lapsus ujian samlih f.20.0.docx
Post on 08-Apr-2016
33 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Kasus Ujian
Skizofrenia Residual (F20.5)
Oleh :
Nanda Sulistyaningrum
NIM. I1A008084
Pembimbing
dr. H. Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSJ SAMBANG LIHUM
GAMBUT
September 2012
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SR
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Desa Kapuk 2 RT. 07 Kecamatan Satui, Kabupaten
Tanah Bumbu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
MRS Tanggal : 7 September 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
- Alloanamnesa pada tanggal 7 September 2012, pukul 16.00 WITA,
diperoleh dari ibu tiri pasien (Ny.H) dan suami pasien (Tn.T).
- Autoanamnesa pada tanggal 7 September 2012, pukul 16.30 WITA
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk
1
KELUHAN TAMBAHAN
Sulit tidur, berbicara sendiri, tertawa sendiri.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesa
Menurut keluarga pasien, pasien mulai mengamuk sejak tahun 1990
dan memberat atau menjadi lebih sering dalam beberapa bulan terakhir ini.
Perilaku pasien ini mulai berubah sejak pasien melahirkan anak pertamanya
pada tahun 1990. Setelah melahirkan, pasien pernah sakit-sakitan. Anak
pertama pasien sempat dirawat oleh pasien selama 17 hari dan kemudian
meninggal saatt disusui oleh pasien. Sejak saat itu pasien mulai terlihat
berbicara sendiri, tertawa dan terkadang menangis sendiri.
Pasien sebelumnya tidak pernah dibawa untuk berobat ke dokter
maupun Rumah Sakit karena keluarga merasa masih bisa menangani
perubahan perilaku pasien tersebut. Hingga pada akhirnya perilaku
mengamuk pasien semakin memberat.
Dua bulan yang lalu (bulan juli 2012), pasien mulai kesulitan tidur, dan
mengamuk. Saat mengamuk, pasien menceburkan dirinya ke dalam sumur.
Keluarga tidak mengetahui mengapa pasien mengamuk. Kemudian keluarga
membawa pasien ke bidan desa dan mendapatkan obat penenang. Obat
tersebut berwarna jingga dan putih. Setelah meminum obat tersebut pasien
terlihat sedikit lebih tenang.
Satu bulan yang lalu (bulan agustus 2012) pasien mengamuk lagi dan
membawa pisau. Pasien mengejar tetangga di lingkungan rumahnya. Perilaku
2
pasien ini meresahkan masyarakat di sekitarnya. Pasien terakhir kali
mengamuk tadi malam dan mencoba mencekik ibu tiri pasien tanpa alasan
yang jelas.
Menurut keluarga, pasien pernah bercerita bahwa dirinya mendengar
bisikan-bisikan di telinganya yang memintanya untuk bersabar terhadap
segala kesulitan di dunia ini. Pasien juga terlihat senang dan berkata bertemu
dengan Allah dan nabi. Pasien merasa dirinya adalah utusan Allah.
Pasien bisa makan dan minum sendiri tanpa disuruh. Pasien juga bisa
mandi dan berpakaian sendiri. Pasien pernah berkata bosan hidup dan ingin
mati saja hingga pada akhirnya 3 hari yang lalu pasien ke dapur untuk
mengambil pisau dan berlari keluar rumah ke jalanan dengan niat untuk
membiarkan dirinya tertabrak mobil di jalanan. Pasien tidak pernah
meminum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan maupun merokok.
Pasien tinggal bersama ibu tirinya sejak pasien berumur 7 tahun. Saat
masa anak-anak dan remaja, pasien merupakan anak yang pendiam dan
mudah marah sehingga pasien memiliki sedikit teman. Pasien bersekolah
hingga lulus SMP dan menikah. Pasien tidak bekerja. Pasien telah menikah
sebanyak 4 kali dan memiliki 3 orang anak.
