00-effective teaching-tugas 4-edit 29 mei 2010
TRANSCRIPT
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 1/26
1
1. Effective Teaching
Mengajar atau “teaching ” adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara
belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada
kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti
dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagaisalah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran
menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa
yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara
mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan
bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal.
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh
keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan
pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan efektif
apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
(Reiser Robert, 1996).
a. Ciri-ciri pembelajaran efektif :
o Aktif bukan pasif
o Kovert bukan overt
o Kompleks bukan sederhana
o Dipengaruhi perbedaan individual siswa
o Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 2/26
2
b. Kriteria :
o Kecermatan penguasaan
o Kecepatan unjuk kerja
o Tingkat alih belajar
o Tingkat retensi (Reigeluth & Merril, 1989)
Mengingat tugas yang berat itu, guru yang mengajar di depan kelas harus
mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar
guru tidak asal mengajar. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
- Pengajaran hendaknya menarik minat
- Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar
- Prinsip pengulangan
- Perbedaan individu
- Kematangan murid
- Prinsip kegembiraan
- Prinsip mengajar murid belajar
- Ketersediaan alat-alat
Prinsip-prinsip tersebut sesungguhnya merupakan tugas pokok seorang guru
yang profesional dan efektif sebagai pengajar. Untuk itu guru dituntut untuk memiliki
seperangkat keterampilan teknik mengajar di samping menguasai ilmu atau bahan
yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan, memberi
bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, masih ada prinsip-prinsip mengajar yang
harus dipenuhi oleh seorang guru yang efektif antara lain:
1). Konteks, artinya dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu
sendiri. Problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan
dalam kerangka konteks, yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar danmelibatkan siswa menjadi peserta yang aktif. Adapun ciri-ciri konteks yang baik
adalah sebagai berikut:
a. Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat
b. Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 3/26
3
c. Pengalaman konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyusun
pengertian yang bersifat sederhana sehingga pengalaman dapat ditiru untuk
diulangi.
2). Fokus, artinya belajar yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan
disuatu fokus. Dengan demikian akan timbul organisasi belajar yang tepat, yang
memungkinkan terjadi proses penangkapan pengertian oleh siswa-siswa itu
sendiri.
3). Sosialisasi, artinya dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam
kelompok diskusi, mereka bertanggung jawab bersama dalam proses
memecahkan masalah.
4). Individualisasi
5). Evaluasi
Guru akan lebih efektif dan efesien dalam melakukan tugasnya, jika menerapkan
prinsip-prinsip di atas dalam proses pembelajaran. Sebab timbulnya pertanyaan
saran dan komentar mendorong mereka untuk bepikir lebih lanjut dan berusaha
memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektifitas belajar sebagian besar
tergantung kepada kerangka sosial tempat belajar itu berlaku.
2. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan atau proses dalam pembelajaran
untuk menghasilkan rencana rencana pembelajaran. Itu berarti pula bahwa
perencanaan pembelajaran adalah proses memahami beragam dokumen normatif
(Permen 22, 23, 24, lainnya) dan alternatif (buku teks atau sumber lain) serta realitas
kontekstual (siswa dan kebutuhannya), dan selanjutnya mewujudkan hasil pemahaman
itu menjadi dokumen aplikatif (silabus dan RPP) yang siap dilaksanakan dalam
pembelajaran di sekolah.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi penetapan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (pasal 20
PP 19/2005). Secara empirik, pembelajaran sebagai kegiatan yang melibatkan banyak
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 4/26
4
komponen perlu dipersiapkan dengan baik. Tradisi akademik di sekolah juga
membuktikan bahwa perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru selama ini dapat
mengondisikan terlaksananya pembelajaran dengan baik.
Pembelajaran adalah proses mengondisikan siswa terlibat aktif dalam belajar
mata pelajaran tertentu. Mengondisikan berarti menyediakan beragam pajangan
(exposure), bahan ajar, sumber belajar, dan kegiatan belajar yang memudahkan siswa
belajar berbahasa dan bersastra Indonesia. Ada dua wujud perencanaan pembelajaran,
yakni silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Sementara itu, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1
(satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Mengingat perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting menuju
terlaksananya pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran, ia perlu
dipersiapkan dengan baik. Selain itu, sebagai bagian dari dokumen KTSP, silabus dan
RPP perlu dipersiapkan secara cermat agar dapat dijadikan acuan pembelajaran dan
bukan sekedar “dokumen mati” kelengkapan KTSP di sekolah. Untuk penyegaran dan
pendalaman, berikut ini diulas secara singkat bagaimana memahami dan
mengembangkan komponen silabus dan RPP dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, mencakup (1) memahami standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (2) menjabarkan indikator pencapaian KD, (3) merumuskan tujuan
pembelajaran, (4) mengembangkan bahan pembelajaran, (5) memilih dan
memanfaatkan alat bantu/media/sumber belajar, dan (6) mengembangkan beragam
instrumen asesmen.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 5/26
5
a. Memahami SK dan KD
SK dan KD dalam dokumen standar isi keberadaannya sangat penting,
selain standar kompetensi lulusan (SKL) yang menjadi rujukan pelaksanaan ujian
nasional. SK adalah sejumlah kompetensi minimal untuk setiap
aspek/keterampilan berbahasa/bersastra yang wajib dimiliki siswa pada setiap
akhir semester/kelas tertentu. Sementara itu, KD adalah sejumlah kompetensi
minimal yang dijabarkan dari standar kompetensi tertentu. Sebagai kompetensi
minimal, SK dan KD masih perlu ditambah, diperluas, dirinci, dan diperdalam
untuk menuju kompetensi maksimal. Pencapaian sejumlah KD akan menentukan
keberhasilan pencapaian SK. Pencapaian SK akan menentukan keberhasilan
pencapaian SKL mata pelajaran. Sekali lagi, SK dan KD dalam standar isi (Permen
22/2006) terbuka untuk ditambah dan dijabarkan sehingga menjadi lebih lengkap,
rinci, dan mendalam menuju kompetensi maksimal. Dalam rangka melengkapi,
merinci, dan mendalami SK dan KD rambu-rambu yang perlu diperhatikan adalah
acuan operasional penyusunan KTSP, di antaranya: tuntutan dunia kerja,
kebutuhan pembangunan daerah dan nasional, dan keragaman potensi. Bila ingin
menambah SK dan KD (baru), SK dan KD minimal dalam standar isi harus
diselesaikan terlebih dahulu, kecuali SK dan KD itu prasyarat.
