bab ii gambaran umum lokasi penelitian 2.1 letak geografis ... ii.pdf · 2.2 letak geografis desa...
Post on 05-Feb-2018
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
40
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Geografis Desa Pakraman Kedisan
Desa Pakraman Kedisan terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli. Wilayahnya berada di daerah pegunungan pada ketinggian 1000 meter di
atas permukaan laut. Secara Geografis Desa Kedisan terletak 12 Km arah Timur
Laut dari Kecamatan Kintamani dengan jarak sekitar 60 km dari Kota Denpasar
yang dapat ditempuh sekitar 2 jam dengan kendaraan bermotor. Batas batas
wilayah Desa Pakraman Kedisan, sebagai berikut:
Di sebelah utara : Danau Batur
Di sebelah timur : Wilayah Desa Buahan
Di sebelah selatan : Wilayah Desa Pengotan
Di sebelah barat : Wilayah Desa Batur
Secara umum keadaan tanah di Desa Kedisan cukup subur dengan 2
iklim yaitu iklim kemarau dan hujan serta peralihan antara iklim kemarau dan
hujan yang sering disebut iklim pancaroba. Curah hujan rata-rata pertahun sekitar
1800 1887 mm/th dengan suhu rata-rata 23-26 o
C. Kondisi ini sangat
mendukung aktivitas masyarakat dalam kegiatan pertanian. Luas wilayah desa
Kedisan adalah 1.174,15 ha dengan pola penggunaan lahan.
40
41
Tabel 1
Penggunaan Lahan Di Desa Pakraman Kedisan
1 Perkebunan/tegalan 238,39 28,00
2 Kehutanan 250,00 29,00
3 Perikanan/tambak - -
4 Peternakan - -
5 Lain-lain - -
Sub-total 488,39 57,00
Sumber: Profil Desa Kedisan. Tahun 2014
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian. Luasnya penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian,
menunjukan bahwa sebagaian besar masyarakat hidup sebagai petani. Namun,
produktivitas pertanian tergolong rendah, hal ini disebabkan karena masih
rendahnya SDM dan permodalan yang dimilik namun berbagai upaya telah
dilakukan.1
2.2 Letak Geografis Desa Pakraman Ubud
Secara geografis Desa Pakraman Ubud terletak 7 km arah barat laut Kota
Gianyar, berjarak 25 km ke utara dari Kota Denpasar yang dapat di tempuh
sekitar 1 jam/60 menit dengan kendaraan bermotor dan 15 menit dari Kota
Gianyar dengan kendaraan motor. Berada pada ketinggian 325 m dari permukaan
laut. Adapun curah hujan rata-rata per tahun di Desa Pakraman Ubud Tahun 2008
yang diperoleh dari Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III-
Bali, adalah sebesar 2.379 mm, dengan keadaan suhu rata-rata antara 24,1o C –
25,7o C. Memilki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1 Desa Kedisan, 2014, Rencana Prembangunan Jangka Menengah Desa, tanpa
penerbit, hal. tanpa nomor
42
Disebelah Utara : Kecamatan Tegallalang
Disebelah Timur : Desa pakraman Padang Tegal dan
Taman
Disebelah Selatan : Desa Nyuh Kuning (Desa Mas)
Disebelah Barat : Desa Kedewatan
Bila di uraikan lebih jauh secara geografis, Desa Pakraman Ubud
berada dalam jarak 40 Km dari daerah pegunungan terdekat dan 15 Km dari laut
terdekat. Sedangkan untuk daerah sungai tidak sampai dalam hitungan kilometer,
mengingat didalam wilayah Desa Pakraman Ubud sendiri dilalui oleh aliran
Sungai Wos.
