verisca dena fitria-feb
DESCRIPTION
jurnal penelitian pajakTRANSCRIPT
-
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
VERISCA DENA FITRIA
206082004013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010 M
-
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT)
(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Selatan)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
VERISCA DENA FITRIA
NIM. 206082004013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
Prof.Dr.Ahmad Rodoni Atiqah, SE.,Ms.Ak
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19820120 200912 2004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010 M
-
Hari ini Senin Tanggal 16 Agustus tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul
skripsi Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan
Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat
Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan).
Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE.,MM Yusro Rahma,SE,Msi Ketua Sekretaris Prof.Dr.Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
-
Hari ini Senin Tanggal 17 September tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul
skripsi Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan,
Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Menyampaikan Surat Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor
Pelayanan Pajak Jakarta Selatan). Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Atiqah, SE. Ms. Ak
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamza, MM Rahmawati, SE., MM
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Verisca Dena Fitria
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 21 April 1988
Agama : Islam
Telepon : 08988756245
Alamat : Jl. Raya Curug Sawangan RT 02/09 No.10
Sawangan-Depok
PENDIDIKAN 1994-2000 SDN Kedaung Bapennas
2000-2003 SLTP Negeri 1 Pamulang
2003-2006 SMA Negeri 1 Pamulang
2006-2010 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
-
ABSTRACT
The purpose of this research are to analyze the influence of tax knowledge,
quality of servicing, audit and awareness towards taxpayer compliance of annual SPT reporting. The sample of this research come from of 80 correspondences who are all registered as tax payers in South Jakarta Tax Services Office.
Data collected trough questionnaires are processed and analyze by using multiple regression. The method of sampling using probability sampling. The test for quality are using validity of test to use is Corrected Item Total and reliability test of the research to use is Cronbach alpha. For hypothesis, we are using F test and t test.
Test results show that there is significant influence tax knowledge, services quality, audit and awareness have a influence on tax payer compliance of annual SPT and taxpayer awareness was the dominant that influence taxpayer compliance of annual SPT reporting.
Key words: The tax knowledge, quality of servicing, audit, and awareness,
compliance, annual SPT
-
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 80 responden yang merupakan Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Jakrta Selatan.
Hasil dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diproses dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah yang digunakan probability sampling. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji validitas menggunakan Corrected Item Total dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan F dan uji t.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan dan kesadaran Wajib Pajak merupakan yang dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Kata kunci: Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, kesadaran,
kepatuhan, SPT
-
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia tak terhingga, shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya
kebenaran, yang diutus sebagai rahmatan lilalamin sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan
berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tidak
terhingga, yang telah memberikan doa tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih
sayang serta dukungan moril dan materiil kepada penulis agar tetap semangat.
Untuk adik-adikku tersayang (Bill dan Edwar ) yang telah memberikan doa,
semangat buat kaka. Kaka sayang kalian semua.
2. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Atiqah, SE., Ms. Ak, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
-
7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
8. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah.
9. Sahabat-sahabatku tersayang yang banyak memberikan waktu untukku
berbagi, memberikan keceriaan, doa, dukungan, dan semangat buat aku.
Semoga langkah kita selalu mendapat ridho Allah SWT dan semoga cita-cita
kita tercapai. Amin.
10. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2006 terima kasih banyak untuk
semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita
semua. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, September 2010
Verisca Dena Fitria
-
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... i
Abstract ......................................................................................................... ii
Abstrak .......................................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Daftar Isi ....................................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................................. ix
Daftar Gambar ............................................................................................... x
Daftar Lampiran ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................ ........................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pajak ............................................... 14
1. Definisi Pajak ...................................................................... 14
2. Fungsi Pajak ........................................................................ 16
3. Teori Asas Pemungutan Pajak ............................................ 16
4. Sistem Pemungutan Pajak ................................................... 17
5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ........................................ 18
B. Pengetahuan Perpajakan .......................................................... 20
C. Kualitas Pelayanan Pajak ......................................................... 21
D. Pemeriksaan Pajak ................................................................... 24
1. Definisi Pemeriksaan .......................................................... 24
2. Tujuan Pemeriksaan ............................................................ 24
3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan ................ 26
-
4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila
Dilakukan Pemeriksaan ....................................................... 27
5. Jenis-Jenis Pemeriksaan ...................................................... 29
E. Kesadaran Wajib Pajak ............................................................ 30
F. Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................... 31
1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak ......................................... 31
2. Faktor-faktor yang Menentukan Tinggi
Rendah Kepatuhan .............................................................. 33
3. Kriteria Wajib Pajak Patuh.................................................. 34
G. Surat Pemberitahuan (SPT) ..................................................... 35
1. Dasar Hukum ...................................................................... 35
2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) ................................... 36
3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ..................................... 36
4. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan (SPT) ............................... 37
5. Langkah-langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37
6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) .......................... 38
7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) .. 38
8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) .......................................................... 39
H. Penelitian-penelitian Sebelumnya ............................................ 39
I. Keterkaitan Antarvariabel ........................................................ 45
J. Kerangka Pemikiran ................................................................ 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 53
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 54
D. Metode Analisis Data ............................................................... 55
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 59
-
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 65
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 65
B. Karakteristik Responden .......................................................... 66
1. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ................. 66
