tugas bahasa indonesia kti
Post on 06-Dec-2015
37 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Malaria dengan
Menggunakan Pemeriksaan Diagnosis Klinis
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Nugra Daary Razsky Gunawan
1410311072
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Malaria dengan Menggunakan
Pemeriksaan Diagnosis Klinis
Oleh:
Nugra Daary Razsky Gunawan
1410311072
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di
daerah luar Jawa dan Bali, dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah endemis dan yang tidak endemis malaria. Di dearah-dearah tersebut masih
sering terjadi letusan wabah yang menimbulkan banyak kematian.
Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh
plasmodium malaria dengan demam yang rekren, anemia dan hepatosplenomegali.
Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam (spesies) parasit malaria yaitu
Plsmodium falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax,dan Plasmodium
malariae. Jenis baru juga telah ditemukan yaitu Plasmodium knewlesi
Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua
jenis penyakit, yakni campuran abtara falciparum dan vivax atau malariae. Kadang-
kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.
Infeksi campuran biasanya terdapat didaerah yang tinggi angka penularannya.
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh
dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap tahunnya
ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian
terutama di negara-negara benua Afrika. (1,2,3)
Upaya untuk menanggulangi malaria di daerah endemis terus dilakukan.
Upaya penatalaksanaan penyakit malaria memerlukan informasi berdasarkan eviden
3
yang akurat dari lapangan. Dengan melakukan diagnosis parasitologi atau secara
mikroskopis merupakan pilihan yang terbaik untuk diagnosis yang tepat. Namun,
banyak daerah endemis yang tidak memiliki fasilitas serta alat untuk mengujis
penyakit malaria secara diagnosis parasitology. Gejala dan tanda klinis menjadi
alternatif diagnosis malaria bagi daerah endemis yang memiliki keterbatasan
pemeriksaan mikroskopik dalam mencegah penularan dan komplikasi penyakit
malaria.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara diagnosa dini dengan menggunakan diagnosis klinis ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1.2.1 Tujuan dari penulisan ini adalah :
1.2.1.1 Mengetahui manifestasi klinis, parasitologi dan pathogenesis dari
penyakit malaria yang menunjang evaluasi dari jenis tes yang telah diterapkan
sebagai diagnosa dini.
1.2.1.2 Mengetahui berbagai tes yang menunjang diagnosis penyakit malaria
1.2.1.3 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari berbagai tes yang telah ada
untuk Diabetes Melitus
1.2.2 Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah :
1.2.2.1 Bagi Peneliti
1.2.2.1.1 Memperluas cakrawala informasi dan mengembangkan ilmu
pengetahuan pembaca karya tulis ini penyakit malaria
4
1.2.2.1.2 Sebagai salah satu bentuk evaluasi lebih lanjut tentang diagnosa
dini yang efektif terhadap penyakit malaria
1.2.2.2 Bagi Lembaga Kesehatan
1.2.2.2.1 Memberikan evaluasi kepada pihak rumah sakit atau yang
menangani penyakit malaria agar memperbaiki kelemahan pada tes
penyakit malaria.
1.2.2.3 Bagi Masyarakat
1.2.2.3.1 Mencegah timbulnya komplikasi Penyakit malaria dengan
menggunakan diagnosis klinis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite yang
merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar di
beberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapat
pada Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan
atau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan
dapat dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur. Malaria disebabkan
oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan malaria, yaitu Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14
hari, Plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari, Plasmodium oval
dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan Plasmodium malariae dengan masa inkubasi
7-30 hari . Jenis baru ditemuka Plasmodium knewlesi. Parasit-parasit tersebut
ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles.
Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan
keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan
memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun yang seringkali
ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax.
2.2 Jenis-Jenis serta Penyebab Penyakit Malaria
Secara parasitologi dikenal 4 genus Plasmodium dengan karakteristik klinis yang
berbeda bentuk demamnya, yaitu :
6
2.2.1 Plasmodium vivax, secara klinis dikenal sebagai Malaria tertiana
disebabkan serangan demamnya yang timbul setiap 3 hari sekali. Masa
inkubasi 8-14 hari.
