tinea pedis

4
Tinea cruris (Jock itch) Diagnosis Tinea cruris merupakan infeksi superfisial dari lipatan paha yang paling sering terjadi pada remaja dan laki-laki dewasa muda. Namun, sekarang infeksi ini juga sering terjadi pada wanita postpubertal yang kelebihan berat badan atau yang sering memakai celana yang ketat. Karena penyebab umum dari tinea pedis (e.g., Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum) juga umumnya menyebabkan tinea cruris, kedua infeksi tersebut biasanya terjadi secara bersamaan. Meskipun presentasi klinis dari tinea cruris bervariasi, batas lesi yang aktif biasanya disertai dengan pustula maupun vesikel (kecuali lesi merupakan lesi kronik). Latar belakang dari lesi biasanya kemerahan atau cenderung merah kecoklatan dan biasanya berupa suatu makula yang simetris dengan batas tegas (gambar 3). Lesi biasanya tidak mencapai skrotum dan menimbulkan rasa gatal; lesi akut juga dapat memberikan sensasi rasa terbakar. Gambar 3. Tinea cruris. Perhatikan batas lesi yang tegas, eritema, dan skuama. Terapi Kaki pasien harus selalu dievaluasi karena sangat memungkinkan merupakan sumber utama dari infeksi tinea cruris. Meskipun penampakan dan gejala dari tinea cruris khas, infeksi harus dapat dibedakan dari tanda dan gejala yang umumnya muncul seperti pada intertrigo candida dan erythrasma. Lesi pada intertrigo candida tampak lebih merah merata tanpa central healing dan biasanya disertai dengan lesi satelit, sedangkan erythrasma merupakan infeksi

Upload: dey510

Post on 05-Feb-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

Page 1: Tinea Pedis

Tinea cruris (Jock itch)

Diagnosis

Tinea cruris merupakan infeksi superfisial dari lipatan paha yang paling sering terjadi pada remaja dan laki-laki dewasa muda. Namun, sekarang infeksi ini juga sering terjadi pada wanita postpubertal yang kelebihan berat badan atau yang sering memakai celana yang ketat. Karena penyebab umum dari tinea pedis (e.g., Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum) juga umumnya menyebabkan tinea cruris, kedua infeksi tersebut biasanya terjadi secara bersamaan.

Meskipun presentasi klinis dari tinea cruris bervariasi, batas lesi yang aktif biasanya disertai dengan pustula maupun vesikel (kecuali lesi merupakan lesi kronik). Latar belakang dari lesi biasanya kemerahan atau cenderung merah kecoklatan dan biasanya berupa suatu makula yang simetris dengan batas tegas (gambar 3). Lesi biasanya tidak mencapai skrotum dan menimbulkan rasa gatal; lesi akut juga dapat memberikan sensasi rasa terbakar.

Gambar 3. Tinea cruris. Perhatikan batas lesi yang tegas, eritema, dan skuama.

Terapi

Kaki pasien harus selalu dievaluasi karena sangat memungkinkan merupakan sumber utama dari infeksi tinea cruris. Meskipun penampakan dan gejala dari tinea cruris khas, infeksi harus dapat dibedakan dari tanda dan gejala yang umumnya muncul seperti pada intertrigo candida dan erythrasma. Lesi pada intertrigo candida tampak lebih merah merata tanpa central healing dan biasanya disertai dengan lesi satelit, sedangkan erythrasma merupakan infeksi bakteri yang lebih coklat dengan skuama tanpa disertai batas lesi yang aktif.

Terapi topikal biasanya dapat bekerja pada tinea cruris. Yang termasuk dalam terapi infeksi ini adalah terbinafine cream atau semprot yang digunakan sehari sekali dalam satu minggu dan butenafine cream 1% yang dipakai sekali dalam sehari selama 2 minggu.

