actvity based costing

23
ACTIVITY BASED COSTING : Ringkasan Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen Oleh : 1. Murtiningsih 2. Nuniek S (NIM 06.12.00010) 3.Nurlela 4.Yuni S 5. Purnomo Hadi P

Upload: noen-sulistyorini

Post on 25-Jul-2015

206 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

ACTIVITY BASED COSTING :Alat Bantu Pembuatan Keputusan

Ringkasan

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Akuntansi

Manajemen

Oleh :

1. Murtiningsih

2. Nuniek S (NIM 06.12.00010)

3. Nurlela

4. Yuni S

5. Purnomo Hadi P

14

BAB I PENDAHULUAN

Semakin banyak perusahaan yang menyadari untuk membedakan antara

konsumen menguntungkan dan merugikan. Untuk melakukannya perusahaan

memerlukan suatu analisa untuk mengetahui berapa banyak konsumen mengkonsumsi

produk dan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk melayani konsumen tersebut.

Konsumen yang menguntungkan dipelihara dan konsumen yang tidak

menguntungkan dilepaskan.

Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk mengutamakan Activity based

costing (ABC). Activity based costing adalah metode costing yang dirancang untuk

menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan

lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC juga

digunakan sebagai elemen activity based management, yaitu pendekatan manajemen

yang fokus pada aktivitas.

Dalam sistem akuntansi tradisional bertujuan untuk menilai secara tepat

persediaan dan harga pokok penjualan untuk pelaporan keuangan eksternal. Tujuan

ABC adalah memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen. Sebagai

konsekuensi perbedaan tujuan ini, praktik terbaik ABC memiliki perbedaan dengan

sistem akuntansi biaya tradisional.

Bab berikut setelah ini akan membahas tentang ABC lebih mendalam dan

perbedaannya dengan sistem akuntansi tradisional.

14

BAB II ACTIVITY BASED COSTING

Ada beberapa hal yang dilakukan dalam activity based costing, antara lain :

1. Biaya produksi dan non produksi dibebankan ke produk.

2. Beberapa biaya produksi tidak dimasukan ke biaya produk .

3. Ada sejumlah pool biaya overhead, setiap pool dialokasikan ke produk dan

obyek costing lainnya dengan menggunakan ukuran aktivitas masing-masing yang

khusus.

4. Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi

biaya tradisional.

5. Tarif overhead atau tingkat aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas

dan bukannya dengan kapasitas yang dianggarkan.

Perlakuan Biaya dalam Sistem ABC

a. Biaya Non Produksi dan ABC

Dalam akuntansi biaya tradisional hanya biaya produksi yang

dibebankan ke produk. Beban penjualan umum dan administrasi diperlakukan

sebagai beban periodik dan tidak dibebankan ke produk. Meskipun demikian,

beberapa biaya non produksi ini juga sebagai bagian dari biaya produksi,

penjualan, distribusi dan pelayanan atas produk. Sebagai contoh, komisi yang

dibayarkan pada tenaga penjualan, biaya pengiriman dan biaya garansi dapat

dengan mudah ditelusuri ke produk. Untuk menentukan tingkat profitabilitas

barang dan jasa, biaya-biaya non produksi tersebut dalam activity based costing

dibebankan ke produk.

b. Biaya Produksi dan Activity Based Costing.

Dalam akuntansi tradisional, semua biaya produksi dibebankan ke

produk bahkan semua biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk.

Sebagai contoh, sebagian upah untuk keamanan pabrik akan dialokasikan ke

produk meskipun upah penjaga keamanan tersebut sama sekali tidak

terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau tidak. Sedang dalam sistem

14

ABC biaya hanya akan dibebankan ke produk apabila ada alasan yang

mendasar bahwa biaya tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat.

- Tarif Overhead Tunggal (Plantwide Overhead Rate)

Merupakan penetapan tarif overhead yang digunakan oleh perusahaan

secara keseluruhan dan biasanya basis yang digunakan adalah jam mesin

atau jam kerja langsung.

