analisa kinerja keuangan 17 kabupaten dan 9 kota di provinsi jawa barat periode 2010-2012 terhadap...

30
ANALISA KINERJA KEUANGAN 17 KABUPATEN DAN 9 KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2010-2012 TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH ANALYSIS Oleh Ahmad Kamil 8335118329 Ardilla Hasni 8335116618 Akmal Novarry 8335098154 JURUSAN AKUNTANSI

Upload: ardilla-hasni

Post on 24-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas kuliah. dibuat oleh ahmad kamil

TRANSCRIPT

ANALISA KINERJA KEUANGAN 17 KABUPATEN DAN 9 KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2010-2012 TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH ANALYSIS

OlehAhmad Kamil 8335118329Ardilla Hasni 8335116618Akmal Novarry 8335098154

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2014

ANALISA KINERJA KEUANGAN 17 KABUPATEN DAN 9 KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2010-2012 TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH ANALYSIS

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh secara langsung variabel-variabel

kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengaruh langsung pertumbuhan ekonomi terhadap

pengangguran dan kemiskinan. Dan juga untuk menganalisa pengaruh tidak langsung variabel-variabel

kinerja keuangan terhadap pengangguran dan kemiskinan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah 17 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Barat tahun

2010-2012. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa hanya variabel kinerja keuangan berupa rasio

kemandirian yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan

pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap pengangguran dan kemiskinan. Analisa

variabel kinerja keuangan berupa rasio kemandirian menunjukan bahwa ada pengaruh tidak langsung

rasio kemandirian terhadap pengangguran dan kemiskinan.

Keyword: kinerja keuangan, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, kemiskinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena

daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya

atau menjadi tidak berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya. Pengelolaan daerah yang

dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi value for money serta partisipasi,

transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya

mengurangi jumlah pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan daerah

tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia, tetapi juga sumber daya ekonomi berupa keuangan yang

dituangkan dalam suatu anggaran pemerintah daerah.

Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen

kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya

pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah seharusnya

dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat

bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang

akan datang, ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai

unit kerja. Anggaran sebagai instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral harus memuat kinerja,

baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang

selanjutnya mengurangi pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan. Kinerja yang terkait dengan

anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan antara komponen-komponen yang

terdapat pada anggaran.

Kinerja keuangan dalam penelitian ini berupa rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio

belanja pembangunan. Dengan adanya rasio-rasio tersebut dapat digunakan untuk mendorong dan

2

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi pengangguran dan menurunkan

tingkat kemiskinan. Tujuan penelitian ini untuk menguji secara langsung pengaruh kinerja keuangan

terhadap pertumbuhan ekonomi, menguji secara langsung pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

dan pengangguran serta menguji secara tidak langsung pengaruh kinerja keuangan terhadap kemiskinan

dan pengangguran

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisa pengaruh variabel-variabel kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Melakukan analisa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap itngkat pengangguran dan

kemiskinan.

C. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan penegtahuan agar dapat mengetahui pengaruh antarara variabel kinerja

keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan.

2. Sebagai bahan acuan penelitian untuk penelitian selanjutnya.

3

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENULISAN

A. LANDASAN TEORI

1. Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun

organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan

terlaksana dengan baik. Apabila pencapaian melebihi dari apa yang direncanakan dapat dikatakan

kinerjanya sangat bagus. Apabila pencapaian tidak sesuai dengan apa yang direncanakan atau kurang

dari apa yang direncanakan, maka kinerjanya jelek. Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang

menggunakan indikator keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakuan untuk menilai

kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang

mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.

Menurut Halim (2001) analisis kinerja keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan

berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah untuk mengukur kinerja

keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio

pertumbuhan, dan rasio keserasian. Pada penelitian ini yang digunakan adalah rasio kemandirian, rasio

efektifitas, dan rasio belanja pertumbuhan

Rasio kemandirian keuangan daerah atau yang sering disebut sebagai otonomi fiskal

menunjukkan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan

yang diperlukan daerah. Rasio ini juga menggambarkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap

sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat ketergantungan daerah terhadap pihak

eksternal semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini rasio kemandirian diukur dengan:

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah/ Total Pendapatan

4

Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor

publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar

terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan

potensi riil daerah. Semakin besar realisasi penerimaan PAD dibanding target penerimaan PAD, maka

dapat dikatakan semakin efektif, begitu pula sebaliknya. Rasio efektifitas diukur dengan:

Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD / Target Penerimaan PAD

Rasio belanja pembangunan berhubungan dengan besarnya dana yang dialokasikan oleh

pemerintah daerah yang dibelanjakan untuk pertumbuhan. Rasio belanja pembangunan diukur dengan”

Rasio Belanja Pembagunan = Total Belanja Pembangunan x 100% Total APBD

2. Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan

Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan

kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan

Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan

itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan suatu negara dalam menyediakan kebutuhan akan

barang dan jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang banyak sehingga memungkinkan untuk kenaikan

standar hidup yang mana berdampak pula bagi penurunan tingkat pengangguran dalam jangka panjang.