Autoanamnesa
Saat dijulurkan tangan untuk berjabat tangan pasien membalas, dan
mengaku namanya adalah Siam. Saat ditanya beberapa pertanyaan pasien
menjawab dengan kooperatif. Saat proses wawancara, mulut pasien terlihat
3
komat-kamit seperti sedang berdzikir. Pasien terlihat labil, gelisah dan mudah
tersinggung.
Pasien menyangkal bila dirinya mengamuk dan ingin menyakiti orang
lain. Pasien mengaku kesulitan tidur dalam 2 bulan ini. Pasien mengaku
pernah mendengar bisikan-bisikan yang memintanya untuk terus bersabar
terhadap cobaan hidup yang dialaminya. Pasien juga berkata bahwa dirinya
bahagia karena sudah bertemu dengan Allah dan nabi. Pasien mengaku
dirinya adalah utusan Allah yang dikirim kedunia untuk menyelamatkan
umat. Pasien mengaku pernah merasa bosan hidup dan ingin mati saja ketika
banyak masalah.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Os tidak pernah kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
- Os tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran
- Os ada riwayat kejang
- Os tidak pernah dirawat di RS sebelumnya
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal
Tidak didapatkan data yang cukup mendukung.
2. Infancy (usia 0-1,5 tahun, trust vs mistrust)
Tidak didapatkan data yang cukup mendukung.
3. Early childhood (1,5-3 tahun, autonomy vs shame, doubt)
Tidak didapatkan data yang cukup mendukumg.
4
4. School age (6-12 tahun, industry vs inferiority)
Os merupakan anak yang pendiam.
5. Adolesence (12-20 tahun, identity vs identity confusion)
Os merupakan anak yang pendiam dan selalu curiga dengan orang lain.
Os jarang bersedia menceritakan masalahnya kepada orang lain. Os
menikah pada umur 14 tahun
6. Young adulthood (20-32 tahun, intimacy vs isolation)
Os memiliki hubungan dengan keluarga, tetangga dan teman yang
kurang baik.
7. Riwayat Pendidikan
Pada usia 6 tahun, os sekolah di SD selama 6 tahun dan prestasinya
biasa saja. Pada usia 11 tahun, os sekolah SMP. Saat lulus SMP usia 14
tahun, os tidak melanjutkan sekolah lagi.
8. Riwayat Pekerjaan
Os adalah seorang ibu rumah tangga.
9. Riwayat Perkawinan
Os telah menikah 4 kali. Os menikah pertama kali tahun 1889, saat usia
os 14 tahun os menikah dengan seorang laki-laki yang dikenalnya dari
orangtuanya. Os mempunyai 2 anak. Setelah 5 tahun menikah, os bercerai.
Kemudian os menikah untuk kedua kalinya pada tahun 1995 dan tidak
dikarunia anak. Tahun 1999 os bercerai. Os menikah untuk ketiga kalinya
pada tahun 1999, dikaruniai 1 anak, tetapi pernikahan os tidak berlangsung
5
lama. Tahun 2005 os bercerai. Tahun 2006 os menikah yang keempat
kalinya dan belum dikaruniai anak.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Herediter (-)
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
6
Os adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Tidak ada riwayat penyakit
serupa di dalam keluarga os.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Os tinggal berdua dengan suami keempat os dalam satu rumah. Lingkungan
rumah pasien tidak ada masalah berarti.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os tidak merasa dirinya sakit.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada saat datang ke IGD Jiwa Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum pasien
menggunakan baju bermotif bunga berwarna putih-biru , celana panjang hitam
dan berjilbab. Pasien tampak terawat.