- Tarif Overhead Departemen (Departemental Overhead Rates)

Basis alokasi biaya overhead ada pada masing-masing departemen

disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan di departemen

tersebut.

Kedua sistem penetapan overhead diatas dapat salah untuk menetapkan

tarif overhead dalam situasi perusahaan memiliki rentang produk yang berbeda

dalam volume, batch size atau kompleksitas produksi. ABC adalah teknik

yang dirancang untuk menangani faktor tersebut dengan lebih akurat pada saat

menentukan harga pokok produk. Aktivitas adalah segala sesuatu yang

menyebabkan konsumsi overhead. Biaya untuk melakukan aktivitas

dibebankan ke produk yang menyebabkan aktivitas tersebut.

c. Biaya Kapasitas Menganggur dalam ABC (The Costs of Idle Capacity in

Activity Based Costing)

Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan

dimuka dihitung dengan membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran

aktivitas yang dianggarkan seperti anggaran jam kerja langsung. Praktek

seperti ini akan mengakibatkan pembebanan kapasitas yang menganggur ke

produk dan juga akan menyebabkan biaya produksi per unit tidak stabil. Jika

anggaran aktivitas turun, tarif overhead akan meningkat karena komponen

tetap dalam overhead hanya digunakan untuk jumlah produk yang lebih sedikit

sehingga biaya produksi per unit akan meningkat.

Berlawanan dengan akuntansi biaya tradisional, dalam ABC produk

hanya dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh

biaya kapasitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per

unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke

produk yang menyebabkan aktivitas.

14

Merancang Sistem ABC

Ada beberapa karakteristik pokok demi kesuksesan penerapan ABC yaitu :

a. Inisiatif untuk menerapkan ABC harus didukung oleh manajemen

puncak.

b. Rancangan dan penerapan sistem ABC harus menjadi tanggungjawab

tim lintas fungsional dan bukan hanya menjadi tanggungjawab bagian

akuntasi. Tim tersebut terdiri dari semua bagian yang menggunakan data dari

sistem ABC. Biasanya tim ini terdiri dari marketing, produksi, engineering,

manajemen puncak dan didukung oleh staf akuntansi .

Penerapan sistem ABC hanya berperan sebagai suplemen bukan sebagai

pengganti sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi yang lama tetap digunakan

untuk laporan keuangan eksternal. Sistem ABC digunakan sebagai laporan khusus

untuk pembuatan keputusan seperti penawaran bisnis yang baru.

Struktur umum model ABC :

Objek Biaya (msl : produk dan konsumen)

Aktivitas

Konsumsi Sumber Daya

Biaya

Sistem akuntansi tradisional mencukupi untuk mengukur bahan langsung

dan tenaga kerja langsung. Oleh karenanya, ABC akan difokuskan untuk biaya-

biaya yang lainnya (biaya overhead, penjualan, umum, dan administrasi). Proses

penerapannya dapat dipilah menjadi 6 tahap yaitu :

1. Mengidentifikasikan dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

2. Bila mungkin, menelusuri langsung ke aktivitas dan obyek biaya.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke obyek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan

ukuran aktivitas.

6. Menyusun laporan manajemen.

14

1. Mengidentifikasikan Aktivitas dalam Sistem Activiting Based Costing

Langkah utama yang pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah

mengidentitifikasikan aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut. Cara

untuk memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan, disusun

dalam 5 tingkat yaitu :

a. Aktivitas Unit-level dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas unit

level bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh

menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan menjadi aktivitas unit level

karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan

jumlah unit produksi.

b. Aktivitas Batch–level dilakukan setiap batch, diproses tanpa memperhatikan

berapa unit yang ada dalam batch tersebut. Sebagai contoh pekerjaan seperti

membuat order produksi, setup peralatan dan pengaturan pengiriman kepada

konsumen adalah aktivitas batch level. Aktivitas tersebut terjadi untuk setiap

batch (atau order konsumen). Biaya pada batch level tergantung pada jumlah

batch yang diproses dan bukan pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang

dijual atau ukuran volume yang lain. Sebagai contoh biaya untuk setup mesin

untuk memproses batch sama tanpa memperhatikan apakah batch berisi satu

atau 5.000 item .

