tugas metopen terbaru fix
DESCRIPTION
xxTRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH METODE PENELITIAN
PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN DI KELURAHAN NANGGELENG SUKABUMI
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Metode Penelitian
Disususn Oleh:
Kelompok 2
Ratri P P G1B009005Ratna Juwita G1B011015Prista Arzenith G1B011016Ajeng Prastiwi Suci W G1B011019Indah Cahyani G1B011021Kania Ulfah G1B011023Irfan Febiary G1B011026Rifa Moni Utami G1B011029
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak jalanan berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang tinggal dan
hidup bersama orangtua yang memberikan perhatian dan kasih sayang. Anak
jalanan merupakan anak-anak yang termarginalisasi karena tidak menerima
perlakuan yang seharusnya mereka terima dan rasakan baik dari keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun dari agen-agen sosial
lainnya. Kehidupan tanpa aturan, perhatian, dan kasih sayang memicu munculnya
perilaku-perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang mereka lakukan
merupakan bentuk pelarian dari kurangnya perhatian yang mereka harapkan serta
beban hidup yang mereka alami. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif (NAPZA) merupakan perilaku menyimpang yang seringkali dilakukan
oleh anak jalanan. Penyalahgunaan NAPZA yang populer di kalangan anak
jalanan adalah dengan cara menghirup bahan-bahan kimia atau yang lebih dikenal
ngelem (Ratta, 2008).
Menghirup bahan-bahan kimia (ngelem) merupakan salah satu cara
penyalahgunaan narkoba yang sering dilakukan oleh remaja. Istilah ngelem lebih
populer bagi anak-anak jalanan karena lebih ekonomis dari segi harga. Fenomena
kebiasaan ngelem di kalangan anak jalanan merupakan suatu bukti bahwa negara
masih belum mampu untuk mengentas kemiskinan di negara kita.
Ngelem bukan lagi menjadi kata yang asing bagi anak yang hidup di
jalanan. Bahkan kebiasaan ini sudah menjadi tradisi dikalangan anak jalanan.
Ngelem juga dianggap sebagai sarana pemersatu sosial dan trend dalam komunitas
mereka. Ngelem memiliki makna tersendiri bagi komunitas mereka. Ngelem tidak
hanya sekedar menahan lapar, bahkan mereka lebih memilih untuk tidak membeli
makanan daripada tidak ngelem. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kecanduan
lem telah mempengaruhi pola hidup anak jalanan yang selanjutnya berdampak
pada status kesehatan mereka sendiri. Kegiatan ngelem dalam jangka panjang
dapat menimbulkan kerusakan otak dan dalam jangka pendek dapat menyebabkan
kematian mendadak (Dilla, 2011).
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, pada tahun 2012 ada
sekitar 8000 hingga 12000 anak jalanan yang melakukan kegiatan ngelem di
beberapa kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Tanggerang, dan Depok.
Fenomena ngelem tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi bisa juga
terjadi di kota kecil seperti di Kelurahan Nanggeleng, Sukabumi. Ada sekitar 25
anak jalanan melakukan kegiatan ngelem sebagai suatu kegiatan rutin dalam
komunitas mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan dan sikap anak jalanan mengenai bahaya
perilaku ngelem?
2. Bagaimana peran orang tua dalam menghadapi perilaku ngelem pada
anak mereka?
3. Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap timbulnya perilku
ngelem?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Mendeskripsikan perilaku ngelem pada anak jalanan di
Kelurahan Nanggeleng, Sukabumi.
2. Tujuan Khusus:
a. Mendeskripsikan perilaku anak jalanan sebagai proses pemaknaan
pengetahuan anak jalanan terhadap perilaku ngelem.
b. Mendeskripsikan peran orang tua dalam menghadapi perilaku
ngelem pada anaknya.
c. Mendeskripsikan peran teman sebaya dalam timbulnya perilaku
ngelem pada anak jalanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:113),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Menurut Lawrence Green
(1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga
faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang
mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
b. Sikap
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek
negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap atau
attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap
tanpa adanya objek (Gerungan, 2004). LaPierre mendefinisikan sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek
tertentu. Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan
kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia
atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang
memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam
Dayakisni & Hudaniah, 2003).
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau
memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang meliputi sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
a. Orang Tua
Setiap orang tua diberi tanggung jawab besar, keistimewaan luar
biasa, serta anugerah karena menjadi teladan yang menentukan hidup, bahkan
mungkin membentuk seseorang yang suatu hari nanti akan menjadi orang tua
juga. Peran orang tua merupakan faktor terpenting dalam membesarkan anak
dan menentukan masa depan anaknya. Secara informal peran orang tua sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan pembentukan karakter anak,
sebab usia dini adalah masa keemasan bagi dunia anak-anak, sebab sebagian
besar waktunya bersama lingkungan keluarga/orang tuanya. Jika pendidikan
di dalam lingkungan keluarga itu berfungsi dengan baik, maka akan
membekas ketika anak tersebut menjelang remaja dan dewasa. Kerana orang
tua yang baik akan mencetak kader masyarakat/bangsa yang baik juga.
