tugas 2 impairment fixed

11
PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN IMPAIRMENT Ni Made Ayu Citrarasmi (13/358858/EE/06570) Putu Wisnu Wiguna (13/358806/EE/06521) Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1

Upload: nmacitrarasmi

Post on 23-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

IMPAIRMENT

Ni Made Ayu Citrarasmi (13/358858/EE/06570)Putu Wisnu Wiguna (13/358806/EE/06521)Pendidikan Profesi AkuntansiFakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah MadaYogyakarta

2014

Penurunan Nilai pada Aset (Impairment)

Investasi pada aset yang dilakukan oleh sebuah entitas merupakan bagian terpenting dalam kelangsungan operasinya. Hal ini dikarenakan aset tersebut nantinya akan digunakan entitas untuk menjalankan operasi bisnis yang mendatangkan pemasukan finansial sepanjang periode tertentu. Misalnya truk yang digunakan untuk mendistribusikan barang hasil produksi perusahaan, gudang untuk menyimpan barang yang siap untuk dijual, dan lain-lain. Nilai aset saat pemerolehan barang tersebut dicatat secara akuntansi dengan ukuran harga pemerolehan.

Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan aset untuk mendatangkan pemasukan finansial akan cenderung menurun, sehingga nilai aset tersebut akan dikurangi dengan biaya yang dihitung melalui pengalokasian biaya secara sistematis, yaitu depresiasi. Namun, terkadang pada periode tertentu penurunan nilai tersebut tidak wajar sehingga mengharuskan perusahaan untuk mereviu nilai aset tersebut. Apabila setelah dilakukan impairment test dan hasilnya bahwa nilai buku aset (carrying amount) lebih besar daripada nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount), maka telah terjadi impairment pada aset tersebut. Impairment pada aset memiliki dampak yang cukup signifikan bagi entitas. Semakin besar nilai impairment pada aset yang tidak dicatat sebagai kerugian, maka nilai aset yang tercantum pada neraca menjadi over-stated sehingga berujung pada asersi manajemen yang tidak andal. PSAK mengatur bahwa impairment pada aset sebuah entitas harus segera dilaporkan sebagai rugi dalam laporan rugi-laba.Secara definisi, Kieso (2008) menyatakan bahwa impairment adalah penurunan kemampuan aset dalam menghasilkan kas (manfaat ekonomik) melalui penggunaan produksi dan penjualan. Penurunan kemampuan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kerusakan fisik atau kondisi pasar yang melemah. IAS (International Accounting Standard) 36 mengungkapkan ada 2 kategori utama yang mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan nilai pada aset, diantaranya adalah:(a) external source meliputi penurunan nilai pasar, perubahan negatif atas teknologi, peningkatan tingkat bunga pasar, dan harga saham perusahaan dibawah nilai buku;(b) internal source meliputi kerusakan fisik aset, aset digunakan untuk rekonstruksi/ditahan untuk dijual, dan performa aset yang tidak sesuai ekspektasi. Ketika manajemen telah mengindikasikan beberapa aset perusahaannya sesuai dengan beberapa kondisi di atas, maka manajemen dapat melakukan impairment test. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai tercatat (carrying amount) dengan nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). Recoverable amount ditentukan dengan melihat angka yang lebih tinggi antara harga jual neto (fair value less cost to sell) dan nilai pakai (value in use). Ada hal yang perlu kita ingat, sebelum perusahaan melakukan impairment testing pada PPE, perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan indikasi apakah terjadi impairment pada PPE-nya atau tidak, melalui:

1. Informasi dari luar perusahaan

2. Informasi dari dalam perusahaan

3. Aset pada tahun terakhir, sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya

Alur impairment test

Segala kerugian akibat dari impairment harus segera dicatat sebagai pengurang pada laporan laba-rugi pada periode tersebut. Kerugian dicatat sebagai rugi penurunan nilai aset (loss on impairment) pada akumulasi depresiasi (accumulated depreciation). Selain mencatat kerugian (jika terjadi) perusahaan juga harus melakukan perubahan alokasi depresiasi untuk aset tersebut. Jumlah depreciable base adalah nilai aset setelah terjadi impairment dan masa ekonomiknya adalah jumlah sisa masa ekonomik aset.