c. Aktivitas Product-level berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya

dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa unit yang

diproduksi atau dijual. Sebagai contoh aktivitas untuk merancang produk,

mengiklankan produk, biaya untuk manajer dan staf produksi adalah aktivitas

product-level.

d. Aktivitas Customer-level berkaitan dengan konsumen khusus dan meliputi

aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dukungan teknis

yang tidak terpaku pada produk tertentu.

e. Aktivitas Organization-sustaining yang dilakukan tanpa memperhatikan

konsumen mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang

dijalankan atau berapa unit yang dibuat. Kategori ini termasuk aktivitas seperti

kebersihan kantor eksekutif, penyediaan jaringan computer, pengaturan

pinjaman penyusunan laporan tahunan untuk pemegang saham dan

sebagainya.

14

Pada saat mengabungkan aktivitas dalam ABC, aktivitas tersebut harus

dikelompokkan dalam level yang sesuai. Aktivitas batch-level jangan

dikombinasikan dengan aktivitas unit-level atau aktivitas produk-level dengan

aktivitas batch-level dan sebagainya. Secara umum cara terbaik untuk

mengkombinasikan adalah mengumpulkan aktivitas-aktivitas yang memiliki

korelasi tinggi dalam satu level. Aktivitas memiliki korelasi yang tinggi apabila

aktivitas tersebut cenderung tandem atau bersamaan. Sebagai contoh, jumlah

order konsumen yang diterima akan memiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah

pengiriman berdasarkan order konsumen sehingga kedua aktivitas batch level ini

dapat digabungkan tanpa harus kehilangan keakuratan. Biasanya alat bantu yang

digunakan adalah Pool Biaya Aktivitas dan Ukuran Aktivitas. Pool Biaya

Aktivitas adalah sebuah “bucket” (wadah) yang mengakumulasikan semua biaya

yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Ukuran aktivitas

adalah basis alokasi dalam sistem ABC, misalnya berupa jumlah order konsumen,

jumlah desain produk, jam mesin, jumlah konsumen yang aktif, dan sebagainya.

Mekanik Activity Based Costing

Sesudah sistem ABC didesain, proses sesungguhnya untuk menghitung

biaya produk, konsumen, dan obyek lainnya dimulai :

2. Menelusuri Biaya Overhead Aktivitas dan Obyek Biaya.

Langkah kedua dalam menerapkan sistem ABC adalah secara langsung

menelusuri berbagai biaya overhead ke obyek biaya. Salah satu biaya overhead

adalah pengiriman yang dapat ditelusuri langsung ke order konsumen. Konsumen

tidak membayar biaya pengiriman ini, mereka membayar biaya pengiriman

standar yang dapat berbeda secara substansial dengan tagihan yang sesungguhnya

yang diterima dari perusahaan angkutan. Tidak ada biaya overhead lainnya yang

dapat ditelusuri langsung ke produk, order konsumen atau konsumen.

Konsekuensinya, biaya overhead lainnya akan dibebankan ke obyek biaya dengan

menggunakan sistem ABC.

3. Membebankan Biaya ke Pool Biaya Aktivitas

Sebagian besar biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi

dasar perusahaan berdasarkan departemen dimana biaya tersebut terjadi. Sebagai

14

contoh, gaji, supplies, sewa, dan sebagainya yang terjadi di departemen

pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut. Dalam beberapa kasus,

beberapa atau semua biaya ini dapat ditelusuri langsung ke salah satu pool biaya

aktivitas dalam sistem ABC. Langkah ini merupakan tahap ketiga penerapan

ABC. Sebagai contoh jika sistem ABC mempunyai aktivitas yang disebut

purchase order processing (pemrosesan order pembelian), seluruh biaya di

departemen pembelian dapat ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas.