Tinea pedis (athlete’s Foot)

Diagnosis

Page 2: Tinea Pedis

Tinea pedis disebabkan oleh spesies dermatofita yang sama dengan spesies dermatofita penyebab tinea cruris. Penyakit ini sering terjadi pada remaja dan jarang terjadi pada anak-anak prepubertas. Faktor predisposisi yang paling penting yang menyebabkan tinea pedis adalah paparan kulit terhadap lingkungan yang lembab dan basah. Infeksi ini jarang didapatkan pada populasi yang tidak mengenakan alas kaki.21

Tinea pedis umumnya tampak sebagai suatu area putih yang basah dan lembab di antara jari-jari kaki, meskipun manifestasi klinisnya dapat pula timbul sebagai lesi tersebar, kering, dan bersisik yang disebabkan T. rubrum (“moccasin type”). Pola presentasi klinis lain ditandai dengan suatu erupsi vesikobulla yang meradang yang muncul pada telapak kaki (gambar 4). Kondisi yang dapat menyerupai tinea pedis pada anak adalah dermatitis kontak dan dermatitis alergika dan terkadang dermatitis atopi juga memiliki tampilan serupa. Tidak seperti tinea pedis, dermatitis umumnya tidak menyerang area intertriginosa.

Gambar 4. Tinea pedis. Perhatikan skuama derajat sedang dan perubahan vesikular.

Terapi

Anti jamur topikal seperti terbinafine dioleskan pada lesi satu kali dalam sehari selama satu minggu atau butenafine 1% yang dipakai sekali dalam sehari selama 2 minggu efektif dalam mengobati kebanyakan kasus tinea pedis. Terapi dapat dioleskan langsung pada lesi dan daerah sekitar lesi. Meninjau kembali mengenai terapi dari tinea cruris, terapi in lebih efektif dibandingkan dengan clotrimazole (Lotrimin aF) dan miconazole. Dalam kasus tertentu, terbinafin sistemik, 250 mg peroral, yang diberikan dalam waktu 2 minggu atau fluconazole (Difflucan), 150 mg yang diminum seminggu sekali dan diberikan selama 3 minggu, dapat dipakai untuk menangani infeksi berat maupun infeksi berulang.

Tinea unguium

Diagnosis

Tinea unguium adalah infeksi pada jari atau kuku jari (gambar 5) dan merupakan suatu bagian dari onychomycosis, sebuah kategori yang lebih luas untuk infeksi yang disebabkan oleh yeast dan jamur non-dermatofita. Tinea unguium jarang ditemukan pada anak prepubertas. Faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian tinea unguium

Page 3: Tinea Pedis

pada remaja antara lain yaitu infeksi tinea pedis yang menyertai, ukuran alas kaki yang tidak sesuai, dan diabetes. Tinea unguium merupakan penyebab umum dari distrofi kuku, namun, hal ini perlu dibedakan dengan kondisi kongenital maupun bawaan lain. Kerokan kuku untuk sediaan tes KOH dengan atau tanpa kultur, sangat direkomendaikan untuk mengkonfirmasi infeksi ini. Meskipun penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa analisis histologis dari potongan kuku yang dicat dengan pewarnaan acid-schiff merupakan tes yang paling akurat, namun tes ini jarang dilakukan karena memakan biaya cukup besar.22

Gambar 5. Tinea unguium pada ibu jari kaki.

Penelitian terbaru menemukan bahwa preparat KOH (20% KOH, sedikit dipanaskan) dari kerokan debris subungual menunjukkan sensitifitas sebesar 80% dan spesifisitas sebesar 72% dalam mendiagnosis tinea unguium. Tes KOH ini telah dibandingkan dengan kultur, yang hanya memiliki sensitifitas sebesar 59% dan spesifisitas sebesar 82% dan memakan waktu 4 minggu.23

Terapi

Terbinafine telah terbukti dalam mengobati remaja dengan tinea unguium, 24 meskipun griseofulvin biasanya digunakan pada anak-anak. Terbinafine memiliki efektifitas dan efek samping yang serupa dengan intraconazole dengan biaya yang lebih murah dan interaksi obat yang dapat lebih ditoleransi. Data menunjukkan bahwa terbinafine lebih efektif daripada itraconazole dan fluconazole.24 Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa pemakaian terbinafine yang terus menerus ebih efektif dibandingkan dengan pemakaian yang intermiten.25 Namun, tingkat keberhasilan yang sesungguhnya dari terapi dengan antijamur tidak terlalu tinggi. Pasien yang berhasil sembuh dalam waktu 1 tahun hanya mencapai 35%-50% dari semua pasien.26