SK dan KD setiap mata pelajaran idealnya dipahami guru di semua jenjang
sekolah, terutama guru pada jenjang yang lebih tinggi. Sebagai contoh, guru BI
SMP harus tahu SK dan KD BI untuk SD dan SMA/SMK, agar kegiatan dan
pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa lebih tepat, yakni tidak terlalu
mudah atau terlalu sulit. Bahkan, sangat baik bila guru (sekelompok guru) dengan
suka rela mau membuat penjenjangan jabaran isi SK dan KD BI mulai dari SD
sampai dengan SMA/SMK, terutama SMP—SMA/SMK. Peluang tumpang tindihKD di SMP dan SMA/SMK lebih besar mengingat pada kedua jenjang sekolah itu,
inti standar isi banyak yang bersinggungan. Apabila tidak dipahami dengan baik,
tidak tertutup kemungkinan pembelajaran di SMP lebih mendalam dan lebih luas
daripada di SMA/SMK.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 6/26
6
KD yang akan dikembangkan menjadi RPP harus dipahami secara benar, di
mana posisi KD tersebut dalam empat keterampilan berbahasa/bersastra. Cara ini
akan mencegah terjadinya salah arah dalam pembelajaran. Arah KD juga harus
dipahami secara benar dan lurus agar tidak menimbulkan kesalahan fatal dalam
penjabarannya menjadi RPP. Contoh kesalahan fatal, seorang guru peserta PLPG
menjabarkan KD “ siswa mampu menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh
dari berbagai media dengan bahasa yang runtut dan komunikaif ” dijabarkan
menjadi RPP dengan tujuan pembelajaran “ siswa dapat berpidato dengan bahasa
yang benar dan komunikatif .”
b. Menjabarkan Indikator Pencapaian KD
Keberadaan indikator dalam kurikulum memang beberapa kali
mengalami pasang surut. Dalam perkembangan awalnya, indikator
dicantumkan dalam kurikulum. Dalam perkembangan terbaru, standar isi
hanya berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penjabaran kompetensi
dasar menjadi indikator sepenuhnya diserahkan kepada guru. Melalui
kebijakan ini diharapkan guru benar-benar dapat merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan konteks sekolah masing-masing
tanpa harus terbelenggu oleh indikator yang ditetapkan oleh BSNP. Apakah
indikator pembelajaran itu?
Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk
menentukan/mengukur ketercapaian KD. Indikator berisi perilaku bawahan
atau jabaran perilaku yang terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik
dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Bila ada KD: menceritakan
pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif (2.1 Kelas VII/smt 1). Apa indikator yang menandai bahwa
siswa benar-benar mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankandengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif? Dari KD itu dapat
ditetapkan indikator-indikator: (1) mampu memilih pengalaman yang
mengesankan untuk diceritakan di depan kelas, (2) mampu memilih kosa kata-
kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman mengesankan, (3)
mampu menggunakan kalimat-kalimat yang tepat dalam bercerita tentang
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 7/26
7
pengalaman yang mengesankan, (4) mampu menggunakan lafal dan intonasi
yang tepat dalam bercerita tentang pengalaman yang mengesankan, dan (5)
mampu bercerita mengenai pengalaman yang mengesankan di depan kelas
secara menarik. Bagaimana dengan indikator (1) mampu
mendefinisikan/menjelaskan pengertian pengalaman yang mengesankan, (2)
mampu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk menceritakan
pengalaman yang mengesankan, dan (3) mampu menyiapkan secara tertulis
cerita tentang pengalaman yang mengesankan?
Indikator dapat dijabarkan dan dirumuskan dengan baik bila guru
menguasai secara mendalam perilaku utama yang terkandung dalam KD.
Perilaku utama dalam KD bisa ditangkap dengan baik bila guru menguasai
secara mendalam teori yang terkait dengan perilaku utama dalam KD tersebut.
Berapa banyak jumlah indikator hasil jabaran dari suatu KD? Tidak ada
ketentuan pasti. Rambu-rambunya relevan dengan kelas/jenjang sekolah dan
kebutuhan siswa untuk menyelesaikan studi, melanjutkan studi,
mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan, dan belajar sepanjang hayat di
tengah masyarakat. Indikator wajib ada dalam silabus, tetapi tidak wajib ada
dalam RPP. Yang wajib ada dalam RPP adalah: tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
alat/bahan/sumber belajar, dan penilaian.
