tugas akhir - jeffry irwansyah - 3213110092 burning
TRANSCRIPT
STUDI KERUSAKAN TIMING BELT PADA SISTEM
TRANSMISI SHAFT PAYOFF HAR 2000 MESIN CABLING
DRUM TWISTER DI PT. XX
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Mesin
Di Jurusan Teknik Mesin
Oleh:
Jeffry Irwansyah NIM. 3213110092
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2016
i
ii
iii
iv
v
STUDI KERUSAKAN TIMING BELT PADA SISTEM
TRANSMISI SHAFT PAYOFF HAR 2000 MESIN CABLING
DRUM TWISTER DI PT. XX
Jeffry Irwansyah1, Dewin Purnawa2
1Mahasiswa pada Jurusan Teknik Mesin, Konsentrasi Perawatan, 2Dosen
Pembimbing pada Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Jakarta. Jalan Prof. Dr. GA. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425
Email: [email protected]
ABSTRAK
Mesin Cabling Drum Twister merupakan mesin yang memiliki peran penting dalam
proses produksi kabel dan hanya ada satu pada PT. XX. Berbagai kerusakan pada mesin
tersebut sering terjadi, khususnya pada shaft transmisi Payoff HAR2000. Pada shaft
transmisi tersebut, terdapat berbagai komponen – komponen transmisi seperti timing belt,
timing pulley, bearing, kopling. Salah satu keruskan komponen yang terjadi pada shaft
transmisi tersebut adalah kerusakan pada timming belt. Kerusakan timming belt pada shaft
transmisi bisa terjadi sebulan satu kali. bahkan, permasalahan tersebut dijadikan sebagai
topik QCC (Quality Control Circle) di PT. XX dikarenakan belum ditemukan solusi yang
tepat.
Penelitian ini menggunakan RCFA (Root Cause Failure Analysis) metode Fish
Bones untuk mencari tahu akar permasalahan yang terdapat pada kerusakan timing belt.
Selain itu, penelitian ini juga akan menjelaskan dampak-dampak kerusakan dan
menentukan solusi yang tepat dalam mengatasi kerusakan tersebut.
Dari hasil Failure Analysis dengan metode Fish Bones, kerusakan timing belt
disebabkan oleh sistem perawatan yang sangat buruk dan pengaruh dari komponen lain
pada shaft tersebut, seperti bearing, kopling, pulley timing, shaft dan HAR 2000. Dampak
yang timbul akibat kerusakan timing belt adalah Ketersedian mesin yang buruk dan
Kualitas produk yang buruk. Solusi yang tepat adalah memahami sistem instalasi timing
belt dan mengubah sistem perawatan menjadi Planned Maintenance.
Kata Kunci: Mesin Cabling Drum Twister, Timing Belt, Failure Analysis, Maintenance
vi
THE STUDY OF THE FAILURE TIMING BELT ON SYSTEM
TRANSMISSION OF HAR 2000 SHAFT PAYOFF CABLING
DRUM TWISTER MACHINE
Jeffry Irwansyah1, Dewin Purnawa2
1The students of Mechanical Engineering, Maintenance and Installation
concentration, 2The Lectures of Mechanical Engineering
Politeknik Negeri Jakarta. Jalan Prof. Dr. GA. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425
Email: [email protected]
ABSTRACT
Drum Twister Cabling Machine is the machine that have important role for the
process of cable and it is the only one in PT. XX. The failure of that machine often occur,
especially in shaft transmission Payoff HAR2000. In that shaft transmission, there are some
components, such as timing belts, timing pulley, bearing and coupling. The one of the
failure that often occur is the failure of timing belt. The failure of timing belt in shaft
transmission could happen once a month. In fact, this problem is being as QCC (Quality
Control Circle) subject in PT. XX because it can’t solve until now.
This research uses the RCFA (Root Cause Failure Analysis) Fish Bones Method
in order to know the root of the problem which occurred in the failure of timing belt.
Furthermore, this research also will explain the effects of the failure and decide the best
solution in order to resolve that failure.
From the result of the failure analysis with Fish Bones Method, the failure of timing
belt caused by the maintenance system which is really bad and the effect from other
components in that shaft, such as bearing, coupling, pulley timing, shaft, and HAR 2000.
The effects that emerged from that failure are having poor availability and bad quality
product. The best solutions are understanding the installation system of timing belt and
changing the maintenance system into Planned Maintenance.
Key Word: Cabling Drum Twister Machine, Timing Belt, Failure Analysis, Maintenance.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas
ridho hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
Maksud dari tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
persyaratan kelulusan program diploma III pada jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Jakarta. Selain itu, penulis juga mengimplementasikan dan membandingkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat di bangku kuliah dengan
kenyataan yang ada pada dunia industri.
Penulis merasa masih mendapatkan kesulitan dan hambatan pada
penyusunan laporan tugas akhir ini. Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa
laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin manyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1) Ketua Jurusan Teknik Mesin, Bapak Dr. Belyamin, MSc.Eng,
B.Eng. (Hons)
2) Ketua Program Studi Teknik Mesin, Ibu Indriyani Rebet, M.Si.
3) Bapak Dewin Purnama, S.T. M.T. sebagai dosen pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis dalam
menyusun laporan tugas akhir ini.
4) Bapak Yudha Herlanda, S.T. sebagai dosen pembimbing OJT yang
telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis dalam
menyusun laporan tugas akhir ini
5) Staf Administrasi Jurusan Teknik Mesin yang telah membantu
penulis dalam mengurus proposal tugas akhir.
viii
6) Staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah membimbing dan
memberikan materi perkuliahan pada penulis.
7) Staf Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta yang telah membantu
penulis dalam peminjaman buku.
8) Staf PT. Voksel Electric Tbk yang telah membantu penulis dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
9) Seluruh keluarga saya, khususnya mama dan papa, yang telah
banyak memberikan motivasi, saran dan kritik yang membangun.
10) Seluruh rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, khususnya
angkatan 2013 yang telah memberikan saran dan kritik untuk penulis
11) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu selama ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho, hidayah dan
karunia-Nya dan membalas segala amal budi kepada pihak-pihak yang menbantu
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. Dan juga, penyusunan laporan tugas
akhir ini berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan
Jakarta, Agustus 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Pembimbing .......................................................................... i
Halaman Pengesahan Penguji ................................................................................. ii
Halaman Pengesahan Ketua Jurusan ...................................................................... iii
Halaman Bebas Plagiasi ......................................................................................... iv
Abstrak ..................................................................................................................... v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar isi ................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
Daftar Gambar ....................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 3
1.5. Lokasi Objek Tugas Akhir ............................................................................ 3
1.6. Garis Besar Metode Penyelesaian ................................................................. 3
1.7. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1. Definisi Drum Twister SKET ........................................................................ 6
2.2. Shaft Transmisi Payoff HAR 2000 Mesin Cabling DT ................................. 9
2.2.1. HAR 2000 dan HAR 3000 ................................................................. 9
2.2.2. Transmisi Gearbox ........................................................................... 10
2.2.3. Belt dan Puli ..................................................................................... 12
2.2.4. Poros Transmisi ................................................................................ 13
2.2.5. Bearing ............................................................................................. 14
2.2.6. Kopling ............................................................................................. 16
2.2.7. Motor DC ......................................................................................... 19
x
2.3. Root Cause Failure Analysis ....................................................................... 19
2.4. Definisi Pemeliharaan ................................................................................. 22
2.4.1. Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance) ............................ 23
2.4.2. Definisi Penjadwalan ....................................................................... 25
BAB III METODOLOGI .................................................................................... 27
3.1. Diagram Alir Penyelesaian Masalah .......................................................... 27
3.1. Metode Pelaksanaan .................................................................................... 28
3.1.1. Observasi Kerusakan Komponen Sistem Transmisi ........................ 28
3.1.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 28
3.1.3. Root Cause Failure Analysis Metode Fish Bones ............................ 29
3.1.4. Menjelaskan Dampak – Dampak kerusakan .................................... 30
3.1.5. Menentukan Solusi ........................................................................... 30
3.1.6. Menetapkan Kesimpulan .................................................................. 30
BAB IV DATA-DATA DAN PEMBAHASAN .................................................. 31
4.1. Hasil Observasi Kerusakan Komponen Shaft Transmisi ............................ 31
4.2. Analisa Fish Bones Timing Belt .................................................................. 38
4.3. Dampak Akibat Kerusakan Timing Belt ..................................................... 45
4.4. Solusi Penyelesaian Kasus Kerusakan Shaft Timing Belt .......................... 47
4.4.1. Pemahaman Katalog Timing Belt .................................................... 47
4.4.2. Melakukan Proses Instalasi Timing Belt Sesuai Prosedur ............... 48
4.4.3. Menetapkan Planned Maintenance .................................................. 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 54
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 54
5.2. Saran ............................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Frekuensi Kerusakan MesinCabling Drum Twister 2015 .............. 32
Tabel 4.2 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Februari 2015 ...... 33
Tabel 4.3 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Maret 2015 .......... 33
Tabel 4.4 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister April 2015 ........... 34
Tabel 4.5 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Mei 2015 ............. 34
Tabel 4.6 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Juni 2015 ............. 35
Tabel 4.7 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Juli 2015 .............. 35
Tabel 4.8 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Agustus 2015 ....... 36
Tabel 4.9 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister September 2015 ... 36
Tabel 4.10 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister jaunari 2016 ......... 37
Tabel 4.11 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Februari 2016 ...... 37
Tabel 4.12 Gearbox Schwermachinenbau Magdeburg GmBH ........................ 39
Tabel 4.13 Beban Drum Twister ...................................................................... 40
Tabel 4.14 Checklist Scheduling Preventive Maintenace ................................ 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Cabling Drum twister ........................................................... 6
Gambar 2.2 Proses Cabling Drum twister ........................................................... 6
Gambar 2.3 Proses Screening .............................................................................. 7
Gambar 2.4 Proses Armouring ............................................................................ 7
Gambar 2.5 Konstruksi Drum Twister ................................................................. 8
Gambar 2.6 Komponen Shaft Transmisi Payoff HAR 2000 ............................... 9
Gambar 2.7 Bobbin Twister HAR 2000 ............................................................ 10
Gambar 2.8 Gearbox Payoff Mesin Cabling Drum Twister .............................. 11
Gambar 2.9 Timming Belt S14M 1890 dan Pulley Transmisi .......................... 12
Gambar 2.10 Poros Transmisi Mesin Cabling Drum Twister ............................ 14
Gambar 2.11 Fix Block Bearing .......................................................................... 15
Gambar 2.12 Pillow Block Bearing UCP 211-55 ................................................ 15
Gambar 2.13 Konstruksi Pillow Block Bearing UCP 211-55 ............................ 16
Gambar 2.14 Kopling ........................................................................................... 17
Gambar 2.15 Universal Joint ............................................................................... 18
Gambar 2.16 Motor DC ....................................................................................... 19
Gambar 2.17 Proses RCFA .................................................................................. 20
Gambar 2.18 Proses Analisa Metode Fish Bones ................................................ 22
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah .............................................. 27
Gambar 3.2 Diagram Fish Bones ....................................................................... 29
Gambar 4.1 Keausan Pada Timing Belt ............................................................. 31
Gambar 4.2 Timing Belt Putus .......................................................................... 31
Gambar 4.3 Diagram Pareto Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister ............ 32
Gambar 4.4 Diagram Fish Bones Kerusakan Timing Belt ................................ 38
Gambar 4.5 Diagram Design Timing Belt ......................................................... 39
Gambar 4.6 Pengelasan Pada Kopling, Misalignment dan Kurang Baut .......... 41
Gambar 4.7 Pengelasan Pada Bearing ............................................................... 42
Gambar 4.8 Kerusakan Gear Kopling (aus) ....................................................... 44
Gambar 4.9 Kerusakan HAR 2000 .................................................................... 44
xiii
Gambar 4.10 Kerusakan Pulley Timing ............................................................... 45
Gambar 4.11 Kabel Longgar Pada Proses Cabling .............................................. 46
Gambar 4.12 Produk Gagal Kabel Medium Voltage ........................................... 46
Gambar 4.13 Kelurusan Kedua Puli .................................................................... 48
Gambar 4.14 Proses Pemasangan Timing Belt .................................................... 49
Gambar 4.15 Proses Pengencangan Belt (Sebelum) ............................................ 49
Gambar 4.16 Proses Pengencangan Belt (Sesudah) ............................................ 50
Gambar 4.17 Prosedur Proses Alignment ............................................................ 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Konstruksi Mesin Cabling Drum Twister 2010.
