didik45.files.wordpress.com · web viewpengertian belajar memahami pengertian belajar merupakan...
TRANSCRIPT
BAB I
HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Memahami pengertian belajar merupakan sesuatu yang penting dan harus
dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan tugas mengajar, karena akan
menentukan pola-pola kegiatannya.teori tabul rasa adalah teori yang berimplikasi
dalam proses pengajaran yang bersifat teacher centered, atau pengajaran yang
berpusat pada guru, baik pemilihan strategi, menyediakan sarana, dan bahkan model
evaluasi yang dikembangkannya. Pla seperti iniakan membatasi partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran.
Menurut Toeti Soekamto, dkk(1992) mengutip pendapat Margon dan kawan-
kawan, belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang
relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Dalam definisi ini,
terdapat 3 aspek penting. Yang pertama, belajar adalah suatu aktifitas latihan dan
kegiatan anak untuk mendapat pengalaman. Kedua, guru memposisikan diri sebagai
dinamisator yang memfalitasi peserta didik untuk dapat beraktivitas guna
mendapatkan pengalaman tertentu. Ketiga, hasil dari kegiatan belajar harus kelihatan
secara nyata, yaitu adanya perubahan tingkah laku yang bersifat permanen.
Pendapat Margon tersebut menggambarkan karakteristik belajar dengan kata
kunci “aktivitas peserta didik”. Karena apapun kegiatan mengajar yang dilakukan
oleh guru tujuannya untuk mendapatkan perubahan perilaku pada diri peserta didik.
Dengan demikian kegiatan belajar akan terjadi apaila ada kemauan dari peserta didik
untuk berubah, dan inilah sebabnya proses belajar harus dipolakan dengan
pendekatan Child centerd atau pembelajaran yang berpusat pada anak.guru tetap aktif
akan tetap dalam bentuk mendesain, mengorganisasi proses pembelajaran, melakukan
evaluasi dan melakukan tindak lanjut.
Prinsip adalah suatu yang dianut, atau yang dijadikan pegangan
(Badudu,2001). Prinsip-prinsip belajar berarti suatu kebenaran teori yang harus
diikuti dan dijadikan belajar adalah:
a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.untuk
itu, siswalah yang harus bertindak secara aktif.
b. Setiap siswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Seorang siswa akan dapat belajar dengan lebih baik apabila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya.
d. Penguasaan yang sempurna dari tiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat
proses belajar yang lebih berarti.
e. Seorang siswa akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila ia diberi
tanggung jawab seta kepercayaan penuh atas belajarnya.
Prinsip-prinsip tersebut memberikan gambaran bahwa belajar pada hakikatnya
membutuhkan kesadaran akan kemandirian untuk berbuat, dengan penuh tanggung
jawab. Dalam konteks proses pembelajaran di satu sisi seorang guru harus
membimbing peserta didik untuk bias belajar sesuai dengan perbedaan
karakteristiknya.
Pandangan lain tentang prinsip-prinsip belajar sebagaimana dikemukakan
Dimyati(1994), yaitu:
a. Perhatian dan motivasi
b. Keaktifan
c. Keterlibatan langsung
d. Pengulangan
e. Tantangan
f. Balikan dan penguatan
g. Perbedaan individual
2. Faktor-Faktor Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar sangat kompleks sifatnya,
tetapi dapat dipolakan ke dalam 2 jenis, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah bebegai kondisi dinamis baik pisik maupun psikis yang berasal
dari dalam diri individu peserta didik sendiri. Antara lain, faktor internal jasmani:
kesehatan, cacat tubuh. Faktor internal rohani: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif. Faktor internal kelelahan: kelelahan pisisk, kelelahan psikis.
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar kondisi peserta
didik dengan berbagai karakteristiknya. Yang termasuk faktor eksternal antara lain,
faktor eksternal sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru-siswa, relasi siswa-
siswa, alat pengajaran. Faktor eksternal masyarakat: kegiatan di masyarakat, media
massa, pergaulan, kehidupan masyarakat. Faktor eksternal keluarga: cara orang tua
mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah, ekonomi, orang tua dan latar
belakang kebudayaan.
