tugaas hdr

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan khusunya komunitas profesi kesehatan. Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang serius. Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun 2001 lalu ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa. Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %. Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, didalam setiap rumah tangga paling 1

Upload: bagus-zain

Post on 03-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugaas HDR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan

masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan

khusunya komunitas profesi kesehatan.

Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang

serius. Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun

2001 lalu ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa.

Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa

per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk

yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang

sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat

mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini

gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.

Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, didalam

setiap rumah tangga paling tidak ada satu orang yang mengalami gangguan jiwa dan

membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini didasarkan pada hasil Survei

kesehatan. Mental Rumah Tngga (SKMRT) yang dilakukan pada penduduk di 11

kotamadya oleh jaringan Epidomologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 di mana di

temukan 185 per 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala

gangguan kesehatan jiwa.

1

Page 2: Tugaas HDR

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Memberikan gambaran dalam pembuatan asuhan keperawatan klien

terutama di bidang jiwa.

b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa oleh dosen

c. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Keperawatan Jiwa

d. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa perawat dan masyarakat umum.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :

a. Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi tentang

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA

DIRI RENDAH.

b. Menjelaskan konsep dasar keperawatan ( pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, evaluasi ) tentang ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI

RENDAH”.

c. Menentukan rencana tindakan keperawatan dari masalah yang sering ada

pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah.

C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA

DIRI RENDAH.

b. Menjadi contoh gambaran dalam pembuatan ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI

RENDAH.

c. Dapat menjadi inspirasi kita dalam melakukan penelitian di bidang

keperawatan jiwa dalam praktik keperawatan.

2

Page 3: Tugaas HDR

d. Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat,

pegawai rumah sakit dan masyarakat umum tentang ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI

RENDAH.

e. Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di

bidang kesehatan.

3

Page 4: Tugaas HDR

BAB II

ISI

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan

kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungan dengan orang lain, atau cara individu memandang

dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. (Susilawati,

dkk, 2005 : 89).

Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan

pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan. (Menurut Stuart dan Sundeen

dalam keliat, 1992:2).

Konsep diri merupakan semua perasaan dana pemikiran seseorang

mengenai dirinya sendiri, dimana hal ini meliputi kemampuan, karakter diri,

sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. ( menurut www.google.com

search for Asuhan Keperawatan Pada Harga Diri Rendah, diana Apriana, 2005).

Dari beberapa pengertian di atas, konsep diri dapat dikatakan juga

merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan dan kepercayaan mengenai

dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup,

kebutuhn dan penampilan diri yang dapat mempengaruhi hubungan dengan

orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat lahir, di pelajari melalui kontak

sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep

diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif, sedangkan konsep diri negatif

dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang mal adaftif.

Rentang respon konsep diri (Stuart G. W dan Sundeen, S. J, 1998: 230)

4

Page 5: Tugaas HDR

Respon adaftif Respon

maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Deper- Diri Positif Rendah Identitas sonalisasi

Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma –

norma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.

Respon adaptif terdiri dari :

a. Aktualisasi diri

Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang

pengalaman sukses.

b. Konsep diri positif

Klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat

mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai

asuatu masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu

tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.

Respon mal adaptif terdiri dari :

a. Harga diri rendah

Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir

ke arah negatif.

b. Kekacauan identitas

Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek masa kanak – kanak ke

dalam kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara

harmonis.

c. Depersionalisasi

5

Page 6: Tugaas HDR

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan

dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.

(Susialwati,dkk.(2005:91 – 94))

Konsep diri

Gambaran Diri Ideal diri Identitas Peran Harga diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak

langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Menurut Schult & Videbeck (1998),

gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan

kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak

langsungGangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang

negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,

merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat

disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat

diekspresikan secara langsung dan tak langsung.

2. Etiologi

Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan

positif, perasaan di tolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan

ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego.

(keliat, 1998 : 1).

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut

Keliat, (1992: 14 ).