Lampiran 2. Konstruksi Fix Block Bearing.
Lampiran 3. Data Beban Twister HAR 2000.
Lampiran 4. Katalog Maintenance Gearbox
Lampiran 5. Katalog Maintenance Timing Belt dan Puli
Lampiran 6. Katalog Maintenance Gear Kopling
Lampiran 7. Katalog Maintenace Universal Joint
Lampiran 8. Katalog Maintenance Bearing
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Mesin Cabling Drum Twister SKET adalah salah satu mesin manufaktur
yang mempunyai peran penting pada proses pembuatan kabel medium voltage.
Proses pada mesin ini merupakan proses kelima pembuatan kabel (setelah Al Cast,
Stranding, Extruder dan Screening), yaitu beberapa kabel digabungkan menjadi
satu (proses cabling). Pada PT XX, tingkat kinerja pada mesin tersebut sangatlah
tinggi karena setiap hari mesin tersebut beroperasi. Hal tersebut dikarenakan Mesin
Cabling Drum Twister SKET hanya ada satu pada perusahaan tersebut. Akibat
kinerja mesin yang sangat tinggi, berbagai kerusakan sering terjadi pada mesin
tersebut.
Salah satu kerusakan yang sering terjadi pada mesin tersebut adalah
kerusakan sistem transmisi pada Shaft Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum
Twister SKET. Kerusakan tersebut sangatlah fatal mengingat transmisi merupakan
salah satu komponen vital sebagai tenaga penggerak mesin. Pada shaft transmisi
Payoff HAR 2000, terdapat berbagai komponen – komponen transmisi seperti
timming belt, timming pulley, bearing (Fix Block dan Pillow Block), kopling teflon,
dan gear kopling. Salah satu kerusakan yang sering terjadi adalah timming belt
(putus dan aus)
Salah satu hal terpenting yang dikaitkan dengan kerusakan mesin adalah
downtime. Ketika kerusakan timing belt tersebut terjadi, mesin tersebut bisa
mengalami downtime yang cukup lama, hingga mencapai 1-10 jam. Hal tersebut
sangatlah menghambat proses produksi kabel medium voltage pada mesin tersebut
mengingat produk kabel medium voltage adalah salah satu produk unggulan PT
XX. Bahkan, permasalahan kerusakan shaft transmisi ini dijadikan sebagai topik
QCC (Quality Control Circle) 2016 pada devisi maintenance PT XX dikarenakan
belum menemukan solusi terbaik untuk memecahkan permasalahan tersebut hingga
saat ini.
2
Oleh karena itu, perlu diselidiki sebab akibat kerusakan yang terjadi pada
komponen sistem transmisi tersebut guna memperlancar proses produksi kabel
medium voltage dan terhindar dari downtime. Penulis akan melakukan studi
kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft Payoff HAR 2000 Mesin Cabling
Drum Twister guna mengetahui akar permasalahan pada kerusakan tersebut,
menganalisis dampaknya dan menentukan solusi terbaik dalam memecahkan
permasalahan tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan ditinjau dan dicari penyelesainnya adalah:
1. Apa penyebab kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft Payoff
HAR 2000 Mesin Cabling Drum Twister?
2. Dampak apa saja yang ditumbulkan akibat kerusakan timing belt pada
sistem transmisi Shaft Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum Twister?
3. Bagaimana menentukan solusi terbaik akibat kerusakan timing belt pada
sistem transmisi Shaft Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum Twister?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisa kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft
Payoff HAR 2000 pada mesin Cabling Drum Twister.
b. Menganalisa dampak – dampak yang timbul apabila terjadi
kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft Payoff HAR 2000
Mesin Cabling Drum Twister.
c. Menentukan solusi terbaik dalam pemecahan masalah kerusakan
timing belt pada sistem transmisi Shaft Payoff Mesin Cabling Drum
Twister.
3
1.4. Pembatasan masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini dapat terfokus, maka penulis
menentukan batasan masalah sebagai berikut:
a. Hanya membahas kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft
Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum Twister dengan
menggunakan RCFA (Root Cause Failure Analysis) metode Fish
Bones.
b. Hanya membahas Planned Maintenance dari referensi katalog dan
tinjauan pustaka dalam menentukan solusi untuk mengatasi
kerusakan timing belt pada sistem transmisi Shaft Payoff HAR 2000
Mesin Cabling Drum Twister.
1.5. Lokasi Objek Tugas Akhir.
Nama Perusahaan : PT. VOKSEL ELECTRIC Tbk
Alamat : Jl. Raya Narogong Km. 16 Cileungsi – Bogor,
16820
1.6. Garis Besar Metode Penyelesaian.
Garis besar metode penyelesaian yang akan penulis ambil dalam
menyelesaikan permasalahan adalah RCFA (Root Cause Failure Analysis)
Metode Fish bones untuk menganalisis sebab akibat kerusakan.
1.7. Manfaat penelitian:
a. Mendapat pengetahuan mengenai penggunaan Metode Analisa
Kerusakan (Root Cause Failure Analysis) dalam memecahkan
berbagai permasalahan kerusakan yang terjadi pada Rotating
Equipment, seperti Shaft Transmisi.
b. Mendapat Pengetahuan mengenai Planned Maintenance dalam
menentukan solusi suatu kerusakan.
4
c. Hasil penelitian akan dijadikan sebagai acuan/referensi untuk Divisi
Maintenance PT.X untuk menganalisis berbagai kerusakan yang
terjadi pada Shaft Transmisi Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum
Twister guna mengoptimalkan kinerja mesin tersebut dan
menghindari berbagai kerusakan yang mengacu kepada Downtime
1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
1. Bagian Awal
Bagian awal tugas akhir terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan,
halaman bebas plagiasi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Utama
Bagian utama tugas akhir terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan, dalam hal ini penulis menguraikan tentang latar belakang,
permasalahan, tujuan, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
tugas akhir.
BAB II Studi Pustaka
Studi Pustaka, yaitu bab yang menguraikan tentang kajian pustaka baik dari
buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang mendukung penelitian
ini.
BAB III Metodologi
Metodologi penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang objek
penelitian, variabel, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data.
BAB IV Data Dan Pembahasan
Data dan pembahasan, yaitu bab yang menguraikan tentang hasil penelitian
dan pembahasan dari data yang telah diperoleh.
BAB V Kesimpulan
Simpulan dan saran, yaitu bab yang berisi simpulan hasil dan saran serta
hasil penelitian.
5
C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
3. Riwayat hidup penulis (tanpa foto)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Drum Twister SKET
Gambar 2.1 Proses Cabling Drum Twister
Drum Twister SKET merupakan salah satu mesin manufaktur
produksi kabel yang memiliki berbagai macam proses yang terdapat pada
mesin tersebut. Ada 3 macam proses yang terdapat pada Mesin Drum
Twister tersebut.
1. Proses Cabling
Proses Cabling adalah proses menggabungkan beberapa
kabel (penghantar yang sudah ada isolasinya).
Gambar 2.2 Proses Cabling Drum Twister
7
2. Proses Screening
Screening merupakan proses yang memasangkan bahan
pelindung (tetapi bukan jenis baja, melainkan dengan tembaga
dan alumunium) pada suatu kabel jenis tertentu.
Gambar 2.3 Proses Screening Kabel
3. Proses Armouring
Proses armouring merupakan proses pemberian pelindung
berupa kawat baja pipih atau bulat. Proses ini dilakukan untuk
kabel jenis tertentu yang nantinya membutuhkan perlindungan
ekstra.