Apakah fungsi indikator? Indikator dapat memudahkan guru mengukur
atau mengetahui ketercapaian KD. Oleh karena itu, indikator juga dapat
dimanfaatkan sebagai (1) acuan dalam pengembangan instrumen asesmen, (2)
acuan dalam pemilihan/pengembangan bahan ajar, (3) acuan dalam penentuan
kegiatan/pengalaman pembelajaran, dan (4) acuan dalam penentuan
alat/bahan/media/sumber belajar.Bagaimana hubungan indikator dengan tujuan pembelajaran? Bila
indikator sudah dijabarkan secara rinci, langsung bisa diangkat menjadi inti
rumusan tujuan pembelajaran. Bila masih mungkin dirinci lagi, indikator dapat
dijabarkan menjadi beberapa tujuan pembelajaran. Misalnya ditetapkan
indikator: “mampu memilih kosa kata-kosa kata yang tepat untuk menceritakan
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 8/26
8
pengalaman mengesankan” dapat diturunkan tujuan pembelajaran (khusus): (1)
siswa dapat menjelaskan ciri-ciri kosa kata yang tepat untuk menceritakan
pengalaman yang mengesankan, (2) siswa dapat memberikan 5 contoh kosa
kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan, dan (3)
siswa dapat menggunakan kosa kata yang tepat untuk menceritakan
pengalaman yang mengesankan.
c. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang wajib ada dalam
RPP. Apa perbedaan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran? Apabila
dicermati dalam dokumen-dokumen BSNP, tujuan pembelajaran merujuk pada
tujuan khusus pembelajaran (TKP) atau tujuan instruksional khusus (TIK)
sebagaimana yang telah dikenal selama ini. Sementara itu, indikator
pembelajaran merujuk kepada tanda-tanda yang dapat digunakan untuk melihat
ketercapaian KD. Indikator yang telah rinci dapat dimanfaatkan secara
langsung untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Akan tetapi, bila indikator
itu masih dapat dirinci lagi (kurang rinci) tujuan pembelajaran masih harus
dijabarkan lagi dari indikator yang menjadi acuannya.
Dalam silabus tidak perlu dicantumkan komponen tujuan pembelajaran,
tetapi cukup indikator. Sementara itu, dalam RPP, wajib dicantumkan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan menggunakan kata-
kata operasional yang menggambarkan perilaku spesifik Penggunaan kata-kata
operasional itu akan memudahkan guru mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Terlepas dari apa pun isi KD yang akan dijabarkan, rumusan tujuan
pembelajaran hendaknya mementingkan pengembangan kemampuan berpikir
dan berapresiasi siswa melalui beragam kegiatan berbahasa/bersastra, baik secara reseptif (membaca dan menyimak) maupun secara produktif (menulis
dan berbicara). Mengapa demikian? Ingat, setiap kegiatan berbahasa di
dalamnya pasti melibatkan kegiatan berpikir. Selain itu, kegiatan berpikir
diperlukan untuk memahami materi mata pelajaran yang lain.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 9/26
9
d. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Dalam silabus materi pembelajaran disebut materi pokok. Kolom
materi pokok dalam silabus diisi rumusan inti KD. Bila KD berbunyi:
“menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat (1.1 Kelas
VII smt 1), dalam kolom materi pokok ditulis ”menyimpulkan isi berita.”.
sementara itu, dalam RPP disebut materi pembelajaran. Materi pembelajaran
merupakan jabaran atau uraian lebih lanjut dari materi pokok dalam silabus.
Bagian ini (materi pembelajaran) sering diperdebatkan. Yang
dicantumkan apakah uraian lengkap materi atau pokok-pokok materi atau
judulnya saja? Materi pembelajaran harus relevan dengan KD dan indikator
serta memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran
juga harus diolah. Prinsip-prinsip pemilihan/pengembangan materi perlu
diamalkan secara benar (relevan, konsisten, cukup, dan gradual). Materi
pembelajaran harus memenuhi syarat materi pembelajaran yang baik .
Materi pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, model, prosedur
atau gabungan dari dua atau lebih jenis materi tersebut yang dihadirkan guru
dalam pembelajaran untuk membantu siswa mempelajari dan menguasai
kompetensi tertentu yang ditetapkan. Bila ada KD: memperkenalkan diri dan
orang lain di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat (berbicara: 2.1
Kelas X smt 1), apa materi pembelajaran yang tepat untuk dihadirkan?
Tampilan pengenalan diri yang baik (VCD) (fakta dan sekaligus model).
Uraian teoritis tentang pengenalan diri dalam situasi resmi (konsep dan prinsip)
juga perlu diberikan kepada siswa. Demikian pula langkah-langkah pengenalan
diri yang baik (prosedur).
e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa. Kegiatan pembelajaran disiapkan untuk
membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Ketercapaian tujuan
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 10/26
10
pembelajaran dilihat dari seberapa banyak indikator yang ditetapkan bisa
dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran yang bermakna akan berdampak luas
kepada pemahaman siswa, antara lain mereka bukan hanya hafal dan paham
terhadap sesuatu yang dipelajari tetapi juga dapat menerapkan dan mentransfer
untuk kepentingan lain dalam kehidupannya.
Bagaimana cara mengembangkan kegiatan pembelajaran? Pastikan
jabaran indikator benar-benar tepat, sesuai dengan jiwa dan arah KD. Setelah
itu, pilihlah kegiatan pembelajaran yang kaya dan bervariasi sehingga
memungkinkan pencapaian (sejumlah) indikator secara lebih cepat dan tepat.