2. Kesadaran
Baik
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Koheren, suara pelan, lancer dan kadang menjawab sesuai pertanyaan
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
7
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar, dapat dipertahankan
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA EMPATI
1. Afek (mood) : Euthym
2. Ekspresi afektif : Labil
3. Keserasian : serasi
4. Empati : dapat dirabarasakan
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, intelegensi dan pengetahuan umum : sesuai usia dan
taraf pendidikan (Lulus SMP)
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
- Situasi : baik
3. Konsentrasi : baik
4. Daya Ingat : Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Segera : baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Bakat kreatif : memasak
8
6. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : halusinasi visual dan audio : (+/+)
2. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : os berbicara secara spontan dan menjawab bila
ditanya
b. Kontinuitas : jawaban sesuai pertanyaan, koheren
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : tidak ada
b. Gangguan pikiran : waham (+) kebesaran dan curiga
F. PENGENDALIAN IMPULS
Kurang terkendali, mudah tersinggung
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji Daya nilai : baik
3. Penilaian Realita : terganggu
9
H. TILIKAN
Terganggu derajat 1: os tidak sadar bahwa dirinya sakit.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Gizi : baik
Tanda vital : TD = 140/100 mmHg
N = 86 x/m
RR = 22x/m
T = 36,7 C
Kepala:
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor, kotoran
hidung minimal
Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir kering dan keluar busa,
pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah
tremor.
10
Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi :
- Pulmo : sonor
- cor : batas jantung normal
Auskultasi:
- pulmo : vesikuler
- cor : S1/S2 tunggal
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi , tremor (-),
akral dingin (+)
2. STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
11
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa :
Perubahan sikap pasien mulai terlihat sejak taun 1990, saat pasien
melahirkan anak pertamanya. Anak pertama pasien sempat dirawat oleh pasien
selama 17 hari dan meninggal saat disusui oleh pasien. Sejak saat itu pasien mulai
terlihat berbicara sendiri, tertawa dan terkadang menangis sendiri. Pasien juga
mulai mengamuk tetapi tidak sering.
Pasien sebelumnya tidak pernah dibawa untuk berobat ke dokter maupun
Rumah Sakit, hingga pada akhirnya perilaku mengamuk pasien semakin
memberat.
Dua bulan yang lalu (bulan juli 2012), pasien mulai kesulitan tidur, dan
mengamuk. Saat mengamuk, pasien menceburkan dirinya ke dalam sumur.
Kemudian keluarga membawa pasien ke bidan desa dan mendapatkan obat
penenang.
Satu bulan yang lalu (bulan agustus 2012) pasien mengamuk lagi dan
membawa pisau. Pasien mengejar tetangga di lingkungan rumahnya. Pasien
terakhir kali mengamuk tadi malam dan mencoba mencekik ibu tiri pasien tanpa
alasan yang jelas.
Pasien pernah mendengar bisikan-bisikan di telinganya yang memintanya
untuk bersabar terhadap segala kesulitan di dunia ini. Pasien mengaku bertemu
dengan Allah dan nabi. Pasien merasa dirinya adalah utusan Allah yang dikirim
12
ke dunia untuk menyelamatkan umat. Pasien merasa curiga terhadap orang lain
disekelilingnya.
Pasien pernah berkata bosan hidup dan ingin mati saja hingga pada akhirnya
3 hari yang lalu pasien ke dapur untuk mengambil pisau dan berlari keluar rumah
ke jalanan dengan niat untuk membiarkan dirinya tertabrak mobil di jalanan.
Penilaian Status mental
Perilaku dan aktifitas psikomotor : hiperaktif
Kontak psikis : ada, wajar, dapat dipertahankan
Afek : euthym
Pembicaraan : koheren
Ekspresi afektif : labil, gelisah, mudah tersinggung
Sikap : kooperatif
Empati : dapat dirabarasakan
Konsentrasi : terganggu
Halusinasi : audio dan visual ada
Depersonalisasi : tidak ada
Arus pikir : baik
Waham : waham kebesaran dan curiga
Penilaian realita : terganggu
Tilikan : derajat 1
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
13
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
2. AKSIS II : Kepribadian paranoid (F 60.0)
3. AKSIS III : Hipertensi grade II
4. AKSIS IV : Masalah Keluarga
5. AKSIS V : GAF scale 50-41 (gejala berat dan disabilitas berat)
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Status interna : tidak ada gangguan
Status neurologik : tidak ada gangguan
2. PSIKOLOGIK
Perilaku dan aktivitas psikomotor hiperaktif, afek euthym, expresi afektif
labil, gelisah, kontak ada, wajar, empati dapat dirabarasakan, ada halusinasi audio
dan visual, ada waham curiga dan waham kebesaran, taraf tdapat dipercaya,
penilaian realitas terganggu dan tilikan derajat 1.
