typhoid

19
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus Abdominalis, Typhoid fever, atau enteric fever. Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para–typhoid) disebabkan oleh kuman salmonella typhi, S paratyphy A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphy, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi. Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah besar di indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354- 810/100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari 1

Upload: aries-pratama

Post on 07-Aug-2015

97 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Typhoid

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan

rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber

penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam

fase konfalesen, dan kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama

lain yaitu, Typhus Abdominalis, Typhoid fever, atau enteric fever. Demam

typhoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik

demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3

minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam

typhoid (termasuk para–typhoid) disebabkan oleh kuman salmonella typhi,

S paratyphy A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah

S paratyphy, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh

S typhi.

Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan

masalah besar di indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun.

Kasus demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000

penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitiaan retrospektif selama periode 5

tahun (2003-2007) didapatkan sebanyak 3 kasus (21,5%) penderita demam

typhoid dengan hasil biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat

dengan klinis demam typhoid (Rajan L. Fernando, 2001).

2. Tujuan Masalah

1. Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Mengikuti Mata Keperawatan

Dewasa I

2. Mengetahui Pengertian Typhoid

3. Mengetahui Penyebab/Etiologi Typhoid

4. Mengetahui tanda dan gejala Typoid

5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Typhoid

1

Page 2: Typhoid

3. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan

Typhoid

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Typhoid

3. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Typhoid

4. Mampu menyebutkan asuhan keperawatan pada klien dengan Typhoid

2

Page 3: Typhoid

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR TYPHOID

A. Pengertian 

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). 

Tifus abdominalis (demam typhoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut

yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih

dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran. (Suriadi & Yuliani, 2001:

281).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala

sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.

penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). 

B. Etiologi 

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.

ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid

dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid

dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama

lebih dari 1 tahun. 

C. Patofisiologi 

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui feses.  Feses dan muntah pada penderita typhoid

dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut

dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan

yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

3

Page 4: Typhoid

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang

tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan

oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang

biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel

retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan

menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan

kandung empedu.

D. Tanda dan Gejala 

Masa tunas typhoid 10 - 14 hari 

a) Nyeri kepala, lemah lesu.

1. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama tiga

minggu. Minggu pertama Pada umumnya demam berangsur naik,

terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala

demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,

obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. 

2. Pada minggu kedua gejala sudah jelas dapat berupa demam,

bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),

hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran, suhu tubuh terus

meningkat.

3. pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali

normal.

b) Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah,

lidah ditutupi selaput putih kotor, mual, tidak ada nafsu makan,

hepatomegali, spleenomegali yang disertai nyeri pada perabaan.

c) Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen).

(Suriadi, 2001 ; 283)

4

Page 5: Typhoid

E. Pencegahan

1. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat

2. Perbaikan sanitasi

3. Imunisasi

4. Mengobati karier

5. Pendidikan kesehatan masyarakat.

F. Komplikasi

1. Komplikasi intestinal

Perdarahan usus

Perforasi usus

Peritonitis

2. Komplikasi ekstra intestinal.

Kardiovaskuler: Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis,

trombosis dan tromboflebitie.

Darah: Anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom uremia hemolitik

Paru: Pneumoni, empiema, pleuritis, bronco pnemone

Hepar dan kandung empedu: Hepatitis dan kolesistitis.

Ginjal: Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.

Tulang: Osteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.

Neuropsikiatrik: Delirium, meningiemus, meningitis, polinefritis, perifer,

sindrom guillan-barre, psikosis dan sindrom katatonia.

G. Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan Laboratorium : 

1. Uji Widal 

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

5

Page 6: Typhoid

yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,

klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 

Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman). 

Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman). 

Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H

yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin

besar klien menderita typhoid. 

2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT 

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid. 

H. Penatalaksanaan 

1. Perawatan 

o Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus. 

o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi

bila ada komplikasi perdarahan. 

2. Diet 

o Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. 

o Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 

o Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim. 

o Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama

7 hari.

3. Pengobatan 

1. Klorampenikol 

2. Tiampenikol 

3. Kotrimoxazol 

6

Page 7: Typhoid

4. Amoxilin dan ampicillin

II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID 

1. Pengkajian Fokus

1. Identitas

2. Keluhan Utama

Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid?