2. Deskripsi responden berdasarkan jenjang pendidikan ........ 67
3. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan ....................... 67
C. Uji Kualitas Data ..................................................................... 68
1. Uji Validitas ........................................................................ 68
2. Uji Reliabilitas .................................................................... 69
D. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 72
1. Uji Multikolinearitas ........................................................... 72
2. Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 73
3. Uji Normalitas ..................................................................... 74
E. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................... 76
1. Uji Koefisien Determinasi................................................... 79
2. Uji F ................................................................................... 80
3. Uji t ................................................................................... 82
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 89
B. Implikasi .................................................................................. 90
C. Saran ........................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 92
LAMPIRAN ................................................................................................. 95
-
DAFTAR TABEL
Tabel.2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 42
Tabel.3.1. Tingkat Penilaian Jawaban...................................................... 55
Tabel.3.2. Operasional Variabel............................................................... 63
Tabel.4.1. Data Distribusi Sampel Penelitian .......................................... 65
Tabel.4.2. Data Sampel Penelitian ........................................................... 66
Tabel.4.3. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 66
Tabel.4.4. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67
Tabel.4.5. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ......... 67
Tabel.4.6. Hasil Uji Validitas ................................................................... 69
Tabel.4.7. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Pajak................................ 70
Tabel.4.8. Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Pajak ..................... 70
Tabel.4.9. Hasil Uji Reliabilitas Pemeriksaan Pajak................................ 71
Tabel.4.10. Hasil Uji Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak ........................ 71
Tabel.4.11. Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ........................ 72
Tabel.4.12. Uji Multikolinearitas ............................................................... 73
Tabel.4.13. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ................................. 76
Tabel.4.14. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 79
Tabel.4.15. Hasil Uji F Statistik ................................................................. 80
Tabel.4.16. Hasil Uji t Statistik .................................................................. 83
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar.2.1. Model Penelitian ...................................................................... 52
Gambar.4.1. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 74
Gambar.4.2. Uji Normalitas .......................................................................... 75
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner .............................................................................. 96
Lampiran 2 Jawaban Pertanyaan Jenis Kelamin ...................................... 99
Lampiran 3 Jawaban Pertanyaan Jenjang Pendidikan .............................. 100
Lampiran 4 Jawaban Pertanyaan Pekerjaan ............................................. 101
Lampiran 5 Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ...................... 102
Lampiran 6 Jawaban Pertanyaan Kualitas Pelayanan .............................. 105
Lampiran 7 Jawaban Pertanyaan Pemeriksaan ......................................... 108
Lampiran 8 Jawaban Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak ........................ 111
Lampiran 9 Jawaban Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak ....................... 114
Lampiran 10 Karakteristik Responden ....................................................... 117
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ... 118
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan 120
Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kualitas Pelayanan ........... 121
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas Pelayanan ...... 123
Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pemeriksaan ..................... 124
Lampiran 16 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemeriksaan ................. 126
Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak .... 127
Lampiran 18 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak . 129
Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak .... 130
Lampiran 20 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak . 132
Lampiran 21 Hasil Regresi Linier Berganda ............................................. 133
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang
kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum
merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh
rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga
keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai. Bagi
penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia
diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk
beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status
sosial yang tinggi termasuk orang-orang kaya, dapat membebaskan diri dari
kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum, dengan cara
membayar ganti rugi ini ditetapkan sesuai dengan jumlah uang yang
diperlukan untuk membayar orang lain melakukan pekerjaan itu, yang
seharusnya dilakukan sendiri. Dengan bertambahnya tugas-tugas negara, maka
negara akan memerlukan biaya yang cukup besar. Pembayaran pajak yang
sebelumnya bersifat sukarela berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan
secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat
dipaksakan (Suandy, 2006: 2).
-
Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran
aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai
pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam peraturan
perundang-undang yang berlaku (Judisseno: 2002). Upaya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangat penting, karena
kondisi keuangan negara tidak lagi berasal dari penerimaan negara berupa
minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai
penerimaan terbesar negara.
Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system
menjadi self assessment system. Perubahan sistem pemungutan pajak dari
official assessment menjadi self assessment merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan
pembangunan dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak, karena
penerimaan dari migas tidak dapat diandalkan lagi, sementara sumber dana
dalam negeri hanya sebagai pelengkap. Official assessment system merupakan
sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada aparat pajak untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Sedangkan self
assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
dan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan pajak terutang yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak.
-
Pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak dapat dituangkan dalam
bentuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) pada setiap akhir masa pajak dan
melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam masa batas waktu
yang telah ditentukan (Indra Kusumawati, 2005: 101). Dengan menetapkan
self assessment system dapat diharapkan meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak
untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi
kepercayaan oleh aparat pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Sebagai konsekuensinya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk
melakukan salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib
Pajak tersebut melalui pemeriksaan pajak. Sedangkan kelemahan self
assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk
menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam
praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau sering
disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak patuh, dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat
sehingga membuat Wajib Pajak sulit untuk melaksanakan kewajiban
membayar pajak. Rendahnya kepatuhan Wajib Pajak ini dapat terlihat dari
kecilnya jumlah masyarakat yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunannya (Indra Kusumawati, 2005: 102).