6

Page 7: Tugaas HDR

1) Pengalaman masa kanak – kanak dapat merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri.

2) Anak yang tidak menerima kasih sayang.

3) Individu yang kurang mengerti akan arti dengan tujuan kehidupan akan

gagal menerima tanggung jawab untuk diri – sendiri.

4) Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang

lain dan ideal diri yang tidak realistis.

Faktor predispoisisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah

menurut Stuart dan Sundeen, dalam Keliat, (1998:2). Faktor yang

mempengaruhi diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jwab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang

tidak realistik.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah

menurut Keliat, (1992: 16) adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi

konsep diri dan komponennya stressor yang mempunyai harga

diri.Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang

berarti:

1) Pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut.

2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali.

3) Cita – cita yang tidak dapat dicapai.

4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3. Patofisiologi

Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen

berhubungan erat dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya

dimunculkan dalam bentuk perilaku.

Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan interpersonal

yang buruk pada mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak

7

Page 8: Tugaas HDR

aman berhubungan dengan orang lain. Individu mempertahankan hubungan

masyarakat di isolasi sosial dan ketergantungan berlebihan pada orang lain.

Kemudian dimunculkan dalam bentuk prilaku (menurut Stuart dan Sundee, 1998

dalam Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah, Trismaheni, 2007).

Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor predisposisi

yang diantaranya pengalaman kanak – kanak yang merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri, anak yang tidak menerima kasih sayang, individu

yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima

tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan orang tua, harapan realistis. Selain

faktor predispoisisi, faktor presipitasi juga salah satu penyebabdari terjadinya

harga diri rendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak tepat atau

dituruti, di larang dan di tuntut, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita –

cita yang tidak dapat di capai gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri

(Keliat, 1992: 14-16).

Akibat dari 2 faktor tersebut maka timbullah mekanisme koping individu

untuk memecahkan masalahnya, individu dengan mekanisme koping yang

positif maka menghasilkan konsep diri yang positif juga, yang dapat berfungsi

lebih efektif yang terdiri dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual

dan penguasaan lingkungan. Sedangkan mekanisme koping yang negatif atau

tidak berhasil dapat mengakibatkan konsep diri yang negatif juga, yang dapat

dilihat dari hubungan individu yang mal adaptif atau norma – norma sosial dan

kebudayaan yang menyimpang, yang salah satunya adalah harga diri rendah atau

perasaan negatif terhadap diri sendiri yang biasanya dimunculkan dengan

prilaku. Menurut Susilawati, dkk (2005: 97-98) Harga diri rendah mempunyai

prilaku seperti evaluasi diri negatif, membenci diri sendiri dan menolak,

mengejek dan mengkritik diri sendiri, merendahkan dan mengurangi martabat,

rasa bersalah dan khawatir, menunda keputusan, gangguan berhubungan,

menarik diri dari realitas, perasaan negatif terhadap tubuh, ketegangan peran,

pesimis menghadapi hidup dan penyalahgunaan fisik.

4. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis )

8

Page 9: Tugaas HDR

Manifestasi klinis (tanda dan gejala) menurut Keliat (1998: 3)

a) Mengkritik diri sendiri sendiri atau orang lain.

b) Penurunan produktivas

c) Desktruktif pada orang lain

d) Gangguan dalam hubungan perasaan tidak mampu

e) Rasa bersalah

f) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

g) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri dan ketegangan peran dan

dirasakan

h) Pandangan hidup yang pesimis

i) Keluhan fisik

j) Mengurung diri dan menarik diri secara sosial

k) Penyalahgunaan zat dan perasaan khawatir.