Apakah pasien menderita penyakit lainnya?

4. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,

mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri

kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa

somnolen sampai koma.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid

atau sakit yang lainnya ?

6. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,

dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima

pada apa yang dideritanya.

7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

Pola nutrisi dan metabolisme

Pola aktifitas dan latihan

Pola tidur dan aktifitas

Pola eliminasi

Pola persepsi dan pengetahuan

8. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat,

mual, perut tidak enak, anoresia.

7

Page 8: Typhoid

Kepala dan leher

Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak mata normal,

konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak edema, pucat/ bibir

kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal

leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen

ditemukan nyeri tekan.

Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat

cuping hidung.

Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typhoid yang ditemukan tekanan darah

yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien

mengalami peningkatan suhu tubuh.

Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral

hangat.

Sistem eliminasi

Pada pasien typhoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih

pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg

BB/jam.

2. Diagnosa

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. 

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan rute normal.

3. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi.

8

Page 9: Typhoid

3. Intervensi

Diagnosa Keperwatan 1. : 

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. 

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien dapat

bebas dari kedinginan suhu tubuh kembali normal.

Criteria hasil :

Suhu tubuh normal kembali (360-370C)

Intervensi : 

Mandiri

Observasi suhu tubuh klien 

Rasional : Mengetahui perubahan suhu tubuh. 

Pantau suhu lingkungan

Rasional: Suhu lingkungan/ jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,

temporal bila terjadi panas.

Rasional: Melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah. 

Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap

keringat seperti katun 

Rasional: Menjaga kebersihan badan 

Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti pireutik 

Rasional: Menurunkan panas dengan obat.

Diagnose keperawatan 2 :

9

Page 10: Typhoid

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

rute normal.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Kekurangan volume

cairan tidak terjadi.

Criteria hasil :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intake dan output seimbang

Konsistensi urine normal (1 cc/kg BB/jam)

Turgor kulit baik

Intervensi :

Mandiri

Kaji tanda-tanda vital

Rasional: Hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukkan respon

terhadap kehilangan cairan.

Observasi terhadap turgor kulit

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi.

Ukur intake dan output

Rasional: Memberikan informasi sebagai pedoman untuk penggantian

cairan.

Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral.

Rasional: Untuk mengganti cairan yang hilang.

Diagnose keperawatan 3 :

10

Page 11: Typhoid

Resiko tinggi pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam berat badan mengalami

peningkatan atau stabil.

Criteria hasil :

Tidak ditemukan tanda-tanda malnutrisi.

Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi

Intervensi : 

Mandiri

Kaji pola nutrisi klien 

Rasional: Mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu

makan. 

Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai 

Rasional: Meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari

pemberian makan yang tidak disukai. 

Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut 

Rasional: Penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh. 

Timbang berat badan tiap hari 

Rasional: Mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan. 

Anjurkan klien makan sedikit tapi sering 

Rasional: Mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan. 

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet 

Rasional: Mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan

yang tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa Keperawatan 4 : 

11

Page 12: Typhoid

Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi yang adekuat.  

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien dapat

mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi/ proses dan perawatan

dari penyakit tersebut.

Criteria hasil :

Pengetahuan keluarga meningkat.

Memulai perubahan gaya hidup yang perlu dan ikut serta dalam aturan

perawatan.

Intervensi : 

Mandiri

Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya 

Rasional: Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya. 

Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien 

Rasional: Supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan

pencegahan penyakit typhoid. 

Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang

belum dimengerti 

Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga

pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya. 

Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat 

Rasional: Memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan

sakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Typhoid

Dr. Yatim Faisal, DTM&H, MPH, Macam-macam Penyakit Menular, dan

Cara Pencegahannya, 2007, Obor Populer, Jakarta.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita-5371-

2-babii.pdf diambil pada tanggal 20 juni 2012.

http://hanikamioji.wordpress.com/2009/04/23/askep-typhoid/diambil pada

tanggal 20 juni 2012.

http://akperlamongan.mywapblog.com/askep-typhoid.xhtmldiambil pada

tanggal 20 juni 2012.

Murwani arita, S.Kep, Perawatan Pasien Penyakit Dalam, 2009, MITRA

CENDIKIA, Yogyakarta.

Saryono, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press,

Yogyakarta.

13