tinjauan pustaka tinea korporis

Upload: diian-lestari

Post on 16-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    1/8

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Definisi

    Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) kecualitelapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha.

    Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu

    Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita

    yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur

    golongan dermatofita adalah tinea korporis.

    2. Etiologi

    Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu

    Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Golongan jamur ini mempunyai sifat

    mencernakan keratin. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang

    menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita

    adalah tinea korporis.

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    2/8

    3. Epidemiologi

    Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 0!"#

    populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering. Penyakit ini tersebar

    di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi

    jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis $iklim panas dan kelembaban

    yang tinggi% dan sering terjadi eksaserbasi. Penyebab tinea korporis berbeda!beda di setiap

    negara, seperti di &merika 'erikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum,

    Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di &frika

    penyebab tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton

    mentagrophytes, sedangkan di (ropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum,

    sementara di &sia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton

    mentagropytes dan Tricophyton violaceum. Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat

    dibiakkan di )akarta adalah T. rubrum "*,+#, (. floccosum *,"#, -. canis ,#,

    T.mentagrophytes var. granulare ,0#, -. gypseum /,#, T. concentricum 0,"#.

    4. Klasifikasi Ekologi

    erdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab dermatofita diklasifikasikan menjadi tiga

    kelompok, dimana pembagian ini juga mempengaruhi cara penularan penyakit akibat

    dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu1

    2 Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia

    2 3oofilik yaitu transmisi dari hean ke manusia, contoh Trycophyton simii $monyet%,

    Trycophyton mentagrophytes $tikus%, Microsporum canis $kucing%, Trycophyton equinum

    $kuda% danMicrosporum nannum $babi%.

    2 &ntrofilik yaitu transmisi dari manusia ke manusia.

    . Patogenesa

    (lemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang!benang filament terdiri dari sel!sel yang

    mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang membedakan

    jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin. 'truktur bagian

    dalam $organela% terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, lisosom,

    apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya masing!masing. enang!benang

    hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium.

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    3/8

    Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk spora, baik seksual

    maupun aseksual. 'pora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk hifa, besarnya antara !

    /5, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. 'pora dalam

    pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa. terdapat

    macam spora yaitu spora seksual $gabungan dari dua hifa% dan spora aseksual $dibentuk oleh

    hifa tanpa penggabungan%.

    6nfeksi Dermatofita diaali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat tumbuh

    dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita harus tahan

    terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan kelembaban, kompetensi

    dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. 7erusakan stratum korneum, tempat yang

    tertutup dan maserasi memudahkan masuknya jamur ke epidermis.

    -asuknya dermatofita ke epidermis menyebabkan respon imun pejamu baik respon imun

    nonspesifik maupun respon imun spesifik. 8espon imun nonspesifik merupakan pertahanan

    lini pertama melaan infeksi jamur. -ekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti

    gi9i, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan

    mukosa, sekresi permukaan dan respons radang. 8espons radang merupakan mekanisme

    pertahanan nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat

    unsur reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan

    bersifat toksik terhadap invasi organisme.

    7omponen kimia ini antara lain ialah liso9im,sitokin,interferon,komplemen, dan protein fase

    akut. :nsur kedua merupakan elemen seluler, seperti netrofil dan makrofag, dengan fungsi

    utama fagositosis, mencerna dan merusak partikel asing. -akrofag juga terlibat dalam

    respons imun yang spesifik. 'el!sel lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah

    basophil, sel mast, eosinophil, trombosit dan sel ;7 (natural killer). ;eutrofil mempunyai

    peranan utama dalam pertahanan melaan infeksi jamur.

    6munitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melaan jamur setelah jamur

    mengalahkan pertahanan nonspesifik.

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    4/8

    !. "am#a$an Klinis

    Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan

    perkembangan kearah luar, bercak!bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran

    yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang

    ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif

    lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tanda!tanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya

    hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja. Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama

    jika berkeringat dan kadang!kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Tinea korporis

    biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan binatang piaraan yang terinfeksi,

    tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi.

    Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya.

    "am#a$ Pen%akit Tinea Ko$po$is pada &adan '(ttp)**de$mis.net+

    ,. Peme$iksaan -a#o$ato$im

    'elain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan

    laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu ood dan

    pemeriksaan dengan menggunakan P=8.

    Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari kerokan kulit,

    kemudian sediaan dituangi larutan 7>? 0#. 'esudah " menit atau sesudah dipanaskan

    dengan api kecil, dilihat di baah mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    5/8

    ditemukan hifa $benang!benang% yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora

    berupa bola kecil sebesar !/5.

    7ultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar $"!/0=%, kemudian satu

    minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. 'pesies jamur dapat ditentukan

    melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora.