Disamping terkenal sebagai daerah seni karena Desa Pakraman Ubud
banyak memiliki seniman, Desa Pakraman Ubud juga terkenal karena keindahan
alamnya. Wilayah Desa Pakraman Ubud terdapat daerah persawahan dan alam
sekitar yang masih cukup asli. Semua itu merupakan daya tarik bagi wisatawan
untuk datang berkunjung ke Desa Pakraman Ubud. Untuk lebih jelasnya mengenai
kawasan-kawasan yang terdapat di Desa Pakraman Ubud dapat dilihat dalam tabel
berikut:
43
Tabel 2
Kawasan-Kawasan Yang Terdapat Di Desa
Pakraman Ubud
No Indikator Sub indikator
1 2 3
1 Kawasan hutan Ada
2 Kawasan tambang Tidak ada
3 Kawasan pantai Tidak ada
4 Kawasan perbukitan/pegunungan Ada
5 Kawasan persawahan Ada
6 Kawasan perkebunan Tidak ada
7 Kawasan Peternakan Tidak ada
8 Kawasan industri kecil/rumah tangga Ada
9 Kawasan Saluran Listrik Tegangan Tinggi
(SUTET) Tidak ada
10 Kawasan rawan banjir Tidak ada
11 Kawasan industri/pabrik Tidak ada
12 Kawasan perkantoran Ada
13 Kawasan rawa Tidak ada
14 Kawasan perdagangan Ada
15 Kawasan kumuh Tidak ada
16 Kawasan jasa hiburan Ada
17 Kawasan wisata Ada
18 Kawasan bantaran sungai Tidak ada
19 Kawasan longsor Tidak ada
Sumber: Profil desa Ubud.Tahun 2012.2
2 Desa Ubud, 2012, Profil Pembangunan Kelurahan Ubud, tanpa penerbit, hal.9
44
2.3 Letak Geografis Desa Pakraman Sanur
Desa Pakraman Sanur adalah desa pantai yang terletak di wilayah
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Madya Denpasar. Secara geografis Desa
Pakraman Sanur terletak 5 km arah Tenggara Kota Denpasar yang dapat di
tempuh sekitar 10 menit dengan kendaraan bermotor. Wilayah Desa pakraman
Sanur berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-10 meter di atas permukaan
laut dengan suhu rata rata 29-33oc yang termasuk Wilayah Bali Selatan yang
berbatasan dengan:
Sebelah utara : Desa Sanur Kaja
Sebelah Selatan : Selat Badung/Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Desa Sanur Kauh
Sebelah Timur : Laut
Luas wilayah Desa Pakraman Sanur secara keseluruhan adalah 402 Ha
yang sebagian besar merupakan daerah pemukiman dan kawasan pariwisata serta
kawasan perdagangan penunjang pariwisata. Desa Pakraman Sanur memiliki
iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan musim kemarau dan
musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu rata-rata di Desa
Pakraman Sanur 29-33o C dengan curahan hujan rata-rata setiap tahun berkisar
antara 2000 - 3000 mm.3
Desa Pakraman Sanur sangat terkenal dengan alam pantai pasir putih di
mana para wisatawan dapat menikmati keindahan alam sambil menyaksikan
3 Desa Sanur, 2012, Profil Desa Sanur dan Kelurahan Sanur, tanpa penerbit, hal.12
45
matahari terbit. Pantai Sanur juga memiliki laut dengan perairan yang tenang
sehingga sangat di sukai para wisatawan lokal maupun asing untuk mandi/
berenang dan beraktifitas air.
2.2.1. Sejarah Dan Perkembangan Pariwisata Desa Pakraman Kedisan
Menurut sumber informasi (Tetua /Penglingsir /Peduluan Desa
/Penyarikan Desa) Desa Pakraman Kedisan, bahwa Desa Pakraman Kedisan
termasuk desa tua yang berdiri sekitar Tahun 808 sebelum masehi. Saat itu
bertahta seorang raja yang berpusat di pinggir selatan danau Batur yang bermana I
Langlang Tanda Putih dan dibantu oleh juru perang yang tangguh yaitu I Guna
dan I Gana. Begitu beliau menempati wilayah itu maka bersama juru perang dan
pengiringnya, I Langlang Tanda Putih merombak hutan yang ada di sekitar
pinggiran selatan Danau Batur untuk memperluas daerah pemerintahannya.
Diantara sekian banyak pohon yang di tebang ada pohon Cempaka Putih yang
tidak di tebang dan dibiarkan begitu saja, karena pohon itu mempunyai kelainan
dimana batang, daun sampai pucuknya berwarna putih dengan lebat. Diatas pohon
ini bertengger seekor burung Manuk Ulun yang oleh raja diberi Nama Manuk
Tunggal.
Pemerintahan Raja I Langlang Tanda Putih semakin lebar serta
mendirikan beberapa tempat persembahyangan. Kemudian pada Tahun 1117
Masehi memerintahlah seorang raja Kediri dengan bala tentaranya. Karena ada
pergantian pemerintahan I Sri Budi dari Buahan dan I Sri Budi Sara dari Abang
minta agar pemerintahan itu tidak berpusat di Manuk Tunggal. Permintaan di
46
kabulkan oleh Sri Jaya Raya maka mulai saat itu Pusat pemerintahan Manuk
Tunggal di ganti menjadi Desa Kedisan.4 Daerah tersebut kemudian menjadi
sebuah desa yang sekarang dikenal dengan Nama Desa Kedisan.
