volume 20/2017 edisi akhir tahun w a r t a 6 a l...
TRANSCRIPT
1
Oleh : Daniel Alexander Napitupulu (A’06)
Visi/Misi PMKT :
Memenangkan, membina dan mempersiapkan mahasiswa Kristiani Teknik UGM
agar dapat menjadi sarjana-sarjana bagi Gereja, Bangsa dan Negara
sesuai dengan profesi keteknikan
VOLUME 20/2017
EDISI AKHIR TAHUN
W a r t a 6 A l u m n i
T ahun ini akan menjadi Natal yang ke-29 di dalam hidupku. Natal yang hingga saat ini menjadi Natal yang
indah, penuh sukacita dan harapan. Natal dimana Tuhan Yesus datang sebagai wujud penggenapan janji
Tuhan Allah yang setia. Natal dimana hadiah menjadi simbol sukacita yang dibangun dari masa sekolah
Minggu dan perayaan Natal menjadi momen yang mengingatkan kita bahwa Tuhan telah menggenapi janji-
Nya pada manusia. Atas dasar tersebut mari kita semua bersukacita.
Natal merupakan momen dimana lagu pujian penuh sukacita dikumandangkan dan kisah dimana kelahiran Yesus
menjadi puncak kegembiraan dari setiap orang. Benar, setiap orang, karena kegembiraan ini menjadi momentum bagi
setiap lini bisnis untuk memanfaatkan kegembiraan holistik dan menjadikannya intuisi untuk meningkatkan konsumsi.
Natal dan perayaannya merupakan puncak gunung yang dapat dinikmati oleh semua orang, namun tidak semua dapat
mendaki atau berdiri dipuncak gunung tersebut. Perayaan Natal merupakan hasil akhir dari proses panjang kerjasama
dari banyak pihak yang menguras energi, waktu dan pikiran. Layaknya seorang Ibu yang sedang mengandung,
punggung pegal, perut mual, kulit gatal, pinggang nyeri, hingga stress karena perubahan bentuk tubuh, merupakan
ujian yang harus dilewati oleh seorang Ibu sebelum nantinya dia melihat buah kandungnya dengan penuh sukacita.
Suami yang menantikan sang buah hati yang menemani sang Ibu didalam penderitaannya juga akan menyambut hari
kelahiran tersebut dengan penuh sukacita dan merayakannya dengan sorak-sorai. Begitupun dengan para orangtua sang
Ibu juga akan turut bersukacita menyambut sang cucu yang ditunggu-tunggu, sang cucu yang akan mengisi hari-hari
tua mereka dengan penuh keceriaan.
Namun bagaimanakah dengan mereka yang berada di luar proses kelahiran itu?
Natal Tanpa Proses Kelahiran
2
VOLUME 20/2017 EDISI AKHIR TAHUN
Apakah mereka juga akan merasakan sukacita yang sama seperti yang dirasakan oleh Sang Ibu, Sang Ayah dan Sang
Opung yang baru?
Jadi kini, peran apakah yang kita ambil? Menjadi Ibu yang menanggung sakit dan menantikan penderitaan itu terbayar
dengan sukacita, menjadi Ayah yang menanggung beban untuk menghibur dan membiayai persiapan persalinan
dengan pengharapan perjuangan itu terbayar dengan sukacita, menjadi orang tua sang Ayah dan Ibu yang turut
menghibur dan menguatkan anak-anaknya hingga akhirnya penghiburan itu berbuah sukacita dengan kelahiran yang
dinantikan. Atau kita mengambil peran sebagai teman yang datang dan memberikan hadiah sebagai tanda ikut
berbahagia, atau mungkin mengambil peran sebagai teman yang mengirimkan pesan whatsapp yang indah sebagai
wujud kepedulian kita terhadap kelahiran tersebut, atau mungkin kita bahkan tidak mengetahui berita tentang kelahiran
tersebut.
Peran mana yang akan kita ambil?
Apakah kita akan bersukacita penuh gelora dalam menyambut kelahiran Sang Raja?