-
Dalam self assessment, Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana
yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan penghitungan atas pajak
terutangnya, kemudian melaporkannya dengan benar semua hal tentang Wajib
Pajak mulai dari identitas, kegiatan usaha sampai jumlah harta yang semuanya
berkaitan dengan perpajakan. Wajib Pajak juga menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT) ini sebagai dasar atau bukti bahwa Wajib Pajak tersebut
telah melakukan kewajiban perpajakannya. Jadi, tidak berlebihan jika
perhatian secara penuh diberikan pada penyempurnaan SPT baik dalam
masalah bentuk, isi, dan susunannya, sehingga Surat Pemberitahuan (SPT)
merupakan sarana yang tepat bagi tercapainya tujuan perpajakan.
Melihat kondisi perpajakan Indonesia yang memiliki tingkat kepatuhan
pajak yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain maka
dari itu dibutuhkan strategi sehingga munculnya kepatuhan Wajib Pajak, jika
hal tersebut terjadi, maka akan meningkatkan jumlah penerimaan negara dari
sektor pajak. Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan bahwa Wajib
Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi,
peringatan, ataupun ancaman (Gunadi, 2005: 4).
Beberapa daerah ternyata kepatuhan Wajib Pajak masih rendah. Di
Medan kepatuhan hanya 38,5 persen dibanding Wajib Pajak terdaftar yang
berjumlah 61.761. Menurut pejabat yang berwenang rendahnya kepatuhan
Wajib Pajak antara lain karena masih rendahnya pemahaman mereka tentang
pajak (Berita Sore, 2009). Sedangkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak di
-
Provinsi Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat masih sangat rendah, yang
mengakibatkan intensifikasi pemungutan pajak di kawasan ini belum optimal.
Data menunjukkan dari 225.000 lebih Wajib Pajak orang perorang, hanya 10
persen yang menyerahkan Surat Pemberitahun Pajak Terhutang (SPPT).
Sedangkan Wajib Pajak badan hanya 32,23 persen dari 15.700 Wajib Pajak
lebih yang terdaftar yang sudah menyerahkan SPPT (Berita Daerah, 2009).
Melalui berbagai sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak maka
Pemerintah berusaha meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan tentu saja
meningkatkan Wajib Pajak yang ada saat ini menjadi Wajib Pajak yang patuh.
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran
administrasi perpajakan, misalnya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan
melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam (Chaizi Nasucha, 2009).
Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena
pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak. Wajib Pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang
diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai
pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali
Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Faktor pengetahuan sangat penting dalam
membantu Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, khususnya pengetahuan
tentang pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih
dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Apabila Wajib Pajak
tidak memiliki dasar pengetahuan perpajakan, maka Wajib Pajak akan
mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi Surat Pemberitahuan
-
(SPT) dan menyetor pajaknya. Wajib Pajak yang tidak mengetahui tentang
pengetahuan pajak akan mengalami kesulitan tentang berapa jumlah pajak
yang seharusnya ia bayarkan.
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang perpajakan juga sering
dituding sebagai latar belakang penyebab Wajib Pajak tidak memenuhi
kewajibannya. Memang, banyak Wajib Pajak yang belum memahami benar
tata cara perpajakan dan self assessment system yang menyebabkan mereka
banyak menggunakan jasa pihak ketiga dalam pengisian Surat Pemberitahuan
(SPT). Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagian Wajib Pajak di
Indonesia adalah orang-orang menengah ke atas yang berpenghasilan tinggi,
berpendidikan tinggi dan seharusnya sudah memiliki pemahaman yang baik
tetapi kesadaran dan kepatuhan mereka untuk membayar pajak juga masih
tergolong lemah. Pemerintah juga tidak dapat menyalahkan masyarakat atas
kesulitan pemasukan yang dialami tanpa melihat pada sistem yang terjadi pada
tubuh pemerintah itu sendiri.
Sulitnya prosedur yang ditempuh oleh setiap masyarakat yang ingin
mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya
juga menjadi kendala masyarakat untuk sadar dan patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini pihak Direktorat Jenderal Pajak
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang menangani Wajib Pajak secara
langsung harus benar-benar kreatif dan bekerja keras.
Selain itu untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar
pajak penghasilan, Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan program yaitu
-
peningkatan pelayanan yang meliputi segala jenis pelayanan yang
berhubungan dengan pemenuhan kewajiban maupun hak Wajib Pajak di
bidang perpajakan seperti penerbitan atau pencabutan Nomor Pokok Wajib
Pajak, melayani dalam mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT). Pelayanan yang diberikan aparat pajak kepada Wajib Pajak diharapkan
dapat menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga setiap Wajib Pajak yang
mengambil, mengisi dengan benar, lengkap, jelas, menandatangani dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak
dengan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah
ditetapkan (Erly Suandy, 2006: 163).
Self Assessment System dalam peraturan perundang-undangan pajak di
Indonesia yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun
1983 sangat berpengaruh bagi Wajib Pajak, dikarenakan Wajib Pajak diberi
kepercayan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah
pajak yang seharusnya terutang sehingga hal ini mengharuskan Wajib Pajak
untuk siap menghadapi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan, yakni
dalam menghadapi pemeriksaan pajak. Aparat pajak melakukan kegiatan
penegakan hukum yang terdiri dari pemeriksaan pajak, penyidikan pajak, dan
penagihan pajak (John Hutagaol, 2006). Pemeriksaan pajak adalah salah satu
bentuk upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan pengawasan
terhadap Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak merupakan instrumen untuk
menentukan kepatuhan baik formal maupun materiil yang tujuannya untuk
-
menjaga dan meningkatkan tax compliance seorang Wajib Pajak. Selain itu,
penegakan hukum di bidang perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh
pejabat terkait untuk menjamin agar Wajib Pajak dan calon Wajib Pajak
memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang relevan serta
membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang diterapkan
juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sanksi perpajakan merupakan
jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan
dipatuhi (Mardiasmo, 2008: 57).