Meskipun demikian, sangat umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas

yang ada dalam sistem ABC. Dalam situasi seperti itu, biaya departemen tersebut

dibagi dengan beberapa pool biaya aktivitas menggunakan proses alokasi yang

disebut first-stage allocation (alokasi tahap pertama) yang merupakan proses

pembebanan biaya overhead ke pool biaya aktivitas.

Masalah yang dihadapi adalah bagaiman untuk membagi. Inti ABC adalah

untuk menentukan sumberdaya yang dikonsumsi oleh obyek biaya. Biasanya cara

terbaik untuk mendapatkan informasi adalah menanyakan atau wawancara secara

langsung kepada pihak yang berkaitan dengan obyek biaya. Hasil wawancara

dituangkan ke dalam lembar kerja yang berisi tentang distribusi persentase. Jika

hal tersebut selesai dilakukan makan sangat mudah untuk mengalokasikan biaya

ke pool biaya aktivitas.

4. Perhitungan Tarif Aktivitas

Langkah keempat yang harus dilakukan adalah perhitungan tarif aktivitas.

Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk membebankan biaya overhead ke

produk dan konsumen dihitung dengan membagi biaya yang disajikan dalam first

stage allocation dengan total aktivitas dalam setiap pool biaya aktivitas.

Secara khusus ada catatan bahwa kategori lainnya yang terdiri dari

organization sustaining cost seperti biaya leasing gedung dan biaya kapasitas

menganggur tidak dialokasikan ke produk dan konsumen. Karena tidak ada cara

untuk menghindari biaya ini terkait dengan jumlah volume produksi.

Targeting Process Improvement

Manfaat utama dari ABC adalah memberikan manfaat dengan adanya

perbaikan proses (process improvement). Penggunaan seperti itu biasanya disebut

Activity Based Management (ABM). Pada dasarnya ABM memfokuskan pada

14

pengelolaan aktivitas sebagai sarana untuk menghilangkan pemborosan dan

mengurangi keterlambatan dan barang cacat. Activity Based Management

memberikan pendekatan bahwa melalui ABC pada penentuan tarif aktivitas dapat

memberikan petunjuk dimana terjadi pemborosan dan lingkup perbaikan dalam

organisasi. Benchmarking memberikan pendekatan sistematis untuk

mengidentifikasikan aktivitas yang memberikan ruang terbesar untuk perbaikan.

Secara mudah padanan benchmark adalah membandingkan dengan organisasi

lain yang dianggap ideal.

5. Membebankan Biaya ke Obyek Biaya

Langkah ke lima dalam penerapan ABC disebut Alokasi Tahap Kedua

(second stage allocation). Dalam alokasi ini tarif aktivitas digunakan untuk

membebankan biaya produk dan konsumen. Sebagai ilustrasi, kita ambil satu

konsumen – Windward Yachts. Order tersebut untuk dua jenis barang yaitu tiang

penyangga dan housing kompas. Tiang penyangga adalah produk standar dan

tidak memerlukan pekerjaan desain. Sebaliknya housing kompas adalah produk

khusus yang membutuhkan desain yang ekstensif.

Bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlakukan sama baik

dengan sistem tradisional maupun sistem ABC. Sebaliknya perlakuan untuk

overhead sangat berbeda unuk kedua sistem tersebut. Dengan catatan customer

level costnya dibebankan langsung ke konsumen dan tidak dibebankan ke

produk.

Perbedaan Antara Biaya Produk Tradisional dan ABC

Biaya produk dengan menggunakan ABC sangat berbeda dengan

biaya sistem costing tradisional. Ada dua alasan utama mengapa ada

perbedaan yaitu : Pertama berdasarkan sistem costing yang lama, biaya

desain disebar keseluruh produk tanpa memperhatikan apakah produk

tersebut membutuhkan desain atau tidak. Dengan sistem ABC biaya ini

dibebankan hanya kepada produk yang membutuhkan desain.

Konsekuensinya, berdasarkan sistem ABC biaya desain digeser dari poduk

standar ke produk khusus.