Apakah kita akan menyambutnya dengan penuh riang gembira dan sorak sorai?
Apakah Natal kali ini adalah Natal yang telah kita nanti-nantikan?
Natal di dalam keluarga besar kami, merupakan momen
dimana kami masing-masing empat bersaudara dan juga
Mama yang seorang Guru, berlomba-lomba
berpartisipasi memeriahkan Natal di sekolah dimana
kami berada. Bila dihitung, selama bulan Desember
bahkan hingga Januari, minimal ada lima perayaan Natal
yang wajib kami hadiri, karena kami masing-masing ada
di dalam kepanitiaan Natal tersebut. Natal bagi kami
sekeluarga merupakan akhir dari perjuangan panjang
sepanjang tahun yang telah lewat dan secara khusus
akhir dari proses persiapan menyambut Sang Raja.
Semua proses hidup sepanjang tahun seperti kepahitan,
kekecewaan, keputusasaan, ketakutan, dan kegagalan,
seketika sirna di dalam perayaan Natal yang sudah
dipersiapkan dengan penuh perjuangan. Perayaan Natal
yang sudah dinanti-nantikan tersebut menjadi momen
penuh sukacita yang tidak tergambar dan terukur.
Sukacita yang begitu besar itu, memenuhi hati kami
hingga berkelimpahan, dan membuang semua duka
yang mungkin sebelumnya ada didalam hati. Seperti
gelas dengan kopi di dalamnya, yang dituangkan air
dalam jumlah yang demikian banyak, hingga hanya ada
air bersih di dalam gelas tersebut.
3
Saya besar di Sibolga dengan tradisi Natal yang sedikit berbeda. Natal dan Tahun
baru menjadi 1 paket yang tidak bisa dipisahkan. Berbeda dengan zaman “now”
dimana pemahaman Natal menjadi lebih baik, Natal dan tahun baru di masa lalu
merupakan “rangkaian hari raya”.
Suasana Natal sudah dimulai sejak awal bulan Desember dengan rangkaian perayaan
Natal dan liturgi (membaca ayat di depan). Walapun pada hari Natal (25 Desember)
suasananya seperti hari besar keagamaan biasa, yakni ke gereja saat di hari Natal.
Namun berbeda saat tahun baru dimana semua menjadi sangat meriah. Malam tahun
baru menjadi malam yang dinanti-nanti. Kami kebaktian di peralihan tahun setelah
menonton kembang api.
Sesi sharing dan menyampaikan komitmen di tahun yang baru menjadi momen
“sakral” dimana orang tua menasehati kami
dan setelah itu saling bermaaf-maafan.
kemudian, ompung mulai mengeluarkan
beberapa amplop yang sudah diisi dengan
jumlah yang berbeda-beda untuk dipilih secara
acak oleh cucu-cucunya. Besarnya jumlah uang di amplop seakan menunjukkan
siapa yang paling baik di tahun yang sudah lampau. Kadang urutannya memang
“benar”, cucu yang baik mendapatkan yang paling banyak.
Selanjutnya tanggal 1 Januari akan menjadi hari yang sibuk untuk saling
berkunjung dan mendapatkan “uang tahun baru”
Di saat sekarang, suasana Natal menjadi lebih bermakna dibandingkan tahun
baru. Tidak ada ritual khusus di saat Natal. Kunjungan di tahun baru masih tetap
dilakukan kepada keluarga-keluarga yang ada di Jabodetabek. Tapi gantian,
sekarang giliran kami yang memberikan “uang tahun baru”. Memori Natal di
kampong pastinya tidak pernah hilang dari ingatan.
Tobat Martin Leonardo (M’98)
Ketika menyambut Natal, yang terpikirkan adalah pulang kampung, ngerayain natal
bareng keluarga di Solo. Ritual yang kami lakukan bersama adalah pagi-pagi bangun
tidur saling mengucapkan selamat Natal, Ibadah bareng di Gereja. Pulang dari Ibadah,
kami makan bersama di rumah.