Pilihlah kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan
serta memelihara budaya membaca dan menulis (Permen 19/2005). Pilihlah
dan gunakan pendekatan pembelajaran dengan tepat, yakni dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal. Pilihlah pendekatan
pembelajaran yang benar-benar dipahami dan fungsional serta hindari
penggunaan pendekatan yang hanya untuk adu gengsi karena sedang populer.
Lakukan pula kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
mengembangkan keterampilan berbahasa secara terpadu, sehingga
memungkinkan siswa berinteraksi dengan wacana secara optimal. Kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup rencanakan dan laksanakan secara konsisten.
Akhirnya, secara umum, pembelajaran yang merangsang dan mengondisikan
siswa banyak membaca, berpikir, dan menulis sangat diharapkan dapat
dilaksanakan guru di sekolah. Untuk itu, modus pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan konteks kelas masing-masing (Suyono, 2007).
f. Memilih dan Memanfaatkan Alat Bantu/Media/Sumber Belajar
Kelancaran dan efektivitas pembelajaran antara lain didukung oleh
kehadiran alat bantu/media/sumber belajar yang tersedia. Ketersediaan alat bantu/media/sumber belajar memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik,
lebih intensif, dan lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena
itu, alat bantu/media/sumber belajar perlu dihadirkan dengan tepat.
Lebih lanjut, alat bantu/media/sumber belajar perlu dimanfaatkan
secara sinergis untuk mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun saat ini telah
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 11/26
11
banyak media/sumber belajar yang canggih, alat bantu mengajar (papan tulis,
penghapus, kapur/spidol) tetap diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Memang, media pembelajaran (OHP, LCD, dan sejenisnya) semakin
memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Akan tetapi media itu
juga bukan segalanya. Penciptaan kondisi yang dapat mendorong siswa banyak
membaca, berpikir, dan menulis tetap lebih utama.
Sumber belajar adalah “tempat” asal-usulnya bahan ajar diperoleh
(misalnya buku kumpulan puisi/cerpen, dan sejenisnya) atau “tempat” yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar (misalnya alam sekitar
dan manusia sumber). Ketersediaan buku kumpulan cerpen/puisi
mengondisikan siswa dapat membaca karya sastra untuk memulai proses
apresiasi. Pada kesempatan yang lain, untuk menulis wacana deskripsi,
misalnya, siswa dapat diajak mengamati objek di sekitar kelas atau sekolah.
Objek di sekitar kelas atau sekolah itu merupakan sumber belajar, yakni
memungkinkan terjadi proses belajar menulis wacana deskripsi. Melalui
kegiatan mengamati objek, siswa dapat berproses memunculkan gagasan untuk
dituangkan dalam kalimat dan paragraf.
Pemilihan alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar
didasarkan atas pertimbangan fungsi dan bukan sekedar untuk memenuhi
gengsi. Artinya, penghadiran alat bantu/media/sumber belajar harus benar-
benar untuk dimanfaatkan secara optimal dalam rangka membantu siswa untuk
belajar dengan sebaik-baiknya. Penghadiran sumber belajar yang berupa film,
misalnya, bukan sekedar untuk dinikmati begitu saja, tetapi lebih dari itu, film
dimanfaatkan untuk belajar melakukan apresiasi film atau bahkan siswa
mungkin dapat belajar bagaimana seorang sutradara bekerja dengan baik untuk
menghasilkan film yang baik.Alat bantu/media/sumber belajar yang diperlukan harus ditulis secara
rinci dan jelas—misalnya untuk sumber belajar yang berupa buku perlu
dicantumkan judul buku, pengarang, penerbit dan nomor halaman—agar pihak
lain yang membutuhkan dapat melacak dan menemukan dengan mudah.
Informasi yang jelas mengenai alat bantu/media/sumber belajar yang
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 12/26
12
digunakan dalam RPP juga menunjukkan bahwa pembuat RPP sangat
bertanggung jawab terhadap sumber-sumber yang digunakan.
g. Mengembangkan Instrumen Asesmen
Asesmen (assessment ) adalah seluruh proses untuk mengumpulkan
informasi terkait dengan kemajuan proses dan hasil belajar siswa. Dengan
demikian, tes (test ) termasuk instrumen asesmen. Panduan pengamatan atau
wawancara untuk melihat bagaimana kemampuan siswa berbahasa lisan juga
termasuk instrumen asesmen. Rambu-rambu menulis karya ilmiah untuk
mendorong dan memandu siswa praktik menulis karya ilmiah juga termasuk
instrumen asesmen. Petunjuk dan kerangka karangan yang disediakan untuk
membantu siswa berproses menghasilkan tulisan atau karangan juga termasuk
instrumen asesmen. Pelaksanaan berbagai jenis tes atau nontes termasuk
wilayah asesmen, yakni bagian dari proses mengumpulkan informasi untuk
mengetahui kemajuan proses dan hasil belajar.
Lembar jawaban siswa, catatan pengamatan, rekaman hasil wawacara,
karya ilmiah yang dihasilkan siswa atau bentuk tulisan lain yang dihasilkan
siswa akan dibaca dan dicermati guru dan pada akhirnya diberi skor. Proses
memberi skor terhadap hasil tes, hasil menulis ilmiah atau kegiatan menulis
lainnya, atau proses memberi skor terhadap hasil pengamatan atau wawancara
semua itu termasuk kegiatan pengukuran (measurement ). Untuk melakukan
pengukuran, guru perlu menyiapkan kunci jawaban, rambu-rambu jawaban,
rubrik pengukuran tulisan, atau instrumen pembantu lainnya.