Gambar 2.4 Proses Armouring
8
Gambar 2.5 Konstruksi Drum Twister.
(Arsip Gambar Mesin Cabling Drum Twister, 2016)
9
Dilihat dari Kontruksi Mesin Drum Twister SKET, terdapat berbagai
proses aplikasi yang ada pada mesin tersebut. Akan tetapi, komponen mesin
seperti Screening, Taping, dan Armouring sudah dilepas karena sering terjadi
kerusakan pada komponen mesin tersebut. Untuk itu, Mesin Drum Twister
SKET hanya digunakan untuk proses Cabling kabel. Oleh karena itu, nama
Mesin Drum Twister SKET berubah nama menjadi Mesin Cabling Drum
Twister SKET dikarenakan hanya digunakan untuk proses Cabling.
2.2. Shaft Transmisi Payoff HAR 2000 Mesin Cabling Drum Twister.
Gambar 2.6 Komponen shaft transmisi Payoff HAR 2000.
Komponen sistem transmisi pada shaft payoff mesin Drum Twister
meliputi:
2.2.1 HAR 2000 dan 3000
HAR 2000 dan 3000 adalah twister pada mesin drum twister
untuk meletakan bobbins payoff dengan memiliki spesifikasi ukuran
diameter bobbins tersebut. Untuk HAR 2000 digunakan untuk
pengangkatan bobbin dengan ukuran diameter 2000[mm],
sedangkan untuk HAR 3000 digunakan untuk pengankatan bobbin
dengan ukuran diameter 3000[mm].
10
Gambar 2.7 Bobbins Twister HAR 2000.
2.2.2 Transmisi Gearbox
Transmisi pada umumnya dimaksudkan suatu mekanisme
yang dipergunakan untuk memindahkan gerakan dan daya elemen
mesin yang satu ke gerakan elemen mesin yang kedua. Gerakan ini
dapat memiliki berbagai sifat, seperti halnya pada mekanisme
batang hubung engkol, diamana gerakan putar sebuah poros
dipindahkan ke gerakan lurus sebuah torak atau sebaliknya.
Transmisi putar dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:
a. Transmisi langsung, dimana sebuah piringan atau roda pada
poros yang satu dapat menggerakan roda serupa itu pada
poros kedua melalui kontak langsung. Misalnya roda gesek
dan roda gigi.
b. Transmisi dengan mengunakan sabuk atau rantai
11
Gambar 2.8 Gearbox Payoff Mesin Cabling Drum Twister.
Dalam beberapa unit mesin, mesin memiliki sistem
pemindah tenaga yaitu gearbox. Gearbox berfungsi untuk
menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu bagian mesin
lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah
pergerakan baik putaran maupun pergeseran. Gearbox merupakan
suatu alat khusus yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau
torsi (momen/daya) dari motor yang berputar dan gearbox juga
adalah alat pengubah daya dari motor yang berputar menjadi tenaga
yang lebih besar. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke
spindel mesin. (Jac Stolk, 1981)
Gearbox atau transmisi roda gigi adalah salah satu
komponen utama motor yang disebut sebagai sistem pemindah
tenaga, transmisi berfungsi untuk memindahkan dan mengubah
tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar
spindel mesin maupun melakukan gerakan feeding. Transmisi ini
juga berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak, torsi dan membalik
putaran, sehingga dapat bergerak maju dan mundur. Transmisi
manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox, mempunyai
beberapa fungsi antara lain:
1. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindel mesin.
2. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.
3. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip
12
2.2.3 Belt dan Puli
Penggerak sabuk fleksibel digunakan dalam transmisi power
di industri, khusunya ketika kecepatan dari penggerak dan poros
yang digerakan harus berbeda atau jika poros-poros harus jauh
terpisah. Kecenderungan terhadap penggerak mula kecepatan yang
lebih tinggi dan kebutuhan untuk mencapai yang lebih lambat,
kecepatan yang digerakan yang berguna adalah faktor tambahan
yang mendukung pengunaan sabuk (belts). Sabuk (belt) mempunyai
sejumlah keuntungan diatas transmisi power yang lain. Keuntungan
tersebut meliputi, hemat, bersih, tidak perlu pelumas, biaya
perawatan rendah, instalasi mudah meredam beban kejut, dapat
digunakan untuk clutching dan transmisi power cepat yang
bervariasi antara poros yang berjarak jauh. (Agus Edy Pramono,
2014)
Gambar 2.9 Timming Belt S14M 1890 dan Pulley Transmisi Mesin Cabling
Drum Twister.
Salah satu contoh belt yang digunakan pada shaft transmisi
payoff HAR2000 adalah timing belt. Timing belt merupakan aksi
gabungan antara chain dan sprocket pada bentuk flat belt. Bentuk
dasarnya merupakan flat yang memiliki gigi-gigi berukuran sama
pada permukaan kotak dengan gigi pulley. Sebagaimana penggerak
gear rantai, membutuhkan kelurusan pada perpasangan pulley.
Keuntungan timing belt ini adalah sebagai berikut. (Wikpedia/belt,
2016)
a. Tidak terjadi slip atau variasi kecepatan.
13
b. Membutuhkan perawatan yang ringan.
c. Mampu digunakan pada range beban yang lebar.
d. Memiliki efficiency mekanis tinggi karena tidak terjadi
gesekan atau slip, initial tension berkurang dan memiliki
kontruksi yang tipis.
2.2.4 Poros transmisi.
Poros transmisi (transmission shaft) atau sering hanya
disebut poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk
mentransmisikan putaran dan torsi dari satu lokasi ke lokasi yang
lain. Poros mentransmisikan torsi dari driver (motor atau engine) ke
driven. Komponen mesin yang sering digunakan bersamaan dengan
poros adalah roda gigi, puli dan sproket. Transmisi torsi antar poros
dilakukan dengan pasangan roda gigi, sabuk atau rantai.
Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti pada poros
motor dan engine crankshaft, bisa juga poros bebas yang
dihubungkan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai dudukan
poros, digunakan bantalan. (Agus Edy Pramono, 2014)
Berikut ini adalah tegangan – tegangan yang bisa terjadi pada
poros.
a. Tegangan geser punter yang diakibatkan karena perpindahan
torsi (terjadi akibat dari beban torsi).
b. Tegangan bending (tegangan atau tekanan) yang diakibatkan
karena gaya yang terjadi pada elemen mesin seperti gear, puli
dan sebagainya sama seperti gaya yang terjadi akibat berat dari
poros itu sendiri.
c. Tegangan kombinasi torsi dan bending
14
Gambar 2.10 Poros Transmisi Mesin Cabling Drum Twister.
2.2.5 Bearing
Bearing adalah suatu elemen mesin yang menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman, dan berumur panjang. Bearing ini
harus cukup kokoh untuk menahan beban dari poros yang terhubung
dengan komponen mesin lainya sehingga dapat berputar, bekerja
sesuai dengan fungsinya. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik,
maka prestasi seluruh sistem akan menurun bahkan bisa terhenti.
Bantalan dalam permesinan dapat disamakan perannya dengan
pondasi pada gedung.
Untuk bearing dengan jenis bola mempunyai kemampuan
untuk putaran tinggi dan gesekan yang kecil. Bearing ini bisa mudah
didapat dan mudah pula dalam pemasangannya. Bearing
mempunyai bentuk dan ukuran tertentu sesuai dengan kodenya dan
mempunyai ukuran yang presisi. Apalagi untuk yang bentuk bola
dengan cincin yang sangat kecil maka besar per satuan luas menjadi
sangat penting.
Dengan demikian bahan yang dipakai juga harus mempunyai
ketahanan dan kekerasan yang tinggi. Bahan yang biasa dipakai
pada pembuatan bearing adalah baja khrom karbon tinggi. Bearing
15
ini dapat diklasifikasikan atas Bearing Radial, Bearing axial dan
Bearing Khusus. Menurut jenis elemen gelindingnya dibedakan atas
bentuk bola dan rol. (Arif Firdausi, 2013)
a. Bearing axial: arah beban yang ditumpu adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bearing Radial: arah beban yang ditumpu sejajar dengan
sumbu poros.
c. Untuk Bearing khusus; dapat menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Gambar 2.11 Fix Block Bearing Mesin Cabling Drum Twister.
Gambar 2.12 Pillow Block UCP 211-55 Bearing Mesin Cabling Drum Twister.
16
Gambar 2.13 Konstruksi Pillow Block UCP 211-55
(Katalog Bearing unit ASAHI, 2013)
2.2.6 Kopling
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros
yang digerakkan (driven shaft), dimana putaran inputnya akan sama
dengan putaran outputnya. Tanpa kopling, sulit untuk
menggerakkan elemen mesin sebaik-baiknya. Dengan adanya
kopling pemindahan daya dapat dilakukan dengan teratur dan
seefisien mungkin. (Yefri Chan, 2013)
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kopling
adalah:
a. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
b. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang
diakibatkan oleh gerakan dari elemen lain.
c. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
d. Mampu mencegah terjadinya beban kejut.
17
Gambar 2.14 kopling Mesin Cabling Drum Twister.
Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis:
1. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi
sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros
yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu
kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap selalu dalam keadaan terpasang,
untuk memisahkannya harus dilakukan pembongkaran.
2. Kopling Tak Tetap
Kopling tidak tetap adalah kopling yang digunakan untuk
menghubungkan poros penggerak dan poros yang digerakkan
dengan putaran yang sama saat meneruskan daya. Kopling juga
dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut dalam keadaan
diam maupun berputar tanpa harus menghentikan putaran dari poros
penggerak.
18
Salah satu jenis kopling yang terdapat pada Shaft Transmisi
Payoff HAR2000 Mesin Cabling Drum twister adalah Kopling
Universal (Universal Joint)
Gambar 2.15 Universal Joint Mesin Cabling Drum twister.
