skripsi - stikes bhmrepository.stikes-bhm.ac.id/186/1/dina rahmawati... · 2018. 12. 14. ·...
Post on 23-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN
MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN
KABUPATEN MADIUN
OLEH :
DINA RAHMAWATI
201302075
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
i
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN
MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN
KABUPATEN MADIUN
Disajikan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH :
DINA RAHMAWATI
201302075
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah/skripsi ini telah disetujui
oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti ujian sidang.
KARYA TULIS ILMIAH / SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN
MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN
KABUPATEN MADIUN
Menyetujui,
Pembimbing II
(Eulis Lisnawati, S.Kp.,M.Kes)
NIDN : 3412057501
Menyetujui,
Pembimbing I
(Istikomah, S.Kep.,Ns.,M.Kes)
NIDN: 3417057401
Mengetahui,
Ketua Program Studi
(Mega Arianti P, S. Kep.,Ns.,M.Kep)
NIS : 20130092
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dina Rahmawati
NIM : 201302075
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
(ahli madya/sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun
belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Madiun, April 2017
Dina Rahmawati
NIM. 201302075
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dina Rahmawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 28 Desember 1994
Agama : Islam
Alamat : Ds.Rejosari RT 02 RW 01 Madiun
Email :
Riwayat Pendidikan :
1. TK Rejosari Kabupaten Madiun
2. SD Negeri Rejosari Kabupaten Madiun
3. SMP Negeri 1 Sawahan Kabupaten Madiun
4. SMA Negeri 1 Nglames Kabupaten Madiun
5. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
vi
ABSTRAK
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN
MINUM OBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
LANSIA DESA LEBAK AYU KECAMATAN
SAWAHAN KABUPATEN MADIUN
DINA RAHMAWATI
201302075
Kepatuhan minum obat pada pengobatan hipertensi sangat penting karena
dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah
pasien. Upaya yang dilakukan untuk menangani kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia dapat berupa peran perawat kuratif dan peran perawat rehabilitatif.
Peran perawat rehabilitatif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
dengan tujuan untuk meningkatkan lansia yang hipertensi untuk meningkatkan
kepatuhan minum obat untuk memantau jadwal minum obat secara teratur.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment design (control time
series design), yaitu rancangan rangkaian waktu, hanya saja menggunakan
kelompok pembanding (kontrol). Populasi sebanyak 46 lansia hipertensi dan Cara
pengambilan sampel dengan menggungkan simple random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan
strata dalam populasi tersebut. Sampel penelitian ini pada lansia sebanyak 36
penderita hipertensi di posyandu lansia.
Hasil penelitian uji statistik pretest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol menggunakan Man Whiteney Test diperoleh nilai P = 0.529 karena nilai P
> 0,05 maka tidak ada perbedaan antara kepatuhan minum obat Hipertensi pada
lansia kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pendidikan kesehatan
merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk bekal pengetahuan para lansia
tentang kepatuhan minum obat hipertensi, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran lansia dalam berperilaku hidup sehat guna menurunkan resiko terkena
Hipertensi .
Menurut hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Posyandu lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun kelompok eksperimen
setelah dilakukan pendidikan kesehatan sudah lebih baik dari pada lansia
kelompok kontrol yang tidak dilakukan pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian uji statistik posttest kelompok Eksperimen dan kelompok
kontrol menggunakan Man Whiteney Test diperoleh nilai P = 0.003 karena nilai P
< 0,05 maka ada perbedaan antara kepatuhan minum obat Hipertensi pada lansia
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah pendidikan kesehatan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat Meningkatkan program poskeslan
untuk meningkat kepatuhan minum obat hipertensi pada dengan memberikan
sosialisasi tentang kesehatan secara periodik pada semua lansia dan memberikan
fasilitas kesehatan yang mencukupi di area posyandu lansia.
Kata Kunci : Kepatuhan Obat;Hipertensi;Lansia
vii
ABSTRACT
EFFECT OF HEALTH EDUCATION TO COMPLIANCE DRINK DRUG
HYPERTENSION ON LANSIA IN POSYANDU ELDERLY VILLAGE
LEBAK AYU DISTRICTS ADVENTAGE
DISTRICT OF MADIUN
DINA RAHMAWATI
201302075
Drug compliance on hypertension treatment is very important because by
taking regular antihypertensive medication can control the patient's blood
pressure. Efforts to address adherence to hypertensive medications in elderly can
be the role of curative nurses and the role of rehabilitative nurses. The role of
rehabilitative nurses is to provide health education with the aim of increasing
hypertensive elderly to improve medication adherence to regularly monitor dru
schedules.
This research uses quasi experimental design design (control time series
design), that is time series design, just using control group. Population of 46
elderly hypertension and Method of sampling by dig a simple random sampling is
sampling technique from population done at random, without considering strata in
that population. Samples of this study on elderly as many as 36 people with
hypertension in posyandu elderly.
The result of statistical test of pretest of experiment group and control group
using Man Whiteney Test obtained P value = 0.529 because P value> 0,05 hence
there is no difference between hypertension medication adherence in elderly
experiment group and control group. Health education is an effective prevention
for the knowledge of the elderly about compliance to take medication
hypertension, so it can raise awareness of elderly in healthy life behavior in order
to reduce risk of hypertension.
According to the results of research conducted by researchers at Posyandu
elderly Lebak Ayu Village Sawahan District Madiun District experimental group
after the health education is better than the elderly control group who did not do
health education.
The result of statistical test of experiment group posttest and control group
using Man Whiteney Test obtained value P = 0.003 because P value <0,05 hence
there is difference between adherence medication hypertension in elderly between
experiment group and control group after health education.
From the results of this study is expected to increase the program poskeslan
to increase compliance to take medication hypertension on by providing
socialization of health periodically at all elderly and provide adequate health
facilities in elderly posyandu area.
Keywords: Drug Compliance, Hypertension, Elderly
viii
DAFTAR ISI
Sampul Dalam .......................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii
Lembar Pernyataan .................................................................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. v
Abstrak .................................................................................................................... vi
Abstract .................................................................................................................. vii
Daftar Isi ................................................................................................................ viii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xii
Daftar Gambar ....................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................... xiv
Daftar Istilah............................................................................................................ xv
Daftar Singkatan .................................................................................................... xvii
Kata Pengantar ...................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan teori pendidikan kesehatan ......................................................... 6
2.1.1 Pengertian pendidikan kesehatan .......................................................... 6
2.1.2 Metode pendidikan ............................................................................... 6
2.1.3 Pengaruh pendidikan kesehatan ............................................................ 9
2.2 Konsep dan teori kepatuhan ................................................................. 10
2.2.1 Pengertian kepatuhan ............................................................................. 10
2.2.2 Faktor mempengaruhi kepatuhan ....................................................... 11
2.2.3 Manfaat kepatuhan ............................................................................... 14
2.3 Konsep minum obat ...................................................................................... 15
2.3.1 Pengertian minum obat ........................................................................ 15
2.3.2 Pengukuran kepatuhan minum obat ..................................................... 15
2.4 Konsep dasar hipertensi ................................................................................ 17
2.4.1 Pengertian hipertensi ............................................................................ 17
2.4.2 Klasifikasi ............................................................................................ 18
2.4.3 Penyebab hipertensi ............................................................................. 21
2.4.4 Etiologi ................................................................................................ 22
2.4.5 Risiko dapat diubah ............................................................................. 24
2.4.6 Patofisiologi ......................................................................................... 28
2.4.7 Manifestasi klinis ................................................................................. 30
2.4.8 Komplikasi ........................................................................................... 30
2.4.9 Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 30
2.4.10 Penatalaksanaan ................................................................................. 31
x
2.5 Konsep lansia ................................................................................................ 31
2.5.1 Pengertian lansia .................................................................................. 31
2.5.2 Klasifikasi lansia .................................................................................. 32
2.5.3 Karkteristik lansia ................................................................................ 33
2.5.4 Teori proses menua .............................................................................. 33
2.5.5 Faktor mempengaruhi penuan ............................................................. 34
2.5.6 Perubahan fisiologis ............................................................................. 34
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka konseptual ........................................................................................ 38
3.2 Hipotesis ........................................................................................................... 39
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian .......................................................................................... 40
4.2 Populasi dan sampel ...................................................................................... 41
4.2.1 Populasi ............................................................................................... 41
4.2.2 Sampel ................................................................................................. 42
4.3 Teknik sampling ............................................................................................. 43
4.4 Kerangka kerja .............................................................................................. 45
4.5 Variabel dan definisi operasional .................................................................. 46
4.5.1 Identisikasi Variabel ............................................................................ 46
4.5.2 Definisi Operasional ............................................................................ 47
4.6 Instrumen penelitian ...................................................................................... 48
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 49
4.7.1 Lokasi penelitian .................................................................................. 49
xi
4.7.2 Waktu penelitian .................................................................................. 49
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 49
4.9 Analisa Data .................................................................................................. 52
4.9.1 Analisis Univariat ................................................................................ 53
4.9.2 Analisis Bivariat (Hipotesis) ................................................................ 53
4.10 Etika Peneliti ................................................................................................ 54
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran UmumLokasi Penelitian ................................................................. 56
5.2 Hasil Penelitian ................................................................................................ 59
5.2.1 Data Umum .......................................................................................... 59
5.2.2 Data Khusus ......................................................................................... 60
5.3 Pembahasan ...................................................................................................... 63
5.3.1 Kepatuhan minum obat sebelum dilakukan pendiidkan kesehatan
terahadap kepatuhan minum ................................................................ 63
5.3.2 Kepatuhan minum obat sesudah dilakukan pendiidkan kesehatan
terahadap kepatuhan minum ................................................................. 65
5.3.3 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat ....... 67
5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 70
6.2 Saran ................................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO ...................................................... 18
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia ........ 19
Tabel 4.5.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 47
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan persebaran populasi .................. 59
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 59
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ................................ 60
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................. 60
Tabel 5.5 Hasil Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol .................. 61
Tabel 5.6 Hasil Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ................. 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual dan Hipotesa Penelitian .................................... 38
Gambar 4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................. 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Survey Pendahuluan ......................................................... 74
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 75
Lampiran 3 Surat Balasan ..................................................................................... 76
Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden ..................................................... 77
Lampiran 5 Lampiran Observasi ........................................................................... 83
Lampiran 6 Data Umum ...................................................................................... 95
Lampiran 7 Tabulasi Data ..................................................................................... 96
Lampiran 8 Hasil SPSS ......................................................................................... 99
Lampiran 9 Jadwal Kegiatan ................................................................................ 103
Lampiran 10 Dokumentasi .................................................................................... 104
xv
DAFTAR ISTILAH
1. Isolated systolic hypertension : Darah yang di pompa dari jantung untuk
melawan tahanan darah
2. Infark miokard : Kekurangan oksigen (Iskemia) lsel-sel
jantung jadi mati
3. Vaskular perifer : Penyempitan pembuluh nadi di luar jantung
dan otak
4. The silent killer : Penyakit yang dapat menyebabkaan
kematian
5. Cardiovaskular : Penyakit jantung akibat tekanann darah
6. Health education : Mengajarkan atau memberikan pendidikan
7. Visual aids : Alat peraga merupakan alat yang digunakan
untuk membantu proses belajar
8. Audio aids : Media pengetahuan pembelajaran sesuatu
untuk menyalurkan pesan, minat dan
pikiran
9. Non complance : Mengabaikan kepatuhan /kegagalan untuk
mematuhi
10. Sistolik : Tekanan darah pada saat terjadi kontraksi
otot jantung
11. Diastolik : Tekanan darah pada saat jantung sedang
berelaksasi/istirahat
xvi
12. Resistensi : Sebuah sikap untuk bertahan melawan
menentang/upaya oposisi
13. WHO : Badan PBB yang bertindak sebagai
koordinator kesehatan umum Internasional
14. Sindroma chusing’s : paparan hormon kortisol dengan kadar
tinggi Oleh berbagai obesitas, hipertensi,
diabetes mellitus
xvii
DAFTAR SINGKATAN
1. ISH : lsolated Systolic Hypertension
2. WHO : World Health Organizatio
3. PJK : Penyakit Jantung Koroner
4. ISHWG : International Society Of Hypertension Working Group
5. JNC : Joint National Committe
xviii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkah rahmat, karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap meningkatkan kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia di
Posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kec.Sawahan Kab. Madiun”
Adapun maksud penulisan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa proposal skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Zaenal Abidin,S.KM,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
2. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku ketua program studi ilmu
kesehatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberi
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
program studi ilmu keperawatan
3. Istikomah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
4. Ibu Eulis Lisnawati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing 2 dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
xix
5. Bapak, ibu serta keluarga yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan
semangat tanpa henti selama ini.