Sebagai orang tua pun tidak akan mungkin mampu memantau anak kita setiap
hari jika ia keluar rumah dengan berbagai alasan, lingkungan sosial sangat
berpenguruh besar terhadap perkembangan karakter anak-anak/remaja. Sikap
orang tau yang selalu membela anaknya maka akan membentuk karakter
anaknya menjadi manja dan cenderung mengulangi kesalahan yang sama
(Syamsu, 2000).
Masa keemasan (usia dini) adalah masa yang efektif dalam
pembentukan karakter seseorang, sebab anak belum terkontaminasi dengan
hal-hal negatif lainnya, 200 juta sel otak anak akan menyimpan informasi dan
sugesti postitif yang diajarkan/contohkan. Ibarat kaset yang masih kosong,
maka otak anak akan merekam hal-hal positif yang disampaikan, terutama
pendidikan dasar yang paling penting dilingkungan keluarga ialah aqidah dan
akhlaq. Keteladanan orang tua dalam hal ini tentu sangat penting. Jangan
menyuruh anak melakukan sesuatu sementara orangtua sendiri tidak
melakukan itu. Ini tentu contoh yang tidak baik.
Orang tua jangan cuma bisa memberikan contoh kepada anak-
anaknya, namun harus menjadi contoh bagi mereka. Peran orang tua tidak
cukup pada saat anak berusia dini saja. Ketika anak menjelang remaja/dewasa
tugas dan tanggung jawab orang tua tentu bertambah berat. Orang tua harus
memahami psikologi anak, harus menjadi teman yang baik buat anak-
anaknya, harus selalu memantau dan mengetahui perkembangan anaknya,
dengan catatan tidak mengekang ia untuk berkarya.
b. Teman Sebaya
Musser & Graziano (1991) menulis bahwa istilah teman sebaya (peer)
merujuk pada kesamaan status. Hartup (dalam Musser & Graziano, 1991)
menyatakan bahwa istilah tersebut mengacu pada kesamaan usia, yang
berjarak kurang dari 12 bulan. Berbeda dengan pendapat di atas, Lewis and
Rosenblum (dalam Musser & Graziano, 1991) mendefinisikan teman sebaya
tidak merujuk pada terminologi usia, tetapi lebih kepada makna bahwa
individu-individu yang pada saat tertentu berperilaku pada tingkat
kompleksitas yang sebanding. Sementara itu Musser & Graziano (1991)
menyatakan bahwa teman sebaya (peer) tidak sama dengan teman yang
berusia sama (agemate), pemaknaan teman sebaya hendaklah diperluas
sebagai interaksi yang terjadi bukan hanya dengan mereka yang berusia sama.
Merujuk pada pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi
teman sebaya adalah interaksi yang terjadi di antara anak dengan teman-
temannya yang tidak hanya berusia sama tetapi juga berbeda usia, tetapi
masih dalam kegiatan yang sama. Pendapat ini didukung Musser & Graziano
(1991) yang menyatakan bahwa banyak anak yang kerap berinteraksi dengan
mereka yang tidak sama usianya. Allen (dalam Musser & Graziano, 1991)
menyatakan bahwa kebanyakan anak memiliki peluang untuk berinteraksi
dengan mereka yang tidak sama usianya.
B. Perilaku Ngelem
Menurut Gigengach (2005), ngelem merupakan istilah jalanan dalam
membahasakan penyalahgunaan zat hirup. Pilihan zat yang paling populer adalah
lem bernama dagang Aica Aibon. Pada umumnya tempat yang dipilih untuk
ngelem adalah di sudut-sudut emperan toko, kolong jembatan, dibalik bak sampah
atau tempat-tempat yang relatif tersembunyi disepanjang jalanan. Istilah ngelem
adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat kimia yang
dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja otak
(menembus hambatan darah ke otak). Inhalan adalah zat adiktif dalam bentuk cair,
zat ini mudah menguap. Penyalahgunaan zat dilakukan dengan cara dihirup
melalui hidung. Zat inhalan ini dijual secara legal, tidak mahal dan mudah
didapatkan.
Dampak fisiologis dari ngelem ini adalah badan menjadi kurus, nafsu
makan berkurang, sakit perut pada saat buang air kecil (BAK), perut terasa mual
seperti mau muntah, keringat dingin, bibir seperti mati rasa, badan terasa meriang,
dan pusing (Ratta, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada
perilaku ngelem pada anak jalanan. Oleh karena itu, pendekatan dan strategi
penelitian yang paling sesuai adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan bentuk penelitian yang mampu mengungkap berbagai informasi
kualitatif dengan deskriptif yang penuh nuansa lebih berharga dari sekedar
pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka (Sutopo 1991:28).
Sasaran penelitian mencakup empat hal pokok, yaitu pengetahuan sikap, peran
orangtua, serta teman sebaya dalam timbulnya perilaku ngelem pada anak jalanan.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nanggeleng, Sukabumi. Pengumpulan data
menggunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan merujuk model analisis
siklus interaktif (Miles danHubermen 1992).
