20 years indonesian polymer association

7
TerUntuk kawan2 yang hadir pada Peringatan 20 tahun berdirinya Himpunan Polimer Indonesia. 20 tahun adalah satu masa yang cukup lama, dikatakan bahwa itu adalah umur satu generasi..... Lambat laun seakan-akan didepan mata saya terbayang fragmen2 dari masa lalu.... Ya, berawal dari waktu saya masih aktip menggeluti masalah2 perplastikan, khususnya Polipropilen (PP) di Pusat Pramuteknik Petrokimia Pertamina. Waktu itu saya mendapat undangan dari UNIDO (UN Industrial Development Organization) yang bermarkas di Vienna untuk hadir di Shanghay pada satu konperensi yang membahas masalah2 berkaitan dengan daur ulang limbah plastik (Plastics Waste recycling conference) untuk negara2 berkembang. Mereka harapkan agar saya dapat menyampaikan satu laporan mengenai hal itu di Indonesia. Memang sekitar tahun2 itu kami di Laboratorium perplastikan sedang mengikuti pertumbuhan pasaran untuk plastik khususnya jenis polyolefin. Kami mengamati satu lonjakan yang cukup berarti dalam daya serap jenis2 ini di masyarakat negeri kita ini. Kami yakin hal ini disebabkan oleh pertumbuhan industri dalam arti yang seluas2nya di negeri ini beserta juga terbentuknya jalur2 distribusi melalui swalayan2 yang mulai tumbuh di berbagai kota besar. Disamping itu pasaran2 umum yang menyediakan beraneka kebutuhan barang untuk keperluan sehari2 khususnya bahan pangan. Sebab perhatian masyarakat mulai terarah kepada faktor efisiensi, dimensi "waktu" dalam kehidupan sehari2 mulai nyata. Terutama fakta bahwa banyak kaum perempuan mulai aktip bekerja diluar rumah, baik di industri2 maupun di kantor2 ataupun sarana2 pendidikan. Bagi mereka ini faktor "waktu" berperan penting agar fungsi ganda yang dipikulnya dapat berlangsung dengan mulus. Masyarakat mulai ingin "melihat" barang yang diperlukannya dengan jelas dan cepat, untuk mana jenis2 plastik poliolefin sangat berguna. Saya teringat pada satu saat kami diundang di Bogor untuk berpresentasi tentang plastik sebagai pengemas pangan dimana kami (Ibu Theresia dan saya) pertama2 dihadapkan pada pertanyaam "Mengapa tempe tidak dapat langsung dibungkus dengan plastik saja?" Wah.... masalah2 mikrobiologi memang bukan kekuatan saya dan saya telah lupa bagaimana kami saat itu menjawab pertanyaan itu..... Memang bahan pembungkus setelah digunakan pasti akan di buang ke tempat sampah dan.... Kemanakah sampah2 itu setelah dikumpulkan untuk akhirnya menemukan nasib akhirnya? Jawabannya: waktu itu, di gunung2 tumpukan yang, untuk Jakarta, berada di sekitar daerah Bantar Gebang, Jakarta Timur. Maka, demi bisa jalan2 ke Shanghay, saya menuju ke Bantar Gebang untuk membuat foto2. Saya teringat juga bahwa kami mencari data pedukung mengenai komposisi sampah di berbagai daerah di Jakarta berdasarkan tingkat ekonomi penghuni dan juga di pemukiman2 baru. Disamping itu kami mempelajari juga hal2 yang berkenaan dengan infrastruktur atau jalur pengumpulan limbah. Dan sampailah kami kepada peran "pemulung". Ternyata kami temukan bahwa ada organisasi (pada waktu itu diketuai oleh seorang wanita muda bernama Ketsia Gerungan) yang mengayomi para pekerja diprofesi ini. Waktu itu kantornya di bilangan pasar Senen dan kantor ini "netjes”. Ada meja tulis besar ada juga sofa untuk tempat duduk tamu.

