110314010-keracunan-organofosfat
TRANSCRIPT
![Page 1: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/1.jpg)
Penanganan Keracunan Organofosfat
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Pada tahun 1930an organofosfat
digunakan sebagai insektisida, namun pihak militer Jerman mengembangkan senyawa ini
sebagai neurotoksin selama perang dunia kedua.
Struktur umum organofosfat
Gugus X pada struktur di atas disebut “leaving group” yang tergantikan saat organofosfat
menfosforilasi asetilkholin serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis. Sedangkan gugus R1
dan R2 umumnya adalah golongan alkoksi, misalnya OCH3 atau OC2H5. Organofosfat dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothioat, fosforamidat,
fosfonat, dan sebagainya.
Pada tahun 1983 dilaporkan angka mortalitas keracunan pestisida yang tidak disengaja
mencapai 7 per 10 juta laki-laki dan 0,5 per 10 juta wanita. Biasanya, sekitar 20.000 kasus
intoksikasi organofosfat dilaporkan setiap tahunnya. Pada tahun 1998, American Association
of Poison Control Centers melaporkan sebanyak 16.392 jiwa terpapar organofosfat dan 11
jiwa diantaranya mengalami kematian. Anak-anak yang terpapar senyawa ini sepertinya lebih
besar di negara berkembang karena anak-anak banyak yang bekerja di ladang pertanian atau
disewa sebagai buruh pertanian. Penggunaan organofosfat sebagai agen bunuh diri ternyata di
negara berkembang lebih besar. Bunuh diri dan keracunan organofosfat menyebabkan
200.000 kematian setiap tahunnya di negara berkembang.
Penelitian tentang keracunan pestisida selama satu tahun (1999-2000) di tujuh rumah sakit di
Jawa melaporkan 126 kasus, 100 kasus terjadi pada pria dan 26 kasus terjadi pada wanita.
Sebanyak 11% dari kasus terjadi pada orang dewasa berusia 22-55 tahun. Penyebab
keracunan antara lain karena kesengajaan (43%), pekerjaan (37%) dan kecelakaan (16%).
Keracunan tersebut paling banyak disebabkan oleh pestisida golongan organofosfat.
B. Mekanisme Aksi
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah
enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat
mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat.
Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi
reseptor possinap yang persisten.
Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting
pada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter pada ganglia
sistem saraf simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor
nikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan
midriasis, takikardi, dan hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia
sistem saraf parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
![Page 2: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/2.jpg)
Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang
secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial.
Tidak seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.
C. Biotransformasi
Bioaktivasi senyawa ini terdiri dari desulfurisasi oksidasi yang sebagian besar terjadi di hati
tetapi tidak secara eksklusif. Metabolisme dilakukan oleh enzim Sitokrom P450 yang
mendorong terbentuknya oxon atau oksigen yang analog dengan induk pestisida.
Berbagai macam enzim Sitokrom P450 terlibat dalam aktivasi organofosforotioat menjadi
oxon-oxonnya dengan spesifitas substrat yang berbeda. Sebagai contoh, diazinon diaktivasi
oleh CYP2C19, sementara parathion diaktivasi oleh CYP3A4/5 dan CYP2C8, dan
Klorpyrifos diaktivasi oleh CYP2B6. Aktivasi organofosfat tidak hanya melalui desulfurisasi
oksidasi tetapi reaksi lain juga dapat mengaktivasi senyawa ini. Sejalan dengan hal tersebut,
insektisida organofosfat mengalami oksidasi tioeter (pembentukan sulfoksida S=O, diikuti
pembentukan sulfon O=S=O) yang terjadi pada sebagian leaving group yang juga dikatalis
oleh Sitokrom P450. Sebagai contoh, pada kasus organofosfat disulfoton, sulfoksida dan
sulfon lebih poten sebagai inhibitor kolinesterase dibandung senyawa induknya. Pada
biotransformasi pestisida senyawa diubah menjadi metabolit yang lebih poten. Hal tersebut
berbeda dengan metabolisme senyawa lain yang bertujuan untuk deaktivasi atau mengubah
senyawa menjadi tidak toksik.
D. Penatalaksanaan Keracunan
Untuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi
pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.