Adityarani Hapsari (A’01)
4
Bagi saya pribadi, tidak ada yang selalu terbayang ketika menyambut perayaan natal,
karena dari tahun ke tahun sejak masih kecil, hingga sekarang, selalu berbeda nuansanya.
Ketika saya masih sekolah minggu, saya selalu berpikiran apa yang harus dipersiapkan
untuk penampilan di acara perayaan natal, mulai dari liturgi, paduan suara, drama dll.
Ketika mulai remaja hingga muda-mudi (kuliah), mulai sibuk bagaimana mempersiapkan
hari natal. Ketika sekarang, karena tidak terlibat dalam kegiatan gereja, hanya menikmati
waktu bersama keluarga besar. Namun, sejak saya kuliah, saya selalu menyadari bahwa
momen yang lebih penting dari natal dalam sejarah pelayanan Yesus di dunia, adalah
ketika mati di kayu salib menebus dosa, dan bangkit menang dari kematian melawan
kuasa maut.
Kebetulan kami keluarga yang sederhana dalam memperingati hari-hari keagamaan, di
samping ibadah malam natal dan hari natal itu sendiri. Biasanya seluruh keluarga
berkumpul untuk makan bersama di rumah orang tua. Namun, 2-3 tahun yang lalu, saya
dan orang tua membagikan sekitar 40-50 nasi bungkus kepada orang-orang di pinggir
jalan yang kami lihat membutuhkan makan pada saat itu.
Sebetulnya, saya rindu merayakan natal dalam keheningan seperti dulu selalu dilakukan di
rumah (alm) kak Obus. Sebelum ke rumahnya, diwajibkan memberikan nasi bungkus ke
orang yang membutuhkan di pinggir jalan, lalu boleh menikmati brenebon dengan kacang
merahnya yang sangat lezat itu. Dan tentu saja, makan rohani yang disampaikan oleh (alm)
kak Obus.
Felix Johnandri Sibarani (M’04)
Setiap datang bulan Desember saya selalu berhayal semua anak-anak pulang ke
rumah orangtuanya merayakan bersama orang tua mereka dan itulah yang selalu
saya pikirikan setiap memasuki bulan Desember. Bagaimana bisa merayakan natal
bersama kedua orangtua dan berkumpul dengan 3 orang adikku beserta keluarga
mereka masing masing. Namun setelah menikah belum terwujud karena suami
saya seorang hamba Tuhan yang tidak dapat meninggalkan tugasnya tanggal 25
dan saya juga tidak tega meninggalkan suami dalam tugas pelayanannya seorang
diri.
Malam natal 24 Desember selalu kami lalui dengan ibadah malam pohon terang
bersama jemaat kemudian pulang ke rumah dan melanjutkan membuat masakan
dan kue kue untuk dinikmati esoknya. Karena saya bukan orang yang pintar Desy (Gd’97)
memasak, jadi tiap bulan Desember kertas catatan resep dan kadang laptop sudah ada di dapur buat baca resep
sambil masak sehingga tidak terasa sudah jam 12 malam. Ya ... sambil memasak sekaligus menemani suami
persiapan ibadah natal tgl 25. Karena sudah lewat jam 12 malam kami akan saling mengucapkan selamat natal dan
berdoa kemudian memberi ucapan pada saudara-saudara lewat sms ataupun wa. Pagi harinya sebelum ke gereja
(gerejanya jam 8), tak lupa kami menelpon kedua orang tua kami dan kemudian beramai-ramai bersama anak-anak
ke gereja dan pulangnya sibuk dengan tamu-tamu dari gereja yang siap dan mau merasakan masakan percobaan
hahahaha. Oh iya dari tgl 25 Desember sampai tanggal 2 Januari kami selalu melalukan kunjungan baik kepada
keluarga maupun tetangga sekitar rumah kami.
5
“Masak, sudah tua-tua begitu masih pada ikut KTB?” Begitulah satu komentar dari seseorang ketika saya bercerita
tentang KTB Senior yang dilakukan sampai saat ini sekali tiap bulan. Saya tidak menanyakan lebih jauh apa yang ada di
balik pertanyaan itu, bisa jadi orang itu heran atau merasa bahwa KTB cocok buat anak muda saja, atau untuk orang
yang masih perlu dibina untuk bertumbuh dalam iman.