Setelah kemerdekaan pemerintaahn di daerah ini dipimpin oleh Kepala
Desa. Kepemimpinan di desa ini sangat kuat sehingga masing-masing memerintah
dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data yang terdapat dalam profil Desa
Kedisan sejak 1959 Desa Kedisan baru terjadi beberapa kali suksesi
kepemimpinan di antaranya adalah:
1. I Nyoman Windhi 1959—1985
2. I Nengah Polos 1985—1994
3. I Made Sucipta 1994—2007
4. I Nyoman Gamayana 2007- sampai sekarang
Desa Pakraman Kedisan mulai dikenal oleh wisatawan sekitar Tahun
1970-an dengan di awali dibangunnya gedung Bahasa Indonesia milik Sultan
Takdir Ali Sabana (STA) sebagai tempat peristirahan STA sekaligus museum
STA. selanjutnya di susul lagi dengan berdirinya ‖Hotel dan Restoran Segara‖
milik salah satu warga Desa Pakraman Kedisan yang terkenal dengan makanan
khas ikan mujairnya (gurami) di bangun sekitar 1980. Sejak saat itu mulai Tahun
1980-an turis semakin banyak datang berkunjung ke Desa Pakraman Kedisan,
mulailah di kembangkan dan di kemas tari tradiosinal seperti tari Barong Brutuk
(Barong yang dibuat dari daun pisang yang sudah tua/ kering) untuk menyambut
4 Desa Kedisan, 2014, Tanpa Nomor Halaman
47
wisatawan sekaligus atraksi wisata di wilayah itu. Sampai saat ini telah berdiri 10
buah hotel dan restoran seperti tertera dalam Table 3 dibawah ini:
Tabel 3
Perkembangan Kepariwisataan Di Desa Pakraman Kedisan Dari Tahun
1970-2014
No Tahun Sarana Kepariwisataan Keterangan
1 1970 Gedung Bahasa/ Musium STA Musium sekaligus
tempat peristirahatan
2 1975 Hotel dan Restoran Bumi Ayu
3 1980 Hotel dan restoran Segara
4 1982 Permandian Air Panas Permandian air Panas
dari belerang
5 1988 Hotel dan Restoran Windu Sara
6 1990 Hotel dan Restoran Gurami Kedisan lengkap dengan
kolam renangnya
7 1995 Hotel dan Restoran Puncak Sari
(Lake View)
8 2000 Hotel dan Restoran Surya
9 2001 Dikembangkan Objek Wisata
Museum Gunung Api Batur
10 2010 Hotel dan restoran Air Apung Yang sekarang
sedang menanjak
(terkenal)
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bangli Tahun 2014
Kunjungan wisatawan asing & domestik ke objek wisata Penelokan Batur
cukup banyak. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4 yang menggambarkan
jumlah kunjungan wisatawan tiap bulannya pada Tahun 2013.
Tabel 4
Kunjungan Wisatawan Asing Dan Domestik, 2013
No Bulan WNA Domestik Jumlah
1 Januari 27.770 23.952 51.722
2 Februari 20.808 12.013 32.821
3 Maret 14.712 8.936 23.648
4 April 23.861 16.960 40.821
5 Mei 22.667 15.344 38.011
6 Juni 25.035 17.438 42.473
7 Juli 33.645 17.123 50.768
8 Agustus 34.920 18.641 53.561
9 September 31.584 13.374 44.958
10 Oktober 26.924 12.096 39.020
48
11 Nopember 23.803 12.667 36.470
12 Desember 32.835 22.875 55.710
Jumlah 318.564 191.419 509.983 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli.Tahun 2013
Dari table di atas kunjungan wisata ke daerah tujuan wisata Penelokan Batur &
Trunyan meningkat. Jumlah wisatawan asing dan domestik meningkat pada
musim liburan yaitu dari bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Wisatawan
asing lebih banyak sekitar = 66.42% cara matematisnya:
318564-191419 = 127.145
127145 x 100% = 66.42%
191419
Tabel 5
Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik
Desa Kedisan & Trunyan Bangli
No Bulan WNA Domestik Jumlah
1 Januari 112 2.163 2.275
2 Februari 147 904 1.051
3 Maret 121 626 747
4 April 202 1.138 1.340
5 Mei 184 1.044 1.228
6 Juni 536 464 1.000
7 Juli 1535 0 1.535
8 Agustus 258 2.082 2.340
9 September 240 1.045 1.285
10 Oktober 938 0 938
11 Nopember 1.224 0 1.224
12 Desember 569 1.014 1.583
Jumlah 6066 10.480 16.546 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli. Tahun 2013
Keterangan dari table di atas bahwa tourist domestik lebih banyak berkunjung di
daerah Uki Alukat karena adanya‖ doveng wiguru tahu‖ tentang desa Trunyan dan
tradisi di wilayah itu sekitar 72,77% pada Tahun 2013.
Cara matematisnya 10480 - 6066 = 4414 x 100% = 72.766%.