2.2.2 Plasmodium malariae, secara klinis juga dikenal juga sebagai Malaria
Quartanakarena serangan demamnya yang timbul setiap 4 hari sekali.
Masa inkubasi 7-30 hari.
2.2.3 Plasmodium ovale, secara klinis dikenal juga sebagai Malaria Ovale
dengan pola demam tidak khas setiap 1-2 hari sekali.
2.2.4 Plasmodium falciparum, secara klinis dikenal sebagai Malaria tropicana
atau Malaria tertiana maligna sebab serangan demamnya yang biasanya
timbul setiap 3 hari sekali dengan gejala yang lebih berat dibandingkan
infeksi oleh jenis plasmodium lainnya. Masa inkubasi 7-14 hari.
Secara epidemiologi, spesies yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
Plasmodium falciparum dan vivax. Penyakit malaria dapat berlangsung akut maupun
kronik dan tanpa komplikasi atau disertai komplikasi sistemik atau malaria berat.
Salah satu jenis malaria komplikasiadalah malaria serebral. Plasmodium falciparum
adalah jenis yang paling sering memberi komplikasi malaria serebral dengan angka
kematian yang tinggi. Dalam kejadiannya ada beberapa penyebab yang menjadi
faktor penting, seperti faktor manusia, vektor, parasit, dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi siklus biologi nyamuk
2.3 Siklus Hidup Parasit Malaria
2.3.1 Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan
kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga
puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai
7
stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh
menjadiskizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit,
tergantung spesiesnya). Sel hati yang mengandung parasit pecah
dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya
terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut
stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu.
Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoitdapat tinggal didalam hati sampai bertahun-tahun.
Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kekambuhan).
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit
tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar,
bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang
menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan
membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel
darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki
plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi
siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan
membentuk skizondan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual
(gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.
2.3.2 Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah
yang mengandunggametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.
Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak
kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan
bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya
mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk
seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan
8
membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut
ookista.Didalam ookista dibentukribuan sporozoit danbeberapa sporozoit menem
bus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka
sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.
2.4 Tanda dan Gejala yang dapat dikatakan tanda penyakit malaria
Tanda dan Gejala Penyakit Malaria
Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya , gejala malaria dapat dibagi
menjadi 2 jenis:
1. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup
menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-
gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala
spesifik dari mana parasit berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan
yang disebut trias malaria, yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan
perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-
jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage)
berlangsung lebih dari 2 hingga 12 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali mual muntah . Nadi menjadi kuat
kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41o C atau lebih.
Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
9
berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh
kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita
beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak
ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala mungkin
berupa koma atau pinsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kadang
kadang gejalanya mirip kolera atau disentri.
2. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic
Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah).
b. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri).
c. Kejang-kejang.
d. Panas sangat tinggi.
e. Mata atau tubuh kuning.
f. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.
g. Nafas cepat atau sesak nafas
2.5 Tes pemeriksaan penyakit malaria
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative
tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan
hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan
darah tepi dapat dilakukan melalui :
10
a. Tetesan preparat darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk
studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan
identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila
setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung
parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter
darah.
b. Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel
darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat.
Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium
dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
2. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi
sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,
tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan
11
hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal
sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect
haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
12
BAB III
METODE PENULISAN
Uraian metode penulisan yang disajikan merupakan metode studi pustaka,
bukan uraian tentang metode penelitian.Penulisan dilakukan mengikuti metode yang
benar dengan penguraian secara cermat melalui pendekatan berikut:
1. Perumusan masalah
Ide perumusan masalah dilatarbelakangi oleh fakta dan hal yang belum
terpecahkan terkait jenis diagnosis diabetes mellitus tipe 2 yang lebih efektif dari
diagnosis yang sebelumnya sebagai diagnosis dini.
