titrasi bebas air pu3
TRANSCRIPT
1Titrasi Bebas Air
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, tetapi di gunakan pelarut organic. Titrasi ini di lakukan
pada zat asam atau basa lemah seperti halnya asam-asam organic atau
alkoloida, pelarut yang biasa di gunakan di bagi atas dua golongan yaitu
pelarut protolitis dan pelarut amfiprotolitis.
Indicator yang di gunakan adalah berupa senyawa organic yang
bersifat asam atau basa lemah, di mana warna molekulnya berbeda
dengan warna bentuk ionnya tersebut. Dalam bidang farmasi biasanya
titrasi bebas air di gunakan dalam menentukan kadar obat-obatan.
Ada 3 teori yang di gunakan untuk menerangkan reaksi netralisasi
dalam suatu pelarut, yaitu teori titrasi ikatan hydrogen, teori lewis, dn teori
bronsted. Senyawa-senyawa murni dapat di titrasi secara langsung, tetapi
sarinya juga di perlukan isolasi dari bahan-bahan yang berkhasiat untuk
mencegah terhadap bahan penambah.
Cara titrasi dalam lingkungan berair tidak dapat di lakukan karena di
samping sukar larut dalam air juga kurang reaktif dalam air, seperti
misalnya garam-garam amina, di mana garam-garam ini di rombak lebih
dahulu menjadi basa bebas yang larut dalam air.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
2Titrasi Bebas Air
Cara penetpan titrasi bebas air sering kali menimbulkan kesalahn-
kesalahan, dan dengan cara titrimetri bebas air hal-hal seperti ini dapat di
hindari dengan cara membuat zat dapat larut dan reaktif dalam air.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kita ambil dalam percobaan ini
adalah untuk menentukan titik akhir ekivalen dalam penggunaan titrasi
bebas air.
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami titrasi bebas air.
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum titrasi bebas air adalah Menentukan
konsentrasi dari kofein dengan metode titrasi bebas air berdasarkan
reaksi netralisasi.
E. Manfaat Praktikum
Praktikum ini di lakukan karena praktikan harus mengetahui dan
mengenal titrasi bebas air selain pengetahuan teori, kita dapat lebih
mengetahui dan mengenal lagi titrasi bebas air dengan bantuan
praktikum.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
3Titrasi Bebas Air
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Titrasi bebas air atau titrasi Non-Aqua adalah titrasi yang
menggunakan pelarut organic sebagai pengganti air. Dengan pelarut
organic tertentu, kekuatan asam atau basa lemah dapat di perbesar
sehingga memungkinkan suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam
pelarut. Di bidang farmasi teknik kini banyak di pakai karena banyak obat
bersifat asam atau basa lemah yang sukar larut dalam air. Pelarut yang
tepat, penetapan kadar dari komponen campuran asam atau basa juga di
mungkinkan. (Penuntun KAF.2011)
Titrasi bebas air banyak di gunakan untuk penetapan kadar senyawa
obat. Sejumlah beasr obat bersifat asam lemah (barbiturate, fenitoin, atau
sulfonamida), atau basa lemah (antihistamin, anesterik local, morfin, dan
lain-lain). Asam-asam lemah biasanya di titrasi dengan tetrabutilamonium
hidroksida (N(Bun)4OH) atau kalium metoksida (CH3OK) dalam dimetil
formamida (DMF) sebagai pelarut. Basa lemah di larutkan di dalam asam
asetat glacial dan di titrasi dengan asam perklorat (HClO4). Jika suatu
asam kuat, seperti asam perklorat, di larutkan dalam asam yang lebih
lemah, seperti asam asetat, asam asetat ini akan di paksa bertindak
sebagaibasa dan menerima proton dari asam perklorat. Reaksi ini
menghasilkan ion onium yang berfungsi sebagai asam yang sangat kuat
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
4Titrasi Bebas Air
dengan tidak adanya air, senyawa inilah dengan obat yang bersifat basa
tersebut. (Donald Cairn. 2003).
Teori titrasi bebas air sangat singkat, sebagai berikut air bis bersifat
asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air
dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat
lemah dalam hal menerima atau member proton.
1. Titrasi Bebas Air Basa Lemah
Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat lemah
sehingga tidak berkompetisi secara efektif dengan basa-basa
lemah dalam hal menerima proton. Hanya asam yang sangat kuat
yang mampu memprotonasi asam setat sesuai dengan persamaan
reaksi.