6. Dan semua pihak, serta teman-temanku kelas 8B Keperawatan yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun materil yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan usulan
proposal skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
proposal skripsi ini.
Madiun, Mei 2017
Penulis
xx
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tidak Penting Seberapa Banyak Ilmu Yang Kau Punya, Namun Yang Terpenting Kapan Dan Dimana Kau Memanfaatkan Ilmu Itu”
SKRIPSI INI AKU PERSEMBAHKAN KEPADA:
Kedua orang tuaku yang selalu memanjatkan doa dalam setiap sujudnya,
Terima kasih
Untuk kakakku terima ksih untuk dukungan dan semangat yang kalian
berikan kepadaku.
Untuk sahabat-sahabatku yang selalu menyemangatiku dan selalu
bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini, terima kasih.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah,tekanan darah
tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). tekanan darah yang
peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi
140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
(Wikipedia (2010) dalam maria( 2016).
Hipertensi merupakan salah satu kesehatan masyarakat yang terjadi di
negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke (15,4%)dan tuberkulosis (7,5 %), yakni
mencapai 6,8 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai satu milyar.
Dua per tiga penyakit hipertensi ini terjadi di negara berkembang.
Hipertensi mengakibatkan 8 juta orang meninggal setiap tahunnya. Dan di
Asia Tenggara 1,5 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi. Kira-kira
sepertiga populasi penduduk Asia Tenggara mengalami hipertensi (WHO,
2013).Hasil Riskesdes tahun 2013 pada penyakit tidak menular, terutama
2
hipertensi terjadi penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun
2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat
pengukuran tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat
sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi wawancara tentang riwayat minum obat hipertensi dari
7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013. Hasil tersebut menempatkan
Jawa Timur sebagai urutan keenam dari jumlah kasus hipertensi di
Indonesia berdasarkan riwayat minum obat hipertensi. Hasil survey
pendahuluan menunjukan bahwa terjadi peningkatan dan pada tahun
2013.Berdasarkan Hipertensi data dari lahan penelitian pada tanggal 28
Maret 2017 ada 46 lansia yang mengalami hipertensi yang aktif mengikuti
posyandu lansia di Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun (Dinkes Madiun, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah
seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti
pola makan, kebiasaan olahraga dan lain- lain. Untuk terjadinya hipertensi
perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying
risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup
menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2013 ).
Gejala yang dirasakan bergantung pada tingginya tekanan darah. Pada
kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain sakit kepala,
kelelahan, keringat berlebih, pandangan kabur, telinga berdenging, serta
kesulitan tidur, hal demikian sangat berbahaya karena dapat meningkatkan
3
tekanan darah dari sebelumnya dan dapat meningkatkan resiko komplikasi
seperti infark miokard (serangan jantung), gagal jantung, stroke, gagal ginjal
dan penyakit vaskular perifer. Kepatuhan minum obat pada pengobatan
hipertensi sangat penting karena dengan minum obat antihipertensi secara
teratur dapat mengontrol tekanan darah kondisi penderita hipertensi dapat di
cegah dengan pola hidup sehat dengan pemeriksaan tekanan darah secara
rutin.
Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi obat
dapat mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadi komplikasi
kepatuhan. pengobatan dapat merupakan keadaan pasien dalam melakukan
kepatuhan pengobatan, serta menaati semua aturan dan nasihat yang
berhubungan dengan upaya penderita hipertensi dengan status kesehatan
pasif (Lina, 2015).
Dampak hipertensi bila tidak teratur mengonsumsi obat dan
mengontrolkan tekanan darah dapat mengakibatkan komplikasi seperti
stroke, kelemahan jantung penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ganjal
dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi
atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko
paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovaskular) (Depkes,
2013).
Upaya yang dilakukan untuk menangani kepatuhan minum obat
hipertensi pada lansia dapat berupa peran perawat kuratif dan peran perawat
rehabilitatif. Peran perawat kuratif yaitu memberikan secara psiko-sosial
4
dan spiritual kepada individu, keluarga dan masyarakat. Peran perawat
rehabilitatif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan kepatuhan minum obat untuk memantau jadwal minum obat
secara teratur, diet secara teratur dengan cara mengurangi makanan yang
mengandung banyak garam, dan menyarankan kepada penderita hipertensi
untuk datang ke pelayanan kesehatan, agar mendapatkan pendidikan
kesehatan dalam menciptakan pola hidup sehat.
Berdasarkan uraian di atas kejadian kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan masalah sebagai beriku:“Bagaimana pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia di
posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan disusunya proposal ini, penulisan dapat menyimpulkan tujuan
dari penelitian ini yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan
minum obat hipertensi pada lansia di posyandu lansia Desa Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Mengindetifikasi pendidikan kesehatan pada lansia
2. Mengindetifikasi sebelum pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan
minum obat hipertensi pada lansia
3. Menganalisis setelah pendidikan kesehatan terhadap minum obat
hipertensi pada lansia
4. Menganalis pengaruh uji perbedaan kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia di posyandu lansia lebak ayu
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
Dapat digunakan untuk menerapkan teori-teori yang diterima penderita
hipertensi dalam meningkatkan pendidikan kesehatan terhadap minum
obat hipertensi pada lansia.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
1. Bagi Penulis
Untuk mengaplikasi ilmu keperawatan yang telah didapatkan di
bangku pendidikan pada kenyataan yang sesungguhnya.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi dan masukan dalam rangka mengangkat
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada
lansia
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambahkan kepustakaan dan untuk meningkatkan
pengetahuan pembaca tentang pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pendidikan Kesehatan
Menurut Azwar (1983 dalam Susilo,2012) pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan
terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan
kesehatan perseorangan, masyarakat dan bangsa. Kesemuanya ini
dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara sukarela
perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan.
Implementasi kegiatan bertujuan melakuakan perubahan masyarakat
baik perubahan pengetahuan,sikap, maupun perilaku sehat. Salah satu
program adalah salah salah satu program kegiatan yang di lakukan
kesehatan (Health education) (Achar, 2011)
2.1.2 Metode Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2013) agar mencapai suatu hasil yang optimal,
maka sasaran pendidikan kesehatan harus menggunakan cara tertentu.
Materi yang disampaikan juga disesuaiakan dengan sasaran. Untuk sasaran
kelompok maka metodenya berbeda dengan sasaran masa dan sasaran
individual. Beberapa metode pendidikan kesehatan antara lain :
1. Metode Pendidikan Kesehatan Individu
Merupakan metode pendidikan yang bersifat individu digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang mulai tertarik
7
pada suatu perubahan perilaku. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan secara perorangan disini tidak hanya individu yang
bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga individu
tersebut. Dasar yang digunakan pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan
metode atau cara Bentuk pendekatan ini. Antara lain :
1) Bimbingan dan Penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku)
2) Wawancara
Cara ini sebenarnya bagian dari bimbingan dan penyuluhan,
wawancara anatar petugas kesehatan dengan klien untuk menggali
informasi mengapa dia tidak mengetahui belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah sudah yang sudah atau yang
akan diadopsi mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apakah belum maka perlu penyuluhan lebih mendalam lagi.
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus diingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk
8
kelompok besar,metodenya akan lain dengan kelompok lain, pengaruh
akan tergantung pula pada besarnya, sasaran pendidikan Metode yang baik
untuk kelompok besar ini, antara lain: ceramah, seminar Sedangkan untuk
kelompok kecil, antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,
kelompok-kelompok kecil, dan permainan simulasi.
3. Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang di tunjukan kepada
masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti
tidak membedakan golongan umur, jenis kelaminan, pekerjaan, status
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Maka pesan-pesan kesehatan
yang disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap
oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk inovasi dan
belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun
demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga
merupakan hal yang wajar. Beberapa contoh metode yang cocok untuk
pendekatan massa, antara lain : ceramah umum, pidato, simulasi, tulisan-
tulisan dan leaflet.
4. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan berdasarkan pasca indra yang digunakan
antara lain :
1) Media bantu lihat (visual aids), membantu menstimulasi Media ini
terdapat dua bentuk :
9
a. Media yang diproyeksikan (slide dan film)
b. Media yang tidak diproyeksikan (gambar dan bagan)
2) Media bantu dengar (audio aids), membantu menstimulasi penglihatan dan
pendengran seperti televisi dan VCD (Notoatmodjo, 2013)
Sedangkan berdasarkan media pendidikan kesehatan berdasarkan jenis
media antara lain :
1) Media cetak
a) Booklet, penyampaian dalam bentuk buku
b) Leaflet, penyampaian dalam bentuk lembaran lipat
c) Flit chart, berbentuk balik, bentuk buku dimana tiap lembarberisi
peragan dan lembar belakang berisi keterangan
d) Poster, pesan atau informasi kesehatan yang ditempel di tembok atau
umum
2) Media elektronik meliput relevisi, radio, videodan film
3) Media papa (Bliboard), dipasang di tempat umum dengan ukuran besar
2.1.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran
kepada masyarakat mau melakuakan tindakan untuk memelihara dan
meningkatakan kesehatan. Perubahan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang terjadi, seharusnya didasarkan pengetahuan dan kesadaran
melalui proses pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan kesehatan
(Achjar,2011).
Berdasarakan hasil penelitian, terdapat hubungan antara tingkat
pemgetahuan tentang diet rendah garam dengan kepatuhan pelaksanaan diet
10
rendah garam pada pasien hipertensi responden harus memiliki tingkat
pendidikan yang kurang, kepatuhan pelaksanaan diet rendah garam juga
kurang (Abbdillah,2012)
Pendidikan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan kepribadian, tingkat ekonomi, dukungan keluarga.
Keluarga lansia juga mempunyai peran dalam menjaga dan merawat
kondisis anggota keluaraga yang lanujut usia. Dampak dari kepatuahan
adapat meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kesembuhan serta
menurunkan biaya perawatan.
2.2 Konsep Kepatuhan
2.2.1 Pengertian Kepatuhan
Menurut WHO (2013), kepatuhan didefiniskan seberapa baik perilaku
seseoramg dalam menggunakan oabat, mengikuti diet atau mengubah gaya
hidup sesuai dengan tata laksanaan terapi. Pasien dan tenaga kesehatan
dapat mempengaruhi kepatuhan. Hubungan yang baik antara dokter pada
pasien merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan.
Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan
nasihat medis atau kesehtan. Dengan menggambarkan penggunaan serta
mencakup penggunaanya pada waktu yang benar (Siregar, 2012)
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju instruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk dalam bentuk terapi apaun yang
ditentukan,baik diet,latihan, pengobatan atau menepati janji petemuan
dengan dokter (Stanley, 2011), Kepatuhan adalah merupakan suatu
perubahaan perilaku dari perilaku yang tidak menaati peraturan ke perilaku
yang menaati peraturan (Green dalam Notoatmodjo, 2013).
11
Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku yang tidakl
menaati peraturan dalam bentuk terapi apapun yang terhadap intruksi atau
petujuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik
diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter
(Stanley, 2011), Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari
perilaku yang tidak menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan
(Green dalam Notoatmodjo, 2013).
Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku yang tidak
menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan (green dalam
Notoadmodjo 2013). Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam
melaksankan suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan ini
dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compaliance). Dimana
pada kondisi ini penderita yang tidak patuh (non complance) dimana pada
keadaan ini penderita tidak melakukan diet terhadap hipertensi. Pengobatan
dengan efek samping. Perilaku yang tidak pantas sering terabaikan.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Carpenio (2000, dalam Suparyanti, 2012) sesuatu yang dapat
berpengaruh positif sehingga seseorang tidak dapat lagi mempertahankan
kepatuhannya, sampai menjadi tidak patuh adalah faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diantaranya :
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh
secara mandiri lewat tahap-tahapan tertentu. Gunarso (1990 dalam
Suparyanto, 2010) mengemukan bahwa semakin tua umur seseorang
12
maka perkembangan mentalnya bertambah, tetapi tidak secepat ketika
berusia belasan tahun. Dapat disimpulkan tingkat pengetahuan
seseorang akan mengalami puncaknya pada usia tertentu dan akan
menurun kemampuan menerima atau mengingat sesuatu seiring
bertambahnya usia.
2. Pemahaman tentang pengetahuan,seseorang kadang kurang mengerti
tentang apa yang yang di instruksikan padanya. Kadang-kadang hal ini
disebabkan oleh kegagalan profesional dalam memberikan banyak
intruksi yang harus di ingat pleh penderita. Sehingga seseorang salah
mengartikanya
3. Kesakitan dan pengobatan, orang mempunyai penyakit kronis memiliki
perilaku kepatuhan yang sangat rendah. Karena pengobatan yang sangat
lama dan efek samping obat yang membuat tidak nyaman.