Manifestasi klinis menurut Susilawati, dkk ( 2000: 97-98).

a) Evaluasi yang negatif

b) Membenci diri sendiri dengan menolak diri sendiri

c) Mengejek dan mengkritik diri sendiri

d) Merendahkan atau mengurangi martabat

e) Rasa bersalah dan khawatir

f) Menunda keputusan

g) Gangguan berhubungan

h) Menarik diri dari realitas

i) Merusak diri atau melukai orang lain

j) Perasaan negatif terhadap tubuh

k) Keteganggan peran

l) Pesimis menghadapi hidup

m) Penyalahgunaan fisik

Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.

Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam

menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui

proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.

9

Page 10: Tugaas HDR

Tanda dan gejala :

a) Rasa bersalah

b) Adanya penolakan

c) Marah, sedih dan menangis

d) Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas

e) Mengungkapkan tidak berdaya

B. Pengkajian

Menurut Keliat (1998: 46) pengkajian klien dengan menarik diri meliputi :

1. Identitas

a) Identitas yang merawat klien melakukan perkenalan dengan klien tentang:

nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan,

waktu, tempat pertemuan, topik yang akan di bicarakan.

b) Usia dan nomor RM

c) Perawat menulis sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a) Tanyakan pada klien atau keluarga.

b) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini.

c) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah ini.

d) Bagaimana hasilnya.

3. Faktor Predisposisi

a) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien ernah mengalami gangguan

jiwa pada masa lalu.

10

Page 11: Tugaas HDR

b) Jika klien pernah, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.

Apabila ia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala gangguan jiwa,

apakah dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala sisa atau gejala

bertambah atau menetap.

c) Tanyakan pada klien pernah melakukan/ mengalami/ menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan kriminal.

d) Tanyakan pada klien atau keluarga yang mengalami gangguan jiwa apabila

ada keluarga yang nmengalami gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana

hubungan klien degan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang

dialami serta riwayat pengobatan perawatan yang pernah diberikan pada

anggota keluarga tersebut.

e) Tanyakan pada klien atau keluarga tentang pengalamann yang tidak

menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma,

selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien di masa lalu.

4. Fisik

Pengkajian fisik di fokuskan pada system dan fungsi organ.

a) Ukur dan observasi tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien,

ukur tinggi badan, dan berat badan klien.

b) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada keluahan fisik yang dirasakan

oleh klien.

c) Kaji lebih lanjut system dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan

keluhan yang ada.

d) Masalah keperawatan ditulis dengan data yang ada.

5. Psikososial

a) Genogram

11

Page 12: Tugaas HDR

Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan

klien dengan keluarga.

Contoh:

Keterangan

= Perempuan =

Meninggal

= Laki – laki = Klien

= Cerai / putus hubungan

= orang yang tinggal serumah

Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan,

dan pola asuhan. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

b) Konsep Diri

1) Citra tubuh; bagaimana presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian mana

tubuhnya yang disukai dan tidak disukai.

2) Ideal diri; tanyakan tentang : status dan posisi klien sebelum di rawat,

kepuasaan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,

kelompok), kepuasaan klien sebagai lelaki/perempuan.

3) Peran: tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/

masyarakat, kemampuan klien alam melaksanakan tugas.

12

Page 13: Tugaas HDR

4) Identitas diri: tanyakan harapan terhadap tubuh, possisi, status,

tugas/peranan, tanyakan harapan klien terhadap (keluarga, sekolah,

tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.

5) Harga diri: tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan

penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi

pengungkapan kecewa terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

c) Hubungan Sosial

Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupan, tempat

mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan. Tanyakan pada klien

kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat. Masalah keperawatan

ditulis sesuai dengan data.

d) Spiritual

1) Nilai keyakinan: tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap

gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.

Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.

2) Kegiatan ibadah: tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan

kelompok. Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.

e) Status Mental.

Nilai penampilan klien rapih atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas

motorik klien, alam perasaan (sedih, takut, khawatir) efek klien, interaksi

selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik

diri.

f) Kebutuhan Persiapan Pulang.

13

Page 14: Tugaas HDR

1) Observasi makan klien, mampu menyiapkan dan membersihkan alat

makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK menggunakan dan membersihkan WC,

serta membersihkan dan merapihkan kamar pakaian.