Teman-teman PMKT dan alumni sangat mengenal dan menyadari pentingnya KTB sebagai salah satu strategi untuk
pembinaan. KTB atau kadang disebut kelompok sel mirip dengan cara Tuhan Yesus memuridkan orang-orang untuk
menjadi murid-muridnya. Ada yang mendefinisikan KTB sebagai kumpulan orang-orang yang menyadari kasih karunia
Allah yang berlaku di dalam kehidupan mereka, bertemu untuk mendalami firman Tuhan, berbagi pengalaman, serta
saling mendukung dan mendoakan antara seorang dengan yang lain dalam proses pemulihan karakter dan
pertumbuhan menjadi seperti Kristus.
Ketika masih mahasiswa, pergumulan dan tantangan yang dihadapi masih belum terlalu banyak dan tidak kompleks,
dan pembinaan masih lebih diarahkan kepada penanaman dasar kehidupan iman dan upaya pertumbuhan menuju
kedewasaan iman. Penanaman semacam ini akan dapat dibangun di dalam komunitas sebaya yang terbuka, saling
percaya, bisa menyimpan rahasia dan saling memerhatikan. Dalam komunitas ini orang bisa tampil apa adanya, berani
membuka topeng sosial dan topeng rohaninya.
Ketika sudah menjadi alumni, sudah bekerja, sudah berkeluarga dan memiliki anak, maka pergumulan dan tantangan
akan menjadi lebih beragam, dan sering kali bersifat kompleks. Pergumulan dan tantangan bisa melibatkan dan
berdampak pada keluarga, pekerjaan, relasi sosial, hukum dan agama.
Tetapi sesungguhnya, peperangan rohani bagi semua orang Kristen, baik bagi yang masih muda dalam umur atau iman
dan atau yang sudah senior adalah sama yaitu karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12). Oleh karena itu Paulus menasihatkan agar kita kuat di dalam Tuhan, di
dalam kekuatan kuasa-Nya, dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan
melawan tipu muslihat Iblis (Efesus 6:10-11).
Kita menyadari bahwa kita tidak akan kuat melawan tipu daya muslihat itu di luar Tuhan dan sendirian. Kita perlu berada
dalam suatu komunitas yang memiliki perjuangan yang sama untuk tetap bertahan dalam iman, dalam memenuhi
panggilan Tuhan dan mempraktekkan iman. Dalam konteks seperti inilah saya melihat bahwa KTB merupakan suatu
community of practice, mungkin bisa dialihbahasakan sebagai Komunitas Pelaku.
Saya mengenal konsep ini dalam management of change dan knowledge management. Ada yang mendefinisikan
konsep ini sebagai berikut: communities of practice are groups of people who share a concern or a passion for
something they do and learn how ro do it better as they interact regularly. Beberapa contoh Komunitas Pelaku dapat
dilihat dalam bentuk suatu suku yang berjuang untuk hidup, sekelompok artis yang mencoba menciptakan sesuatu,
sekelompok insinyur yang berjuang mengatasi masalah yang sama, atau sekelompok manajer yang saling menolong
mengatasi masalah kantor, dan sebagainya.
KTB = Community of Practice Oleh : Sudi Ariyanto (N’82)
6
Dalam konteks inilah KTB senior dapat saya samakan dengan Komunitas Pelaku (community of practice). Semua
anggota KTB senior adalah orang yang sudah bekerja di bidang masing-masing dan hampir semuanya pernah memiliki
masa lalu atau pengalaman yang sama menghadapi masalah kehidupan saat menjadi mahasiswa. Dalam KTB inilah
kami membicarakan masalah keluarga, pekerjaan dan pelayanan, saling menguatkan dan saling mendoakan, saling
berbagi lessons learned dari kegagalan atau keberhasilan masing-masing. Saya merasa dikuatkan oleh saran, insight dan
doa teman-teman anggota KTB senior ketika menghadapi masalah kantor dan keluarga.