2. Titrasi Bebas Air Asam-asam Lemah
Pelarut yang di gunakan adalah pelarut-pelarut yang tidak
berkompetisi secara kut dengan asam lemah dalam hal
memberikan proton, alcohol dan pelarut-pelarut aprotik dapat di
gunakan sebagai pelarut. Pelarut aprotik merupakan pelarut yang
dapat menurunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa. Termasuk
dalam kelompok pelarut ini adalah pelarut-pelarut non polar seperti
benzene, karbon tetraklorida serta hidrokarbon alifatik.(Prof.Dr.
Ibnu Gholib Gandjar,DEA., Apt.1999).
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
5Titrasi Bebas Air
Jenis dan pengaruh pelarut dalam titrasi ini harus mendapat
perhatian. Pada dasarnya pelarut dibedakan menjadi dua jenis pelarut
yaitu:
1. Pelarut aprotik
Pelarut aprotik adalah pelarut yang tidak dapat memberikan proton,
yaitu pelarut yang tidak terdisosiasi menjadi proton dan anion
pelarut. Sebagai contoh adalah pelarut benzen. Penggunaan
pelarut aprotik dalam titrasi bebas air adalah karena pelarut ini tidak
dapat menyetingkatkan pada keasaman/kebasaan asam dan basa
yang bereaksi sesamanya. Selain itu garam yang terjadi pada titrasi
tidak akan diuraikan secara protolitik oleh pelarut. Kerugiannya
adalah sifatnya yang sedikit polar atau nonpolar yang mempunyai
daya larut yang amat kecil, selain itu hantaran suatu larutan akan
sangat dikurangi.
2 Pelarut protik
Pelarut protik adalah pelarut yang menunjukkan disosiasi sendiri
menjadi proton dan anion pelarut. Secara praktis pelarut yang
seperti ini selalu dapat memberi dan menerima proton. Pelarut
yang seperti ini dinamakan pelarut amfiprotik atau pelarut amfolit.
Pada penggunaan pelarut aprotik keadaan ideal ini hampir tercapai.
Jika dilakukan dengan pelarut amfiprotik maka pelarut akan
bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi dan tetapan
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
6Titrasi Bebas Air
inisiasi, disosiasi keasaman dan kebasaan tentu akan dipengaruhi.
(Syukri.S.1999).
Beberapa klasifikasi pelarut telah di susulkan. Laitinen mengusulkan
empat jenis. Pelarut Amfiprotik mempunyai baik sifat asam maupun basa
seperti halnya air. Mereka mengalami otoprotolisis, sampai di mana reaksi
titrasi ber;angsung sempurna merupakan suatu fungsi dari reaksi ini.
Sebagian, seperti methanol dan etanol, memiliki sifat asam-basa yang
mirip dengan air dan, bersama dengan air, di sebut pelarut netral.
Lainnya, yang di sebut, pelarut asam, seperti asam asetat, asam format,
dan asam sulfat, adalah asam-sam yang jauh lebih kuat dan basa-basa
yang jauh lebih lemah daripada air. Pelarut basa seperti ammonia cair dn
etilendiamina mempunyai kebasaan yang lebih besar dan keasaman yng
lebih kecil daripada air. (A. L. Underwood. 1999).
B. Uraian Bahan
1. Alkohol (Ditjen POM 1979: 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol
Rumus Molekul : CH3 – OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
Dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala
Biru yangtidak berasap.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
7Titrasi Bebas Air
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
Kloroform P, dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
2. Asam asetat (Ditjen POM 1995: 45)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat
Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,
Menusuk, rasa asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,
Dan dengan gliserol.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
3. Asam Perklorat (Ditjen POM 1979: 651)
Nama resmi : Asam perklorat
Nama Lain :Perchlorit acid
Rumus Strukur : HClO4
Berat Molekul : 100,5
Pemerian : Cairan jernih tak berwarna
Kelarutan : Bercampur dengan air.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
8Titrasi Bebas Air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Aquadest (Ditjen POM 1979: 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLIATA
Nama Lain : Air Suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
Tidak mempunyai rasa.
Rumus molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
5. Kofeina (Ditjen POM 1979: 175)
Nama Resmi : COFFEINUM
Nama Lain : Kofeina
Rumus Molekul : C8H10N4O2
Berat Molekul : 194,19
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat
Biasanya menggumpal, putih, tidak berbau,
Rasa pahit.
Kelarutan : Agak sukar latut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P,
Sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutp baik.
Kegunaan : kardiotonikum.
6. Indikator Kristal Violet (Ditjen POM 1955: 1207)
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
9Titrasi Bebas Air
Nama Resmi : GERTIAN VIOLET
Nama Lain : Kristal Violet
Rumus Molekul : C25H30CIN3
Berat Molekul : 407,99
Pemerian : Hablur, hijau tua.