2. Pengumpulan data dan informasi
Pengumpulan data dan informasi didapatkan melalui buku dan jurnal-
jurnal ilmiah hasil penelitian.
3. Pengolahan data dan informasi
Dalam karya tulis ini, data dan informasi yang diverifikasikan lebih lanjut
terbatas pada bukti yang menunjukkan jenis-jenis diagnosa diabetes melitus tipe 2
dan membuat jenis diagnosis yang lebih efektif.
4. Analisis dan sintesis
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, dilakukan pengelolaan
data dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknis analisis data yang
dipergunakan adalah analisis deskriptif argumentasi. Metode pengutipan
kepustakaan yang digunakan adalah teknik Vancouver.
5. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dan
menjawab rumusan permasalahan.
13
6. Merumuskan saran atau rekomendasi
Saran yang dirumuskan merupakan prediksi transfer gagasan sebagai
usulan dan penelitianlebih lanjut yang relevan dengan topik yang diangkat pada
karya tulis ini demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penelitian terhadap Diagnosis Klinis Sebagai Patokan Diagnosa Dini
Penyakit Malaria
Menggigil yang timbul karena kompensasi tubuh terhadap demam terjadi
dengan ciri suhu tubuh relatif lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan
sehingga penderita merasa kedinginan hebat. Menggigil terjadi setelah skizon
dalam eritrosit pecah dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan menggigil.
Gejala ini merupakan stadium awal penyakit malaria yang ditandai dengan
perasaan kedinginan sehingga penderita sering membungkus diri dengan selimut
atau sarung yang berlangsung sekitar 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur. Pada Penelitian mengemukakan bahwa gejala
menggigil dapat digunakan untuk skrining awal malaria karena berhubungan
bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Gejala ini mempunyai nilai
sensitivitas yang paling tinggi yaitu 74,4% dan akurasi sebesar 66,0%.
Selanjutnya dengan uji multivariat diperoleh gejala menggigil adalah gejala
paling bermakna sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor dalam mendiagnosis
klinis malaria. Hasil penelitian lainnya juga mengemukakan bahwa gejala
menggigil merupakan gejala yang dapat digunakan untuk skrining awal malaria
karena gejala ini bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik yang
memiliki nilai sensitivitas lebih rendah 68,14% sehingga jumlah penderita
suspect malaria yang tidak menggigil tetapi dengan hasil mikroskopik positif
lebih tinggi (31,86%). Gejala ini merupakan faktor prediksi yang baik dalam
menetapkan malaria karena mempunyai nilai kemaknaan yang cukup baik pada
uji multivariat dan ditemukan nilai duga positif yang cukup tinggi (85,80%).2
15
Sakit kepala merupakan manifestasi klinis pelepasan berbagai faktor
pemicu nyeri dari dalam eritrosit yang keluar karena merozoit yang lepas.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang signifikan antara gejala sakit
kepala dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Gejala ini mempunyai nilai
sensitivitas 92,3% dan akurasi 59,3%, tetapi nilai spesifisitasnya 23,6% sehingga
nilai positif palsu menjadi tinggi (76,4%). Hal ini berarti bahwa banyak yang
bukan penderita malaria menunjukkan gejala sakit kepala karena gejala sakit
kepala dapat disebabkan oleh faktor lain. Penelitian sebelumnya tentang gejala
sakit kepala menemukan nilai sensitivitas yang lebih rendah (75,98%) sehingga
penderita suspect malaria yang tidak mengalami sakit kepala tetapi dengan hasil
positif secara mikroskopik lebih tinggi (24,02%). Gejala ini bermakna secara
bivariat dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. 2
Nyeri otot/tulang merupakan manifestasi klinis pengeluaran zat pemicu
sakit yang keluar bersama merozoit ketika eritrosit pecah. Nyeri otot/tulang
disebabkan oleh pelepasan histamin dan TNF α yang menyebabkan peningkatan
suhu tubuh dan berakibat sensasi nyeri otot/tulang. TNF dan IL-1 bersifat