B. Hakikat Mengajar
1. Pengertian
Pandangan tradisional memberi makna mengajar adalah menanamkan
pengetahuan kepada anak. Pengertian ini memposisikan guru pada posisi sentral,
yaitu sebagai sumber pengetahuan yang harus mencurahkan ilmunya kepada peserta
didik, sementara peserta didik diposisikan sebagai pihak penerima yang pasif.
Adapun pandangan modern telah memberikan warna yang berbeda yang
mendefinisikan bahwa mengajar adalah: teaching is guidance of learning atau
bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Dari pengertia tersebut dapat dipahami
bahwa dalam proses pengajaran terdapat dua pihak yang sama-sama aktif. Yaitu, guru
yang bertugas member bimbingan dan anak yang melakukan kegiatan belajar karena
bimbingan guru.
2. Komponen-Komponen Mengajar dan Pembelajaran
Mengajar pada hakikatnya adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik,
atau suatu usaha yang dilakukan guru agar terjadi aktivitas peserta didik untuk bisa
beruibah menjadi individu yang lebih sempurna. Komponen pengajaran adalah segala
sesuatu atau unsur-unsur yang secara langsung memang diperlukan keberadaannya.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah:
a. Tujuan
Tujuan merupakan keinginana yang akan dicapai melalui suatu kegiatan
tertentu. Tujuan pembelajaran difokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu
berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan peserta didik (Mulyasa, 2002).
Terdapat beberapa kopetensi menurut jenisnya, yaituy:
Standar Kompetensi: kemampuan yang dapat ditampilkan atau dilakukan
atau dimiliki oleh lulusan untuk suatu mata pelajaran
Kompetensi Dasar: kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik
setelah mempelajari materi tertentu
Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan atau respon yang
harus dapat dilakukan atau ditampilkanoleh peserta didik untuk
meninjikkan telah dikuasainya Kompetensi Dasar.
b. Bahan pelajaran
Bahan ajar adalah informasi yang disusun secara sistematis dengan
metode tertentu dalam suatu bideng ilmu, disajikan dan dikemas dalam bentuk
media cetak atau non cetak yang dijadikan sebagai sumber-sumber informasi
dalam pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Langkah penetapan bahan pelajaran
Buat alat penilaiannya (4)
Rumuskan tujuan (1)
Tentukan PBMnya (3)
Pilih bahan pelajaran (2)
Karakteristik Materi Pelajaran
1. Sesuai tujuan dan kompetensi yang diharapkan
2. Seimbang antara keluasan dan kedalaman dengan waktu ynag tersedia
3. Sistematis dan konstektual
4. Semaksimal mungkin dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa
5. Dapat menarik manfaat optimal dari perkembangan dan kemajuan ilmu,
teknologi dan seni
6. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu proses, yaitu kejadian
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain, dalam arte berubahnya peserta
didik dari belum terdidik menjadi terdidik. Kualitas perilaku guru ditandai
dengan: (1) kejelasan ketika mengajar, (2) penerapan metode pembelajaran
inovatif, (3) penerapan multi media (4) antusiasme dalam mengajar (5)
kedisiplinan. Sedangkan kualitas perilaku peserta didik ditandai dengan: (1)
keseriusan belajar, (2) rasa ingin tahu, (3) kesiapan fisik dan mental.
d. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Syaiful Bahri, 2002). Dalam proses pengajaran guru harus
mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang variatif. Karena tidak
ada satupun metode yang dapat digunakan untuk semua jenis mata pelajaran. Pada
sisi lain, peserta didik yang diajarpun memiliki berbagai tipe belajar
(karakteristik) yang berbeda-beda. Adapun tipe belajar yang dimaksud adalah (1)
Tipe belajar visual, yaitu suatu perilaku belajar dimana peserta didik akan bisa
menangkap materi pembelajaran apabila fungsi penglihatannya dapat berperan
secara maksimal. (2) Tipe belajar motorik, yaitu perilaku belajar yang
mengandalkan gerakan-gerakan fisik (motor skill) (3) Tipe auditip, yaitu perilaku
belajar yang mengandalkan pendengaran.