    Pemeriksaan lampu ood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar ultraviolet dengan

    panjang gelombang /+" nm. 'inar ini tidak dapat dilihat. ila sinar ini diarahkan ke kulit

    yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi

    dapat dilihat dengan memberi arna $fluoresensi%. eberapa jamur yang memberikan

    fluoresensi yaituM.canis, M.audouini, M.ferrugineum dan T.schoenleinii.

    /. Diagnosa &anding

    &da beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain dermatitis seboroik, pitiriasis

    rosea dan psoriasis.

    . Dermatitis 'eboroika

    Tempat predileksi1

    ! di kulit kepala $scalp%

    ! lipatan!lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya.

    ! 7ulit kepala berambut juga sering terkena.

    ! Gambaran klinis yang khas dari dermatitis seboroika adalah skuamanya yang

    berminyak dan kekuningan.

    . Ptiriasis rosea

    Distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal

    anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa herald patch. Perbedaannya

    pada pitiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea korporis, skuamanya

    halus sedangkan pada tinea korporis kasar.

    /. Psoriasis

    Perbedaannya ialah pada psoriasis terdapat tanda!tanda khas yakni lesi lebih merah, skuama

    kasar, transparan serta berlapis!lapis, fenomena tetes lilin, dan fenomena auspit9. Psoriasis

    dapat dikenal dari kelainan kulit pada tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya

    lutut, siku, dan punggung.

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    6/8

    0. Pengo#atan

    Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan

    pengobatan medikamentosa.

    0.1 Non edikamentosa

    -enurut adan P>- 86 $0%, dikatakan baha penatalaksanaan non medikamentosa

    adalah sebagai berikut1

    a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau bagian

    yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh

    lainnya.

    b. )angan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan orang yang

    terinfeksi.

    c. =uci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk mencegah

    penyebaran jamur tersebut.

    d. ersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa!sisa

    kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.

    e. )ika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit

    selalu basah seperti bahan ool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara.

    f. 'ebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu!debu

    yang menempel pada sepatu.

    g. ?indari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan sandal

    yang terbuat dari bahan kayu dan karet.

    0.2 edikamentosa

    Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pada tinea

    korporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan obat topikal. bat oral atau kombinasi obat oral dan topikal

    diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. &nti jamur topikal yang dapat diberikan

    yaitu derivate imida9ole, toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur

    pada lesi yang meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan

    kompres basah secara terbuka. Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat,

    kombinasi antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan

    klinis dan mengurangi keluhan pasien.

    1. Pengo#atan Topikal

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    7/8

    Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. (fektivitas obat topikal dipengaruhi oleh

    mekanisme kerja dan viskositas obat tersebut. 'elain obat!obat klasik, obat!obat derivate

    imida9ole dan alilamin dapat digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini.

    (fektivitas obat yang termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat

    dianjurkan selama /!4 minggu atau sampai hasil kultur negative. 'elanjutnya dianjurkan juga

    untuk meneruskan pengobatan selama *!0 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis

    dengan maksud mengurangi kekambuhan.

    ! 7ombinasi asam salisilat $/!+#% dan asam ben9oat $+!#% dalam bentuk salep $ 'alep

    @hitfield%.

    A 7ombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep $salep !4, salep /!0%

    A Derivat a9ol 1 mikona9ol #, klotrimasol #, ketokona9ol # dll.

    2. Pengo#atan Sistemik

    Pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada tinea korporis adalah1

    2 Griseofulvin

    Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak!anak "!0

    mgBkgBhari, sedangkan deasa "00!000 mgBhari

    2 7etokona9ol

    7etokona9ol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap griseofulvin

    atau terapi topikal. Dosisnya adalah 00 mgBhari selama / minggu.

    2 >bat!obat yang relative baru seperti itrakona9ol serta terbinafin dikatakan cukup

    memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

    1.P$ognosis

    Dengan terapi yang benar dan menjaga kebersihan kulit, pakaian dan lingkungan, prognosis

    tinea korporis membaik dengan tingkat kesembuhan *0!00#.

  • 7/23/2019 Tinjauan Pustaka Tinea Korporis

    8/8

    DATA PUSTAKA

    . udimulja, :., $000%. -ikosis. Dalam1 Djuana, &., $ed%.Ilmu enyakit !ulit dan !elamin.

    )akarta1 alai Penerbit C7:6. ?al1 0!*

    . ?arahap -arali, $000%.Ilmu enyakit !ulit. )akarta1 Penerbit ?ipokrates. ?al1 **!

    /. 'iregar 8'., $+%. "aripati enyakit !ulit. )akarta1 (G=. hal1!.

    4. ?artadi, ?ardjono, ;aoryda. $%.#ermatomikologi. 'emarang1 adan Penerbit :;D6P.

    hal1!

    ". ?arahap -arali. $*%.#iagnosis and Treatment of "kin Infection.