Kopling universal atau kopling hook digunakan untuk
menggabungkan dua poros yang porosnya bersilang pada sudut yang
kecil. Inclination pada kedua poros adalah konstan, namun pada
kenyataannya bervariasi saat gerakan bertransmisi dari satu poros ke
poros lainnya. aplikasi utama kopling ini ditemukan pada transmisi dari
gearbox ke differential atau axle. Pada kasus demikian kita gunakan dua
kopling, satu di tiap ujung propeller poros yang menghubungkan
gearbox satu diujung dan differential pada ujung lainnya. Kopling hook
juga digunakan untuk transmisi daya ke different spindle dari mesin
drill multiple yaitu sebagai knee yang bergabung pada mesin milling.
(Agus Edy Pramono, 2014)
19
2.2.7 Motor DC Utama Mesin Cabling Drum Twister
Gambar 2.16 Motor DC Utama Mesin Cabling Drum Twister
Motor DC (Direct Current) adalah peralatan elektromagnetik
dasar yang berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga
mekanik yang desain awalnya diperkenalkan oleh Michael faraday
lebih dari seabad yang lalu (E. Pitowarno, 2006). Motor DC
dikendalikan dengan menentukan arah dan kecepatan putarnya. Arah
putaran motor DC adalah searah dengan arah putaran jarum jam (Clock
Wise/CW) atau berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam
(Counter Clock Wise/CCW), yang bergantung dari hubungan kutub
yang diberikan pada motor DC. Kecepatan putar motor DC diatur
dengan besarnya arus yang diberikan. (Qory Hidayati, 2014)
2.3. Root Cause Failure analysis (analisis kerusakan)
Root Cause Failure analysis (analisis kerusakan) merupakan salah
satu metode untuk mengetahui dan membahas sebuah kerusakan yang
belum diketahui sebab kerusakannya. Apabila metode tersebut
diterapkan/digunakan, kita bisa memperbaiki atau mengurangi sebab
kerusakan dan mencegah masalah tersebut terjadi lagi. RCFA juga kita
kenal sebagai sebuah aplikasi berantai untuk membuat sebuah sistem analisa
kerusakan, identifikasi data – data yang seusai dengan kerusakan tersebut,
20
proses pemahaman dan pemecahan pokok kerusakan tersebut. Untuk lebih
jelasnya, urutan dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 2.17 Proses RCFA
(Mini Guide to Root Cause Analysis, 2008)
Mengapa menggunakan RCFA pada analisis kerusakan? Ketika
salah satu komponen mesin terjadi kerusakan, sebab-sebab dari kerusakan
itu harus kita investigasi dan analisis. Dengan memahami kerusakan dari
konsep bagaimana, mengapa, apa, dan kapan, hal tersebut dapat mencegah
terjadinya kerusakan lagi. Terdapat beberapa keuntungan yang bisa diambil
dari penggunaan RCFA:
a. Meningkatkan OEE (Overall Equipment Effectiveness). Mesin –
mesin produksi akan bekerja secara optimal, sistem produksi tidak
terganggu, dan kualitas produk terjaga.
b. Mengurangi biaya pengeluaran. Kurangnya operasioanal,
maintenance dan administrasi adalah hal yang diperlukan untuk
menjaga pengoperasian mesin.
c. Pembelajaran. Siapapun yang terlibat dalam analisis RCFA akan
memperoleh kemampuan/skill bagus dalam memahami bagaimana
mesin tersebut beroperasi dan apa saja yang dapat mempengaruhi
21
kinerjanya. Pengetahuan ini didokumentasikan dan diajarkan
kepada orang lain. Pengetahuan ini juga bisa diimplementasikan
kepada setiap mesin. Sehingga, tenaga kerja pada suatu perusahaan
sangat mengenal/familiar dengan RCFA dan akan memilih metode
RCFA dalam menganalisis kerusakan.
d. Kesalamatan kerja dan lingkungan. Beberapa kerusakan dapat
mempengaruhi lingkungan dan kinerja mesin terebut. Mengurangi
atau menghilangkan kerusakan tersebut dapat mencegah terjadinya
kecelakaan disekitar lingkungan mesin.
e. Kesehatan mental. Permasalahan yang sangat sulit dapat
menyebabkan karyawan yang mengoperasikan dan merawat mesin
tersebut frustasi. Permasalahan komponen yang diperbaiki dengan
metode RCFA dapat meningkatkan moral karyawan dan
menggunakan RCFA setiap terjadi kerusakan.
Banyak sekali bentuk – bentuk metode yang terdapat pada materi
RCFA, salah satu metode RCFA yang sering diterapkan dalam pemecahan
akar permasalahan kerusakan yaitu Metode Fish Bones.
Metode Diagram Fish Bones atau bisa disebut sebagai diagram
sebab akibat dan diagram ishikawa (penemu metode tersebut adalah Karou
Ishikawa). Ini adalah salah satu teknik/metode yang sangat berguna untuk
permasalahan kerusakan yang sangat komplex. Tipe diagram seperti ini
dapat mengidentifikasi semua faktor – faktor potensial yang berpengaruh
pada permasalahan tersebut. (Geoff Vorley, 2008)
22
Gambar 2.18 Proses Analisa Metode Fish Bones
(Mini Guide to Root Cause Analysis, 2008)
2.4. Definisi Pemeliharaan
Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli:
Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan
untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta
memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar
sesuai dengan perencanaan yang ada.
Menurut Corder (1988, p1), maintenance adalah suatu kombinasi
dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang
atau memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima.
Menurut Assauri (2008, p134), maintenance merupakan kegiatan
untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik
dengan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian
yang diperlukan supaya tercipta suatu keadaan operasional produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian
lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah
sedangkan perbaikan (repair) mahal. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Daryus
23
A, (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan
pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
a. Untuk memperpanjang kegunaan asset,
b. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang
untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang
mungkin,
c. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
d. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan pemeliharaan yaitu:
a. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi.
b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di
luar batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut.
d. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien.
e. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan
keselamatan para pekerja.
f. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan
utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang
sebaik mungkin dan total biaya yang terendah
2.4.1. Pemeliharaan terencana (Planned Maintenance)
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang
dilakukan secara terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan
peralatan di waktu yang akan datang, pengendalian dan pencatatan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut
24
Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi
menjadi dua aktivitas utama yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah
inspeksi periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin
menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya fungsi mesin
dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke
kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri
kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan
cacat atau kerugian.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam
bukunya “Operations Management” preventive maintenance adalah:
“A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping
facilities in good repair to prevent failure”. Artinya preventive
maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi
rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik
sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang
lingkup pekerjaan preventive termasuk: inspeksi, perbaikan kecil,
pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin
selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance)
adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau
pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian
(termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk
memenuhi suatu kondisi yang bis diterima. (Corder, Antony, K.
Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama
untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara
pemeriksaan, juga overhaul terencana.
25
Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan
korektif (Corrective Maintenance) adalah: “Remedial maintenance
that occurs when equipment fails and must be repaired on an
emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat
peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan
darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama. Menurut
Dhillon B.S, (2006) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective
Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan,
tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan,
terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan
sebelumnya.
Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus
diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan
pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor
yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan,
sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan. (Daryus A, 2007).
2.4.2. Definisi Penjadwalan
Baker mendfinisikan penjadwalan sebagai proses
pengalokasian sumber-sumber untuk memilih sekumpulan tugas
dalam jangka waktu tertentu. Jadi penjadwalan berfungsi sebagai
alat pengambil keputusan yakni menetapkan jadwal kerja.
Sedangkan, arti penjadwalan dalam sistem kerja perawatan
merupakan rencana kerja yang tersusun dan saling terkait satu sama
lainnya dengan berbasis waktu guna mengefeftifkan kerja, sehingga
akan diperoleh hasil yang baik. Penjadwalan ini dibuat, dalam
bentuk suatu daftar komprehensif dari tugas perawatan,
pemeliharaan ataupun perbaikan untuk menghindari dari kerusakan
yang akan terjad, tujaun dari penjadwalan perawatan adalah:
26
1. Meningkatkan utilitas sumber yang dimiliki, meningkatnya
utilitas berarti berkurangnya waktu menggangur sumber
tersebut.
2. Mengurangi jumlah pekerjaan yang menunggu dan jumlah
pekerjaan yang terlambat.
Dalam suatu jadwal dapat pula dievaluasi dengan beberapa
macam besaran, biasanya besaran yang digunakan adalah besaran
yang melibatkan informasi tentang waktu penyelesaian pekerjaan.
Ada dua hal penting dalam penjadwalan perawatan, yaitu:
1. Dalam upaya untuk mengurangi pengaruh interaktif terhadap
produksi, dibuatlah suatu cara perawatan terencana yang
didefinisikan sebagai pekerjaan yang terorganisir dan
dilakukan dengan pemikiran ke masa datang, berikut
pengendalian dan pencatatan. Suatu sistem perawatan
terencana, dalam pengolahannya disediakan peralatan yang
secara teknis dan ekonomis mengarah pada pengendalian
operasional, dengan tujuan meningkatkan standar perawatan
dan efisiensi. Sehingga penjadwalannya dibuat, dalam
bentuk suatu daftar komprehensif dari tugas perawatan,
pemeliharaan ataupun perbaikan untuk menghindar dari
kerusakan yang akan terjadi.
2. Pada pekerjaan perawatan yang sifatnya proyek perbaikan
penjadwalan dibuat berbasis waktu
Dalam sistem perawatan terdapat empat kategori yang
merupakan tahapan dasar dalam melakukan pekerjaan perawatan,
yaitu (I/Inspection), Reparasi Kecil (S/Small Repair), Reparasi
menengah (M/Medium Repair), dan Perbaikan Menyeluruh
(C/Complete Repair). Penjadwalan perawatan bisa mengikuti urutan
yang harus didefinisikan secara benar pada sistem/equipment
tertentu.