Dalam rentang waktu tertentu, misalnya satu semester, siswa
mempunyai kumpulan skor. Ada skor yang diperoleh melalui tes (pilihan
ganda atau bentuk lainnya), dan ada pula skor yang diperoleh dari karanganatau tulisan. Mungkin ada pula skor yang dihasilkan dari catatan atau rekaman
guru dalam proses belajar-mengajar sehari, misalnya kemampuan siswa dalam
mengajukan atau menjawab pertanyaan. Siswa juga masih memiliki skor hasil
pengerjaan tugas-tugas harian. Semua skor tadi kemudian diolah dengan
menggunakan rumus tertentu untuk menentukan nilai akhir semester. Proses
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 13/26
13
menentukan nilai akhir siswa dengan memanfaatkan rumus tertentu dari skor-
skor yang diperoleh siswa itulah yang disebut penilaian (evaluation3). Sampai
di sini siswa telah memperoleh nilai akhir semester yang biasanya dicantumkan
dalam buku laporan pendidikan.
Setelah mengetahui nilai akhir semua siswanya, guru merenung. Dalam
perenungan itu, dalam pikiran guru timbul beberapa pertanyaan, misalnya: saya
sudah berusaha keras, mengapa sebagian besar siswanya hanya memperoleh
nilai akhir rata-rata 7? Padahal saya tidak pernah kosong, saya juga
bersungguh-sungguh dalam mengajar dan semua pekerjaan juga saya koreksi
dan saya kembalikan, mengapa hasil belajar siswa juga belum memuaskan?
Mengapa semua itu terjadi? Untuk waktu yang akan datang, langkah apa yang
sebaiknya saya lakukan? Perlukah saya mengubah cara penyajian
pembelajaran? Perlukah saya memberi jam pelajaran tambahan? Atau perlukah
saya mengedril siswa pada saat menjelang ujian semesteran? Seluruh
pertanyaan yang muncul dalam diri guru selama kegiatan perenungan itu
semua termasuk contoh kegiatan evaluasi pembelajaran (evaluation).
Asesmen, tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi (ATPPE) harus
dipahami secara benar dan digunakan secara tepat. ATPPE dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir,
berbahasa, dan bersastra secara optimal. ATPPE harus dilaksanakan secara
konsisten sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa dan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Penilaian berbasis kelas dan asesmen otentik
merupakan modus yang paling tepat untuk mengetahui kemajuan proses dan
hasil pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam silabus, hanya disebut teknik, bentuk instrumen, dan contoh
instrumen asesmen, tetapi dalam RPP semua instrumen harus disiapkan dan bahkan kunci jawaban, rambu-rambu jawaban, atau rubrik penilaian yang
diperlukan juga harus disediakan.
3. Guru yang Efektif
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 14/26
14
Kecakapan dan pengetahuan dasar seorang guru yang efektif terletak dalam
sedikitnya 4 (empat) ciri utama. Pertama, guru harus mengenal setiap murid yang
dipercayakan padanya. Kedua, guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas
tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap
pembangunan. Ketiga, guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
Sesungguhnya mengajar merupakan satu bentuk bimbingan dapat dilaksanakan oleh
guru. Keempat, guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru, mengenai ilmu
yang diajarkan. Keempat ciri di atas harus dimiliki oleh seorang guru, sebab gurulah
yang menjadi pembimbing dan penyuluh yang memelihara dan mengarahkan
perkembangan pribadi dan keseimbangan mental di dalam mempelajari dan
membangun sistim nilai dibutuhkan dalam masyarakat Indonesia.
Ciri guru dalam mengajar yang efektif tergantung pada keempat bidang yang
telah disebutkan. Mengajar yang efektif tergantung pada corak pemaknaan yang penuh
dari pengajar itu. Keempat ciri yang praktis itu salah satu tak dapat diabaikan, agar
dapat mengorganisasikan proses mengajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai
pemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektifitas maksimal, serta siswa mampu
mendapatkan hasil terbaik dan otentik. Guru yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki kestabilan emosi, ingin
memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan, terutama inovasi pendidikan untuk mencapai semua itu, guru harus
memiliki dan menguasai berbagai jenis pelajar, menguasai teori dan praktek
kependidikan menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran.
2) Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pandai bergaul dengan masyarakat.
Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang
hubungan antar manusia, dan guru harus memiliki keterampilan sertamenyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
3) Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar,yakni harus menguasai berbagai
metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar baik dalam kelas
maupun di luar kelas.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 15/26
15
Jadi guru mempunyai tugas yang amat penting, sebab gurulah yang
menanamkan adat istiadat yang baik dalam jiwa murid-murid, dan gurulah yang
memasukkan pendidikan akhlaq dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak.
Bahkan gurulah yang memberikan pendidikan kemasyarakatan dan cinta tanah air
murid-murid. Mengingat tugas dan tanggung jawab seorang guru yang begitu
kompleksnya, maka guru yang efektif memiliki ciri khusus antara lain dikemukakan
sebagai berikut :
1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep-konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan pekerjaan
atau bidang profesinya.