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

4) Istirahat dan tidur klien.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah

minum obat.

6) Bagaimana aktivitas aktivitas dalam rumah, merencanakan mengelola

menyiapkan makanan, merapihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan

mengatur kebutuhan biaya sehari – sehari.

7) Bagaimana aktivitas diluar rumah, belanja untuk kebutuhan sehari – hari,

perjalanan mandiri berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi atau

umum, dan aktivitas yang lain yang dilakukan biasa bayar listrik,

telepon, air, ke kantor pos atau Bank.

g) Mekanisme Koping.

Data didapat dari wawancara pada klien dan keluarga, koping yang dimiliki

oleh klien baik adaktif maupun malaadktif.

h) Masalah Psikososial Dan Lingkungan.

Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluarga mengenai

masalah yang dimiliki klien.

i) Pengetahuan.

14

Page 15: Tugaas HDR

Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluaga mengenai

masalah disimpulkan dalam masalah.

C. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan

(Keliat, 1998: 4)

CP

Masalah keperawatan harga diri rendah diantaranya :

a) Isolasi sosial : menarik diri

b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c) Tidak efektifnya koping individu

Diagnosa Keperawatan (Keliat, 1998: 4)

a) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak

efektifnya koping individu.

D. Rencana Tindakan (Keliat, 1998: 5 – 60)

Diagnosa I

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

15

Page 16: Tugaas HDR

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

1. Tujuan Khusus I

Klien dapat membina hubungan saling percaya

a. Kriteria evaluasi

Ekspresi wajah bersahabat, menunjkkan rasa senang, ada kontak mata, klien

mau menjabat tangan; menyebutkan nama, menjawab salam dan

mengutarakan masalahnya.

b. Intervensi

Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

1) Sapa klien dengan ramah

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap dan panggilan

4) Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji

5) Tunjukkan sikap empati

2. Tujuan Khusus II

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

a. Kriteria evaluasi

Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Intervensi

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2) Hindari penilaian negatif terhadap klien .

16

Page 17: Tugaas HDR

3) Utamakan memberikan pujian yang realistik.

3. Tujuan khusus III

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

a. Kriteria evaluasi

Klien menilai kemampuan yang digunakan

b. Intervensi

1) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan

selama sakit

2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

4. Tujuan khusus IV

Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

a. Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian

b. Intervensi

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa hari

sesuai kemampuan.

2) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

3) Bercontoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan

5. Tujuan khusus V

Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya

a. Kriteria evaluasi

Kalian melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

17

Page 18: Tugaas HDR

b. Intervensi

1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

2) Beri pujian atas keberhasin klien.

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Tujuan khusus VI

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada

a. Kriteria evaluasi

Kriteria memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

b. Intervensi

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

harga diri rendah..

2) Bantu keluarga dalam membri dukungan.

3) Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah.

Diagnosa II

Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak

efektif.

Tujuan umum

Klien mampu meningkatkan harga dirinya

1. Tujuan Khusus I

Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan

emosinya.

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaanya

b. Intervensi

1) Buat kontak dengan klien, lakukan pendekatan dengan memperhatikan

prinsip hubungan terapeutik perawat – klien.

18

Page 19: Tugaas HDR

2) Anjurkan klien unutk mengungkapkan perasaannya, dengarkan dengan

penuh perhatian dengan berespon dengan tenang.

3) Amati prilaku verbal dan nonverbal klien saat bicara, buat kontak untuk

pertemuan selanjutnya.

2. Tujuan Khusus II

Klien dapat mengidentifikasi koping yang telah di miliki

a. Kriteria evaluasi

Setelah 2 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi pola koping personal

dan konsekuensi prilaku yang diakibatkannya.

b. Intervensi

1) Ingatkan klien tentang kontak yang dibuat, identifikasi koping yang

biasanya digunakan klien dalam mengatasi masalah.