Selain membicarakan hal pribadi dan keluarga, KTB senior juga membicarakan isu nasional dan mendoakannya, berbagi
passion pelayanan dan bisa melakukan pelayanan bersama, bahkan bisnis bersama.
Jadi KTB senior (sebetulnya juga yang yunior) adalah a community of people who believe in Jesus and share a common
passion to practice their faith in daily life, to stay strong and stand steadfast amid problems of themselves, of the world,
of sin, and of the temptation of the devil, and to be a blessing for others and our nation.
222222222222
Saya merasa KTB menjadi keluarga dan teman untuk
bertukar pikiran dalam membahas impikasi penerapan
prinsip alkitab dalam kehidupan sehari – hari. Demographic
anggota KTB yang cukup heterogen (baik dalam segi umur,
gender, dan pekerjaan) juga membantu sesama anggota
untuk melihat permasalahan dari berbagai macam
perspektif.
KTB juga membantu saya untuk melihat permasalahan dari
sudut pandang yang berbeda. (Samuel Sahata, E’03)
KTB kami mulainya tidak ingat kapan, karena kami sering bertemu
antara Jimmy, Gun, Mandiri, Hardi, Sudi, Daniel, Yosafat, dll.
Ketemupun tidak selalu semua hadir, tetapi KTB rutin tiap bulan,
dan waktunya setelah pulang kantor. Dalam pertemuan kami
sharing, diskusi pelayanan, pekerjaan, keluarga dan lain-lain.
Manfaat pribadi yang dirasakan mendapat dukungan/pencerahan
dan bisa berbagi pengalaman juga, serta silaturahmi tetap terjaga.
(Agus Buntoro, N’85)
Artikel ini dipersembahkan oleh KPAB (Komisi Persekutuan Alumni Baru)
7
Perkenalkan, nama saya Yohanes Suharsoyo. Sekarang saya mahasiswa semester tujuh di Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Saya ingin berbagi kisah betapa bersyukurnya saya menerima Beasiswa Alumni
PMKT UGM.
Di awal ingin masuk kuliah, sebenamya orang tua kurang mendukung karena faktor ekonomi keluarga. Setelah lulus
SMA, orang tua berharap agar saya langsung mencari kerja. Namun saya ingin sekali kuliah. Saya sedikit memaksakan
kehendak agar saya tetap lanjut belajar di Perguruan Tinggi. Saya meyakinkan orang tua bahwa saya sudah
mendapatkan Beasiswa Bidik Misi (bantuan biaya hidup dan biaya pendidikan dari Pemerintah) yang artinya saya tidak
perlu membayar uang kuliah dan mendapat bantuan biaya hidup sebesar Rp. 600.000,- /bulan.
Dengan perhitungan yang saya lakukan, saya yakin bisa bertahan di Jogja untuk melanjutkan pendidikan. Namun
perkiraan saya salah. Uang Rp. 600.000,-/bulan itu hanya cukup untuk menutupi biaya makan di Jogja. Dengan 3 kali
makan sebesar Rp. 8000,-/makan selama 30 hari, total yang saya harus keluarkan sekitar Rp. 720.000,- . Kebutuhan
lainnya ditutupi dari uang kiriman dari rumah. Namun karena pekerjaan orang tua saya sebagai nelayan dan pedagang
ikan yang penghasilannya sangat tergantung dari hasil laut, kiriman dari rumah selalu tidak pasti kapan datang dan
berapa jumlahnya. Untuk itu saya harus pandai-pandai mengatur uang yang ada.
Akhirnya di semester empat, Kakak Staff menawarkan saya Beasiswa Alumni PMKT dan saya diijinkan tinggal di Griya
PMKT sampai sekarang. Beasiswa ini sangat membantu saya untuk memenuhi biaya untuk kebutuhan lain selama kuliah
seperti biaya tempat tinggal, biaya transportasi, alat tulis dan fotokopi, serta biaya-biaya lainnya.
