ukd4pancasila umikhasanah b

16
PANCASILA DAN PARADIGMANYA DALAM ERA REFORMASI Pada masa-masa ini, pengaruh dari luar atau pengaruh budaya asing sangat kuat mempengaruhi perilaku bangsa Indonesia. Hal ini memang sudah menjadi jamur dan tidak dapat dipungkiri lagi karena banyak fakta yang dapat dilihat pada bangsa negeri ini. Kenyataannya pun dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, gambaran kita akan lebih jelas lagi apabila mengamati berbagai perilaku mulai dari masyarakat yang tidak berpendidikan hingga yang berpendidikan tinggi. Semua dapat dipastikan semakin jauh dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila. Sebagian besar bangsa ini mulai hidup dalam liberalisme Di era modern ini Pancasila hanya prinsip-prinsip Negara yang diucapkan, umumnya saat upacara bendera. Dasar tersebut seolah tak berarti dan tidak menunggu pembuktian melalui perilaku kita semua. Betapapun sederhana, Pancasila memiliki makna di tiap silanya. Sila ketuhanan yang maha esa, inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab- akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari Tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan tuhan. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka

Upload: umi-khasanah

Post on 19-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ukd4pancasila

TRANSCRIPT

PANCASILA DAN PARADIGMANYA DALAM ERA REFORMASI

Pada masa-masa ini, pengaruh dari luar atau pengaruh budaya asing sangat kuat mempengaruhi perilaku bangsa Indonesia. Hal ini memang sudah menjadi jamur dan tidak dapat dipungkiri lagi karena banyak fakta yang dapat dilihat pada bangsa negeri ini. Kenyataannya pun dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, gambaran kita akan lebih jelas lagi apabila mengamati berbagai perilaku mulai dari masyarakat yang tidak berpendidikan hingga yang berpendidikan tinggi. Semua dapat dipastikan semakin jauh dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila. Sebagian besar bangsa ini mulai hidup dalam liberalisme

Di era modern ini Pancasila hanya prinsip-prinsip Negara yang diucapkan, umumnya saat upacara bendera. Dasar tersebut seolah tak berarti dan tidak menunggu pembuktian melalui perilaku kita semua. Betapapun sederhana, Pancasila memiliki makna di tiap silanya.

Sila ketuhanan yang maha esa, inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari Tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan tuhan.Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis, terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Sila persatuan Indonesia, inti sila persatuan Indonesia yaitu hakikat dan sifat Negara dengan hakikat dan sifat-sifat satu. Kesesuaian ini meliputi sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia yang pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara merupakan suatu kesatuan yang utuh, setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Jadi Negara Indonesia ini merupakan suatu kesatuan yang mutlak tidak terbagi-bagi, merupakan suatu Negara yang mempunyai eksistensi sendiri, yang mempunyai bentuk dan susunan sendiri. Kesatuan dan persatuan Negara, bangsa dan wilayah Indonesia tersebut, membuat Negara dan bangsa indoneisa mempunyai keberadaan sendiri di antara Negara-negara lain di dunia ini.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, inti sila keempat adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan sifat-sifat dan hakikat rakyat. Dalam kaitannya dengan sila keempat ini, maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakekat rakyat, yang merupakan suatu keseluruhan penjumlahan semua warga Negara yaitu Negara Indonesia. Maka dalam penyelenggaraan Negara bukanlah terletak pada suatu orang dan semua golongan satu buat semua, semua buat satu.

Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, inti sila kelima yaitu keadilan yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia, yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri (notonegoro). Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Negara ini mungkin mulai kehilangan jati dirinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidaksaktian Pancasila, yang berarti banyak orang yang telah melupakan nilai yang terkandung di dalamnya.

Sejalan dengan hal di atas, sebagai warga Negara yang berjiwa nasionalisme patut mewujudkan apa saja yang dimaksud dalam Pancasila. Bukan hanya hapal, namun memahami, dan mengamalkannya.

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Menurut Pendapat para tokoh

a) Menurut kamus besar bahasa Indonesia

Pancasila adalah dasar Negara bangsa dan Negara Indonesia yang terdiri dari lima dasar

b) Menurut Muhammad Yamin

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi,asas,dasar, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.

c) Menurut Ir.Soekarno

Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian pancasila tidak saja falsafah Negara, tetapi luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

d) Menurut Notonegoro

Pancasila adalah dasar Negara Indonesia. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi Negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambing persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan Negara Indonesia.