Upload: matulanda-sugandi-ratulangi

Post on 31-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Thoughts and some pictures on our Indonesia Polymer Association

TRANSCRIPT

TerUntuk kawan2 yang hadir pada Peringatan 20 tahun berdirinya Himpunan Polimer Indonesia.

20 tahun adalah satu masa yang cukup lama, dikatakan bahwa itu adalah umur satu generasi.....

Lambat laun seakan-akan didepan mata saya terbayang fragmen2 dari masa lalu.... Ya, berawal dari

waktu saya masih aktip menggeluti masalah2 perplastikan, khususnya Polipropilen (PP) di Pusat

Pramuteknik Petrokimia Pertamina. Waktu itu saya mendapat undangan dari UNIDO (UN Industrial

Development Organization) yang bermarkas di Vienna untuk hadir di Shanghay pada satu konperensi

yang membahas masalah2 berkaitan dengan daur ulang limbah plastik (Plastics Waste recycling

conference) untuk negara2 berkembang. Mereka harapkan agar saya dapat menyampaikan satu laporan

mengenai hal itu di Indonesia.

Memang sekitar tahun2 itu kami di Laboratorium perplastikan sedang mengikuti pertumbuhan pasaran

untuk plastik khususnya jenis polyolefin. Kami mengamati satu lonjakan yang cukup berarti dalam daya

serap jenis2 ini di masyarakat negeri kita ini. Kami yakin hal ini disebabkan oleh pertumbuhan industri

dalam arti yang seluas2nya di negeri ini beserta juga terbentuknya jalur2 distribusi melalui swalayan2

yang mulai tumbuh di berbagai kota besar.

Disamping itu pasaran2 umum yang menyediakan beraneka kebutuhan barang untuk keperluan sehari2

khususnya bahan pangan. Sebab perhatian masyarakat mulai terarah kepada faktor efisiensi, dimensi

"waktu" dalam kehidupan sehari2 mulai nyata. Terutama fakta bahwa banyak kaum perempuan mulai

aktip bekerja diluar rumah, baik di industri2 maupun di kantor2 ataupun sarana2 pendidikan. Bagi

mereka ini faktor "waktu" berperan penting agar fungsi ganda yang dipikulnya dapat berlangsung

dengan mulus. Masyarakat mulai ingin "melihat" barang yang diperlukannya dengan jelas dan cepat,

untuk mana jenis2 plastik poliolefin sangat berguna.

Saya teringat pada satu saat kami diundang di Bogor untuk berpresentasi tentang plastik sebagai

pengemas pangan dimana kami (Ibu Theresia dan saya) pertama2 dihadapkan pada pertanyaam

"Mengapa tempe tidak dapat langsung dibungkus dengan plastik saja?" Wah.... masalah2 mikrobiologi

memang bukan kekuatan saya dan saya telah lupa bagaimana kami saat itu menjawab pertanyaan itu.....

Memang bahan pembungkus setelah digunakan pasti akan di buang ke tempat sampah dan....

Kemanakah sampah2 itu setelah dikumpulkan untuk akhirnya menemukan nasib akhirnya? Jawabannya:

waktu itu, di gunung2 tumpukan yang, untuk Jakarta, berada di sekitar daerah Bantar Gebang, Jakarta

Timur. Maka, demi bisa jalan2 ke Shanghay, saya menuju ke Bantar Gebang untuk membuat foto2. Saya

teringat juga bahwa kami mencari data pedukung mengenai komposisi sampah di berbagai daerah di

Jakarta berdasarkan tingkat ekonomi penghuni dan juga di pemukiman2 baru. Disamping itu kami

mempelajari juga hal2 yang berkenaan dengan infrastruktur atau jalur pengumpulan limbah. Dan

sampailah kami kepada peran "pemulung".

Ternyata kami temukan bahwa ada organisasi (pada waktu itu diketuai oleh seorang wanita muda

bernama Ketsia Gerungan) yang mengayomi para pekerja diprofesi ini. Waktu itu kantornya di bilangan

pasar Senen dan kantor ini "netjes”. Ada meja tulis besar ada juga sofa untuk tempat duduk tamu.

