peneliti
melaporkan juga dapat miositis ossifikans sirkumskripta
- K o m p l i k a s i y a n g l a i n :
1. Laserasi lidah akibat kejang
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 19
Tetanus
2. Dekubitus karena penderita berbaring satu posisi saja
3. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin
yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
P e n y e b a b k e m a t i a n p a d a t e t a n u s i a l a h a k i b a t
k o m p l i k a s i y a i t u : b r o n k o p n e u m o n i a , cardiac arrest,
septicemia dan pneumothoraks.
J. PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh beberapa factor :
M a s a i n k u b a s i
M a k i n p a n j a n g m a s a i n k u b a s i n y a m a k i n r i n g a n
p e n y a k i t n y a , s e b a l i k n y a m a k i n pendek masa inkubasi
penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi < 7
haritergolong berat.
U m u r
Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka
prognosanya makin jelek.
P e r i o d o f o n s e t
P e r i o d o f o n s e t a d a l a h w a k t u a n t a r a t i m b u l n y a g e j a l a
t e t a n u s , m i s a l n y a t r i s m u s sampai terjadinya kejang umum.
Kurang dari 48 jam, prognosanya jelek.
P a n a s
Pada tetanus tidak selalu ada febris. Adanya hiperpireksia
prognosanya jelek.
P e n g o b a t a n
Pengobatan yang terlambat prognosanya jelek.
Ada tidaknya komplikasi
Frekusensi kejang
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 20
Tetanus
Semakin sering prognosanya makin jelek.
K. PENCEGAHAN
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid
merupakan satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus.
Pencegahan denganpemberian imunisasi telah dapatd i m u l a i
s e j a k a n a k
b e r u s i a 2 b u l a n , d e n g a n c a r a p e m b e r i a n i m u n i s a s i a k t i f (
D P T a t a u D T ) .
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik
daripada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus
diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis,
tetanus) Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster . Selain
itu perawatan luka yang benar dan anti tetanus serum untuk
profilaksis.
BAB III
KESIMPULAN
Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang di Negara
maju, namun berbedadengan yang terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih cukup
tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat
kurang, mudah terjadi
kontaminasi, perawatan lukayang kurangdiperhatikan, kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan
terhadap tetanus.
Tetanus adalah penyakit yang gejalanya adalah
kekakuan dari otot, terutama otot wajahdan leher. Hal ini
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 21
Tetanus
disebabkan oleh masuknya spora dari kuman Clostridium tetani yang
masuk melalui luka pada tubuh walaupun luka itu kecil. Berat
ringannya penyakit ini tergantung darim a s a i n k u b a s i , p e r i o d
o f o n s e t , k e j a n g l o k a l a t a u u m u m
d a n a d a a t a u t i d a k n y a g a n g g u a n autonomic karena hal ini yang
menyebabkan kematian pada tetanus.. Oleh karena itu
tetanus masih menjadi masalah kesehatan, terutama penyebab
kematian neonatal tersering oleh karena tetanus neonatorum.
Akhir-akhir ini dengan adanya penyebaran program imunisasi di
seluruh dunia, maka angka kesakitan dan kematian menurun secara drastis.
DAFTAR PUSTAKA
- Hendarwanto.llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta: 2001.
- Mardjono, mahar.Neurologi Klinis Dasar . Dian Rakyat, Jakarta:2004.
322
- Markam, Sumarmo.Neurologi Praktis.Widya Medika;Jakarta.2002.
171-176
- http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview#showall
- http://www.odh.ohio.gov/pdf/IDCM/tetanus.pdf
- http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf
SMF Neurologi RSUPM - 2011 Page 22