27
BAB III
METODOLOGI
3.1. Diagram Alir Penyelesaian Masalah.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah
Observasi Keruskan Komponen Sistem
Transmisi Pada Shaft Payoff HAR 2000
Pengumpulan
Data
Data-Data
kerusakan
Tinjauan
Pustaka
RCFA (Failure Analysis) Metode Fish
Bones
Finish
Wawancara
Menetapkan Kesimpulan
Menentukan Solusi:
1. Pemahaman Katalog Timing Belt
2. Sistem Perawatan Terencana
Dampak – Dampak Kerusakan
Start
28
3.2. Metode Pelaksanaan
3.1.1. Observasi kerusakan komponen sistem transmisi pada shaft
Payoff.
Pada metode ini, peneliti akan melakukan obsesrvasi pada
Mesin Cabling Drum Twister tersebut, yaitu:
1. Observasi sistem kerja Mesin Cabling Drum Twister
2. Observasi kerusakan komponen sistem transmisi pada Shaft
Payoff
Metode ini sangat bermaanfaat yang nantinya penulis akan
mengetahui sebab-sebab permasalahan muncul pada mesin tersebut.
Metode ini akan menyangkut analisa terjadinya kerusakan
komponen sistem transmisi pada Shaft Payoff mesin Cabling Drum
Twister.
3.1.2. Metode Pengumpulan Data
Pada metode ini, peneliti melakukan:
A. Pengumpulan data-data kerusakan.
Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data-
data kerusakan yang terkait pada transmisi mesin cabling Drum
Twister. Data tersebut berbentuk gambar kerusakan dari
observasi, dan data-data kerusakan yang tersedia pada devisi
maintenance yang menyangkut kerusakan komponen tersebut.
Nantinya, data-data yang sudah dikumpulkan akan dibuat
kajian-kajian yang akan dikembangkan ke metode selanjutnya.
B. Studi Pustaka.
Pada tahap ini, peneliti membuat studi pustaka yang akan
dijadikan sebagai referensi dan kajian - kajian dalam
menganalisis kerusakan kerusakan komponen sistem transmisi
pada shaft Payoff mesin Cabling Drum Twister.
C. Wawancara.
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan proses
wawancara kepada sebagian teknisi yang mengoperasikan atau
29
yang mengetehaui secara menyeluruh mengenai Mesin Cabling
Drum Twister tersebut. Peneliti melakukan hal ini dikarenakan
apabila tidak tersedianya data/arsip yang meyangkut kerusakan
tersebut, cara yang lebih efektif adalah melakukan wawancara.
3.1.3. Root Cause Failure Analysis Metode Fish Bones
Pada metode ini, peneliti akan melakukan analisa kerusakan
dengan metode fish bones. Berikut ini beberapa tahap-tahap
pembahasannya:
A. Menjelaskan data - data kerusakan. Data - data kerusakan
tersebut berupa bentuk gambar kerusakan, data perusahaan yang
menyangkut kerusakan tersebut, dan hasil wawancara
B. Menganalisa dengan menggunakan fish bones. Data - data yang
sudah dikumpulkan akan dianalisa dengan menggunakan
metode fish bones dan berbagai teori yang dijelaskan pada BAB
II. Penulis akan melakukan pemeriksaan kegagalan atau
keruskaan pada komponen tersebut, dengan cara mencari tahu
SEBAB-AKIBAT dari keruskan komponen sistem transmisi
pada Shaft Payoff tersebut. sehingga akar dari permasalahan /
kerusakan komponen shaft transmisi dapat diketahui. Dibawah
ini merupakan bentuk metode fish bones.
Gambar 3.2 Diagram Fish Bones
30
3.1.4. Menjelaskan Dampak-Dampak Kerusakan.
Pada tahap ini, penulis akan mencari tahu berbagai dampak
yang timbul akibat kerusakan komponen sistem transmisi pada Shaft
Payoff. Dampak tersebut berupa gambar-gambar kegagalan pada
proses produksi.
3.1.5. Menetukan Soulsi
Pada tahap ini, peneliti akan mencoba memberikan solusi
untuk mengatasi agar kerusakan komponen sistem transmisi pada
Shaft Payoff tersebut tidak terjadi lagi. Solusi tersebut berupa
pembahasan Planned Maintenance pada komponen shaft transmisi
tersebut.
3.1.6. Menetapkan Kesimpulan
Pada tahap ini, peneiti akan menyampaikan seluruh analisa
yang terkait pada penelitian tugas akhir ini. Analisa tersebut berupa
3 macam sesuai dengan tujuan yang dijelaskan pada BAB I:
1. Menyampaikan kesimpulan mengenai analisa fish bones,
menyampaikan akar permasalahan dari keruskan komponen
sistem transmisi pada shaft tersebut.
2. Menyampaikan kesimpulan mengenai dampak akibat kerusakan.
3. Menyampaikan kesimpulan mengenai solusi agar kerusakan
komponen tidak terjadi lagi.
31
BAB IV
DATA – DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Observasi Kerusakan Komponen Shaft Transmisi.
Dari observasi yang telah dilakukan, penulis menemukan
permasalahan yang sangat sering terjadi pada shaft transmisi Mesin Cabling
Drum Twister, yaitu kerusakan pada timing belt. Dibawah ini merupakan
bentuk kerusakan timing belt.
Gambar 4.1 Keausan Pada Timing Belt
Gambar 4.2 Timing Belt Putus.
32
Kerusakan timing belt merupakan kerusakan yang tidak wajar.
Karena, dari data – data yang telah dikumpulkan oleh penulis, kerusakan
timing belt bisa mencapai dalam range satu bulan sekali. Bahkan, kerusakan
timing belt dijadikan sebagai topik QCC (Quality Control Circle)
dikarenakan belum menemukan pokok permasalahan dari kerusakan
tersebut.
Tabel 4.1 Frekuensi Kerusakan MesinCabling Drum Twister 2015
No. Defect Type Frequency Defect
1 Timing Belt 19
2 HAR 2000 Drum twister 17
3 Komponen Take up 14
4 Start Mesin 5
5 lampu Alarm 3
6 Travers 3
7 Tuper Lock 1
Total 62
Gambar 4.3 Diagram Pareto Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister 2015
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Timing Belt HAR 2000Drum twister
KomponenTake up
Start Mesin lampu Alarm Travers Tuper Lock
Pareto Defect Cabling Drum twister Machine
Frequency Defect Percentage
33
Tabel 4.2 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Februari 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
Tabel 4.3 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Maret 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (Jam)
1208 2/27/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LAMPU ALARM PAY OFF TIDAK MAU MATI CHECK KABEL KONTROL 0.5
1171 2/25/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING PUTUS GANTI BELT 1
820 2/5/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING TIDAK PAS PERBAIKI ADJUSTER BELT 0.7
1022 2/13/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING UNDER ROLL PAY OFF KUNING MACET (PECAH) GANTI BEARING 22324 DAN UNDERROLLER 25.76666667
953 2/5/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TRAVERSE DRUM TWISTER TIDAK MAU JALAN PERBAIKI LOCKNUT 1.25
1224 2/27/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING PUTUS SETTING SOLENOID DAN GANTI BELT 3.25
998 2/11/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TRAVERSE DRUM TWISTER TIDAK MAU GESER GANTI BUSHING DAN AS TRAVESER 6.183333333
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER FEBRUARI 2015
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
1434 3/7/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LAMPU ALARM NYALA TERUS DAN MESIN TIDAK BISA START CEK KABEL CONTROL 0.883333333
1650 3/16/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TRAVERSE TIDAK BISA GESER CHECK CONTROL /RESET 0.583333333
1363 3/2/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF BIRU DRUMTWISTER PUTUS GANTI TIMING BELT 0.45
1543 3/11/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BLOWER MOTOR TRAVERSE TAKE UP JATUH PERBAIKI DUDUKAN DAN GANTI MOTOR 2.016666667
1504 3/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PEN PINTEL PAY OFF KUNING LEPAS PERBAIKI LOCKNUT 0.516666667
1417 3/5/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV STOP KONTAK MOTOR POMPA LIFT RUSAK (TERBAKAR) SAMBUGN KABEL 2.15
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER MARET 2015
34
Tabel 4.4 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister April 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
Tabel 4.5 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Mei 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
1921 4/27/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MESIN TIDAK MAU START CEK CONTROL LIFTER DAN SETTING LIMIT SWITCH 0.65
2228 4/30/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING PAY OFF PECAH.. GANTI BEARING 1.15
2019 4/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV AS PAY OFF MERAH TIDAK MAU MUTER GANTI BEARING 51308 1.383333333
2319 4/28/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF DRUM TWISTER WARNA KUNING PUTUS GANTI TIMING BELT SETTING TIMING BELT 3.45
1258 4/8/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF KUNING RUSAK GANTI TIMING BELT PAY OFF 0.833333333
2216 4/21/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV RANTAI PENGHUBUNG MOTOR DAN PINTEL PUTUS PERBAIKI GANTI SAMBUNGAN RANTAI 1.666666667
2185 4/21/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT LEPAS PERBAIKI GANTI TIMING BELT 6.6
1870 4/8/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKE UP TIDAK MAU NARIK PERBAIKI MODULE FIELD 0.816666667
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER APRIL 2015
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
2672 5/15/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTEL PAY OFF WARNA MERAH TIDAK BISA NGUNCI (MUNDUR) GANTI BEARING PINTEL WARNA KUNING 3.3
2468 5/19/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PEN PAY OFF WARNA MERAH COPOT BONGKAR PINTLE LAS KEMBALI PEN 1.233333333
2617 5/11/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING PAY OFF DRUM TWISTER YANG WARNA HITAM PECAH GANTI BEARING 51308 2.35
2512 5/5/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF 2000 WARNA HITAM PUTUS, GANTI BELT 0.066666667
2576 5/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV COUPLE MOTOR LIFT PAY OFF RUSAK GANTI RANTAI 0.933333333
2838 5/27/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING PUTUS GANTI TIMING BELT 1.766666667
2823 5/25/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF MERAH DAN HITAM GANTI TIMING BELT 1890 0.683333333
2819 5/23/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAYOFF WARNA HITAM RONTOK GANTI TIMING BELT PAYOFF HITAM 1.233333333
2758 5/19/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TUPER LOCK RUSAK (TERBELAH DUA) GANTI TUPER LOCK 0.683333333