e. Alat
Alat pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran. Syaiful Bahri (2002) mengklasifikasikan alat
menjadi 2, yaitu alat dan alat bantu. Yang termasuk alat seperti: perintah, larangan
dan sebagainya, sedangkan alat bantu antar lain: papn tulis, globe, VCD, dan
sebagainya.karakteristik alat pengajaran:
a. Mampu mengubah suasana belajar menjadi aktif mencari informasi melalui
berbagai sumber
b. Dapt menciptakan pengalaman belajar yang bermakna
c. Memperkaya pengalaman belajar siswa
d. Memfasilitasi interaksi anta siswa dan guru serta siswa dengan yang ahli
f. Sumber Belajar
Mulyasa (2002:48) merumuskan makna sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, dan ketrampilan dalam proses
belajar mengajar. Segi kemanfaatan sumber belajar dapat digolongkan menjadi
dua yaitu: (a) sumber belajar dapat didesain secara khusus untuk mempermudah
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar secara formal dan punya tujuan
tertentu (b) sumber belajar yang dimanfaatkan, yaitu sumber-sumber belajar yang
tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran tetapi dapat
ditemukan, diterapkan dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran (AECT,
1986:37). Macam- macam sumber belajar dapat difahami melalui table berikut:
Sumber belajar Definisi Contoh
Pesan Informasi yangb akan disampaikan
oleh komponen yang lain dapat
berbentuk ide, fakta, makna dan
data
Berbagai jenis bidang
studi, sejarah, kejuaraan
olah raga dunia,
pemerintahan
Orang Orang yang bertugas menyimpan Guru, siswa, actor,
dan atau menyampaikan pesan pembicara
Bahan Barang-barang yang biasanya
menyimpan pesan untuk disalurkan
melalui peralatan, kadang-kadang
bias juga menyajikan pesan tanpa
bantuan peralatan
Transportasi, buku, jurnal,
computer, film, pita kaset,
pita audio
Alat Barang-barang yang digunakan
untuk menyalurkan pesan yang
tersimpan pada bahan
Ohp, pesawat radio, video,
recorder, pesawat televise,
mesin ketik, peralatan
computer
Teknik Prosedur rutin atau pedoman
langkah-langkah menggunakaan
bahan, peralatan, lingkungan, dan
orang yang menyampaikan pesan
Komputer pembantu,
pembelajaran, pengajaran
oleh tim, pembelajaran
individual, pembelajaran
kelompok, ceramah,
diskusi
Latar Lingkungan dimana pesan diterima Lingkungan fisik: gedung
sekolah, perpustakaan,
ruang kelas
Lingkungan non fisik:
penerangan, sirkulasi
udara, tata suara
g. Evaluasi
Suharsimi Arikunto (1999) memberikan pemaknaan terhadap istilah
pengukuran, penilaian, dan evaluasi yaitu:
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk. Pengukuran bersifat kualitatif.
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan
menilai.
Tentang makna evaluasi itu sendiri sebagaimana dkatakan oleh Ralph
Tyler dalam Suharsimi /(1999), bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data dan menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana
tujuan pendidikan sudah dicapai. Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa
penilaian kelas dilakukan oleh guru memiliki berbagai fungsi, yaitu untuk:
Mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik
Mendiagnosa kesulitan belajar
Memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran
Penentuan kenaikan kelas
Dimyati (1994:210) mengemukakan sasaran evaluasi adalah aspek-aspek
yang terkandung dalam proses pembelajaran, yang meliputi: tujuan pengajaran,
unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan kurikulum.
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan sebagai acuan untuk menentukan segala sesuatu hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu dievaluasi dari tujuan adalah
penjabaran tujuan, rumusan tujuan, dan unsur-unsur tujuan.
2. Unsur Dinamis Pembelajaran
Menurut Dimyati, pembelajaran adalah sumber belajar atau komponen
instruksional yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi pelaksanaan pembelajaran mencakup aspek-aspek:
a. Kesesuain pesan dengan tujuan pengajaran
b. Kesesuaian sekuensi penyajian pesan kepada siswa
c. Kesesuaian bahan dan alat dengan pesan dan tujuan pengajaran
d. Kemampuan guru dalam menggunakan alat dan bahan pembelajaran
e. Kemampuan guru menggunakan teknik pembelajaran
f. Kesesuaian teknik pembelajaran denga pesan dan tujuan pengajaran
g. Interaksi siswa dengan siswa lain
h. Interaksi guru dengan siswa
4. Kurikulum
Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang tertulis yang di
dalamnya termasuk silabus.
C. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Beberapa istilah yang dianggap
mempunyai makna yang sama diantaranya:
Pendekatan : cara umum memandang obyek kajian
Strategi : segala ilmu/kiat dalam memanfaatkan sumber untuk mencapai
tujuan
Metode : cara umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran
Teknik : ragam khas dalam penerapan model tertentu
Prosedur :seperangkat langkah kegiatan dalam mencapai tujuan
pembelajaran
BAB II
KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Komponen dapat diartikan sebagai unsur, bagian dari sesuatu(Badudu, 2001:709).
Sedangkan komponen strategi pembelajaran adalah unsur yang harus ada dalam strategi
pembelajaran, apabila salah satu unsur tidak ada maka strategi pembelajaran tidak dapat
dilakukan secara optimal.
B. Komponen Strategi Pembelajaran
1. Tujuan
Tujuan di sini adalah tujuan pembelajaran yang merupakan komponen Strategi
Pembelajaran terpenting, karena jenis strategi apapunyang akan dikembangkan dalam
proses pembelajaran fungsinya untuk “memberi kemudahan”peserta didik dalam
mencapai kompetensi. Ela Yulaelawati (2004) mengemukakan bahwa penentuan
kompetensi perlu menjawab hal-hal berikut :
a. Isi/pengetahuan (Apa yang harus peserta didik ketahui ?).
b. Keterampilan (Bagaimana cara peserta didik melakukan sesuatu ?).
c. Sikap (Bagaimana cara peserta didik berperilaku ?) dan
d. Nilai (Bagaimana keyakinan peserta didik terhadap sesuatu ?).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan sebagai arah dalam
mengimplementasikan strategi.
2. Guru
Guru merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan dan menggunakan
strategi pembelajaran. Suryobroto (1985) menyebutkan 7 faktor yang melekat pada
diri seorang guru sebagai berikut :
a. Kepribadian
b. Cara berbicara
c. Penguasaan kelas
d. Penguasaan bahan
e. Sikap terbuka
f. Memperhatikan prinsip individualitas
g. Cara menciptakan suasana kelas
3. Peserta Didik
Peserta didik merupakan subyek belajar yang digunakan sebagai pusat segala
kagiatan pembelajaran. Mulyasa (2003) mengklasifikasikan perbedaan peserta didik
dalam konteks KBK, yaitu :
a. Perbedaan kebutuhan
b. Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
c. Perbedaan kreativitas
d. Perbedaan kecerdasan
e. Perbedaan cacat pisik
4. Materi
Dilihat dari jenisnya, materi dapat dikelompokan menjadi 6 jenis :
No. Jenis Materi Pengertian Contoh
1. KONSEP Suatu ide atau gagasan atau suatu
pengertian yang umum
Sumber kekayaan alam
yang dapat diperbarui.
2. PRINSIP Suatu kebenaran dasar sebagai titik
tolak untuk berpikir atau suatu
petunjuk untuk berbuat/melakukan
sesuatu
Penerapan dalil, rumus,
hukum-hukum tertentu
3. FAKTA Sesuatu yang terjadi atau yang telah
dikerjakan/dialami
Sesuatu yang konkrit
4. PROSES Serangkaian perubahan atau Terjadinya perubahan
gerakan-gerakan berdasarkan tahapan-
tahapan
5. NILAI Suatu pola, ukuran, atau tipe atau
model
Kebenaran yang bersifat
umum, tentang baik dan
buruk
6. KETRAMPILAN Kemampuan berbuat sesuatu dengan
baik
Aktivitas jasmani
5. Media
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengekfektipkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Prasetya Irwan (1996) media adalah kata
jamak medium (dari bahasa Latin) yang artinya perantara (between). Makna
umumnya adalah “apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
ke penerima informasi.” Kriteria media adalah sebagai berikut :
V isible Mudah dilihat
I nteresting Menarik
S imple Sederhana
U seful Isinya berguna/bermanfaat
A ccurate Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
L egitimate Masuk akal
S tructured Terstruktur/tersusun dengan baik
6. Lingkungan
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan pada saat seorang guru memilih strategi
pembelajaran harus diikutidengan penyediaan lingkungan pendukung.
BAB III
FAKTOR STRATEGI PEMEBELAJARAN
A. Pengertian
Dalam kaitannya dengan masalah strategi pembelajaran maka yang dimaksud
faktot dalam pembahasan ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi terhadap
implementasi/penerapan strategi pembelajaran. Mempengaruhi artinya bias bersifat
mendukung dan bias pula menghambat.