6066
Dengan demikian secara umum dari tahun ke tahun kunjungan wisata ke wilayah
ini meningkat. Hal ini tentu berdampak positif pada sektor perekonomian
49
masyarakat secara luas. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 6 di bawah
ini:
Tabel 6
Data Kunjungan Wisatawan Asing Dan Indonesia Ke Objek Daya Tarik
Wisata Di Kabupaten Bangli. Tahun 2013
N
O
BUL
AN
BATUR PENGLIPURAN KEHEN PENULISAN TRUNYAN
WN
A
WNI JML WN
A
WNI JML WN
A
W
NI
JML W
N
A
W
NI
JM
L
WN
A
WNI JML
1 JAN 22.77
0
23.95
2
51.72
2
1.093 1.528 2.621 476 0 476 34 0 34 112 2.163 2.275
2 FEB 20.80
8
12.01
3
32.82
1
1.289 695 1.984 855 0 855 28 0 28 147 904 1.051
3 MA
R
14.71
2
8.936 23.64
8
876 748 1.624 380 0 380 0 0 0 121 626 747
4 APR 23.86
1
16.96
0
40.82
1
1.704 1.641 3.345 620 0 620 74 0 74 202 1.138 1.340
5 MA
Y
22.66
7
15.34
4
38.01
1
1.840 1.336 3.176 1.054 0 1.054 51 0 51 184 1.044 1.228
6 JUN 25.03
5
17.43
8
42.47
3
1.455 2.094 3.549 783 0 783 61 61 122 536 464 1.000
7 JUL 33.64
5
17.12
3
50.76
8
2.413 1.605 4.018 1.225 0 1.225 12
9
0 129 1.535 0 1.535
8 AUG 34.92
0
18.64
1
53.56
1
3.161 2.385 5.546 1.810 0 1.810 13
5
0 135 258 2.082 2.340
9 SEP 31.58
4
13.37
4
44.95
8
2.139 1.084 3.223 1223 0 1223 72 0 72 240 1.045 1.285
1
0
OCT 26.92
4
12.09
6
39.02
0
2.307 2.166 4.473 956 0 956 88 0 88 938 0 938
1
1
NOV 23.80
3
12.66
7
36.47
0
1969 2.400 4.369 601 0 601 62 0 62 1.224 0 1.224
1
2
DEC 32.83
5
22.87
5
55.71
0
1.096 2.789 3.885 390 0 390 25 0 25 569 1.014 1.583
JUMLA
H
313.5
64
191.4
19
509.9
83
28.63
5
1.462 41.81
3
62.88
1
0 6.288 75
9
61 820 330.9
76
20.02
5
16.99
9
Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Bangli, Tahun 2013
2.2.2. Sejarah Dan Perkembangan Pariwisata Di Desa Pakraman Ubud
Dalam perjalanan Sejarah Guru Suci Mpu Markandya dari Gunung
Raung di Jawa ke Bali dalam proses penyebaran Agama Hindu, beliau tiba di
sebuah lereng atau bukit kecil yang memanjang kearah utara dan selatan. Bukit
diapit oleh dua buah sungai berliku yang mirip seperti dua ekor naga, sungai yang
berada di sebelah barat bernama Sungai Wos Barat, sedangkan yang berada di
50
sebelah timur bernama Sungai Wos Timur. Mpu Markendya mendirikan sebuah
pemukiman disebut ―Sarwa Ada‖ yang terletak di sekitar Desa Taro.
Kedua Sungai Wos barat dan wos timur bertemu menjadi satu di sebuah
lokasi yang disebut dengan Campuhan. Di campuhan inilah Mpu Markendya
mengadakan tempat pertapaan dan beliau mulai merambas hutan untuk membuat
pemukiman dan membagikan tanah pertanian bagi pengikutnya. Dengan demikian
sempurnalah Yoga Sang Rsi, yang ditandai dengan dimulainya kehidupan
masyarakat di desa ini dengan dianugrahi tanah untuk pertanian sebagai sumber
kehidupan.
Sebutan Wos untuk kedua sungai yang telah bercampur ini melekat
menjadi nama desa / pemukiman pada jaman itu. Sedangkan nama sungai ini
sesuai dengan maknanya dengan isi lontar Markendya Purana, Wos ngaran
“Usadi”, Usadi ngaran “Usada”, dan Usada ngaran “Ubad‖. Dari kata ubad ini
di transkripsikan menjadi Ubud. 5
Selain tersebut di atas Desa Pakraman Ubud juga memiliki sejarah
kepemimpinan kepada desa. Keperbekelan Desa Ubud di mulai Tahun 1922 yang
di pimpin oleh seorang perbekel pada waktu itu bernama Pan Grya. Wilayah ubud
waktu itu meliputi Sambahan, Junjungan, Bentuyung, Ubud, Kutuh dan Nagi. Pan
Grya kemudian digantikan oleh A.A Gde Kerepeg yang menambah lagi
wilayahnya ke Taman Kaja, Padangtegal dan Tegallalang.
5 Tjok Oka Arta Ardana Sukawati, 2014, Ubud Desa Global Kajian Perubahan Tata
Ruang Bangunan trasional Bali, CV Bali Media Adikarsa, Denpasar, h. 49-72
51
Sejak jaman perang kemerdekaan putra-putri Ubud banyak memberi
andil demi kemajuan Bangsa dan Negara, seperti I Wayan Suweta, Nyoman
Sunia, Ida Tjokorda Putra Sudarsana, Nombrog dan Made Kajeng. Demikian juga
jaman pembangunan ini salah seorang putra Ubud yaitu : Tjokorda Sukawati juga
telah memberikan andil yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa dan Negara
kita, khususnya dalam bidang pembangunan fisik, berupa penciptaan sebuah
tehnik pembangunan yang dinamakan ―Sosrobahu” dalam pembuatan jalan
layang di Jakarta.