4. Keyakinan Sikap dan Kepribadian
Kepribadian antara yang patuh orang yang gagal berbeda. Orang
yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat
memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah
dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian
kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan
kurangnya penguasan terhadap lingkungnya. Variabel-variabel
demografis juga digunakan untuk meramalakan ketidapatuhan. Bagi
lanjut usia yang tinggal di daerah sepanjang. Pantura mungkin makanan
yang terasa asin akan lebih nikmat karena kebiasaan yang sudah
dialami sebelumnya.
13
5. Dukung Keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh
dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta
menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga
juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan
anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari
pendamping orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan
dengan kepatuhan.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga teman, waktu dan uang merupakan faktor penting dalam.
Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang
disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan
pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok
pendukungan. Dukungan sosial nampaknya efektif di negara seperti
Indonesia yang memiliki status sosial lebih kuat, dibandingkan dengan
negara-negara Barat.
7. Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan untuk memenuhi segala kebutuhan
hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah pensiaun dan tidak
bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan
untuk membiayai semua progam pengobatan dan perawatan sehingga
belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami
14
ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi
ketidakpatuhan.
Sedangkan ketidakpatuhan menurut Rantucci (2007) terjadi
karena tiga faktor :
1. Faktor Pasien
1) Ketidak serius pasien terhadap penyakitnya
2) Ketidakpuasan terhadap hasil terapi
3) Kurangnya dukungan dari keluarga terkait pelaksanaan terapi
2. Faktor Komunikasi
1) Tingkat pengawasan tim kesehatan rendah
2) Kurang penjelasan yang lengkap, tepat dan jelas
3) Interaksi dengan petugas kesehatan sedikit atau tidak ada sama sekali
3. Faktor kepatuhan
1) Hambatan fisik atau biaya untuk mendapatkan obat
2.2.3 Manfaat Kepatuhan
Menurut Widodo (2009), Manfaat dari kepatuhan yaitu;
1. Keberhasilan pengobatan, diet sangat berarti dan mempunyai efek bagi
penyembuh
2. Menurunkan baiaya perawatan, karena kepatuahan terhadap obat dan diet
mempercepat perawatan sehingga tidak perlu lama-lama dirawat
3. Tingkat kesembuhan meningkat, karena kepatuhan minum obat dan
menjalan diet mpunyai peluang untuk sembuh sangat besar.
15
Sedangkan ketidakpatuhan dapat memperlama masa sakit atau
meningkatkan keparahan penyakit (Pratiwi, 2011). Menurut penelitian Rosyid
ketidakpatuhan dapat mengakibatkan kekambuhan pasien hipertensi.
2.3 Konsep Minum Obat
2.3.1 Pengertian Minum Obat
Sebagai upaya aktif,kolaboratif,suka rela antara pasien dan penyedia
perawatan kesehatan. Kepatuhan adalah tingkat klien dalam melaksanakan
cara dalam minum obat dan perilaku yang disarankan oleh petugas kesehatan.
2.3.2 Pengukuran Kepatuhan Minum Obat
Terdapat lima cara yang dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengukur kepatuhan minum obat pada pasien.
1. Menanyakan kepada petugas klinis
Metode ini adalah metode yang hampir digunakan sebagai pilihan
terakhir karena keakuratnya yang diberikan kepada dokter umumnya
2. Menanyakan kepada individu yang menjadi pasien
Metode ini lebih vailed dibandingkan metode sebelumnya tetapi metode
ini juga mempunyai kekurangan yaitu: kemungkinan pasien berbohong
pasien untuk menghindari ketidaksukaan dari pihak tenaga kesehatan,
dan mungkin pasien tidak mengetahui sebepa besar tingkat mengetahui
seberpa besar tingkat kepatuhan mereka sendiri.
3. Menanyakan pola individu lain yang selalu memonitor keadaan pasien
secara konstan terutama hal-hal tertentu seperti diet makanan dan
konsumsin alkohol. Kedua, pengamatan yang terus menerus menciptakan
situasi buatan dan dijadikan tingkat kepatuhan ini memang yang sering
16
diinginkan, tetapi hal ini tidak sesuai dengan pengukuran kepatuhan itu
sendiri dan menyebabkan observasi yang dilakukan tidak akurat.
4. Menghitung beberapa banyak obat dan pil yang seharusnya dikonsumsi
pasien sesuai sarana medis yang diberikan oleh dokter.
Prosedur ini merupakan prosedur yang paling ideal karenan hanya
sedekit saja kesalahan yang dapat dilakukan dalam menghitung jumlah
obat yang berkurang dari botolnya, tetapi metode ini juga bisa menjadi
metode yang tidak akurat karena setidaknya ada dua masalah yang
terdapat dalam hal menghitung jumlah pil yang seharusnya dikonsumsi.
Pertama, pasien mungkin saja dengan berbagai alasan, dengan sengaja
tidak mengkonsumsi bebebrapa jenis obat. Kedua mungkin pasien
mengkonsumsi semua pil, tetapi dengan cara yang tidak sesuai sasaran
medis yang diberikan.
5. Memberikan bukti-bukti biokimia
Metode ini mumgkin dapat mengatasi kelemahan kelemahan yang ada
pada metode-metode sebelumnya. Metode ini berusaha menemukan
bukti-bikti biokimia, seperti analisi darah dan urin.
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan
pasien, yaitu:
1. Buat intruksi tertulis yang mudah diinterprestasikan
2. Berikan informasi tentang minum obat sebelum menjelaskan
17
3. Jika seseorang diberi suatu daftar tertulis tentang jadwal mengkonsumsi
obat.
2.4 Konsep Dasar Hipertensi
2.4.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140
mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi (Wikipedia (2010) dalam maria (2016).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah (Hani, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh
darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki
batasan masing – masing :
18
1. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
2. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya >
145/90 mmHg
3. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber Dewi dan Familia, 2010 : 18).
2.4.2 Klasifikasi
a. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diatol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
<90 (Sumber: Sani, 2008)
b. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi
Indonesia (Sani, 2008).
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi
Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu
19
konsensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang
ditujukan bagi mereka yang melayani masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar
dan ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini
kebanyakan diambil dari pedoman Negara maju dan Negara
tetangga, dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia yang
berskala Nasional dan meliputi jumlah penderita yang banyak
masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan
tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ
target dan penyakit penyerta tertentu.
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi
Indonesia
Kategori Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
dan/
atau
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 Dan <90 (Sumber: Sani, 2008)
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi
sistolik dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah
jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
20
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri
pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap
aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut
Arjatmo T dan Hendra U (2010) faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu
sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab
spesifiknya dapat diketahui (Lanny Sustrani,dkk ,2009). Klasifikasi hipertensi
menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna dan
hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita di cek-
up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat
komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam,
2012).
21
2.4.3 Penyebab Hipertensi
1. Hipertensi Primer
Hipertensi Primer didefiniskan sebagai hipertensi yang tidak
disebabkan oleh adanya gangguan lain, seperti faktor keturunan, pola
hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekekrjaan. Sebagian
besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor strees.
Gaya hidup pun akhirnya mendukung timbulnya hipertensi kategori
ini antara lain komsumsi berlebihan terhadap makanan lemak dan garam
yang tinggi, aktifitas yang rendah, kebiasaan merokok, serta konsumsi
alkohol dan kafein. Selain itu, hipertensi dapat disebabakan oleh adanya
gangguan pada rekaman masa lalu di dalam jiwa seseorang dan dapat juga
disebabkan oleh faktor gen dan lingkungan di dalam raga (badan)
seseorang.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang di akibatkan oleh
adanya gangguan pada organ tubuh, seperti gangguan ginjal, endokrin,
kekakuan aorta. Umumnya, kondisi strees dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena memicu keluarnya beberapa hormon
yang mengakibtkan penyempitan pembuluh darah. Selain itu, kondisi
strees juga menyebabkan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan
sehingga seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah
kenyang,kondisi strees yang terus menerus dapat pula menyebabkan
hipertensi.
22
2.4.4 Etiologi
Etiologi hipertensi primer atau hipertensi primer yang tidak diketahui
sedangkan Hipertensi sekunder disebut juga hipertensi idiopatik terdapat
sekitar 90% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi jenis ini.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial risiko hipetensi yang tidak dapat diubah adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko
lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini dibandingkan orang kulit putih,
orang kulit hitam di negara barat lenih banyak menderita hipertensinya, dan
lebih besar tingkat morbiditasnya, sehingga diperkirakan ada kalian hipertensi
dengan perbedaan genetik, Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan
pada gen angiotensinogen tetapi mekanisme mungkin bersifat poligemik.
(Gray. Dkk, 2015)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
kelurga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80 kasus hipertensi esensial dengan riwayat hiperetensi dalam
keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2010).
23
Menurut Rohaendi (2011), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwaskan dalam keluarganya. Jika salah seseorang dari orang tua
ada yang mengidap tekanann darah tinggi, maka akan mempunyai peluang
sebesar 25% untuk mewariskan selama hidup anda. Jika kedua orang tua
mempeunyai tekanan darah tinggi maka peluang untuk terkena penyakit ini
akan meningkat menjadi 60%.
2. Usia
Kebanyakan orang di atas 60 tahun sering mangalami hipertensi, bagi
mereka yang mengalami hipertensi, risiko mengalami hipertensi bagi mereka
yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan kardiovaskular yang lain akan
meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2009).
Umur merupakan faktor risiko penyakit hipetensi yang tidak dapat
dicegah karena menurut penelitian semakin meningkatkan umur seesorang
maka semakin besar risiko terkena hipertensi. Menurut Dede Kusmana dari
Departemen Kardiologi Universitas Indonesia (2010), Bahwa umur penderita
umur hipertensi antara 20-25% dan umur diatas 50 tahun sekitar 60%
Menurut Penelitian yang dilakukan Suyati (2005), di Rumah Sakit
Islam Jkarta, bahwa penderita hipertensi umunya berusia antara 36-50 tahun
yaitu 56,7%. Sementara penelitian Rasmiah dkk (2015), di Desa Pekan
Labuhan dan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan mencatat bahwa
penderitas hipertensi terbanyak pada umur 45-60 tahun sebesar 30,8%
Insiden Hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. (Tambayong, 2000)
24
3. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada
perempuan. Hal itu kemungkinan karena laki-laki memiliki faktor pendorong
terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol.
Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah
menopause yaitu sekitar 45 tahun. (Dalimartha, 2009)
Hipertensi lebih jarang banyak terjadi pada usia semasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita
hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon
estregon setelah menopause (Marlina,2010).
Peran hormon estregon adalah meningkatakan kadar HDL yang
merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadi proses aterosklerosis.
Efek perlindungan hormon estregon dianggap sebagai adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause, wanita secara alami.
Umumnya, Proses ini mulai terjadi pada umur 45-55 tahun (Kumar, 2011).
2.4.5 Risiko yang Dapat diubah
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya hipertensi yang dapat
diubah, antara lain :
1. Etnis
Hipertensi sangat umum terjadi diantara keturunan Afro-Karibia.
Masyarakat keturunan Afro-Karibia lebih sensitif terhadap kandungan
garam yang dikonsumsi daripada masyarakat yang berasal dari ras yang
berbeda. Masyarakat keturunan Afro-Karibia yang menderita hipertensi
25
terbukti memiliki tingkat hormon renin dan angiotensin II yang lebih rendah
dalam darah mereka. (Beavers, 2008)
2. Obesitas
Obesitas atau 25 % diatas berat badan ideal dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi. (Ardiansyah, 2012)
3. Pola Asupan Garam dan Diet
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium
di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak pada timbulnya hipertensi. (Ardiansyah, 2012)
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi
kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa
Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak
meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat Barat.
Lokasi tempat orang tinggal juga berpengaruh terhadap munculnya
hipertensi. Daerah pesisir pantai yang mengkonsumsi makanan dengan
kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mendiami
wilayah pegunungan ternyata memiliki kecenderungan terkena hipertensi.
Sekalipun hal ini berlaku sebaliknya. Dalam hal ini yang diperhatikan
adalah konsumsi kadar garam yang tinggi. (Ridwan, 2009)
26
5. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis,
(Ridwan, 2009)
6. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal. (Ridwan, 2009)
7. Kurang Gerak atau Kurang Olahraga
Kurang melakukan aktifitas fisik dapat meningkatakan risiko
sesesorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini berkaitan dengan masalah
kegemukan. Orang yang tidak aktif, cenderung memiliki frekuensi denyut
jantung yang berlebih tinggi, sehingga otot jantung harus bekerja lebih
keras pada saat kontraksi (Martuti,2009).