Todaro (1997) secara spesifik menyebutkan ada tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan

ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi.

5

Pengertian pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan

atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena

tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers) atau penduduk yang tidak mencari

pekerjaan karena sudah diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja (Putong,

2003). Penelitian Arthur Okun dalam Putong (2003) mengatakan apabila GNP tumbuh sebesar 2,5%

diatas trendnya yang telah dicapai pada tahun tertentu, maka tingkat pengangguran akan turun sebesar

1%. Jadi 1%/2,5% = 0,4%. Apabila tingkat pengangguran ingin diturunkan sebesar 2%, maka

pertumbuhan ekonomi haruslah dipacu agar bisa tumbuh sebesar 5% diatas rata-rata.

3. Keterkaitan Antara Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran

dan Kemiskinan.

Kemandirian dan pengelolaan secara ekonomis, efektif dan belanja pembangunan suatu daerah

atau wilayah akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dikarenakan

kurang atau tidak adanya intervensi dalam hal kebijakan terkait dengan pengelolaan daerah tersebut. Di

samping itu, aparatur daerah dapat secara inisiatif dan kreatif dalam mengelola daerah untuk

mendorong pertumbuhan daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah selanjutnya akan mengurangi tingkat

pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan pada daerah tersebut.

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

HA1 : Kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio belanja pembangunan

berpengaruh secara signifikan terhadapa pertumbuhan ekonomi.

HA2 : Pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pengangguran.

HA3 : Pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

HA4: Kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio belanja pembangunan

secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap pengangguran.

6

HA5: Kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio belanja pembangunan

secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan statistik deskriptif dan regresi liniear berganda untuk menganalisa variabel-variabel

penelitian.

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

kabupaten/kota di Jawa Barat beserta realisasinya, tingkat pertumbuhan, pengangguran dan kemiskinan

pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 kabupaten di

Provinsi Jawa Barat dan 9 Kota di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010 sampai dengan 2012.

2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang

meliputi data keuangan APBD dan realisasinya, pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan.

Data ini diperoleh melaalui situs Kementrian keuangan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat.

3. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel eksogen dan endogen. Variabel

kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio belanja pembangunan adalah

variabel eksogen. Variabel pertumbuhan ekonomi adalah variabel eksogen dan endogen, sedangkan

variabel kemiskinan dna pengangguran adalah variabel endogen.

7

BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif

Dalam menganalisa data digunakan analisa deskriptif dan analisa statisik regresi. Hasil pengujian

data dengan statistika deskriptif dapat dilihat di tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kemandirian 78 .037 .269 .12065 .058202

Efektivtas 78 .629 2.410 1.22805 .239519

Belanja_Pembangunan 78 .023 .191 .08509 .035246

Pertumbuhan 78 .038 .119 .05655 .013059

Kemiskinan 78 .028 .236 .11450 .042382

Pengangguran 78 .051 .190 .10274 .026898

Valid N (listwise) 78

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) dari rasio kemadirian sebesar 0,12 dengan

standar deviasi sebesar 0,058. Pada rasio Efektivitas didapat mean sebesar 1,22 dengan standar deviasi

0,23. Dibandingkan rasio kinerja keuangan lainnya, mean dan standar deviasi rasio efektivitas jauh lebih

besar. Hal ini disebabkan karena besarnya rasio efektivitas kabupaten karawang sebesar 241% (lihat

lampiran). Rata-rata belanja pembangunan sebesar 0,085 dengan penyimpangan 0,035. Sedangkan rata-

rata tingkat pertumbuhan kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat sebesar 0,056 atau 5,6%. Adapun tingkat

kemiskinan dan pengangguran jumlahnya tidak berbeda jauh, masing-masing 0,11 dan 0,10.

2. Hasil Pengujian Regresi

Pada pengujian dengan analisis jalur akan dianalisis besarnya pengaruh variabel eksogen

terhadap variabel endogen seperti dalam regresi linier. Tetapi dalam analisis jalur juga memperlihatkan

besarnya pengaruh diantara variabel tesebut. Di dalam analisis jalur, disamping ada pengaruh langsung

juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Sebelum dilakukan pengujian regresi, maka

dilakukan uji normalitas. Hasil normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini

8

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemandirian

Efektivta

s

Belanja_Pe

mbangunan

Pertumbuha

n

Kemiskina

n

Penganggur

an

N 78 78 78 78 78 78

Normal Parametersa,b Mean .12065 1.22805 .08509 .05655 .11450 .10274

Std.