Butir-butir pengamalan Pancasila

A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1.Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

5. Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1.Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2.Saling mencintai sesama manusia.

3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4.Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5.Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6.Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7.Berani membela kebenaran dan keadilan.

8.Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C. SILA PERSATUAN INDONESIA

1.Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2.Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3.Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4.Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

5.Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1.Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5.Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

6.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1.Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2.Bersikap adil.

3.Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4.Menghormati hak-hak orang lain.

5.Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6.Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7.Tidak bersifat boros.

8.Tidak bergaya hidup mewah.

9.Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.

11. Menghargai hasil karya orang lain.

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Sila pertama

Bintang

1.Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2.Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4.Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5.Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6.Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7.Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.Sila kedua

Rantai

1.Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2.Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3.Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4.Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5.Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6.Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7.Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8.Berani membela kebenaran dan keadilan.

9.Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga

Pohon Beringin

1.Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2.Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4.Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5.Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

6.Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7.Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

Kepala Banteng

1.Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2.Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5.Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

6.Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7.Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

8.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima

Padi Dan Kapas

1.Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2.Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3.Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4.Menghormati hak orang lain.

5.Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6.Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7.Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8.Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9.Suka bekerja keras.

10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Namun itu semua hanya dipandang sebagai teori zaman sejarah saja tanpa ada perilaku utnuk mengamalkannnya. Pancasila di era reformasi ini, menjadi dasar Negara dan ideologi nasioal. Oleh karenanya, elemen masyarakat dan lembaga pemerintahan harus memilki pemahaman yang sama dan pada akhirnya bangsa di negeri ini akan mempunyai persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan, dan fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.PPKI 18 Agutus 1945 telah menetapkan pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila telah mengalami banyak perkembangan. Adapun tahapan perkembangan pancasila sebagai dasar Negara yakni sebagai berikut :

a. Tahap 1945-1968 pancasila mengalami tahapan perkembangan sebagai tahap politis.

b. Tahap 1969-1994 pancasila mengalami tahapan perkembangan sebagai tahap pembangunan ekonomi

c. Tahap 1995-2020 pancasila mengalami tahap perkembangan yakni sebagai tahap repositoring pancasila.

Di era reformasi ini pancasila tidak lagi mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan dan cara berfikir masyarakat. Pengamalan pancasila pun sudah mulai ditinggalkan dalam kehidupan bangsa sehari-hari. Pencasila sudah tidak lagi seelit dan sepopuler seperti pada masa lalu. Jika dilihat dari tahapan perkembangan pancasila tahun 1995-2020 merupakan repositioning pancasila, yang berarti perlu adanya penataan ulang mengenai arti penting pancasila. Reformasi telah mengubah dan berpengaruh besar pada kehidupan bangsa secara mendasar. Sehingga perlunya paradigma untuk membangun pancasila sebagai dasar Negara dalam rangka untuk mempertahankan jati diri bangsa dan persatuan serta kesatuan nasional.

Reformasi memiliki arti, yang merupakan suatu gerakan untuk menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan lagi pada keadaan awal yang sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan oleh bangsa ini. Sehingga dengan era reformasi ini, memiliki tuntutan untuk mendasarkan kembali pada nilai-nilai dasar kehidupan yang dimilki bangsa Indonesia.

Oleh karenanya, pancasila sangat tepat untuk dihadikan suatu paradigma, acuan, tolok ukur, dan kerangka gerakan reformasi di Indonesia. Pancasila sebagai paradigma reformasi, yakni memberi arti bahwasannya pancasila harus diletakkan dalam kerangka perspektif sebagai landasan sekaligus sebagai cita-cita. Tanpa adanya landasan dasar Negara yang ditanamkan dengan baik kepada bangsa ini, maka reformasi bisa menjadi suatu gerakan yang anarki dan dapat memicu terjadinya kerusuhan atau kehancuran pada bangsa di negeri ini.Reformasi dengan paradigma pancasila yakni, reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yankni gerakan reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik sebagai manusia makhluk tuhan. Sehingga penataan ulang kembali nilai-nilai yang melenceng dari moral dan nilai-nilai ideal yang dicitakan oleh bangsa ini tidak menyimpang dari nilai-nilai yang terkait dengan aspek ketuhanan.

Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya bahwa gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur dan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Dengan paradigma seperti ini, diharapakan tidak ada penyalah gunaan dalam pelaksanaan HAM di negeri ini. Sehingga antara elemen masyarakat dan pemerintah saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta dapat menjunjung tinggi hak hidup, hak berpendidikan, hak beragama, dan hak lainnya dalam kehidupan sehari-hari.Reformasi yang berlandaskan pada nilai persatuan mempunyai arti bahwa gerakan reformasi harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan. Sehingga dengan paradigma seperti ini, bangsa Indonesia tidak akan mengalami perpecahan seperti sekarang. Hal ini dapat diamati pada daerah perbatasan yang mulai meninggalkan negeri ini dan lebih memilih untuk bersatu dengan Negara tetangga karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain itu sudah banyak tradisi dan budaya negeri ini yang diadopsi ataupun dicaplok oleh Negara asing atau Negara tetangga yang dekat dengan daerah perbatasan. Sehingga jika paradigma reformasi yang berlandaskan akan nilai persatuan dan kesatuan dibangun dengan baik, maka tidak akan terjadi hal yang ironis seperti ini.Sedangkan reformasi yang berlandaskan pada asas kerakyatan, yakni mempunyai arti bahwasannya gerakan reformasi mempunyai tujuan untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis yakni rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Dengan kata lain seluruh penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan. Sehingga dengan adanya pemilu secara langsung hal ini sudah menjadi pendukung bahwa reformasi yang berlandaskan dengan asas kerakyatan sudah terwujud dengan baik karena aspirasi rakyat yang dijadikan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

Kemudian reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mempunyai arti bahwa gerakan reformasi harus mempunyai visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Jika di negeri ini tidak ada keadilan dari semua pihak maka kehancuran akan dekat dengan negeri ini. Terutama pada elemen pemerintah dalam menyelenggarakan hukum harus bisa adil sehingga tidak menimbulkan kericuhan dari masyarakat umum.Di era reformasi ini, selain pancaila sebagai paradigma reformasi, pancasila juga dapat dijadikan paradigma untuk membangun kesejahteraan Negara Indonesia. Pancasila dapat dijadikan sebagai paradigma ketatanegaraan yang mempunyai makna bahwasannya pancasila kerangka berfikir atau pola pikir bangsa Indonesia. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan, hal ini menerangkan bahwa hukum-hukum yang dijadikan sebagai landasan Negara tidak boleh bertentangan dengan pancasila, selain itu setiap perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah harus berdasarkan hukum baik yang tertulis maupun tidak.Sedangkan pancasila sabagai paradigma pembangunan nasional di bidang sosial politik, yakni mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung pada setiap butir-butir pancasila merupakan wujud cita-cita Indonesia merdeka. Dengan adanya paradigma seperti ini, maka seharusnya keadilan dapat diterapkan pada dunia politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari dan pemeritah juga harus mementingkan kepentingan rakyat atau demokrasi dalam pemngambilan suara untuk kepentingan Negara. Selain itu, semua nilai-nilai keadilan, kejujuran harus bersumber pada nilai ketuhanan yang maha esa.Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional di bidang ekonomi, yakni pancasila mengandung pengertian bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan. Sehingga pada akhirnya ekonomi di Indonesia dapat berkembang dengan baik dan tidak hanya bergantung pada Negara asing saja.

Sedangkan pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan yakni mempunyai arti bahwa pancasila perlu difahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis.

Pada aspek ontologis, hakikat ilmu pengetahuan untuk aktivitas manusia tidak akan pernah berhenti untuk berkembang demi mencari kebenaran dan kenyataan.

Kemudian pada aspek epistimologi, memiliki arti bahwa setiap nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dijadikan masyarakat bangsa ini dan pemerintahya juga untuk metode berpikir. Nilai-nilai yang ada di dalam pancasila dijadikan dasar dan arah didalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila meruakan tolok ukur kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang akan dicapai.

Aspek aksiologi menjelaskan bahwa dengan menggunakan pancasila sebagai paradigma merupakan suatu keharusan bahwa pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya harus dipahami secara baik dan benar, karena pada dasarnya pancasila yang dijadikan sebagai dasar bagi pemahaman ilmu pengetahuan pada aspek ontologis, epistImology, dan aksiologi. Dengan paradigma-paradigma tersebut, maka seharusnya pancasila dapat diamalkan setiap nilai-nilai yang terkandung didalamnya pada era reformasi ini. Sehingga perjuangan para pahlawan dan politisi zaman dahulu tidak sia-sia dalam memperjuangan pancasila yang dijadikan sebagai landasan atau dasar Negara bangsa Indonesia.