translate jurnal rd.docx

4
NPDR – kerusakan pada kapiler retina akibat hiperglikemia. Hal ini melemahkan dinding kapiler dan berakibat tonjolan berbentuk kantung pada lumen pembuluh darah, diketahui sebagai mikroaneurisma. Mikroaneurisma menghasilkan rupture dalam bentuk perdarahan dalam di dalam retina, yang dibatasi membrane limitan interna. Kerena bentuk mereka yang seperti titik, mereka diberi nama perdarahan “dot and blot”. Pembuluh darah yang lemah akan terjadi kebocoran, menyebabkan cairan terserap ke retina. Cairan mengendap di bawah macula, atau edema macula, mengganggu fungsi normal dari macula dan menjadi penyebab tersering dari kehilangan penglihatan pada orang yang mengalami retinopati diabetic. Resolusi dari cairan danau meninggalkan ke belakang dari sedimen, seperti sungai yang surut setelah banjir. Sedimen tersebut terbentuk dari lipid oleh produk dan muncul sebagai sesuatu yang lunak, deposit kuning dinamakan eksudat padat. Saat NPDR berlangsung, pembuluh darah yang terkena akhirnya menjadi tersumbat. Penyumbatan ini menyebabkan infark dari lapisan serat saraf, mengakibatkan halus, bercak putih yang disebut cotton wool spot (CWS). NPDR lebih jauh dibagi lagi berdasarkan temuan retina : Early NPDR – Setidaknya ada satu mikroaneurisma terlihat pada pemeriksaan retina Moderate NPDR – Dikarakteristikkan oleh mikroaneurisma yang multiple, Perdarahan dot and blot, venous beading, dan atau cotton wool spot

Upload: muhammad-hamzah-asadullah

Post on 14-Jul-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NPDR kerusakan pada kapiler retina akibat hiperglikemia. Hal ini melemahkan dinding kapiler dan berakibat tonjolan berbentuk kantung pada lumen pembuluh darah, diketahui sebagai mikroaneurisma. Mikroaneurisma menghasilkan rupture dalam bentuk perdarahan dalam di dalam retina, yang dibatasi membrane limitan interna. Kerena bentuk mereka yang seperti titik, mereka diberi nama perdarahan dot and blot. Pembuluh darah yang lemah akan terjadi kebocoran, menyebabkan cairan terserap ke retina. Cairan mengendap di bawah macula, atau edema macula, mengganggu fungsi normal dari macula dan menjadi penyebab tersering dari kehilangan penglihatan pada orang yang mengalami retinopati diabetic. Resolusi dari cairan danau meninggalkan ke belakang dari sedimen, seperti sungai yang surut setelah banjir. Sedimen tersebut terbentuk dari lipid oleh produk dan muncul sebagai sesuatu yang lunak, deposit kuning dinamakan eksudat padat. Saat NPDR berlangsung, pembuluh darah yang terkena akhirnya menjadi tersumbat. Penyumbatan ini menyebabkan infark dari lapisan serat saraf, mengakibatkan halus, bercak putih yang disebut cotton wool spot (CWS).

NPDR lebih jauh dibagi lagi berdasarkan temuan retina :Early NPDR Setidaknya ada satu mikroaneurisma terlihat pada pemeriksaan retinaModerate NPDR Dikarakteristikkan oleh mikroaneurisma yang multiple, Perdarahan dot and blot, venous beading, dan atau cotton wool spotSevere NPDR pada kebanyakan stadium yang parah dari NPDR, anda akan menemukan cotton wool spot, Venous beading, dan Abnormalitas mikrovaskular intraretina yang berat (IRMA). Hal itu didiagnosis menggunakan 4-2-1 rule. Diagnosis dibuat jika pasien terdapat : perdarahan intraretina difus dan mikroaneurisma di 4 kuadran, venous beading pada 2 kuadran, atau IRMA pada 1 kuadran. Dalam satu tahun, 52-75% dari pasien jatuh ke kategori ini akan berlanjut ke PDR (Aiello, 2003).