Dalam perkembangannya, Kelurahan Ubud pernah dipimpin oleh
Perbekel / Kepala Kelurahan sebagai berikut:
1. Pan Grya (1922-1932)
2. Anak Agung Gde Krepeg (1932-1942)
3. Gusti Putu Leket (1942-1950)
4. Tjokorda Alit Dalem (1950-1955)
5. Anak Agung Gde rai Gug (1955-1977)
6. Tjokorda Gde Rai Darmawan (1977-1983)
7. Tjokorda Raka Sukawati (1983-1988)
8. Tjokorda Gde Anom (1988-1991)
9. Tjokorda Gde Rai Darmawan (1991-1993)
10. I Ketut Suastika, BA (1993-1998)
11. Cokorda Gede Putra Darmayuda, S.IP., M.Si (1998-2006)
12. Drs. I Kadek Alit Wirawan (2006-2006)
13. I Made Wartana, AP (2006-2009)
14. I Wayan Ardana, AP., MA (2009-Sekarang)
52
Demikian sejarah singkat terbentuknya Desa Pakraman Ubud dan
kondisi terkini yang sedang berkembang di wilayah tersebut. Sebuah wilayah
yang begitu inspiratif, bahkan bagi orang luar Ubud sekalipun. Terbukti dengan
begitu banyaknya sebutan yang diberikan untuk Ubud, seperti Desmond Tutu
seorang Nobel Perdamaian Dunia yang menyebut Ubud sebagai ―Pusat
Kebudayaan Dunia‖ atau ―Ubud Capital of Culture for the World”
Cikal bakal Perkembangan kepariwisataan di Desa Pakraman Ubud
diawali dengan keterbukaan Raja Ubud untuk menjamu kedatangan para
misionaris barat serta orang orang penting pemerintahan kolonial sekitar Tahun
1920-an dan kemudian kedatangan seniman dunia bernama Walter Spies Tahun
1927 yang menetap di Ubud selama kurang lebih 15 tahun. Peninggalan W. Spies
berupa bungalow masih ada sampai sekarang di Hotel Tjampuhan. Bangunan itu
terletak di tebing dekat sungai Tjampuhan dengan pemandangan sekitar yang
indah, asri, serasa hening dan atmosfir yang sangat inspiratif.
Selanjutnya Tahun 1929 datang seorang pelukis/seorang guru gambar
yaitu Johan Rudolf Bonnet, seorang pelukis Belanda yang juga tinggal di Desa
Ubud, di mana pada akhirnya Tahun 1936 bersama dengan Tjokorda Gde Agung
Sukawati mendirikan/ membentuk organisasi seni yang disebut ―Pita Maha‖ yang
berpusat di Ubud, oleh organisasi seni inilah lukisan Bali dihargai secara wajar.
Atas permintaan R. Bonnet kepada Puri Ubud dengan tokoh Tjokorda
Gde Agung Sukawati, oleh Bonnet agar Ubud mulai menerima tamu-tamu yang
siap membayar (payung questa), sehingga akhirnya pelan pelan mulailah tamu-
tamu berdatangan, yang akhirnya pada Tahun 1988 dengan SK Bupati Gianyar
53
No.29/1988 tertanggal No.10 Februari 1988 di bentuklah dinas pariwisata yang
khusus mengurus masalah kepariwisataan, mulai promosi-promosi ke luar negeri,
membagi zona-zona pariwisata, di mana melalui SK Gubernur dengan SK No.
20/Tahun 1993, ditetapkan 21 kawasan wisata di seluruh Bali, berdasarkan SK
tersebut Kabupaten Gianyar di rancang sebagai kawasan wisata, yaitu desa Ubud
dan desa Lebih.
Adapun perkembangan kepariwisataan di Desa Pakraman Ubud dapat
di lihat dari Tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7.
Data Perkembangan Sarana Kepariwisataan Di Desa Pakraman Ubud Dari
Tahun 2005 Sampai Tahun 2014
No Fasilitas Kepariwisataan 2005 2010 2014
1 Hotel Berbintang 3 3 5 7
2 Hotel Berbintang 1 3 3 6
3 Pondok Wisata 466 486 501
4 Pondok Melati 211 221 241
5 Rumah Makan/Restoran/Cafe 278 280 295 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun 2005, 2010 dan 2014
Perkembangan fasilitas keperiwisataan di Desa pakraman Ubud cukup
pesat dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2014 ini. Begitu juga perkembangan
kunjungan wisatawan dalam kurun waktu yang sama dari Tahun 2005 sampai
dengan Tahun 2014 ini cukup pesat. Ini dapat dilihat dari Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8
Perkembangan Kunjungan Wisatawan Dalam Kurun Waktu 2005 Sampai
2014.
No Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan
1 2005 52.379
2 2010 68.556
3 2014 79.081 Sumber: Diolah dari data Dinas Pariwisata Kab. Gianyar.Tahun 2014
54
2.2.3. Sejarah Dan Perkembangan Pariwisata di Desa Pakraman Sanur
Secara tertulis asal usul kata Sanur sampai saat ini belum didapat,
namun berdasarkan informasi dari beberapa pemuka adat menjelaskan bahwa
Sanur berasal dari urat kata ―Saha dan Nuhur‖ yang berarti ―memohon untuk
datang pada suatu tempat‖ yang mana dari kata Saha Nuhur ini lama kelamaan
berubah menjadi Sanur.
Sedangkan mereka yang pernah memerintah sebagai Kepada Desa
berdasarkan dokumen yang ada tercatat yaitu:
1. Sejak tahun 1909-1932 Sanur diperintah oleh Kepala Desa bernama IDA
BAGUS SARI,
2. Kemudian dari tahun 1932-1935 Sanur diperintah oleh IDA BAGUS ANOM
sebagai Kepala Desa yang saat itu mewilayahi Sanur sampai Renon
3. Selanjutnya dari tahun 1935-1951 Sanur diperintah oleh IDA BAGUS MADE
BADRA Pada masa pemerintahan beliau sanur dimekarkan menjadi bagian timur
Desa Sanur dan bagian Barat Desa Renon.