B. Faktor-Faktor Strategi Pembelajaran
Dikemukakan oleh Wardini sebagai berikut:
1. Penetapan materi pelajaran berfungsi untuk mencapai kompetensi belajar maka
materi harus memenuhi kriteria tertentu diantaranya sebagai berikut:
a. Sesuai dengan rumusan kompetensi yang diminta
b. Terjabar sesuai dengan spesifikasi tujuan pembelajaran
c. Relevan dengan kebutuhan siswa
d. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
e. Mengandung seg-segi etik
f. Tersusun dalam urutan yang sistematik dan logis
g. Memberikan peluang untuk dikembangkan dari berbagai sumber
Kejelasan kriteria tersebut akan mempermudah penetapan strateginya dan
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Media
Kriteria pemilihan media pembelajaran:
a. Relevansi dengan tujuan pembelajaran
b. Tingkat kelayakan media
c. Tingkat kemudahan dalam pengadaannya
3. Kinerja Guru
Kinerja guru sebagai faktor strategi pembelajaran maksudnya adalah seberapa
besar kemampuan guru untuk menunjukkan kualitas pengelolaan pembelajaran secara
riil di kelas. Kualitas kinerja guru dapat dinilai dari komponen:
a. Persiapan pembelajaran
b. Melaksanakan pembelajaran
4. Sistem Pembelajaran
Unsur pembelajaran terdiri dari:
Tujuan
Guru
Peserta didik dan sumber belajar lainnya
Dalam pandangan tradisional guru telah ditempatkan pada posisi ssentral bahkan
sebagai satu-satunya sumber belajar. Sistem pembelajaran pola tradisional dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pola pembelajaran yang lebih maju, dimana peran guru telah dibagi dengan alat dan
media. Sebagaimana contoh pola berikut:
Peserta didik
guru
kurikulum
tujuanPenetapan isi dan
metode
Guru dengan alat audio dan visual
Guru media
Peserta didik
Pola pembelajaran modern dirancang dan memaksimalkan peran media sebagi
sumber informasi dan memaksimalkan keterlibatan / aktivitas peserta didik. Polanya
sebagai berikut:
Dari ketiga pola pembelajaran tersebut dapart digabungkan menjadi suatu sistem
pembelajaran yaitu:
5. Iklim pembelajaran
6. Kompetensi peserta didik
Mengetahui kompetensi akademik siswa, disamping kompetensi akademik yang perlu
diketahui, ada juga kompetensi social siswa yang mencakup:
Kematangan
Perhatian (minat)
Apakah ada siswa teladan dalam satu kelas?
Apakah ada siswa yang catat fisik?
Bagaimana hubungan antar siswa?
Bagaimana latar belakang social ekonominya.
tujuanPenetapan isi dan
metodeGuru media Peserta didik
BAB IV
JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang berpusat
pada guru di mana guru memberikan informasi, menerangkan suatu konsep,
mendemonstrasikan ketrampilan mengenai pola, aturan, dalil, member kesempatan siswa
bertanya, guru memberikan contoh soal dan siswa diminta mengerjakan secara individu/
bersama-sama.
Metode yang dekat dengan ekspositori adalah metode ceramah dan metode
demonstrasi. Dalam strategi ekspositori ini peranan guru adalah:
a. Menyusun program pembelajaran
b. Pemberi informasi yang benar
c. Pemberi fasilitas belajar yang baik
d. Pembimbing siswa dalam memperoleh informasi
e. Penilai peroleh informasi
Sedangkan peranan siswa
a. Pencari informasi yang benar
b. Pemakai media dan sumber yang benar
c. Menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian guru
2. Strategi Pendekatan Pembelajaran Heuristik
Pada pendekatan heuristic ini guru tidak secara langsung menyatakan atau
memberitahukan konsep atau generalisasi melainkan menuntun atau mengarahkan saja.
Sehingga siswa akhirnya dapat menemukan sendiri.