Saya dan keluarga sangat bersyukur dapat menerima bantuan dari Beasiswa Alumni PMKT. Dan saya juga berharap
semakin banyak yang terberkati dengan adanya Besiswa ini. Saya sangat berterima kasih kepada kakak-kakak alumni
yang sudah membantu kami melalui Beasiswa Alumni ini. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati kakak-kakak sekeluarga
dengan Damai SejahteraNya.
Shalom, nama saya Maya Arina Pramudita. Puji Tuhan untuk setiap kesempatan dan pertolongan yang Tuhan berikan.
Meski mengawali masa kuliah dengan berbagai kesulitan namun Tuhan tak henti-hentinya menampakkan kebaikan dan
kasihNya. Melalui Beasiswa PMKT saya mendapat kemudahan untuk bisa membiayai kebutuhan kuliah saya. Hal itu
meringankan beban saya dan membuat saya bisa fokus kuliah dan mengurangi pekerjaan part time. Berbagai kesulitan
saya lalui bersama Tuhan sampai akhirnya Tuhan memakai Yayasan Alumni PMKT sebagai penolong bagi saya. Saya
berterima kasih untuk setiap pihak dalam Yayasan yang telah membantu saya dalam doa maupun dana. Kiranya Tuhan
selalu memberikan kemudahan dan pertolongan bagi kita semua dalam kasih Kristus. Tuhan Yesus Memberkati.
Testimoni Penerima Beasiswa YA PMKT
Shallom, saya Yuharsen Ergi, saya Teknik Fisika angkatan 2014. Waktu itu, September 2014, saya bertemu dengan Kak
Niken. Kemudian saya diperkenalkan dengan Yayasan Alumni PMKT. Saya bersyukur dapat menerima bantuan beasiswa
dari kakak alumni PMKT, sehingga saya bisa menjalani hidup, kegiatan perkuliahan di Jogja ini. Berkat Tuhan juga, saya
akhirnya dapat menempuh semester akhir perkuliahan meski sedikit halangan di IPK, biasalah, masalah mahasiswa
utama setelah dompet tipis, hehehe ….
Tetapi, beasiswa PMKT ini mengajarkan saya untuk dapat me-manage uang dengan baik. Dulunya saya tidak tahu lagi
akan mendapat biaya dari mana untuk memenuhi kebutuhan di Jogja karena kondisi keluarga tidak mampu untuk
mendukung saya di perkuliahan. Tetapi Tuhan selalu cukupkan kok. Pasti ada saja cara Tuhan untuk menghidupi
kebutuhan saya. Harapannya ke depan, setelah saya lulus, saya dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dapat
menyenangkan keluarga melalui kehidupan saya pasca lulus nanti, bekerja dan menjadi contoh yang baik bagi setiap
orang…
Semangat teman-teman ! Jangan patah semangat untuk melayani Tuhan yang terutama! Jangan lupa bersyukur dan
berdoa.. Deus é alegria! God is joy! J
8
Kepada
Yth. Yayasan Alumni PMKT UGM
di tempat
Salam sejahtera dalam kasih Kristus,
Masih teringat jelas momen-momen di tiap bulan beberapa tahun silam, tanggal yang sama tiap
bulannya. Seingat saya, tidak pernah sekalipun terlambat, dimana saya dipanggil Kakak Staff untk
menerima dana beasiswa YA PMKT UGM. Dan itu merupakan salah satu momen yang saya nantikan
tiap bulannya.
Kondisi keuangan keluarga yang sangat sederhana dan Bapak pasca operasi besar di lambung
meninggalkan hutang yang cukup besar. Awalnya sempat membuat saya ragu untuk melanjutkan studi
ke jenjang Universitas.
Berbekal niat yang besar, saya memberanikan diri untuk melanjutkan hasil seleksi yang menyatakan
saya diterima dengan jalur "nol rupiah" alias tanpa uang sumbangan sama sekali (berkat anugerah
Allah), hanya dibebani biaya semester awal sebagai mahasiswa baru.
Semenjak tahun ke-2 sampai dengan selesai saya diberi kesempatan mendapat bantuan beasiswa dari
Yayasan Alumni PMKT. Dana itu sangat berarti buat saya gunakan untuk menunjang kebutuhan di
kampus seperti transport harian, biaya fotocopy dan membeli buku-buku kuliah di teknik sipil.