8. Kegemukan Lemak (jenuh)
Kebiasaan konsumsi lemak jebuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisko terjadinya hipertensi. Kosumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
maknanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak
tidak jenuh secukupnya yang berasal dari tanaman dpat menurunkan
tekanann darah. Kelebihan lemak pada orang dewasa merupakan masalah
27
penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga
dapat mempengaruhi produktivitas kerja.
9. Konsumsi Alkohol berlebihan
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan
Mekanisme peningkatan tekannan darah akibat alkohol masih belum jelas,
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanann
darah. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung antara tekanann
darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanann
darah baru terlihat apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
standar setiap harinya (Depkes,2013).
10. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar
yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau
fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, imflamasi, perubahan struktur dan
fungsi ginjal.
11. Gangguan Endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosterinisme primer,
kelebihan biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.
28
Pheochromocytomas pada medula adrenal yang paling umum dan
meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom
Chusing, kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal.
Sindroma Chusing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal
atau adenoma adrenokordkal.
12. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
13. Neurogenik: tumor otak, enchephalitis, dan gangguan psikiatrik.
14. Kehamilan
15. Luka Bakar
16. Peningkatan Volume Intravaskuler
17. Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung dan menyebabkan vasokonstriksi, yang mana
pada akhirnya menimbulkan tekanan darah. (Udjianti, 2010)
2.4.6 Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi dimulai dari beberapa faktor yang saling
berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan
darah pada pasien hipertensi dan peran mereka berbeda pada setiap individu.
Faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
29
obesitas dan resistensi insulin, sistem renin angiotensin, dan sistem saraf
simpatis. Beberapa tahun ini faktor lainnya telah dievaluasi, yaitu genetik,
dan disfungsi endotel atau adanya perubahan endotelin dan nitrat oksida.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor atau pada medulla di otak. Pusat vasomotor ini
bermula dari jarak saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang saraf paska
ganglion ke pembuluh darah untuk melepaskan noreprineprin yang dapat
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbaga faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap noreprineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas hal tersebut
bisa terjadi.
Sistem saraf simpatis mestimulus pembuluh darah sebagai respon
stimulus emosi dan kelenjar adrenal juga terstimulasi yang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi eprineprin
yang menyebabkan vasokonstriksi pada saat yang bersamaan. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
Vasokonstriktor pembuluh darah (Brunner dan Suddhart 2012).
30
2.4.7 Manifestasi Klinis
Menurut Harapan Kita (2003) mengemukakan bahwa manifestasi
klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual,
gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami
perubahan mental.
Hipertensi esensial kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala,
epitaksis (Depkes,2012).
2.4.8 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut Harapan Kita dan Budhi Setianto adalah diantaranya : penyakit
pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata
seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil (Depkes, 2009).
2.4.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan
EKG.
31
2.4.10 Penatalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi dengan non farmakologis
dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan menurunkan berat
badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak,
mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan
darah secara teratur. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara
memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT,
Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti
phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti
hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine.
2.5 Konsep Lansia
2.5.1 Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh, Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang menjadi bayi, anak-anak, dewasa
dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang akan
pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.
(Azizah,2011).
32
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam
memenuhi kebutuhan dalam hidup. Menua dengan umur 45-60 tahun
dengan ditandai kulit yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan yang menjadi semakin buru, sensitivitas emosi.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah (Priyoto,2015) sedangkan di Negara maju seperti Amerika Serikat,
Perancis, Jepang, dan Belanda lansia di golongkan usia 50 tahun ke atas
(Priyoto, 2015)
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infreksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita
(Darmodjo,2011)
2.5.2 Klasifikasi Lansia
1. Departemen Kesehatan RI (2013) membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium
2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), (2013), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut ini:
1) Usia pertengahan (middle age)ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
33
2) Usia lanjut (elderly) antara 6—74 taun
3) Usia tua (oldo antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.5.3 Karakteristik Lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2011), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang dari sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spritiual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif
3. Lingkungan tempat tinggal maladatif
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
b. Penyakit bersifat degeratif, serta menimbulkan kecacatan
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic
2.5.4 Teori Proses Menua
Darmojo (2011) mengungkapkan ada beberapa teori proses yaitu :
1. Teori ― Genetic clock‖
Menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Tiap spesies mempunyai nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah
34
diputar menurut suatu replika tertentu. Jam ini Akan menghitung mitosis
dan menghentikan replika sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila
jam kita itu berhenti akan meninggal dunia,meskipun tanpa disetai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir.
2. Mutasi somatic
Hal penting lainnya yang perlu di perhaatikan dalam menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadi proses menua adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui
bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya
menghindari terkenanya radiasi autau tercemar zat kimia yang bersifat
karsinogenik atau toksi, dapat mempernjang umur. Menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA, protein, asam lemak tak jenuh.
RB dapat di netralkan dengan senyawa non enzimatik, seperti vitamin C
(asam askorbat, provitamin A (Beta Karoten) Vitamin E (tacopheral).
Walaupun telah ada sistem penangka, namun sebagai RB terbentuk
sehingga proses pengrusakan terus terjadi. Kerusakan organel sel makin
lama makin banyak dan akhirnya sel mati.
2.5.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penuan
Faktor faktor yang mempengaruhi penunaan dan penyakit yang
sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturutan getik,
nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan
strees (Santoso, 2009)
2.5.6 Perubahan Fisiologis
Menurut Darmojo (2011) mengungkapakan terdapat perubahan
fisiologis akibat proses menua yaitu :
35
1. Terdapat berbagai perubahan morfologik baik pada mata, telingan,
hidung, syaraf perasa di lidah dan kulit. Perubahan dan bersifat
degeratif ini yang bersifat anatomik fungsional, memberi menifestasi
pada morfologi berbagai organ panca-indra tersebut baik pada fungsi
melihat, mendengar, kesimbangan ataupun perasa dan perabaan.
2. Sistem kardiovaskular
Walupun tanpa adanya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah
menunjukan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi
sekuncup. Terajdi pula penurunan signifikasi dari cadangan jantung dan
kemapuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada
keadaan latihan/ ‖exercise’’.
3. Sistem respirasi
Sistem respirasi sudah mencapai kematangan pertumbuhan pada usia
20-25 tahun, setelah itu mulai menurun fungsinya. Elastisitas paru
menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada
menurun. Semua ini berakibat menurunya rasio ventilasi-perfusi
dibagaian paru yang tak bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri
untuk oksigen.
4. Sistem endrokinologik
Pada sekitar 50% lansia menunjukan intoleransi glukosa, dengan kadar
gula puasa yang normal. Di samping faktor diet, obesetas dan
kurangnya olahraga serta penuaan menyebabkan terjadi penurunan
toleransi glukosa Hipotiroid merupakan penyakit yang terutama terjadi
antara usia 50-70 tahun. Gejala dan tandanya sering tidak mencolok
36
sehingga sering tidak terdiagnosis sering terdapat pada usia lanjut baik
jenis primer atau sekunder.Terutama terjadi pada wanita pasca
monopause oleh karena penurunan mendadak hormon esteregon. Pada
usia lebih tua, kejadian pada pria juga meningkatakan karena faktor
inaktivitas, asupan kalsium yang kurang, pembuatan vitamin D melalui
kulit yang menurun dan juga faktor hormonal
5. Sistem persendian
Pola sinovial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan
sendi, fibriasi dan pembentukan dan lakukan di permukaan tulang
rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan
pembentukan kista dirongga subkondral dan sumsum tulang. Semua
perubahan ini serupa dengan yang terdapat pada osteo-artrosis,
6. Sistem urgenital dan teknanan darah
Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain terjadi
penebalan kapsula Bouwman dan gangguan permeabilitas terhadap
solut yang akan difiltrasi. Apabila terjadi strees fisik (latihan berat,
infeksi, gagal, jantung dll) ginjal tidak dapat mengatasi peningkatan
kebutuhan tersebut dan mudah terjadi gagal ginjal. Secara umum
pembuluh darah sedang sampai besar pada usia lanjut sudah mengalami
berbagai perubahan. Terjadi penebalan intima (akibat proses
attreosklerosis) atau tunika media (akibat proses menua) yang pada
akhirnya menyebakan kelenturan pembuluh darah tepi meningkatkan.
Hal ini akan mengakibatakan peningkatan peningkatan tekanan darah.
37
7. Sistem syaraf pusat dan otonom
Berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10% pada penunaan antara
umur 30 sampai 70 tahun. Di samping itu meningen menebal, giri dan
sulsi otak berkurang kedalamananya. Pada semua sitoplasma sel juga
terjadi deposit lipofusin yang sering disebut sebagai pigmen ―wear and
tear‖. Yang bersifat patalogis adalah adanya degenerasi pigmen
subtansianigra, kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan hirano.
Keadaan ini bersesuai dengan terjadinya patologi sindroma parkinson
dan demensia tipe alzeimer.
38
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep
Keterangan
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Mempengaruhi
Pendidikan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dari individu (klien, keluarga), kepatuhan
Lansia
Pendidikan
Kesehatan
Hipertensi
Kepatuhan
Minum Obat
Manfaat Kepatuhan:
1. Keberhasilan Pengobatan
2. Menurunkan Biaya Perawatan
3. Tingkat Kesembuhan Meningkat
Dampak Ketidakepatuhan:
1. Memperlama Masa Sakit
2. Meningkatkan Keparahan Penyakit
3. Mengakibatkan Kekambuhan
Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan:
1. Tingkat Pendidikan
2. Pemahaman Tentang Pengetahuan
3. Keyakinan, Sikap, dan
Kepribadian
4. Tingkat Ekonomi
5. Dukungan Keluarga
39
minum obat hipertensi pada lansia dipengaruhu beberapa faktor antara lain
tingkat pendidkan, pemahaman tentang pengetahuan kesakitan dan
pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, tingkat ekonomi, dukungan
keluarga. Keluarga lansia juga mempunyai peran dalam menjaga dan
merawat kondisi anggota keluarga yang lanjut usia. Dampak dari kepatuhan
dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kesembuhan serta
menurunkan biaya perawatan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pendidikan kesehatan pada lansia tentang hipertensi
terhadap kepatuhan minum obat hipertensi di Posyandu lansia Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian
digunakan dalam dua hal pertama rancangan penelitian merupakan suatu
strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data dan kedua rancangan penelitian
digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan
(Nursalam, 2016).
Desain dalam penelitian ini menggunakan quasi experiment design
(control time series design) adalah rancangan rangkaian waktu, hanya saja
menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Rancangan ini lebih
memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal sehingga
keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal
yang tinggi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini akan menganalisis pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap meningkatkan kepatuhan minum obat
hipertensi pada lansi, posyandu lansia di Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten.Madiun
41
Pretest Perlakuan Postest
O1 X 02
01’ 02’
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
Kel : Eksperimen : lansia yang diberikan pendidikan kesehatan
Kel : Kontrol : lansia yang tidak diberikan pendidikan kesehatan
X : Tindakan pendidikan kesehatan
Keterangan:
O1 : Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan terhadap kepatuhan minum
obat hipertensi pada lansia
O2 : Setelah Pendidikan Kesehatan terhadap kepatuhan minumm obat
hipertensi pada lansia
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sangadji
& Sopiah, 2010). Populasi penelitian ini adalah lansia di Posyandu Lebak
Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun dan dilakukan hasilnya 46
lansia penderita hipertensi berusia 50-80 tahun,waktu kondisi lansia datang
ke posyandu lansia penderita hipertensi mendapatkan terapi obat hipertensi
42
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016).
Sampel dalam penelitian ini ada 46 lansia mengalami hipertensi terhadap
kepatuhan minum obat hipertensi di posyandu lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Menurut Roscoe (Sugiyono, 2010)
untuk pengambilan jumlah sampel dalam penelitian eksperimen sederhana
yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka
jumlah anggota sampel masing-masing antara 10-20. Penentuan besar
sampel menurut rumus Federer (1963) yang dikutip oleh Suyanto (2010),
yaitu dapat ditentukan berdasarkan total kelompok (t) yang digunakan
dalam penelitian sehingga jika t = 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok
yang di berikan pendidikan kesehatan dan tidak di berikan pendidikan
kesehatan terhadap meningkatkan kepatuhan minum obat hipertensi
(t - 1) (n - 1) ≥ 15
(2 - 1) (n - 1) ≥ 15
1 (n - 1) ≥ 15
(n - 1) ≥ 15 : 1
n – 1 = 15
n = 15 + 1
n = 16
Maka besar sampel untuk masing-masing kelompok pada penelitian
ini adalah 16 responden. Untuk menghindari adanya Drop Out dalam proses
43
penelitian, maka perlu penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap
terpenuhi dengan rumus berikut :
n’ = n
(1 - f )
= 16
(1 – 0,1)
= 16
0,9
= 17,7
= 18
Keterangan :
n’ = ukuran sampel setelah revisi
n = ukuran sampel asli
1-f = perkiraan proporsi Drop Out, yang di perkirakan 10% (f = 0,1).