Kelarutan : sukar larut dalam air,agak sukar larut dalam
Etanol dan asam asetat glacial. Larutan
Berwarna lembayung tua.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai indicator
C. Prosedur Kerja
Di tiimbang seksama kofeina beberapa mg di larutkan dalam 5 ml
asam asetat anihidrat, lalu di panaskan, setelah itu di dinginkan, lalu di
tambahkan benzene 10 ml, lalu di homogenkan setelah itu tambahkan
indicator Kristal violet 3 tetes, dan di titrasi dengan asam perklorat sampai
warna menjadi kehijauan.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
10Titrasi Bebas Air
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat
Adapun alat yang di gunakan adalah botol semprot, buret, gelas arloji,
corong, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, statif – klem, dan
timbangan analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang di gunakan adalah air suling, asam asetat,
indicator Kristal violet, asam perklorat, kofeina, alcohol, tissue, dan
aluminium foil.
C. Cara Kerja
Timbang seksama kofeina beberapa mg di larutkan dalam 5 ml asam
asetat anihidrat, lalu di panaskan, setelah itu di dinginkan, lalu tambahkan
benzene 10 ml, lalu di homogenkan setelah itu tambahkan indicator Kristal
violet 3 tetes, titrasi dengan asam perklorat sampai warna menjadi
kehijauan.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
11Titrasi Bebas Air
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil Praktikum
No
.
Sampel Berat (mg) Volume Titrasi (ml)
1. Kofein 50,3 mg 0,5 ml
2. Kofein 50,5 mg 0,5 ml
B. Perhitungan
% kadar I = V x N x B . setara
B .Sampel x F . kesalahan x 100%
= 0,5 x0,5177 x 19,45
50,3 x0,1 x 100%
= 5,0345,03
x 100%
= 1,007 x 100%
= 100,07 %
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
12Titrasi Bebas Air
% kadar II = V x N x B . setara
B .Sampel x F . kesalahan x 100%
= 0,5 x0,5177 x 19,45
50,5 x0,1 x 100%
= 5,0345,05
x 100%
= 0,996 x 100%
= 99,6 %
Rata-rata = 100,07+99,6
2
= 199,672
= 99,835
C. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam perklorat dengan
menggunakan metode titrasi bebas air berdasarkan reaksi netralisasi.
Reaksi netralisasi merupakan reaksi antara asam dan basa yang setara
menurut perhitungan stokiometri. Pembaku yang digunakan adalah
larutan kalium biftalat yang akan direaksikan dengan suatu asam
perklorat. Indikator yang digunakan adalah indikator larutan kristal violet.
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat berubahnya warna larutan dari
ungu menjadi hijau zamrud.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
13Titrasi Bebas Air
Pada percobaan ini, di mana sampel yang di gunakan adalah kofein di
timbang dua kali, penimbangan pertama adalah 50,3 mg dan yang kedua
50,5 mg kemudian di larutan ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan
5 ml asam asetat anihidrat setelah itu di panaskan di atas penangas, lalu
dinginkan selama 5 – 10 menit, kemudian tambahkan 10 ml benzene, lalu
di homogenkan, setelah di homogendi tambahkan 3 tetes indicator Kristal
violet lalu di titrasi dengan menggunakan asam perklorat 0, 5177 N yang
telah dulu di masukkan ke dalam buret dan di amati perubahan warna
yang terjadi dan hentikan titrasi setelah larutannya berubah warna. Pada
saat titrasi berakhir di kenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Setelah di hitung kadar kofeina pertama adalah 100,07 % dan yang
kedua adalah 99,6 %, berdasarkan literature adalah, kofeina mengandung
tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %. Hal ini mungkin
terjadi karena factor kurang ketelitiannya dalam mentitrasi atau pada saat
menimbangnya.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
14Titrasi Bebas Air
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan titrasi bebas air maka dapat di simpulkan bahwa
kadar pada kofein yang pertama adalah 100,7 % dan yang kedua adalah
99,6 %, dan di rata-ratakan menjadi 99,835.
B. Saran
Sebaiknya praktikan dan asisten pembimbing terjalin suatu komunikasi
yang baik agar praktikum berjalan dengan baik.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.
15Titrasi Bebas Air
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas MuslimIndonesia: Makassar.
Cairns, Donald. 2003. Intisari Kimia Analisis. Buku Kedokteran.
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depatemen KesehatanRI. Jakarta.
Ditjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depatemen KesehatanRI. Jakarta.
Gandjar, Ibnu, Gholib. 1999. Kimia Farmasi Analisis. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. ITB: Bandung.
Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.
Putri Dhian Menthari Andi Trihadi Kusuma,S.Farm.