fisiologis dan metabolis yang bersamaan dengan nyeri tubuh dan gejala klinis
yang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang signifikan antara nyeri
otot/tulang dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Nilai sensitivitas gejala nyeri
otot/tulang adalah 73,1% sehingga diperoleh penderita suspectmalaria yang tidak
mengalami nyeri otot/tulang tetapi hasil secara mikroskopik positif adalah
26,9%. Nilai spesifisitas yang diperoleh adalah 54,2% sehingga penderita suspect
malaria yang mengalami nyeri otot/tulang tetapi dengan hasil mikroskopik
negatif adalah 45,8%.2
Pusing adalah salah satu gejala lain yang sering dikeluhkan penderita
malaria dengan stadium demam. Rasa pusing yang sering digolongkan sebagai
sakit kepala ringan karena gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan
posisi yang dipersepsikan oleh susunan saraf pusat akibat rangsangan yang
16
berlebihan. Nilai sensitivitas gejala pusing adalah 33,3% sehingga penderita
suspectmalaria yang tidak mengalami pusing tetapi hasil pemeriksaan
mikroskopik positif adalah 66,7% dan nilai spesifisitas adalah 38,9%. Hal ini
berarti penderita suspectmalaria yang mengalami pusing tetapi hasil pemeriksaan
mikroskopik negatif adalah 61,1%. Hal ini dimungkinkan karena gejala pusing
dapat disebabkan oleh faktor lain. Pada penelitian sebelumnya diperoleh nilai
sensitivitas yang lebih rendah (30,4%) sehingga penderita suspectmalaria yang
tidak mengalami pusing dengan hasil mikroskopik positif lebih tinggi (69,6%)
dan ditemukan bahwa gejala lain termasuk gejala pusing berhubungan bermakna
dengan pemeriksaan mikroskopik tetapi tidak bermakna pada uji multivariat. 2
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen yang akan merangsang sel-sel
makrofag, manosit, atau limfosit mengeluarkan berbagai macam sitokin antara
lain TNF. TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat
pengatur suhu sehingga terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat
plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda.Penelitian ini menunjukkan
hasil yang signifikan antara tanda klinis demam dengan hasil pemeriksaan
mikroskopik. Nilai sensitivitas tanda klinis demam diperoleh sebesar 24,4%,
dengan demikian penderita suspectmalaria yang tidak mengalami demam tetapi
hasil pemeriksaan mikroskopik positif adalah 75,6%, mungkin pada saat
penderita berobat suhu badan sudah turun. Nilai spesifisitas adalah 52,8%, yang
berarti penderita suspectmalaria yang mengalami demam tetapi hasil
pemeriksaan mikroskopik negatif adalah 47,2%. Selanjutnya dengan uji
multivariat diperoleh demam berhubungan secara negatif dengan hasil
pemeriksaan mikroskopik. Penelitian sebelumnya diperoleh nilai sensitivitas
yang lebih tinggi (86,6%) Menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
tanda klinis demam berdasarkan pengukuran suhu tubuh dengan pemeriksaan
mikroskopik. 2
17
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar zat
warna merah dalam eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. Anemia terjadi
karena sporulasi dan destruksi eritrosit sehingga infeksi parasit yang berlangsung
berulang atau bahkan berlangsung terusmenerus dalam waktu lama dapat
menimbulkan kehilangan hemoglobin. Tanda klinis ini terjadi terutama karena
eritrosit yang terinfeksi pecah. Plasmodium falcifarummenginfeksi seluruh
stadium eritrosit sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis,
sedangkan Plasmodium vivaxhanya menginfeksi eritrosit muda yang berjumlah
2% dari seluruh jumlah eritrosit sehingga anemia terjadi hanya pada infeksi
kronis. Penderita akan mengalami anemia yang dapat berbentuk anemia
hipokromik mikrositik atau anemia hipokromik normositik. Berdasarkan uji chi
square didapatkan hasil yang signifikan antara anemia dengan hasil pemeriksaan
mikroskopik. Nilai sensitivitas tanda klinis anemia adalah 76,9% sehingga
diperoleh penderita suspectmalaria yang tidak mengalami anemia tetapi hasil
pemeriksaan mikroskopik positif adalah 23,1%. Nilai spesifisitas yang ditemukan
adalah 59,7% sehingga penderita suspectmalaria yang mengalami anemia tetapi
dengan hasil pemeriksaan mikroskopik negatif adalah 40,3% sedangkan nilai
akurasi cukup tinggi yaitu sebesar 68,7%. Diperoleh bahwa anemia merupakan
tanda klinis yang paling berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik
sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor dalam mendiagnosis klinis
malaria. 2
Pembesaran limfa atau splenomegali adalah satu dari tiga tanda
karakteristik utama infeksi malaria (demam, anemia, dan splenomegali). Akibat
hiperaktivitas limfa terhadap adanya infeksi parasit malaria maka terjadi
splenomegali. Splenomegali sering ditemukan pada kasus malaria akut dan
kronis terutama terlihat pada anak-anak umur 2 sampai 9 tahun yang
menunjukkan infeksi kronis dan berulang. Splenomegali jarang terjadi pada
orang dewasa di daerah endemik seiring terbentuk imunitas. Splenomegali juga
merupakan petunjuk endemisitas yang dihitung dengan Spleen Rate. Berdasarkan
18
uji chi squaredidapatkan hasil yang signifikan antara splenomegali dengan hasil
pemeriksaan mikroskopik. Nilai spesifisitas splenomegali cukup tinggi yaitu
97,2% yang akan menekan angka sensitivitas menjadi rendah sehingga angka
negatif palsu menjadi tinggi.Hal ini berarti bahwa banyak penderita malaria yang
tidak ada splenomegali. 2
B. Gejala klinis Sebagai Diagnosa Penyakit Malaria
Gejala dan tanda klinis yaitu: 1) demam, timbul bersamaan dengan
pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam antigen dan merangsang
sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam
sitokin antara lain tumor nekrosis faktor (TNF) α. TNF α akan dibawa aliran
darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi
demam; 2) menggigil merupakan tanda khas demam yang dialami penderita
malaria yakni panas tinggi yang timbul dikompensasi oleh tubuh sehingga
penderita menggigil; 3) sakit kepala merupakan akibat dari lepasnya mastosit dan
TNF α, selain menimbulkan demam juga menimbulkan sakit kepala; 4) nyeri
otot/tulang juga diakibatkan lepasnya mastosit dan TNF αyang bermanifestasi
pada nyeri otot/tulang; 5) mual merupakan gejala yang timbul sebagai reaksi
gastrointestinal akibat infeksi plasmodium; 6) muntah merupakan kelanjutan dari
kondisi mual yang meningkat menjadi rangsangan terhadap lambung untuk
mengeluarkan isinya; 7) pusing merupakan gejala lain yang muncul pada
penderita suspectmalaria; 8) suhu tubuh tinggi/demam merupakan tanda klinis
akibat reaksi tubuh terhadap adanya benda asing karena adanya pelepasan
histamin dan TNF α yang menimbulkan peningkatan suhu tubuh diatas 37,5°C;
9) anemia merupakan tanda klinis akibat pecahnya sel darah merah (eritrosit)
selama terjadinya segmentasi parasit yang ditandai dengan menurunnya kadar
hemoglobin (Hb) darah di bawah 11,5 g/dl; 10) pembesaran limfa (splenomegali)
19
karena adanya invasi parasit dan pembentukan jaringan ikat pada limfa.5
Penentuan diagnosis malaria perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan
mikroskopik untuk meningkatkan validitas diagnosis sehingga
penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan untuk
pemberian obat yang rasional sehingga dapat mengurangi kejadian resistensi obat
anti malaria dan mencegah penularan.2
C. Kelebihan dan Kekurangan Diagnosis Klinis Sebagai Patokan Diagnosa Dini
Penyakit Malaria
Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia
terutama di kawasan tropis dan subtropis negara sedang berkembang. Sekitar 40%
penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Upaya penanggulangan
penyakit malaria di daerah endemis tinggi terus dilakukan, tetapi hasil yang
diperoleh masih belum optimal menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Upaya penatalaksanaan penyakit malaria memerlukan informasi berdasarkan
eviden yang akurat dari lapangan. Gejala dan tanda klinis menjadi alternatif
diagnosis malaria bagi daerah endemis yang memiliki keterbatasan pemeriksaan
mikroskopik dalam mencegah penularan dan komplikasi penyakit malaria.
Menyadari akan hal itu maka diharapkan dapat memperoleh besarnya perbedaan
hasil diagnosis malaria secara klinis dengan diagnosis mikroskopik dan
mengetahui hubungan antara gejala dan tanda klinis malaria dengan hasil
pemeriksaan mikroskopik sehingga didapatkan gejala dan tanda klinis yang dapat
dijadikan alat deteksi dini, pengobatan, dan peningkatan sistem surveilans malaria
di Tempat pelayanan kesehatan primer.2
Keadaan penderita penyakit malaria. Meskipun diagnosis klinis
mempunyai kelemahan yakni gejala klinis yang muncul tidak selalu khas malaria
seperti akibat infeksi virus, namun diagnosis malaria secara klinis terutama pada
20
daerah endemis dan wilayah yang mempunyai keterbatasan pemeriksaan
mikroskopik sangat diperlukan secara cepat ditegakkan agar dapat dilakukan
penatalaksanaan/pengobatan penderita sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi/malaria berat dan mengurangi angka kematian.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Diagnosis klinis malaria merupakan alternatif diagnosis penyakit malaria yang
cenderung menduga parasit malaria secara mikroskopik dengan diperolehnya hasil
malaria klinis yang positif menderita sebanyak 52%.2 Gejala klinis malaria yang
berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik adalah menggigil, sakit kepala,
dan nyeri otot. Tanda klinis malaria yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan
mikroskopik adalah anemia dan splenomegali. Gejala menggigil merupakan gejala
yang berhubungan paling bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik dan tanda
klinis yang paling bermakna berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik
adalah anemia. Dalam mendiagnosis malaria secara klinis, gejala menggigil dan tanda
klinis anemia merupakan faktor prediksi penyakit malaria yang baik.
5.2 SARAN
Diagnosis malaria secara klinis dapat dijadikan alternatif penegakan diagnosis
malaria di daerah yang memang tidak terjangkau atau mempunyai keterbatasan dalam
melakukan pemeriksaan mikroskopik. Dalam penegakan diagnosis malaria secara
klinis, gejala menggigil dan tanda klinis anemia merupakan faktor prediksi penyakit
malaria yang baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
1 (Brunner&Suddarth,2002) sumbernya terlalu lama, kalau bias 10 atau 5 tahun terakhir
2 Data WHO
3 (Kariadi,2009)
4 (Gordon dkk, 2008)
5 Menurut para pakar (sumber abu-abu)
6 berdasarkan data WHO (2008)
7 Menurut IDF
8 (Hutomo, 2009)
9 (Departemen Kesehatan RI,3 2007)
10 mana sumbernya?
11 mana sumbernya?
12 mana sumbernya?
Ahmad H Asdie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam 3rd ed.
Jakarta: EGC; 2000
Guyton,Hall: Insulin,Glukagon,dan Diabetes Melitus 78:1022-
1027 ,2012
Lee Sherwood: Kelenjar Endokrin Perifer 19:783,2012
Reinhold, Jennifer A. . Grace Earl : Clinical Therapeutics Primer: Link to
the Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist : 546, 2012.
23
Reno Gustiviani : Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus 422: 1879-
1881,2009
W. F.Ganong: Fungsi Endokrin Pankreas dan Pengaturan Metabolisme
Karbohidrat 9:354,-370 ,2008
.
24
top related