Kedua, biaya order konsumen yang merupakan biaya batch level

dibebankan dengan dasar jam mesin dalam sistem costing tradisional. Jam

14

mesin adalah basis alokasi untuk basis unit level dan bukannya batch level.

Oleh karena itu produk dengan volume tinggi menyerap sebagian besar biaya

batch level meskipun produk tersebut tidak mempengaruhi biaya ini

dibandingkan dengan produk yang diorder dalam jumlah sedikit.

Berdasarkan sistem costing yang baru biaya batch level dibebankan secara

lumsump ke setiap order konsumen. Konsekuensinya sistem costing baru

menggeser dari order bevolume tinggi ke order yang bervolume rendah.

Penting untuk mengingat perbedaan utama lainnya antara biaya

produk yang ditentukan berdasarkan ABC dengan biaya produk yang

ditentukan berdasarkan sistem costing tradisional. Dalam sistem tradisional

hanya biaya produksi saja yang dibebankan ke produk, dalam sistem ABC

biaya non produk dibebankan ke produk sama halnya dengan biaya produksi.

Selanjutnya organization sustaining manufacturing cost dan biaya kapasitas

menganggur tidak dibebankan ke produk sedangkan dalam sistem

tradisional, biaya-biaya tersebut dibebankan ke produk.

6. Biaya Produk ABC – Analisis Tindakan

Langkah keenam dalam penerapan sistem ABC adalah menyiapkan

laporan manajemen. Tinjauan aktivitas atas produk dan margin konsumen dapat

menjadi salah satu laporan manajemen. Selain itu perhitungan overhead

memungkinkan pandangan yang lain terhadap biaya produk ABC yang

menekankan siapa yang bertanggungjawab atas biaya dan kemudahan untuk

menyesuaikan biaya pada saat produksi turun. Untuk membantu analisis

tambahan ini, ABC menerapkan kode warna yang sederhana untuk biaya

perusahaan.

Kode Warna Untuk Biaya

Tim ABC membantu manajer dalam menggunakan data ABC antara

lain dengan memberi kode warna pada setiap biaya misalnya : Hijau, Kuning,

dan Merah.

Kode warna menunjukkan seberapa mudah biaya dapat disesuaikan

apabila ada perubahan akivitas. Biaya dengan kode hijau adalah biaya yang

dapat disesuaikan kurang lebih otomatis apabila ada perubahan aktivitas tanpa

perlu adanya tindakan dari manajer. Biaya dengan kode kuning adalah biaya

14

yang dapat disesuaikan apabila ada perubahan tingkat aktivitas tetapi

perubahan tersebut memerlukan tindakan dari manajer. Biaya dengan kode

merah adalah biaya yang dapat disesuaikan terhadap perubahan aktivitas

hanya jika ada usaha yang keras dan penyesuaian tersebut memerlukan

tindakan manajemen.

Pandangan Analisis Tindakan Terhadap Data ABC

Laporan analisis tindakan adalah laporan yang menunjukkkan apakah

biaya yang telah dibebankan ke dalam obyek biaya seperti produk atau

konsumen dan sejauh mana kesulitan penyesuaian biaya apabila ada

perubahan aktivitas. Desain sistem ABC yang baik memungkinkan manajer

melakukan estimasi biaya relevan yang potensial yang dapat berguna sebagai

awal untuk analisis manajemen.

ABC DAN LAPORAN EKSTERNAL

Karena ABC menyediakan data biaya produk yang lebih akurat

dibandingkan dengan sistem biaya tradisional maka beberapa perusahaan

menggunakan costing ABC untuk membuat laporan eksternal walaupun sebagian

besar tidak melakukannya dengan alasan sebagai berikut :

1. Laporan eksternal kurang rinci daripada laporan internal yang disiapkan untuk

pembuatan keputusan. Harga pokok penjualan dan penilaian persediaan

diungkapkan tapi tidak dipilah per jenis produk. Jika beberapa produk dihargai

terlalu rendah atau tinggi, kesalahan tersebut cenderung membatalkan satu

sama lain.