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 18 untuk kelompok eksperimen dan
18 untuk kelompok kontrol sehingga total sampel adalah 36 responden.
4.3 Tehnik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sugiyono, 2012). Cara
pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan simple random sampling adalah
teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak, tanpa
44
memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila
anggota populasi dianggap homogen. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
lansia penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat hipertensi di
posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut :
1. Mendata populasi dan membuat nomor 1-46.
2. Memasukkan kertas gulungan yang sudah diberi nomor ke dalam
sebuah kotak.
3. Jika ada calon responden yang menolak, maka dilakukan pengundian
ulang untuk menambah jumlah responden yang sudah ditentukan.
4. Mengundi gulungan kertas sampai memperoleh 36 nomor sebagai
sampel penelitian, sedangkan sisanya yang tidak terpilih tidak dijadikan
sampel setelah itu dijadikan dua kelompok jadi setiap kelompok ada 18
responden masing-masing kelompok, antara lain kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sedangkan kelompok eksperiemn diberikan
pendidikan kesehatan sedangakan kelompok kontrol tidak diberikan
pendidikan kesehatan
45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Sampel dan Teknik Sampling
Sebagian Lansia Penderita hipertensi di Posyandu lansia di Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun Yang Berjumlah 36 Lansia
Eksperimen dengan desain pretest-
posttest with control group
Kelompok Eksperimen
Pretest
Intervensi
Posttest
Pengolahan Data
Editing, Coding, Skoring, Entry, Cleaning, Tabulating
Analisis Data
Mann Whitney U Test
Hasil, Pembahasan dan Kesimpulan
Kelompok Kontrol
Pretest
Tanpa Intervensi
Posttest
Populasi
Seluruh lansia hipertensi sebanyak 46 lansia di posyandu lansia Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Penelitian
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai
untuk memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena-fenomena.
Variabel memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena yang
digeneralisasi dalam kontrak (Sangadji & Sopiah, 2010). Dalam penelitian
ini terdapat 2 variabel yaitu:
1. Variabel Independent (Bebas)
Variabel independent adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi veriabel lain (Sangadji & Sopiah, 2010). Variabel
Independent dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan
2. Varibel Dependent (Terikat)
Variabel dependent adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Sangadji & Sopiah, 2010).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Kepatuhan minum
obat hipertensi pada lansia.
4.5.2 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel dan atau kontrak dengan cara memberikan arti atau
melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel. Definisi
operasional yang diukur memberikan gambaran cara varibel atau kontrak
diukur (Sangadji & Sopiah, 2010).
47
Variabel Definisi
Operasional Parameter
Alat
Ukur Skala
Skor
Kriteria
Indepent
Pendidikan
Kesehatan
Peneliti
memberikan
penyuluhan
kesehatan
tentang
kepatuhan
minum obat
hipertensi pada
lansia
Memberikan
pendidikan kesehatan
pada lansia hipertensi:
- Pengertian
- Penyebab
- Faktor resiko
- Cara penularan
- Tanda gejala
- Penatalaksanaan
- Cara pencegahan
Leaflet Nominal Tidak
diberikan=0
Diberikan =1
Dependent
Kepatuhan
Minum
Obat
Hipertensi
Kepatuhan minum
obat adalah
seberapa baik
responden lansia
minum obat
hipertensi
Sebelum dilakukan
pendidikan
kesehatan lansia
penderita hipertensi
jarang meminum
obat alasanya karena
tidak kambuh
makanya obatnya
tidak minum
obatnya atau jarang
minum obat
hipertensi
Setelah dilakuakn
pendidikan
kesehatan lansia
diharapkan patuh
untuk minum obat
hipertensi secara
teratur dan minum
sesuai waktu
ditentukan dokter
atau tenaga
kesehatan.
1. Kepatuhan minum obat
pada lansia penderita
hipertensi sesuai dengan
tatalaksana
Untuk mengetahui tingkat
kepatuhan lansia minum
obat hipertensi
Sebelum
Sebelum patuh dalam
minum obat hipertensi
Dan belum tepat dalam
minum obat
Sesudah
Tepat minum obat
-jenis obat hipertensi
seperti :
-HCT/Hid
-Higroton
-Lasix
-Beta Bloker
-Proponolol
-Alfa Boker
-Phentolamin
-Prozazine
-Captapril
-Simphatolitic
-Hidralazine
-Diazoxine
-Nefedipine
-dosis ada yang :
-10 MG
-25 MG
-30 MG
-50 MG
-100 MG
12,5 MG
-150 MG
waktu/durasi ada :
2 X 1 /hari
1 X 1 /hari
Lembar
Observasi
Nominal
Tidak patuh =
0
Patuh=1
Program
terapi seperti :
1.Sesuai jenis
obat skor 1
dan tidak
sesuai 0.
2. Dosis
sesuai 1 dan
tidak sesuai 0.
3. Waktu
sesuai 1 dan
tidak sesuai 0.
Dikategorikan
:
3 = Patuh
< 3 = Tidak
Patuh
.
48
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu fenomena. Data yang
diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisa dan di jadikan sebagai
bukti (aviedence) dari suatu penelitian. sehingga instrumen atau alat ukur
merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian (Dharma, 2011).
Dalam penelitian ini alat pengumpulan data adalah peneliti menyebar Lealfet
Pendidikan Kesehatan yaitu memberikan informasi tentang hipertensi dan
pengelolaan hipertensi berpengaruh pada kebiasaan, sikap, dan pengetahuan.
edangkan Dalam penelitian Kepatuhan Minum obat penilitian menggunakan
lembar Observasi yang berstruktur diberikan kepada responden lansia di
posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
Memakai Lembar Observasi dalam kepatuhan minum obat hiperetnsi dan
Sesuai dengan SOP.
SOP atau Alat pengukuran kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia
sebagai berikut:
1. Catatan lansia minum obat hipertensi yang berisi tanggal dan hari
minum obat,dosis obat,aturan minum obat
2. Beri tanda centang pada kolom yang ada
3. Total skor sebelum edukasi
4. Total skor setelah edukasi
49
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Lansia di Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
4.7.2 Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data peneliti dilakukan pada Januari- Agustus 2017.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan
data tergantung dari desain penelitian dan teknik instrumen yang digunakan
(Nursalam, 2013). Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun untuk ditujukan Bidan Desa setelah ke Kepala
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
2. Peneliti bekerja sama dengan Bidan Desa Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun untuk meminta data dalam menentukan
calon responden penelitian.
3. Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informt
consent.
4. Peneliti memberikan pengarahan atau penyuluhan secara langsung
tentang kegiatan yang dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan
pada lansia Peneliti dilakukan pengambilan data awal yaitu data
50
Pendidikan kesehatan pre-test sebelum dilakukan Pendidikan
Kesehatan waktu yang dibutuhkan sekitar kurang dari 15-20 menit dan
pengambilan data akhir yaitu data kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia post-test dengan cara mencatat dan melihat kemasan obat
hipertensi sudah di minum berapa dan yang tersisa berapa obat.
5. Menyiapkan lembar observasi kepatuhan minum obat hipertensi
6. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, di antaranya :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila
ada data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan
pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila
tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah
atau dimasukkan dalam pengolahan “data missing”. Editing adalah tahap
dimana peneliti memeriksa kembali daftar pernyataan yang telah diserahkan
kembali oleh responden dan memeriksa kelengkapan jawaban satu persatu
apakah checklist sudah diisi sesuai petunjuk yang telah ditentukan yang
meliputi:
a. Mengecek kelengkapan identitas pengisian.
b. Setelah lengkap baru menyelesaikan kodenya.
c. Mengecek masing-masing kekurangan isian data
51
2. Coding (Membuat lembaran kode atau kartu kode)
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Coding dalam penelitian ini untuk
variabel dependent menggunakan angka
Data Demografi
Jenis kelamin:
1 = Laki-laki 2 = Perempuan
Pendidikan Terakhir:
1= SD 2 = SLTP 3 = SLTA 4 = Diploma/Sarjana
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian atau skor terhadap item-item
yang perlu diberikan penilaian dari hasil jawaban responden. Tahapan ini
dilakukan setelah ditentukan kode jawaban atau hasil observasi sehingga
setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor
(Arikunto, 2010).
Skor Pendidikan kesehatan
Tidak diberikan = 0
Diberikan =1
Skor Kepatuhan Minum obat
Tidak Patuh = 0
Patuh =1
52
Program terapi seperti :
1.Sesuai jenis obat skor 1 dan tidak sesuai 0.
2. Dosis sesuai 1 dan tidak sesuai 0.
3. Waktu sesuai 1 dan tidak sesuai 0.
Dikategorikan :
> 3 = Patuh
≤ 3 = Tidak Patuh
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
5. Tabulating
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.9 Analisa Data
Data yang telah diolah baik pengolalahan secara manual maupun
menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.
Menganilis data tidak sekadar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data
yang telah diolah. Tujuan dilakukan analisa data adalah memeperoleh
gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
53
dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang
merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012). Analisis data yang akan dilakukan :
4.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel
yang diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat distribusi data pada
semua variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah variabel
independen yaitu pendidikan kesehatan dan variabel dependen yaitu
kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia. Analisis disajikan dalam
bentuk mean, standar deviasi, minimum, maksimum terhadap lansia
terutama pada data sebelum dan sesudah dilakukan intervensi kepatuhan
minum obat Sedangkan untuk data katagorik disajikan dalam bentuk
frekuensi dan persentase.
4.9.2 Analisis Bivariat (Hipotesis)
1. Analisa Bivariat
Analisa data bivariat merupakan uji terhadap dua variabel yang diduga
barhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012), untuk mengetahui korelasi
pengaruh pendidikan kesehatan perilaku terhadap kepatuhan minum obat
hipertensi pada lansia dengan uji Willcoxon Rank Test yang termasuk non-
parametric test, sebagai uji alternatif dari paired t-test (karena data tidak
berdistribusi normal), uji ini digunakan untuk menguji perbedaan rank skor pada
dua kelompok sampel yang berpasangan yaitu pretest dan posttest (Swarjana,
2016). Untuk mengetahui besarnya perbedaan antara kelompok kontrol dan
54
kelompok eksperimen dengan uji Mann Whitney U Test yang termasuk non-
parametric test, sebagai uji alternatif dari independent t-test (karena data tidak
berdistribusi normal), uji ini digunakan untuk menguji perbedaan dua ranking
skor dari dua independent variable datanya berupa ranking (ordinal) (Berg and
Latin, 2008 dalam Swarjana, 2016). Adapun uji statistiknya menggunakan
softwere SPSS 16.
Hasil ini akan diuji signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2012).
Dengan demikian hasil analisa yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1) Menolak Ho (Menerima Ha) bila diperoleh nilai p < α 0,05
2) Menerima Ho (Menolak Ha) bila diperoleh nilai p > α 0,05
4.10 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian permohonan dari Direktur untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner dikirim ke subjek
(responden) yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang
meliputi :
1. Inform Conset (Lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum peneliti melaksanakan
kepada seluruh subyek yang akan diteliti. Tujuannya bersedia untuk
diteliti, maka peneliti tetap menghormati hak-hak klien.
2. Anominity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama yang diisi oleh subyek, lembaran tersebut hanya
diisi nomer kode tertentu.
55
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek terjamin
kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok tertentu yang akan disajikan
pada hasil penelitian.
56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap lansia hipertensi dalam kepatuhan
minum obat hipertensi di Posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun. Hasil penelitian diuraikan secara deskriptif sesuai dengan
tujuan umum dan tujuan khusus pada penelitian. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 24 Juli 2017 – 28 Juli 2017 dengan responden penelitian sebanyak 18
responden untuk kelompok eksperimen dan 18 responden untuk kelompok kontrol
kedua kelompok di kumpulkan di posyandu lansia Lebak Ayu Kecamatan
Sawahan Kabupaten Madiun. Hari pertama peneliti melakukan pretest pada kedua
kelompok, kemudian memberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang
kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia pada kelompok eksperimen, selama
5 hari tapi hanya 3 kali pertemuan, pada pertemuan pertama dilakukan Prettest
tentang pendidikan kesehatan dan menanyakan ke responden patuh atau tidaknya
dalam minum obat hipertensi dan mengecek tekanan darah dan dikasih obat
hipertensi selanjutnya hari ketiga atau pertemuan yang kedua diberikan
Penyuluhan untuk kelompok eksperimen dan mengecek tekanan darah dan
selanjutnya hari kelima atau pertemuan ketiga sesudah dilakukan Posttest
pendidikan kesehatan dilakukan pengecekan tekanan darah dan mengobservasi
sisa obat yang sudah diminum sisanya tinggal berapa. Data dikumpulkan peneliti
untuk melihat perbedaan perilaku dari kedua kelompok.