Deviation

.058202 .239519 .035246 .013059 .042382 .026898

Most Extreme Differences Absolute .114 .164 .111 .157 .048 .168

Positive .114 .164 .111 .157 .047 .168

Negative -.075 -.112 -.062 -.090 -.048 -.076

Kolmogorov-Smirnov Z 1.006 1.452 .977 1.385 .424 1.483

Asymp. Sig. (2-tailed) .264 .029 .295 .043 .994 .025

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel tersebut, hasil pengujian normaitas menunjukan data rasio kemandirian,

rasio belanja pembangunan, dan kemiskinan berada pada level >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

data terdistribusi normal. Sedangkan rasio efektivitas, rasio pertumbuhan dan pengangguran berada

pada level <0,05. Tetapi berdasarkan rule of thumb dimana data yang digunakan lebih dari 30, maka

dapat dianggap terdistribusi dengan normal.

Adapun hasil pengujian kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Hasil Estimasi Regresi Pengaruh Kinerja KeuanganTerhadap Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .032 .007 4.826 .000

Kemandirian .092 .027 .409 3.443 .001

Efektivtas .007 .006 .125 1.151 .253

Belanja_Pembangunan .055 .048 .148 1.133 .261

a. Dependent Variable: Pertumbuhan

9

Dengan mengacu pada tabel 4.3 dapat dilihat rasio kemandirian berpengaruh positif pada level

0,05 terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan PAD terhadap

pendapatan total. Semakin meningkat porsi tersebut, maka akan medorong dan mengembangkan

pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut.

Pada rasio efektifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan perbedaan antara realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD pada masing-

masing daerah tidak terlalu signifikan atau kurang memenuhi prinsip ekonomis, efisien, dan efektif

(value for money). Dengan kurang adanya perbedaan yang signifikan tersebut, maka kurang mendorong

adanya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut

Untuk rasio belanja pembangunan tidak berpengaruh secara signifikan, karena berdasarkan data

yang diperoleh, kabupaten/kota hanya mengalokasi kurang dari 20% untuk belanja pembangunan,

selebihnya digunakan untuk belanja pegawai, belanja sosial, belanja hibah, dll.

Untuk hasil pengujian pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran dapat

ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Regresi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .065 .013 4.993 .000

Pertumbuhan .673 .223 .327 3.014 .004

a. Dependent Variable: Pengangguran

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0

1 .327a .107 .095 .025589

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan

10

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0

1 .561a .314 .286 .011032

a. Predictors: (Constant), Belanja_Pembangunan, Efektivtas, Kemandirian

Dengan mengacu pada tabel 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif secara signifkan pada level 0,01 terhadap pengangguran. Penelitian ini sesuai

dengan hhipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ardi

Hamzah (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya berdasarkan angka-angka makro

saja, seperti tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah yang stabil, Indeks Harga Saham Gabungan

(HSG) yang menguat dan lain-lain, sedangkan pada sektor riil khususnya Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) kurang berkembang dan berdaya sehingga kurang atau tidak menyerap jumlah

pengangguran. Selain itu, juga dikarenakan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit

kepada sektor riil juga relatif kecil sehingga pertumbuhan sektor riil juga stagnan bahkan menurun.

Akibatnya, daya serap sektor riil terhadap jumlah pengangguran tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Ditambah lagi, akumulasi modal untuk pertumbuhan ekonomi bukan lebih banyak dibelanjakan untuk

belanja publik, tetapi disimpan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pertambahan jumlah penduduk

khususnya angkatan kerja melebihi dari pertumbuhan ekonomi yang ada.

Hasil pengujian pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan dapat ditunjukkan pada

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Regresi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .195 .019 10.060 .000

Pertumbuhan -1.426 .334 -.440 -4.266 .000

a. Dependent Variable: Kemiskinan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0

1 .440a .193 .183 .038318

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan

Dengan mengacu pada tabel 4.5 tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negatif secara signifikan pada level 0,01 terhadap kemiskinan. Penelitian ini sesuai

11

hipotesis yang diajukan. Semakin meningkat laju pertumbuhan ekonomi semakin berkurang tingkat

pengangguran. Hal ini dikarenakan propinsi Jawa Barat yang didukung oleh kabupaten/kota melakukan

program guna mengurangi kemiskinan, seperti program bantuan sosial berbasis keluarga, program

pemberdayaan masyarakat, program berbasis pemberdayaan usaha kecil mikro dan kecil.

Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis jalur (path analysis) yaitu koefisien

determinan total dan trimming theory. Untuk koefisien determinan total merupakan total keragaman

data yang dapat dijelaskan oleh model yang diukur dengan:

R2m = 1 - PE12 PE2

2 PE32

dimana:

R2m = total keragaman data

PE12 = nilai kuadrat residu pada pertumbuhan ekonomi

PE22 = nilai kuadrat residu pada pengangguran

PE32 = nilai kuadrat residu pada kemiskinan

Sehingga didapat:

R2m = 1 – [(1 - 0,314)1/2]2 [(1 – 0,107)1/2]2 [(1 – 0,193)1/2]2

R2m = 1 – (0,828)2 (0,944)2 (0,898)2

R2m = 1 – 0,492

R2m = 0,508 atau 50,8%

Besarnya R2m sebesar 50,8% artinya keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut

adalah sebesar 50,8% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 50,8% dapat

dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 49,2% dijelaskan oleh variabel lain yang

belum dimasukkan dalam model penelitian.

12

Berdasarkan teori trimming, maka jalur-jalur yang non signifikan dibuang sehingga diperoleh

model yang didukung oleh data empirik. Adapun model dalam bentuk diagram jalur berdasarkan teori

trimming adalah sebagai berikut:

Berdasarkan model tersebut di atas menunjukkan pengaruh tidak langsung rasio kemandirian ke

pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,409 X 0,327 = 0,133 atau sebesar 13,3%.

Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selanjutnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif pada

pengangguran. Pada pengaruh tidak langsung rasio kemandirian ke kemiskinan melalui pertumbuhan

ekonomi adalah sebesar 0,409 X -0,440 = -0,17 atau 17%. Hasil ini sesuai hipotesis yang diajukan. Ini

menunjukkan rasio kemandirian berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi selanjutnya

pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

13

BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Hasil pengujian secara langsung antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi

menunjukkan hanya rasio kemandirian yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas dan rasio belanja pembangunan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk pengujian pengaruh pertumbuhan ekonomi

terhadap pengangguran menunjukkan terdapat pengaruh secara positif, sedangkan pengaruh

pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan terdapat pengaruh secara negatif.

Pada pengujian secara tidak langsung antara kinerja keuangan dengan pengangguran dan

kemiskinan menunjukkan rasio kemandirian secara tidak langsung berpengaruh terhadap

pengangguran dan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.

B. KETERBATASAN

Variabel-variabel kinerja keuangan yang digunakan pada penelitian ini hanya beberapa saja,

masih ada variabel-variabel lain, seperti rasio efisiensi, rasio keserasian, dan debt service coverage ratio

dan rasio-rasio lain yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.

C. SARAN

Bagi penelitian selanjutnya perlu menambah, mengurangi atau mengganti variabel-variabel

tersebut dengan variabel-variabel lain yang dimungkinkan relevan dengan pertumbuhan ekonomi,

kemiskinan dan pengangguran. Selain itu, juga memperluas obyek penelitian tidak hanya pada

kota/kabupaten di Propinsi Jawa Barat tetapi juga kota/kabupaten di Propinsi lain di Indonesia.

14

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama.

Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Asaddin, Fuad dan Mansoer, Faried Wijaya. 2001. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja:

Terapan Model Kebijakan Prioritas Sektoral Untuk Kalimantan Timur. Jurnal Riset Akuntansi,

Manajemen, dan Ekonomi. Vol. 1 No. 1.

Basry, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Boediono. 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Penerbit Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Deddi Nordiawan, Iswahyudi sondi putra, Maulidah rahmawati. 2007.Akuntansi Pemerintah. Salemba

Empat: Jakarta

Hamzah, Ardi. Analisa Kinerja Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. 2008. Universitas

trunojoyo

Agustina, Oesi. Jurnal Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah Di

Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Malang. 2013. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Badan Pusat Statistik. Jawa Barat Dalam Angka. 2012. BPS: Jawa Barat

www.djpk.depkeu.go.id diakses tanggal 10 Maret 2014 Jam 10.00

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/indikatormakro.html diakses tanggal 10 Maret 2014

jam 11.00

http://jabar.bps.go.id/ diakses tanggal 10 Maret 2014 jam 11.00

15

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan djpk.depkeu.go.id

Rasio Kemandirian Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan djpk.depkeu.go.id

Rasio Efektivitas Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan djpk.depkeu.go.id

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan djpk.depkeu.go.id

Rasio belanja pembangunan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012

Sumber: BPS Jawa Barat www.jabar.bps.go.id

Tingkat pertumbuhan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012

Sumber: BPS Jawa Barat www.jabar.bps.go.id

Tingkat kemiskinan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012

Sumber: BPS Jawa Barat www.jabar.bps.go.id

Tingkat pengangguran Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2012