2704 5/13/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV RANTAI TAKE UP PINTEL PUTUS PERBAIKI DUDUKAN MOTOR 1.083333333
2709 5/18/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING PUTUS PERBAIKI GANTI TIMNG BELT 1.333333333
2560 5/7/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING PINTEL PAY OFF WARNA HITAM HANCUR (PECAH) GANTI BEARING PINTEL WARNA HITAM 8.733333333
2685 5/12/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PERBAIKAN PAGER PEMBATAS DRUMTWISTER PEMASANGAN PIPA BARU 10.73333333
2641 5/11/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PULLEY TAKE UP LEPAS PULLY TRAVERSE TAKE UP DT 0.883333333
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER MEI 2015
35
Tabel 4.6 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Juni 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
Tabel 4.7 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Juli 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
6855 6/8/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA KUNING PUTUS GANTI TIMING BELT 1890 1.133333333
6964 6/16/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV SOCKET PANEL KE PAY OFF MERAH KONSLET PERBAIKI KABEL CONTROL 0.566666667
6885 6/9/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKE UP BERMASALAH (KONSLET) PERBAIKI KABEL YG SHORT 0.416666667
6937 6/13/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LAMPU ALARM NYALA SEMUA. MESIN MATI TOTAL RESET DAN SETTING DRIVE PLC 2.65
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER JUNI 2015
No Tanggal Equipment Location Description tindakan Downtime (jam)
3444 7/29/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV COPLE PAY OFF LEPAS GANTI BAUT BEKAS 6.533333333
3454 7/31/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BOBBIN JATUH SAAT BEROPERASI. BAUT PINTLE PATAH. GANTI BEARING PATAH 21.75
3445 7/30/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PUTUS WARNA HITAM GANTI TIMING BELT 11.33333333
3314 7/2/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BAUT KOPEL RUSAK GANTI MUR BAUT M10 6PCS 0.633333333
3328 7/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTLE WARNA MERAH EROR PERBAIKI KABEL KONTROL 2.466666667
3298 7/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MESIN TIDAK MAU START RESET 0.566666667
3329 7/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MESIN TRIPED RESET KONTROL 0.333333333
3366 7/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV SWITCH PANEL TIDAK BERFUNGSI (TIDAK BISA START) RESET PLC 0.45
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER JULI 2015
36
Tabel 4.8 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Agustus 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
Tabel 4.9 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister September 2015
(Arsip Maintenance, 2015)
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
3707 8/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BAUT COUPLE PATAH GANTI BAUT 1.5
3830 8/26/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTLE WARNA KUNING MUNDUR GANTI BEARING 1BS 9
3877 8/27/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LIFT TAKE UP TIDAK BERFUNGSI (TIDAK BISA NAIK) GANTI BEARING DAN PERBAIKI AS 5
3775 8/15/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTEEL WARNA MERAH TIDAK BISA MUTAR GANTI BEARING PINTLE 51308 2.5
3675 8/6/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV SHAFT COUPLE UNTUK PINTLE PAY OFF WARNA HITAM LEPAS. GANTI COPLE PINTLE 1 BUAH 6
3896 8/31/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV COUPLE SHAFT PATAH GANTI COUPLE 2.25
3719 8/7/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKE UP DRUM TWISTER TIDAK DAPAT MENARIK GANTI MUR BAUT M14-9BE 1.266666667
3864 8/28/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA MERAH DAN KUNING PUTUS GANTI TIMING BELT 1890 0.5
3854 8/26/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LIFT TAKE UP TIDAK MAU NAIK. KENCENGKAN BAUT AS 0.633333333
3816 8/24/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LIFT TAKE UP TIDAK MAU NAIK. LAS COUPLE MOTOR 6
3754 8/31/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MOTOR PINTEL MESIN DRUM TWISTER TRIP PERBAIKI KABEL KONTROL 2.5
3759 8/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PANEL TAKE UP TURUN ( KONSLET) SETTING OVERLOAD DAN DRIVE 8.5
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER AGUSTUS 2015
No. Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
922 9/8/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKE UP TIDAK BERFUNGSI CEK GLARHOR 0.766666667
991 9/22/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MESIN TIDAK BISA START CHEK KONTROL DAN SETTING 0.5
932 9/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LAS AS PINTLE LEPAS PAY OFF KUNING DI LAS KEMBALI 12.7
1095 9/22/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT WARNA KUNING PUTUS GANTI BARU TIMING BELT 2
928 9/10/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTLE TIDAK BISA BUKA, LIFT TIDAK BISA TURUN GANTI CABLE 22.66666667
1028 9/21/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT WARNA HITAM PUTUS GANTI TIMNY BELT 1890-14 M 1.25
570 9/3/2015 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MESIN TIBA-TIBA MATI SETTING PLC 5.5
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER SEPTEMBER 2015
37
Tabel 4.10 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Januari 2016
(Arsip Maintenance, 2016)
Tabel 4.11 Data Kerusakan Mesin Cabling Drum Twister Februari 2016
(Arsip Maintenance, 2016)
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
1037 1/27/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV SOCKET KABEL PAY OFF BIRU RUSAK GANTI SOCKET 2.25
994 1/26/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKEUP KENDOR GAK MAU NARIK SETTING PARAMETER DRIVE 1.383333333
940 1/21/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV MOTOR PINTLE PAYOFF WARNA BIRU SEBELAH KIRI TIDAK BERPUTAR CHEK CONTROL 3
928 1/21/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING PINTLE PAY OFF WARNA MERAH PECAH GANTI BEARING 1
815 1/16/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV LIFT TAKE UP TIDAK BISA NAIK PERBAIKI CONTROL GANTI AS GANTI GEAR 50
694 1/7/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV PINTLE PAY OFF WARNA BIRU OLINYA BOCOR DC CONTROL CONECTION 1
647 1/5/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF HITAM PUTUS GANTI TIMING BELT BARU 13.5
610 1/20/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF KUNING PUTUS GANTI TIMING BELT 1890 1.333333333
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER JANUARI 2016
No Tanggal Equipment Location Description Tindakan Downtime (jam)
1613 2/28/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIMING BELT PAY OFF WARNA BIRU PUTUS GANTI VANBELL 1890-14M40 (N246) 1
1449 2/20/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV BEARING PAY UP 2000 MESIN DRUM TWISTER PECAH GANTI BEARING BARU 3.75
1222 2/5/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TAKE UP TIDAK MAU NARIK PERBAIKI MODUL FIELD WINDER 0.5
952 2/2/2016 CABLING5BDRUMTWISTERSKETMV MV TIDAK ADA ANGIN PASANG KOMPRESOR 0.583333333
DATA KERUSAKAN MESIN CABLING DRUM TWISTER FEBRUARI 2016
38
Sebuah lifetime timing belt tersebut tergantung pada:
1. Aplikasi / peruntukan
2. Alignment
3. Kondisi pulley
4. Cara pasang
5. Penyimpanan
6. Lokasi penggunaan (indoor atau outdoor)
7. Frekuensi on / off
8. Tension, dll
Apabila semua dalam kondisi normal, lifetime timing belt minimal 6
bulan. Apabila dilihat dari data downtime dan frekuensi kerusakan timing belt
pada Shaft Payoff mesin Cabling Drum Twister tersebut, kerusakan timing belt
tidak sesusai dengan data ketentuan lifetime timing belt terebut.
4.2. Analisa fish bone timing belt.
Berikut ini adalah pembahasan analisa kerusakan dengan menggunakan
metode Fish Bones.
Gambar 4.4 Diagram Fish Bones Kerusakan Timing Belt.
39
Menurut analisa diatas, peluang terjadinya kerusakan pada timing belt
ada 8 point. Namun, peluang besar terjadinya kerusakan timing belt ada 5
faktor. dibawah ini berikut penjelasannya yaitu:
1. Desain dan material.
Desain timing belt menentukan apakah sepsifikasi belt tersebut
layak digunakan atau tidak dalam mesin tersebut. Material bahan dari
timming belt tersebut juga mempengaruhi kekuatan tension belt. Namun,
apabila dilihat dari referensi Timing Belt Mitsuboshi, yang merupakan
produk timing belt yang mesin tersebut gunakan, diagram menunjukan
bahwa jenis timing belt S14M 1890 yang dipakai pada mesin Cabling Drum
Twister tersebut sudah sesuai dengan standar.
Tabel 4.12 Spesifikasi Gearbox Schwermachinenbau Magdeburg GmBH
Transmission Power
P 12 KW
n 630 rpm
Gambar 4.5 Diagram Design Timing Belt
(Design Manual Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
40
Dari diagram diatas, spesifikasi transmisi power yang ada pada shaft
tersebut berada pada range S14M. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerusakan
timing belt bukan merupakan dari jenis timing belt itu sendiri.
2. Loading.
Beban yang terdapat pada shaft tersebut juga berpengaruh besar
dengan tension belt tersebut. Dibawah ini merupakan data beban yang
diterima oleh shaft transmisi tersebut.
Tabel 4.13 Beban Drum Twister
(Arsip Quality Contol, 2016)
No Material Weight (kg)
1. Conductor AL 636.06
2. WBP 2
3. Conduct Screen 58.37
4. XLPE Insulation 425.93
5. Insulat. Screen 76.94
6. Semi-Cond WBT (black) 11.08
7. Copper Wire 227.90
8. Copper tape 33.46
9. Non-Cond WBT (white) 14.51
10. PVC Outer sh. 521.83
Overall Weight 2008.07
Dari data tabel diatas, dinyatakan bahwa berat yang diterima oleh
shaft transmisi tersebut sebesar 2008,07 kg. Namun, dari hasil wawancara
yang penulis dapatkan selama observasi, berat tersebut merupakan berat
yang sesuai dengan standar Drum Twister tersebut. Jadi, bisa disimpulkan
bahwa beban yang diterima oleh shaft tersebut bukan merupakan penyebab
utama putusnya timing belt.