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakan
5) Memungkinkan perkembangan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan
Selain ciri-ciri tersebut di atas, masih ada ciri-ciri guru yang efektif yang harus
dipenuhi antara lain:
1. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya maupun
guru dengan siswanya
3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya dalam masyarakat.
Atas dasar pernyataan tersebut jelaslah bahwa guru yang efektif dan
profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan, agar dapat mencapai tingkat
pemahaman yang mendalam. Guru memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial merupakan dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas
keguruannya secara efektif antara guru dan siswa. Kepribadian guru menunjukkan perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, sosial dinamika, (reflektif serta
berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Guru yang memiliki kepribadian dan
sosial yang bertanggung jawab dalam uraian ini adalah:
1. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan
keimanan)
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 16/26
16
2. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab
3. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun
di luar sekolah
4. Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi
tujuan yang baik
5. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya dan
masyarakat
6. Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai
yang diyakininya
7. Guru mampu tampil baik dan berwibawa
8. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
produktif.
Tugas dan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan ciri-ciri guru yang efektif,
sebagaimana yang dikutip oleh Nana Sajana mengemukakan bahwa ada empat ciri-ciri
guru, yakni:
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tigkah laku siswa
2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya.
4. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar
Dari pendapat di atas, maka guru harus memiliki kemampuan yang dapat
dibagi dalam tiga bidang berikut. Pertama, memiliki kemampuan dalam bidang
kognitif, artinya kemampuan dalam bidang intelektual seperti penguasaan mata
pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan
tingkah laku individu, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang
cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan kemasyarakatan serta pengetahuanumum. Kedua, memiliki kemampuan bersikap terhadap orang lain, artinya guru
mampu menampilkan prilaku sikap positif terhadap orang lain, yaitu kemampuan
menilai, menghargai, berkomunikasi, atau bahkan memberi sanksi secara obyektif.
Ketiga, memiliki kemampuan perilaku, artinya kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan dalam pembelajaran, yaitu keterampilan mengajar, membimbing,
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 17/26
17
menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan
siswa, keterampilan menyusun perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan
administrasi kelas dan lain-lain.
Ketiga ciri yang harus dimiliki oleh seorang guru tersebut tidaklah berdiri
sendiri, tetapi saling mempengaruhi. Selain ciri-ciri di atas, masih ada ciri-ciri guru
yang efektif antara lain:
a. Sikap positif sebagai dasar terhadap pengajaran yang efektif
1. Guru sebaiknya memiliki sikap positif sebagai dasar terhadap pengajaran yang
efektif, sebab guru dan sekolah mempunyai pengaruh positif yang penting pada
siswa.
2. Guru-guru cenderung menggunakan pujian dari pada kritik
3. Guru yang efektif berkemampuan tinggi cenderung bersifat fleksibel.
b. Penggunaan waktu
1. Guru yang memiliki kemampuan tinggi menggunakan waktu secara efektif.
2. Pemindahan dari waktu kewaktu sesuai alokasi waktu dimanfaatkan oleh guru
dan siswa secara efektif untuk mencapai tujuan.
3. Motivasi dan prestasi berkaitan dengan guru-guru yang efektif yang
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
c. Keterampilan berkomunikasi yang efektif
Ada empat aspek komunikasi yang efektif, yaitu penguasaan istilah, kata yang
tepat, pembicaraan yang ada kaitannya dan penekanan. Dari beberapa ciri guru di
atas dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan utamanya dalam proses
pembelajaran.
4. Teacher Directed Instruction
Sistem pembelajaran pada hampir semua program studi perguruan tinggi diIndonesia masih bersifat satu arah, yaitu pemberian materi oleh dosen. Sistem
pembelajaran tersebut dikenal dengan model Teacher Directed Instruction atau
Teacher Centered Learning (TCL), yang ternyata membuat mahasiswa atau peserta
belajar pasif karena hanya mendengarkan kuliah sehingga kreativitas mereka kurang
terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 18/26
18
Pada sistem pembelajaran model TCL, dosen lebih banyak melakukan kegiatan
belajar-mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau
mendengarkan ceramah, mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi
yang merasa memerlukannya. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil
pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model ini berarti
memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana dosen
bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan.
Perbaikan untuk model pembelajaran TCL telah banyak dilakukan, antara lain
mengkombinasikan lecturing dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Walaupun
sudah ada perbaikan, tetapi hasil yang dihasilkan masih dianggap belum optimal. Pola
pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas
pembelajaran rendah. Hal tersebut setidaknya tampak pada dua hal. Pertama, dosen
sering hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran. Kedua,
pada saat-saat mendekati ujian, di mana aktivitas mahasiswa “berburu” catatan
maupun literatur kuliah, serta aktivitas belajar mereka mengalami kenaikan yang
sangat signifikan, namun turun kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai.
Implikasi lain dari sistem pembelajaran TCL adalah dosen kurang
mengembangkan bahan kuliah dan cenderung seadanya (monoton), terutama jika
mahasiswanya cenderung pasif dan hanya sebagai penerima transfer ilmu. Dosen
mulai tampak tergerak untuk mengembangkan bahan kuliah dengan banyak membaca
jurnal atau download artikel hasil-hasil penelitian terbaru dari internet, jika
mahasiswanya mempunyai kreativitas tinggi, banyak bertanya, atau sering mengajak
diskusi. Namun, karena sistem pembelajaran TCL pada akhirnya “lebih
mengkondisikan” mahasiswa pasif dan hanya sebagai penerima transfer saja, maka
dosen pun menjadi kurang termotivasi untuk mengembangkan bahan kuliahnya.