Pentingnya pengetahuan tentang pajak akan menimbulkan kesadaran
pajak (tax consiousness). Hal ini terutama melalui jalur pendidikan yang
terencana dengan baik dimulai sejak usia dini hingga generasi muda
mendatang sehingga mereka mempunyai pengetahuan pajak yang baik.
Kesadaran perpajakan timbul dari dalam diri Wajib Pajak sendiri, tanpa
dilakukannya pemeriksaan. Tetapi dalam kenyataannya tidak sedikit
masyarakat yang belum sadar akan kewajiban perpajakannya dari segi hal
melakukan pendaftaran Wajib Pajak sampai ke pembayaran pajak terutang.
Hal ini disebabkan, ada pandangan perpajakan selama ini, antara lain aturan
perpajakannya belum mudah dimengerti oleh masyarakat, rendahnya
pendidikan sebagian masyarakat, kurang ramahnya petugas perpajakan dalam
menjalankan tugasnya, kurangnya sosialisasi peraturan yang dilakukan dari
pihak masyarakat, aparat pajak sampai kepada sistem perpajakan dan rumitnya
-
prosedur yang ditempuh oleh masyarakat yang ingin mendaftarkan,
menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya. Selain itu,
masyarakat masih menganggap pajak sebagai beban dan bersifat paksaan,
tidak sebagai bentuk pengabdian dan kewajiban masyarakat. Untuk itu
kesadaran pajak yang dipupuk terus menerus akan menimbulkan kepatuhan
Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Jadi, semakin
tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak, semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan penerimaan pajak dan keberhasilan perpajakan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dominicus Doli dan M.
Khoiru Rusydi (2008) yaitu melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
untuk Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang
Selatan. Penelitian ini menguji apakah tingkat pengetahuan Wajib Pajak,
sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan
tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan berpengaruh pada kepatuhan Wajib
Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lili Fadilah (2008) yaitu
melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi
Utara. Penelitian ini ingin menguji apakah pemeriksaan yang terdiri dari dari
variabel independen yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan laporan
pemeriksaan pajak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak.
-
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati
(2008) yaitu melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan
persepsi Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Sidoarjo. Penelitian ini ingin menguji apakah pengetahuan pajak dan
persepsi Wajib Pajak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya
hanya menguji secara terpisah antara pengetahuan perpajakan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak (Dominicus Doli dan M. Khoiru Rusydi, 2008).
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati yang
menguji pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak sedangkan penelitian
yang menguji pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dilakukan (Lili Fadilah, 2008). Penelitian ini juga dilakukan ditempat yang
berbeda, Dominicus Doli dan M.Khoiru Rusydi melakukan penelitian di KPP
Pratama Malang Selatan, Lili Fadilah melakukan penelitian di KPP Pratama
Bekasi Utara sedangkan Supriyati dan Nur Hidayati melakukan penelitian di
KPP Sidoarjo. Dalam penelitian ini, penulis menambahkan satu variabel bebas
(kualitas pelayanan), menggunakan sampel Wajib Pajak orang pribadi yang
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
-
Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh pengetahuan perpajakan,
kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib
Pajak yang belum diketahui secara pasti sehingga penelitian ini berjudul,
Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan
dan Kesadaran terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT) (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan
Pajak di Jakarta Selatan).
-
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan
kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)?
2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempunyai pengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas
pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
b. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan dalam
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT).
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak
Sebagai bahan pertimbangan Direktorat Jenderal Pajak dan
khususnya kantor Pelayanan Pajak dalam rangka untuk melakukan
perbaikan yang berkenaan dengan pelayanan dan pemeriksaan
perpajakan.
-
b. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan penulis
dalam dunia perpajakan pada umumnya dan segala prosedur yang
terkait masalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT).
c. Bagi Pihak lain
Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bahan masukan atau media informasi bagi mereka
yang memerlukannya.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pajak
1. Definisi Pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari Wajib
Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan
tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
Menurut Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.Santoso
Brotodiharjo dalam Waluyo (2006: 2) berpendapat bahwa:
Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat kontraprestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas-tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi (2009: 1) menyatakan
bahwa:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Lhia (2008) berpendapat bahwa:
Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh para Wajib Pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa (kontraprestasi) yang secara langsung diterima oleh pembayar (Wajib Pajak).
-
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan
sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan
untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan
bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga
menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi aparat pajak sebagai
pengumpul pajak maupun Wajib Pajak sebagai pembayar pajak.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
d. Tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari
pemerintah.
e. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
f. Pajak diperuntukkan sebagai pencapaian tujuan pembangunan yang
dapat memberikan kesejahteraan masyarakat.
-
2. Fungsi Pajak
Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) sebagaimana telah diketahui ciri-
ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat
adanya dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-
banyaknya sesuai dengan undang-undang berlaku yang pada waktunya
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dan apabila
terdapat sisa akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk
investasi pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang letaknya di luar bidang keuangan, misalnya bidang sosial dan
ekonomi.
