sip
Post on 07-Jan-2016
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
Sistem Informasi Geografi Untuk Evaluasi Lokasi Shelter Bus Trans Semarang Oleh Dhanisa Rifky Firmanda
dhanisa.rifky.f@mail.ugm.ac.id
Ringkasan Jurnal
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan Citra QuickBird Kota Semarang dengan
mendeliniasi bangkitan dan tarikan yang akan mempengaruhi keefektivitasan keberadaan
shelter Bus Rapid Trans Semarang. Jurnal ini ditulis dengan tujuan untuk memetakan
sebaran shelter Bus Trans Semarang, menganalisa hubungan antara lokasi shelter dengan
potensi bangkitan dan tarikan, serta mengevaluasi lokasi shelter Bus Trans Semarang
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dari hasil penelitian ini didapatkan dari
69 pasang shelter Bus Trans Semarang, sebanyak 36 shelter tidak efektif.
Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk yang pesat di Kota Semarang
mengakibatkan semakin tinggi aktivitas pergerakannya. Untuk mengatasi hal tersebut, pada
tahun 2009 pemerintah mengoperasikan Bus Rapid Trans Semarang yang merupakan
rancangan transportasi baru di Kota Semarang. Harapannya Bus Rapid Trans Semarang ini
dapat menjadi salah satu alternatif transportasi masal bagi masyarakat. Namun, dalam
praktik nya Bus Rapid Trans Semarang tidak seefisien yang direncanakan. Permasalahan
yang terdapat pada transportasi ini adalah penempatan lokasi shelter yang tidak strategis.
Lokasi shelter Bus Rapid Trans Semarang tidak disesuaikan dengan potensi bangkitan dan
tarikan penumpangnya. Lokasi shelter tersebar tidak merata, dan lokasinya terlalu jauh, baik
dari asal maupun tujuan penumpang.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan populasi sampling, untuk
pengolahan data penelitian, digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Pemetaan lokasi
shelter Bus Rapid Trans Semarang dilakukan dengan survei lapangan, yaitu dengan cara
mengeplot lokasi eksisting shelter dengan menggunakan GPS. Hasil dari survei ini
kemudian diolah menggunakan software pemetaan dan disajikan dalam bentuk peta.
Untuk klasifikasi nilai bangkitan dan penelitian dibuat berdasarkan kelas yang telah
ditentukan. Dengan jumlah kelas sebanyak lima kelas. Dalam penelitian nilai bangkitan dan
nilai tarikan didapat dengan menggunakan rumus dan kriteria pengharkatan nilai-nilainya.
Pada nilai bangkitan didapatkan nilai rentang antara 0-24, sedangkan pada nilai tarikan
didapatkan nilai rentang antara 0-15.
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang diteliti adalah shelter di sepanjang jalur Bus Rapid Trans
Semarang di Kota Semarang. Bus Rapid Trans Semarang beroperasi pada dua koridor,
koridor pertama yang melayani penumpang dari Terminal Terboyo ke Terminal Sisemut, dan
koridor kedua dari Terminal Mangkang ke Terminal Penggaron. Dalam dua koridor ini
terdapat 69 pasang shelter, 33 shelter tersebar pada koridor pertama, dan 36 shelter
tersebar pada koridor kedua. Dari 69 shelter ini akan dibagi menjadi dua zona, yakni zona
-
bangkitan penumpang dan zona tarikan penumpang. Untuk aspek yang dinilai dalam
penelitian menggunakan nilai bangkitan dan nilai tarikan yang sudah diklasifikasikan
menurut kelasnya
Tabel 1. Klasifikasi Nilai Bangkitan
No Nilai Bangkitan Kelas Bangkitan
1 0 4 Sangat Rendah 2 5 9 Rendah 3 10 14 Sedang 4 15 19 Tinggi 5 20 24 Sangat Tinggi
Tabel 2. Klasifikasi Nilai Tarikan
No Nilai Tarikan Kelas Tarikan
1 0 3 Sangat Rendah 2 4 6 Rendah 3 7 9 Sedang 4 10 12 Tinggi 5 13 15 Sangat Tinggi
Deskripsi
Zona bangkitan penumpang merupakan suatu area yang memperkirakan jumlah pergerakan
yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan. Zona bangkitan penumpang biasa
disebut dengan daerah asal penumpang, yang merupakan sebuah permukiman. Beberapa
contoh shelter yang memiliki nilai bangkitan yang tinggi terdapat pada Shelter Texmaco,
Shelter Pasar Bulu, dan Shelter Pandanaran. Zona tarikan penumpang merupakan zona
yang menampung banyak kawasan yang sering dikunjungi oleh penumpang. Shelter yang
mempunyai nilai tarikan cukup tinggi adalah Shelter SMA 5 dan Shelter Layur. Untuk
mengevaluasi lokasi shelter Bus Rapid Trans Semarang tidak hanya dilihat dari sisi
bangkitan atau tarikan saja melainkan dari kedua sisi tersebut. Untuk itu digunakan asumsi
yang diilustrasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Keefektivan Shelter
-
Peran Sistem Informasi Geogragfi dalam Penelitian
Permasalahan lokasi shelter Bus Rapid Trans Semarang ini dipecahkan melalui Sistem
Informasi Geografi, dibantu dengan data Penginderaan Jauh. Pada studi transportasi
perkotaan ini, penginderaan jauh telah mampu mengidentifikasi sebaran-sebaran potensi
bangkitan dan tarikan. Dengan menggunakan citra penginderaan jauh resolusi tinggi, dapat
diketahui kondisi wilayah perkotaan yang dapat diasosiasikan dengan besarnya potensi
bangkitan dan tarikan. Penginderaan jauh ini dapat digunakan dengan menggunakan suatu
citra dengan skala besar atau detail yang salahsatunya bernama citra Quickbird.
Penggunaan citra skala detail ini dilakukan untuk analisis perkotaan. Analisis perkotaan
dengan citra penginderaan jauh skala detail ini dapat memberikan informasi penggunaan
lahan perkotaan sampai dengan kelas 4 atau sampai dapat teramati tingkat pola dan
kerapatan penggunaan lahannya. Jadi, Penginderaan Jauh dapat digunakan untuk
identifikasi dan evaluasi terhadap sebaran potensi bangkitan dan tarikan secara spasial.
Hasil dari proses ini kemudian dapat diolah, dianalisis dan disajikan dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografi.
Sistem Informasi Geografi dalam aplikasinya berperan dalam melakukan analisis seberapa
besar potensi bangkitan dan tarikan serta hubungan-hubungan yang terjadi antar keduanya,
sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penentuan lokasi sarana
transportasi yang optimal sesuai dengan bangkitan dan tarikan yang ada. Dengan ini, dapat
dilakukan evaluasi terhadap sarana-sarana yang telah terbangun (eksisting), apakah telah
optimal atau tidak lokasinya sesuai dengan potensi bangkitan dan tarikannya, sehingga
dapat ditawarkan solusi dalam penempatan sarana transportasi shelter yang optimal.
Hasil Pembahasan
Pemetaan Shelter Bus Semarang
Pemetaan shelter digunakan untuk mengetahui sebaran dari lokasi shelter Bus Rapid Trans
Semarang. Jenis shelter yang digunakan tidak berpengaruh pada penyajian peta. Shelter
Bus Rapid Trans Semarang disimbolkan dengan titik pictorial dan bersifat nominal. Simbol
yang digunakan sama dikarenakan fungsi shelter ini semua sama, meskipun ukuran dan
jenis shelter-nya berbeda-beda. Akan berbeda jika dibandingkan dengan kota lain,
contohnya di kota Yogyakarta. Shelter Bus Trans Jogja berfungsi selain sebagai tempat
menunggu bus juga digunakan sebagai tempat petugas Bus mencatat dan melayani
pembayaran tiket. Sehingga dalam penyajian peta perlu dibedakan datanya. Berikut
gambaran peta persebaran shelter Bus Rapid Trans Semarang: Peta 1. Peta Sebaran Shelter Bus Rapid Trans Semarang
-
SIG Untuk Pemodelan Penumpang Kawasan Perkotaan Semarang
Pada Sistem Informasi Geografis terdapat tiga macam proses, yaitu pengolahan data,
analisis data, dan penyajian data. Untuk pemodelan penumpang kawasan perkotaan
Semarang berdasarkan bangkitan dan tarikan penumpang menggunakan kondisi
penggunaan lahan yang terdiri dari permukiman untuk zona bangkitan, dan bangunan
kawasan pusat aktiftas non permukiman sebagai zona tarikan. Sehingga akan didapatkan
nilai bangkitan dan tarikan dari masing-masing shelter.
Peta 2 Peta Tingkat Bangkitan dan Tingkat Tarikan Per Shelter Bus Rapid Trans Semarang
Untuk evaluasi lokasi shelter dilakukan dengan melihat nilai bangkitan dan tarikan dari
masing-masing shelter. Dengan mengetahui nilai bangkitan dan nilai tarikan penumpang,
makan dapat dilihat potensi penumpangnya. Shelter yang mempunyai potensi penumpang
terbesar adalah shelter Alun-alun Unggaran. Shelter ini mempunyai nilai bangkitan dan nilai
tarikan yang tinggi. Nilai bangkitannya tinggi karena termasuk dalam area permukiman, dan
nilai tarikannya tinggi karena terdapat area perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan,
serta rekreasi pada area cakupan shelter. Sedangkan shelter yang memiliki potensi
penumpang yang rendah ada pada shelter Sriratu, dikarenakan shelter ini tidak mencakup
nilai bangkitan tinggi dan nilai tarikan tinggi.
Dalam penelitian ini didapatkan dari 69 shelter Bus Rapid Trans Semarang, sebanyak 36
shelter yang dianggap tidak efektif. Hal ini disebabkan karena shelter tersebut tidak berada
pada zona bangkitan dan zona tarikan yang tinggi. Sedangkan sisanya sebanyak 33 shelter,
merupakan shelter yang efektif, dikarenakan berada pada zona bangkitan dan zona tarikan
yang cukup tinggi.
Kesimpulan
Jumlah shelter Bus Rapid Trans Semarang terdiri dari 69 shelter yang tersebar memanjang
dari Terminal Terboyo menuju Terminal Sisemut dan melebar dari Terminal Mangkang
-
menuju Terminal Penggaron. Shelter ini berfungsi sebagai shelter naik dan shelter turun
serta bertindak melayani penumpang dengan jangkauan per shelter sebesar 300 meter.
Penempatan lokasi shelter Bus Rapid Trans Semarang berpegang pada nilai bangkitan dan
nilai tarikannya. Bangkitan merupakan pergerakan penumpang dari lokasi asal penumpang,
sedangkan tarikan merupakan lokasi tujuan penumpang. Semakin tinggi nilai tarikan dan
bangkitanya maka shelter dinyatakan semakin efektif, karena memiliki potensi penumpang
yang tinggi. Dari 69 shelter yang diteliti, terdapat 36 shelter yang tidak efektif dan sisanya
sebanyak 33 shelter merupakan shelter yang efektif. Hal ini dilihat dari nilai bangkitan dan
nilai tarikan pada jangkauan shelter.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis Planning Support System dikarenakan
instrumennya berbasis informasi geografis, yang terdiri atas satu set komponen yang unik,
yang dapat dimanfaatkan oleh perencana untuk mendukung aktivitas perencanaan tertentu.
Produk dalam penelitian ini (peta nilai bangkitan dan nilai tarikan shelter) dapat dijadikan
pertimbangan dalam menyusun masterplan transportasi kota Semarang.
Namun sayangnya dalam penelitian ini masih minim dalam identifikasi tata guna lahan.
Padahal tata guna lahan sangat berpengaruh dalam melihat potensi tarikan dan bangkitan.
Perubahan tata guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan transportasi dan
sebaliknya. Di dalam kaitan ini, Black menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran
pergerakan serta pemilihan moda pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola
perubahan tata guna lahan di atasnya. Sedangkan setiap perubahan tata guna lahan
dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang diberikan oleh sistem transportasi dari
kawasan yang bersangkutan (Black, 1981:99).
Bangkitan dan tarikan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan
yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik
menuju suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu-lintas merupakan fungsi tata
guna lahan yang menghasilkan pergerakan. Bangkitan dan tarikan lalu-lintas tergantung
pada dua aspek tata guna lahan menurut (Tamin, 2000:41), yaitu :
1. jenis tata guna lahan dan
Jenis guna lahan yang berbeda seperti permukiman, perdagangan, pendidikan mempunyai
ciri bengkitan dan tarikan yang berbeda pada jumlah arus lalu-lintas, jenis lalu-lintas, lalu-
lintas pada waktu yang berbeda.
2. jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan
Bahwa bangkitan dan tarikan tidak hanya beragam disebabkan oleh jenis tata guna lahan,
tetapi juga oleh tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan lahan, semakin
tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan. Sehingga bangkitan dan tarikannya juga
akan semakin tinggi. Sedangkan sebaliknya semakin rendah penggunaan lahan, semakin
rendah pergerakan arus lalu lintasnya semakin rendah pula bangkitan dan tarikannya.
Hal ini dapat membantu peneliti mengevaluasi lokasi shelter lebih detail dan akurat
serta dapat menyajikannya menggunakan Sistem Informasi Geografi yang outputnya berupa
peta nilai bangkitan dan nilai tarikan berdasarkan tata guna lahannya. Selain itu dalam
penelitian ini masih minimnya kuesioner dari para responden atau penumpang. Kuesioner ini
akan sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menentukan pola pergerakan penumpang dari
setiap shelter. Karena setiap orang memiliki tujuan dan maksud perjalanan yang berbeda
dalam kehidupan sehari-hari nya. Maksud perjalanan merupakan ciri khas sosial suatu
pejalanan. Misalnya ada yang bekerja, sekolah, dan sebagainya.
top related