57
Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu data umum dan data
khusus. Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan sebaran populasi, berdasarkan umur, berdasarkan asal daerah,
berdasarkan sumber informasi Hipertensi dan karakteristik responden berdasarkan
pengetahuan lansia tentang Hipertensi. Sedangkan data khususnya menyajikan
hasil kepatuhan minum obat sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan pada kedua kelompok dan hasil uji statistik.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu lansia di Desa Lebak Ayu
Kecamtan Sawahan Kabupaten,Madiun Posyandu lansia adalah tempat untuk
mengontrol tekanan darah Struktur tempat dan Struktur organisasi Posyandu
sebagai berikut, dan biasanya Posyandu Lansia dilakukan setiap bulan sekali
yang terletak di Desa Lebak Ayu RT 01/RW 02, Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun. Posyandu lansia berlokasi di rumah Bapak Kasun
situasinya saat nyaman dan damai dekat dengan rumah rumah warga atau
tetangga posandu lansia di desa Lebak Ayu ini sudah berdiri sejak tahun 2008
dan sekarang dipimpin dan dibina oleh Bidan Desa Lebak Ayu Ibu dan
sebagai penanggung jawab Posyandu Lansia kader Posyandu Lansia menjabat
sebagai perangkat Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun ,
Kehidupan di Desa Lebak Ayu sesuai dengan panca jiwa yaitu keikhlasan,
kesederhanaan, Pada tahun 2017 ini jumlah lansia ada 46 lansia Hipertensi
dan berdasarkan rumus untuk di jadikan responden ada 36 lansia penderita
hipertensi di Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun yang
58
sering mengikuti posyandu lansia perempuan ada 33 lansia Hipertensi
sedangkan yang laki-laki Hipertensi hanya ada 3 lansia yang aktif
mengikuti kegiatan posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun Kondisi lansia yang hipertensi hadir sendiri tanpa di
antakan oleh pihak keluarga dan atas kesadaran kesehatan, dengan cara ada
keluhan segera periksa di polindes atau tempat kesehatan yang lebih dekat
dari rumah dengan cara sering mengikuti kegiatan posyandu lansia dan aktif
datang ke posyandu ketika posyandu lansia diadakan sebulan seklai
Fasilitas posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah di sepakati, yang
disepakati oleh bidan Desa serta masyarakat Desa Lebak Ayu, fasilitas di
posyandu lansia yang berada di rumah Bapak Kasun Desa Lebak Ayu
pelayanan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tentang lansia
hipertensi dalam kepatuhan minum obat atau sarana penyediaan obat
hipertensi dan obat –obattan lainnya, Pelaksanaan kegiatan posyandu lansia di
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun biasanya yaitu,
Meja 1 Pendaftaran, Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia
tersebut. Lansia yang sudah mendaftar di buku register langsung menuju meja
selanjutnya. Meja 2 kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan
dan tekanan darah
Meja 3 Pencatat (Pengisian Kartu Menuju Kartu Sehat) .Meja 4
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
59
makananan tambahan. Meja 5 Pelayanann medis petugas dari
Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan, pemeriksaan dan pengobatan ringan
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan sebaran populasi, karakteristik responden berdasarkan umur,
karakteristik responden berdasarkan karakteristik responden berdasarkan
sumber informasi Hipertensi dan karakteristik responden berdasarkan
pengetahuan lansia tentang kepatuhan minum obat hipertensi.
1. Karakteristik responden berdasarkan persebaran populasi.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan persebaran populasi di posyandu
lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
Umur Mean Median Modus Min-max SD CI 95%
62 60 56 56-80 6,687 59,29-63,82
Sumber : Data Primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata usia lansia yang
menjadi populasi penelitian sejumlah 62 tahun. Median pada usia 60 tahun, usia
yang banyak muncul 56 Min-Max 56-60, Sedangkan SD 6,687 dan CI 95% 59,29-
63,82.
2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin di posyandu lansia
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 3 8,3
Perempuan 33 91,7
Total 36 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar Jenis kelamin
responden adalah usia laki-laki 3 (8,3%), perempuan 33 lansia (91,7%)
60
3. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di Posyandu lansia
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak sekolah 11 30,6
SD 15 41,7
SLTP 6 16,7
SLTA 3 8,3
S1 1 2,8
Total 36 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar Pendidikan ada
lansia yang Tidak sekolah 11(30,6%), SD 6(41,7%), SLTP 6(16,7%), S1 1
(2,8%).
4. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan responden
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di Posyandu lansia
Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Bekerja 12 33,3
Petani 13 36,1
PNS 4 11,1
Buruh Tani 4 11,1
Swasta 3 8,3
Total 36 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui sebagian besar responden Pekerjaan
lansia Tidak bekerja 12(33,3%), Petani 13(36,1%), PNS 4(11,1%), Buruh Tani
4(11,1%), Swasta 3(8,3%).
5.2.2 Data Khusus
Data khusus menyajikan data hasil pretest dan posttest kepatuhan minum
obat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan hasil uji statistik
Man Whitney U test.
61
5.2.2.1. Mengindetifikasi kepatuhan minum obat Hipertensi sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan
Tabel 5.5 Hasil Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tentang
kepatuhan minum obat hipertensi
Kepatuhan
Eksperimen Pretest Kontrol Pretest
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Patuh 10 55,56 8 44,44
Tidak Patuh 8 44,44 10 55,56
Total 18 100 18 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa pretest kelompok
eksperimen kepatuhan minum obat sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan sebagian besar lansia tidak patuh sebanyak 8 (44,44%),
sedangkan lansia patuh sebanyak 10 (55,56%), Sedangkan hasil pretest
kelompok kontrol tidak patuh sebanyak 10 (55,56%) sedangkan yang patuh
sebanyak 8 (44,44%).
5.2.2.2 Mengindetifikasi kepatuhan minum obat Hipertensi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
Tabel 5.6 Hasil Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kepatuhan
minum obat Hipertensi di Posyandu lansia Desa Lebak Ayu
Kepatuhan
Eksperimen Posttest Kontrol Posttest
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Patuh 14 77,78 11 61,12
Tidak Patuh 4 22,22 7 38,88
Total 18 100 18 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa posttest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol kepatuhan minum obat sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan sebagian besar responden yang patuh yaitu sebanyak 14 (77,78%)
sedangkan responden lansia yanp tidak Patuh sebanyak 4 (22,22%), Sedangkan
62
Posttest kelompok kontrol yang patuh minum obat sebanyak 11 (61,12%) ,
sedangkan responden lansia yang tidak patuh sebanyak 7 (38,88%).
5.2.2.3 Menganalisis kepatuhan minum obat hipertensi dari pendidikan kesehatan
dan keaktifan posyandu lansia selama 2 bulan terakhir
1. Hasil uji kepatuhan pretest kelompok eksperimen dan kelompok kotrol
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui hasil uji statistik pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan Man Whiteney
Test diperoleh nilai P-Value= 0.529 > = 0,05 H0 diterima H1 ditolak
maka tidak ada perbedaan antara kepatuhan minum obat Hipertensi
meskipun kelompok kontrol tidak diberikan pendidikan kesehatan oleh
penelitian, pada lansia kelompok eksperimen dan kelompok kontrol , kedua
kelompok ini sama-sama sering mendapatkan informasi pendidikan
kesehatan dari tenaga kesehatan dan sering mendapatkan penyuluhan atau
sosiliasi dari tenaga kesehatan di Posyandu lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
2. Hasil uji kepatuhan minum obat posttest kelompok Eksperimen dan kelompok
kontrol
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui hasil uji statistik posttest kelompok
Eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan Man Whiteney Test diperoleh
nilai P = 0.003 karena nilai P < 0,05 H1 diterima dan H0 ditolak maka ada
perbedaan antara kepatuhan minum obat Hipertensi pada lansia antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah pendidikan kesehatan di Desa Lebak
Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun .
63
5.3 Pembahasan
Berikut pembahasan hasil dari perhitungan masing-masing variabel dan ada
tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat
hipertensi pada Lansia
5.3.1 Kepatuhan minum obat hipertensi sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan pada lansia di Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 36 responden yang terbagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di Posyandum Lansia Desa Lebak
Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan terhadap Kepatuhan minum obat, sebagai besar 36 responden menjadi
dua kelompok yaitu kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol masing-masing
dua kelompok ada 18 responden (23,47%),
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan Pretest kelompok eksperimen dan
yang patuh ada 10 (55,56%) dan yang tidak patuh ada 8 (44,44%).
Hasil pretest yang dilakukan pada responden adalah hipertensi atau
Tekanan darah tinggi kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau
sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan
90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi (Wikipedia (2010) dalam maria (2016).
64
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Hani, 2010). Hipertensi penyakit kelainan
jantung atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan
pembuluh darah.
Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan
nasihat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkan penggunaan serta
mencakup penggunaanya pada waktu yang benar (Siregar, 2012).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju instruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk dalam bentuk terapi apaun yang
ditentukan,baik diet,latihan, pengobatan atau menepati janji petemuan dengan
dokter (Stanley, 2011).
Kelompok kontrol pretest yang patuh 10 (55,56%) dan yang tidak patuh
8(44,44%),dan kelompok kontrol posttest yang patuh ada 11 (61,12%),dan
kelompok kontrol posttest yang tidak patuh 7(38,88%).
Ketidakpatuhan menurut Rantucci (2007) terjadi karena Ketidak serius
pasien terhadap penyakitnya, Ketidakpuasan terhadap hasil terapi,kurangnya
dukungan dari keluarga terkait pelaksanaan terapi.
Faktor Komunikasi, Tingkat pengawasan tim kesehatan rendah, Kurang
penjelasan yang lengkap, tepat dan jelas, Interaksi dengan petugas kesehatan
sedikit atau tidak ada sama sekali.
65
Penelitian ini menggambarkan beberapa item pernyataan kepatuhan minum
obat hipertensi pada lansia. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada item
pernyataan “saya sering mengecek tekanan darah setiap merasakan keluhan
pusing dan saya patuh dalam minum obat hipertensi’’.
Berdasarkan Hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan atau
pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dikategorikan patuh
kedua kelompok ini sering aktif kegiatan posyandu yang diadakan sebulan sekali
dan sering mendapatkan informasi baik dari sosialiasali maupun penyuluhan dari
tenaga kesehatan tentang kepatuhan minum obat hipertensi di posyandu lansia
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
5.3.2 Kepatuhan minum obat hipertensi sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan di Posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 36 responden yang terbagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di Posyandu lansia Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
pada kelompok eksperimen sebagian besar dalam kategori patuh yaitu 14
responden (77,78%) dan dalam kategori tidak patuh yaitu 4 responden (22,22%).
Pada kelompok kontrol tidak dilakukan pendidikan kesehatan dan hasil perilaku
posttest pada kelompok kontrol masih hampir sama sebagian besar dalam kategori
patuh yaitu sebesar 11 responden (61,12%) dan dalam kategori tidak patuh yaitu
7 responden (38,88%).
Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diantaranya,tingkat pendidikan, Pemahaman tentang pengetahuan,
66
dukungan sosial,dukungan keluarga ,dan atas Keyakinan Sikap dan Kepribadian
seseorang,dan tingkat ekonomi.
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup bersih dan sehat. Sama halnya
dengan proses pembelajaran pendidikan kesahatan memiliki tujuan yang sama
yaitu terjadinya kepatuhan minum obat yang dipengaruhi banyak faktor
diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan dan
perubahan perilaku yang diharapkan (Setiawati & Dermawan, 2008). Peran
pendidikan kesehatan diharapkan menjadi salah satu intervensi kesehatan yang
dapat mengubah lansia patuh dalam minum obat hipertensi untuk selalu hidup
sehat guna patuh minum obat hipertensi, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan mereka.
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007). Alasan peningkatan skor perilaku pada
lansia dalam kepatuhan minum obat hipertensi sini adalah karena terjadi
peningkatan pengetahuan yang menjadi salah satu faktor predisposisi perilaku,
pengetahuan diperoleh dari pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan metode ceramah dan demonstrasi Keuntungan dari metode ceramah dan
demonstrasi yaitu dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
lebih konkret lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, peserta didik
dirangsang untuk mengamati, menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat
melakukan sendiri (Suliha dkk 2001 dalam Viviyanti 2014). Selain kedua metode
67
tersebut peneliti juga menggunakan metode pembagian leaflet tentang kepatuhan
minum obat hipertensi pada lansia juga manfaat dan cara bergambar mengenai
penting patuh minum obat hipertensi agar tidak terjadi komplikasi berkelanjutan
seperti stroke dan kesadarah menurun dan terjadi perdarahan pada otak. dan bisa
dengan mudah mengingat dan menginformasikan kepada teman yang lain.