3. Teori Asas Pemungutan Pajak
Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) asas pemungutan pajak dapat
dibagi dalam yaitu:
a. Teori Asuransi
Teori asuransi diartikan dengan suatu kepentingan masyarakat yang
harus dilindungi oleh negara. Masyarakat seakan mempertanggungkan
keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara. Dengan adanya
kepentingan dari masyarakat harus membayar premi kepada negara.
-
b. Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan sebagai negara yang melindungi
kepentingan harta benda dan jiwa warga negara dengan memperhatikan
pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduknya.
c. Teori Gaya Pikul
Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang
diberikan oleh negara kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa
dan harta sehingga wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh
negara tersebut dipikulkan kepada yang menikmatinya.
d. Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Negara
mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara
mempunyai kewajiban membayar pajak sebagai tanda baktinya kepada
negara.
e. Teori Gaya Beli
Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan kepada
negara dimaksudkan untuk memelihara masyarakat dalam negara yang
bersangkutan.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Tony Marsyahrul (2005), dalam memungut pajak dikenal
beberapa sistem pemungutan, yaitu: self assessment system, official
assessment system, withholding system.
-
a. Self Assessment System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang Wajib Pajak menentukan
sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan. Dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak diletakkan
kepada aktivitas masyarakat sendiri, yang Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang.
b. Official Assessment System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang.
c. Withholding System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang perhitungan besarnya pajak
terutang oleh Wajib Pajak dilakukan oleh pihak ketiga.
5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu (Siti Resmi, 2009: 21)
1) Hak Wajib Pajak
Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kerahasiaan atas
seluruh informasi yang telah disampaikan pada Direktorat Jenderal Pajak
-
dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Berkaitan dengan
pembayaran pajak terutang, Wajib Pajak berhak memperoleh:
a. Hak untuk mendapat pembinaan dan pengarahan dari fiskus.
b. Menerima tanda bukti penerimaan SPT Tahunan.
c. Hak untuk membenarkan Surat Pemberitahuan (SPT).
d. Memperoleh Surat Ketetapan Pajak Pengusaha Kena Pajak.
e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dan kepastian atas permohonan tersebut.
f. Hak untuk mengajukan keberatan.
g. Hak untuk mengajukan banding.
h.Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.
i. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia Wajib Pajak.
j. Hak mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
k. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
l. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda
pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.
2) Kewajiban Wajib Pajak
Sesuai dengan self assessment system, Wajib Pajak mempunyai
kewajiban yaitu:
a. Melaksanakan pendaftaran diri atau melaporkan usahanya untuk
memperoleh NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak.
b. Mengambil sendiri formulir SPT dan formulir perpajakan lainnya
ditempat yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
-
c. Mengisi dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatangani sendiri
serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
d. Membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas negara atau di
tempat lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.
e. Kewajiban membuat pembukuan dan pencatatan.
f. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
B. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa
percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
-
bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan tentang pajak, seharusnya
dapat menyadari bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sebagai pencapaian
tujuan pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan rakyat.
Selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut diimplementasikan terhadap
suatu sikap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Tingkat
pengetahuan yang dimiliki masyarakat dapat dimulai dari pemahaman
terhadap pemahaman terhadap peraturan serta kebijakan perpajakan,
pemahaman dalam menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
pemahaman akan kewajiban dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT), serta pemahaman akan adanya sanksi pajak dalam hal keterlambatan
atau kealpaan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
C. Kualitas Pelayanan Pajak
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak
yang menginginkannya. Arti kualitas tidak hanya memuaskan pelanggan,
tetapi menyenangkan pelanggan, memberikan inovasi dan membuat pelanggan
menjadi kreatif. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian pemberian
fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang
dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai.
-
Menurut Amin Ibrahim (2008) berpendapat bahwa:
Pelayanan adalah pendekatan yang lengkap yang menghasilkan kualitas pelayanan bagi masyarakat atau pelanggan. Pelayanan merupakan penggerak utama bagi operasional kegiatan bisnis dan ini memegang peranan yang sangat penting.
Pada hakikatnya semua karyawan jajaran Direktorat Jenderal Pajak
yang bertugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah untuk melayani
masyarakat dalam perpajakan, sudah saatnya diberikan dasar-dasar
pengetahuan tentang publik relation, sehingga setiap kesempatan yang
berhubungan dengan Wajib Pajak mereka mampu menjadi petugas yang baik
dan mampu membangun citra positif Direktorat Jenderal Pajak.
Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya
manusia dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima
kepada masyarakat akan terpenuhi apabila sumber daya manusia
melaksanakan tugasnya secara profesional. Sehingga Wajib Pajak akan
merasa puas atas pelayanan yang diberikan dan cenderung Wajib Pajak akan
melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibentuk dengan sederhana, mudah
dipahami oleh Wajib Pajak, maka pelayanan atas hak dan kewajiban Wajib
Pajak akan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem
informasi dan kualitas yang handal akan menghasilkan pelayanan perpajakan
yang semakin baik (Suryadi, 2006: 108).