1. Stabilisasi Pasien
Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus
dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang
dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus
dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan
neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan
secara intravena dan monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin
secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini
harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien
harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses
pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk
menghindari kontaminasi skunder dari udara.
Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar
secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang
masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah
kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik
![Page 3: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/3.jpg)
atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung
kurang efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi
pasien yang mengalami muntah.
Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih
tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan
lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif
karena dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.
3. Pemberian Antidotum
a) Agen Antimuskarinik
Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa
digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering
digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan
tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu
bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea.
Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai
teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit
sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan
Atropin.
b) Oxime
Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek
neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak
berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat
mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif
enzim.
Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load
diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan
mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal
30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus.
Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness,
pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah,
hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut
jarang terjadi dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum
keracunan organofosfat.
Kasus-kasus toksisitas organofosfat:
Menurut WHO, WHO (World Health Organisation) 3 juta orang yang bekerja pada sektor
pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang
diantaranya meninggal setiap tahunnya.
Sepanjang kurun waktu 2004-2008 terjadi keracunan fatal insektisida sebanyak 20 orang.
Sembilan belas kasus (95%) meninggal karena bunuh diri menggunakan Carbanat dan satu
![Page 4: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/4.jpg)
orang (5%) keracunan organosfosfat karena kecelakaan. Korban wanita sebanyak 80% dan
kebanyakan berusia antara 20 – 59 tahun. Semua korban bekerja pada pekerja yang tidak ada
hubungannya dengan insektisida antara 20 – 59 tahun. Semua korban bekerja pada pekerja
yang tidak ada hubungannya dengan insektisida. Penyalahgunaan insektisida untuk tujuan
bunuh diri mungkin terjadi oleh karena ketersediaannya di tingkat keluarga maupun
kemudahan untuk memperoleh di pasaran.
Organofosfat
Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya.
Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organofosfat
tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk
membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya
fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti
asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti
myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari
substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin,
ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada
mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata.
a) Struktur Komponen Organofosfat
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut digunakan
untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi
senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion, sarin dan schordan yang sangat efektif
sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan
ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis:
malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.
struktur komponen organofosfat
b) Mekanisme Toksisitas Organosphosfat
![Page 5: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/5.jpg)
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering
menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan
kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang
dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase
dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis
asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah
asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf
pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada
seluruh bagian tubuh.
Acetylcholine Receptors
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam
bentuk komponen yang stabil.
Tabel Nilai LD50 Insektisida Organofosfat
![Page 6: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/6.jpg)
c. Gejala Keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada
adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun
perifer.
Tabel. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat
Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
- Miosis
- Berkeringat
2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah
- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia
3. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Kelemahan umum
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
- Koma
![Page 7: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/7.jpg)
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya
stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata
dan otot polos.
Penatalaksanaan Penanganan Kasus Keracunan Organofosfat
Seperti bahan kimia beracun lainnya, organofosfat dapat meracuni orang dengan beberapa cara:
melalui kulit dan mata, melalui mulut (dengan menelan), atau melalui udara (dengan bernapas). Setiap
kasus keracunan, tindakan yang diambil untuk orang yang terpapar berbeda tergantung cara
pemaparan.
a) Bila kulit terkena organofosfat
Kebanyakan keracunan organofosfat terjadi akibat terserapnya organofosfat melalui kulit. Hal ini
terjadi ketika organofosfat dituang dan tumpah, atau terciprat ketika campuran organofosfat diaduk
sebelum disemprotkan, atau ketika Anda menyentuh tanaman yang baru saja disemprot. Organofosfat
juga dapat menyentuh kulit melalui pakaian atau ketika Anda mencuci pakaian yang terkena
organofosfat.
Kulit yang ruam dan iritasi adalah gejala awal terjadinya keracunan melalui kulit. Mengingat bahwa
gejala kulit tersebut bisa terjadi karena hal-hal lain, seperti reaksi terhadap tanaman tertentu, gigitan
serangga, infeksi, atau alergi, maka sulit untuk mengetahui apakah gejala yang timbul ini akibat
organofosfat atau reaksi terhadap hal lain.
Bicarakanlah dengan pekerja lainnya untuk mengetahui apakah mereka mengalami reaksi yang serupa
saat bekerja dengan tanaman pangan yang sama. Jika Anda bekerja dengan organofosfat dan
mengalami ruam kulit, lebih baik segera ditangani seolah-olah gejala tersebut disebabkan oleh
organofosfat.
Perawatan
Jika tubuh Anda atau orang lain terkena organofosfat: Organofosfat dapat melekat di kulit,
rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat melihat atau menciumnya.
Cucilah dengan sabun setiap kali selesai menggunakan organofosfat.
Cepat ganti pakaian yang terkena percikan organofosfat.
Segera cuci bagian tubuh yang terkena organofosfat dengan sabun dan air dingin.
Jika organofosfat masuk ke mata, cucilah mata dengan air bersih selama 15 menit.
Jika kulit Anda melepuh akibat organofosfat:
Bersihkan dengan air dingin.
Jangan lepaskan apa pun yang menempel di luka tersebut.
Jangan oleskan salep, minyak, atau mentega.
Jangan pecahkan kulit yang melepuh.Jangan lepaskan kulit yang terkelupas.
Tutup kulit yang melepuh dengan kasa steril, jika ada.
Jika rasa sakit tidak hilang, segera cari bantuan pengobatan! Bawalah wadah organofosfat
atau informasi nama organofosfat yang digunakan. Hal ini perlu untuk memberikan
pengobatan yang tepat.
b) Bila organofosfat tertelan
Organofosfat dapat tertelan jika seseorang makan, minum, atau merokok di kebun sambil bekerja
dengan organofosfat, atau meminum air yang sudah terkontaminasi oleh organofosfat. Anak-anak
![Page 8: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/8.jpg)
dapat memakan atau meminum organofosfat terutama jika organofosfat disimpan dalam wadah yang
juga digunakan untuk menyimpan makanan, atau dibiarkan di tempat terbuka atau di tempat yang
rendah, mudah terjangkau oleh anak-anak.
Perawatan
Bila seseorang menelan organofosfat
Bila orang tersebut tidak sadar, baringkan dalam posisi miring dan pastikan ia tetap bernapas.
Bila orang tersebut tidak bernapas, cepat berikan bantuan pernapasan dari mulut ke mulut.
Memberi pernapasan bantuan dari mulut ke mulut dapat membuat Anda terpapar organofosfat
juga, jadi gunakan masker saku, sepotong kain, atau kantong plastik tipis yang tengahnya
sudah dilubangi sebelum Anda memberi pernapasan bantuan dari mulut ke mulut.
Cari kemasan organofosfatnya dan segera baca label atau informasi yang tertera. Label ini
akan menjelaskan apakah Anda harus membuatnya memuntahkan racunnya atau tidak.
Bila orang tersebut dapat minum, berikan banyak air bersih untuk diminum.
Carilah pertolongan medis. Jika mungkin, bawalah selalu label atau nama organofosfat agar
mendapat pertolongan yang paling tepat.
Jangan sampai muntah bila label melarang muntah. Bila Anda menelan organofosfat yang
mengandung bensin, minyak tanah, xylene, atau cairan lain yang mengandung bahan bakar,
jangan pernah muntah karena akan memperburuk kondisi. Disamping itu, jangan biarkan
orang tersebut muntah bila ia tidak sadarkan diri, bingung, atau tubuhnya gemetar.
Bila Anda yakin label menyatakan boleh dimuntahkan, berikan orang tersebut: segelas air
garam atau 2 sendok makan tumbukkan daun-daunan beraroma keras (seperti seledri,
kemangi, atau daun-daunan lokal lainnya) dengan 1 atau 2 gelas air hangat.
Ajak penderita bergerak terus; ini akan membantu muntah lebih cepat. Setelah muntah,
berikan arang aktif atau arang bubuk. Hal ini akan membantu menyerap sisa racun yang
masih ada di dalam perut.
Campurkan ½ cangkir arang aktif atau 1 sendok makan arang bubuk dengan air hangat dalam
gelas besar. Arang bubuk dibuat dari kayu yang dibakar, atau bahkan dari roti bakar atau
tortilla (roti tipis dari jagung, biasa dimakan orang Mexico) bakar. Arang aktif lebih baik
daripada arang bubuk, namun arang bubuk juga dapat dipakai. JANGAN gunakan arang
briket karena beracun!!
Setelah orang tersebut muntah, atau bahkan bila ia tidak muntah, Anda dapat memperlambat
penyebaran racun dalam perjalanan ke dokter dengan memberikannya minuman: 1 butir putih
telur, atau segelas susu sapi murni. Minum susu tidak mencegah keracunan organofosfat
namun dapat memperlambat penyebaran racun.
Jika seseorang menelan organofosfat dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka dapat minum
sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan magnesium hidroksida yang
menghasilkan cairan berwarna putih susu). Obat ini akan menyebabkan diare yang mengeluarkan
racun dari dalam tubuh.
Kapan menggunakan atropin
Atropin adalah obat untuk mengatasi keracunan dari jenis organofosfat tertentu yang disebut
organofosfat dan karbamat. Jika label pada kemasan menyatakan agar menggunakan atropin, atau jika
dikatakan bahwa organofosfat itu merupakan “cholinesterase inhibitor” (suatu bahan kimia yang
menghentikan proses ensim kholinesterase), gunakan atropin sesuai petunjuk. Jika label tidak
menganjurkan penggunaan atropin, jangan gunakan.
![Page 9: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/9.jpg)
Atropin hanya digunakan untuk keracunan organofosfat atau karbamat. Atropin TIDAK dapat
mencegah keracunan tetapi hanya menunda dampak keracunan. Atropin sebaiknya tidak digunakan
sebelum penyemprotan.
PENTING: Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan organofosfat: obat tidur
(sedatif), morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline, atau obat lain yang memperlambat atau
mempersulit pernapasan karena akan membuat orang tersebut berhenti bernapas.
c) Bila Organofosfat Terhirup
Bila organofosfat dilepas ke udara, kita menghirupnya melalui hidung dan mulut. Begitu masuk ke
paru-paru, dengan cepat organofosfat masuk ke dalam darah dan menyebar racun ke seluruh tubuh.
Beberapa organofosfat tidak berbau sehingga sulit diketahui keberadaannya di udara. Umumnya
bentuk organofosfat yang menyebar di udara adalah fumigan (pengasap), aerosol, pengabut, bom
asap, pest strips (organofosfat yang dilekat pada potongan kertas), penyemprot, dan residu dari
penyemprotan. Anda dapat pula menghirup debu organofosfat di tempat penyimpanan, atau saat
sedang digunakan di dalam ruangan tertutup seperti rumah kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan
pertanian.
Debu yang mengandung organofosfat di udara dapat menyebar dan mengotori wilayah yang jauh dari
tempat dimana bahan ini digunakan. Dengan demikian debu organofosfat mudah masuk ke dalam
rumah-rumah. Bila Anda merasa telah menghirup organofosfat, segeralah menjauh dari
organofosfat! Jangan tunggu sampai kondisi memburuk.
Perawatan Jika Anda atau orang lain menghirup organofosfat:
Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam ruangan tertutup.
Hiruplah udara segar. Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas.
Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.
Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring • dan awasi agar ia
dapat bernapas dengan lancar.
Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke mulut
Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama organofosfatnya.
Jika ragu-ragu, segeralah keluar!
Gejala klinis :
1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan emesis
2. Miosis
3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak
mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang
putih/garlic)
4. Bradikardia sampai AV block
5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.
6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular
Penatalaksanaan :
1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram dengan
air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam.
2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic
3. Atropinisasi
![Page 10: 110314010-keracunan-organofosfat](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022100509/55cf9b86550346d033a66719/html5/thumbnails/10.jpg)
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik,
tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin
diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -
0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
· Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
· Pupil dilatasi
· Mukosa mulut kering
· Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon
penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis
penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap.
Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa t erjadi gagal nafas karena atropin tidak
mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik ( Kelumpuhan otot ) organofosfat.
4. Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction dan
tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier.
Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak <
12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 – 2 jam,kemudian diberikan setiap 6
- 12 jam bila gejala masih ada.
5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine (
menurunkan ambang kejang ), loop diuretic.
6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan
buatan.
7. Pengobatan supportif :
· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
· Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.