Pendidikan kesehatan merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk bekal
pengetahuan para lansia tentang kepatuhan minum obat hipertensi dan cara
pencegahannya, sehingga dapat meningkatkan kesadaran lansia dalam berperilaku
hidup sehat guna menurunkan resiko terkena Hipertensi di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
Berdasarkan Hasil penelitian lansia dalam kepatuhan minum obat hipertensi
bahwa sebagian besar kepatuhan minum obat dalam kategori patuh sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan. Dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dikatakan patuh minum obat lansia
hipertensi ini sering aktif dalam kegiatan posyandu lansia, dan sering kali
mendapatkan informasi kesehatan baik dari sosialisasi maupun penyuluhan dari
tenaga kesehatan tentang kepatuhan minum obat hipertensi.
5.3.3 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat di
Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun
Hasil uji statistik dengan Mann Whitney U Test untuk menguji perilaku
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan diperoleh nilai p = 0,000
karena nilai p < 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan
68
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia di Posyandu
lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. Hal ini di
dukung selisih hasil mean rank posttest antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yaitu sebesar 18,00. Salah satu strategi untuk memperoleh
perubahan kepatuhan menurut WHO yang dikutip Notoatmodjo (2007) adalah
dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga
menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai
dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang
dapat dilakukan adalah dengan pendidikan kesehatan.
Lucie (2005) dalam Afrianto (2014) menjelaskan bahwa pendidikan
kesehatan sebagai proses perubahan itu tidak mudah. Dalam proses perubahan
kepatuhan minum obat sasaran diharapkan berubah bukan semata-mata karena
penambahan pengetahuan saja. Namun, diharapkan juga adanya perubahan pada
keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan penegahan
yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan. Lebih lanjut Notoatmodjo (2007)
menjelaskan suatu yang belum tentu mewujudkan suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan perilaku menjadi tindakan nyata diperlukan faktor
pendukung (support) atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti adanya
fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak.
Berdasarkan Menurut hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Posyandu
lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun pencegahan
ketidakpatuhan minum obat pada lansia kelompok eksperimen setelah dilakukan
pendidikan kesehatan sudah lebih baik dari pada lansia kelompok kontrol yang
69
tidak dilakukan pendidikan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
hasil lansia dan patuh minum obat hipertensi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol di Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun. sebelum pretest maupun setelah posttest kelompok
ekeperimen dan kelompok kontrol dikatakan patuh minum obat sebelumnya,
lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia yang diadakan sebulan
sekali di posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun. Dan bisa di lihat dari jenis kelamin lansia yang hipertensi, usia lansia
50-80 tahun, serta lingkungan yang ditempati atau tempat tinggal lansia
hipertensi dapat mempengaruhi keaktifan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Sebelumnya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sudah
aktif dan sering mendapatkan informasi kesehatan, baik dari sosialisasi maupun
penyuluhan kesehatan dari tenaga kesehatan tentang kepatuhan minum obat
hipertensi.
5.4 Keterbatasan Penelitian
1. Observasi tidak maksimal karena responden tidak membawa obatnya kembali
saat dilakukan postest pada hari kelima atau pertemuan ketiga lansia takut jika
membawa obatnya takuntnya tidak kebagian obat lagi jika obat yang masih
dibawa ke posyandu lansia .
70
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia dapat dirumuskan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan dapat diketahui hasil uji statistik pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan Man Whiteney Test
diperoleh nilai P-Value= 0.529 > = 0,05 H0 diterima H1 ditolak maka
tidak ada perbedaan antara kepatuhan minum obat Hipertensi pada lansia
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di Posyandu lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun.
2. Berdasarkan diketahui hasil uji statistik posttest kelompok Eksperimen dan
kelompok kontrol menggunakan Man Whiteney Test diperoleh nilai P = 0.003
karena nilai P < 0,05 H1 diterima dan H0 ditolak maka ada perbedaan antara
kepatuhan minum obat Hipertensi pada lansia antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol setelah pendidikan kesehatan di Desa Lebak Ayu
Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun
3. Hasil ananalisis stastik, dengan menggunakan Man Whitney U Test di
dapatkan p-value (0,00 < 0,05) maka ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap lansia dalam kepatuhan minum obat hipertensi di Posyandu lansia
Lebak Ayu.
71
6.2 Saran
Sesuai dengan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian, peneliti ingin
mengemukakan saran antara lain :
1. Bagi Posyandu Lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun
Meningkatkan program Poskeslan (posyandu kesehatan lansia) dengan
mengadakan penyuluhan atau sosialisasi tentang meningkatkan kepatuhan
minum obat hipertensi pada lansia di posyandu lansia Desa Lebak Ayu serta
memberikan fasilitas kesehatan yang mencukupi di area posyandu lansia.
2. Bagi Responden
Responden harus mengetahui tentang kepatuhan minum obat dan aktif dalam
kegiatan posyandu lansia Desa Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun Agar lansia hipertensi mampu hidup sehat setiap hari.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan sosialisasi tentang kesehatan secara periodik pada semua lansia
khususnya tentang kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia.
4. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun
Institusi menambah buku pustaka tentang Hipertensi, pendidikan kesehatan,
terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia untuk menambah
sumber pengetahuan dan sosialisasi dalam kepatuhan minum obat hipertensi
dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kepatuahan minum obat hipertensi pada lansia dengan menggunakan metode
yang lain serta mencari faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan lansia
dalam minum obat hipertensi.
72
DAFTAR PUSTAKA
Achar K.A. 2011. Teori dan parktikum : Asuhan keperawatan komunitas
Jakarta:ECG
Azizah, Lilik Ma’rifaul. 2011. ‘’Keperawatan lanjut Yogyakarta : Graha llmu
Brunner dan Suddart. 2010.Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Darmojo, Boedhi. 2011.(‘’Geriatri (Iimu Kesehatan Usia Lanjut’’).Edisi ke empat
Jakarta : Balai Penerbit FKHUI.
Depkes RI 2013.INFODATIN.’’Pusat Data dan lnformasi Kementrian Kesehatan
RI’’Jakarta.
Data Riskesdes tahun 2013, Jakarta
Dewi. S, Digi.F. 2011. Hipertensi penyebab kematian nomor tiga Kementrian
Kesehatan RI Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013.Profil Kesehatan
Indonesia.http://www.Depkes.go.id/.../profil kesehatan_indonesia 2013
Hani .S,E,F 2010. Colgan R Hypertensive Urgenciences and Emergencies prim
care Clin office pract
Kemenkes RI 2013. ‘’Sistem Kesehatan Nasional ‘’. Jakarta : Departemen
Kesehatan
Maryam.2011.’’ Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Tingkat Kemampuan
dalam Aktifitas Dasar Sehari-hari pada Lansia di PSTW Abiyoso
Yogyakarta ‘’.Skripsi. PSIK FK UGM . Yogyakarta dalam
Maria 2016. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Anti Hipertensi dengan
Perubahan Tekanann Darah pada pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Demangan Kota.Madiun
Niven.2014. Psikolog Kesehatan : Pengantar untuk perawat dan Profesional
Kesehatan lain Edisi Kedua. Jakarta : EGC .
Notoadmodjo 2013.Metologi Penelitian Kesehatan Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam 2016. Metologi Penelitian llmu Keperawatan Edisi 4, Jakarta Salemba
medika
73
Priyoto 2015.’’NIC (Nursing lntervention Classification) Dalam Keperawatan
Gerontik,’’Jakarta : Salemba Medika.
Santoso H,Ismail A.2009,’’Memahami Krisis Lanjut Usia’’.Jakarta: Gunung
Mulia.
Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D Cetakan ke
17. Bandung : Alfabeta
Udjianti. Wajan Juni 2010.’’Keperawatan Kardiovaskular’’Jakarta : Salemba
Medikal
WHO.2013. ‘’Konsensus Penpertensi gobatan Hipertensi ‘’. Jakarta:
Perhimpunan Hipertensi Indonesia
74
Lampiran 1
75
Lampiran 2
76
Lampiran 3
77
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr.
Di Desa Lebak Ayu
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabrakatuh
Dengan Hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa
Program Studi Iimu Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun :
Nama : Dina Rahmawati
NIM : 201302075
Bermaksud melakukan penelitian tentang Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Lebak Ayu Kecamatan.Sawahan Kabupaten.Madiun. Sehubungan dengan hal
tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini Penelitian yang di lakukan tidak akan menimbulkan dampak yang
berbahaya bagi responden dan saya menjaga kerahasianya dan hanya digunkaan
untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk menjadi responden, saya
ucapkan
Terima kasih
Waassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabrakatuh
Madiun, Agustus 2017
Peneliti
Dina Rahmawati
Nim. 201302075
78
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Cosent)
Dengan Mendatangani lembar ini, saya :
Nama (Inisial) :
Usia :
Alamat :
Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
‘’ Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi
pada lansia di Posyandu lansia Lebak Ayu Kecamatan Sawahan Kabupaten
Madiun’’
Saya telah dijelaskan bahwa lembar Observasi ini hanya di gunakan untuk
keperluan penelitian dan saya suka rela bersedia menjadi responden penelitian ini.
Mengetahui, Magetan, Agustus 2017
Penelitian Yang Menyatakan
Dina Rahmawati ( )
201302075
80
Lampiran 5
DATA UMUM
Berikan Tanda ( ) Sesuai Pilihan Dengan Pilihan Anda
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : Laki – Laki Perempuan
4. Pendidikan : SD SLTP SLTA
D III SI SII
5. Pekerjaan : PNS/PENSIUN :
Swasta
Wiraswasta
Petani
Buruh tani
6. Sejak kapan bapak/ibu menderita Hipertensi ?
7. Apakah bapak/ibu mendapatkan obat-obat Hipertensi?
8. Apakah bapak/ibu minum obat secara teratur ?
- Jenis :
-Dosis :
-Waktu :
9. Tekanan darah :
81
SOAL PRE-TEST
Nama :
Usia :
1. Apa itu Hipertensi (darah tinggi) ?
2. Apa penyebab hipertensi (darah tinggi) ?
3. Setahu anda gejala hipertensi (darah tinggi), itu apa saja?
4. Anda patuh atau tidak minum obat hipertensi ?
5. Berapa kali anda minum obat hipertensi ?
6. Apakah anda pernah lupa minum obat ?
7. Apakah anda merasa keadaan membaik,terkadang memilih untuk berhenti
meminum obat ?
8. Apakah anda saat perjalanan atau meninggalkan rumah Bapak/Ibu terkadang
lupa minum obat ?
9. Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi/menghentikan penggunaan obat ?
10. Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu pada suatu hari tidak minum
obat?
82
SOAL POST-TEST
Nama :
Usia :
1. Apa itu Hipertensi (darah tinggi) ?
2. Apa penyebab hipertensi (darah tinggi) ?
3. Setahu anda gejala hipertensi (darah tinggi), itu apa saja?
4. Anda patuh atau tidak minum obat hipertensi ?
5. Berapa kali anda minum obat hipertensi ?
6. Apakah anda pernah lupa minum obat ?
7. Apakah anda merasa keadaan membaik,terkadang memilih untuk berhenti
meminum obat ?
8. Apakah anda saat perjalanan atau meninggalkan rumah Bapak/Ibu terkadang
lupa minum obat ?
9. Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi/menghentikan penggunaan obat ?
10. Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu pada suatu hari tidak minum
obat?
83
SAP KELOMPOK EKSPERIMEN
A.Persiapan
1. Lansia hipertensi kelompok eksperiemen
1.1 Lansia di kumpulkan bagi kelompok eksperimen yang diberikan penyuluhan
pendidikan kesehatan
2. Persiapan bahan
2.1 Lealfet penyampaian materi durasi selama 15 menit (Materi tentang Hipertensi dan
Kepatuhan minum obat hipertensi pada lansia)
B. Pelaksaan
1. Lansia hipertensi kelompok eksperimen yang sudah bersedia menjadi responden
kelompok eksperimen dipersialkan duduk untuk mendengarkan penyuluhan
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat hipertensi .
2. Materi yang di lealfet sudah disampaikan semuanya, lansia hipertensi kelompok
eksperimen di persilakan untuk bertanya jika ada yang kurang mengerti atau
kurang paham dalam penyampaian bisa di tanyakan lagi ke peneliti .
84
LEMBAR OBSERVASI PRETEST KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI
DI POSYANDU LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK EKSPERIMEN
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No Resp Hari/Tanggal Hari ke - 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5
Program Terapi Obat Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
85
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK INTERVENSI PRE
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No.