5. Student Centered Teaching
Oleh karena sistem pembelajaran Teacher Centered Learning ditemukan
banyak kelemahan, maka sistem tersebut perlu diubah ke arah sistem pembelajaran
dengan model Students Centered Learning (SCL). Pada sistem pembelajaran SCL
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 19/26
19
mahasiswa dituntut aktif mengerjakan tugas dan mendiskusikannya dengan dosen
sebagai fasilitator. Dengan aktifnya mahasiswa, maka kreativitas mahasiswa akan
terpupuk. Kondisi tersebut akan mendorong dosen untuk selalu mengembangkan dan
menyesuaikan materi kuliahnya dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang
menyediakan banyak cara untuk mendapatkan informasi sumber belajar, memberikan
peluang untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran baru secara optimal
sehingga mendukung upaya mewujudkan kompentensi yang diharapkan. Kemajuan
ICT juga memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan belajar tidak hanya secara
formal, tetapi belajar melalui berbagai media atau sumber. Dengan demikian dosen
bukan lagi sebagai sumber belajar utama, melainkan sebagai “mitra pembelajaran”.
Pada model pembelajaran SCL, berarti mahasiswa harus didorong untuk
memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri kemudian berupaya keras mencapai
kompentensi yang diinginkan. Hal ini bias dilakukan dengan cara banyak berdiskusi,
maka mahasiswa berani mengemukakan pendapat, belajar memecahkan masalah yang
dihadapi dan tidak takut pada dosen. Harapannya dengan diterapkan system
pembelajaran SCL adalah mahasiswa aktif dan kreatif, menyelesaikan tugas akhir
dengan lancar/cepat, karena konsultasi pada dosen tidak punya rasa takut, dengan
harapan mahasiswa dapat menyelesaikan studi dengan lancar dan tepat waktu sesuai
dengan target atau bahkan bisa lebih cepat dari standar waktu masa studi. Selanjutnya
mahasiswa setelah lulus diharapkan mampu berkompetisi di dunia kerja.
SCL atau Student Centered Learning merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses experiential
learnig . Bila pembelajar itu dapat dikategorikan ke dalam tipe-tipe activist, reflector,
theorist , dan pragmatist, berarti pendekatan SCL tersebut merupakan metode yang
dapat memfasilitasi pembelajar, dalam hal ini mahasiswa sehingga secara langsungataupun tidak dapat terlibat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran SCL,
pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena
memiliki beberapa keunggulan yaitu: (1) mahasiswa atau peserta didik akan dapat
merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena mahasiswa diberi
kesempatan yang luas untuk berpartisipasi; (2) mahasiswa memiliki motivasi yang
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 20/26
20
kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; (3) tumbuhnya suasana demokratis
dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-
membelajarkan di antara mahasiswa; (4) dapat menambah wawasan pikiran dan
pengetahuan bagi dosen atau pendidik karena sesuatu yang dialami dan disampaikan
mahasiswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh dosen.6 Keunggulan-
keunggulan yang dimiliki model pembelajaran SCL tersebut akan mampu mendukung
upaya ke arah pembelajaran yang efektif dan efisien yang dicirikan oleh (1) relevansi
dan real world ; (2) organisasi: sequence dan cumulative effects; (3) praktik; (4)
transfer dan transformasi; (5) motivasi; (6) makna atau eksplorasi; (7) hasil dan umpan
balik.
SCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa,
bukan hanya pada aktivitas dosen mengajar. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran
yang terprogram dalam desain FEE . Situasi pembelajaran dalam SCL di antaranya
bercirikan:
1. Mahasiswa belajar baik secara individu maupun berkelompok untuk membangun
pengetahuan, dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi
yang dibutuhkan secara aktif daripada sekadar menjadi penerima pengetahuan
secara pasif;
2. Dosen lebih berperan sebagai FEE dan guides on the sides daripada sebagai
mentor in the centered , yaitu membantu mahasiswa mengakses informasi, menata
dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-
hari, daripada sekadar sebagai gatekeeper of information;
3. Mahasiswa tidak sekadar kompeten dalam bidang ilmunya, tetapi juga kompeten
dalam belajar. Artinya, mahasiswa tidak hanya menguasai isi matakuliahnya, tetapi
mereka juga belajar tentang bagaimana belajar (learn how to learn), melalui
discovery, inquiry, dan problem solving dan terjadi pengembangan;4. Belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh dosen, yang mampu
mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada mahasiswa;
5. Belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (life long learning ), suatu
ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 21/26
21
6. Belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai
sumber informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk pemberdayaan
mahasiswa dalam mencapai ketrampilan utuh (intelektual, emosional, dan
psikomotor) yang dibutuhkan.