Ternyata organisasi ini mengeluarkan kartu anggota dan memberikan bantuan kepada mereka yang

misalnya kena “digaruk" dan bahkan memberikan bantuan kesehatan kepada anggauta2nya.

Pada waktu itu (awal tahun 90-an) saya menjabat sebagai Ketua III (Teknologi) pada FIPLASIN (Federasi

Industri Perlastikan Indonesia) yang Ketua Umumnya adalh oleh Bapak Panji Wisaksono dari Pioneer.

Pengurusi berkumpul secara reguler dan dengan demikian saya berkenalan dengan berbagai pengusaha

yang berkecimpung dibidang perplastikan.

Pada rapat2 kami antara lain juga dibahas hal2 mengenai limbah plastik. Apa yang saya temukan juga

menjadi satu bahan diskusi sewaktu2. Rupa2nya ceritera2 saya mengenai hal2 berkenaan dengan

pemulung cukup berkesan kepada mereka sampai2 saya di juluki "Ibu Pemulung" oleh mereka. Wah....

lagi2 wah! Doktor Kimia lulusan Universitas Hamburg menjadi "Ibu Pemulung"......

Lama2 saya pikir sebaiknya saya intensipkan sedikit hubungan saya dengan kawan2 yang dimata saya

bidangnya lebih “anggun” dan ilmiah. Lalu kemana lagi saya pergi... ke Bandung. Menemui kawan saya

Ibu Mandsyu, kawan saya dari Perhimpunan Mahasiswa Bandung diawal tahun 50-an. Saya masih ingat

benar bahwa setelah menemui beliau di kantorya di Jurusan Kinia ITB kami makan di satu fast food

restaurant di Jalan Dago. Disana beliau memperkenalkan saya dengan satu jenis salad yang benama

"Cole Slaw". Sejak itu setiap kali saya makan cole slaw saya teringat kepada Ibu Mandsyu.

Anyway....Ibu Mansyu katakan bahwa ada saat2 tertentu dalam siklus kehidupan kampus, setelah masa

perkuliahan dan ujian2 telah selesai. maka para pengajar, katanya, bisa bernapas lega sedikit dan ada

waktu untuk memikirkan hal2 yang lain. Ia berkata pula, misalnya satu organisasi profesi......Maka kami

timbang2 siapa2 lagi yang bisa kami ajak bicara mengenai hal pendirian organisasi profesi dan tmbullah

nama2 Dr. Nilyardi Kahar(Alm.) dari LFN-LIPI dan Dr. Roestamsyah (Alm.) dari LKN-LIPI. Terutama juga

Ibu Dr. Roechjati dari Balai Selulosa yang waktu itu sedang sibuk benar mengatur-atur laboratorium

barunya. Masih banyak lagi kawan2 yang lebih muda yang ternyata kemudian mendukung ide bagi

Himpunan ini. Maka didirikanlah Himpunan ini disalah satu ruangan di ITB.

Himpunan ini juga sewaktu2 menyelenggarakan Simposium dan Pameran. Dengan bantuan hubungan

dengan industry terkadang bahkan dapat terlakasana di tempat2 yang cukup “wah”. Ada pula satu sa’at,

di era Suharto, berkat hubungan khusus, sampai2 “Polimer masuk istana”…… Ya, banyak kenangan saya

berkaitan dengan Himpunan ini.

Secara retropspektip maka kurasakan ini adalah satu kebahagiaan sangat besar bagi saya untuk dapat

bertemu dan bekerja sama dengan teman2 ini yang orang2mya semua idealis dan yang saling

menginspirasikan sesama untuk berbuat sesuatu yang diperkirakan baik untuk sesame,dan bukan untuk

honor atau uang jasa. Kupikir: orang2 seperti inilah tonggak2 kokoh atas mana Negara dan Bangsa kita

berdiri. Orang2 seperti inilah,, dan bukan orang2 yang lain.

SEKIAN dan Terima kasih.

Manado, 26 Juni 2012

Foto2 kenangan Himpunan Polimer Indonesia.

SURVEY di MALUKU bersama Theresia