tetralogy of fallot
DESCRIPTION
jantungTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS OKTOBER 2014
“TETRALOGY of FALLOT”
Nama : Nurul Fhatima M. S. S.Ked
No. Stambuk : N 111 13 055
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2014PENDAHULUAN
1
Penyakit jantung bawaan sianotik adalah penyakit jantung kongenital yang
menimbulkan manifestasi sianosis. Penyakit jantung bawaan sianotik secara garis
besar terdiri Tetralogi of Fallot (TF) dan Transposition of the Great Arteries (TGA).
Insidensi penyakit jantung bawaan adalah 8-10 diantara 1.000 kelahiran hidup.
Etiologi terjadinya penyakit jantung bawaan terdiri dari faktor genetik dan
lingkungan. Tetralogy of Fallot merupakan penyakakit jantung bawaan sianotik yang
terdiri dari empat kelainan khas yaitu defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
hipertrofi ventrikel kanan dan overriding aorta. Insiden Tetralogy of Fallot sekitar 3-
5% dari insidensi penyakit jantung bawaan.
Manifestasi klinis berupa sianosis sentral, clubbing finger, sering lelah, dan
keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pada pemeriksaan fisik
murmur ejeksi sistolik. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin terdapat
polisitemia dan peningkatan hematokrit. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
diagnostik tetralogy of fallot yaitu foto thoraks, elektrokardiografi dan
echokardiografi.
Tatalaksana tetralogi of fallot dapat berupa terapi medikamentosa dan terapi
bedah. Terapi medikamentosa untuk mengatasi serangan sianotik akut. Terapi bedah
terbagi atas paliatif dan korektif. Terapi paliatif untuk < 2 tahun dengan serangan
sianotik yang berat dan berulang. Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses otak,
endokarditis, anemia relatif, trombosis paru dan perdarahan.
KASUS PASIEN
2
A. Identitas Pasien
Nama : An. Rizky Agustinus
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 4 tahun 1 bulan
Alamat : Jl. Omu kulawi
Tanggal pemeriksaan : 25 september 2014
B. Anamnesis
Keluhan Utama : sesak nafas
Keluhan sekarang :
Sesak nafas dirasakan memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak
selalu sesak nafas setiap hari terutama melakukan aktivitas sehari-hari. Saat
sesak bibir, lidah, tangan dan kaki biru. Sesak tidak disertai flu dan batuk.
Panas sejak 3 hari yang lalu, naik turun, disertai kejang 5 jam sebelum masuk
rumah sakit frekuensi 1 kali durasi > 30 menit, saat kejang mata keatas dan
badan meronta-ronta. Setelah kejang anak sadar. Kejang ini merupakan yang
ke 2 kali, pertama kali umur 1 tahun 2 bulan. Sejak panas nafsu makan anak
menurun, muntah (-), sakit perut (-), buang air besar dan kecil lancar.
Riwayat terdahulu :
Anak sering biru sejak anak berumur 2 bulan. Pada umur 1 tahun 2 bulan
anak telah melakukan pemeriksaan lengkap jantung anak dan di diagnosa
sebagai tetralogy of fallot dan belum dilakukan koreksi bedah. Pasien sering
buang air besar darah merah segar.
Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama, riwayat alergi(-), asma
(-). Ayah pasien merokok.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
3
G3P2A0 lahir cukup bulan, lahir SC, berat badan lahir 2500 gram, panjang
badan lahir 49 cm. Antenatal care rutin, tekanan darah saat hamil 170/100dan
bengkak seluruh tubuh.
Kemampuan dan kepandaian bayi :
Tengkurap umur 4 bulan , duduk umur 8 bulan, berdiri umur 1 tahun 2 bulan,
berjalan umur 1 tahun 6 bulan.
Riwayat makanan :
Asi tidak pernah
Bubur saring dari umur 6 bulan hingga 1 tahun.