4. Pada tahun 1951-1959 Pemerintah Sanur dipegang I GUSTI NGURAH GEDE
PEMECUTAN yang pada saat itu sudah mulai nampak adanya titik-titik terang
perkembangan yaitu dengan ditunjuknya desa Sanur Sebagai Percobaan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali pada tahun 1956 walaupun pada saat itu
belum nampak hasil konkrit yang dirasakan.
5. Kemudian pada tahun 1959 sampai dengan 16 januari 1986 Desa Sanur
diperintah oleh seorang Kepala Desa yang bernama IDA BAGUS KETUT
BERATHA.
55
6. Berdasarkan surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Badung
tertanggal 1 Desember 1979 No.167/Pem.15/166/1979 dan dikuatkan
dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Bali No. 57,
tertanggal 1 Juni 1982 maka Desa Sanur dimekarkan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
1. Sebagai Induk disebut Kelurahan Sanur
2. Pemekaran menjadi Desa Sanur Kauh
3. Pemekaran menjadi Desa Sanur Kaja
I KETUT KONTIA (Sekretaris Kelurahan Sanur sebagai Pejabat
Sementara) (Pjs) sampai pengangkatan Lurah Sanur yang baru.
7. Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1987 Lurah Sanur dijabat oleh IDA
BAGUS MADE KERTI sampai tahun 1994 lalu digantikan oleh :
8. IDA BAGUS ALIT WARADANA, S.Sos sampai tanggal 6 Februari 2006
selanjutnya digantikan oleh:
9. Drs. I WAYAN PUJA sampai tanggal 31 Januari 2008, selanjutnya digantikan
oleh :
10. IDA BAGUS ALIT SURYA ANTARA, SS dari tanggal 9 Pebruari
sampai sekarang.
Awal bangkitnya Sanur sebagai salah tujuan rekreasi wisata khususnya
wisata bahari sekitar Tahun 1972 - 1973. Sebelum era 70-an sesungguhnya di
Sanur telah ada beberapa hotel besar seperti Bali Beach Hotel yang menjadi
mascot Sanur dengan hotel yang ―ngelewatin tuntung nyuh” (Bahasa Bali).
Sanur saat ini terbagi menjadi tiga palemahan yaitu: Desa pakraman
Sanur, Desa Pakraman Intaran, dan Desa Pakraman Penyaringan. Sampai saat ini
56
perkembangan kepariwisataan Desa pakraman Sanur cukup tinggi hal ini dapat
dilihat dari Tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9
Perkembangan Sarana Kepariwisataan Di Desa Sanur Dari Tahun 2008 -
2014
No Sarana/Fasilitas
Kepariwisataan
Tahun
2008 2010 2014
1 Hotel berbintang 3 4 6 10
2 Hotel berbintang 1 3 5 7
3 Pondok wisata 326 330 350
4 Pondok melati 210 218 320
5 Rumah makan/restoran/café 391 399 408 Sumber: Diolah dari laporan sarana kepariwisataan DiParDa Kabupaten Badung, 2014
Dari tabel tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan sarana
kepariwisataan di Desa Sanur cukup signifikan. Perkembangan sarana
kepariwisataan di Desa Sanur seiring dengan makin meningkatnya perkembangan
kunjungan wisatawan ke Desa Sanur. Tabel 10 menunjukkan kunjungan
wisatawan ke daerah ini terus meningkat cukup tinggi.
Tabel 10
Perkembangan Kunjungan Wisatawan Ke Desa Sanur Dari Tahun 2008 -
2012.
No Tahun Jumlah Kunjungan
1 2008 295.992
2 2009 376.181
3 2010 418.057
4 2011 439.999
5 2012 483.539 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Badung.Tahun 2013
57
2.3 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Lokasi Penelitian
2.3.1. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Desa Pakraman Kedisan
Secara etimologi sarana adalah ―segala sesuatu yang dapat di pakai
sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan‖,6 Prasarana adalah ―segala yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses‖7. Dengan demikian
yang dimaksud dengan sarana dan prasarana kepariwisataan adalah segala sesuatu
yang di pakai sebagai alat penunjang utama tercapainya maksud atau tujuan
wisatawan datang berkunjung dan menginap di suatu objek wisata seperti di Desa
Pakraman Ubud, Desa Pakraman Sanur dan Desa Pakraman Kedisan. Sarana dan
prasarana yang dimaksud dalam kaitan dengan kepariwisataan antara lain: Hotel,
Restoran, Objek (Daerah objek Wisata/DOW) Spa, Massage, tempat hiburan,
transportasi, kesenian dan lain-lain yang menjadi kebutuhan wisatawan selama
berada di tempat tersebut.