Pengujian impairment ini tidak hanya dapat menguji aset secara individual saja tetapi dapat diuji untuk aset yang sifatnya kolektif. Pengujian ini dilakukan melalui penghitungan unit generating cash. Perbedaannya dengan pengujian impairment pada aset individu adalah pada perataan proporsi kerugian (jika terjadi impairment) unit kelompok penghasil kas. Menurut PSAK no. 48 terdapat empat urutan dalam mengalokasikan kerugian penurunan nilai aset, diantaranya yaitu:(a) pertama, ke goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas (jika ada);

(b) kedua, ke aktiva tak berwujud lain yang tidak ada pasarnya;(c) ketiga, ke aktiva yang harga jual netonya lebih kecil dad nilai tercatatnya; dan(d) terakhir, ke aktiva lain dalam unit penghasil kas tersebut dengan dasar pro rata nilai tercatat setiap aktiva dalam unit tersebut.Grafik of Accounting for Impairment

Dalam kondisi tertentu jika aset yang mengalami penurunan nilai pada tahun sebelumnya ternyata nilainya meningkat pada tahun berikutnya, perusahaan harus segera melakukan pemulihan nilai aset dengan mencatatkan laba dalam laporan laba-rugi dengan nilai maksimum adalah nilai perolehan awal aset sebelum mengalami penurunan nilai.Kasus:

Pada tahun 2012, PT. Medco Energi Internasional membuat pencatatan laba yang menurun, karena penurunan nilai aset pada laporan keuangan semester pertama, Medco mencatat kerugian sebesar USD 3,87 juta. Sedangkan tahun sebelumnya, mecatat keuntungan sebesar USD 12,8 juta. Pada semester pertama tahun ini penjualan dan pendapatan usaha lainnya dicatat sebesar USD usd 554,3 juta atau lebih rendah dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak memasukan pendapatan usaha dan penjualan tenaga listrik, yang sudah tidak dikonsolidasikan sejak tahun 2012. Penjualan bersih untuk minyak dan gas sebesar USD 428,2 juta, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah sebesar USD 422,9 juta (hal ini juga disebabkan karena peningkatan harga rata-rata minyak per barel). Lalu, laba kotor Medco telah mencapai USD 203,4 (naik sebesar 11,5% dibandingkan tahun lalu). Pada tahun ini, Medco mengalami kerugian atas penurunan nilai aset yang diperbaharui sebesar USD 9,13 juta. Tidak hanya itu, perusahaan juga mengalami kerugian nilai tukar sebesar USD 449,843 akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Pembahasan:Akibat tidak dibebankannya penurunan nilai aktiva tetap pada awal tahun perusahaan harus membebankan kerugian pada tahun berikutnya, akibatnya pada tahun 2012 perusahaan mengalami kerugian USD 3,87 juta pada semester pertama. Walapun terjadi peningkatan penjualan akibat kenaikan rata-rata minyak per barel namun perusahaan pada akhir tahun tetap mengalami kerugian. Karena pembebanan penurunan niali aktiva tetap harus dilakukan pada akhir tahun perusahaan kembali menglami kerugian.

Daftar PustakaKieso, Weygandt.2008.Intermediate Accounting International Edition. John Wiley and Sons, Co.: United States

IAS Plus by Delloite (http://www.iasplus.com/en/standards/standard35)

Peraturan Standar Akuntansi (PSAK) Indonesia oleh IAI edisi revisi tahun 2009

Recoverable Amount

Carrying Amount

Impairment: Carrying Amount > Recoverable Amount

Value in Use

Fair Value less Cost to Sell

Future Cash Projection

Higher of

Yes

Impairment Test

Measurement of Impairment Loss

Recoverable amount less than carrying amount

Impairment

Assets held for use

Assets held for sale or disposal

No Impairment

Impairment loss excess of carrying amount over recoverable amount

Depreciate on new cash basis

Reversal of impairment loss permitted

Lower of cost or fair value less cost to sell (net realizable value)

No depreciation taken

No

*The higher of fair value less cost to sell or value-in-use

Aset yang memiliki kemampuan menghasilkan manfaat ekonomik yang memiliki kondisi harus berhubungan dengan aset lainnya.

3