Kakak-kakak Alumni yang telah menjadi saluran berkat buat kami penerima beasiswa, terima kasih
untuk bantuannya...Berkat berlimpah untuk kakak-kakak semua.
Salam,
Yenny Beatrix (Sipil 2004)
Rekan-rekan Alumni yang terkasih,
Sudah sekian tahun program beasiswa YA PMKT berjalan. Tidak sedikit mahasiswa yang ‘tertolong’ karenanya.
Oleh karena itu, mari terus dukung program ini agar makin banyak mahasiswa yang bisa ditolong. Tidak hanya adik-adik mahasiswa
Teknik UGM tetapi juga teman-teman dari Fakultas lain, bahkan dari Universitas lain.
Untuk rekan-rekan alumni yang sudah pernah merasakan program ini, mari ingat lagi Janji Imannya.
Dukungan rekan-rekan alumni bisa dikirimkan ke Rekening YA PMKT :
BCA KCP Senayan City
Acc. No.: 5005080859
A.n.: Bianda Serginia atau Suzanna Hardjono, ST
Bank Mandiri
Acc. No.: 101-000-683-909-4
A.n.: Bianda Serginia
Artikel ini dipersembahkan oleh KomSos (Komisi Sosial)
9
Natal adalah satu kata yang sangat bermakna.
Natal adalah satu kata yang membuat manusia menjadi
berharga.
Natal adalah kebahagiaan.
Natal adalah keselamatan bagi setiap orang percaya.
Selamat Natal kuucapkan untuk saudaraku...
Damai dan cinta kasih Tuhan beserta kita.
(Berlin Janrico Makarios Naibaho, Geodesi 2007)
Tidak terasa tahun 2017 sebentar lagi berakhir. ...
Suka duka pun sudah kita lalui dan kita imani bahwa karena penyertaan
Tuhan Yesus lah kita bisa sampai pada hari ini.
Biarlah masa yang lalu kita jadikan refleksi ke depannya untuk menjadi
senantiasa lebih baik dan lebih baik lagi.
Mari kita menjadi pembawa cinta kasih, damai dan terang bagi dunia.
Selamat Natal 2017 dan menyongsong Tahun Baru 2018
buat Rekan-rekan Alumni PMKT
Semoga kehidupan kita dan keluarga selalu dipenuhi dengan cinta dan damai.
(Andry Sehang, Kimia 1995)
10
Di zaman ini semakin banyak orang Kristen yang
masuk ke dalam zona abu-abu termasuk saya, hal
tersebut karena pengaruh dunia semakin keras
ditambah lagi semakin jarangnya orang-orang
Kristen berkumpul melakukan persekutuan.
Sebentar lagi kita akan merayakan Natal,
memperingati kelahiran Yesus yang datang ke
dunia untuk menunjukkan dengan kehidupanNya
sendiri yang mana yang hitam dan yang putih,
sehingga jelas siapa yang menjadi kawan dan
musuh Allah. Biarlah melalui Natal ini kita
memeriksa diri, sebab akan percuma kalau hanya
sekadar perayaan rutinitas.
Selamat Natal bagi saudara saudari PMKT UGM
(Benny Septian Pardede, Elektro 2011)
20 tahun yg lalu, Kristus hadir ke dunia
karena kasihNya
Saat ini dan seterusnya, kita hadir di dunia
bagi kemuliaanNya
Selamat Natal 25 Desember 2017 dan
Tahun Baru 1 Januari 2018
(Wellyn Migang, Kimia 1999)
Ho! Ho! Ho! It’s Christmas time!
Selamat hari Natal dan menyongsong tahun baru
untuk semua rekan alumni PMKT, Kakak-kakak
Staff beserta keluarga, penghuni Pandega Siwi
12c, serta Adik-adik mahasiswa semua...
May this Christmas turn out to be better that we
ever expected. Go out and spread the joy! God
bless us... (Sumarniwan, Industri 2005)