Sebuah perguruan tinggi yang menerapkan metode pembelajaran dengan
model SCL mempunyai beberapa karakteristik yang dapat kita temui antara lain:
1. Adanya berbagai aktivitas dan tempat belajar;
2. Display hasil karya mahasiswa;
3. Tersedia banyak materi belajar;
4. Tersedia banyak tempat yang nyaman untuk diskusi/bercengkerama;
5. Terjadi kelompok-kelompok dan interaksi multi-angkatan;
6. Ada keterlibatan dunia bisnis/industri dan masyarakat lainnya;
7. Jam buka perpustakaan fleksibel.
Peran dosen dalam proses pembelajaran model SCL memiliki peran yang
penting dalam pelaksanaan model SCL yaitu meliputi:
1. Bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran;
2. Mengkaji kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir
pembelajaran;
3. Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan
beragam pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai
kompetensi yang dituntut matakuliah;
4. Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk
dimanfaatkan dalam pemecahan permasalahan sehari hari;
5. Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang
relevan dengan kompetensi yang akan diukur.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran ini mahasiswa juga mempunyai peranan yang tidak kalah penting karena mahaiswa termasuk salah satu yang ikut
menentukan proses pembelajaran model ini berhasil atau tidak. Peran mahasiswa
meliputi:
1. Mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen;
2. Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen;
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 22/26
22
3. Membuat rencana pembejaran untuk matakuliah yang diikuti;
4. Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan
terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan
berpikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu
maupun kelompok.
Agar pembelajaran model SCL dapat diimplementasikan secara efektif dan
efisien, maka perguruan tinggi juga mempunyai peranan sebagai berikut:
1. Mengkaji kurikulum, program pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar
yang mengacu pada SCL;
2. Membuat kebijakan tentang sosialisasi dan penerapan SCL di institusinya;
3. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk terlaksananya SCL dengan
menciptakan networking dengan dunia kerja, lembaga-lembaga masyarakat, atau
instansi yang terkait;
4. Membenahi pola pikir (mindset ) pada dosen dan pengelola program pendidikan
pada umumnya tentang pentingnya mengubah paradigma mengajar berorientasi
pada dosen semata pada pola pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa,
yang dicirikan dengan adanya interaksi yang positif dan konstruktif antara dosen
dan mahasiswa dalam membangun pengetahuan;
5. Melatih dan memberikan dukungan yang penuh kepada para dosen dalam
menerapkan SCL dalam proses pembelajaran;
6. Memanfaatkan perencanaan pembelajaran yang berorientasi SCL, yang
dikembangkan para dosen, dalam pengadaan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran;
7. Menciptakan sistem yang memungkinkan dosen dan seluruh civitas akademica
dapat berkomunikasi dan berkoordinasi serta akses terhadap IT (information
technology).Pemahaman peran dari ketiga elemen utama proses pembelajaran sebagaimana
diuraikan di atas, akan mampu mendukung efektivitas metode-metode pembelajaran
yang masuk dalam klasifikasi model pembelajaran SCL. Adapun metode-metode yang
dimaksud adalah: (1) small group discussion; (2) role-play and simulation; (3) case
study; (4) discovery learning ; (5) self-directed learning ; (6) cooperative learning ; (7)
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 23/26
23
collaborative learning ; (8) contextual learning ; (9) project based learning ; dan (10)
problem based learning and inquiry.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2003. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Dewajani, Sylvi. 2006. “Student Centered Learning”, Materi Lokakarya Peningkatan Kualitas Teknik Pembelajaran Student Center Learning . Yogyakarta: PusatPengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada.
Direktorat Pembinaan SMP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan RPP. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pembinaan SMP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan
Menyusun Bahan Ajar . Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabusdan Sistem Penilaian Berdasarkan KBK SMA Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Harsono, 2005. “Aplikasi SCL dalam Proses Pembelajaran” dalam www.belajar.
usd.ac.id/Ramdhani, Neila, 2006, “Ruh Experiential Learning dalam SCL”, dalamhttp://neila.staff.ugm.ac.id/?pilih=lihat&id=10.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: A SagePublications Company.
Laster, Lan. 1985. The school of the future : some teachers view on education in the year
2000. UK.
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (online)(http://www.depdiknas.org) (diakses 3 Desember 2005).
Peraturan Mendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi (SI). (online).
(http://www.BSNP.org) (diakses 15 Juni 2006).
Peraturan Mendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). (online).
(http://www.BSNP.org) (diakses 15 Juni 2006).
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 24/26
24
Peraturan Mendiknas No. 24/2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. (online).(http://www.BSNP.org) (diakses 15 Juni 2006).
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi:Ketentuan
Pokok, Pengembangan Silabus, Penilaian Berbasis Kelas, Pengelolaan dan
pelaksanaan KBK . Jakarta: Depdiknas.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar . Jakarta:
Depdiknas.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Pedoman Penyusunan Silabus. Jakarta:Depdiknas.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Reigeluth, C.M. 1983. Instruction design theories and models, an overview of their current status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidikan Profesional . Cetakan I, Jakarta: Amelia Opset.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Cetakan IV; Jakarta:
Bineka Cipta.
Surahman, Winarno. 1965. Metodologi Pengajaran Nasional. C.V. Jemars, Bandung:1965.
Sudjana, S.D. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif . Bandung: Falah
Production.
Sujana, Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Cetakan III, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suyono. 2007. Membaca-Menulis sebagai Motode Pembelajaran. Manuskrip. Belum
Dipublikasikan.
Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cetakan I; Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wijaya, Cece. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan I;Bandung: PT. Remaja Rosda.
5/10/2018 00-Effective Teaching-TUGAS 4-EDIT 29 MEI 2010 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/00-effective-teaching-tugas-4-edit-29-mei-2010 25/26
25
TUGAS
EFFECTIVE TEACHING, PERENCANAANPEMBELAJARAN, GURU YANG EFEKTIF, TEACHER
DIRECTED INSTRUCTION,DAN STUDENT CENTERED TEACHING