B. Kerangka Pemikiran
C. Definisi Operasional
1. Pengetahuan anak jalanan didefinisikan sebagai hal yang diketahui oleh
anak jalanan tentang bahaya dari perilaku ngelem bagi kesehatan. Untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan anak jalanan mengenai bahaya
ngelem maka dilakukan wawancara mendalam.
Perilaku Ngelem pada anak jalanan
Faktor Predisposing: Pengetahuan
sikap
Faktor Reinforcing: Orangtua
Teman sebaya
2. Sikap anak jalanan didefinisikan sebagai persepsi anak jalanan mengenai
perilaku ngelem. Untuk mengetahui sikap anak jalanan maka dilakukan
wawancara mendalam.
3. Orangtua didefinisikan sebagai orang yang berperan penting dalam
pembentukan perilaku pada anak mereka. Untuk mengetahui peran
orangtua dalam menghadapi perilaku anaknya yang menjadi anak jalanan
dan melakukan kegiatan ngelem maka dilakukan wawancara mendalam
dan observasi.
4. Teman sebaya anak jalanan didefinisikan sebagai orang-orang yang
memiliki kesamaan sosial dan saling memberikan pengaruh terhadap
timbulnya perilaku ngelem. Untuk mengetahui peran teman sebaya dalam
perilaku ngelem maka dilakukan dengan observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nanggeleng, Sukabumi. Mayoritas
penduduk dewasa di kelurahan ini bekerja sebagai petani dan buruh. Rata-rata
pendidikan masyarakat adalah sekolah menengah pertama (SMP). Kondisi
lingkungan di Kelurahan Nanggeleng cukup memprihatinkan. Rumah-rumah
terlihat kumuh dan berdekatan satu sama lain. Banyak anak-anak dan remaja yang
putus sekolah dengan berbagai alasan.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Penelitian secara resmi dilakukan pada tanggal Mei
2008 sampai Juni 2013. Peneliti tidak hanya satu kali dalam melakukan observasi
dan wawancara mendalam dengan setiap subyek. Setelah memperoleh data dari
wawancara terkumpul, maka peneliti langsung memeriksanya kembali, jika ada
data yang dirasa kurang lengkap, maka peneliti menanyakan kembali kepada
subyek.
C. Karakteristik Subyek Penelitian atau Informan
Karakteristik subyek penelitian ini mencakup anak jalanan yang berumur
8-15 tahun, baik yang masih tinggal dengan keluarga maupun tidak serta yang
masih sekolah maupun sudah tidak sekolah atau putus sekolah.
D. Hasil Wawancara
Hasil wawancara pada penelitian kualitatif ini meliputi gambaran
mengenai :
a. Pengetahuan anak jalanan mengenai bahaya dari perilaku ngelem bagi
kesehatan.
b. Sikap anak jalanan mengenai perilaku ngelem
c. Peran orang tua dalam menghadapi anak mereka yang menjadi anak
jalanan dan melakukan perilaku ngelem.
d. Peran teman sebaya dalam memicu timbulnya perilaku ngelem pada
anak jalanan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pengembangan dari hasil penelitian:
a. Pengetahuan anak jalanan mengenai bahaya dari perilaku ngelem bagi
kesehatan yang dibandingkan dengan teori mengenai bagaimana pengetahuan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
b. Sikap anak jalanan mengenai perilaku ngelem, apakah positif atau negatif dan
kemudian dibandingkan dengan teori mengenai bagaimana sikap dapat
mempengaruhi perilaku seseorang.
c. Peran orang tua dalam menghadapi anak mereka yang menjadi anak jalanan
dan melakukan perilaku ngelem yang kemudian dibandingkan dengan teori
mengenai peran orangtua sebagai faktor penguat timbulnya perilaku pada anak.
d. Peran teman sebaya dalam memicu timbulnya perilaku ngelem pada anak
jalanan dibandingkan dengan teori mengenai peran teman sebaya dalam
timbulnya perilaku pada seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dayakisni, T. & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Universitas Muhammadiyah: Malang.
Departemen Sosial.1997.Modul Pendampingan Anak Jalanan. Semarang: Departemen Sosial
Dilla, Nurindah. 2001. Fenomena Kebiasaan Ngelem Dikalangana Anak Jalanan. Fakultas Ilmu Pendidikan : Universitas Negeri Yogyakarta.
Miles, M.B. dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: T.R. Rohidi.Jakarta: UI Press.
Musser, L. M. & Graziano, W.G. 1991. Behavioral Confirmation in Children's Interactions With Peers. BASIC AND APPLIED SOCIAL PSYCHOLOGY, 1991, 12(4), 441-456. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Ratta, Gany Naldi. 2008. Dampak Psikologis Ngelem pada Anak Jalanan. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Katolik Soegija Pranata.
Sutopo, H.B. 1991. Metode Penelitian KualitatifI. Surakarta: UNS Press
Syamsu, Yusuf. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya