periio
Post on 21-Oct-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Pembimbing : drg. Melok Aris Wahyukundari, M.Kes., Sp.Perio
Ketua : Galang Rikung Edy S (111610101043)
Scriber Meja : R.Aj. Mahardhika S P (111610101049)
Scriber Papan : Inneke Andriani S (111610101089)
Anggota :
1. Dian Fajariani (111610101061)
2. Khamda Rizki Dhamas (111610101069)
3. Yunita Saskia (111610101078)
4. Asyiah Hamasah I (111610101088)
5. Deasy Kusuma A (111610101091)
6. Ita Kurniawati (111610101092)
7. Dwi Sri Lestari (111610101094)
8. Cindy Uswatun Khasanah (111610101095)
9. Meila Isna A (111610101097)
10. Firda Nindita (111610101099)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial skenario 1 pada blok Kuratif dan Rehabilitatif III pada
minggu pertama dengan judul Perawatan Periodontal Fase 1. Makalah ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VIII pada skenario ini.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Melok Aris Wahyukundari, M.Kes., Sp.Perio, selaku tutor pembimbing yang
telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VIII Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Teman-teman kelompok tutorial VIII dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–
perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi kita semua.
Jember, 7 Februari 2014
Tim Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
Skenario
Pak Tarno berusia 50 tahun, dikonsul ke bagian periodonsia untuk persiapan
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan. Hasil anamnesa, pak Tarno diketahui menderita
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan terkontrol. Setelah dilakukan pemeriksaan,
didapatkan gambaran klinis sebagai berikut : edentulous pada region posterior RB kanan
kiri, keradangan pada gingiva diseluruh permukaan bukal dan lingualrahang bawah dan
rahang atas, warna kemerahan, kontur membulat, konsistensi kenyal, probing depth
normal. Gigi anterior rahang bawah berdesakan. Diagnosa dokter adalah Gingivitis
kronis RA/RB dan direncanakan perawatan periodontal fase 1. Dokter menjelaskan
macam-macam perawatan periodontal fase 1 yg dibutuhkan pak Tarno, yaitu Dental
Health Education (DHE), skaling dan rootplaning dan juga control periodic yang harus
dilakukan pak Tarno
1. STEP 1
Kata – kata sulit :
Perawatan periodontal fase 1 :
Perawatan inisial atau perawatan periodontal fase 1 merupakan tahap
pertama dari serangkaian perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran
semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva, dan pemberian
instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini
merupakan fase perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase), karena sasarannya
adalah penyingkiran factor etiologi penyakit periodontal. Perawatan inisial ini
menitikberatkan pada penyiapan permukaan gigi yang aksesibel bagi pasien untuk
melaksanakan prosedur kontrol plak.
DHE :
Proses belajar yang ditujukan pada individu atau masyarakat untuk
mencapai taraf kesehatan yang lebih tinggi. Isi dari DHE sendiri adalah instruksi
kontrol plak meliputi motivasi, instruksi, edukasi, untuk menghilangkan plak dan
menjaga kebersihan mulut.
Scaling :
Suatu proses menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan supra
gingival dan sub gingival.
Root planing :
Suatu proses menghilangkan deposit kalkulus yang tertanam pada
permukaan akar dan sementum untuk memperoleh permukaan halus, keras dan
bersih.
2. STEP 2
Permasalahan :
1. Apa tujuan perawatan periodontal fase 1?
2. Apa saja macam-macam perawatan periodontal fase 1?
3. Apa saja instrument yang digunakan untuk perawatan skaling dan root planning?
4. Bagaimana prosedur dari skaling dan root planning?
5. Apakah ada hubungan Antara hipertensi dengan kelainan periodontal?
6. Apakah ada perbedaan rencana perawatan dari penyakit periodontal pada pasien
normal dengan pasien yang menderita hipertensi?
3. STEP 3
1. Tujuan perawatan periodontal fase 1
(1) meredakan atau menyingkirkan inflamasi gingiva,
(2) mengurangi kedalaman saku yang disebabkan oleh pembesaran yang
oedematous dari gingiva yang terinflamasi,
(3) mendapatkan kondisi gingiva yang memungkinkan untuk dilakukan
prosedur bedah periodontal, misalnya konsistensi yang kaku dan pendarahan
yang minimal.