-
Hardi Irawan (2002: 35-39) dalam Susilawati (2006), mengemukakan 5
(lima) unsur kualitas pelayanan yaitu:
a. Berwujud (tangible)
Berwujud (tangible) adalah seluruh bentuk penampilan fisik dari
pemberi pelayanan meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi.
b. Keandalan (realibility)
Keandalan (realibility) adalah kemampuan Kantor Pelayanan Pajak
dalam memberikan yang dijanjikan.
c. Ketanggapan (responsiveness)
Ketanggapan (responsiveness) adalah seberapa cepat tanggap Kantor
Pelayanan Pajak terhadap suatu persoalan yang timbul pada Wajib Pajak
dimana keinginan para staf untuk membantu para Wajib Pajak dan
memberikan pelayanan dengan baik.
d. Asuransi (assurance)
Asuransi (assurance) adalah jaminan yang diberikan Kantor Pelayanan
Pajak kepada Wajib Pajak pada saat mempergunakan pelayanan tersebut,
jaminan tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
kejujuran yang dimiliki para staf.
e. Empati (empathy)
Empati (empathy) adalah sejauh mana Kantor Pelayanan Pajak ada di
dalam hati Wajib Pajak. Empati tersebut dapat berupa, kemudahan
-
dalam melakukan hubungan yang baik, perhatian dan memahami
kebutuhan Wajib Pajak.
D. Pemeriksaan Pajak
1. Definisi Pemeriksaan
Pasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007. Pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209).
2. Tujuan Pemeriksaan
Menurut Nur Hidayat (2002: 1), tujuan pemeriksaan sebagai penguji
tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah hal yang seharusnya, tetapi perilaku
pemeriksa yang melampaui batas akan tetap mempertahankan citra
pemeriksaan.
Pemeriksaan pajak yang dilakukan Pemeriksaan Pajak Direktorat
Jenderal Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
-
Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT)
Wajib Pajak bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti permulaan
tindak pidana dibidang perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan.
Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti yang
disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007
tanggal 28 Desember 2000, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam
rangka:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
b. Penghapusan Nomor Pokok wajib Pajak.
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
f. Pencocokan data dan atau alat keterangan.
g. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
h. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
-
3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan
Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burthon (2008: 4), ruang
lingkup pemeriksaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan atas suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya dan untuk
tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak. Pemeriksaan lapangan
dilaksanakan dengan cara pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan
sederhana. Undang-undang maupun Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 545/KMK.04/2000 yang mengatur mengenai Tata Cara
Pemeriksaan tidak memberikan batasan apa yang dimaksud dengan
pemeriksaan lengkap maupun pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan
lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat Wajib Pajak
meliputi seluruh jenis pajak, dan atau tujuan lain baik tahun berjalan atau
tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-
teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada
umumnya. Sedangkan pemeriksaan sederhana adalah pemeriksaan yang
dilakukan ditempat Wajib Pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan atau
tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang
dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot
dan kedalaman yang sederhana.
-
b. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan kantor dilakukan atas suatu jenis pajak tertentu baik tahun
berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan ini hanya dapat dilaksanakan
dengan pemeriksaan sederhana.
Dari perbedaan ruang lingkup pemeriksaan di atas berpengaruh pada
jangka waktu penyelesaiannya. Untuk pemeriksaan lengkap harus
diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang
paling lama 8 (delapan) bulan. Untuk pemeriksaan sederhana harus
diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang
paling lama 2 (dua) bulan. Sedangkan pemeriksaan kantor yang dilakukan
secara sederhana harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu
dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) minggu.
4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Menurut Pardiat (2008: 2) adanya hak dan kewajiban Wajib Pajak
apabila dilakukan pemeriksaan yaitu:
a. Hak-hak Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:
1) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda
pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.
2) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan
pemeriksaan lapangan.
-
3) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.
4) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat
tugas apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan.
5) Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.
6) Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak
dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.
b. Kewajiban Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:
1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas Wajib Pajak.
3) Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan
memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan.
5) Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
-
5. Jenis-Jenis Pemeriksaan
Menurut Erly Suandy (2008: 4), jenis-jenis pemeriksaan terdiri dari
yaitu:
a. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan
terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib
Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan atau keterangan yang
secara khusus berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi
Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap cabang perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak
domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah kerja unit Pelaksana
Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili.
-
e. Pemeriksaan Tahun Berjalan
Pemeriksaan tahun berjalan adalah pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
yang dilakukan dalam tahun berjalan utnuk jenis-jenis pajak tertentu dan
untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.
E. Kesadaran Wajib Pajak
Dalam psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan
individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya
terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan
pikiran. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan,
pendapat, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.
Menurut Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan
kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan
pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang
terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya.
Berbicara mengenai sadar dan kesadaran yang dikaitkan dengan
masyarakat adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan
merasa ingin tahu, ingat kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat keadaan
dirinya. Kesadaran dapat disebut juga yaitu kesadaran yang timbul dari diri
manusia, yang timbul dari kesadaran moral yang merupakan sikap batin yang
tumbuh dari rasa tanggung jawab (Fanie Oktaliana, 2009: 18).
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak ada
beberapa pemahaman yang harus disosialisasikan kepada masyarakat lewat
-
kampanye sadar akan pajak dalam berbagai bentuknya seperti seminar,
diskusi, simulasi, dan aktivitas lainnya yaitu:
a. Perlunya keteladanan
Pemerintah mampu memberikan teladan dan diikuti tokoh-tokoh dan
publik figurnya, maka masyarakat pun menyadari bahwa pentingya untuk
membayar pajak untuk masa depan negaranya. Tetapi, jika pemerintah
menunjukkan hal yang tidak baik dengan memperlihatkan keingkarannya
terhadap kewajiban pajak, maka hal ini akan menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap perpajakan.
b. Kemudahan sistem pembayaran
Adanya upaya pemerintah khususnya Direktur Jenderal Pajak untuk
memberikan kemudahan dari sistem pembayaran pajak yang lebih efektif
dan efisien agar memberikan kemudahan bagi masyarakat dan Wajib Pajak
dari awal pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sampai
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT).