Respdn
Hari/Tanggal Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5
Program
Terapi Obat Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
86
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK INTERVENSI POST
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No Resp Hari/Tanggal Hari ke - 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5
Program Terapi Obat Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
87
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK INTERVENSI POST
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No.
Respdn
Hari/Tanggal Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3 Hari ke - 4 Hari ke – 5
Program
Terapi Obat Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
88
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK KONTROL PRE
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No Resp Hari/Tanggal Hari ke - 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5
Program Terapi Obat Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
89
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK KONTROL PRE
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No.
Respdn
Hari/Tanggal Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3 Hari ke - 4 Hari ke – 5
Program
Terapi Obat Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
90
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK KONTROL POST
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No Resp Hari/Tanggal Hari ke - 1 Hari ke – 2 Hari ke - 3 Hari ke - 4 Hari ke - 5
Program Terapi Obat Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
91
LEMBAR CATATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA
DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK KONTROL POST
Nama Obat /Dosis obat :
Program Terapi :
Waktu miunum obat :
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter
No.
Respdn
Hari/Tanggal Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3 Hari ke - 4 Hari ke – 5
Program
Terapi Obat Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
92
KELOMPOK LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH INTERVENSI PRE
No
Responden
Tekanan Darah
Sebelum Edukasi
Sistol/Diastole
Tekanan Darah setelah Edukasi
Hari 1
Sistole/Diastole
Hari 2
Sistole/Diastole
Hari 3
Sistole/Diastole
Hari 4
Sistole/Diastole
Hari 5
Sistole/Diastole
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
93
KELOMPOL LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH INTERVENSI POST
No
Responden
Tekanan Darah
Sebelum Edukasi
Sistol/Diastole
Tekanan Darah setelah Edukasi
Hari 1
Sistole/Diastole
Hari 2
Sistole/Diastole
Hari 3
Sistole/Diastole
Hari 4
Sistole/Diastole
Hari 5
Sistole/Diastole
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
94
KELOMPOK LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH KONTROL PRE
No
Responden
Tekanan Darah
Sebelum Edukasi
Sistol/Diastole
Tekanan Draah setelah Edukasi
Hari 1
Sistole/Diastole
Hari 2
Sistole/Diastole
Hari 3
Sistole/Diastole
Hari 4
Sistole/Diastole
Hari 5
Sistole/Diastole
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
95
KELOMPOK LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH KONTROL POST
No
Responden
Tekanan Darah
Sebelum Edukasi
Sistol/Diastole
Tekanan Draah setelah Edukasi
Hari 1
Sistole/Diastole
Hari 2
Sistole/Diastole
Hari 3
Sistole/Diastole
Hari 4
Sistole/Diastole
Hari 5
Sistole/Diastole
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
95
Lampiran 6
TABULASI KELOMPOK EKSPERIMEN
No Nama Usia Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
Pengetahuan Skor Keterangan
Perubahan TD Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pretest Posttest
1. Ny.S 57 P SLTP Petani 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 Kurang baik 150 150 Tetap
2. Ny.S 60 P SD Tidak
bekerja
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 Kurang baik 160 140 Turun
3. Ny.S 70 P Tidak
Sekolah
Tidak
bekerja
1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Kurang baik 160 150 Turun
4. Ny.P 62 P SD Tidak
bekerja
1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 Kurang baik 160 160 Tetap
5. Ny.Y 56 P SLTP Petani 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang baik 170 160 Turun
6. Ny.J 57 P SLTP Buruh tani 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 Kurang baik 150 150 Tetap
7. Ny.G 60 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang baik 160 150 Naik
8. Tn.M 58 L SLTA PNS 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 Baik 160 150 Turun
9. Ny.R 56 P SD PNS 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 Baik 150 140 Turun
10. Ny.R 72 P SD Tidak
bekerja
1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6 Baik 150 160 Naik
11. Ny.P 61 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang baik 140 160 Turun
12. Ny.S 59 P S1 PNS 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 Baik 150 150 Tetap
13. Ny.I 58 P SD Buruh tani 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 Kurang baik 150 140 Turun
14. Ny.W 57 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 Kurang baik 160 150 Turun
15 Ny.K 56 P SD Petani 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5 Kurang baik 150 150 Tetap
16. Ny.M 78 P Tidak
sekolah
Tidak kerja 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang baik 160 150 Turun
17. Ny.S 63 P Tidak
bekerja
Petani 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 4 Kurang baik 170 150 Turun
18. Ny.S 60 P Tidak
sekolah
Tidak
bekerja
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang Baik 160 170 Naik
96
TABULASI KELOMPOK KONTROL
1. Ny.I 62 P Tidak
sekolah
Tidak
bekerja
1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 Kurang baik 150 150 Tetap
2. Ny.H 80 P Tidak
sekolah
Petani 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 4 Kurang baik 180 170 Turun
3. Ny.A 64 P Tidak
sekolah
Tidak
bekerja
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 5 Kurang baik 160 150 Turun
4. Tn.M 58 L SD Swasta 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 Baik 180 150 Turun
5. Ny.R 56 P SD Buruh tani 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 Baik 150 140 Turun
6. Ny.R 72 P SD Tidak
bekerja
1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6 Baik 150 160 Naik
7. Ny.P 61 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang baik 160 140 Turun
8. Ny.S 59 P SLTP Tidak
bekerja
1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 Baik 150 150 Tetap
9. Ny.W 57 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 Kurang baik 160 150 Turun
10. Ny.K 56 P SD Petani 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5 Kurang baik 150 150 Tetap
11. Ny.M 78 P Tidak
sekolah
Tidak kerja 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang baik 160 150 Turun
12. Ny.S 63 P Tidak
bekerja
Petani 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 4 Kurang baik 170 150 Turun
13. Ny.P 62 P SD Tidak
bekerja
1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 Kurang baik 180 160 Turun
14. Ny.Y 56 P SLTP Petani 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5 Kurang baik 160 170 Naik
15. Ny.J 57 P SLTP Buruh tani 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 Kurang baik 150 150 Tetap
16. Ny.G 60 P SD Petani 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang baik 160 170 Naik
17. Tn.M 58 L SLTA Swasta 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 Baik 170 150 Turun
18. Ny.J 57 P SLTP Swasta 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 Kurang baik 150 150 Tetap
97
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI PRETEST & POSTTEST KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI
DI POSYANDU LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK EKSPERIMEN
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter.
No Nama Terapi
Obat
Observasi Pretest
Total
Skor Keterangan
Observasi Posttest
Total
Skor Keterangan
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari
ke 3
Hari
ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
1 Ny.S Captopril 1 0 0 1 1 3 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
2 Ny.S Captopril 0 0 1 1 0 2 Tidak Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
3 Ny.S Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 1 0 0 0 1 2 Tidak patuh
4 Ny.P Captopril 1 1 1 1 0 4 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
5 Ny.Y Captopril 1 0 1 0 1 3 Tidak Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
6 Ny.J Captopril 1 1 1 1 1 5 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
7 Ny.G Captopril 0 0 1 1 0 2 Tidak Patuh 1 1 1 1 0 4 Patuh
8 Tn.M Captopril 0 0 1 0 0 1 Tidak Patuh 1 0 0 0 1 2 Tidak patuh
9 Ny.R Captopril 0 0 0 1 1 2 Tidak Patuh 1 0 1 1 1 4 Patuh
10 Ny.R Captopril 1 1 0 0 0 2 Tidak Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
11 Ny.P Captopril 1 1 1 1 0 4 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
12 Ny.S Captopril 1 0 1 1 1 4 Patuh 1 0 1 1 1 4 Patuh
13 Ny.I Captopril 1 1 1 1 1 5 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
14 Ny.W Captopril 1 0 1 1 0 3 Tidak Patuh 1 1 0 1 1 4 Patuh
15 Ny.K Captopril 0 0 0 1 1 2 Tidak Patuh 1 1 0 1 0 3 Tidak Patuh
16 Ny.M Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 1 0 1 1 1 4 Patuh
17 Ny.S Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
18 Ny.S Captopril 0 1 0 0 0 1 Tidak Patuh 1 1 0 0 0 2 Tidak Patuh
98
LEMBAR OBSERVASI PRETEST & POSTTEST KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI
DI POSYANDU LANSIA DESA LEBAK AYU KEC. SAWAHAN KAB. MADIUN
KELOMPOK KONTROL
Berilah Tanda ( ) pada waktu anda minum obat sesuai resep dokter.
No Nama Terapi
Obat
Observasi Pretest
Total
Skor Keterangan
Observasi Posttest
Total
Skor Keterangan
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari
ke 3
Hari
ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
Pagi
07.00
Sore
19.00
1 Ny.I Captopril 1 1 1 0 1 4 Patuh 1 0 1 1 0 3 Patuh
2 Ny.H Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 0 0 0 1 1 2 Tidak Patuh
3 Ny.A Captopril 1 0 0 1 1 3 Patuh 1 1 1 1 0 4 Patuh
4 Tn.M Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 1 1 1 0 0 3 Patuh
5 Ny.R Captopril 1 0 0 0 1 2 Tidak Patuh 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh
6 Ny.R Captopril 1 1 1 1 1 5 Patuh 1 1 0 1 1 4 Patuh
7 Ny.P Captopril 1 1 1 0 1 4 Patuh 1 0 0 1 1 3 Patuh
8 Ny.S Captopril 1 1 1 1 1 5 Patuh 1 1 1 0 1 4 Patuh
9 Ny.W Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 0 1 1 0 0 2 Tidak Patuh
10 Ny.K Captopril 1 0 0 0 1 2 Tidak Patuh 1 1 1 0 0 3 Patuh
11 Ny.M Captopril 0 1 0 0 0 1 Tidak Patuh 0 0 0 1 0 1 Tidak Patuh
12 Ny.S Captopril 1 1 1 0 1 4 Patuh 1 1 1 0 1 4 Patuh
13 Ny.P Captopril 1 0 1 0 0 2 Tidak Patuh 1 0 0 0 1 2 Tidak Patuh
14 Ny.Y Captopril 0 1 1 0 1 3 Patuh 1 1 0 0 0 2 Tidak Patuh
15 Ny.J Captopril 1 1 1 0 0 3 Patuh 0 0 0 1 1 2 Tidak Patuh
16 Ny.G Captopril 1 1 1 0 1 4 Patuh 1 1 1 1 1 5 Patuh
17 Tn.M Captopril 1 0 0 1 1 3 Patuh 1 0 0 1 1 3 Patuh
18 Ny.J Captopril 1 0 0 0 1 2 Tidak Patuh 1 1 1 0 1 4 Patuh
99
Lampiran 8
Hasil Uji Normalitas Data
SPSS 16
Eksperimen
Case Processing Summary
EKSPERI
MEN
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SKOR Pretest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Posttest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Descriptives
EKSPERIMEN Statistic Std. Error
SKOR Pretest Mean 3.00 .268
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.43
Upper Bound 3.57
5% Trimmed Mean 2.94
Median 2.50
Variance 1.294
Std. Deviation 1.138
Minimum 2
Maximum 5
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness .539 .536
Kurtosis -1.310 1.038
Posttest Mean 3.72 .266
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.16
Upper Bound 4.28
100
5% Trimmed Mean 3.75
Median 4.00
Variance 1.271
Std. Deviation 1.127
Minimum 2
Maximum 5
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness -.490 .536
Kurtosis -1.065 1.038
Tests of Normality
EKSPERI
MEN
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SKOR Pretest .310 18 .000 .782 18 .001
Posttest .264 18 .002 .837 18 .005
a. Lilliefors Significance Correction
101
Kontrol
Case Processing Summary
KONTROL
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SKOR Pretest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Posttest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Descriptives
KONTROL Statistic Std. Error
SKOR Pretest Mean 2.94 .274
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.37
Upper Bound 3.52
5% Trimmed Mean 2.94
Median 3.00
Variance 1.350
Std. Deviation 1.162
Minimum 1
Maximum 5
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness .373 .536
Kurtosis -.827 1.038
Posttest Mean 2.94 .249
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.42
Upper Bound 3.47
5% Trimmed Mean 2.94
102
Median 3.00
Variance 1.114
Std. Deviation 1.056
Minimum 1
Maximum 5
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness .122 .536
Kurtosis -.701 1.038
Tests of Normality
KONTROL
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SKOR Pretest .236 18 .009 .897 18 .051
Posttest .203 18 .047 .914 18 .101
a. Lilliefors Significance Correction
103
Lampiran 9
JADWAL KEGIATAN
No
Kegiatan
Bulan
Januari
2017
Februari
2017
Maret
2017
April
2017
Mei
2017
Juni
2017
Juli
2017
1. Pembuatan dan
Konsul Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Ujian
Proposal
5. Revisi
Proposal
6. Pengambilan
Data
7. Penyusunan dan
Konsul Skripsi
8. Ujian
Skripsi
104
Lampiran 10
top related