Keberadaan infrastruktur perdesaan memegang peran strategis dalam
mendukung aktivitas kehidupan masyarakat, baik dalam hal aktivitas ekonomi,
sosial maupun budaya. Mengingat begitu vitalnya peran infrastruktur maka
pembangunan desa lebih difokuskan pada sektor ini. Kondisi infrastruktur
perdesaan ada dalam kondisi kurang baik, oleh karena itu program-program
pembangunan dan perbaikan serta pemeliharaan perlu terus di galakkan agar
infrastruktur perdesaan yang ada dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi
6 Dani K. 2002, Kamus Langkap Bahasa Indonesia,dilengakapi dengan EDY,
Pencetak Putra Harsa Surabaya, h.487 7 Ibid.,h. 418
58
masyarakat dalam melaksanakan aktivitas, transportasi, akses pasar, pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan budaya.
Mulai Tahun 2005 sampai sekarang semua desa-desa di wilayah
Kabupaten Bangli telah menjadi prioritas utama dalam pembangunan yang lebih
terkenal dengan ―Gerbangsadu‖ (Gerakan Pembangunan Desa Terpadu). Struktur
perekonomian desa Kedisan di dominasi oleh sektor pertanian, hal ini terlihat dari
prosentase penggunaan lahan untuk usaha pertanian, khususnya pertanian
holtikultura dan palawija yakni sebesar 78% dan prosentasi jumlah penduduk
yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian yakni hampir 78%. Selain itu
ekonomi desa digerakkan oleh sektor perdagangan dan jasa pariwisata. Secara
umum gambaran struktur perekonomian desa di tunjukkan oleh distribusi jumlah
penduduk menurut mata pencaharian.
Daftar sarana dan prasarana kepariwisataan di wilayah Desa Pakraman Kedisan
Kintamani, Bangli.
Tabel 11
Nama Nama Hotel Di Desa Kedisan Bangli
Nama Nama Hotel Nama Nama Pemilik
1 Merta Sari I Nyoman Artawan
2 Hotel Segara I Made Sucipta
3 Hotel Surya Gede Suryanta
4 Puncak Sari (Lake View) Kadek Khrisna Adi Darma
5 Astra Dana I Nengah Dester
6 Kedisan Bungalow I Wayan Rena Wardana
7 Putra Mulya Wiasta Made Murningsih
6 Losmen Semadi Ketut Kenyar Sumber: Dinas Pariwisata kabupaten Bangli dan profil desa Kedisan. Tahun 2012
59
Dari semua pondok wisata itu hampir semuanya memiliki ijin
operasional, hanya 1 pondok wisata yang tak berijin yaitu ―Losmen Semadi‖.
Menurut pemiliknya, Ketut Kenyar, bahwa tak berizin pondok wisatanya karena
permasalahan modal, hunian tidak tetap dan birokrasi yang bertele-tele, artinya
terlalu banyak pengeluaran dari hasil usahanya, namun dari pihak Pemda
usahanya tetap di pungut pajak apa bila ada yang menginap, khususnya musim-
musim liburan yang ramai sekitar bulan Juni, Juli dan Agustus.8 Pernyataan
Kenyar sangat sesuai dengan yang di katakan oleh Kepala Pelayanan Terpadu
Buleleng, Putu Karunia. Beliau menyebutkan alasan pemilik villa enggan
mengurus ijin karena:
1. Proses perijinan di birokrasi berbelit belit;
2. Banyak punggutan/ iuran yang di ambil oleh pihak pihak tertentu di kantor
perijinan dan sekitar villa mulai dari sumbangan suka rela, iuran rutin,
iuran setengah resmi yang mengatas namakan penduduk local.9
Selain Losmen Semadi, pondok wisata (hotel melati) di atas fasilitasnya cukup
mewah dan modern termasuk sudah ada internet/WI-FI.
Table 12
Daftar Restoran Di Desa Kedisan No Nama Nama Restaurant Nama Nama Pemilik
1 Sari Restoran I Nyoman Setia AP
2 Mesari Restoran A.A Suarsana
3 Suling bali restoran I Nyoman Windia
4 Merta Sari Restoran I Nyoman Artawan
5 Segara Restoran I Made Sucipta
6 Surya Restoran Gede Suryanta
7 Puri Sanjaya Made Nakis Surya Darma
8 Lake View Restoran Kadek KhrisnaAdi Darma
9 Gunawan Restoran Drs I Wayan Surya Darma
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli. Tahun 2012
8 Wawancara dengan I Ketut Kenyar, Losmen Semadi, Kedisan, Bangli, Sabtu, 19
April 2014, pkl.16.21, Wita 9 Anonim,2014,‖Kendala perijinan‖, Bali Post Rabu Wage.25 Maret,
lajur 2,h.12
60
Dari tabel di atas dapat di terangkan bahwa rumah makan (restaurant)
ini kebanyakan menghandalkan promosi dari mulut ke mulut dengan imbalan
(komosi) sejumlah uang kepada pemandu wisata sehingga terjadi persaingan
cukup ketat dalam harga dan service / pelayanan terhadap pelanggan maupun
pramuwisata.10
2.3.2. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Desa Pakraman Ubud
Desa Pakraman Ubud dengan perkembangan kemajuan pariwisatanya
adalah sesuatu yang patut di syukuri seluruh lapisan masyarakat. Keindahan
panorama alam, seni budaya, adat istiadat dan kereligiusan masyarakat Desa
Pakraman Ubud menjadikan Desa Pakraman Ubud memiliki daya tarik dan
banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai Negara di dunia. Suasana Desa
Pakraman Ubud dengan seluruh isinya adalah potensi besar yang hampir
sempurna dengan menyatunya tradisi dan budaya yang merupakan karakter kuat
masyarakat Desa Pakraman Ubud.