F. Kepatuhan Wajib Pajak
1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan perpajakan menurut Gunadi (2005: 4) dapat didefinisikan
merupakan suatu keadaan bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk
memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi, peringatan, ataupun ancaman.
-
Menurut Menurut Safri Nurmantu (2009) ada 2 (dua) macam
kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan materiil.
a. Kepatuhan formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk
kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya
menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT)
PPh tersebut sudah benar atau belum dan hal yang terpenting SPT PPh
sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.
b. Kepatuhan Materiil
Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain
memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk
kewajiban perpajakan terutama memenuhi hakekat kewajiban
perpajakannya. Di sini Wajib Pajak yang bersangkutan, selain
memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan
kebenaran yang sesungguhnya dari isi SPT PPh tersebut.
Menurut Chaizi Nasucha (2004: 10) kepatuhan Wajib Pajak dapat
didefinisikan dari:
a. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.
b. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang.
c. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.
d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
-
2. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan
Menurut Safri Nurmantu (2009) ada beberapa faktor yang menentukan
tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan yaitu:
a. Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan Perpajakan
Makin jelas undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan
makin mudah bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya. Makin sulit aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi
terdapat ketidakpastian dan ketidakberkesinambungan peraturan, maka
makin sulit bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
b. Besarnya Biaya Kepatuhan
Biaya kepatuhan adalah semua biaya yang harus dipikul oleh Wajib
Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Biaya kepatuhan
terdiri dari antara lain fee untuk konsultan atau akuntan dan biaya
pegawai.
c. Adanya Panutan
Sistem panutan di kalangan masyarakat di Indonesia untuk menjadi
Wajib Pajak "terbesar" dapat merupakan faktor yang meningkatkan rasa
kepatuhan perpajakan. Contoh pimpinan diatas mendorong untuk
mengajak anggota organisasinya untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) sebelum batas waktu. Sebaliknya apabila
pimpinan tidak membayar pajak atau tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) bahkan tidak atau belum mempunyai Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan merupakan panutan yang negatif bagi
-
anggota masyarakat Wajib Pajak untuk tidak melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
3. Kriteria Wajib Pajak Patuh
Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 544/KMK.04/2000,
kriteria Wajib Pajak patuh adalah:
a. Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga
Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.
4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
b.Tepat Waktu
Tepat waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) meliputi:
1) Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang terlambat dalam
tahun terakhir untuk masa pajak Januari sampai November tidak
-
lebih dari 3 (tiga) masa pajak setiap jenis pajak dan tidak berturut-
turut.
2) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat tersebut telah
disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa
Pajak berikutnya.
G. Surat Pemberitahuan (SPT)
1. Dasar Hukum
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP menyebutkan bahwa:
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkam.
Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin dari Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan
atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2006: 159).
-
3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
Secara fungsional Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana
komunikasi antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Bagi Wajib Pajak
merupakan sarana pertanggungjawaban kewajiban perpajakan selama satu
periode, sedangkan bagi aparat pajak sebagai sarana pamantauan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Secara fisik Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah formulir yang telah disiapkan aparat pajak
untuk diisi Wajib Pajak guna melaporkan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar
dan lengkap sesuai undang-undang perpajakan merupakan tahap yang
penting dalam administrasi pajak, sebab timbulnya sanksi baik yang bersifat
administratif maupun pidana dapat berawal dari pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) yang tidak benar dan tidak lengkap (Erly Suandy,
2006: 160).
4. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Erly Suandy (2006: 160) Surat Pemberitahuan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
a. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.
-
b. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Pajak.
5. Langkah-Langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Erly Suandy (2006: 163), adapun langkah-langkah dalam
pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) antara lain, yaitu:
a. Wajib Pajak harus mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.
b. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harus
ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
c. Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain
bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus.
d. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib
Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta
keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak.
6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Erly Suandy (2006: 164), adapun penyampaian Surat
Pemberitahuan dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. Menyampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
-
b. Melalui kantor pos
7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT PPh Pasal 21 Paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir PPh Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor
14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 22, PPn dan PPnBm yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dalam satu Masa Pajak
Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan
14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir
b. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPTSPT Tahunan Pajak Penghasilan 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya
tahun pajak SPT Tahunan PPh Pasal 21 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya
tahun
-
8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak
dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan beserta
laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya
kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan,
sulit untuk memenuhi batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan.
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu
penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan, maka akan diterbitkan surat teguran (Erly Suandy,
2006: 167).
H. Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi (2005) yaitu melakukan
penelitian tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu. Penelitian ini
membuktikan bahwa kehandalan (variabel x1), ketanggapan (variabel x2),
jaminan (variabel x3), empati (variabel x4), wujud fisik (variabel x5) memiliki
pengaruh terhadap kepuasan Wajib Pajak. Besarnya pengaruh berdasarkan
hasil F-hitung = 29,062 menunjukkan bahwa secara simultan variabel
-
kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan wujud fisik mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan masyarakat Wajib Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu.