Makanan keluarga dari 1 tahun hingga sekarang.
Riwayat imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Derajat sakit : sakit berat
Kesadaran : kompos mentis
Berat badan : 11 kg
Panjang badan : 90 cm
Status gizi : gizi kurang (-2)-(-3) SD
Tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Denyut nadi : 134 kali/menit, pulsus parvus.
Respirasi : 44 kali/menit
Suhu : 37,8C
Kulit
Kulit warna sawo matang, turgor < 2 detik, ruam (-).
Kepala
4
Normocephal, mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-),
rhinorrhea (-), otorrhea (-), bibir biru, lidah biru, tonsil T1/T1 tidak
hiperemis.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.
Thoraks
Inspeksi : ekspansi dada simetris, retraksi (-), iktus kordis terlihat di SIC
V linea midclavicula sinistra.
Palpasi : ekspansi dada simetris, taktil fremitus normal simetris, iktus
kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra.
Perkusi : lapang paru sonor, batas jantung normal.
Auskultasi : bunyi pernapasan bronkovesikuler, wheezing -/-, rhonki-/-.
Bunyi jantung I/II reguler, murmur ejeksi sistolik pada SIC V
midclavicula sinistra.
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar.
Auskultasi : peristaltik kesan normal.
Perkusi : timpani.
Palpasi : nyeri tekan (-). Hepatomegali 2 jari di bawah arkus kosta.
Ekstremitas
Akral dingin, edema (-), sianosis (+), clubbing finger (+).
D. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin :
Hemoglobin : 23,9 gr/dl
Eritrosit : 8,66 x 106/mm
Leukosit : 4,1 x 103/mm
Trombosit : 49 x 103/mm
5
Hematokrit : 71%
Foto thoraks : gambaran khas boot-shape heart terdiri dari overiding aorta,
stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. Ukuran jantung normal dan
penurunan corakan vaskuler pulmonal.
Elektrokardiografi : terdapat deviasi ke kanan dan gambaran hipertrofi
ventrikel kanan.
Echokardiografi : terdapat defek septum ventrikel dengan diameter 0,6 cm,
overiding aorta dan stenosis pulmonal.
E. Resume
Anak laki-laki umur 4 tahun masuk dengan keluhan sesak nafas memberat 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Anak selalu sesak nafas setiap hari terutama
melakukan aktivitas sehari-hari. Saat sesak bibir, tangan dan kaki biru. Sesak
tidak disertai flu dan batuk. Panas sejak 3 hari yang lalu, naik turun, disertai
kejang 5 jam sebelum masuk rumah sakit frekuensi 1 kali durasi > 30 menit, saat
kejang mata keatas dan badan meronta-ronta. Setelah kejang anak sadar. Kejang
merupakan kejang yang ke 2 kali. Sejak panas nafsu makan anak menurun.
Kesadaran kompos mentis, status gizi kurang, nadi 134 kali permenit, respirasi
44 kali permenit, tekanan darah 100/60 mmHg, suhu 37,8C. bibir, lidah dan
akral sianosis, bunyi jantung I/II reguler, murmur ejeksi sistolik. Hepatomegali 2
jari dibawah akrus kosta, clubbing finger pada jari tangan dan kaki, akral dingin.
Darah rutin Hemoglobin 23,9 gr/dl, Eritrosit : 8,66 x 106/mm, Leukosit : 4,1 x
103/mm, Trombosit : 49 x 103/mm, Hematokrit : 71%. Foto thoraks gambaran
khas boot-shape heart terdiri dari overiding aorta, stenosis pulmonal dan
hipertrofi ventrikel kanan. Ukuran jantung normal dan penurunan corakan
vaskuler pulmonal. Elektrokardiografi : terdapat deviasi ke kanan dan gambaran
hipertrofi ventrikel kanan. Echokardiografi : terdapat defek septum ventrikel
dengan diameter 0,6 cm, overiding aorta dan stenosis pulmonal.
6
F. Diagnosis
Tetralogy of Fallot
G. Terapi
Pasien diposisikan dalam knee chest position.
Berikan O2 masker 5-8 liter permenit.
Midazolam 11 mg/iv .
Sodium bikarbonat 11 mEq/iv
Propanolol 4 x 3 mg.
H. Anjuran
Edukasi menjaga higienenitas mulut dan gigi untuk mencegah endokarditis.
Follow up
26 September 2014
S : sesak (-), panas (-), kejang (-). BAB dan BAK lancar.
O : tekanan darah 100/60 mmHg, respirasi 36x/menit, nadi 112x/menit pursus
parvus, suhu 36,5C, sianosis (-) akral hangat. BB = 11kg, (Z score (-2)-(-3)
SD)
A : penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogy of fallot
P : Pasien diposisikan dalam knee chest position
Berikan O2 masker 2 liter permenit intermiten
Propanolol 4 x 3 mg.
Anjuran : konsultasi ke bagian jantung.
27 September 2014
S : sesak (-), panas (-), kejang (-). BAB dan BAK lancar.
7
O : tekanan darah 100/60 mmHg, respirasi 36x/menit, nadi 108x/menit pursus
parvus, suhu 36,8C, sianosis (-) akral hangat. BB = 11kg, (Z score (-2)-(-3)
SD)
A : penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogy of fallot
P :Pasien diposisikan dalam knee chest position
Berikan O2 masker 2 liter permenit intermiten
Propanolol 4 x 3 mg.
Anjuran : konsultasi ke bagian jantung.
DISKUSI KASUS
8
Penyakit jantung bawaan sianotik adalah penyakit jantung kongenital yang
menimbulkan manifestasi sianosis akibat pirau jantung kanan dan kiri, adanya
transposisi pembuluh darah besar dan keadaan common mixing. Penyakit jantung
bawaan sianotik secara garis besar terdiri dari 2 golongan besar yaitu Tetralogi of
Fallot (TF) dan Transposition of the Great Arteries (TGA). Insidensi penyakit jantung
bawaan adalah 8-10 diantara 1.000 kelahiran hidup. Etiologi terjadinya penyakit
jantung bawaan terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik erat
hubungannya dengan sindrom tertentu yaitu sindrom down, turner, dan lain-lain.
Faktor lingkungan antara lain infeksi rubella maternal, beberapa obat yang
mengandung thalidomine, isotretionin, litium, alkohol, penyakit diabetes melitus dan
hipertensi juga berperan dalam penyakit jantung bawaan. Pada kasus ini penyakit
jantung bawaan diduga disebabkan oleh preeklamsi berat yang terjadi pada ibu.
Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Kakak dan adik pasien tidak
mengalami kelainan jantung bawaan dan riwayat kehamilan kakak dan adik pasien
tidak mengalami masalah.
Tetralogy of Fallot merupakan penyakakit jantung bawaan sianotik yang
terdiri dari empat kelainan khas yaitu defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
hipertrofi ventrikel kanan dan overriding aorta. Insiden Tetralogy of Fallot sekitar 3-
5% dari insidensi penyakit jantung bawaan. Sirkulasi pada penderita Tetralogy of
Fallot berbeda dengan anak normal. Kelainan yang memegang peranan penting
adalah stenosis pulmonal dan defek septum ventrikel. Stenosis pulmonal bervariasi
dari angat ringan hingga sangat berat. Defek septum ventrikel pada Tetralogy of
Fallot biasanya besar, terletak di bawah katub aorta, dan lebih anterior daripada defek
septum ventrikel biasanya sehingga terjadi overiding aorta. Hal ini menyebabkan
darah bebas mengalalir melalui celah ini. Aliran darah ke paru akan menurun akibat
adanya stenosis pulmonal pada ventrikel kanan, hambatan yang tinggi ini
mengakibatkan makin banyak udara yang miskin oksigen menuju ke aorta sehingga
menimbulkan sianosis. Selain itu akibat adanya defek pada septum maka tekanan
9
puncak sistolik pada ventrikel kiri sama dengan tekanan puncak sistolik pada
ventrikel kanan. Karena tekanan ventrikel kiri dalam pengawasan baroreseptor
sehingga tekanan ventrikel kanan juga tidak akan melampaui tekakan sistemik,
sehingga tidak terdapat beban volume. Dengan meningkatnya usia, infundibulum
semakin hipertrofik sehingga pasien makin sianosis. Sianosis berkepanjangan ini
mengakibatkan hipoksia yang lama kelamaan terkompensasi dengan adanya
polisitemia.
Gambar 1. Perbedaan aliran darah pada jantung normal dan Tertalogy of Fallot.
Pada Tetralogy of Fallot bayi tidak menunjukkan gejala sianosis pada saat
lahir, gejala mulai berkembang pada usia 2-6 bulan. Manifestasi yang penting pada
tetralogi of fallot adaah terjadinya serangan sianotik (cyanotic spell) yang ditandai
dengan sesak napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas,
kejang dan sinkop. Serangan dapat terjadi setiap saat, terutama pada umur bulan ke 2
dan bulan ke 3. Sianosis sering terlihat setelah bangun tidur, menangis, buang air
besar, dan makan. Serangan yang hebat dapat menimbulkan koma dan kematian. Jari
tabuh (clubbing finger) mulai nampak saat umur 6 bulan. Jongkok sering terjadi
setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan lama, anak akan jongkok untuk beberapa
menit kemudian anak berjalan kembali. Kekurangan oksigen pada anak tetralogy of
10
fallot membuat anak mudah lelah, mengantuk, menyusu yang terputus-putus. Selain
itu juga dijumpai keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dibandingkan
dengan anak-anak seusianya. Pada pemeriksaan fisik bentuk dada anak normal.
Terdengar bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal yang makin melemah sesuai
dengan pertambahan obstruksi. Pada kasus ini anak masuk dirawat karena serangan
sianotik yang terjadi. Saat serangan sianotik terjadi sianosis sentral yang dilihat pada
bibir, lidah, dan ujung jari tangan dan kaki. Selain itu jari tangan dan kaki anak
tersebut telah berbentuk tabuh. Serangan sianotik ini sudah sering sejak berumur 2
bulan.
Gambar 2. Sianosis pada anak dengan Tetralogy of Fallot.
Gambar 3. Clubbing finger pada anak dengan Tetralogy of Fallot.
Pada diagnosis Tetralogy of Fallot dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin,
foto thoraks, elektrokardiografi, dan echokardiografi. Pada pemeriksaan darah rutin
11
didapatkan peningkatan hemoglobin, eritrosit dan hematokrit sebagai kompensasi
hipoksia. Pada pasien tetralogy of fallot yang memiliki kadar hemoglobin, eritrosit
dan hematokrit yang rendah merupakan indikasi defisiensi besi. Pada foto thoraks
terdapat gambarn khas “boot-shape heart” disebabkan arkus aorta yang bergeser pada
bagian kanan, apeks jantung kecil dan terangkat, ukuran jantung tidak membesar dan
penurunan corakan vaskularisasi paru karena berkurangnya aliran darah yang menuju
ke paru karena penyempitan pulmonal. Pada gambaran elektrokardiografi pada
neonatus tidak berbeda dengan anak normal. bila sudah terjadi serangan sianotik
maka akan menunjukkan gambar elektrokardiografi berupa deviasi ke sumbu kanan
dan hipertrofi ventrikel kanan (terlihat QRS yang positif pada V1 dan S yang dapam
pada V6). Pada gambaran echokardiografi menunjukkan defek septum ventrikel yang
besar disertai overiding aorta. Aorta besar sedangkan a. pulmonal kecil. Katup
pulmonal tidak selalu terlihat jelas. Infundibulum sempit.