2) Diskusiakan bersama klien tentang pemahamannya tentang kejasian saat

ini dan bagaimana koping yang biasa di gunakan untuk mengatasi

masalah.

3. Tujuan Khusus III

Klien dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya.

a. Kriteria evaluasi

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi kekuatan personal

dan menerima dukungan melalui hubungan dengan orang lain.

b. Intervensi

1) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki

2) Identifikasi tugas yang mungkin dikerjakan sesuai kemampuan klien.

19

Page 20: Tugaas HDR

3) Kembangkan hal – hal positif yang dimiliki klien melalui kegiatan yang

bermanfaat.

4) Bantu klien berinteraksi dengan orang lain.

5) Beri umpan balik positif atas kemampuan klien dalam berhubungan

dengan orang lain.

4. Tujuan Khusus IV

a. Kriteria evaluasi

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mendemosntrasikan strategi koping

adatif dalam mengatasi masalah.

b. Intervensi

1) Bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan

koping adatif.

2) Identifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukkan adaptasi

positif.

3) Diskusikan keuntungan dan konsekuensi dari setiap alternative seleksi

alternative yang paling sesuai.

4) Evaluasi keefektifan dan alternative yang paling dipilih.

5. Tujuan Khusus V

Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah.

a. Kriteria evaluasi

Setelah lima kali pertemuan klien mendapat dukungan dalam proses

pemecahan masalah.

b. Intervensi

20

Page 21: Tugaas HDR

1) Perkenalkan diri pada keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang

perubahan prilaku klien dan hubungan dengan kejadian atau peristiwa

yang dialami.

2) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya keluarga dalam membantu

klien mengatasi masalah.

3) Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses

pemecahan masalah.

E. Evaluasi

a. Diagnosa I

Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien telah menurun

dalam sifat, jumlah, asal, atau waktu.

b. Diagnosa II

Apakah prilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan

persetujuan diri yang lebih besar.

21

Page 22: Tugaas HDR

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa

per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000

penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan

WHO.

2. konsep diri dapat dikatakan juga merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan

dan kepercayaan mengenai dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter

diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhn dan penampilan diri yang dapat

mempengaruhi hubungan dengan orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat

lahir, di pelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan

orang lain

3. Konsep diri terdiri dari ( aktualisasi diri, ideal diri, identitas diri, peran, harga

diri)

4. Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen berhubungan

erat dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya dimunculkan dalam

bentuk perilaku.

5. Pengkajian meliputi : identitas, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,

psikososial ( Genogram,konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental,

kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan

lingkungan, pengetahuan).

22

Page 23: Tugaas HDR

6. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga

diri rendah Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak

efektifnya koping individu. ( Keliat 1998: 4)

7. Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma – norma

sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.

B. SARAN

1 Bagi Perawat, dokter maupun petugas medis lainnya

a. Di harapkan perawat dapat melaksanakan tugas dan perannya sebagai

perawat yang professional dengan melaksanakan prosedur dan asuhan

keperawatan yang menitikberatkan pada aspek psikologis bukan pada

farmakologi.

b. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapt

berkolaborasi dengan baik.

c. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapat bekrja

dan menjalankan perannya dengan maksimal.

2 Bagi masyarakat

a. Diharapkan kepada masyarakat dapat membantu ,mensupport, dan

berpartisispasi dalam proses penyembuhan.

b. Di harapkan masyarakat tidak menjauhi, penderita dan berusaha untuk

mendekati, memberikan perhatian serta tidak menimbulkan stigma.

23

Page 24: Tugaas HDR

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo. 2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :

Lipincott-Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Keliat, Budia anna, dkk. 1992. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.

Bandung : RSJP Bandung. 2000

Carpernito, Lynda juall, 1988, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis

Edisi 6, Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.

Susialwati, dkk, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

http://www.hariankompas.com

.

24

Page 25: Tugaas HDR

25