2. Sangat sulit untuk melakukan perubahan sistem akuntansi perusahaan yang

rumit dan dimodifikasi selama bertahun-tahun.

3. Sistem ABC tidak sesuai dengan PABU karena yang dibutuhkan hanya biaya

produksi saja, sedangkan sistem ABC tidak hanya memasukan biaya produksi

tetapi juga beberapa biaya non produksi.

4. Auditor biasanya tidak menyukai alokasi yang didasarkan pada wawancara

dengan karyawan perusahaan karena anggapan data subjektif semacam ini

dapat dimanipulasi oleh manajemen.

14

Untuk semua alasan ini kebanyakan perusahan membatasi ABC pada

studi untuk manajemen dan tidak akan menggabungkan ABC ke dalam sistem

akuntansi biaya yang formal.

14

BAB IIIRINGKASAN

Metode akuntansi biaya tradisional rentan terhadap beberapa kelemahan yang

dapat mengakibatkan biaya untuk pembuatan keputusan terdistorsi. Seluruh biaya

produksi (meskipun tidak disebabkan oleh produk tertentu) dialokasikan ke produk.

Biaya non produksi yang diakibatkan oleh produk tidak dialokasikan ke produk.

Metode tradisional juga mengalokasikan biaya kapasitas menganggur ke produk.

Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang sebenarnya tidak digunakan.

Akhirnya metode tradisional cenderung terlalu mengandalkan pada basis alokasi level

unit seperti jam kerja langsung dan jam mesin. Hal ini akan menyebabkan

pembebanan biaya yang terlalu tinggi untuk produk dengan volume tinggi dan

pembebanan yang terlalu rendah untuk produk dengan volume rendah. Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan dalam pembuatan keputusan.

ABC mengestimasi biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek biaya

seperti produk dan konsumen. Pendekatan dalam ABC mengasumsikan bahwa obyek

biaya menimbulkan aktivitas yang pada akhirnya mengkonsumsi sumber daya.

Aktivitas membentuk hubungan antara biaya dengan obyek biaya. ABC

memfokuskan pada biaya overhead (produksi, penjualan, umum, dan administrasi).

Akuntansi untuk tenaga kerja langsung dan bahan langsung tidak terpengaruh.

Untuk membangun sistem ABC, perusahaan biasanya memilih beberapa

aktivitas yang merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan di departemen yang

mengkonsumsi overhead. Pengelompokan dalam setiap aktivitas disebut pool biaya

aktivitas (activity cost pool). Biaya overhead yang tersisa dibebankan ke pool biaya

aktivitas dalam alokasi tahap pertama. Wawancara dengan manajer menjadi dasar

alokasi ini.

Tarif aktivitas dihitung untuk setiap pool biaya dengan membagi biaya yang

dibebankan ke pool biaya dengan ukuran aktivitas dalam pool biaya tersebut. Tarif

aktivitas memberikan informasi yang berguna bagi manajer berkaitan dengan biaya

overhead. Biaya yang terlalu tinggi untuk aktivitas tertentu mendorong untuk

melakukan perbaikan.

Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan

biaya ke obyek biaya seperti produk dan konsumen. Biaya yang dihitung berdasarkan

14

ABC biasanya menghasilkan perhitungan yang sangat berbeda dengan biaya yang

diperhitungkan dengan sistem akuntansi biaya tradisional. Meskipun sistem ABC

sangat akurat, manajer harus tetap berhati-hati dalam membuat keputusan berdasarkan

data ABC. Bagian penting dalam activity based analysis untuk profitabilitas

konsumen dan produk adalah analisis tindakan yang mengidentifikasi siapa yang

seharusnya bertanggungjawab atas setiap biaya dan sejauh mana biaya tersebut dapat

disesuaikan.

14

DAFTAR PUSTAKA

- Ray H Garrison, D.B.A., CPA & Eric W Noreen, Ph.D., CMA,