Gambar 4. Foto thoraks boot-shape heart khas Tetralogy of Fallot.
12
Gambar 5. Gambaran echokardiografi pada Tetralogy of Fallot
Pada kasus ini anak tersebut telah mengalami kompensasi yaitu polisitemia,
dan peningkatan kadar hematokrit. Hemoglobin : 23,9 gr/dl, eritrosit : 8,66 x 106/mm
dan hematokrit : 71%. Pada pemeriksaan foto thoraks, elektrokardiografi dan
echokardiografi menunjukkan gambaran khas tetralogy of fallot.
Tatalaksana tetralogy of fallot dapat berupa terapi medikamentosa dan terapi
bedah. Tatalaksana serangan sianotik akut antara lain:
1. Pasien diposisikan dalam knee chest position.
2. Berikan O2 masker 5-8 liter permenit.
3. Morfin sulfat 0,1-0,2mg/kgBB/im atau midazolam 0,1mg/kgBB/iv untuk
menurunkan resistensi perifer, mengurangi venous return dan mengurangi
spasme infundibulum.
4. Sodium bikarbonat 1/mEq/kg/iv untuk mengatasi asidosis metabolik
5. Transfusi darah bila hemoglobin kurang dari 15 gr/dl, jumlah darah rata-rata
yang diberikan adalah 5 ml/kgBB.
13
6. Propanolol 0,1mg/kgBB/iv di bolus. Dengan dosis rumatan 1mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis.
7. Edukasi menjaga higienenitas mulut dan gigi untuk mencegah endokarditis.
Tatalaksana bedah terbagi atas bedah paliatif dan bedah korektif. Bedah
paliatif dilakukan dengan shunt procedure yang bertujuan untuk menambah aliran
darah ke paru. Terapi ini dilakukan dengan membuat anastomosis (end to side
anastomosis) pada ujung a. subclavia dengan a. pulmonal proksimal atau prosedure
Waterston, yaitu dengan anastomosis antara aorta ascendens dengan a. pulmonalis
kanan atau prosedure Glenn, yaitu anastomosis vena cava superior dengan a.
polmonalis kanan. Bedah korektif dengan cara menutup defek septum ventrikel dan
eksisi infundibulum. Pada serangan sianotik yang berat pada bayi kurang dari 2 tahun
maka dilakukan bedah paliatif terlebih dahulu kemudian bedah korektif dilakukan
pada anak dengan umur > 2 tahun. Pada kasus ini anak belum dilakukan bedah
korektif karena keterbatasan dana.
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan tetralogy of fallot adalah
abses otak, endokarditis, anemia relatif, trombosis paru dan perdarahan. Abses otak
dapat menimbulkan gejala sakit kepala, muntah dan gejala neurologik lainnya.
Endokarditis dapat terjadi pada pascaoperasi manipulasi gigi, tonsilektomi dan
infeksi lokal pada rongga mulut. Anemia relatif terjadi pada defisiensi besi.
Perdarahan karena penurunan tombosit akibat polisitemia. Pada kasus ini anak sering
mengalami buang air besar berdarah yang merupakan efek dari penurunan trombosit.
14
DAFTAR PUSTAKA
Djer Mulyadi, madiyono Bambang, 2000, Petunjuk Praktis Tatalaksana Penyakit
Jantung Bawaan. Sari Pediatri vol 2. No. 3. FKUI, Jakarta.
Edwina Elisabeth, 2012, Perbedaan status gizi anak dengan penyakit jantung sianotik,
FK Universitas Diponegoro.
Endah Sri, 2009, Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Sianotik, Cardiology update,
Jakarta.
Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (2007). Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. USA: Elsiever.
Roebiono Poppy, 2010, Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan, FKUI,
Jakarta
15