Penelitian dilakukan oleh Trunojoyo (2008) yaitu melakukan penelitian
tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang
Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
Empiris Terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Gubeng Surabaya). Penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis
kesadaran Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak tentang sanksi dan hasrat
membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan.
Penelitian dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M. Khoiru Rusydi
(2008) yaitu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib
Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan.
Penelitian ini ada empat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunannya yaitu faktor pengetahuan perpajakan, sanksi pajak,
kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), dan tingkat
kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Hasil penelitian ini berdasarkan
koefisien determinasi diketahui sebesar 80,9% faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan yaitu pengetahuan perpajakan, sanksi pajak,
kemudahan dalam proses penyampaian SPT dan tingkat kesadaran Wajib
-
Pajak Badan. Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor
yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan
dalam menyampaikan SPT Tahunan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lili Fadilah (2008) yaitu
melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi
Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan pemeriksaan pajak
(variabel x1), pelaksanaan (variabel x2) dan laporan pemeriksaan pajak
(variabel x3) secara simultan diperoleh F sebesar 9,448 dengan nilai
probabilitas signifikan sebesar 0,000, ini berarti nilai probabilitas signifikan
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. jadi persiapan, pelaksanaan dan laporan
pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) yaitu
melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi
Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Sidoarjo. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansinya sebesar 0.000 yang
berarti bahwa variabel pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Govind S. Iyer, Philip M.J
Reckers and Debra L.Sanders (2010) yaitu melakukan penelitian mengenai
Increasing Tax Compliance in Washington State: A Field Experiment. Hasil
-
penelitian ini menunjukkan untuk melakukan percobaan lapangan yang
meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan
1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi pada Obyek Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu)
Sumadi (2005)
a. Variabel Independen (x)
yaitu: 1) Kehandalan 2) Ketanggapan 3) Jaminan 4) Empati 5) Wujud fisik
b.Variabel Dependen
(y) yaitu: 1) Kepuasan wajib
pajak
a. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara simultan dimensi kualitas pelayanan mampu memberikan pengaruh terhadap kepuasan wajib pajak.
b.Dari hasil pengujian
hipotesis secara parsial dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat yaitu variabel kehandalan, variabel ketanggapan, dan variabel jaminan, sedangkan variabel empati dan variabel wujud fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wajib pajak.
Bersambung pada halaman berikutnya
-
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan
2
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Gubeng Surabaya)
Trunojoyo (2008)
a. Variabel Independen (x)
yaitu: 1) Kesadaran
wajib pajak 2) Persepsi wajib
pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak
b. Variabel Dependen
(y) yaitu: 1) Kepatuhan
wajib pajak
a. Secara parsial terdapat pengaruh dari variabel kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
b. Secara bersama-sama atau simultan kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Untuk Wajib Pajak Badan
Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008)
a.Variabel Independen (x)
yaitu: 1) Tingkat
pengetahuan wajib pajak
2) Sanksi-sanksi pajak
3) Kemudahan pengisian SPT
4) Kesadaran wajib pajak
b.Variabel Dependen (y) yaitu:
1) Kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
Pengetahuan wajib pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran wajib pajak secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.
Bersambung pada halaman berikutnya
-
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan
4 Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi Utara
Lili Fadilah (2008)
a. Variabel Independen (x) yaitu: 1) Persiapan
pemeriksaan pajak
2) Pelaksanaan 3) Laporan
pemeriksaan pajak
b.Variabel Dependen (y) yaitu: 1) Kepatuhan
wajib pajak
Persiapan, pelaksanaan dan laporan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak
5 Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Supriyati dan Nur Hidayati (2008)
a. Variabel Independen (x) yaitu: 1) Pengetahuan
tentang pajak 2) Persepsi wajib
pajak terhadap petugas pajak
3) Persepsi wajib pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh
b.Variabel Dependen
(y) yaitu: 1) Kepatuhan
wajib pajak
Berdasarkan hasil pengujian bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
6 Increasing Tax Compliance In Washington State: A Field Experiment
Govind S.Iyer, Philip M.J.Reckers and Debra L.Sanders (2010)
a. Tax Compliance b. Use Tax c. Field Experiment
Washington State meminta untuk melakukan percobaan lapangan yang meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi. Tingkat kepatuhan pajak terendah mungkin karena visibilitas yang rendah, dan Bisnis & Pekerjaan pajak. Banyak pajak yang belum dilaporkan.
-
I. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan,
dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena
pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang
diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai
pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali
Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh
Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki
pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain
yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul Pengaruh
Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak
yang menginginkannya. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian
pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar
-
pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian
sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib
Pajak.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly
Suandy, 2008: 209). Penelitian yang dilakukan Lili Fadilah (2008) dengan
judul Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak membuktikan adanya pengaruh pemeriksaan pajak
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu
suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan
perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah
tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Kesadaran
adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah
perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui
atau mengerti perihal pajak. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah
diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
-
Ha1: Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan
kesadaran secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena
pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang
diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai
pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali
Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh
Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki
pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain
yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul Pengaruh
Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ha2: Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
-
3. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak
yang menginginkannya. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian
pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar
pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian
sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib
Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
4. Pengaruh Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008:
209). Penelitian yang dilakukan Lili Fadilah (2008) dengan judul Analisis
Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap