keracunan 2

28
Laporan Kasus Singkat KEMATIAN AKIBAT KERACUNAN PENDAHULUAN Sesuai surat permintaan visum dari Kepolisian Resort Way Kanan tertanggal 18 Agustus 2007, No. Pol. 119/VER/IX/2003/STPK. Pada surat tersebut polisi menduga bahwa korban meninggal akibat diracun. Menurut hasil penyidikan pihak kepolisian didapatkan bahwa racun yang digunakan adalah racun tikus, diketahui bahwa racun tikus mengandung senyawa arsen. Setelah dilakukan autopsi dari pihak RSUDAM ditemukan bahwa arsen yang terdapat dalam bilas lambung dan urin melebihi kadar normal yang dapat diterima oleh tubuh. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100µg/L, rambut 0.5 mg/kg dan kuku 0.5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Berdasarkan autopsi yang telah dilakukan pihak RSUDAM dapat diambil kesimpulan bahwa korban meninggal akibat keracunan. Keracunan Pasal 133 (1) KUHAP berbunyi: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang

Upload: hawania-ii

Post on 16-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Laporan Kasus Singkat

KEMATIAN AKIBAT KERACUNAN

PENDAHULUAN

Sesuai surat permintaan visum dari Kepolisian Resort Way Kanan tertanggal 18 Agustus 2007, No. Pol. 119/VER/IX/2003/STPK. Pada surat tersebut polisi menduga bahwa korban meninggal akibat diracun. Menurut hasil penyidikan pihak kepolisian didapatkan bahwa racun yang digunakan adalah racun tikus, diketahui bahwa racun tikus mengandung senyawa arsen.

Setelah dilakukan autopsi dari pihak RSUDAM ditemukan bahwa arsen yang terdapat dalam bilas lambung dan urin melebihi kadar normal yang dapat diterima oleh tubuh. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100g/L, rambut 0.5 mg/kg dan kuku 0.5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih.

Berdasarkan autopsi yang telah dilakukan pihak RSUDAM dapat diambil kesimpulan bahwa korban meninggal akibat keracunan.

Keracunan

Pasal 133 (1) KUHAP berbunyi: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya; pengertian atau batasan dari racun itu sendiri tidak dijelaskan, dengan demikian dipakai pengertian racun yang telah disepakati oleh para ahli.

Racun ialah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan secara faali, yang dalam dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal mana dapat berakhir dengan penyakit atau kematian.

Pengelompokan jenis racun:

1. Yang banyak terdapat di rumah tangga,

Desinfektan

Detergen

Insektisida

2. Yang banyak dipakai dalam pertanian dan perkebunan,

Pestisida

Herbisida

3. Yang banyak beredar dikalangan medis,

Hipnotika

Sedativa

Tranquilizer

Anti depresan

Analgetika

Narkotika

Antibiotika

4. Yang banyak dipakai dalam industri atau laboratorium,

Asam dan basa kuat

Logam berat

5. Yang banyak terdapat di alam bebas,

Opium

Ganja

Kokain

Amygdala (sianida dalam tumbuhan)

Racun binatang berbisa dan jamur

Mekanisme kerja racun dalam tubuh manusia:

1. Racun yang bekerja lokal atau setempat

Zat-zat korosif: lisol, asam kuat, basa kuat

Yang bersifat irritant: Arsen, HgCl2

Yang bersifat anestetik: kokain, asam karbol

2. Racun yang bekerja secara sistemik

Narkotika, barbiturat dan alkohol; terutama berpengaruh terhadap susunan saraf pusat

Digitalis dan asam oksalat; terutama berpengaruh terhadap jantung

Karbon monoksida dan sianida; terutama berpengaruh terhadap sistem enzim pernafasan dalam sel

Insektisida golongan chlorinated hydrocarbon dan golongan fosfor organi; terutama berpengaruh terhadap hati

Strychine, terutama berpengaruh pada medulla spinalis

Cantharides dan HgCl2; terutama berpengaruh terhadap ginjal

3. Racun yang bekerja secara lokal dan sistemik

Asam Oksalat

Asam karbol

Arsen

Garam Pb

Keracunan Arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian akibat memakan/ meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan Arsen. Kematian akibat keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga dapat didiagnosa salah sebagai suatu penyakit.Sumber:

Industri dan Pertanian: Arsen dalam bentuk Na/ K-arsenit terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-buahan, insektisida, fungisida, rodentisida, pembasmi tanaman liar dan pembunuh lalat

As2O3 (arsenious acid) adalah racun umum yang sekarang telah jarang digunakan lagi, terdapat dalam racun tikus. Larutan Fowler yaitu larutan As2O3 dahulu digunakan untuk mengobati demam, kemudian sebagai tonikum tetapi sekarang tidak populer lagi

Tanah: Arsen juga terdapat dalam tanah sehingga kita harus berhati-hati dalam penyimpulan kasus dugaan keracunan arsen yang telah dikubur. Air: air minum dapat terkontaminasi dengan arsen dari industri atau sumber arsen alami sehingga dapat menyebabkan keracunan kronik

Bir: arsen mungkin terdapat dalam bir, yaitu berasal dari iron pyrites yang digunakan pada pembuatan glukosa untuk bir

Kerang: arsen terdapat dalam keong, kepiting, kerang dan ikan. Kerang (oyster) dapat mengandung 3.7 ppm arsen

Tembakau: asap tembakau mengandung 8.3-50 ppm arsen, asap sigaret 3.3-10.5 ug/L dan asap cerutu 0.2-3.0 ug/L

Obat-obatan: arsen dalam obat-obatan umumnya merupakan arsen organik turunan benzena, misalnya carbasone, typarsamide, glycobiarsol.

Farmakokinetik

Arsen dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi (pada debu arsen dan arsin) dan melalui kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati, ginjal, kulit dan tulang.Pada keracunan kronik, arsen juga ditimbundalam jaringan-jaringan lain, misalnya kuku dan rambut yang banyak mengandung keratin yang mengandung disulfida. Ekskresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi akumulasi dalam tubuh.

Farmakodinamik

R-As=O + 2 H-S-Protein -----------> R-As-S-Protein + H-O-H

S-Protein

Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0,2 ppm. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg dan kuku 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0,75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar dalam darah normal anak-anak 30 ug/L, urine 100 ug/24 jam.

Tanda dan Gejala Keracunan Arsen

Keracunan akut: Timbul gejala gastrointestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di daerah tenggorok dengan rasa logam pada mulut, diikuti mual dan muntah hebat. Isi lambung dan bahkan isi duodenum dapat keluar dan dapat mengandung arsen kadang sedikit berdarah. Kemudian terjadi nyeri epigastrium yang dapat menjalar keseluruh perut hungga nyeri pada perabaan, diare hebat. Kematian dapat terjadi akibat dehidrasi jaringan dan syok hipovolemik yang terjadi.

Keracunan Kronik: Pada keracunan kronik korban tampak lemah, melanosis arsenik berupa pigmentasi kulit yang berwarna kuning coklat, lebih jelas pada daerah fleksor, puting susu dan perut sebelah bawah serta aksila. Rambut tumbuh jarang.Gejala neurologik berupa neuritis perifer mula-mula rasa tebal dan kesemutan pada tangan dan kaki, kemudian terjadi kelemahan otot, tidak stabil, kejang oto (kram) terutama malam hari.

RIWAYAT KASUS

Pada tanggal 18 Agustus 2007, pukul 04.30 WIB, seorang karyawan PTPN VII TUBU ditemukan mati dalam keadaan hangus terbakar di gubuk yang berada di kebun milik korban Km.07 Kel. Blambangan Umpu Kec. Blambangan Umpu Kab. Way Kanan.

Kemudian mayat korban dikirim ke RSUDAM untuk dilakukan bedah jenazah dengan dilampirkan surat permintaan visum dari Kepala Kepolisian Resort Way Kanan tertanggal 18 Agustus 2007, No. Pol.: Ver/17/VIII/2007/Reskim, pada surat tersebut tidak terdapat riwayat kejadian dan hanya disebutkan bahwa kematian korban diduga akibat pembunuhan dengan menggunakan racun.

IDENTITAS KORBAN :

Nama

: Tn. Haki bin Basir

Jenis kelamin: Laki-laki

Umur

: 50 tahun

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan PTPN VIII TUBU

Alamat

: Mess PTPN VII UU Blambangan Umpu, KM. 08

Kel. Blambangan Umpu Kec.Blambangan Umpu

Kab. Way KananPEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG DINAS KESEHATAN

UPTD RUMAH SAKIT UMUM Dr. Hi. ABDUL MOELOEK

JL. Dr. Rivai No. 6 Telp (0721) 703952, Bandar Lampung

Nomor: VER/17/VIII/2007/Reskrim Bandar Lampung, 29 September2007

Perihal: Bedah jenazah

atas jenazah Haki bin Basir

Lampiran: --PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Dr. Adang Azhar, Sp.F, DFM, dokter forensik pada Program Studi Pendidikan Dokter Univrsitas Lampung, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis Polsek Way Kanan tertanggal 18 Agustus 2007, nomor polisi Ver/17/VIII/2007/Reskrim, maka pada tanggal sembilan belas Agustus dua ribu tujuh pukul enam belas nol nol Waktu Indonesia Barat, bertempat dikamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung telah melakukan pemeriksaan bedah jenazah atas jenazah dengan keterangan sebagai berikut : --------------------------Nama

: Tn. Haki bin Basir----------------------------------------------

Jenis kelamin: Laki-laki---- ------------------------------------------------------

Umur

: 50 tahun----------------------------------------------------------

Agama

: Islam---------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Karyawan PTPN VII TUBU----------------------------------

Kewarganegaraan: Indonesia. -------------------------------------------------------

Alamat : Mess PTPN VII UU Blambangan Umpu, KM. 08 Kel. Blambangan Umpu Kec.Blambangan Umpu Way Kanan-

-----------------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------

I. PEMERIKSAAN LUAR:

1. Tutup Mayat ------------------------------------------------------------------------

dua buah helai kain berukuran panjang--------------------------------------

2. Perhiasan mayat : tidak ada -----------------------------------------------------3. Pakaian mayat : tidak ada -------------------------------------------------------4. Benda di samping mayat : -------------------------------------------------------a. Pecahan genteng -------------------------------------------------------------

b. Daun pisang yang terdapat bercak darah-------------------------------

5. Kaku mayat dan lebam mayat tidak dapat dinilai. -------------------------6. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia, umur kurang lebih lima puluh tahun, warna kulit menghitam (luka bakar 95%), gizi baik, panjang badan seratus lima puluh empat sentimeter, berat tubuh kurang lebihempat puluh lima kilogram, zakar disunat.-----------

7. Identifikasi khusus : tidak ada----------------------------------------------------

8. Tidak didapatkannya rambut kepala, alis mata, dan bulu mata karena terbakar. Kumis dan jenggot berwarna putih, tumbuh lurus dengan panjang lima milimeter pada mayat ---------------------------------

9. Mata kanan dan kiri masing-masing tertutup. Selaput bening mata, teleng mata, warna tirai mata, selaput bola mata, dan kelopak mata hitam gosong ------------------------------------------------------------------------

10. Hidung bentuknya sudah tidak beraturan sudah mengelupas, telinga hitam gosong arang.---------------------------------------------------------------- Mulut terbuka dengan lidah tidak terjulur dan tidak tergigit -------------11. Dari lubang mulut, lubang hidung dan lubang telinga tidak keluar apa-apa.- Dari lubang kemaluan tidak keluar apa-apa.-------------------

12. Dari lubang pelepasan tidak keluar apa-apa---------------------------------

13. Pada tubuh terdapat luka-luka sbb: --------------------------------------------

Pada hampir seluruh tubuh mengalami hitang gosong, kecuali pada bagian dada dan leher (95%) --------------------------------------

--------------------------------PEMERIKSAAN DALAM----------------------------------

14. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, daerah dada setebal lima millimeter, daerah perut sepuluh milimeter, otot-otot berwarna merah cukup tebal.-----------------------------------------------------------------

15. Sekat rongga badan kanan dan kiri setinggi sela iga ke empat.--------

16. Tulang dada dan iga-iga utuh, tidak ada kelainan.------------------------- Dalam rongga dada kanan dan kiri terdapat cairan jernih kemerahan, masing-masing seratus centimeter kubik.--------------------

Kandung jantung tampak empat jari diantara kedua paru, berisi cairan berwarna kuning jernih, sebanyak dua puluh lima centimeter kubik.--------------------------------------------------------------------

17. Pada otot leher kiri, tujuh sentimeter dari pangkal atas lengan kiri terdapat resapan darah berukuran sepuluh kali delapan sentimeter.-

18. Selaput dinding perut berwarna putih licin.----------------------------------- Otot dinding perut berwarna merah.--------------------------------------------Dalam rongga perut tidak terdapat perdarahan, berisi cairan kuning jernih sebanyak lima belas centimeter kubik.--------------------------------

19. Pada pangkal lidah terdapat resapan darah.--------------------------------

Tulang lidah sebelah kiri patah.------------------------------------------------

Rawan cincin utuh.----------------------------------------------------------------

Rawan gondok utuh --------------------------------------------------------------

Kelenjar gondok hampir seluruhnya terdapat resapan darah, perabaan lunak, penampang berwarna coklat kemerahan.-------------

Pada kerongkongan setinggi kelenjar gondok terdapat resapan darah seluas dua kali tiga sentimeter ---- -----------------------------------

Pada tenggorokan setinggi kelenjar gondok terdapat resapan darah seluas empat kali tiga sentimeter ----- ---------------------------------------

Pada saluran tenggorokan atas sampai batang tenggorokan tidak ditemukan jelaga (arang), selaput lendir berwarna kemerahan, perabaan licin. ---------------------------------------------------------------------

Pada kerongkongan berwarna kemerahan, perabaan licin. ------------

20. Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna merah pucat, perabaan lunak. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru enam setengah dan batang nadi enam sentimeter. Tebal otot bilik kanan lima milimeter dan kiri lima belas milimeter. Pembuluh nadi jantung tidak menebal/tidak tersumbat, sekat jantung coklat pucat merata. ---

21. Paru kanan terdiri atas tiga baga, kiri terdiri atas dua baga, berwarna abu-abu kecoklatan, perabaan lunak, penampang berwarna abu-abu kehitaman, pada pemijatan sedikit keluar busa dan darah. -------------

22. Limpa berwarna merah ungu pucat, permukaan keriput, perabaan tidak kenyal, penampang berwarna merah pucat, gambaran limpa jelas, pada pengikisan jaringan ikut.-------------------------------------------

23. Hati berwarna coklat pucat , permukaan keriput , perabaan lunak , tepi tumpul, penampang berwarna merah coklat, gambaran hati jelas.------------------------------------------------------------------------------------

24. Kandung empedu berisi cairan warna kuning hijau, selaput lendir seperti beludru, saluran empedu tidak tersumbat.--------------------------

25. Kelenjar liur perut berwarna kuning keciklatan, permukaan berbaga-baga, perabaan lunak, penampang berwarna kuning, gambaran kelenjar jelas.-------------------------------------------------------------------------

26. Lambung berisi cairan putih keabu-abuan, dan makanan belum tercerna ( nasi, cempoka, cairan berwarna coklat) selaput lendir putih.------------------------------------------------------------------------------------

Usus dua belas jari, usus halus, usus besar tidak ada kelainan.-------

27. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium, kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning coklat, penampang berlapis.---------------------------

28. Ginjal kanan dan kiri simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah dikupas, permukaan ginjal rata, warna merah pucat, gambaran ginjal jelas, penampang berwarna merah pucat, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat. -------------------------------------------------

29. Kandung kemih berisi cairan kuning jernih, selaput lendir putih licin.-

30. Kulit kepala hitam arang, Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak utuh, jaringan otak utuh, selaput lunak otak tidak ditemukan perdarahan/memar, otak besar dan otak kecil tidak ada perdarahan, batang otak tidak ditemukan memar, bilik otak tidak ditemukan kelainan.-------------------------------------------------------------------------------31. Pada hasil pemeriksaan laboratorium urin di dapatkan arsen sebesar 0,5 mg/L sedangkan sianida negatif -------------------------------32. Pada pemeriksaan laboratorium bilasan lambung di dapatkan arsen sebesar 0,025 mg/L sedangkan sianida negatif ----------------------------

KESIMPULAN :------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan terhadap mayat seorang laki-laki berumur kurang lebih lima puluh tahun ini ditemukan luka bakar pada hampir seluruh tubuh (95%) kecuali pada dada dan leher. Juga ditemukan resapan darah pada otot leher kiri, kerongkongan, batang tenggorok dan kelenjar gondok akibat kekerasan tumpul. -- Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kandungan arsen sebesar 0,025mg/L pada bilas lambung dan 0,5mg/L pada urin. -------------------------

Sebab mati pada orang ini adalah akibat racun arsen. ---------------------------

Selanjutnya dapat disimpulkan pula bahwa orang ini sudah meninggal sebelum dibakar. ---------------------------------------------------------------------------Demikian telah uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. --------------------------------------Dokter tersebut di atas,Dr. Adang Azhar, SpF. DFM AKBP NRP 65080675PEMBAHASAN

Sesuai KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1), pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang komandannya adalah seorang bintara, maka ia adalah penyidik karena jabatannya tersebut. Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya Sersan Dua. Pada kasus ini penyidik yang meminta visum et repertum adalah petugas polisi yang mengatas namakan Kepala Polsek Way Kanan. Hal ini sesuai dengan keterangan di atas mengenai pejabat kepolisian yang berwenang meminta visum. Permintaan pemeriksaan korban atas nama Tn. HB dilakukan secara tertulis.Pemeriksaan jenazah ini sudah sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu dengan adanya permintaan dari penyidik dalam hal ini Inspektur Polisi Dua atas nama Kepala Kepolisia Sektor Way Kanan kepada Kepala Rumah Sakit Abdul Moeloek atas mayat yang merupakan korban yang diduga mati tidak wajar. Permintaan dilakukan secara tertulis dan disebutkan untuk pemeriksaan autopsi.Kewenangan penyidik untuk meminta visum et repertum pada kasus yang diduga merupakan akibat dari tindak pidana, berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang untuk mengajukan permintaan keterangan ahli pada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat ini disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka, pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah jenasah.Dalam pelaksanaan pengiriman jenazah tersebut ke RSUDAM, ternyata penyidik mengabaikan suatu kewajiban yang seharusnya, yaitu tidak memberikan lak pada label yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain dari badan mayat sehingga mengurangi makna bahwa mayat tersebut merupakan suatu benda bukti. Sehingga tidak sesuai dengan pasal 133 ayat 3 KUHAP yang berbunyi :

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh badan mayat.

Sebelum dilakukan autopsi, pihak penyidik bersama bagian Forensik RSUDAM telah meminta persetujuan dari pihak keluarga akan hal ini. Persetujuan diberikan keluarga secara tertulis. Hal ini sesuai dengan pasal 134 KUHAP ayat (1) yang berbunyi: Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.Pada mayat ini ditemukan memar pada leher sebelah kiri setinggi tulang belikat dengan ukuran lima kali lima sentimeter, pada puncak bahu kiri terdapat luka lecet dan luka memar seluas tiga kali tiga sentimeter dan ditemukan memar pada leher berbentuk melingkar. Setelah dilakukan otopsi ditemukan resapan darah pada otot leher kiri seluas sepuluh kali delapan sentimeter, pada tenggorokan setinggi kelenjar gondok, pada saluran pernafasan/kerongkongan setinggi kelenjar gondok, pada pangkal lidah dan pada bagian dalam leher kanan dan kiri mayat.

Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh mayat serta susah dilawan. Pada siku, lutut terjadi fleksi dan pada kaki terjadi endorotasi. Hal ini sejalan dengan teori tentang Heat Stiffening yang terjadi pada mayat akibat kebakaran yang menyatakan bahwa pada mayat akibat terbakar terjadi fleksi leher, siku, paha dan lutut karena pemendekan otot akibat koagulasi otot oleh panas.

Kematian yang tidak wajar dapat dibuktikan dari ditemukannya luka bakar yang terdapat disekujur mayat tetapi pada otopsi tidak ditemukan jelaga yang merupakan tanda bahwa korban masih hidup ketika dibakar. Ini berarti korban sudah meninggal sebelum dibakar.

Berdasarkan perkiraan penyebab kematian yang diberikan oleh pihak kepolisian dalam surat permintaan visum dari Kepala Kepolisian Resort Way Kanan tertanggal 18 Agustus 2007, No. Pol.: 119/VER/IX/2003/STPK diduga bahwa korban meninggal akibat diracun. Menurut hasil penyidikan pihak kepolisian didapatkan bahwa racun yang digunakan adalah racun tikus, diketahui bahwa racun tikus mengandung senyawa arsen.

Namun setelah dilakukan otopsi dari pihak RSUDAM ditemukan bahwa arsen yang terdapat dalam bilas lambung dan urin melebihi kadar normal yang masih tidak dapat diterima oleh tubuh. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100g/L, rambut 0.5 mg/kg dan kuku 0.5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih.

Berdasarkan autopsi yang telah dilakukan pihak RSUDAM dapat diambil kesimpulan bahwa korban meninggal akibat keracunan, serta pada hasil autopsi ditemukan akibat kekerasan benda tumpul yang ditemukan bahu korban dan adanya patah tulang jakun dan resapan darah pada daerah leher karena perdarahan namun perdarahan yang terjadi tidak mengakibatkan kematian.Sebab mati berupa kekerasan tumpul pada leher yang mengakibatkan patahnya tulang pangkal lidah sebelah kiri dan patah tulang jakun berkeping-keping yang mengakibatkan sumbatan pada jalan nafas sehingga mati lemas (asfiksia). Hal ini dapat terlihat dari tanda-tanda asfiksia berupa bintik-bintik perdarahan pada paru kanan dan jantung. Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala sebagai akibat autointoksikasi (keracunan) oleh karbondioksida yang terkumpul didalam tubuh karena terjadi sumbatan pada saluran napas, yang dapat dibedakan dalam beberapa fase, yaitu :

1. Fase Dispneu, gejala yang timbul berhubungan dengan kebutuhan akan oksigen dan penimbunan karbodioksida yang akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata. Sebagai akibatnya terjadi pernapasan yang cepat dan dalam, denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat, mulai tampak tanda-tanda sianosis pada muka, tangan dan kuku-kuku jari.

2. Fase Konvulsif. Kejang timbul akibat rangsangan terhadap susunan saraf pusat karena peningkatan kadar karbondioksida. Sianosis menjadi lebih dalam, pupil dilatasi. Timbul bintik-bintik perdarahan pada organ tubuh, terutama dirongga dada, yang disebabkan karena tidak pecahnya pembuluh kapiler akibat tekanan intra kapiler yang meningkat. Kesadaran menurun sampai koma.

3. Fase Apnoe. Pada fase ini terjadi paralisis susunan saraf. Pernapasan menjadi dangkal dan gasping, yang semakin lambat sampai akhirnya meninggal. Jantung masih berdenyut sampai beberapa saat setelah pernapasan berhenti. Terjadi relaksasi sfingter, sehingga dapat keluar urin, feses atau cairan sperma.

4. Fase Akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti.

Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah, tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan sistematik , serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi-geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan diseluruh bagian luar.

Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah, menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjangyang diperlukan seperti pemeriksaan histopetologik, toksikologik, dan serologik. Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian.

PENUTUP

Pada pemeriksaan terhadap mayat seorang laki-laki berumur kurang lebih lima puluh tahun ini ditemukan luka bakar pada kedua sisi kaki sampai ke tulang, tangan kanan dari ujung sampai ketiak, dan sepuluh sentimeter dari atas pusar sampai ke ujung telapak kaki kanan dan kiri. Namun pada pemeriksaan batang tenggorokan tidak ditemukan jelaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa laki-laki ini sudah meninggal sebelum dibakar. Selain itu pada pemeriksaan laboratorium untuk bilas lambung dan urin ditemukan kandungan arsen sebesar 0,025 mg/dl pada bilas lambung dan 0,5mg/dl pada urin. Dimana konsentrasi ini masih dalam batas normal dan tidak mengakibatkan kematian. Selanjutnya pada pemeriksaan dalam ditemukan resapan darah pada daerah leher sebelah kiri terutama pada tenggorokan dan pangkal lidah serta didapatkan patah pada tulang lidah dan tulang jakun. Sebab mati pada orang ini akibat kekerasan benda tumpul pada daerah leher kiri yang menyebabkan perdarahan dan patahnya tulang jakun, sehingga menghambat jalan nafas yang mengakibatkan terjadinya mati lemas.

REFERENSI

FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi I. Jakarta.

FKUI. 1996. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Jakarta.

Idries, Munim, Abdul, dr. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina Rupa Aksara. Jakarta.