Desa Pakraman Ubud tetap menjadi pusat pariwisata budaya, karena
seluruh lapisan masyarakat antusias berpartisipasi mendukung pariwisata Ubud.
Dukungan partisipasi aktif masyarakat Ubud antara lain dengan menerapkan sapta
pesona, membuat dan menyediakan sarana dan prasarana kepariwisataan seperti
misal menjadikan rumahnya home stay, mendirikan restoran/rumah makan,
membentuk kelompok seni dll. Adapun sarana dan prasarana di Desa Pakraman
Ubud dapat dilihat dari Tabel 13 dibawah ini:
10
Wawancara dengan Nyoman Sudini, Restaurant Lake View, Kedisan, Bangli, tgl
23 Maret 2014, pukul 14.38.Wita
61
Tabel 13
Sarana Dan Prasarana Kepariwisataan Di Desa Pakraman Ubud.
No Nama jenis sarana Jumlah Unit
1 Hotel/akomodasi 471
2 Kelompok seni tari 39
3 Kelompok seni tabuh 39
4 Museum 3
5 Gallery sedang 4
6 Gallery kecil 17
7 Art shop/ kedai seni 163
8 Restaurant 194
9 Travel sedang dan kecil 28
10 Transpotasi 568
11 Rumah pijat/message 32
12 Pasar Umum 1
13 Istana 1
14 Pura 6 Sumber: Data diolah dari Diparda kab.Gianyar dan profil desa Ubud.Tahun 2014
Keterangan:
Sarana kepariwisataan yang ada di wilayah Desa pakraman Ubud
adalah umumnya dimiliki dan dikelola langsung oleh pemiliknya. Terutama
akomodasi dalam operasionalnya menggunakan lahan pribadi dengan memberikan
imbalan jasa kepada mereka yang langsung membawa pelanggan/customers
antara 10---20%.
Sedangkan dalam kelompok seni tari dan seni tabuh tiap kali
mengadakan pementasan juga memberi imbalan jasa/komisi kepada mereka yang
langsung membawa pelanggan dan kepada juru jual ticket jalanan untuk sekali
pertunjukkan antara 20---35%. Dalam keberlangsungan kelompok seni itu, oleh
karena saking banyaknya kelompok seni maka satu anggota bisa juga menjadi
anggota kelompok seni yang lain, bahkan banyak diantara kelompok seni itu
mengrekrut anggota dari desa lain.
Begitu pula dengan alat transportasi di samping dimiliki oleh sebagian
besar pengusaha akomodasi juga dikelola oleh desa pakraman dalam bentuk
kelompok salah satu contohnya Ubud Taxi, ubud Fabolous taxi dll yang biasanya
standby di sepanjang jalan Desa Pakraman Ubud.
62
2.3.3. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Desa Pakraman Sanur
Desa Pakraman Sanur adalah daerah pariwisata dan jasa perdagangan
penunjang pariwisata, oleh karena itu mata pencaharian / sosial ekonomi
masyarakat sebagian besar bertumpu pada pegawai swasta dan jasa perdagangan.
Hal ini di sebabkan wilayah Desa Pakraman Sanur daerah pertaniannya semakin
sempit. Adapun sarana dan prasarana kepariwisataan di Desa Pakraman Sanur
yang sangat dikenal adalah pantai, dengan segala dinamikanya. Awal bangkitnya
Sanur sebagai salah satu tujuan objek wisata, khususnya wisata bahari sekitar
Tahun 1972 - 1973 pada saat itu sedang didirikan hotel bertarap internasional
yaitu Bali Hyatt. Sebelum era 70-an, sesungguhnya sanur telah ada hotel besar
seperti Bali Beach Hotel, yang menjadi mascot sanur dengan hotel yang
―ngeliwatin tuntung nyuh” (bahasa Bali). Sarana dan prasarana kepariwisataan di
Desa Pakraman Sanur dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:
Tabel 14
Sarana Dan Prasarana Di Desa Pakraman Sanur
No
Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Tambatan perahu 3 unit
2 Perahu motor 25 unit
3 Perahu tanpa motor 180 unit
4 Jet boat 25 unit
5 Pemilik usaha jasa tranfortasi dan
perhubungan
10 orang
6 Buruh usaha jasa tranfortasi dan
perhubungan
20 orang
7 Usaha informasi dan komunikasi 1 orang
8 Jasa hiburan dan pariwisata 15 orang
9 Hotel dan penginapan lainnya 65 orang
10 Usaha warung, rumah makan dan restoran 105
63
11 Long chair 10 orang
12 Payung pantai dengan mejanya 50 orang
13 Dipan message 25 orang
14 Water spot activities 10 orang
15 Gallery 50 orang
16 Boat pribumi (sanur) 10 orang
17 Boat pengusaha 5 orang
18 Angkutan wisata 25 orang
19 Taxi 25 orang Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Sanur. Tahun 2012
top related