Dasar pemikiran bagi dilakukannya perawatan inisial adalah bertolak dari
konsep bahwa plak bakteri mengandung bakteri patogen penyebab inflamasi
gingiva. Atas dasar kenyataan tersebut, maka perawatan inisial ditujukan untuk
terlaksananya kontrol plak secara efektif oleh pasien di rumah dengan jalan
menyingkirkan semua faktor yang menyebabkan kekasaran dan ketidak rataan
permukaan gigi dan mengajari pasien metoda kontrol plak yang baik. Kontrol
plak yang adekuat oleh pasien sehari-harinya di rumah hanya mungkin
dilakukannya apabila permukaan gigi geliginya telah dibuat licin dan rata, tanpa
ada deposit yang kasar atau permukaan yang tidak rata.
2. Macam-macam perawatan periodontal fase 1
Menghilangkan faktor local penyebab, diantaranya adalah:
a. DHE Kontrol plak
b. Menghilangkan kalkulus secara tuntas
c. Mengevaluasi / mengganti restorasi dan alat prostodonsi yang tidak
bagus
d. Merestorasi lesi karies
e. Orthodontic tooth movement koreksi pada gigi yang berdesakan yang
menyebabkan meningkatnya resiko penumpukan plak dan kalkulus pada region
gigi berdesakan
f. Treatment area food impaction
g. Treatment oklusal (penyelarasan oklusal) splinting
h. Ekstraksi gigi yang tidak bisa dipertahankan
i. evaluasi respon Dilakukan pengecekan kembali terhadap kedalaman poket
dan inflamasi gingival; serta plak, kalkulus dan karies
3. Instrumen yang digunakan untuk skaling dan root planning
a. Sickle scaler adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus
supragingival. Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge
yang menyatu membentuk ujung yang runcing. Penampang melintangnya
berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena desainnya,
alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus supragingival.
Apabila digunakan untuk instrumentasi subgingival akan mencederai
jaringan gingiva.
b. Curette adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling dan
root planing. Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret
khusus (areaspecific/Gracey curette). Ciri khas kuret adalah: bentuk
penampang melintang seperti sendok, ujungnya membulat/tumpul. Sisi
pemotongnya adalah ganda pada kuret universal dan tunggal pada kuret
khusus. Ukurannya lebih halus dibandingkan dengan sickle scaler. Oleh
sebab itu alat ini mudah dimasukkan dan diadaptasikan pada pocket yang
dalam tanpa menimbulkan cedera pada jaringan. Kuret yang dipasarkan ada
yang bermata pisau tunggal (pada salah satu ujung gagang saja), tetapi ada
juga yang bermata pisau ganda (mata pisau pada masing-masing ujung
gagang).
c. Hoe scaler : Mata hoe scaler membengkok membentuk sudut 99°-100°
terhadap leher alat Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi, artinya
pada setiap permukaan gigi digunakan satu jenis hoe scaler. Fungsinya
untuk meratakan dan menghaluskan permukaan gigi
d. Chisel scaler didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi anterior yang
terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa lurus atau
membengkok, dengan sisi pemotong membentuk sudut 45°.
e. Scaler ultrasonic : Digunakan untuk membuang plak, scaling, mabuang
stain, dan kuretase. Ada 2 tipe gerakan pada scaler ultrasonic ini, yaitu (1)
magnetostrictive,pergerakannya ellips ; dan (2) piezoelectric, pergerakannya
linear.
4. Prosedur Skaling dan root planning
Skaling dan root planing bukan merupakan suatu prosedur yang terpisah.
Semua prinsip-prinsip scaling sama untuk root planing. Skaling dan root
planning termasuk dalam perawatan periodontal fase pertama. Sebelum
dilakukan skaling,dokter gigi akan melakukan anamnesis pemeriksaan gigi.
Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien secara ekstra dan intra oral. Secara
ekstra oral akan dilakukan anamnesis atau wawancara dan dilihat apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe di bagian kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksi, lalu pemeriksaan intra oral untuk melihat keadaan dalam
mulut pasien.
Setelah dilakukan analisis secara cermat, jumlah kunjungan yang
diperlukan harus diperkirakan. Pasien dengan jumlah kalkulus yang sedikit
dengan keadaan jaringan di sekitar gigi relative sehat dapat dirawat dalam satu
kali kunjungan. Dokter gigi harus memperkirakan jumlah kunjungan yang
diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, tingkat keparahan
inflamasi, jumlah dan lokasi kalkulus, kedalaman dan aktivitas poket, adanya
invasi furkasi, dan kebutuhan untuk anastesi local
Penglihatan yang baik dan teknik perabaan sangat dibutuhkan untuk
penilaian awal tingkat dan sifat dari kalkulus dan iregulitas akar sebelum
melakukan skaling dan root planing. Evaluasi yang valid dari hasil
instrumentasi tergantung pada kemampuan mendeteksi ini. Eksplorasi dengan
perabaan dari permukaan gigi pada area subgingival di kedalaman pocket,
furkasi dan developmental depresion lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan
pemeriksaan visual pada area supragingival dan membutuhkan keterampilan
dalam penggunaan eksplorasi fine-pointed dan probe.
5. Hubungan Antara hipertensi dengan penyakit periodontal
Pada pasien hipertensi kiat akan menjumpai adanya penyempitan lumen
pembuluh darah dimana penyempitan tersebut bisa dikarenakan aterosklerosis
atau peningkatan massa ventrikel kiri jantung. Kedua hal tersebut menyebabkan
penyempitan diameter lumen pembuluh darah termasuk pembuluh darah kapiler
yang berada pada membrane periodontal. Penyempitan ini dapat menyebabkan
iskemia sehingga kelainan periodontal dapat terjadi.
Selain itu pada pasien penderita hipertensi banyak yang mengkonsumsi
obat-obatan yang mengandung kalsium antagonis yang dapat menyebabkan
keradangan gingiva.
6. Perbedaan perawatan periodontal pada pasien hipertensi
Pada pasien dengan hipertensi harus diperhatikan pada saat pemberian
obat anestesi. Pada kasus ini hindari penggunaan vasokonstriktor pada obat
anestesi tersebut. Perlu diperhatikan juga pada prosedur gigi yang membutuhkan
anestesi, terutama jika obat anestesi mengandung epinefrin. Penggunaan
epinefrin pada beberapa pasien hipertensi dapat menyebabkan perubahan
kardiovaskular, angina, serangan jantung, dan aritmia
4. STEP 4
Mapping
5. STEP 5
LO
1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan periodontal fase 1
2. Mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi skaling dan
root planing
3. Mampu memahami dan menjelaskan prinsip skaling dan root planing
4. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur dan teknik skaling dan root
planning
5. Mampu memahami dan menjelaskan evaluasi dan kontrol periodik setelah
perawatan periodontal fase 1
BAB 2
STEP 7
1. Perawatan periodontal fase 1
Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase 1
a. DHE
- Penyikatan gigi
Sudah banyak teknik- teknik penyikatan gigi yang diperkenalkan
dewasa ini, tetapi metode penyikatan gigi yang dapat memenuhi
persyaratan ideal hanya ada beberapa saja:
1. Teknik penyikatan harus dapat membersihkan semua permukaan gigi,
khususnya daerah leher gingival dan regio interdental. Teknik
menggosok memang dapat membersihkan daerah konveksitas gigi
tetapi
2. Gerakkan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak atau jaringan
keras. Metode penyikatan vertikal dan horizontal dapat menimbulkan
resesi
3. Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah dipelajari. Teknik yang
dianggap mudah oleh individu tertentu mungkin saja dianggap sulit
oleh individu lainnya; oleh karena itu, setiap individu memerlikan
pengarahan khusus.
4. Metode harus tersusun dengan baik setiap bagian gigi geligi dapat
disikat bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan. Rongga
mulut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok tergantung pada besar
lengkung rahang dan besar sikat gigi. Teknik penyikatan gigi dapat
diperlihatkan baik dengan menggunakan model rahang atau langsung
dalam pasien.
Macam-Macam Tekhnik Penyikatan Gigi :
1. Teknik Roll
Merupakan teknik yang relatif sederhana, yang sangat bermanfaat bila
digunakan pada gingiva yang sensitif. Bagian samping sikat gigi
berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke
apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi; bagian belakang sikat terletak
setinggi permukaan oklusal gigi geligi. Sikat kemudian diputar
perlahan kebawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah
sehingga bulu sikat menyapu gusi dan gigi. Sekitar 10 putaran
dilakukan untuk tiap bagian dan kemudian sikat digeser kebagian
berikutnya. Bila lengkung pada segmen anterior sempit, sikat dapat
digerakkan vertikal. Bila semua permukaan bukal dan lingual sudah
dibersihkan, permukaan oklusal dapat disikat dengan gerak rotasi.
2. Teknik Bass
Arah bulu sikat pada saat pertama kali akan menyikat gigi adalah
pada margin gingival dengan ujung bulu sikat mengarah ke apikal
kirakira derajat dengan sumbu panjang gigi masuk ke sulkus gingiva.
Dilakukan gerakan menggetarkan dengan tidak mengubah bulu sikat,
sebanyak 20 kali pada setiap 3 gigi. Merupakan teknik yang dianjurkan
untuk penggunaan rutin dengan atau tanpa penyakit periodontal untuk
membersihkan sulkus. (Carranza, 2002)
Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan
sensitif. Bila gingiva dalam keadaan sehat, teknis Bass merupakan
metode penyikatan yang baik; terbukti teknik ini merupakan metode
yang paling efektif untuk membersihkan plak ( Manson,J.D, 1993 ).
3. Teknik modifikasi Stillman
Arah bulu sikat pada saat pertama kali akan menyikat gigi adalah pada
margin gingival dengan ujung bulu sikat horizontal. Dilakukan gerakan
saat gigi-gigi beroklusi gerakan sikat dalam gerakan memutar ke arah
permukaan gigi rahang atas dan rahang bawah serta margin gingiva,
sebagian pada gigi sebagain pada gingival dan tidak boleh masuk ke
sulkus gingival. Merupakan teknik yang dianjurkan untuk resesi
gingiva melindungi terhadap abrasi jaringan. (Carranza, 2002)
4. Teknik Charters
Arah bulu sikat pada saat pertama kali akan menyikat gigi adalah
setingkat dengan permukaan oklusal gigi dengan ujung bulu sikat
mengarah ke oklusal kira-kira 45 derajat dengan sumbu panjang gigi.
Dilakukan gerakan dengan menggetarkan sikat sambil
menggerakkannya ke arah apikal terhadap margin gingiva. Merupakan
teknik yang dianjurkan untuk massage gingiva dan cara pembersihan
sementara setelah bedah periodontal.
Persyaratan Sikat Gigi yang Ideal
1. Kepala sikat gigi harus cukup kecil untuk dapat dimanipulasi dengan efektif di
daerah manapun di dalam rongga mulut, tetapi tidak boleh terlalu kecil sehingga
harus digunakan dengan sangat hati – hati untuk dapat menyikat seluruh
permukaan gigi-geligi. Panjang kepala sikat 2,5 cm sudah cukup untuk orang
dewasa, dan 1,5 cm untuk anak – anak.
2. Bulu – bulu sikat harus mempunyai panjang yang sama sehingga dapat berfungsi
bergantian. Sikat yang konveks atau konkaf dengan bulu yang mempunyai
panjang berbeda – beda tidak dapat membersihkan permukaan yang datar tanpa
menimbulkan tekanan pada beberapa bulu sikat. Bulu sikat yang pendek tidak
dapat mencapai daerah interdental juga terlalu kaku dapat melukai jaringan.
3. Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak
jaringan lunak maupun jaringan keras. Kekakuan tergantung pada diameter dan
panjang filament dan elasitasnya. Juga tergantung pada apakah sikat digunakan
dalam keadaan kering atau basah pada temperatur air. Sikat yang lunak tidak
dapat membersihkan plak dengan efektif; kelakuan medium adalah yang biasa
dianjurkan. Sikat gigi biasanya mempunyai 1600 bulu, panjangnya 11 mm dan
diameternya 0,008 mm yang tersusun menjadi 40 rangkaian bulu dalam 3 atau 4
deretan
4. Sikat harus mudah dibersihkan. Rangkaian bulu sikat yang tersusun terlalu rapat
cenderung menahan kotoran dan pasta gigi pada dasar bulubulu tersebut. Bulu –
bulu nilon lebih terjaga kebersihannya daripada bulu-bulu natural.
5. Pegangan sikat gigi harus enak dipegang dan stabil. Pegangan sikat harus cukup
lebar dan cukup tebal agar dapat dipegang dengan kuat dandi control dengan
baik. ( Manson,J.D, 1993 )
- Pembersihan Interdental
Daerah interdental adalah daerah retensi plak yang paling sering ditemukan dan
paling sulit dijangkau oleh sikat gigi, sehingga seringkali perlu digunakan metode
pembersihan khusus. Untuk ini dapat digunakan floss,plester, tusuk gigi, sikat
interdental dan semacam sikat botol dalam ukuran kecil. Sekali lagi perlu
dinyatakan di sini bahwa selama tahap awal penyajian instruksi pembersihan gigi,
teknik yang diperkenalkan harus cukup mudah untuk dapat diterapkan oleh pasien.
Bila tidak, pasien akan segera bosan. Tujuan latihan penyikatan adalah
membersihkan plak tanpa merusak jaringan lunak, sehingga penggunaan tusuk gigi
dan floss atau tusuk gigi, yang sudah cukup membantu dalam upaya menghilangkan
plak (Manson,1993).
b. Skaling
Skaling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus dibuang dari permukaan
supragingiva dan subgingiva gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands
instruments scaler atau manual scaler dan ultrasonic scaler. Pembahasan lebih
lanjut akan dijelaskan pada LO selanjutnya
c. Root planning
Root planing adalah proses dimana sisa kalkulus yang berada di sementum
dikeluarkan dari akar untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras,
dan bersih. Pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan pada LO selanjutnya
d. Pemberian agen kemoteraupetik pada terapi periodontal
Pada tipe penyakit periodontal termasuk periodontitis kronis, refractory
periodontitis, aggressive periodontitis dan periodontitis sebagai manifestasi
penyakit sistemik, mungkin dapat dilakukan penambahan agen kemoteraupetik pada
terapinya. Agen teraupetik adalah istilah untuk bahan kimia yang memberikan
keuntungan teraupetik klinis. Biasanya dapat berupa antimikroba dimana cara
kerjanya dapat berupa menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri.
Dan juga dapat bersifat spesifik, mengurangi bakteri tertentu, atau nonspesifik,
mengurangi semua bakteri. (Carranza, 2002)
e. Perawatan orthodonti
Pada perawatan orthodonti mempunyai beberapa keuntungan pada pasien dengan
perawatan periodontal:
1. Adanya perbaikan pada gigi yang crowded dan malposisi anterior akan
memudahkan pasien untuk melakukan control plak pada bagian tersebut
sehingga terbentuknya plak dan kalkulus dapat diminimalisir.
2. Adanya perawatan orthodonti yang memperbaiki gigi dari segi vertical
dapat mempengaruhi pasien periodonsia dari segi osseus defect sehingga dapat
mengeliminasi kebutuhan osseus surgery.
3. Perawatan orthodonti dapat meningkatkan hubungan estetik margin
gingiva maksila sehingga menghindarkan pasien dari terapi kontur gingival dan
terjadinya eksposure pada akar.
4. Pada pasien dengan fraktur gigi anterior rahang atas, dimana membutuhkan
restorasi pada akar yang adekuat. Pada saat erupsi, akar
akan mengikuti perbaikan mahkota sesuai inklinasi sehingga didapatkan retensi
baik selesai perawatan.
5. Perawatan orthodonti memungkinkan gingiva terbuka untuk dikoreksi untuk
mendapatkan kembali papilla yang hilang. Jika gingiva terbuka yang terletak di
daerah anterior rahang atas dapat mempengaruhi estetik . Dalam kebanyakan
pasien, daerah ini dapat dikoreksi dengan kombinasi gerakan akar orthodonti,
membentuk kembali gigi, dan / atau restorasi.
6. Perawatan orthodonti dapat memperbaiki posisi gigi yang berdekatan sebelum
penempatan implan atau penggantian gigi. Ini terutama bagi pasien yang telah
kehilangan gigi selama beberapa tahun dan telah tipping dari gigi yang
berdekatan.
2. Indikasi dan Kontraindikasi Skaling dan Root planning
Indikasi
a. Semua pasien selain yang menderita masalah akut, harus dirawat pertama
dengan scaling supragingiva untuk mengurangi gingivitis dean perdarahan.
b. Scaling subgingiva dan rootnplaning merupakan indikasi untuk poket
periodontal yang dalamnya lebih dari 4mm dan harus dilakukan dengan
bantuan anastesi local(Manson,J.D, 1993).
Kontraindikasi
Perawatan scaling dan rootplanning dapat dilakukan pada semua pasien,
terkecuali pasien-pasien compromised medic yang membutuhkan
penatalaksanaan tertentu. Seperti halnya yang dikatakan Manson,J.D,1993,
Semua pasien selain yang menderita masalah akut, harus dirawat pertama dengan
scaling supragingiva untuk mengurangi gingivitis dean perdarahan
3. Prinsip Skaling dan Root planning
- Stabilisasi
Cara memegang alat :
a. Pen grasp : sisi jari tengah diletakkan pada shank
b. Modificated pen grasp : telapak jari tengah diletakkan pada sisi dari jari
tengah pada bagian shank
Finger Rest :
a. IO :
konvensional : tumpuan pada permukaan gigi yg dekat dengan gigi
yang dilakukan skaling
cross arch : tumpuan pada gigi yang regionya bersebrangan dalam 1
lengkung gigi
opposite arch : tumpuan pada gigi di lengkung yang berlawanan
b. EO :
Palm up
Palm down
Aktivasi alat skaler
a. Adaptasi alat
b. Angulasi
Stroke
a. Exploratory stroke : gerakan ringan dengan menggunakan probe atau
sonde untuk memeriksa dimensi poket dan kalkulus
b. Skaling stroke : gerakan yang pendek disertai tarikan dengan kekuatan
penuh
c. Root planning stroke : gerakan sedang atau ringan, tekanannya panjang
dan kontinyu
- Posisi operator : ergonomik sesuai dengan region yang dilakukan perawatan
- Posisi pasien : disesuaikan dengan kenyamanan pasien dan region yang
dilakukan perawatan
- Penerangan : bisa langsung maupun dipantulkan melalui kaca mulut
- Pandangan : langsung atau melalui kaca mulut
- Retraksi : bisa dilakukan dengan kaca mulut atau jari tangan
4. Prosedur dan teknik skaling dan root planning
Skaling dan root planing bukan merupakan suatu prosedur yang terpisah.
Semua prinsip-prinsip scaling sama untuk root planing. Scaling dan root planing
termasuk dalam perawatan periodontal fase pertama. Sebelum dilakukan
skaling,dokter gigi akan melakukan anamnesis pemeriksaan gigi. Dokter gigi
akan memeriksa keadaan pasien secara ekstra dan intra oral. Secara ekstra oral
akan dilakukan anamnesis atau wawancara dan dilihat apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe di bagian kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksi, lalu pemeriksaan intra oral untuk melihat keadaan dalam
mulut pasien.
Setelah dilakukan analisis secara cermat, jumlah kunjungan yang
diperlukan harus diperkirakan. Pasien dengan jumlah kalkulus yang sedikit
dengan keadaan jaringan di sekitar gigi relative sehat dapat dirawat dalam satu
kali kunjungan. Dokter gigi harus memperkirakan jumlah kunjungan yang
diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, tingkat keparahan
inflamasi, jumlah dan lokasi kalkulus, kedalaman dan aktivitas poket, adanya
invasi furkasi, dan kebutuhan untuk anastesi local (Carranza,2012)
Teknik Scaling Supragingiva
Secara umum kalkulus yang terletak pada supragingiva lebih lunak dan
lebih mudah dibersihkan dibanding kalkulus subgingiva. Pada teknik scaling
supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan tidak dibatasi
oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah. Teknik
scaling supragingiva juga memungkinkan adanya visibilitas langsung dan
pergerakan yang lebih bebas dibanding teknik subgingival. Kalkulus
supragingiva biasanya dihilangkan dengan menggunakan sickle, kuret, dan
instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan chisel jarang digunakan. Pada teknik
scaling supragingiva, sickle atau kuret dipegang dengan cara modified pen grasp
dan dilakukan firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan
dengan area kerja. Angulasi blade dengan permukaan gigi sedikit lebih kecil dari
90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal kalkulus, dan ditarik ke arah
koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang pendek, kuat, dan
overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan sickle karena ujungnya yang
tajam dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi
harus baik. Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka
sickle dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus di bawah margin gingival.
Jika tindakan ini dilakukan, biasanya diikuti dengan final scaling dan root
planing dengan menggunakan kuret (Carranza,2012)
Teknik Scaling Subgingival dan Root planning
Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks dan sulit
dilakukan dibanding scaling supragingival karena beberapa alasan berikut.
- Kalkulus subgingiva berkonsistensi lebih keras dibanding kalkulus
supragingiva.
- Kalkulus serta deposit lainnya terperangkap di bagian lebih dalam dan
sulit terjangkau, apalagi pada akar gigi dengan morfologi yang irreguler.
- Dinding poket yang terbatas, namun kalkulus yang lebih dalam masih
ada.
- Lapang pandang operator minimal akibat perdarahan saat instrumentasi.
Oleh karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka operator harus
memperhatikan instrumentasi yang tepat, baik pemilihan alat, posisi dan cara
memegang instrumen, serta keterampilan operator. Sickle , hoe, file dan alat
ultrasonik digunakan untuk skaling subgingiva tapi tidak diajnjurkan untuk root
planing. Meskipun beberapa jenis file dapat menghancurkan deposit yang keras
tetapi file, hoe, dan alat ultrasonic yang besar sulit diinsersikan ke dalam poket
yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan
yang halus seperti kuret, kuret sangat baik digfunakan untuk menghilangkan
sementum subgingiva. Skaling subgingiva dan root planing dilakukan baik
dengan kuret universal; maupun dengan kuret gracey. Cutting edge
diadaptasikan dengan ringan pada gigi diman shank bagian bawah dibuat sejajar
dengan permukaan gigi . Shank bagian bawah digerakkan menghadap kegigi
sehingga dengan demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan
permukaan gigi. Blade instrument kemudian diinsersikan di bawah gingival
sampai dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila cutting edge telah
mencapai dasar poket, angulasi 45o dan 90o harus dipertahankan dan kalkulus
dihilangkan dengan gerakan yang terkontrol, berulang, gerak pendek, dan
pergelangan tangan yang cukup bertenaga.
Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus,
kekuatan bisa dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga
bagian bawah pisau. Dibagian ini, beberapa milimeter dari terminal pisau,
diposisikan sedikit apikal ke tepi lateral kalkulus, dan stroke vertikal atau miring
digunakan untuk membagi kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa menarik
instrumen dari saku, pisau maju ke lateral untuk mengenai bagian berikutnya
dari kalkulus yang tersisa. Stroke vertical atau miring lainnya dibuat, sedikit
tumpang tindih dengan stroke sebelumnya. Proses ini diulang sampai kalkulus
hilang.Tekanan lebih ke lateral diperlukan untuk menghilangkan seluruh
kalkulus di
satu stroke. Meskipun beberapa dokter mungkin bisa menghilangkan seluruh
kalkulus dalam hal ini cara, kekuatan yang lebih tepat diperlukan untuk
mengurangi sensitivitas taktil mengurangi jaringan trauma. Sebuah stroke
tunggal biasanya tidak cukup untuk menghapus kalkulus seluruhnya. stroke
dibuat dengan ujung enderung mengambil deposit bagian bawah lapis demi
lapis. Ketika serangkaian ini diulang, kalkulus dapat dikurangi menjadi lembaran
tipis, halus, mengkilat yang sulit untuk membedakan dari permukaan akar di
sekitarnya.
Sebuah kesalahan umum dalam instrumenting pada permukaan proksimal
adalah gagal untuk mencapai wilayah midproximal apikal kekontak. Daerah ini
relative tidak dapat diakses, dan membutuhkan tehnik keterampilan lebih dari
instrumentasi bukal atau permukaan lingual. Hal ini sangat penting untuk
memperluas stroke di seluruh permukaan proksimal sehingga tidak ada kalkulus
di daerah interproksimal. Dengan kuret yang baik, hal ini dapat dicapai dengan
menjaga batang bawah kuret tetap paralel dengan sumbu panjang gigi . Dengan
paralel tangkai yang lebih rendah dengan sumbu panjang gigi, pisau dari kuret
akan mencapai dasar saku dan melampaui garis tengah di permukaan proksimal.
Hubungan antara letak jari dan daerah kerja penting untuk dua alasan.
Pertama, sisa jari atau titik tumpu harus diposisikan untuk memungkinkan
tangkai yang lebih rendah dari instrumen yang akan paralel atau hampir sejajar
dengan permukaan gigi yang sedang dirawat. Paralelisme merupakan persyaratan
mendasar untuk optimalisasi kerja angulation. Kedua, sisa jari harus diposisikan
untuk memungkinkan operator menggunakan gerak pergelangan tangan-lengan.
Pada rahang atas posterior, persyaratan ini dapat dipenuhi hanya dengan
menggunakan tumpuan ekstraoral atau sebaliknya-arch. Ketika jari terletak
intraoral digunakan di daerah lain mulut, sisa jari harus cukup dekat dengan
daerah kerja untuk memenuhi dua persyaratan. Sebagai instrumentasi gigi
selanjutnya, posisi tubuh operator dan lokasi dari sisa jari harus sering
disesuaikan atau diubah untuk memungkinkan paralelisme dan gerak
pergelangan tangan. Untuk cara lain yang mungkin dan dapat diterima jika cara
tersebut memberikan efisiensi yang sama dan kenyamanan.
5. Evaluasi dan Kontrol Periodik
- Evaluasi : Untuk mengetahui respon jaringan terhadap perawatn yang
diberikan. Waktu kunjungan untuk evaluasi sekitar 3-4 minggu setelah
perawatan
- Kunjungan periodik :
Tahun pertama : - tidak lebih dari 3 bulan dan dilakukan perawatan rutin
setiap 3 bulan
Tahun selanjutnya : kunjungan digolongkan tergantung kelasnya
A : 6 bln – 1 thn hasil perawatan sempurna, OH baik, kalkulus minimal,
tidak ada gangguan oklusi, tidak ada poket, tidak ada gigi dengan sisa
tulang alveolar < 50%
B : 3 – 4 bln hasil perawatn cukup yang dapat dipertahankan slm kurang
lebih 1 tahun, OH buruk, pembentukan kalkulus, kelainan sistemik,
adanya poket dan BOP +, terdapat problem oklusi, ada gigi dgn sisa
tulang alveolar < 50%
C : 1 – 2 bln hasil perawatn buruk, OH buruk, pembentukan kalkulus,
kelainan sistemik, adanya poket dan BOP +, terdapat problem oklusi,
ada gigi dgn sisa tulang alveolar < 50%
BAB 3. KESIMPULAN
Macam-macam perawatan fase 1, yaitu:
1. DHE
2. Skaling
3. Root planing
4. Pemberian agen kemoteraupetik pada terapi periodontal
5. Evaluasi oklusi
6. Perawatan orthodonti
Indikasi dan kontraindikasi scaling dan root planing, yaitu:
Indikasi:
1. Semua pasien selain yang menderita masalah akut.
2. Skaling subgingiva dan rootplaning merupakan indikasi untuk poket
periodontal yang dalamnya lebih dari 4mm dan harus dilakukan dengan
bantuan anastesi local (Manson,J.D, 1993).
Kontraindikasi:
Perawatan skaling dan rootplanning dapat dilakukan pada semua pasien,
terkecuali pasien-pasien compromised medic yang membutuhkan
penatalaksanaan tertentu. Seperti halnya yang dikatakan Manson,J.D,1993,
Semua pasien selain yang menderita masalah akut, harus dirawat pertama
dengan skaling supragingiva untuk mengurangi gingivitis dean perdarahan.
Dalam melakukan prosedur scaling dan root planning, seorang operator
harus menguasai dalam hal:
1. Instrumentasi berbagai alat skalling dan root planing
2. Detection skill
3. Prinsip skaling dan root planing
3. Teknik skalling supragingiva dan subgingiva
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, Fermin A et all. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology. Eleventh Edition.
St. Louis: Elsevier .
Chesnutt, Ivor G.,dkk. 2007. Churchill’s Pocketbooks: Clinical Dentistry 3th Edition.
Amerika Serikat : Elsevier.
Manson,J.D., Eley,B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrates.
Megananda.Putri. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
LAPORAN TUTORIAL BLOK KURHAB III
SKENARIO 1
PERAWATAN PERIODONTAL FASE 1
OLEH:
KELOMPOK TUTORIAL 8
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
top related