PDR Seperti yang disebutkan sebelumnya, retina mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi, sehingga dengan iskemia yang berlanjut, sel retina berespon dengan melepaskan sinyal angiogenik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF). Faktor angiogenik, seperti VEGF, menstimulasi pertumbuhan dari pembuluh darah retina yang baru untuk memberikan jalan baru pada pembuluh darah yang terluka. Hal ini disebut sebagai Neovascularization. Pada PDR, proliferasi fibrovaskular melampaui ILM. Hal ini terdengar seperti ide yang bagus, tetapi pembuluh darah yang baru mudah bocor, rapuh, dan sering menuju arah yang salah. Mereka bahkan dapat tumbuh dari retina dan menuju ke vitreous. Sebagai vitreous yang menyusut dengan bertambahnya usia, itu akan menarik pembuluh darah yang rapuh dan menyebabkan mereka robek, berakibat perdarahan vitreous dan kehilangan penglihatan secara mendadak. Pembuluh darah tersebut bahkan dapat membentuk skar, dan membentuk jangkar yang kuat antara vitreous dan retina dan vitreous menyebabkan traksi pada retina. Jika kekuatan cukup dibuat, traksi ablasio retina dapat terjadi. Ini adalah mekanisme lain yang mana DR dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara mendadak. Jika retina tidak melekat kembali, terlebih jika macula terkena, penglihatan hilang secara permanen.Sementara efek dari neovaskularisasi pada PDR dapat sangat efektif, hal yang paling sering menyebabkan hilangnya penglihatan pada diabetes adalah edema macula. Edema macula dapat terjadi pada NPDR, tetapi lebih sering pada kasus berat dari DR karena kebocoran pada pembuluh darah baru (wani, 2003).Diabetes dapat juga menjadi masalah pada mata bagian depan. Molekul angiogenik yang mana diproduksi oleh retina dapat mengambang ke depan, menyebabkan neovaskularisasi dari iris. Pembuluh darah tersebut dapat tumbuh ke dalam sudut dari COA pada trabecular meshwork, drain dari mata. Hal ini dapat menyumbat aliran keluar dari humor aquos, meningkatkan tekanan intraocular dan menyebabkan glaucoma akut.GEJALAPasien biasanya tidak mengalami gejala sampai di akhir perjalanan penyakit ketika pengobatan tidak efektif. Gejala yang telat dari DR bermacam-macam tergantung dari penyebab. Perdarhaan ke dalam vitreous dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara mendadak. Edema macula dan iskemia adalah dua mekanisme yang lain dari penurunan penglihatan.SKRININGSkrining untuk DR adalah sangat penting sejak banyak pasien tidak mengalami banyak gejala sampai stadium lanjut dari penyakit. Jika hal ini dikenali secara cepat, efek samping pengobatan penglihatan dari DR dapat sering dicegah dengan manajemen yang terarah. Rekomendasi untuk skrining berbeda untuk DM tipe 1 dan 2. Karena banyak pasien dengan DM tipe 2 mengalami retinopati pada saat diabetes telah didiagnosis, hal itu direkomendasikan bahwa pemeriksaan dilatasi mata setiap tahun dimulai dekat setelah diagnosis DM dibuat. DM tipe 1 sebaiknya memulai pemeriksaan mata tahunan 3-5 tahun setelah didiagnosis DM (AAO, 2008)DR dapat berjalan secara cepat pada kehamilan. Wanita yang hamil dengan diabetes sebaiknya dilakukan pemeriksaan dilatasi mata sebelum konsepsi, di awal trimester pertama, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai melahirkan. Tidak seperti diabetes yang sudah ada, Diabetes gestasional tidak penempatkan pasien pada peningkatan resiko DR dan pasien tersebut tidak memerlukan pemeriksaan mata yang rutin (AAO, 2008).PEMERIKSAANPemeriksaan mata yang tepat pada pasien diabetes sebaiknya selalu dimulai dengan mengumpulkan riwayat dari pasien. Tanya tentang gejala penglihatan dan masalah sistemik yang mana berdampak pada resiko DM seperti pada saat kehamilan, tekanan darah, kadar kolesterol, keadaan renal. Sebagai tambahan, pastikan untuk mengecek HbA1c untuk meningkatkan pikiran bagaimana kadar gula darah mereka dikontrol selama 3 bulan terakhir (AAO, 2008).Pemeriksaan sebaiknya dimulai dari ketajaman penglihatan, pengukuran tekanan intraokuler, dan pemeriksaan slit lamp, termasuk inspeksi secara hati-hati dari neovaskularisasi iris. Jika terdapat neovaskularisasi dari iris perlu dicurigai pasien terdapat tekanan intraocular yang meningkat, gonioskopi sebaiknya dilakukan untuk melihat sudut iridokorneal. Gonioskopi memanfaatkan pantulan lensa yang mana kita dapat melihat sudut dan trabecular meshwork. Hal ini tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan slit lamp. Berikutnya, pupil pasien didilatasikan untuk dilakukan pemeriksaan fundus.