41
3. Maintenance
Perawatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kerusakan timing belt. Dari segi perawatan, penulis menyimpulkan bahwa
perawatan pada sistem transmisi sangatlah buruk. Penulis menemukan
berbagai kesalahan yang disebabkan oleh tenaga kerja ketika melakukan
proses perawatan pada komponen sistem transmisi tersebut. Dibawah ini
merupakan bukti kesalahan ketika melakukan proses perawatan:
Gambar 4.6 Pengelasan Pada Kopling, Misalignment dan Kurang Baut
Kasus diatas merupakan hal yang sangat fatal apabila terjadi pada
suatu mesin. Apabila terdapat misalignment pada suatu kopling, hal tersebut
dapat menyebabkan:
a. Gesekan pada bagian kopling tersebut juga berlebihan
b. Gesekan antara bearing dan shaft berlebihan
Akibatnnya, timbulah efek seperti vibrasi yang secara langsung
menggangu kinerja timing belt tersebut yang dapat berakibat putusnya
timing belt.
42
Gambar 4.7 Pengelasan Pada Bearing
Kasus diatas juga merupakan hal yang sangat fatal apabila terjadi
pada suatu mesin. Apabila terjadi kerusakan pada suatu bearing, pengelasan
bukan hal yang tepat untuk mengatasi/memperbaiki kerusakan tersebut,
melainkan harus menggantinya. Jelas sekali bahwa bearing tersebut sudah
rusak dipaksakan kembali untuk beroperasi pada shaft tersebut. Hasilnya,
kinerja bearing yang salah satu fungsinya sebagai pengurangan beban kejut
tidak berfungsi yang secara langsung berakibat pada putusnya timing belt
tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerusakan timing belt disebabkan
oleh perawatan yang sangat buruk
4. Pengaruh komponen lain.
kerusakan timming belt juga bisa disebabkan oleh komponen –
komponen lain pada shaft tersebut.
Beberapa komponen dapat mempengaruhi kerusakan pada timing belt,
karena:
1. Bearing
Bearing juga bisa berfungsi sebagai pengurangan beban –
beban yang terjadi secara tiba – tiba, salah satunya adalah beban
kejut. Fungsi bearing sebagai penahan berbagai beban kejut juga
mempengaruhi kejutan pada belt tersebut.
43
Kerusakan pada bearing bisa mempengaruhi kerusakan pada
timing belt. bearing yang berfungsi sebagai bantalan dan digunakan
untuk menahan berbagai beban kejut yang terjadi selama proses
permesinan menjadi komponen yang berpengaruh pada timing belt.
Seperti yang dijelaskan pada latar belakang bahwa Mesin Cabling
Drum Twister beroperasi setiap hari 24 jam membuat suhu bearing
tersebut dapat mepengaruhi kondisi bearing. Apalagi, bearing
tersebut tidak memiliki perawatan terencana seperti Re-lubrication.
Akibatnya, bearing tidak berfungsi secara normal dan timbullah
reaksi yang ditimbulkan akibat kerusakan bearing seperti vibrasi
dan beban kejut. hasilnya, hal tersebut mengacu kepada kerusakan
pada timing belt tersebut. Dari segi perawatan bearing pun sangatlah
buruk, kita bisa lihat sendiri pada Gambar 4.7
2. Shaft.
Sebagai unit utama dalam transmisi ini, shaft merupakan
salah satu komponen utama yang kemungkinan besar kerusakan
timing belt berasal dari shaft tersebut. Apabila dilihat pada Gambar
4.6 dan Gambar 4.8 yang menjelaskan misalignment pada sebuah
kopling dapat menyebabkan gesekan antara kopling dan juga shaft
berlebihan. Akibatnya, shaft akan menjadi rusak dan bahkan terjadi
keausan (wear). Apabila shaft tersebut rusak, hal tersebut akan
menimbulkan efek pada timing belt seperti vibrasi dan unbalance
yang mana efek tersebut tidak boleh terjadi ketika timing belt
bekerja.
3. Kopling.
Perakitan atau pemasangan kopling harus kita perhatikan
sebaik mungkin karena kesejajaran adalah hal terpenting dalam
sistem rotating equipment. Kembali lagi pada pembahasan shaft
diatas dimana Apabila terjadi kerusakan pada kopling, Hal tersebut
44
dapat mempengaruhi kerusakan shaft yang dapat menimbulkan efek
seperti vibrasi dan unbalance pada timing belt. Dibawah ini
merupakan salah satu bentuk kerusakan kopling.
Gambar 4.8 kerusakan gear kopling (aus)
4. HAR 2000.
HAR 2000, yaitu Drum Twister dengan ukuran 2000 [mm],
juga bisa menjadi penyebab kerusakan timing belt tersebut. Penulis
pernah menemukan suatu kasus dimana bobbin pada sebuah HAR
2000 tersebut jatuh, yang secara langsung menyebabkan putusnya
timing belt tersebut. Secara tidak langsung, kerusakan tersebut bisa
kita simpulkan sebagai beban kejut yang terjadi ketika bobbin
tersebut terjatuh. Bukan hanya itu, sistem pengereman yang ada
pada HAR 2000 tersebut memiliki beban kejut yang sangat besar.
Apabila terdapat beban kejut yang diterima oleh Timing Belt, hal
tersebut dapat mengakibatkan belt putus Dibawah ini merupakan
bukti kerusakan HAR 2000.
Gambar 4.9 Kerusakan HAR 2000
45
Dari keseluruhan pembahasan diatas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa kerusakan timing belt disebabkan oleh kerusakan dari
komponen-komponen lain yang ada pada sistem transmisi tersebut.
5. Keausan pada Pulley Timing.
Pulley pada timing belt merupakan salah satu komponen utama pada
timing belt. Sebagai komponen utama yang mempengaruhi kinerja belt,
kerusakan Pulley Timing juga bisa menyebabkan belt putus. Kerusakan
pada timing pulley bisa disebabkan dari material, lifetime, belt tension dan
beban yang berlebihan yang terima oleh pulley tersebut.
Apabila pulley timming terdapat berbagai kerusakan seperti aus
dan crack, itu bisa mempengaruhi kinerja timing belt ketika beroperasi dan
berakibat putus. Dibawah ini merupakan salah satu bentuk kerusakan pulley
timing (keausan)
Gambar 4.10 Kerusakan Pulley Timing
Jadi dapat disimpulkan bahwa kerusakan timing belt disebabkan
oleh kerusakan pada pulley timing.
4.3. Dampak Akibat Kerusakan Timing Belt.
Beberapa dampak timbul akibat kerusakan pada timing belt tersebut. dibawah
ini merupakan hasil observasi mengenai dampak kerusakan timing belt.
1. Ketersediaan (Availability) mesin menjadi buruk.
46
Dari data yang penulis dapatkan, data tersebut menunjukan bahwa
kerusakan timing belt berpengaruh pada ketersediaan (Availability) mesin
tersebut karena disebabkan oleh downtime akibat kerusakan timing belt.
Range downtime akibat kerusakan timing belt bisa mencapai 1-10 jam.
2. Kualitas produk menjadi buruk.
Berhetinya mesin akibat terjadinya suatu kerusakan pada sebuah
mesin dapat mempengaruhi kualitas produk yang di produksi. Karena
ketika pada proses cabling, proses produksi harus sesuai dengan ketentuan
waktu produksi tersebut. Dibawah ini merupakan bukti bahwa kerusakan
timing belt dapat berdampak buruk pada kualitas produk yang secara
langsung membuat mesin tersebut berhenti.
Gambar 4.11 Kabel Longgar Pada Proses Cabling
Gambar 4.12 Produk Gagal Kabel Medium Voltage
47
Apabila terdapat kegagalan pada proses produksi, hal tersebut akan
berakibat pada kualitas produk. Dan apabila produk memiliki kualitas pada
produk, hal tersebut berdampak pada nilai jual kabel tersebut karena harga
1 [m] kabel bisa mencapai Rp. 800.000,00-.
4.4. Solusi Penyelesaian Kasus Kerusakan Timing Belt.
4.4.1. Pemahaman Katalog Timing Belt Mitsuboshi.
Dari referensi katalog timing belt Mitshuboshi, apabila terdapat
kerusakan pada belt, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan
dilakukan untuk mengatasi kerusakan terjadi kembali, seperti:
1. Desain
Desain timing belt akan berpengaruh pada kinerja suatu
mesin. Untuk menentukan desain timing belt, kita harus mengetahui
daya dan putaran yang diterima oleh timing belt tersebut. cara
penentuan spesifikasi desain bisa ditentukan pada diagram desain
pada Gambar 4.5
2. Perluas jarak belt
Jarak antara kedua puli yang bertautan dengan belt akan
berpengaruh pada kinerja belt karena hal tersebut berpengaruh pada
Tension belt tersebut yang mana Tension pada belt tersebut harus
sesuai dengan spesifikasi timing belt tersebut
3. Periksa tempat penyimpanan dan kondisi sistem pengantaran
Kondisi penyimpanan dan sistem pengantaran timing belt
harus sesuai dengan ketemtuan yang berlaku pada katalog timing
belt tersebut karena hal tersebut dapat mempengarhui kondisi baha
timing belt tersebut.
4. Pembuatan cover sistem transmisi belt agar terhindar dari aktivitas
lainnya.
48
Pembuatan cover pada sistem transmis belt sangat
diperlukan karena untuk menghindari berbagai aktivitas yang
menganggu kinerja timing belt tersebut.
5. Perhatikan kondisi suhu Ambient.
Kondisi suhu ruangan, baik itu tempat penyimpanan maupun
ketika sudah beroperasi, sangat mempengaruhi kondisi bahan timing
belt tersebut. Dari katalog tersebut, suhu yang dianjurkan adalah
dalam range -30˚C - 80˚C
6. Hindari beban kejut yang secara tidak sengaja diterima pada belt
tersebut.
Ketika timing belt sedang beroperasi, pastikan bahwa timing
belt tersebut tidak menerima beban kejut secara tiba tiba. Biasanya
hal tersebut dipengaruhi oleh komponen lain yang berada pada
sistem transmisi tersebut, seperti bearing.