Pendekatan yang tergolong heuristic adalah metode penemuan (discovery) dan
metode inkuiri (inquiry)
a. Metode Penemuan (Discovery)
Metode ini penting karena alasan berikut:
1. Pada kenyataan ilmu pengetahuan itu diperoleh melalui penemuan demi
penemuan. Dengan cara ini siswa telah diajak untuk menghayati proses penemuan
itu
2. Konsep yang abstrak akan mudah dipahami dan diingat melalui proses penemuan
sendiri
3. Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan dapat lebih kreatif
4. Menemukan sendiri menimbulkan percaya diri sendiri
b. Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah pendekatan pengajaran dimana siswa sendiri bebas
memilih atau mengatur obyek belajarnya. Cirri-ciri pendekatan inkuiri:
1. Siswa menemukan masalah sendiri
2. Masalah ini dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat
kemungkinannya untuk dapat dipecahkan
3. Kemudian siswa merumuskan hipotesis ini berguna untuk menuntun dalam
mencari data
4. Para siswa menyusun cara-cara pengu,pulan data dengan melakukan eksperimen,
mengadakan pengamatan, mebaca dan memanfaatkan sumber lain
5. Kemudian melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk
pengumpulan data
6. Selanjutnya siswa mengolah data dan kemudian mengambil kesimpulan
Berdasarkan besar kecilnya bantuan informasi dari guru kepada siswa pendekatan
inkuiri dibedakan:
a. Inkuiri terpimpin
Dalam pendekatan ini siswa mendapat petunjuk-petunjuk seperlinya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing
b. Inkuiri bebas
Pada pendekatan ini siwa diberi kebebasan untuk melakukan sendiri
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi
Pada pendekatan ini guru yang menyiapkan masalah untuk siswa
1. Dapat mengembangkan intelektual siswa
2. Dapat meningkatkan motivasi intrinsic
3. Memperpanjang proses ingatan
Tujuan dari belajar melalui pendekatan inkuiri adalah agar siswa belajar
melaksanakan metode ilmiah dan kemudian mampu menerapkannya pda
pemecahan masalah pada situasi yang lain.
3. Strategi Pembelajaran Cooperative
a. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning
Model cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua
orang atau lebih.
b. Mengapa Model Pembelajaran Cooperative Learning dilaksanakan?
Agar suatu keharmonisan suatu kelompok dapat terwujud bila masing=masing
mau terbuka, mau mendengar dan saling memahami kekurangan atau kelebuhan
orang lain. Menyadari bahwa hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Jadi guru
dapat memulainya sejak anak-anak duduk di sekolah dasar melalui proses
pembelajaran.
Beberapa manfaat model pembelajaran cooperative learning
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan
2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagi potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa
3. Dapt mengembangkan dan melatih berbagai sikap
4. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya
5. Siswa dilatih untuk bekerja sama
6. Member kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung
c. Karakteristik Pendekatan Cooperative Learning
Beberapa karakteristik pembelajaran cooperative learning sebagai berikut:
1. Individual accounbility yaitu bahwa setiap individu did lam kelompok
mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh kelompok
2. Social skills meliputi seluruh hidup social, kepekaan social dan mendidik untuk
menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok
3. Positive interdependence adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan
satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif
4. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahn dikerjakan oleh
sekelompok secara bekerja sama-sama
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konstektual
1. Guru merancang pembelajaran mempertimbangkan dan menetapkan targwet
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
2. Dalam aplikasi pembelajrannya dikelas, guru merancang lembar observasi
kegiatan siswa dlam belajar belajar secara bersama-sam dalam kelompok-
kelompok kecil
3. Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing
siswa baik secara individual maupun kelompok dalam pemahaman materi
maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar
4. Guru membri kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya
4. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Konstektual
Pembelajaran konstektual teaching and learning menurut Nurhadi (2003) adalah
konsep belajar yang yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dalam situasi dunia nyata siswa.
Untuk mencapai tujauna ini system tersebut meliputi tujuh komponen berikut:
Membentuk keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang
berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk
mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik.
b. Landasan Filosofis Model Pembelajaran Konstektual
Menurut Jason (2004) tiga pilar dalam system CTL, yaitu:
1. CTL mencerminkan prinsip-prinsip saling brgantungan
2. CTL menmcerminkan prinsip differensiasi
3. CTL mencerminkan pengorganisasian diriminat dan pengalaman siswa.
Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Kontruktivisme berakar
pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan
c. Komponen Pembelajaran CTL
Pembelajaran yang berbasis CTL menurut Sanjaya (2004) melibatkan 7 komponen
utama pembelajaran, yaitu: kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat
belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya. Pengetahuan dibentuk oleh 2 faktor penting
yaitu: obyek yang menjadi bahan dan kemapuan subyek untuk mengintepretasi obyek
tersebut.
d. Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Constektual di Kelas
1. Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan menkontruksikan sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Ciri kelas yang menggunaklan pendekatan konstektual
1. Pengalaman nyata
2. Kerjasama, saling menunjang
3. Genbira, balajar dengan gairah
4. Pembelajaran terintegrasi
5. Menggunakan berbagai sumber
6. Siswa aktif dan kritis
7. Menyenagkan, tidak membosankan
8. Sharing dengan teman
9. Guru kreatif
BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN
QUANTUM LEARNING
A. Quantum Teaching
1. Latar Belakang Pembelajaran Quantum
Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran quantum dimaksudkan untuk
membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah, tidak
dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih
tinggi di sekolah. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta pada Deporter untuk
mengadakan program pembelajaran quantum bagi mereka. “Mereka telah melihat hal yang
telah dilakukan Quantum Learning pada anak-anak mereka”.
2. Dasar Pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai
teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurology/neurologistik yang jauh
sebelumnya sudah ada.
3. Karakteristik Umum
Pembelajaran Quantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan
menguatkan sosoknya.
Karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran quantum sebagai berikut :
a. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum
meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.
b. Pembelajaran quantum lebih bersifat kontruktivis(tis), bukan positivistis-empiris,
“hewan-istis”, dan atau natifistis.
c. Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktivis (tis), bukan positivistis-empiris,
behaviorsistis.
d. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
e. Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan
taraf keberhasilan yang tinggi.
f. Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisalan atau keadaan yang dibuat-buat.
g. Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaandan kebermutuan proses
pembelajaran.
h. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan koteks dan ini pembelajaran.
i. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis,
ketrampilan dalam hidup dan prestasi fisikal atau material.
j. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
k. Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan bukan keseragaman
dan ketertiban.
l. Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.
4. Prinsip Utama Pembelajaran Quantum
Prinsip dapat berarti (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan (2)
sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental.
a. Prinsip pembelajaran quantum berbunyi : bawalah dunia mereka (pembelajar) kedalam
dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka
(pembelajar).
b. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran
merupakan permainan orkestra simfoni.
Prinsip-prinsip dasar ada lima macam berikut ini :
1) Ketahuilah bahwa semuanya berbicara
2) Ketahuilah bahwa semuanya bertujuan
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
5) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan segala sesuatu
yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
c. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak
bagi terbentuknya keunggulan.
Delapan kunci keunggulan quantum :
1) Terapkanlah hidup dalam integritas
Dalam pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika
nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau
kegagalan dapat memberikan informasi kepada kitayang diperlukan untuk belajar
lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.
3) Berbicaralah dengan niat baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif
dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung
4) Tegaskanlah komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi
tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.
5) Jadilah pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak akan
terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
6) Tetaplah lentur
Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
7) Pertahankan keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu
kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran yang efektif dan optimal.
B. Quantum learning
1. Hakekat Quantum Learning
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti
efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum
learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanoy, seorang penyidik berkebangsaan Bulgaria
yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau
“Suggestopedia”.
Prinsip quantum learning adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif maupun negatif.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurologistik
(NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Quantum learning
adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan
internal dan eksternal, dan antara waktu yang dihabiskan di dalam zona yang aman.
2. Beberapa Petunjuk Dalam Quantum Learning
Melihat sekilas
Sebelum membaca, lihat materi bacaan secara sekilas pada malam sebelumnya, dan lihat
kembali catatan sebelum memulai pelajaran di sekolah atau melakukan presentasi.
“Inilah saatnya”
Manfaatkanlah setiap waktu, jadikan semua subjek menarik dan bersikap kreatif.
Tempat belajar
Belajarlah ditempat pada waktu yang teratur. Atur posisi yang baik dan gunakan
pencahayaan yang tepat.
Gunakan musik
Istirahat
Rencanakan sebelumnya
Berdiri dan duduk dengan tegak
Kegagalan adalah umpan balik
sikap
BAB VI
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS AWAL
1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ,
EQ, dan SQ tumbuh berkembang sangat luar biasa.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata
pelajaran dilakukan secara terpisah. Dalam pelaksanaan kegiatannya dlakukan secara murni
mata pelajaran, yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Pada pembelajaran yang memisahkan
penyajian mata pelajaran secara secara tegas, kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistis dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan
maka pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar yakni kelas satu, dua dan tiga lebih sesuai
jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pembelajaran tematik.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan panduan pengembangan silabus tematik pada kelas awal Sekolah
Dasar adalah sebagai berikut.