3. SOSIAL/KELUARGA
Os mulai sakit-sakitan setelah melahirkan anak pertama. Anak pertama os
meninggal saat berusia 17 hari.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad malam (Skizofrenia Paranoid)
Perjalanan penyakit : dubia ad malam (kronis)
14
Ciri kepribadian : dubia ad malam (paranoid)
Stressor psikososial : dubia ad malam (masalah keluarga)
Riwayat Herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad malam (15 tahun)
Pola keluarga : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad malam (kelas 3 SMP)
Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam
Perkawinan : dubia ad malam (Sudah cerai 3 kali)
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologik : dubia ad malam (ada penyakit fisik)
Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam (belum pernah dirawat)
Ketaatan berobat : dubia ad bonam (mau minum obat)
Kesimpulan : Dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Medika mentosa :
Cepezet 3 x 100mg
Lodomer 3 x 5 mg
Hexymer 3 x 2 mg
Amitriptilin 3 x 25 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga
15
Usul pemeriksaan penunjang: Laboratorium darah rutin dan kimia darah.
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung dari
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya
ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi serta afek yang tidak wajar(inappropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consiousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang
kemudian (1).
Menurut PPDGJ III skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan
pedoman diagnosis harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas) (1) :
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
16
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
17
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
d. Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons empenderitaional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
18
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude), dan penarikan diri secara sosial (1).
Berdasarkan anamnesa yang dilakukan secara alloanamnesa dan
autoanamnesa serta pemeriksaan status mental, menunjukkan bahwa penderita
berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III didiagnosis sebagai
Skizofrenia Paranoid (F 20.0). Pasien didiagnosis dengan skizofrenia Paranoid
karena dari anamnesis didapatkan tanda-tanda skizofrenia yaitu terdapat
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual serta didapatkan
adanya gangguan isi pikiran berupa waham. Sedangkan untuk gangguan alam
perasaan dan tingkah laku, sekarang ini pasien menunjukkan perilaku
hiperaktif dan afek euthym, dengan ekspresi labil, gelisah.
Secara lebih spesifik pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik
dan visual berupa suara yang membisikinya, suara yang menyuruhnya untuk
terus bersabar, kemudian pasien juga melihat laki-laki berjubah dan memakai
sorban putih yang menurutnya adalah nabi, serta pasien juga melihat keluarga
nabi.
Pada pasien ini didapatkan waham kebesaran yaitu merasa dirinya
adalah wali atau utusan Tuhan yang dikirim ke dunia untuk menyelamatkan
umat, serta waham curiga karena merasa keluarga lainnya ingin berbuat jahat
padanya.
Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien
yang terawat. Perilaku dan aktifitas psikomotor hiperaktif dengan afek euthym
dan ekspresi fasial labil, gelisah, pembicaraan koheren, empati dapat
19
dirabarasakan. Dari fungsi kognitif didapatkan daya konsentrasi dan daya
ingat baik.
Penderita skizofrenia paranoid biasanya memiliki kepribadian
paranoid ditandai sifat pencuriga, pencemburu, mudah tersinggung, humor
kurang, dingin di dalam pergaulan dan pendendam. Hal ini sesuai dengan
masa remaja pasien yang lebih suka menyendiri, sedikit teman, mudah
tersinggung dan cepat marah.
Stressol psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi
stressor (tekanan mental) yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu
melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah
keluhan-keluhan kejiwaan antara lain skizofrenia pada pasien ini. Pada
umumnya jenis stressor psikososial dpaat digolongkan menjadi : masalah
perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan,
lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau
cidera, faktor keluarga dan lain-lain. Sterssor psikososial pada pasien ini
adalah faktor keluarga dimana menurut saudara pasien, pasien berubah
perilaku sejak melahirkan anak pertama serta kematian anak pertamanya di
usia 17 hari. Kemudian ditambah lagi riwayat perkawinan pasien yang tidak
harmonis yaitu kawin cerai.
Terapi psikorfarmaka yang dianjurkan kepada penderita ialah Cepezet
(golongan Chlorpromazin) dan Lodomer (Haloperidol) yang merupakan obat
20
antipsikotik golongan tipikal. Obat tersebut berguna untuk menghindari
terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan mental serta kurang tidur.
Cepezet yang diberikan kepada penderita berupa sediaan tablet dosis 3 x 100
mg dan Lodomer 3 x 5 mg. Titik tangkap kerjanya memblokade reseptor
dopamine pada reseptor post sinaptik di otak khususnya system limbik dan
ekstrapiramidal. Efek sekunder yang menguntungkan berupa sedatif yang kuat
untuk mengatasi gangguan tidur dan kegelisahan. Efek obat ini memerlukan
waktu 2-3 minggu untuk bekerja secara optimal. (2).
Obat anti psikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai
transquilizer mayor. Obat anti-psikotik pada umumnya membuat tenang
dengan mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi paradoksikal.
Penggunaan jangka panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat
secara hati-hati. Pasien dapat kembali apabila prosedur pemutusan obatnya
kurang memadai. Sementara itu kambuhnya penyakit dapat terjadi beberapa
minggu kemudian sesudah pemutusan obat itu terjadi (2).
Gejala-gejala positif skizofrenia/psikotik antara lain agresifitas
(kecenderungan untuk berkelahi), hiperaktif, sikap permusuhan, halusinasi
dan waham, negativisme, insomnia dan mannerisme. Sedangkan gejala negatif
antara lain kurang pengertian diri, gangguan orientasi, daya ingat, afek dan
keinginan untuk melukai diri. Adapun efek samping dari pemberian obat anti
psikotik yaitu: (2)
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
21
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson
berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas)
5. Hepatotoksik
Efek samping gangguan ekstrapiramidal Lodomer (haloperidol) lebih
besar dibandingkan chlorpromazine karena haloperidol lebih cenderung ke
blokade reseptor dopamine di sistem ekstrapiramidal daripada di system
limbik (sebaliknya untuk chlorpromazine) (2).
Apabila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya adalah
menghentikan obat anti psikosis atau bila obat anti psikosis masih diperlukan
diberikan Hexymer (trihexilphenidyl) 3x2 mg per oral setiap hari atau sulfas
atrofin 0,5-0,75 mg im. Jika sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan
penurunan dosis secara bertahap untuk menentukan apakah masih dibutuhkan
penggunaan obat anti Parkinson (2). Pada pasien ini untuk pencegahan
terjadinya sindrom Parkinson diberikan hexymer 3x2 mg.
Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik
sehingga untuk memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi
pemberian antipsikosis yang mempunyai efek samping terhadap fungsi hati
dan ginjal karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat
psikotik (2).
22
Pasien ini juga diberikan amitriptilin dosis 3 x 25 mg dan Captopril
dosis 3 x 12,5 mg. Captopril diberikan untuk mengendalikan tekanan darah
tinggi pada pasin, sedangkan Amitriptilin diberikan untuk mengurangi rasa
tertekan pasien terhadap kematian anak pertamanya yang sudah lama.
Amitriptilin termasuk golongan Tricyclic yang bekerja pada neurotransmitter
aminergic. Mekanisme kerjanya dengan menghambat re-uptake
neurotransmitter aminergic. Efek samping obat ini berupa sedasi, mulut
kering, penglihatan kabur, retensi urin (2).
Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini. Semua terapi diatas
sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan laboratorium
darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek
samping dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik (3).
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan
dari PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, 2002.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007
3. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia.
Jakarta : FKUI, 2001.
24
top related