4.4.2. Melakukan Proses Instalasi Timing Belt Sesuai Dengan Prosedur
Katalog
Solusi yang kedua adalah mengikuti prosedur yang benar ketika
melakukan proses instalasi Timing Belt. Dibawah ini merupakan
langkah – langkah proses instalasi belt.
1. Matikan Mesin Cabling Drum Twister
2. Set up kelurusan antara kedua puli.
Gambar 4.13 Kelurusan Kedua Puli
(Katalog Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
49
3. Melakukan proses pendekatan antara kedua puli
Gambar 4.14 Proses Pemasangan Timing Belt.
(Katalog Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
Longgarkan Base kedua puli dengan memperhatikan
kelurusannya, lalu lakukan proses pendekatan kedua puli sampai
belt tersebut regang.
4. Proses pengencangan belt
Gambar 4.15 Proses Pengencangan Belt (sebelum).
(Katalog Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
Suaikan belt dengan puli, lakukan secara perlahan proses
pengencangan belt tersebut. ketika belt dalam kondisi regang,
kondisi belt dan puli belum saling bertautan. Untuk itu, lakukan
proses pengencangan secara perlahan sampai belt dan puli tersebut
berhubungan.
50
Gambar 4.16 Proses Pengencangan Belt (sesudah)
(Katalog Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
5. Lakukan proses alignment
Ketika belt sudah kencang, lakukan pengecekan kembali
kelurusan belt dengan pengukur kelurusan. Apabila belum
Alignment, lepas belt dan lakukan proses pemasangan kembali.
Gambar 4.17 Prosedur Proses Alignment
(Katalog Timing Belt Mitsuboshi, 2016)
6. Pasang sebuah cover agar belt tidak terganggu oleh aktivitas
lainnya.
7. Lakukan pengecekan kembali kelurusan belt dan ketautan antara
belt dengan puli
4.4.3. Menetapkan Planned Maintenance
Ketika penulis melakukan observasi, penulis menemukan
bahwa sistem transmisi pada Shaft Payoff tersebut sama sekali tidak
51
pernah melakukan planned maintenance. Perusahaan tersebut hanya
melakukan breakdown maintenance, yaitu perawatan yang hanya
dilakukan pada proses terjadinya keruskan. Hal tersebut merupakan
salah satu strategi perawatan yang salah karena hal tersebut akan
berdampak buruk pada ketersediaan keseluruhan mesin.
Untuk itu, penulis membuat suatu sistem perawatan terencana,
yaitu Checklist Scheduling Preventive Maintenance (sistem
penjadwalan perawatan preventif) agar mengatasi/menghidari
kerusakan timing belt. Dibawah ini merupakan tabel Checklist
Scheduling Preventive Maintenance.
Tabel 4.14 Checklist Scheduling Preventive Maintenance
CHECKLIST PREVENTIVE MAINTENANCE SHAFT TRANSMISSION
COMPONENT
Komponen Pekerjaan Harian Bulanan 6 Bulan ≤ 1 tahun
(Inspeksi (I) Perbaikan (C))
Bearing Check Temperatur I
Check Lubrikasi C (50˚C) C (˃100˚C)
Kebisingan I
Vibrasi I
Ganti Bearing Sesuai Life time
Timing Belt Tension Belt I
Gigi Belt I
Permukaan Belt I
Zigzagging Belt I
Keausan I
Kelonggaran I
Kebisingan I
Suhu I
Ganti belt Sesuai Life time
Timing Pulley Gigi Puli I
Alignment C
Keausan I
52
Tabel 4.14 Checklist Scheduling Preventive Maintenance
Karat I
Ganti Timing Pulley Sesuai Life time
Gear Coupling Alignment I
(laser)
C (Dial
indicator)
Lubrikasi C
Vibrasi I
Noise I
pengencengan baut C
Keausan dan
keretakan C
Kerataan Permukaan C
Overhaul C (≥ 8000 jam atau 2 tahun)
Coupling Vibrasi I
Noise I
Pengencengan baut C
Keausan dan
keretakan C
Alignment I
(laser)
C (Dial
indicator)
Kerataan Permukaan C
Ganti Kopling Sesuai Life time
Gearbox Oil Level I
Temperatur I
Seals C
Vibrasi I
Noise I
Keausan dan
keretakan C
Bearing Sesuai Life time
Ganti Lubrikasi Sesuai life time (˃ 60˚C 2500 jam ,˂ 60˚C
5000 jam)
HAR 2000 Adaptor C
Lifter C
Rem Bobbin C
53
Tabel 4.14 Checklist Scheduling Preventive Maintenance
Universal
Joint Noise I
Vibrasi I
lubrikasi bearing C
Ganti Bearing Sesuai Life Time
Overhaul C
Alignment C
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Dari pembahasan Failure Analysis dengan menggunakan metode Fish
Bones, penulis menyimpulkan bahwa kerusakan timing belt disebabkan
oleh,
a. Perawatan
Dari segi perawatan, perusahaan memilik sistem perawatan
yang sangat buruk. Salah satu contoh yang cukup fatal ialah
perawatan pada kopling dan bearing, dimana komponen tersebut
merupakan komponen yang sangat berpengaruh pada kinerja timing
belt. Bukit perawatan yang salah ditunjukan pada Gambar 4.6 dan
Gambar 4.7, dimana gambar tersebut menjelaskan pengelasan pada
kopling dan beaing. Hal tersebut sangatlah salah karena apabila dua
komponen tersebut rusak, harus diganti dengan komponen baru.
Akibatnya, komponen tersebut berpengaruh pada kerusakan timing
belt.
b. Pengaruh Komponen lain.
Kerusakan pada salah satu komponen transmisi berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Apabila komponen A rusak, hal
tersebut bisa mengacu pada komponen B atau C. artinya, sebab
kerusakan pada suatu komponen shaft transmisi bisa kita dapatkan
dari pengaruh kerusakan komponen lainnya. Komponen tersebut
adalah:
a. Bearing
b. Shaft
c. Pulley Timing
55
d. Kopling, dan
e. HAR 2000
Jadi, kerusakan timing belt disebabkan oleh berbagai komponen
yang ada pada shaft tersebut
2. Dari hasil observasi dan analisa, kerusakan timing belt dapat menyebabkan
dampak buruk yang berpengaruh pada:
a. Availability
b. Kualitas Produk
3. Solusi yang tepat untuk menghindari kerusakan timing belt adalah:
a. Memahami Prosedur Timing Belt.
Penulis memberikan solusi untuk melakukan proses instalasi
pada timing belt sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh katalog
Mitsuboshi karena hal tersebut dapat berpengaruh pada kinerja belt
tersebut.
b. Melakukan perawatan terencana.
Suatu mesin akan berjalan baik apabila mempunyai sistem
perawatan yang terencana. Penulis menentukan Checklist
Scheduling Preventive Maintenance (sistem penjadwalan perawatan
preventif) pada komponen shaft transmisi tersebut. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.14
5.2. Saran
Adapun saran yang ingin diberikan pada pihak perusahaan adalah:
Menetapkan Planned Maintenance
Sistem perawatan yang dipakai pada perusahaan, Breakdown
Maintenance, sangatlah buruk dan harus diubah menjadi perawatan
terencana (Planned Maintenance) karena apabila masih menggunakan
Breakdown Maintenance, hal tersebut berpengaruh pada downtime dan
OEE mesin tersebut. Untuk itu, Planned Maintenance merupakan hal yang
56
tepat untuk diterapkan pada sistem perawatan perusahan tersebut. Adapun
keuntungan lainya yaitu:
1. Pengurangan pemeliharaan darurat.
2. Pengurangan waktu nganggur.
3. Menaikkan ketersediaan (Availability) untuk produksi.
4. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan
produksi.
5. Memperpanjang waktu antara Overhaul.
6. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian
sediaan.
7. Meningkatkan efisiensi mesin.
8. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan.
9. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.
57
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Agus Edy Pramono, “ELEMEN MESIN II,” Politeknik Negeri Jakarta, 2014
[2]. Khurmi. R.S, and J. K. Grupta, “A Text Book of Machine Design,” Eurasia
Publishing House, Ram Nagar, New Delhi, 1988.
[3]. Jac. STOLK and C. KROS. 1981. Elemen Mesin 21. PT. Gelora aksara
pratama. Jakarta.
[4]. Mitsuboshi, “Design Manual Timing Belt,” 2016
[5]. Arsip Maintenance, “Data Downtime,” PT Voksel Electric Tbk, 2016
[6]. Arsip Maintenance, “Drum Twister,” PT Voksel Electric Tbk, 2016
[7]. Arsip QCC, “Data Quality Control,” PT Voksel Electric Tbk, 2016
[8]. Arif Firdausi, “Mekanika dan Elemen Mesin 1”, Katalog Dalam Terbitan, 2013
[9]. Yefri Chan, “Jurnal Kopling”, Universitas Darma Persada,” 2016
[10]. Qory Hidayati, “Pengaturan Kecepatan Motor DC dengan Menggunakan
Mikrokontroler Atmega 8535,” Politeknik Negeri Balikpapan, 2012
[11]. Geoff Vorley, “Mini Guide to Root Cause Analysis,” Quality Management and
Training (Publication) Ltd, 2008
[12]. Ahmad Nur Fauzi, “Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin
Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE),” Universitas
Mercu Buana, 2015
[13]. NSK, “Table Singel Row Deep Groove Ball Bearing,” 2016
[14]. Katalog Gearbox, “Operating, lubrication and maintenance instructions for
gearboxes and motors,” Walther Flender Gruppe, Deutschland, 2016.
[15]. TOS ZNOJMO, “INSTALLATION, OPERATION AND MAINTENANCE
MANUAL FOR GEARBOXES AND VARIATORS,” TUV Management
Service, 2016
58
[16]. MAINA GEAR COUPLINGS, “Installation and Maintenance (summary),”
Johnson Power Ltd.
[17]. Ameridrive Couplings, “High Capacity Industrial Universal Joints Installation
and Maintenance Manual”, Industrial Magza Dist Autorizado, 2016