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
b. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai
dengan perkembangan speserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
c. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan
dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
d. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran
tematik.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran
pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni
Budaya dan keterampilan serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
4. Kerangka Berfikir
a. Tahap Perkembangan Anak Usia kelas Awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia
dini. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal.
b. Cara Anak Belajar
Pieget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan
kognotif). Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asilmilasi
(menghbungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi
(proses memanfaatkan konsep – konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek).
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia
tersebut anak mulai menunjukan perilaku sebagai belajar berikut:
1) Mulai memandang dunia secara objektif.
2) Mulai berfikir secara operasional.
3) Menggunakan cara berfikir operasional untuk mengklasifikasikan benda – benda.
4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan – aturan, prinsip ilmiah
sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu sebagai
berikut :
1) Konkret, belajar dari hal yang konkret.
2) Integratif, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan.
3) Hierarkis, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal – hal yang
sederhana ke hal – yang lebih kompleks.
c. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Pembelajaran pada hakikatnya adalah
suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan
anakdengan pendidik.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan satu proses dikaitkanya
informasi baru pada konsep – konsep relevanyang terdapat struktur kognitif seseorang.
Agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan mengenali
konsep – konsep yang telah dimilki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis
konsep – konsep tersebu dengan pengetahuan baru yang diajarkan.
5. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pemnelajaran yang menggunakan tema dalam
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Dengan tema diharapkan akan memberikan keuntungan, diantaranya :
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap mater pelajaran lebih mendalam an berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyat,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekalgus
mempelajari mata pelajaran yang lain.
g. Guru dapat menghemat waktu.
6. Landasan Pembelajaran Tematik
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi tiga aliran
filsafat, yaitu Progresivisme, Konstruktivisme dan Humanisme.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung
siswa sebagai kunc dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Aliran humanisme melihat siswa dari segi
keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasinya yang dimilikinya. Siswa, selain
memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkitan dengan berbagai kebijakan
atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. Landasan
yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
7. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah – sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berpusat pada siswa.
b. Memberikan pengalaman langsung.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
e. Bersifat fleksibel.
f. Asil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
8. Rambu – Rambu
a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c. Kompetensi dasar yang tidak bisa digabungkan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan, bsik
melalui tema maupun disajikan secara tersendiri.
e. Kegiatan pembelajaran ditekankan ada kemampuan membaca, menulis dan berhitug
serta penanaman nilai – nilai moral.
f. Tema – tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minatn lingkngan
dan daerah setempat.
9. Implikasi Pembelajaran Tematik
a. Implikasi bagi guru
Implikasi dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain :
1) Pembelajaran tematik merupakan pendekatan yang harus digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran di SD/MI.
2) Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif.
b. Implkasi bagin siswa
1) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja, baik secaa individual, pasangan, kelompok kecil dan
klasikal.
2) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secaraaktif.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa, baik secara
individu maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep dan prinsip – prinsip secara holistis dan autentik. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya memelukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar.
3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran
yang bervariasi.
d. Implikasi terhadap pengaturan ruangan
1) Mengatur ruangan
Ruang perlu diatur disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
2) Pengorganisasian ruangan
Pengaturan ruangan perlu dikelola agar suasana belajar menyenangkan.
Hal – hal yang perlu dilakukan antara lain :
Susunan bangku peserta didik dapat diubah – ubah.
Peserta didik tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat duduk di tikar/ karpet.
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik.
Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan
peserta didik untuk menggunakan dan menyiapkannya kembali.
e. Implikasi terhadap pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi
metode.
10. Tahap Persiapan Pelaksanaan
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
1) Menentukan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa.
Dari yang termudah menuju yang sulit.
Dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Dari yang konkret menuju yang abstrak.
Tema yang dipilihnharus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada
siswa.
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya.
2) Penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator.
b. Menetapkan Jaringan Tema
Jaringan tema adalah menghubungkan kompetensi dasar dan indikator
dengan tema pemersatu.